Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES HANG TUAH PEKANBARU


Jl. MUSTAFA SARI NO 5 PEKANBARU

Ujian Akhir Semester (UAS)

Mata Kuliah : HIV AIDS


Dosen : Dr. Nopriadi, SKM, M.Kes
Hari / tgl : 5 Januari 2019

Petunjuk Mengerjakan Soal:

1. Jawablah soal berikut menurut pendapat saudara sendiri.


2. Saudara tidak diperkenankan memberi atau menerima plagiat jawaban teman, jika
ketahuan maka lembar jawaban saudara tidak dinilai.
3. Jawaban diketik pada kertas ukuran A4 1,5 spasi dengan font 12 Arial. Dikumpulkan
secara KOLEKTIF melalui Ketua Kelas atau PJ MK HIV AIDS dalam 1 folder ke email
saya nopriadi_dhs@yahoo.com. Dikirim ke email saya paling lambat nanti malam jam
21.59 WIB. Tidak dikirim secara pribadi.

SOAL :

1. Tuliskan hak-hak ODHA dan OHIDHA. Jelaskan juga bagaimana kontribusi ODHA,
OHIDHA dan Populasi kunci dalam program pencegahan HIV AIDS.
2. Jelaskan bagaimana pencegahan HIV AIDS secara komprehensif melalui transmisi
seksual?
3. Jelaskan pola penularan HIV/AIDS pada Penasun? bagaimana transmisi HIV pada
pasangan Penasun ? bagaimana strategi edukasi dan komunikasi kepada penasun ?
4. Jelaskan bagaimana tatalaksana dan prosedur standar kewaspadaan umum (universal
precaution) di layanan kesehatan? dan pengelolaan kewaspadaan umum untuk keamanan
petugas kesehatan dan pasien ? Jelaskan juga bagaimana cara pemulasaran jenazah
yang menderita HIV AIDS.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan surveilens HIV/AIDS? Bagaimana metoda
surveilans HIV/AIDS?
6. Jelaskan 4 prong (komponen) PMTCT.
7. Jelaskan dampak dari stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan OHIDHA serta
bagaimana program pencegahannya?
8. Jelaskan bagaimana hubungan antara faktor social-ekonomi, budaya, gender dengan
HIV/AIDS?
9. Jelaskan tentang perencanaan perawatan berkelanjutan pada ODHA.
10. Jelaskan bagaimana manajemen program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
serta monitoring dan evaluasinya.

Selamat Ujian, Semoga Sukses..!

NAMA : ANTON JANUARIL

NIM : 17011041

SMESTER : 3 (TIGA)
KELOMPOK : 1 (SATU)

MATA KULIAH : HIV DAN AIDS


Jawaban :
1).Hak odha dan ohidha serta populasi kunci pencegahan HIV AIDS

 Hak Hak ODHA

sebelum dan ketika tes HIV,mendapat kan konseling,informasi informesd consent,dan


terjamin kerahasian nya.

 saat hidup dengan HIV dan AIDS


hak untuk tidak di bedakan ,serta persamaan di hadapan hukum.hukum ham
internasional menjamin perlindungan yang sama di hadapan hukum dari
diskripsiminasi atas dasar apapun,seperti ras,warna kulit,bahasa,agama,politik atau
pendapat,asal usul,dan status yang lain nya termasuk status HIV.
b)hak untuk hidup
c)hak untuk mendapakan standar kesehatan fisi dan mental tertinggi yang bisa
di capai
d)hak atas privasi
e)hak untuk bekerja
f)hak untuk bergerak atau berpindah tempat
g)hak untuk menikah dan membangun keluarga
h)hak untuk mengakses pendidikan
i)hak untuk berkumpul
j)hak untuk mengikuti program asuransi

 saat dan setelah meninggal


Hak untuk jenajah nya di perlakukan dengan bermartabat
Hak untuk mendapat kan pelayanan dan penguburan yang layak
Hak untuk tidak di bocorkan status HIV nya
Hak bagi keluarganya untuk tidak di ganggu
Hak untuk mendapatkan santunan dan pensiun yang menjadi hak nya

 Program Pencegahan Melalui alat suntik


Upaya pencegahan melalui alat suntik melalui pengurangan dampak buruk (harm
reduction) dorongan penasun untuk berprilaku sehat, baik terhadap penularan HIV
maupun akses terhadap layanan ppencegahan dan pengobatan. Berdasarkan hasil
STBP 2007, telah terjadi penularan perilaku yang cukup bermakna di kelompok
penasun, yaitu meningkatnya penggunaan kondom, meningkatnya akses layanan
alat suntik steril dan terjadinya penurunan yang cukup bermakna dalam kebiasaaan
suntik berbagi. Kebiasaan berbagi alat suntik pada saat menyuntik di kelompok
penasun di 4 kota (Surabaya, Jakarta, Medan, Bandung) cenderung turun yaitu (5-
52%).

