Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

STRUKTUR PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT


DOSEN PEMBIMBING : dr.H.zainal abidin.MPH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ANTON JANUARIL


NAMA : DANDY SAPUTRA
NAMA : OKTA FITRIANTI
NAMA : OLVY
NAMA : HASERNI
NAMA : ROSPITA
NAMA RAFI

PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIes )
HANG TUAH PEKAN BARU
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga  dapat
menyelesaikan Makalah “Kode Etik” tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami  dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2019
STRUKTUR PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

 BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Dalam kehidupaan sehari-hari kita sering menemui pelayanan kesehatan

di tempat tertentu, seperti di Pustu, Puskesmas, dan rumah sakit. Pelayanan

kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, baik

pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari

pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan

selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi.

Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat  menyangkut

kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

kesehatan masyarakat  mempunyai bagian atau porsi yang besar. Namun karena

keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau

diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut.

Pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui

Puskesmas didasarkan pada misi dididrikannya Puskesmas sebagai pusat

pengembangan kesehatan (Centre for Health Development) di wilayah kerja

tertentu.

B. Rumusan masalah

1. Apakah itu Pelayanan Kesehatan ?

2. Seperti apakah pelayanan kesehahatan masyarakat ?

3. Apa sajakah program pelayanan kesehatan masyarakat ?


4. Bagaimana perkembangan program pelayanan kesehatan masyarakat di

Indonesia

5.  Apa upaya untuk pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat

C. Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan

            Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan

informasi tentang pelayanan kesehatan masyarakat dan mengetahui program-

program pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia.

b. Manfaat

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

ingin menambah wawasan dan pengetahun tentang pelayanan kesehatan

masyarakat dan program pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta upaya

untuk pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pengertian pelayanan kesehatan banyak macamnya. Menurut pendapat

Levey dan Loomba (1973), Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun

masyarakat.

2. Macam Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical services)

dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Jika dijabarkan dari

pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) adalah :

1. Pelayanan kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat

bersifat sendiri atau secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan

utamanya ialaha untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan,

serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian yang

umumnya bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya ialah untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta

sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.

3. Bentuk Pelayanan KesehatanSecara umum, ada 3 tingkat atau gradasi

penyakit yaitu sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate), dan sakit parah

(severe) yang menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Oleh

sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni : 


1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary health care) :

Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan

masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi

kesehatan. Pelayanan yang diperlukan pada jenis ini bersifat pelayanan

kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan

kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini seperti

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Balkesmas.

2.  Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services) :

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang

memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan

kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D,

dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services):

Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasiaen

yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan

kesehatan ini sudah komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.

Contohnya Rumah sakit bertipe A dan B.

B. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan

mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Oleh karena

ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat  menyangkut kepentingan

masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan

masyarakat  mempunyai bagian atau porsi yang besar. Namun karena

keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali

atau diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut.


            Mengalang potensi masyarakat mencakup 3 dimensi, yaitu :

1. Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya masyarakat RT, RW,

Kelurahan dan sebagainya). Bentuk-bentuk partisipasi dan penggalian potensi

masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat seperti adanya dana sehat,

iuran untuk PMT (Pembinaan Makanan Tambahan), untuk anak balita, dan

sebagainya.

2.  Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat atau

sering disebut Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyelenggaraan

pelayanan-pelayanan kesehatan masyarakat oleh LSM-LSM pada hakikatnya

merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam system pelayanan kesehatan

masyarakat.

3. Menggalang potensi masyarakat melalui perusahaan-perusahaan swasta yang

ikut membantu meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan

masyarakat (Puskesmas, Balkesmas, dan sebagainya).

Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelayanan

kesehatan masyarakat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta,

antara lain:

a. Penanggung jawab; pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya dalam

pelayanan kesehatan masyarakat baik pemerintah (Puskesmas) maupun

swasta (Balkesmas) berada di bawah koordinasi penanggung jawab seperti

Departemen Kesehatan.

b. Standar pelayanan; pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah

maupun swasta harus berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia

standar ini telah ditetapkan oleh Departemene Kesehatan, dengan adanya

“Buku Pedoman Puskesmas”


c. Hubungan kerja; dalam hal ini harus ada pembagian kerja yang jelas antara

bagian satu dengan yang lain. Artinya fasilitas kesehatan harus mempunyai

struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan hubungan kerja baik

horizontal maupun vertical.

d. Pengorganisasian potensi masyarakat; keikutsertaan masyarakat atu

pengorganisasian masyarakat ini penting, karena adanya keterbatasan sumber-

sumber daya penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.

C. Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada

seluruh masyarakat, maka berikut ini akan dipaparkan beberapa program pelayanan

kesehatana masyarakat.

1. Puskesmas

Usaha kesehatan masyarakat terutama dilakukan melalui peningkatan

pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan kerja. Upaya kesehatan Puskesmas

direncanakan terutama ditujukn kepada golongan ibu, anak, tenaga kerja, dan

masyarakat berpenghasilan rendah baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Puskesmas akan dikembangkan menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya. Pemerataan upaya kesehatan Puskesmas akan diusahakan, baik melalui

peningkatan fungsi Puskesmas maupun peran serta masyarakat dengan pendekatan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

2.    Keluarga Berencana

Kegiatan kelurga berencana diarahkan pada pengembangan keluarga

sehat sejahtera, yaitu dengan makin diterimanya Norma Keluaga Kecil yang

Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) melalui kegiatan penyuluhan dan motivasi pada

pasangan usia subur, generasi muda serta pelayanan medic KB. Pelaksanaan
program KB dilaksanakan secara bertahap, mula – mula program mempunyai

orientasi klinis. Kemudian berkembang dengan pesat, untuk mendapat liputan yang

lebih luas, beberapa tenaga pelaksana lapangan ditempatkan di klinik juga

diwajibkan mengadakan kunjungan ke rumah-rumah untuk memberikan motivasi

dan penerangan di mana dapat memperoleh pelayanan KB. Peningkatan peranan

masyarakat dalam program KB akan memungkinkan alih peran pengelolaan

program KB kepada masyarakat di masa yang akan datan, dengan demikian

perkembangan NKKBS juga akan menjadi kenyataan.

3.    Kesejahteraan Ibu dan Anak

Pelayanan dan monitoring ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu menyusui

ditingkatkan melalui pemeriksaan kehamilan, imunisasi, identifikasi risiko tinggi

kehamilan dan tindak lanjutnya, pelayanan ibu menyusui dan pertolongan oleh

tenaga terlatih. Pelayanan bayi dan anak prasekolah termasuk murid Taman Kanak-

kanak dilakukan melalui penelitian dan pengamatan dari pertumbuhan dan

perkembangan secara berkala, imunisasi, identifikasi risiko tinggi dengan tindak

lanjutdan pencegahan dehidrasi. Peran serta masyarakat ditingkatkan melalui

penyuluhan yang terutama ditujukan kepada ibu dan dukun beranakserta guru TK.

Penyuluhan juga dilakukan melalui PKK.

4.    Kesehatan Sekolah

Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diharapkan dapat ditingkatkan

derajat kesehatan dan kemampuan untuk hidup sehat dari anak sekolah pada tingkat

Sekolah Dasar dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), SMP, dan SMA termasuk

pondok pesantren melalui upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan


pemeliharaan sehingga mempunyai dampak terhadap penurunan angka absensi

karena sakit.

5.    Kesehatan Gigi dan Mulut

Dalam memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan suatu

pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan kegiatan-kegiatan :

a. Pelayanan kesehatan gigi pada unit kelurga terutama ibu hamil, ibu menyusui

dan anak pra sekolah.

b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara paripurna di sekolah dasar, kegiatan

promotif dan preventif di SD.

c. Pelayanan medic dasar kedokteran gigi dilakukan di puskesmas.

6. Kesehatan Jiwa

Tujuan pokok kesehatan ini adalah mencegah meningkatnya angka

penderita berbagai gangguan jiwa, seperti psikonerotik, psikomatik, retardasi

mental, kelainan perilaku dan penyalahgunaan narkotik, alcohol, obat, dan bahan

berbahaya lainnya. Pelayanan kesehatan jiwa dilakukan berdasarkan pendekatan

yang menyeluruh dan mendalam dari berbagai segi yang saling berkaitan, dan

melakukan pembinaan sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa,

terutama untuk dapat mendeteksi secara dini berbagai gangguan kesehatan jiwa.

7. Laboratorium sederhana

Sasaran pokok kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan

pemeriksaan sediaan, untuk mencapai ini dilakukan penataran tenaga laboratorium.

