Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KUNJUNGAN PUSKESMAS

KAMPAR KIRI HULU

DOSEN PENGAMPUH : JIHAN NATASSA, SKM, M.Kes


Disusun oleh :
1. MEISA NORFA RILA 7. DINDA CARNOVA
2. AYU YULIANI 8. VIRA
3. SONYA KARNILA 9. ANTON JANUARIL
4. SRI WIRDA 10. HASERNI
5. RONI KURNIAWAN 11. NURSYRWAN CHANDRA
6. ROSPITA RAHMI 12. SINDI FRANSISKO

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANGTUAH PEKANBARU 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing Ibuk JIHAN
NATASSA,SKM,M.Kes yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan laporan penyuluhan ini. Rasa terima kasih juga hendak
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga laporan penyuluhan ini bisa selesai pada waktu yang
telah ditentukan.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 1 januari 2020


DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................
C. Tujuan ……………...…………........................................................................................
D. Manfaat…………..............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil………………………………………………………………………………………
B. Pembahasan………………………………………………………………………………
C. Jadwal Kegiatan…………………………………………………………....……………..

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 :
2. Lampiran 2 :
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, pelayanan kesehatan belum dinikmati secara merata oleh penduduk Indonesia.
Ini terjadi karena terdapat beberapa perbedan seperti jarak geografis, latar belakang
pendidikan, keyakinan, status sosial ekonomi, dan kurang cakupan jaminan kesehatan.
Pelayanan kesehatan tidak terlepas pembiayaan kesehatan sebab dizaman seperti ini apa
bila kita berobat kerumahsakit atau ke dokter spesialis pasti membutuhkan biaya.
Telah disebutkan bahwa salah satu subsistem kesehatan adalah subsistem
pembiayaan kesehatan. Subsistem pembiayaan kesehatan membahas mengenai
pembiayaan untuk program kesehatan,yakni program-program yang berhubungan erat
dengan penerapan langsung ilmu dan teknologi kedokteran. Pembatasan tentang
subsistem pembiayaan kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang
dikenal dengan nama ekonomi kesehatan ( health economic).
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses
kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktivitas seperti
biasa. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan sesungguhnya bernilai
sangat investatif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang senatiasa
“siap pakai” dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit. Namun, masih banyak
orang menyepelekan hal ini. Negara, pada beberapa kasus, juga demikian.
Salah satu sub sistem kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan kesehatan.
Jika ditinjau dari dari defenisi sehat, sebagaimana yang dimaksud oleh WHO, maka
pembiayaan pembangunan perumahan dan atau pembiayaan pengadaan pangan, yang
karena juga memiliki dampak terhadap derajat kesehatan, seharusnya turut pula
diperhitungkan. Pada akhir akhir ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan
serta makin langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem
pembiayaan kesehatan makin meningkat. Pembahasan tentang subsistem pembiayaan
kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang dikenal dengan nama
ekonomi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pembiayaan kesehatan?
2. Dari mana saja sumber biaya kesehatan?
3. Apa saja macam biaya kesehatan?
4. Apakah syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan?
5. Apa saja masalah pokok pembiayaan kesehatan dan upaya penyelesaiaannya?
6. Format laporan program dipuskesmas Kampar kiri hulu?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari pembiayaan kesehatan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sumber biaya kesehatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui macam biaya kesehatan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui masalah pokok pembiayaan kesehatan dan upaya
penyelesaiannya.
6. Mahasiswa dapat mengetahui laporan keuangan dari puskemas Kampar kiri hulu
D. Manfaat
1. Menjadikan mahasiswa agar lebih memahami masalah system pembiayaan di
Puskesmas.
2. Dapat dijadikan sebagai data dasar pengambilan keputusan untuk menyusun
suatu rumusan alokasi anggaran di puskesmas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pembiayaan Kesehatan
Sub system pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari
ekonomi kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua
sudut yakni :
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health
provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini tampak
bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama
pemerintah dan atau pun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan
(health consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya
kesehatan di sini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan. Dalam
batas-batas tertentu, pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni dalam
rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang membutuhkannya.

Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa pengertian
biaya kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan (health provider)
dengan pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan
kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan
untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan
untuk dapat memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya perbedaan
pengertian yang seperti ini, tentu mudah diperkirakan bahwa besarnya dana yang dihitung
sebagai biaya kesehatan tidaklah sama antara pemakai jasa pelayanan dengan penyedia
pelayanan kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan lebih menunjuk padaa
seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational
cost) yang harus disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan
besarnnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang
harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatka suatu upaya kesehatan.
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh
pemakai jasa pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia pelayan
kesehatan (income) adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh penyedia
pelayanan kesehatan (expenses), maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut
mengalami keuntungan (profit). Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti penyelenggaraan
upaya kesehatan tersebut mengalami kerugian (loss).

Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari besarnya
dana yang dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja, karena pada
umumnya pihak penyedia pelayanan kesehatan terutama yang diselenggrakan oleh ihak
swasta tidak ingin mengalami kerugian, dan karena itu setiap pengeluaran telah
diperhitungkan terhadap jasa pelayanan yang akan diselenggarakan, maka perhitungan
total biaya kesehatan akhirnya lebih banyak didasarkan pada jumlah dana yang
dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan kesehatan saja.

Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan pemerintah,


maka dalam memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor pemerintah. Tetapi
karena pada upaya kesehatan pemerintah selalu ditemukan adanya subsidi, maka cara
perhitungan yang dipergunakan tidaklah sama. Total biaya kesehatan dari sektor
pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa,
dan karena itu merupakan pendapatan (income) pemerintah, melainkan dari besarnya
dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.

Dari uraian ini menjadi jelaslah untuk dapat menghitung besarnya total biaya
kesehatan yang berlaku di suatu negara, ada dua pedoman yang dipakai. Pertama,
besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta.
Kedua, besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan kesehatan
untuk sektor pemerintah. Total biaya kesehatan adalah hasil dari penjumlahan dari kedua
pengeluaran tersebut.
B. Sumber Biaya Kesehatan
Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untuk penyediaan fasilitas-
fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah (public) dan swasta
(private). Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya barang public atau
private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipegang oleh pihak swasta
(private) cenderung bersifat komersil. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta
mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang
tersedia merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan
kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya sekitar 10 persen).
Hal ini tentunya akan menjadi kendala terutama bagi masyarakat golongan menengah ke
bawah. Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan jika menggunakan fasilitas-
fasilitas kesehatan swasta tidak sebanding dengan kemampuan ekonomi sebagian besar
masyarakat Indonesia yang tergolong menengah ke bawah.
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain. Secara
umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan
disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum
baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.
Contohnya dana dari pemerintah pusat dan provinsi.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan
maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan
penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan
atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.
Contohnya CSR atau Corporate Social Reponsibility) dan pengeluaran rumah
tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui sistem asuransi.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-
penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya
oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari
luar negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO
kepada negara-negara berkembang (termasuk Indonesia).

4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat


Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat
mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan
kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung
sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi.
Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya
kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka


ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya
masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang
mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu
negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang peranan
swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam
membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan kedokteran
yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.
C. Macam biaya kesehatan
Biaya kesehatan banyak macamnya karena semuanya tergantung dari jenis dan
kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau dimanfaatkan. Hanya
saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut
secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni :
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang
tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat
yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
untuk mencegah penyakit.

Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-masing biaya
kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yakni dari sudut penyelenggara kesehatan
(health provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer).

D. Fungsi pembiayaan kesehatan


1. Penggalian dana
a. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber
dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta
berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun
dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang didukung
dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana
yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif
oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat,
misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara pasif yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang
sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.
b. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
2. Pengalokasian dana
a. Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya
5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
b. Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
3. Pembelanjaan
a. Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
b. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
c. Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.

E. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Upaya Penyelesaiannya


Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana dikemukakan
di atas, segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah semudah yang diperkirakan.
Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan juga
karena telah dipergunakarmya berbagai peralatan canggih, menyebabkan pelayanan
kesehatan semakin bertambah komplek. Kesemuanya ini disatu pihak memang
mendatangkan banyak keuntungan yakni makin meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, namun di pihak lain temyata juga mendatangkan banyak masalah. Adapun
berbagai masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai.
Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya kesadaran
pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari
pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif
melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan. Kita dapat
mengambil contoh di Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya
berkisar antara 2 – 3% dari total anggaran belanja dalam setahun.
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai, karena
kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari
penyebaran penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang, kebanyakan
penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan.
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah yang
dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di banyak
negara tenyata biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi dari pada
pelayanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui bahwa
pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif dari pada pelayanan kesehatan
masyarakat.
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya
belum begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola
dengan baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari pelayanan kesehatan masih
dapat dicapai. Sayangnya kehendak yang seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab
utamanya ialah karena pengelolaannya memang belum sempurna, yang kait
berkait tidak hanya dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih terbatas,
tetapi juga ada kaitannya dengan sikap mental para pengelola.
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang
berperanan di sini, beberapa yang terpenting adalah (Cambridge Research
Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988):
a. Tingkat inflasi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tingkat inflasi yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga
di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional
pelayanan kesehatan masyarakat akan meningkat.
b. Tingkat permintaan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi
oleh tingkat permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang
kesehatan peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya
oleh dua faktor. Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang
memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih
banyak menyebabkan biaya yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan akan lebih banyak pula. Kedua,
karena meningkatnya kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan
penghasilannya lebih baik, membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih
baik pula. Kedua keadaan yang seperti ini, tentu akan besar penga ruhnya
pada peningkatan biaya kesehatan.
c. Kemajuan ilmu dan teknologi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk
pelayanan kesehatan ditandai dengan makin banyaknya dipergunakan
berbagai peralatan modern dan canggih.
d. Perubahan pola penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika
dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit yang bersifat akut, maka pada
saat ini telah banyak ditemukan berbaga penyakit yang bersifat kronis.
Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut, perawatan berbagai
penyakit kronis ini temyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan
untuk perawatan dan penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula.
Apabila penyakit yang seperti ini banyak ditemukan, tidak mengherankan
jika kemudian biaya kesehatan akan meningkat dengan pesat.
e. Perubahan pola pelayanan kesehatan. Meningkatnya biaya kesehatan
sangat dipengaruhi oleh perubahan pola pelayanan kesehatan. Pada saat ini
sebagai akibat dari perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi
menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented
health services) dan satu sama lain tidak berhubungan. Akibatnya, tidak
mengherankan jika kemudian sering dilakukan pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang yang pada akhirya akan membebani pasien. Lebih
dari pada itu sebagai akibat makin banyak dipergunakanya para spesialis
dan subspesialis menyebabkan hari perawatan juga akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan Olell Feklstein (1971) menyebutkan jika Rumah
Sakit lebih banyak mempergunakan dokter umum, maka Rumah Sakit
tersebut akan berhasil menghemat tidak kurang dari US$ 39.000 per tahun
per dokter umum, dibandingkan jika Rumah Sakit tersebut
mempergunakan dokter spesialis dan atau subspesialis.

Untuk mengatasi berbagai masalah sebagaimana dikemukakan, telah dilakukan


berbagai upaya penyelesaian yang memungkinkan. Berbagai upaya yang
dimaksud secara sederhana dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :

1. Upaya meningkatkan jumlah dana


a. Terhadap pemerintah, meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara.
b. Terhadap badan-badan lain di luar pemerintah, menghimpun dana dari
sumber masyarakat serta bantuan luar negri.
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana
a. Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya lebih
mengutamakan pelayanan kesehatan masyarakat dan atau
melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu.
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola.
3. Upaya mengendalikan biaya kesehata
a. Memperlakukan peraturan sertifikasi kebutuhan, dimana penambahan
sarana atau fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan jika dibuktikan
dengan adanya kebutuhan masyarakat. Dengan diberlalukannya
peraturan ini maka dapat dihindari berdiri atau dibelinya berbagai
sarana kesehatan secara berlebihan
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan, dimana penambahan
sarana dan fasilitas yang baru hanya dibenarkan apabila dapat
dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif pelayanan yang
bersifat social
c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana, dimana
penambahan sarana dan fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan
apabila sesuai dengan rencana pengembangan yang sebelumnya telah
disetujui pemerintah
d. Menetapkan standar baku pelayanan, diman pelayanan kesehatan
hanya dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak menyimpang dari
standar baku yang telah ditetapkan.
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu.
F. Program pokok puskesmas
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun
fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun
demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
a. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )
b. Keluarga Berencana
c. Usaha Peningkatan Gizi
d. Kesehatan Lingkungan
e. Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan
g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
h. Usaha Kesehatan Sekolah
i. Kesehatan Olah Raga
j. Perawatan Kesehatan Masyarakat
k. Usaha Kesehatan Kerja
l. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
m. Usaha Kesehatan Jiwa
n. Kesehatan Mata
o. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )
p. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan
q. Kesehatan Usia Lanjut
r. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan
pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas
seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan
program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ).
Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh
Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan
dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam.
Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan
lain.