 Program pencegahan melalui seks sual


Penularan HIV melalui tranmisi seksual dapat dicegah secara efektif dengan
menunda melakukan hubungan seks, setia pada pasangan dan menggunakan
kondom. Penggunaan kondom pada populasi kunci dibandingkan angka
tahun 2002 belum mengalami peningkatan yang bermakna, misalnya pada
kelompok wanita pekerja seks meningkat hanya

 progaram pengobatan dan perrawatan


Efektifitas program perawatan dan pengobatan masih belum memadai, beberapa
penyebab adalah karena masih belum memadainya jumlah layanan dan
rendahnya akses populasi kunci dan ODHA terhadap layanan kesehatan yang
tersedia. Masih lemahnya sistem logistik dan suplai dari ART juga memberikan
dampak efektifitas program pengobatan yang masih rendah. Untuk memperbaiki
kelemahan sistem tersebut diperlukan komitmen kepemimpinan yang lebih besar,
kerja sama dan koordinasi dari sektor terkait.

 Populasi kunci
Populasi kunci adalah lelaki dan perempuan pengguna narkoba suntik, termasuk
mereka yang ada di lapas/rutan; pekerja seks langsung dan tidak langsung;
pelanggan pekerja seks; dan lelaki yang seks dengan lelaki; waria dan pasangan
intim seluruh populasi kunci. Dalam kelompok ini, program pencegahan akan juga
menjangkau kelompok usia muda (15-24 tahun) dan para pekerja baik dari sektor
pemerintah maupun swasta, buruh, atau pekerja migran. Di Provinsi Papua dan
Papua Barat, upaya pencegahan di atas ditujukan juga untuk masyarakat umum.

2.)Program pencegahan penunularan HIV dan AIDS


Program pencegahan penularan HIV melalui tranmisi seksual dilakukan melalui
promosi kodom dan penyedian layanan infeksi menular seksual. Pada tahun 2008,
jumlah layanan IMS yang telah tersedia adalah sebanyak 245 unit layanan, yang
dilaksanakan di puskesmas, klinik swasta, klinik perusahaan maupun masyarakat.
Pragram promosi kondom telah di laksanakan di lokasi dan kelompok
komunitas.kegiatan promosi kondom telah menjangkau 27.180 WPS, 403.030
pelanggan WPS, 27.810 Waria, 63.980 LSL dan 50.420 penasun (Sumber: Data
Cakupan KPAN, Juni 2009). Jumlah outlet kondom telah dikembangkan sebanyak
15.000 unit dan sebanyak 20 juta kondom telah didistribusikan setiap tahun nya baik
secara gratis maupun komersial (Sumber: DKT, 2008). KPA Nasional telah
berinisitatip untuk mengembangkan program komprehensif untuk pencegahan HIV
dengan pendekatan struktural di 12 kab/kota termasuk penyediaan outlet kondom
yang akan dilanjutkan menjadi 36 lokasi hingga tahun 2014 dengan dukungan dana.

3).Pola penularan HIV/AIDS pesan penasun :


