EPIDEMIOLOGI DASAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat
serta Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini tentang epidemiolgi dasar
yang membahas tentang investigasi HIV dan Penyakit Lupus dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
Epidemiologi di Magister Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi. Saya menyadari
bahwa dalam penulisan tugas ini masih belum sempurna, hal ini dikarenakan keterbatas dan
kemampuan yang kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penyusun
TUGAS I
INVESTIGASI HIV DI SUMATERA SELATAN
AGEN
HOST ENVIROTMEN
1. Memodifikasi PENJAMU
2. Memodifikasi LINGKUNGAN
Memelihara sanitasi lingkungan,
Etika batuk-bersin yg benar,
Meminimalisir kontak (menghindari kerumunan, memodifikasi mode interaksi
antar -orang, isolasi orang yang terinfeksi),
Monitoring ketat mobilitas orang yang berisiko menyebarkan infeksi. Semakin
banyak orang yang mengetahui bagaimana kondisinya (positif Covid-19 atau
tidak), akan semakin dapat menjaga diri supaya tidak menularkan atau tidak
tertular,
Identifikasi orang yang rentan terinfeksi.
3. Dan usaha utk menurunkan angka fatality rate (CFR) a.l dg cara:
Memperbaiki metode skrining dan diagnosis,
Memperluas cakupan pemeriksaan,
Mengendalikan faktor2 pemberat, dan
memperbaiki sistem kesehatan, antara laian; memperbaiki sistem komunikasi
dan alur pelayanan, melengkapi sarana-prasarana RS (termasuk ruang rawat
khusus, laboratorium khusus, APD, obat2an, dll), memilah mana pasien-pasien
yg harus dirawat dan yg dpt dirawat di rumah, menyediakan tenaga kesehatan yg
terlatih, kemungkinan menyediakan RS darurat.
Jika mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah memasuki wilayah
itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian
meninggalkan tempat itu.
Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat.
Penyakit tidak menular akhir-akhir ini menjadi masalah kesehatan dengan angka
kejadian penyakitnya terus meningkat, seiring dengan meningkatnya angka harapan
hidup, termaksud penyakit autoimun dan penyakit degeneratif, salah satunya adalah
Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Penyakit SLE merupakan penyakit
inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya, memiliki sebaran gambaran
klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam. Kekeliruan dalam
mengenali penyakit ini sering terjadi. sehingga seringkali terlambat dalam diagnosis dan
penatalaksanaannya.
Penyakit SLE disebut dengan penyakit seribu wajah, merupakan salah satu
penyakit reumatik autoimun yang memerlukan perhatian khusus baik dalam mengenali
tampilan klinis penyakitnya hingga pengelolaannya.
Perjalanan penyakit SLE ini sangatlah dinamis sehingga seringkali menyulitkan
diagnosis
Lupus adalah penyakit dimana sistem imun, yang normalnya memerangi infeksi,
mulai menyerang sel sehat dalam tubuh. Fenomena ini disebut autoimun dan apa yang
diserang oleh sistem imun disebut autoantigen. Kehidupan odapus bisa berubah drastis
sejak sakit lupus dan mereka merasa sangat sulit untuk mengelola penyakit ini.
Odapus akan beberapa kali mengalami suatu periode kemunculan gejala lupus
yang parah (lupus flares) dan periode lainnya dimana gejalanya lebih ringan. Sebenarnya
gejala lupus bisa diatasi secara efektif dengan terapi yang sudah ada sekarang, namun
untuk saat ini belum ditemukan obat apapun yang dapat menyembuhkan penyakit lupus.
The Lupus Fondation of America tahun 2012 memperkirakan sekitar 1,5 juta
kasus terjadi di Amerika dan setidaknya lima juta kasus di dunia. Setiap tahun
diperkirakan terjadi sekitar 16 ribu kasus baru Lupus. Sebagian besar mereka adalah
perempuan umur produktif dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru.
Data prevalensi di setiap negara di dunia berbeda-beda. Prevalensi SLE di Amerika
Serikat adalah 15-50 per 100.000 populasi.(5) Setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000
penyandang SLE baru di seluruh dunia.
Di Indonesia, jumlah penderita penyakit lupus secara tepat belum diketahui.
Prevalensi SLE di masyarakat berdasarkan survei yang dilakukan oleh Prof. Handono
Kalim, dkk tahun 2011 di Malang memperlihatkan angka sebesar 0,5% terhadap total
populasi. Dari sekitar 1.250.000 orang Indonesia yang terkena penyakit SLE, sangat
sedikit yang menyadari bahwa dirinya menderita penyakit SLE. Hal ini terjadi karena
gejala penyakit SLE pada setiap penderita berbeda-beda, tergantung dari manifestasi
klinis yang muncul.
Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online, pada tahun 2016 terdapat 858
rumah sakit yang melaporkan datanya, diketahui terdapat 2.166 pasien rawat inap yang
didiagnosis penyakit Lupus, dengan 550 pasien diantaranya meninggal dunia. Tren
penyakit lupus pada pasien rawat inap rumah sakit meningkat sejak tahun 2014-2016.
Jumlah kasus lupus tahun 2016 meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2014, yaitu
sebanyak 1.169 kasus. Pada tahun 2016, Perhimpunan SLE Indonesia (PESLI)
mendapatkan rata-rata insiden SLE dari data 8 rumah sakit adalah sebesar 10,5%. (7)
Pada saat ini angka kesakitan dan kematian Penyakit SLE cenderung meningkat dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal tersebut karena makin
meningkatnya umur harapan hidup masyarakat Indonesia dan makin tingginya pajanan
faktor risiko, yaitu hal-hal yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya penyakit
tidak menular pada seseorang atau kelompok tertentu
PEJAMU
ENVIRONMENT
AGEN
1. Host (penjamu)
a. Faktor Genetik : Tidak diketahui gen atau gen – gen apa yang menjadi penyebab
penyakit tersebut, 10% dalam keluarga Lupus mempunyai keluarga dekat orang tua
atau kaka adik) yang juga menderita lupus, 5% bayi yang dilahirkan dari penderita
lupus terkena lupus juga, bila kembar identik, kemungkinan yang terkena Lupus hanya
salah satu dari kembar tersebut.
b. Umur dan Jenis kelamin
Secara epidemiologi, 90% penyakit lupus menyerang perempuan serta 10% anak-anak
dan laki-laki Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian
pada usia 15-50 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan
laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga
c. Faktor hormon, dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena
penyakit lupus dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan
penyakit Lupus sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung
keyakinan bahwa hormon, khususnya ekstrogen menjadi penyebab pencetus penyakit
Lupus. Akan tetapi hingga kini belum diketahui jenis hormon apa yang menjadi
penyebab besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada periode tertentu yang
menyebabkan meningkatnya gejala Lupus masih belum diketahui.
d. Ras
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada
ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Bangsa Asia dan Afrika lebih
rentan terkena penyakit in dibandingkan dengan kulit putih. Data di Amerika
menunjukkan angka kejadian penyakit Lupus Ras Asia lebih tinggi dibandingkan ras
Kaukasia.
2. Agent
a. Terinfeksi virus Epstein-Barr Merupakan virus yang biasanya tertidur di dalam sel
dari sistem imun anda meskipun tidak jelas alasan mengapa dan apa yang membuat
virus tersebut aktif kembali.
b. Terkena zat kimia Beberapa studi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja dan
rentan terekspos merkuri dan silica memiliki peningkatan risiko lupus. Merokok juga
dapat meningkatkan risiko mengalami lupus.
c. Obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan drug-
induced lupus. Banyak obat yang secara potensial dapat memicu lupus, sebagai
contoh antara lain adalah antipsychotic chlorpromazine; obat tekanan darah tinggi,
seperti hydralazine; obat tuberculosis isonoazid dan obat jantung procainamide.
Biasanya membutuhkan jangka waktu penggunaan dalam beberapa bulan sebelum
gejala timbul.
3. Environment (lingkungan)
a. Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya : infeksi, stress,
makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultra violet
(matahari) dan penggunaan obat – obat tertentu.
b. Faktor sinar matahari adalah salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala
Lupus. Diduga oleh para dokter bahwa sinar matahari memiliki banyak ekstrogen
sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimmun. Tetapi bukan berarti bahwa
penderita hanya bisa keluar pada malam hari. Pasien Lupus bisa saja keluar rumah
sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00 WIB dan disarankan agar memakai
krim pelindung dari sengatan matahari. Teriknya sinar matahari di negara tropis
seperti Indonesia, merupakan faktor pencetus kekambuhan bagi para pasien yang peka
terhadap sinar matahari dapat menimbulkan bercak-bercak kemerahan di bagian
muka.kepekaan terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai reaksi kulit yang
tidak normal terhadap sinar matahari.
2. Tahapan riwayat alamiah penyakit Lupus
Manifestasi penyakit LES sangat Luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa,
sendi, darah, jantung, paru, ginjal, sistem susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh
karena itu manifestasi penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang
bervariasi dan memiliki risiko penyakit yang tinggi ( hingga 67% lebih tinggi dari
populasi normal. Sehingga memerlukan pengobatan yang lama sampai seumur hidup.
Untuk itu diperlukan penanganan dini serta penatalaksanaan yang tepat.
