Anda di halaman 1dari 7

ZAMAN PRAAKSARA DI INDONESIA

Zaman Praaksara – Hallo sobat, selamat datang kembali di portal informasi Balubu.
Seperti yang kita ketahui bahwa di negara yang kita tempati saat ini dulunya pernah
mengalami zaman praaksara. Adapun untuk masa praaksara antara suatu bangsa dengan
bangsa yang lainnya memanglah saling berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan yang
dimiliki oleh para penduduk untuk mengenal aksara berbeda-beda.

Disisi juga telah banyak sekali para ilmuan yang telah menemukan beberapa fosil dan artefak
di Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa pada zaman dahulu ada manusia purba yang pernah
ada di Indonesia. Kemudian para penemuan tersebut juga meyakini bahwa manusia purba
tersebut adalah nenek moyang dari bangsa Indonesia. Selain itu para penemuan juga
menemukan banyak sekali peninggalan-peninggalan zaman praaksara yang sampai sekarang
ini masih tersimpan.

Untuk itu, jika pada bab sebelumnya kita membahas mengenai arah mata angin, pada
kesempatan kali ini kita akan mengulas lebih dalam lagi mengenai zaman praaksara, mulai
dari pengertiannya hingga peninggalan zaman praksara itu sendiri. Langsung saja simak
penjelasannya berikut ini.

Pengertian Zaman Praaksara

Perlu kalian ketahui bahwa Zaman Praaksara sebenarnya sama dengan Zaman Prasejarah.
Pada intinya pada zaman itu semua manusia belum mengenal tulisan. Selain itu zaman pra
aksara juga lebih dikenal dengan zaman nirleka, yang artinya dimana pada zaman tersebut
belum ada satu orang pun yang menemukan tulisan (nir = tidak; leka = tulisan aksara).

Adapun zaman praaksara itu sendiri dimulai dari sejak terciptanya manusia di muka bumi
hingga ada manusia yang telah mengenal tulisan. Seperti yang kita ketahui bahwa zaman
prsejarah dan zaman praaksara terjadi pada masa lampau dengan kurun waktu yang cukup
lama. Adapun perbedaan diantara keduanya, jika sejarah meninggalkan bukti-bukti tertulis,
sementara praaksara meninggalkan bukti-bukti yang tidak menorehkan tulisan.
Zaman Praaksara di Indonesia
Zaman Praaksara di Indonesia tidaklah mengenal zaman tembaga. Dengan demikian hanya
dikenal dengan tiga zaman, yaitu zaman batu, zaman perunggu dan zaman besi. Adapun
untuk zaman batu itu sendiri dibagi menjadi tiga tingkatan, antara lain Paleolitikum (zaman
batu tua), Mesolitikum (zaman batu tengah) dan Neolitikum (zaman batu baru).

Meskipun para manusia yang hidup pada zaman itu sudah mengalami kemajuan yang bagus,
akan tetapi pada saat itu semuanya belum ada satupun yang bisa untuk membaca dan menulis
tulisan, dikarenakan pada saat itu tak seorang pun yang mengenal tulisan. Adapun manusia
yang hidup pada zaman itu juga lebih dikenal dengan sebutan manusia purba. Nah, untuk
mengetahui kehidupan manusia purba pada saat itu bisa melakukan sebuah penelitian pada
beberapa hasil peninggalan sejarah yang sampai sekarang masih ada.

Kehidupan Zaman Praaksara

Untuk bisa bertahan hidup setiap orang pastinya menghadapi suatu rintangan yang ada dalam
kehidupannya. Oleh karena itu manusia diberikan sebuah akal oleh Sang Pencipta, dengan
demikian manusia akan menghadapi semua rintangan tersebut dengan akalnya. Sedangkan
untuk makhluk hidup selain manusia hanya dengan instingnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak yang telah menyebutkan bahwa pada masa itu
terjadilah sebuah evolusi yang terjadi pada manusia, mulai dari bentuk tubuhnya hingga
kecerdasan akalnya. Sebagai contohnya yaitu terjadi pada otak manusia yang semakin
membesar, bentuk tengkorak yang berubah, berjalan dengan tegak dan lain sebagainya.

Disisi lain manusia juga mendapat julukan yang lainnya  yaitu Homo Faber, artinya makhluk
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan alat yang berguna untuk mencapai tujuannya.
Untuk alat yang diciptakan itu sendiri juga mengalami perkembangan. Contohnya yang pada
awalnya hanya menggunakan batu, kemudian berkembang menjadi tembaga, perunggu, dan
akhirnya menggunakan besi.

Keadaan Bumi Pada Zaman Praksara


Seperti yang kita ketahui bahwa Bumi merupakan satu-satunya planet yang bisa ditinggali
oleh makhluk hidup. Banyak sekali para ilmuan yang telah memperkirakan bahwa Bumi yang
kita tinggali ini telah berusia lebih dari 4.000 juta tahun. Perkembangan dari Bumi itu sendiri
dapat kita ketahui dengan mempelajari ilmu geologi, yaitu tentang komposisi, struktur dan
sejarah Bumi. Adapun berdasarkan ilmu geologi, Bumi terbagi menjadi empat zaman,
diantaranya :

Arkeozoikum

Zaman ini merupakan zaman yang paling tua dalam sejarah perkembangan Bumi beserta
segala sesuatu yang ada didalamnya. Diperkirakan zaman ini terjadi sekitar 545-4500 juta
tahun yang lalu. Perlu kalian ketahui bahwa pada zaman tersebut keadaan bumi belum stabil
se√perti saat ini, seperti kulit bumi yang masih berada pada masa pembentukannya dan udara
yang masih terasa sangat panas sekali sehingga belum ada tanda-tanda kehidupan pada saat
itu.

Kemudian setelah terjadinya penurunan suhu, setelah itu mulai muncullah tanda-tanda
kehidupan di bumi dan berakhirlah masa Arkeozoikum

Paleozoikum

Zaman ini merupakan kelanjutan dari zaman Arkeozoikum. Adapun pada masa ini secara
perlahan permukaan bumi menjadi tidak terlalu panas, dan juga sudan ada beberapa tanda-
tanda kehidupan di bumi, contohnya mulai tumbuh beberapa makhluk hidup bersel seperti
bakteri atau yang lainnya.

Zaman ini diperkirakan terjadi sekitar 245-545 juta tahun yang lalu. Seiring dengan
berjalannya waktu kemudian muncullah makhluk hidup sejenis ikan maupun binatang amfibi,
meskipun dengan jumlah yang masih sedikit.

Mesozoikum

Zaman ini juga disebut dengan zaman primer (zaman pertama). Namun disisi lain
mesozoikum juga disebut dengan zaman sekunder (zaman kedua) atau zaman reptil. Adapun
para ilmuan telah memperkirakan bahwa zaman ini terjadi sekitar 65-245 juta tahun yang
lalu.Selain itu mesozoikum juga merupakan masa pertumbuhan kedua dalam tingkat
kehidupan makhluk hidup di bumi.

Kemudian pada masa itu juga muncul banyak sekali binatang reptil besar seperti Dinosaurus
yang panjangnya bisa mencapai 12 meter dan juga Atlantosaurus dengan panjangnya yang
mencapai 30 meter. Selain itu juga muncul banyak sekali binatang burung dan binatang
menyusui dalam tingkat yang masih rendah

Neozoikum atau Kainozoikum

Pada masa ini para ilmuan telah memperkirakan bahwa zaman tersebut terjadi sekitar 65 juta
tahun yang lalu. Kemudian pada zaman itu keadaan bumi sudah mulai stabil dan banyak
sekali makhluk hidup yang beragam muncul di bumi. Adapun Neozoikum itu sendiri dbagi
menjadi dua, yaitu zaman tersier (zaman ketiga) dan juga zaman kuarter (zaman keempat).
Pada zaman tersier ini beberapa jenis binatang yang memiliki ukuran besar sudan mulai
berkurang dan mulai digantikan oleh jenis binatang yang menyusui seperti kera dan monyet.
Sedangkan pada zaman kuarter ini mulai muncul tanda-tanda kehidupan dari manusia purba.
Adapun untuk zaman kuarter itu sendiri masih terbagi menjadi dua masa, yaitu Pleistosen dan
masa Halosen.

Pleistosen juga lebih dikenal dengan masa awal kehidupan manusia purba. Kemudian selain
banyak yang menyebutkan sebagai Diluvium, zaman Pleistosen juga disebut dengan zaman
es atau galsial.

Pada zaman es ini ditandai dengan banyak nya air yang berubah menjadi es, kemudian
permukaan laut juga menurun sekitar 100 sampai 150 meter, dan juga lautan yang dangkal
berubah menjadi daratan. Adapun masa glasial di Indonesia telah terbentuk menjadi paparan
Sunda. Pada waktu itu, pulau Sumatra, Kalimantan, serta Malaka menjadi satu  dan beberapa
pulau di Indonesia Timur, Papua dan Australia merupakan satu daratan.

Karena hal itulah sampai sekarang ini dapat kita lihat dari jenis hewan dan tumbuhan yang
sama terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan, Malaka dan daratan Asia. Kemudian selain
paparan Sunda juga terbentuklah paparan Suhul.

Selama mengalami masa Pleistosen, telah terjadi sebayak empat kali Glasial yang diselingi
dengan masa antar glasial. Adapun pada masa antar glasial tersebut suhu permukaan pada
bumi menjadi naik, es mencair, permukaan laut naik, serta kedua paparan menjadi laut yang
dangkal kembali.

Sementara masa Halosen terjdi sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada saat itulah muncul Homo
Sapiens atau manusia cerdas, seperti Homo Wajakensis.  Adapun banyak yang mengatakan
bahwa jenis spesies tersebut merupakan nenek moyang dari kita.

Selain suhu bumi yang menjadi turun secara signifikan, masih ada banyak sekali tantangan
yang harus dihadapi oleh manusia untuk bertahan hidup pada masa Pleistosen. Adapun
tantangan yang harus dihadapi antara lain pergeseran kulit bumi, letusan gunung berapi,
terjadinya sungai, timbulnya danau baru, dan sebagainya.

Sistem Kepercayaan pada Masa Zaman Praaksara


Pada saat zaman pra aksara, semua sistem kepercayaan manusia pada saat itu dibagi menjadi
tiga macam, diantaranya adalah sebagai berikut :

Animisme

Animisme merupakan salah satu sistem kepercayaan yang dianut oleh manusia purba pada
zaman praaksara. Pada zaman tersebut manusia purba mempercayai bahwa adanya roh nenek
moyang yang masih berpengaruh dalam kehidupannya. Dengan demikian supaya tidak
diganggu oleh roh jahat tersebut, mereka mengadakan sesajian yang dipersembahkan untuk
para roh nenek moyang mereka.

Dinamisme
Dinamisme adalah sebuah kepercayaan pada suatu benda yang diyakini mempunyai kekuatan
atau tenaga yang bisa mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan manusia pada saat itu. Para
manusia purba pada masa itu meyakini bahwa benda-benda tersebut memiliki kemampuan
untuk menolong mereka.

Sebagai contohnya benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan dan hingga sampai
sekarang ini masih ada diantaranya yaitu keris, patung, pohon, tombak dan lain sebagainya.
Dengan begitu mereka akan melakukan sebuah ritual untuk mendapatkan kekuatan dari
benda tersebut.

Totemisme

Jenis sistem kepercayaan yang satu ini yaitu mereka manusia purba percaya pada hewan
tertentu yang dianggap suci dan memiliki kekuatan. Adapun contoh hewan yang dianggap
suci dan sampai sekarang ini masih ada diantaranya yaitu sapi, harimau, ular dan lain
sebagainya.

Selain itu ada juga hewan yang dianggap suci dan berasal dari seseorang yang
memimpikannya. Dengan demikian orang yang memimpikan binatang tersebut dilarang
untuk membunuh atau memakan daging eewan tersebut.

Peninggalan Zaman Praaksara


Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata terdapat banyak sekali peninggalan dari manusia
purba yang sampai sekarang masih ada. Adapun beberapa peninggalan sejarah manusia purba
yang masih ada sampai saat ini diantaranya adalah sebagai berikut :

Menhir

Menhir adalah sebuah tugu batu kecil yang berbentuk utuh atau yang sudah dibentuk yang
diletakkan secara berdiri diatas tanah. Adapun susunan dari peletakan batu tersebut yaitu
disusun secara tunggal (monolith) atau secara berkelompok. Untuk susunan secara
berkelompok, biasanya membentuk sebuah lingkaran, persegi empat, atau bujur sangkar.

Fungsi dari tugu batu atau menhir tersebut yaitu digunakan sebagai bentuk penghormatan roh
nenek moyang, manampung kedatangan roh dan juga sebagai lambang mereka yang surah
mati. Istilah Menhir sendiri berasal dari bahasa Inggris lama (Breton language). Maen artinya
batu dan hir berarti panjang. Ukuran Menhir sangat bervariasi, seperti di sekitar Mangkik
(Jawa Tengah) menhir yang terkecil memiliki ukuran lebih kurang 0,40 meter.

Sebagai contohnya bisa kalian temukan peninggalan berbentuk menhir ini di wilayah Bali,
Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan
daerah-daerah lainnya.

Dolmen

Dolmen merupakan sebuah meja yang terbuat dari batu. Adapun fungsi dari meja tersebut
yaitu digunakan sebagai tempat menaruh sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek
moyang. Jenis peninggalan bersejarah ini dapat kalian temukan di daerah Asia, Eropa dan
Afrika.

Sarkofagus

Sarkofagus adalah sebuah batu yang memiliki ukuran lumayan besar yang dipahat. Bentuk
dari Satkofagus itu sendiri hampir sama dengan lesung, yaitu terdiri dari dua keping yang
ditangkupkan menjadi satu. Adapun fungsinya yaitu sebagai tempat mayat manusia.

Peti Kuburan Batu

Pada intinya Peti kuburan batu ini memiliki fungsi yang sama dengan Sarkofagus, yaitu
sebagai tempat mayat. Namun yang membedakan antara keduanya yaitu pada cara
pembuatannya.
Punden Berundak

Punden Berundak merupakan sebuah bangunan yang berupa susunan batu yang berundak-
undak atau bertingkat-tingkat. Pada umumnya jumlah susunannya yaitu ada tiga tingkatan.
Untuk fungsinya itu sendiri yaitu untuk upacara pemujaan.

Waruga

Waruga adalah sebuah kuburan batu yang memiliki bentuk seperti kubus dan terbuat dari
batu yang utuh. Jenis peninggalan yang satu ini banyak sekali kita jumpai di daerah Sulawesi.

Anda mungkin juga menyukai