Anda di halaman 1dari 10

Ringkasan Bab 9-10 Bahan Ajar Pendidikan Dasar

Dosen : Dr. Shinta Dharma Hardi, M.Pd.K


Oleh : Rudy Hartono Situmeang (S2-PAK)

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI PELITA KEBENARAN MEDAN

2022
BAB 9
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

Landasan dan azas pendidikan sangat penting karena pendidikan merupakan pilar utama
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Landasan-landasan Pendidikan
tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia dan juga
untuk mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara.Sedangkan asas-asas pokok
Pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggaraan Pendidikan itu, dan pada
gilirannya, memberi corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat
Indonesia.

Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke
generasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu
diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap
masyarakat tertentu. Ada beberapa landasan dalam Pendidikan yaitu :

1. Landasan Filosofis. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat
filsafat(falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein
berarti mencintai,dan sophos/sophis berarti hikmah, arif atau bijaksana. Filsafat menelaah
sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi
mengenai kehidupan dan dunia. Konsep-konsep filosofis tentang kehidupan manusia dan
dunianya bersumber dari 2 faktor,yaitu: Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan, Ilmu
pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada di antara keduanya: kawasan seluas
dengan religi,namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan
dan karena mengandalkan akal manusia.(Redja Mudyaharjo,et.al.,1992:126-134).

Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.
Wayan Ardhana dkk mengemukakan bahwa aliran-aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi
pendidikan tetapi juga telah melahirkan aliran filsafat pendidikan, seperti: idealisme, realisme,
perenialisme, esensialisme, pragmatisme, eksistensialisme.Peranan filsafat dalam bidang
pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
(a) keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini,seperti yang disimpulkan
sebagai zoon politicoon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
(b) Masyarakat dan kebudayaannya.
(c) Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantangan
(d)Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan,utamanya filsafat
pendidikan(Wayan Ardhana.1986:modul 1/9)

2. Landasan sosiologis. Sosiologi pendidikan merupaka analisis ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam system pendidikan.Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi 4 bidang, yaitu:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari
(a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
(b) Hubungan sistem pendidikan dan kontrol sosial dan sistem kekuasaan
(c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan
kebudayaan
(d) Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status
(e) Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok- kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
(a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
(b) Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
(a) Peranan sosial guru
(b) Sifat kepribadian guru
(c) Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
(d) Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitas nya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial komunitas kaum
tidak terpelajar.
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
3. Landasan Kultural. Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan
karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan.Kebudayaan nasional sebagai landasan system
pendidikan nasional(sisdiknas)Yang dimaksud dengan sisdiknas adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia.Puncak-puncak kebudayaan nusantara dan yang diterima
secara nasional disebut kebudayaan nasional.

4. Landasan Psikologis. Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Peserta didik
selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun perkembangan. Salah
satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan
kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis. Pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan
pengembangan iptek. Dari sisi lain,setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh
pendidik yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan
ajaran.Pendidikan sangat dipengarhi oleh cabang-cabang iptek utamanya ilmu-ilmu perilaku
(psikologi,sosiologi,antropologi). Perkembangan IPTEK sebagai landasan ilmiah Iptek
merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,yang
telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Perkembangan ilmu tersebut meliputi aspek
ontologis,epistemologis maupun aksiologis,serta makin lama perkembangan itu makin
dipercepat. Asas-asas pokok Pendidikan
1) Asas Tut Wuri Handayani Asas Tut Wuri Handayani, di kumandangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa)
dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya,yakni ing Ngarso Sung Tulada Ing
Madya Mangun Karsa. ( Raka Joni, et. Al., 1985:38; Wawasan kependidikan guru, 1982:93).
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni :
-Ing ngarsa sung tulada ( jika di depan, menjadi contoh),
-Ing madya mangun karsa ( jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau
motivasi), dan
-Tut wuri handayani ( jika di belakang,mengikuti dengan awas )
2) Asas belajar sepanjang hayat. Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat
pesat, terjadi perubahan yang amat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang
dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau tidak
bermanfaat lagi.
3) Asas kemandirian dalam belajar. Perwujudan Asas Kemandirian dalam Belajar akan
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai
fasilitator, guru diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar dengan
sedemikian rupa, sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber
tersebut.Sebagai informator, guru harus menyadari bahwa dirinya hanya merupakan bagian kecil
dari sumber-sumber informasi yang ada. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan
timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat memanfaatkan sumber belajar secara maksimal
(Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
BAB 10.
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