Virus HIV dapat ditularkan pada penasun, karena adanya kebiasaan menggunakan
jarum suntik secara bergantian. Penularan tersebut dapat melalui peralatan
menyuntik, antara lain seperti alat suntik atau spuit (syringe), jarum suntik (needle),
tempat yang berupa kontainer kecil (sendok atau tutup botol) yang digunakan untuk
melarutkan narkoba, kapas, serta air yang digunakan untuk membersihkan jarum
dan spuit sebelum digunakan penasun lainnya (rinse water).
Transmisi HIV pada pasangan penasun :
Sering kali, pengguna narkoba berganti-ganti pasangan seksual. Baik untuk
mencari kepuasan seks, maupun untuk memenuhi kebutuhan narkobanya. Tidak
jarang, para pengguna narkoba akan menawarkan seks untuk narkoba atau uang
untuk membeli narkoba. Perilaku tersebut yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi
HIV atau infeksi menular (IMS) lain.
Strategi edukasi dan komunikasi pada penasun :
Penanggulangan AIDS memberikan fokus yang sangat besar untuk melakukan
upaya penjangkauan dan pelibatan pengguna napza suntik ke dalam program,
sehingga para penasun dapat diberikan komunikasi, edukasi, dan informasi tentang
HIV/AIDS agar mencegah terjadinya penularan HIV dan AIDS di kalangan mereka.
4).Tatalaksana kewaspadaan umum (universal precaution) di layanan kesehatan :
 Setiap orang (pasien atau petugas kesehatan) sangat berpotensi meningkatkan
HIV.
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka,
mukosa, darah, bagian tubuh lain, instrument yang kotor, sampah yang
terkontaminasi, dan sebelum melakukan prosedur invasiv.
 Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker muka, dan celemek)
untuk mencegah kemungkinan percikan dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang
muncrat dan tumpah (misalnya saat membersihkan instrument dan benda
lainnya).
 Gunakan antiseptik untuk membersihkan selaput lendir sebelum pembedahan,
pembersihan luka, atau pencucian tangan sebelum operasi dengan antiseptik
berbahan alkohol.
 Gunakan praktik keselamatan kerja, misalnya jangan menutup kembali jarum
atau membengkokkan jarum setelah digunakan, jangan menjahit dengan jarum
tumpul.
Prosedur standar kewaspadaan umum (universal precaution) di layanan
kesehatan :
 Mencuci tangan
a) Untuk cuci tangan harus selalu diusahakan tersedia sebum antiseptik dan air
mengalir. Melepaskan benda di sekitar tangan (jam tangan, cincin, gelang,
dan lain-lain).
b) Gunakan tisu untuk membuka keran air untuk menghindari tangan yang
kotor mengkontaminasi keran
c) Basahi pergelangan tangan, kemudian tuangkan lebih 5 cc sabun cair di
telapak tangan.
d) Menggosok dengan busa sabun semua permukaan secara mekanik selama
15-30 detik dan dilanjutkan dengan membilas pada air yang mengalir.
 Pemakaian alat pelindung diri (ADP)
a) Sarung tangan digunakan untuk mencegah perpindahan mikroorganisme
yang terdapat pada tangan petugas kesehatan kepada pasien, dan
mencegah kontak antara tangan petugas dengan darah atau cairan tubuh
pasien, selaput lender, luka, alat kesehatan, atau permukaan yang
terkontaminasi.
b) Pelindung wajah (masker, kacamata, helm) digunakan untuk mencegah
kontak antara droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung
mikroorganisme ke pasien, dan mencegah kontak droplet/darah/cairan tubuh
pasien kepada petugas.
c) Penutup kepala digunakan untuk mencegah kontak dengan percikan darah
atau cairan tubuh pasien.
d) Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) digunakan untuk mencegah
kontak mikroorganisme dari pasien atau sebaliknya.
e) Sepatu pelindung digunakan untuk mencegah perlukaan kaki oleh benda
tajam yang terkontaminasi, juga terhadap darah dan cairan tubuh lainnya.
 Pengelolaan alat kesehatan
a) Dekontaminasi
b) Pencucian
c) Sterilisasi atau DDT
d) Penyimpanan
Cara pemulasaran jenazah yang menderita HIV AIDS :
Pemulasaran jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengabaikan budaya dan agama yang
dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat
memberi nasehat dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah
tidak menambah resiko penularan penyakit menular. Tradisi yang berkaitan dengan
perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal
yang telah disebut di atas. Virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam
tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV dan
AIDS meninggal, virus pun akan mati. Bagian tubuh jenazah tetap merupakan
sumber infeksi yang potensial, oleh karena itu kewaspadaan universal harus tetap
dilakukan pada proses pemulasaran jenazah dengan prinsip sesuai kaidah
kewaspadaan universal. Prinsip kewaspadaan universal adalah memperlakukan
setiap cairan tubuh, darah, dan jaringan tubuh manusia sebagai bahan infeksius.