Kegiatannya adalah melaksanakan pelayanan rutin, penyuluhan dan pengiriman

sediaan penyakit dalam rangka pengamatan kejadian penyakit.

8. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)


PKMD diselenggarakan oleh masyarkat sendiri yang pengelolaan di

lapangan memanfaatkan sumber-sumber setempat dalam penyelenggaraan secara

terus-menerus serta terorganisir hingga ikut merangkaikan hasil-hasil kegiatannya

secara tersambung dengan perpanjangan program-program Puskesmas di desanya

serta mampu terpadu dan menunjang system kesehatan nasional.

9. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

Tujuan pokok kegiatan ini adalah untuk mencegah timbulnya penyakit,

menurunkan angka kesakitan, kematian, dan akibt buruk dari penyakit menular.

Untuk mencapai tujuan tersebut diambil langkah-langkah untuk meningkatkan :

Pengamatan penyakit menular, termasuk pelabuhan.

Kualitas dan kuantitas tenaga di bidang epidemiologi, entomologi, ekologi,

sanitasi, dan laboratorium.

10. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular

Tujuan kegiatan ini adalah menurunkan angka kesakitan dan angka

kematian akibat penyakit jantung, dan pembuluh darah, kanker, kecelakaan, dan

lain-lain. Kegiatan pelayanan penyembuhan dan pemulihan diutamakan pada

pengobatan jalan melalui Puskesmas dan rujukannya.

Sebagai langkah pertama diadakan kegiatan pengumpulan data dan penelitian

tentang masalah penyakit tak menular, antara lain dengan mengadakan kegiatan

panduan dan penjaringan selektif pada Puskesmas di daerah tertentu.

11. Program perbaikan gizi

Program ini bertujuan bertujuan untuk menunjang upaya penurunan

angka kematian balita, dan meningkatkan kemampuan masyarakat guna

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, melalui peningkatan status gizi,

terutama bagi golongan rawan dan masyarakat berpenghasilan rendah baik di desa
maupun di kota. Pokok kegiatan yang dilaksanakan dalm program perbaikan gizi

adalah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPKG), pencegahan dan penanggulangan

penyakit gangguan gizi terutama KKP, Kekurangan Vitamin A, gondok endemic

dan anemi gizi besi, peningkatan gizi anak sekolah, dan pelayanan gizi institusi.

12. Program peningkatan kesehatan lingkungan

Program ini bertujuan mencapai mutu lingkungan yang dapat menjamin

kesehatan menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta untuk

mewujudkan keikutsertaan dan kesadaran masyarakat dan sector pemerintah yang

berkaitan dalam tanggung jawab upaya peningkatan dan pelestarian kesehatan

lingkungan. Program ini meliputi program peningkatan air bersih, program

penyehatan perumahan dan lingkungan, program pengawasan kualitas lingkungan,

dan pengembangan kegiatan instalasi pemeriksaan specimen kesehatan lingkungan.

D. Perkembangan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Mengkaji perkembangan pelayanan kesehatan massyarakat di Indonesia

memang sejalan dengan perjuangan bangsa mensejahterahkan masyarakat

Indonesia. Beberapa catatan penting di bawah ini baik sebelum maupun sesudah

Indonesia merdekadapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan program

kesehatan masyarakat di Indonesia.

 Tahun 1942 : Mulai dirintis pengembangan program pendidikan kesehatan

masyarakat untuk peningkatan sanitasi lingkungan di wilayah pedesaan.

  Tahun 1952 : Pengembangan upaya usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

mulai dirintis dengan didirikannya Direktorat KIA di lingkungan Kementrian

Kesehatan

  Tahun 1956 : Proyek UKS diperkenalkan di wilayah Jakarta.


  Tahun 1959 : Program pemberantasan penyakit malaria di milai dengan

bantuan WHO.

  Tahun 1960 : UU Pokok kesehatan dirumuskan

  Tahun 1969 : Dengan mulai tersusunnya Repelita, sector kesehatan juga mulai

menata perencanaannya secara nasional

  Tahun 1982 : Sistem Kesehatan Nasional (SKN) mulai diberlakukan.

  Tahun 1988 : Penggunaan obat generic diperkenalkan

  Tahun 1991 : Dokter sebagai pegawai tidak tetap (PTT) mulai diberlakukan.