A. Kelembagaan dalam pendidikan


1. Kelembagaan Pendidikan. Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, kelembagaan pendidikan menurut jalur pendidikan dan pengelolaan pendidikannya
adalah:
a. Jalur Pendidikan Sekolah Jalur pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi) dan ini sifatnya formal yang diatur
berdasarkan ketentuan pemerintah yang mempunyai keseragaman pola dan bersifat nasional.
b. Jalur Pendidikan Luar Sekolah Jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang
tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan. Contohnya: kepramukaan dan berbagai jenis
kursus.

2. Jenjang Pendidikan. Dalam Bab IV Pasal 13 dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan


Nasional, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
a. Pendidikan dasar. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang bisa memberikan bekal untuk
hidup bermasyarakat berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. Pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan menengah. Pendidikan dasar
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lainnya yang sederajat
serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat. Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) diatur lebih lanjut oleh peraturan pemerintah.
b. Pendidikan Menengah. Pendidikan Menengah lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar
dan diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang
sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
c. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi, merupakan lanjutan dari pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan mencapai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut lembaga tinggi melaksanakan misi
‘Tridarma Pendidikan Tinggi’ yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat dalam ruang lingkup tanah air Indonesia.

B. Landasan hukum pendidikan


1. Badan hukum pendidikan
Pasal 51 Sisdiknas mengamanatkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Untuk melaksanakan otonomi
satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan, pasal 53 UU Sisdiknas mengamanatkan
bahwa penyelenggara atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah atau
masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Badan hukum pendidikan berfungsi
memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. Badan hukum pendidikan berprinsip
nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan.

2. Pendanaan pendidikan sistim hibah. Pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, subsidi diberikan dalam bentuk tenaga guru, buku ruang belajar, serta fasilitas
penunjang pembelajaran. Kepala sekolah menjadi perpanjangan tangan birokrasi pendidikan,
sedangkan guru hanya sebagai pelaksana tugas yang mengajar dihitung secara jam-jaman per
minggu. Untuk mengatasi hambatan birokrasi dan mengawasi kesesuaian penggunaan dana
pendidikan dengan kegiatan dan tuntutan akan kinerja, UU Sisdiknas mengamanatkan dalam
pasal 49 ayat 3, dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam rancangan peraturan pemerintah tentang pendanaan pendidikan, hibah
pendidikan diberikan berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan dan target kinerja
yang ditentukan oleh satuan pendidikan.
B. Pendidikan menurut UUD 1945
Pasal yang berhubungan dengan pendidikan dalam UUD 1945 hanya 2 pasal, yaitu Pasal 31 dan
Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan, yang satunya lagi menceritakan tentang
kebudayaan. Pasal 31 ayat 1 berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran”. Ayat 2 berbunyi, “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”. Ayat ini berkaitan dengan wajib belajar 9 tahun dari SD
sampai SMP. Agar wajib belajar lancar, biayanya harus ditanggung oleh negara. Kewajiban
negara ini berkaitan erat dengan ayat 4 pasal yang sama yang mengharuskan negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD.Pasal 4
ayat 3 berbunyi,” Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional”. Ayat ini mengharuskan pemerintah mengadakan sistem pendidikan nasional, untuk
memberi kesempatan pada tiap warga negara mendapatkan pendidikan.