G. Visi dan Misi Puskesmas


1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator
Kecamatan Sehat:
a. lingkungan sehat
b. perilaku sehat
c. cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. derajat kesehatan penduduk kecamatan
2. Misi Puskesmas
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
H. Peran Puskesmas
peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional
secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah
Sakit.
I. Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
J. Struktur Organisasi
1. Kepala Puskesmas
2. Unit Tata Usaha:
3. Data dan Informasi,
4. Perencanaan dan Penilaian,
5. Keuangan, Umum dan Kepegawaian
6. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
7. UKM / UKBM
8. UKP
9. Jaringan pelayanan Puskesmas:
10. Unit Puskesmas Pembantu
11. Unit Puskesmas Keliling
12. Unit Bidan di Desa/Komunitas

K. Tata Kerja
1. Kantor Camat → koordinasi
2. Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes
3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra
4. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai Pembina
5. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama
6. Lintas sektor → koordinasi
7. Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
L. Macam-macam laporan keuangan
Di dalam laporan keuangan terdapat bermacam-macam laporan keuangan, untuk dapat
mengetahui dengan jelas apa saja macam-macam dari laporan keuangan. Mari sama-sama
kita lanjutkan pembahasan di bawah ini.
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang dapat menunjukkan jumlah aktiva (harta),
kewajiban (utang), dan juga modal perusahaan (ekuitas) dari sebuah perusahaan
pada periode tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah laporan keuangan yang bisa menunjukkan kondisi
usaha suatu perusahaan di dalam suatu periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan Perubahan Modal ialah laporan keuangan yang bisa menggambarkan
jumlah modal yang dimiliki suatu perusahaan pada saat ini.
4. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan ialah laporan keuangan yang dibuat
berkaitan dengan laporan keuangan yang diberikan.
5. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan keuangan yang dapat menunjukkan arus kas
masuk dan juga arus kas keluar perusahaan. Arus kas masuk adalah berupa
pendapatan maupun pinjaman dari pihak lainnya. Sedangkan arus kas keluar
adalah biaya-biaya yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Lampiran 1.
Lampiran 2.
B. Pembahasan
Puskesmas Kampar kiri hulu mempunyai 4 sumber dana dalam menjalankan fungsinya
yaitu :
1. APBD
2. Dana Badan Operasional Kesehatan
3. Jamkesda / Jamkesmas dan Jampersal
4. ASKES
Masing- masing sumber dana tidak bisa membiayai secara tumpang tindih
a. Dana APBD
Dana yang berasal dari daerah dimana dana ini ditujukan untuk keperluan
Puskesmas seperti untuk pembiayaan rekening listrik, telepon, perbaikan-
perbaikan lain, alat-alat untukkeperluan imunisasi seperti pemanasan saat
imunisasi dan lain lain. Apabila suatu keperluansudah didanai oleh APBD tidak
boleh lagi di danai oleh sumber dana yang lain. Dana APBD diturunkan dalam
bentuk baku yaitu sudah ditentukan untuk keperluan apa saja
yangdibutuhkan oleh puskesmas setempat dan bila berlebih maka dana tersebut
dikembalikan kekas daerah.
b. Dana BOK
Dana ini difokuskan untuk preventif, promotif dan rehabilitatif.Dana ini dapat
digunakanunuk menjalankan Pustu dan posyandu.Dana diturunkan dari pusat dan
bersifat baku sehinggajumlah dana telah ditentukan sesuai dengan POA, tetapi
POA ditentukan oleh puskesmas itusendiri.Dimana sebelum itu dibuat terlebih
dahulu SPJ, LPJ dan laporan kerja dan bila sudahsesuai dengan ketentuan daerah
setempat baru bisa di klaim. POA harus direncanakan diawal-awal tahun dimana
program yang dijalankan bersifat prioritas dan tujuannya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat seperti pelacakan gizi buruk di puskesmas gema
c. ASKES
Dana ini ditujukan untuk pengobatan, bersifat baku dan dibayarkan sesuai kapitasi
yaitu sesuai dengan jumlah penduduk yang punya askes Gema dan memakai
system subsidi silang.
Dana ini membiayai jasa dokter, dokter gigi, paramedis, jasa manajemen danjasa sarana
(alat-alat tulis).Jasa obat-obatan tidak termasuk karena obat-obatan sudah di klaimoleh
pusat. Jumlah dana yang sudah diturunkan tersebut sudah ditetapkan sehingga
untukpembayaran jasa dana dibagi berdasarkan jumlah tenaga kerja
d. Jamkesda, Jamkesmas dan Jampersal
Dana ini ditujukan untuk pengobatan bagi yang kurang mampu. Untuk Puskesmas
Gema program Jamkesda, alur rujukan hanya sampai ke RSUD Kampar apabila
dirujukke RSUD mungkin didanai oleh RSUD tersebut. Untuk Jamkesmas dana
dan bantuan berasal dari pusat dan alur rujukan sampai ke RSUP. Jampersal
sendiri baru dimulai tahun 2012 dimana program ini untuk jaminan persalinan dan
dana berasal dari pusat. Keuntungannya bagi yang tidak punya ASKES,
JAMKESMAS, ataupun JAM KESDA cukup mempersyaratkan KTP dan
KK.
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Kamis 12 desember 2019
Waktu : 09:00 – selesai
Tempat : Puskesmas Desa Gema kecamatan Kampar kiri hulu