5). Surveilans HIV adalah suatu cara untuk mengetahui besarnya masalah dengan
melakukan pengumpulan data yang sistematik dan terus menerus terhadap
distribusi dan tren/kecendrungan infeksi HIV untuk melakukan tindakan
pencegahan dan pemberantasan infeksi HIV dan penyakit lainnya.
Metode surveilans HIV/AIDS :
 Surveilans epidemiologi dalam masyarakat
Surveilans epidemiologi ini dilakukan pada suatu wilayah administrasi atau pada
kelompok populasi tertentu. Dengan analisis secara teratur berkesinambungan
terhadap data yang dikumpulkan mengenai kejadian sakit atau kematian, dapat
memberikan kesempatan lebih mengenal kecenderungan penyakit menurut
variabel yang diteliti. Variabel tersebut diantaranya adalah distribusi penyakit
menurut musim atau periode waktu tertentu, mengetahui daerah geografis
dimana jumlah kasus/penularan meningkat atau berkurang serta berbagai
kelompok risiko tinggi menurut umur, jenis kelamin, ras, agama, status social
ekonomi serta pekerjaan.
 Surveilans epidemiologi di rumah sakit
Saat ini penderita penyakit menular yang dirawat di rumah sakit jumlahnya
masih cukup besar. Suatu keadaan khusus dimana faktor lingkungan secara
bermakna dapat mendukung terjadinya risiko mendapatkan penyakit infeksi,
sehingga teknik surveilans termasuk control penyakit pada rumah sakit rujukan
pada tingkat provinsi dan regional memerlukan perlakuan tersendiri. Pada
rumah sakit tersebut, terdapat beberapa penularan penyakit dan dapat
menimbulkan infeksi nosokomial. Selain itu, rumah sakit mungkin dapat menjadi
tempat berkembangnya serta tumbuh suburnya berbagai jenis mikroorganisme.
Untuk mengatasi masalah penularan penyakit di rumah sakit maka telah
dikembangkan sistem surveilans epidemiologi yang khusus dan cukup efektif
untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya penularan infeksi (dikenal
dengan infeksi nosokomial) di dalam lingkungan rumah sakit.

6). Prong 1 (Pencegahan penularan HIV pada remaja usia reproduksi):


Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada
anak adalah dengan mencegah penularan HIV pada remaja/perempuan usia
reproduksi 15-49 tahun (pencegahan primer). Pencegahan primer bertujuan
mencegah penularan HIV dari ibu ke anak secara dini, yaitu baik sebelum
terjadinya perilaku hubungan seksual berisiko atau apabila terjadi perilaku seksual
berisiko maka penularan masih bisa dicegah, termasuk mencegah ibu dan ibu
hamil agar tidak tertular oleh pasangannya yang terinfeksi HIV.
Prong 2 (Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif) :
Perempuan dengan HIV berpotensi menularkan virus kepada bayi yang
dikandungnya jika hamil. Karena itu, ODHA perempuan disarankan untuk
mendapatkan akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana kotrasepsi
yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
Konseling yang berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif
serta penggunaan kondom secara konsisten akan membantu perempuan dengan
HIV agar melakukan hubungan seksual yang aman, serta menghindari terjadinya
kehamilan yang tidak direncanakan. Perlu diingat bahwa infeksi HIV bukan
merupakan indikasi aborsi.
Prong 3 (Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya) :
 ANC terintegrasi PMTCT
 Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV
 Diagnosis HIV
 Terapi ARV
 Perencanaan persalinan dan menyusui
 Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak
 Menunda dan mengatur kehamilan
 Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak
 Pemeriksaan diagnostic HIV dan AIDS pada anak
Prong 4 (Pemberian dukungan psikologis sosial dan perawatan kepada ibu HIV
positif beserta anak dan keluarganya) :
Upaya pencegahan penularan HIV dan AIDS dari ibu ke anak tidak berhenti setelah
ibu melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV di tubuhnya. Ia membutuhkan
dukungan psikologis, sosial, dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama
karena si ibu akan menghadapi stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap
ODHA. Faktor kerahasiaan status HIV ibu sangat penting dijaga. Dukungan juga
harus diberikan kepada anak dan keluarganya. Beberapa hal yang mungkin
dibutuhkan ibu dengan HIV antara lain pengobatan ARV jangka panjang dan
pengobatan gejala penyakitnya, pemeriksaan kondisi kesehatan dan pemantauan
terapi ARV (termasuk CD4 dan viral load), konseling dan dukungan kotrasepsi dan
pengaturan kehamilan, informasi dan edukasi pemberian makanan bayi,
pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik untuk diri sendiri dan bayinya,
penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV dan AIDS dan
pencegahannya, layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat, kunjungan ke
rumah (home visit), dukungan teman-teman sesame HIV positif, terlebih sesame
ibu dengan HIV, adanya pendamping saat sedang dirawat, dukungan dari
pasangan, peningkatan ekonomi keluarga, serta perawatan dan pendidikan bagi
anak.

7). Dampak dari stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan OHIDHA :
ODHA yang mendapatkan stigma dan diskriminasi di masyarakat tidak akan dapat
bergaul, bekerja, dan menjalani hidupnya dengan baik. Putrus asa, depresi,
keinginan untuk bunuh diri atau merusak dirinya sendiri menjadi masalah serius. Ini
bukan hanyan minimpa ODHA, namun juga dapat mempengaruhi keluarga ODHA
ataupun orang-orang terdekatnya. Stigma dan diskriminasi membuat ODHA
maupun keluarganya merasa takut atau malu untuk mengakui dan mencari
bantuan. Mereka tidak mau pergi ke rumah sakit atau mencari informasi lebih
lanjut. Kurangnyan pemahaman tentang HIV dan AIDS mengakibatkan orang yang
menderita penyakit ini sering sekali dikucilkan atau sering mendapatkan
diskriminasi dari lingkungannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa HIV dan AIDS
membawa dampak yang cukup signifikan bagi ODHA itu sendiri. Trauma, sikap
membisu, suka menghindar, tidak percaya diri, merasa jelek, terhina, dan
sebagainya adalah beberapa contoh dari apa yang ODHA rasakan.
Program pencegahan :
 Kebijakan : reformasi hokum dan kebijakan secara global diperlukan untuk
melarang diskriminasi ODHA dan melindungi mereka terutama kelompok yang
paling rentan (pekerja seks, LSL, waria, wanita pengguna narkoba, buruh
migran)
 Sosial (Community based program), termasuk media pekerja melalui LSM local.
 Institusi melalui militer, sekolah, penjara, rumah sakit, lembaga keagamaan ,
serta pimpinan.
 Keluarga, melalui dukungan dan pendidikan.
 Memobilisasi dan mendukung orang yang positif dan orang yang mendorong
keterlibatan mereka dalam kegiatan advokasi
 Pasangan-pasangan dapat terlibat termasuk dalam melakukan tes dan
konseling
 Individu, melakukan kunjungan kesehatan, tes, dan konseling
 Rekruit opinion leader, mendidik dan melibatkannya
 Mengurangi stigma melalui konten, pesan, yang harus disesuaikan dengan :
 Konteks dan norma budaya
 Keyakinan kesehatan umum
 Hukum local
 Pengaturan khusus dinamika stigma
 Carilah kekuatan serta tantangan dalam setiap pengaturan budaya

8). Hubungan antara faktor sosial-ekonomi, budaya, gender dengan HIV/AIDS :