  Tahun 1992 : UU no. 23 mulai diterapkan untuk sector kesehatan.

  Tahun 1994 : Keppres 36 tentang strategi penanggulangan AIDS Nasional dan

Daerah

  Tahun 1995 : Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dimulai untuk mencapai target

Indonesia bebas polio tahun 2000. Pembangunan Puskesmas di Indonesia mulai

dirintis dengan berbagai pertimbangan yang bersifat strategis. Untuk jangka

panjang pengembangan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care/PHC)

melalui Puskesmas dinilai jauh lebih efisien dan efektif hasilnya dibandingkan

pengembangan pelayanan RS. Dari konsep pengembangan PHC lahirlah konsep

PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) di Indonesia. PKMD saat

ini sudah berkembang menjadi model peran serta masyarakat di bidang

pelayanan kesehatan yang kemudian diberikan nama sesuai dengan muatan

lokalnya seperti muatan tambahan program gizi dikenal dengan nama UPKG

(Upaya Pelayanan Gizi Keluarga); Proyandu (Program Pelayanan Terpadu)

yang diberikan muatan program KIA, Gizi (Penimbangan Balita, pemberian

vitamin A untuk Balita, dan Sulfas Ferrosus untuk Ibu Hamil), P2M (Imunisasi

dan pemberantasan diare, cacingan), program KB (Konseling); POD (Pos Obat


Desa); DUKM (Dana Upaya Kesehatan Masyarakat) semacam ansuransi

kesehatan di desa; Bidan Desa dengan Polindes (Poliknik Persalinan);

pembinaan pengobatan tradisional, dan sebagainya. Globalisasi dan liberalisasi

perdagangan dunia (AFTA 2003 dan APEC 2010-2020) akan berpengaruh pada

kebijakan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Peningkatan

kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk

memasuki persaingan global di bidang kesehatan. Setelah 25 tahun Indonesia

mengembangkan primary health care services, Indonesia sudah mencatat sukses

besar dengan turunnya tingkat kematian bayi (IMR), tingkat fertilitas (FR),

tingkat kematian ibu bersalin (MMR), kematian kasar (CDR), angka kesakitan

beberapa penyakit menular terutama yang bias dicegah dengan imunisasi dan

memperpanjang angka harapan hidup. Meskipun Indonesia sudah mencatat

sukses besar di bidang pembangunan kesehatan namaun globalisasi di bidang

jasa pelanyanan kesehatan juga akan ditandai dengan adanya investasi modal

asing di Indonesia untuk membangun pusat–pusat pelayanan kesehatan seperti

RS dan laboratorium, termasuk di biidang farmasi dengan membangunpabrik

obat PMA . Akibatnya, persaingan tenaga kesehatan juga akan berlangssung

semakin ketat.
E. Berbagai Upaya untuk Pengembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui

Puskesmas didasarkan pada misi dididrikannya Puskesmas sebagai pusat

pengembangan kesehatan (Centre for Health Development) di wilayah kerja

tertentu. Upaya pengembangannya dapat dilaksanakan melalui perluasan jangkauan

wilayah sesuai dengan tingkat kemajuan wilayah sesuai dengan tingkat kemajuan

transportasi, peningkatan rujukan, peningkatan mutu pelayanan dan keterampilan

staf, peningkatan manajemen organisasi dan peningkatan peran serta masyarakat.

Adapun upaya untuk  pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain:

1. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dengan

membangun Puskesmas yang baru, Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan,

Posyandu, dan penempatan Bidan di desa yang mengelola sebuah polindes

(Poliknik Persalinan Desa).

2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, baik dengan meningkatkan

keterampilan dan motivasi kerja staf dengan memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat maupun dengan cara mencukupi berbagai jenis kebutuhan

peralatan dan obat-obatan.

3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Perencanaan pengadaan obat seharusnya didasarkan pada analisis epidemiologi

penyakit yang berkembang di wilayah kerjanya.

4. System rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar lebih diperkuat dengan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sampai ke tingkat desa. Rujukan

pelayanan kesehatan akan dapat terlaksana bila pembangunan sector lain di

tingkat Kecamatan juga mendukung yaitu tersedianya fasilitas transportasi yang

lebih memadai dan peningkatan pendapatan keluarga.