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
 Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan
(health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
 Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran
masyarakat, bantuan dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari anggaran
pemerintah dan masyarakat.
 Secara umum biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni biaya
pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat.
 Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan pemanfaatan.
Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana, pengalokasian
dana dan pembelanjaan.
 Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana yang
tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat,
pengelolaan dana yang belum sempurna serta biaya kesehatan yang makin
meningkat. Sedangkan upaya penyelesaian yang dapat ditempuh seperti
meningkatkan jumlah dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan
pengelolaan dana, serta mengendalikan biaya kesehatan.

puskesmas mempunyai banyak program dan mempunyai target yang mesti dicapai
agartercipta suatu masyarakat sehat. Dalam mencapai hal tersebut dibutuhkan suatu
manajemenyang baik dalam kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas itu
sendiri.Manajemen yang baiktak terlepas dari kepemimpinan seorang pimpinan dalam
memimpin anggotanya sehinggatercipta suasana yang kondisif dan dapat terjalin
kerjasama yang harmonis antar anggota dantujuan utama pun akan tercapai yaitu
peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.Dana merupakan suatu hal yang
penting dalam menjalankan suatu unit pelayanankesahatan.Pembiayaan pelayanan
kesehatan yang baik dan tepat secara tidak langsung jugaakan meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat itu sendiri, dengan baiknya sistempembiayaan pelayanan
kesehatan akan sangat berpengaruh dengan tingginya minat masyarakatuntuk pergi ke
puskesmas, dengan tingginya kunjungan masyarakat ke puskesmas diharapakankedepan
masyarakat akan lebih peduli terhadapa kesehatan mereka, dan tujuan akhir daripelayanan
kesehatan yaitu meningkatkan mutu kesehatan secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoadmojo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ribeka Cipta, Jakarta


2. Ali Imran, La Ode.2013.Ekonomi Kesehatan.Kendari.
3. Depkes.2013.Fungsi-Pembiayaan-Kesehatan.
http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=85&Itemid=120.20 Mei 2013.
4. Helda.2011.Pembiayaan-Kesehatan.
http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1.20Mei 2013.
5. Suhadi.2012.Pembiayaan-Kesehatan.
http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1.20Mei2013.

Anda mungkin juga menyukai