Pasal 32 UUD 1945 ayat 1 bermaksud memajukan budaya nasional serta memberikan kebebasan
kepada masyarakat untuk menyelenggarakan atau mengembangkan nilai-nilai budayanya. Ayat 2
menyatakan negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari budaya
nasional. Mengapa pasal ini juga berhubungan dengan pendidikan? Sebab pendidikan adalah
bagian dari kebudayaan. Seperti telah kita ketahui bahwa kebudayaan adalah hasil dari budi daya
manusia. Sementara itu sebagian besar budi daya bisa dikembangkan kemampuannya melalui
pendidikan. Jadi bila pendidikan maju, maka kebudayaan pun akan maju pula.

C. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional


Di antara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak membicarakan pendidikan
adalah Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003. Undang-undang ini bisa disebut sebagai induk
peraturan perundang-undangan pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada
umumnya. Artinya, segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan dari prasekolah sampai
pendidikan tinggi ditentukan di Undang-Undang ini. Pasal 1 ayat 2 berbunyi sebagai berikut,”
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman”. Undang-undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional dan nilai-nilai agama yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

Para pendidik dan masyarakat pada umumnya perlu bersikap dan bertindak positif mensukseskan
program pendidikan antara lain dengan cara:
1. Memberi dorongan kepada peserta didik dan warga negara untuk belajar terus. Tidak cukup
tamat SD saja dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal.
2. Mengurangi beban kerja anak-anak, manakala mereka harus membantu meringankan beban
ekonomi orang tuanya.
3. Membantu menyiapkan lingkungan belajar dan alat-alat belajar di rumah untuk merangsang
belajar anak-anak.
4. Membantu membiayai pendidikan.
5. Mengizinkan anak pindah sekolah, bila ternyata sekolah semula tidak dapat menampung lagi.
6. Bila diperlukan, membantu menyiapkan gedung untuk belajar.
7. Bersedia menjadi narasumber untuk keterampilan-keterampilan tertentu, yang banyak
dibutuhkan pada pendidikan dasar dan tingkat-tingkat lain.
8. Mengizinkan peserta didik magang di perusahaan-perusahaan.
9. Responsif terhadap kegiatan sekolah terutama yang dilaksanakan di masyarakat.
10. Bersedia menjadi orang tua angkat atau orang tua asuh bagi anak-anak yang sudah tidak
memiliki orang tua lagi, atau yang orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah anaknya.

D. Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen


Pasal 8 berbunyi: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik,
sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Pasal 10 menyatakan kompetensi guru mencakup pedagogis, kepribadian, sosial, dan
profesional. Di sini guru diminta tidak hanya sekedar mengajar agar peserta didik paham dan
terampil tentang materi pelajaran, melainkan materi-materi pelajaran itu hanya sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Itulah sebabnya setiap guru harus mengembangkan afeksi,
kognisi, dan keterampilan peserta didik. Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
pemerintah (pasal 11). Artinya sertifikasi tidak boleh dikeluarkan oleh badan-badan atau
lembaga-lembaga selain seperti di atas. Ketentuan ini bermaksud menjaga mutu kualifikasi guru.

Bagi guru yang memenuhi persyaratan tersebut diberi imbalan seperti tertuang dalam pasal 15
yaitu gaji pokok beserta tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus bagi yang bertugas di daerah khusus, dan maslahat tambahan.
Yang dimaksud maslahat tambahan adalah yang tertuang dalam pasal 19 berupa kesejahteraan,
seperti tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan
penghargaan-penghargaan tertentu. Guru juga diberi cuti seperti pegawai biasa dan tugas belajar
(pasal 40). Pasal 24 menentukan pengangkatan guru. Guru pendidikan menengah dan pendidikan
khusus diangkat, ditempatkan, dipindahkan, dan diberhentikan oleh pemerintah provinsi
sedangkan untuk guru pendidikan dasar dan usia dini dilakukan oleh pemerintah kota atau
kabupaten. Pasal 42 menguraikan tentang organisasi profesi guru yang memiliki wewenang
sebagai berikut:
1. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.
2. Memberikan bantuan hukum kepada guru.
3. Memberikan perlindungan profesi guru.
4. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
5. Memajukan pendidikan nasional.

Anda mungkin juga menyukai