5. Peran serta masyarakat melalui pengembangan Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Desa (PKMD). Kegiataan ini perlu dilakukan secara gotong-royong

dan swadaya sehingga masyarakat mampu mencapai mutu hidup yang sehat dan

sejahtera.   

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat

(Levey dan Loomba,1973).

2. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan

pelayanan kesehatan masyarakat (public health services)

3.  Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yaitu

Penanggung jawab, standar pelayanan, hubungan kerja; dan pengorganisasian

potensi masyarakat

4. Program-program pelayanan kesehatan masyarakat meliputi Puskesmas,

Keluarga Berencana, Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS), Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Laboratorium sederhana,

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), Program pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, Pencegahan dan pemberantasan penyakit tak

menular, Program perbaikan gizi, dan Program peningkatan kesehatan

lingkunga
SISTIM RUJUKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk

bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan

ketiga, di mana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di

suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak

dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung

jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila

seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka

proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani

dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan

bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak

ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak

ada dukungan peraturan.

1.2 Rumusan Masalah

a.  Apakah pengertian rujukan ?

b.  Apa itu sistem rujukan?

c.  Apa yang menjadi latar belakang rujukan?

d.  Sebutkan kasus kehamilan yang harus dirujuk?

e.  Bagaimana cara merujuk?


f.  Bagaimana alur rujuk?

1.3 Tujuan

Bisa menjelaskan pengertian rujukan,sistem rujukan,latar belakang

rujukan, cara cara merujuk, alur rujukan serta bisa menyebutkan kasus kehamilan

yamng harus di rujuk.


BAB II

PEMBAHASAN

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan

dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk

mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan

berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit

pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya,

sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas

timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik

secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara

rasional.

2.1 Pengertian Rujukan

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas

kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke

unit yang lebih lengkap/Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke

bagian lain dalam satu unit) (Muchtar, 1977).

Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem

pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh

bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga

layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan

atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal.


2.2 Sistem Rujukan

Sistem rujukan adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi

pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang

timbul baik secara vertical (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun secara

horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah).

Menurut hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan

rujukan eksternal.     

1. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di

dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas

pembantu) ke puskesmas induk.

2. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang

pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas

rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan

Medik dan rujukan Kesehatan.

1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien

puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes

mellitus) ke rumah sakit umum daerah.

2. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan

upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok
gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi

puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

TUJUAN RUJUKAN

Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain

1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya

Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratoriumdari

unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya

2. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge &

skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan

khusus, antara lain :

1. Umum

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas

pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil guna.

2. Khusus

a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan

rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.

b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara

berhasil guna dan berdaya guna.

C. JENIS RUJUKAN

Menurut Hatmoko (2000) jenis rujukan secara konseptual menyangkut hal-hal

sebagai berikut :

1) Rujukan medik, meliputi


a. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan

operatif dan lain-lain.

b. Pengiriman bahan (specimen) unutuk pemeriksaan laboratorium yang

lebih lengkap.

c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk

mutu pelayanan pengobatan

2) Rujukan kesehatan

Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat

preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan :

a. Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa

atau terjangkitnya penyakit menular

b. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah

c. Pendidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan

kerancunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal

d. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan

air bersih bagi masyarakat umum

e. Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain

D. PERSIAPAN RUJUKAN

Mempersiapkan rujukan ke rumah sakit dengan melakukan BAKSOKUDa

yaitu:

B: Bidan Harus siap antar ibu ke rumah sakit;

A: Alat-alat yang akan di bawa saat perjalanan rujukan;

K: Kendaraan yang akan mengantar ibu ke Rumah Sakit;

S: Surat rujukan disertakan;


O: Obat-obat seperti oksitosin ampul, cairan infuse;

K: Keluarga harus diberitahu dan mendampingi ibu saat dirujuk;

U:Uang untuk pembiayaan di rumah sakit.