Beberapa faktor yang mendukung penularan HIV dan AIDS antara lain faktor sosial,
ekonomi, dan budaya. Dilihat dari faktor sosial, maka struktur sosial dalam
masyarakat berperan dalam menentukan risiko HIV dan AIDS adalah berkaitan
dengan definisi perilaku yang diterima, praktek risiko tinggi, dan peraturan
masyarakat, berkaitan dengan nilai, norma. Sedangkan pada faktor ekonomi,
kemiskinan dapat mempengaruhi risiko penularan HIV dan AIDS karena pendidikan
dan akses informasi, Infeksi Menular Seksual (IMS), dan strategi survival sangat
mahal bagi orang miskin. Untuk faktor budaya, di beberapa daerah tertentu masih
ada adat kebiasaan yang memudahkan dan mempercepat terjadinya penularan
HIV.
9). Perencanaan perawatan berkelanjutan pada ODHA :
Perencanaan diperlukan untuk mengidentifikasi cara yang sesuai dalam
pengembangan layanan perawatan komprehensif guna memenuhi kebutuhan
masyarakat pada umumnya dan klien populasi kunci pada khususnya. Informasi
yang diperlukan meliputi informasi terkait HIV dan AIDS yang dapat dimanfaatkan
untuk menentukan kegiatan pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan
HIV dan AIDS yang dibutuhkan. Jika telah ada layanan terkait HIV dan AIDS dapat
dilakukan penilaian terkait dengan pemanfaatan layanan jejaring rujukan layanan
dan upaya yang diperlukan untuk meningkatkan layanan.
10). Manajemen program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS :
 Perencanaan Program HIV dan AIDS
Proses perencanaan program harus berdasarkan pada situasi epidemi, situasi
penganggaran daerah, dan melibatkan berbagai stakeholders (pemerintah,
LSM, donor, dan jaringan komunitas).
 Koordinasi Lintas Sektor di Daerah
Memahami strategi koordinasi lintas sektor harus dipahami dengan baik
sehingga penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilakukan secara terintegrasi.
Koordinasi antara lembaga pemerintah, masyarakat sipil, dunia usaha dan
sektor usaha, serta mitra pembangunan internasional juga harus bisa dilakukan
dengan baik.
 Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penanggulangan HIV dan AIDS meliputi
tenaga-tenaga dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, dan tenaga-tenaga
monitoring dan evaluasi di semua tingkat dan di setiap lembaga pemangku
kepentingan.
 Pendanaan
Untuk menyelenggarakan strategi dan rencana penanggulangan HIV dan AIDS
dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut bersumber dari anggaran
pemerintah pusat (APBN), anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
(APBD) dan bantuan dari pihak swasta, masyarakat dan mitra internasional.
Semua sumber pendanaan dapat berupa dana tunai maupun kontribusi non
tunai.
 Sarana dan prasarana
 Tempat layanan
 Materi untuk pelaksanaan surveilans
 Materi untuk upaya perawatan, dukungan dan pengobatan
 Materi untuk komunikasi, informasi, dan edukasi, serta materi lainnya yang
berfungsi untuk mendukung upaya penaggulangan tersebut.
Monitoring dan Evaluasi :
Monitoring dan evaluasi dijalankan mengikuti suatu kerangka kerja sistem yang
dapat menilai setiap tahap pelaksanaan program, mulai dari tahap input, proses
kegiatan, output, hasil sampai dengan dampak program.

a. Surveilans
Surveilans HIV, AIDS dan IMS merupakan tanggung jawab dari Depkes. Berbagai
bentuk kegiatan surveilans yang diperlukan antara lain adalah sebagai berikut:

 Surveilans HIV
Departemen Kesehatan menetapkan surveilans HIV dilakukan sekali setahun. Saat
ini surveilans HIV dilakukan terhadap WPS. Surveilans HIV perlu diperluas ke
semua populasi kunci. Surveilans pada ibu hamil perlu dilakukan pada area
geografis tertentu sesuai dengan tingkat epidemi.
Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP)
STBP telah dilakukan pada beberapa provinsi prioritas. Ke depan STBP perlu
dilakukan secara konsisten pada semua provinsi prioritas.
 Survei IMS
 Kegiatan ini dapat diintegrasikan ke dalam STBP.
 Survei resistensi ARV
 Estimasi jumlah populasi kunci
 Estimasi jumlah ODHA
 Pengumpulan data lainnya:

 Monitoring penguatan kelembagaan (KPA)


 Monitoring pengeluaran dana (KPA)
 Monitoring perkembangan layanan pencegahan (KPA)
 Monitoring perkembangan layanan pengobatan (Depkes)

 monitoring perkembangan layanan mitigasi dampak (Depsos)


 Monitoring cakupan program (KPA)
 Riset operasional (KPA)
 Terdapat sejumlah jenis penelitian di bidang HIV dan AIDS. Namun yang
sangat relevan dalam lima tahun ke depan adalah penelitian operasional
untuk dapat meningkatkan efektifitas program, baik yang menyangkut
pencegahan, pengobatan maupun mitigasi dampak.

 Monitoring dan Pelaporan


Satu pemantauan yang perlu dilakukan secara intensif dan teratur dari waktu
ke waktu adalah mengenai perkembangan cakupan program di lapangan
yaitu di lingkup kabupaten/kota.
12

Anda mungkin juga menyukai