Derajat Berat Ringannya Penyakit SLE Seringkali terjadi kebingungan dalam proses
pengelolaan SLE, terutama menyangkut obat yang akan diberikan, berapa dosis, lama
pemberian dan pemantauan efek samping obat yang diberikan pada pasien. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk memperkecil berbagai kemungkinan kesalahan adalah
dengan ditetapkannya gambaran tingkat keparahan SLE. Penyakit SLE dapat
dikategorikan ringan atau berat sampai mengancam nyawa.
1. Kriteria untuk dikatakan SLE ringan adalah:
a. Secara klinis tenang
b. Tidak terdapat tanda atau gejala yang mengancam nyawa
c. Fungsi organ normal atau stabil, yaitu: ginjal, paru, jantung, gastrointestinal,
susunan saraf pusat, sendi, hematologi dan kulit. Contoh SLE dengan
manifestasi arthritis dan kulit.
2. Penyakit SLE dengan tingkat keparahan sedang manakala ditemukan:
a. Nefritis ringan sampai sedang ( Lupus nefritis kelas I dan II)
b. Trombositopenia (trombosit 20-50x103/mm3)
c. Serositis mayor
3. Penyakit SLE berat atau mengancam nyawa apabila ditemukan keadaan
sebagaimana tercantum di bawah ini, yaitu:
a. Jantung: endokarditis Libman-Sacks, vaskulitis arteri koronaria, miokarditis,
tamponade jantung, hipertensi maligna.
b. Paru-paru: hipertensi pulmonal, perdarahan paru, pneumonitis, emboli paru,
infark paru, ibrosis interstisial, shrinking lung.
c. Gastrointestinal: pankreatitis, vaskulitis mesenterika.
d. Ginjal: nefritis proliferatif dan atau membranous.
e. Kulit: vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus atau melepuh (blister).
f. Neurologi: kejang, acute confusional state, koma, stroke, mielopati
transversa, mononeuritis, polineuritis, neuritis optik, psikosis, sindroma
demielinasi.
g. Hematologi: anemia hemolitik, neutropenia (leukosit < 20.000/mm3 , purpura
trombotik trombositopenia, trombosis vena atau arteri.
Pada dasarnya pasien SLE memerlukan informasi yang benar dan dukungan dari
sekitarnya dengan maksud agar dapat hidup mandiri. Perlu dijelaskan akan perjalanan
penyakit dan kompleksitasnya. Pasien memerlukan pengetahuan akan masalah aktivitas
fisik, mengurangi atau mencegah kekambuhan antara lain melindungi kulit dari paparan
sinar matahari (ultra violet) dengan memakai tabir surya, payung atau topi; melakukan
latihan secara teratur. Pasien harus memperhatikan bila mengalami infeksi. Perlu
pengaturan diet agar tidak kelebihan berat badan, osteoporosis atau terjadi dislipidemia.
Diperlukan informasi akan pengawasan berbagai fungsi organ, baik berkaitan dengan
aktivitas penyakit ataupun akibat pemakaian obat-obatan. Butir-butir edukasi pada pasien
SLE
Anonim. 2007. Apa Itu Lupus?? http://Dokter Sehat.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Anonim. 2009. Lupus. http://nusaindah.tripoid.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Djoerban, Zubairi. 2002. Kemajuan Pengobatan Penyakit Lupus.
http://www.kompas.com. Diakses tanggal 09 April 2021. Pkl 22.21
Direktorat Jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit lupus erimatosus sistemil
(SLE) di fasilitas kesehatan tingkat pertama 2016.
Anonim .2017. infodatim Lupus http:// pusdatin kemkes.go.id. Diakses tanggal 09 April 2021.
Pkl 22.21
Luthfia Ayu Azanella. 2018. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"HIV/AIDS dalam Angka: 36,9 Juta Penderita, 25 Persen Tak Menyadarinya", Klik untuk
baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/01/124545720/hivaids-dalam-angka-369-juta-
penderita-25-persen-tak-menyadarinya?page=all.
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Anonim.2020. Segitiga Epidemiologi https://fk.uhamka.ac.ai. Diakases 10 April 2021
Anonim .2020. Riwayat alamiah Penyakit https://fk.uns.ac.id. Diakses 10 April
2021.
Anonim. Ruang Lingkup Diabetes Melitus.https://www.academia.edu. Diakses 11 April
2021
http://scholar.unand.ac.id ›.
http://repository.usu.ac.id › b. Riwayat Alamiah Penyakit HIV AIDS
Nutter, Jr., F.W. (1999). "Understanding the interrelationships between botanical, human, and
veterinary epidemiology: the Ys and Rs of it all". Ecosystem Health. 5 (3): 131–
40. doi:10.1046/j.1526-0992.1999.09922.x.