Da: Darah untuk tranfusi

E. KEGIATAN RUJUKAN

1. Rujukan dan pelayanan kebidanan

Kegiatan ini antara lain berupa :

a. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang

lebih lengkap

b. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan dan nifas

c. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-

kasus ginekologi atau kontrasepsi, yang memerlukan penanganan spesialis

d. Pengiriman bahan laboratorium

e. Bila penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,

kembalikan dan kirimkan lagi kepada unit semula, bilamana perlu disertai

dengan keterangan yang lengkap (surat balasan)

2. Rujukan kesehatan yang meliputi permintaan bantuan atas :

a. Kejadian luar biasa atau terjangkitnya penyakit menular

b. Terjadinya kelaparan dalam masyarakat

c. Terjadinya keracunan masal

d. Masalah lain yang menyangkut kesehatan masyarakat umum

3. Rujukan informasi medis

Kegiatan ini antara lain berupa :

a. Membahas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan

advis rehabilitas kepada unit yang mengirim


b. Menjalin kerjasama sistem pelaporan data-data medis umumnya dan data-

data parameter pelayanan kebidanan khususnya terutama mengenai kematian

maternal dan perinatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka

secara regional dan nasional.

4. Pelimpahan pengetahuan dan ketrampilan

Kegiatan ini antara lain berupa :

a. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan

pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi

kasus, dan demonstrasi

b. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau

Rumah sakit pendidikan. Juga dengan mengundang tenaga medis dan paramedis

dalam kegiatankegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat propinsi atau

institusi pendidikan

5. Pusat Rujukan Antara (Puskesmas dengan 10 tempat tidur)

a. Pengertian

Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong

penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun

perawatan sementara dengan 10 tempat tidur

b. Kriteria

• Puskesmas terletak kurang lebih dari 20 km dari rumah sakit

• Puskesmas mudah dicapai dengan kendaran bermotor dari puskesmas

sekitarnya

• Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang

memadai
• Jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari rata-rata.

• Puskesmas masih mempunyai tanah kososng seluas 20mx30m

• Penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk di kelilingnya minimal

rata-rata 20.000/Puskesmas

• Pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang

memadai

c. Fungsi

Merupakan “Pusat Rujukan Antara” melayani penderita gawat darurat sebelum

dapat dibawa ke rumah sakit

d. Kegiatan

1) Melakukan tindakan opertaif terbatas terhadap penderita gawat darurat

antara lain :

• Kecelakaan lalu lintas

• Persalinan dengan penyulit

• penyakit lain yang mendadak dan gawat

2) Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita

dalam rangka diagnostik dengan rata-rata hari perawatan 3 hari atau maksimal 7

hari

3) Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman

penderita lebih lanjut ke Rumah sakit

4) Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi dan

persalinan dengan penyulit

5) Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita untuk keluarga

berencana

e. Ruangan tambahan
Bangunan tambahan seluas 246m diatas tanah seluas 600m2 terdiri dari :

• Ruang rawat tinggal untuk 10 tempat tidur

• Ruangan operasi

• Ruangan persalinan

• Kamar perawatan jaga

• Ruangan post operatif

• Kamar linen

• Kamar cuci

• Dapur

f. Peralatan medis

• Peralat operasi terbatas

• Peealatan obstetri patologis

• Peralatan resusitasi

• Peralatan vasektomi dan tubektomi

• 10 tempat tidur lengkap dengan peralatan perawatan

g. Tenaga

• Dokter kedua di puskesmas yang telah mendapatkan latihan klinis di

Rumah Sakit 6 bulan dalam bidang : obstetri, gynekologi, pediatri dan interne

• 2 orang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatn

bedah, kebidanan, pediatri dan penyakit dalam

• 3 orang perawat kesehatan/ perawat/ bidan yang diberi tugas secara

bergilir

• 1 orang prakarya kesehatan

h. Alat komunikasi

• Telepon atau radio komunikasi jarak sedang


• 1 buah ambulance

F. ALUR RUJUKAN

Dalam rangka pelaksanaan rujukan diperhatikan hal-hal yang menyangkut

tingkat kegawatan penderita, waktu dan jarak tempuh sarana yang dibutuhkan

serta tingkat kemampuan tempat rujukan.

Dalam kaitan ini alur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan

sebagai berikut :

1. Dari kader

Kader dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu atau pondok bersalin atau bidan di desa

b. Puskesmas atau puskesmas denga rawat inap

c. Rumah sakit pemerintah atau swasta

2. Dari posyandu

Dari posyandu dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu atau

b. Pondok bersalin atau bidan desa atau puskesmas atau puskesmas dengan

rawat inap atau rumah sakit pemerintah yang terdekat

3. Dari puskesmas pembantu

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit kelas D/C atau rumah sakit swata

4. Dari pondok bersalin

Dapat langsung ke rumah sakit kelas D/C atau rumah sakit swasta

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien :


1. Pada rujukan penderita gawat darurat, batas wilayah administrasi

(geografis) dapat diabaikan karena yang penting adalah penderita dapat

pertolongan yang cepat dan tepat

2. Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat dilaksanakan

sesuai dengan prosedur rujukan yang biasa sesuai hierarki fasilitas pelayanan

G. MEKANISME

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita

a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih

Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga/

kader/ dukun bayi, maka segera dirujuk kefasilitas pelayanan kesehatan terdekat,

oleh karena mereka belum tentu dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.

b. Pada tingkat Bidan di desa

Puskesmas pembantu dan puskesmas tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas

pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat

kegawatandaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus yang boleh ditangani

sendiri dan kasus yang harus dirujuk.

2. Menentukan tempat tujuan rujukan

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang

mempunyai kewenangan dan terdekat. Termasuk fasilitas pelayanan swata

dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Pemberian informasi kepada penderita dan keluarganya


Penderita dan keluarganya perlu diberi informasi tentang perlunya penderita

segera dirujuk untuk mendapat pertolongan fasilitas pelayanan kesehatan yang

lebih mampu

4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

Melalui telepon atau radio komunikasi disampaikan kepada tempat rujukan yang

tujuannya untuk :

a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk

b. meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan

selama dalam dalam perjalanan ke tempat tujuan

c. Meminta petunjuk cara penanganan untuk menolong penderita bila

penderita tidak mungkin dikirim.

5. Persiapan penderita

a. Sebelum dikirim, keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih

dahulu. Keadaan umum perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Untuk itu

obat-obatan yang diperlukan untuk mempertahankan keadaan umum perlu

disertakan pada waktu pasien diangkut.

b. Surat rujukan perlu disiapkan dengan format rujukan

c. Dalam hal penderita gawat darurat maka seorang perawat/ bidan perlu

mendampingi penderita dalam perjalanan untuk menjaga keadaan umum

penderita

6. Pengiriman penderita

Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/ sarana

transportasi untuk mengangkut penderita

7. Tindak lanjut penderita


a. Untuk penderita yang telah dikembalikan, dan memerlukan tindak lanjut,

dilakukan tindakan dengan sarana yang diberikan

b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka

dilakukan kunjungan rumah

H. UPAYA PENINGKATAN MUTU RUJUKAN

Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan :

1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan

puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan

tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi

strategis

3. Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan

4. Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk

kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi

5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik rujukan

medik maupun rujukan kesehatan

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan

kesehatan

2.5 Cara Merujuk

Langkah-langkah rujukan adalah :

1. Menentukan kegawat daruratan penderita

a) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak

dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka

belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.

b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas.

Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus

dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang

boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.

2. Menentukan tempat rujukan

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang

mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta

dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga

4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.

b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan

selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.

c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila

penderita tidak mungkin dikirim.

5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

6. Pengiriman Penderita

7. Tindak lanjut penderita :

a) Untuk penderita yang telah dikembalikan

b) Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi

tidak melapor
2.6 Alur Rujukan

Alur rujukan kasus kegawat daruratan :

1. Dari Kader

Dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu

b. Pondok bersalin atau bidan di desa

c. Puskesmas rawat inap

d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah

2. Dari Posyandu

Dapat langsung merujuk ke :

a) Puskesmas pembantu

b) Pondok bersalin atau bidan di desa


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau

masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang

lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain

dalam satu unit) (Muchtar, 1977).

Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan

yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan

sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan

yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau

fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul.1996.Pengantar Administrasi Kesehahatan Edisi Ketiga.Tanggerang :


Binapura Aksara

Muninjaya, A.A Gde.1999.Manajemen Kesehatan.Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Sukarni, Mariyati.1994.Kesehatan Keluarga Lingkungan.Yogyakarta : Kanisius

Notoatmodjo, Soekidjo.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip


Dasar).Jakarta : PT. Asdi Mahasatya

http://gustiayuendanghartanti.blogspot.com/2012/03/tugas-makalah-
manajemen-kualitas.html di akses hari Rabu, 24 Oktober 2012

http://staff.blog.ui.ac.id/yaslis/2008/03/06/apa-yang-salah-dengan-program-
kesehatan-kita/ di akses hari Rabu, 24 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai