Anda di halaman 1dari 7

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK TENTANG BPJS KESEHATAN DI

KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN

Latar Belakang

Dalam mendukung jalannya kebijakan tentang kesehatan, di dalam implementasinya


pemerintah membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan program jaminan atas kecelakaan kerja, kematian,
pensiun dan hari tua. Oleh sebab itu, UU SJSN menyatakan bahwa 4 (empat) BUMN di bidang
asuransi yaitu PT Jamsostek (Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero), dan PT Askes
(Persero) akan ditransformasi menjadi BPJS. Berkaitan dengan institusi BPJS Kesehatan, UU BPJS
secara jelas menyatakan bahwa PT Askes (Persero) akan bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan

Dengan adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tersebut diharapkan warga negara
Indonesia dapat menikmati jaminan sosial yang diberikan pemerintah. Agar seluruh masyarakat
Indonesia baik dari semua kalangan masyarakat dapat menikmati fasilitas yang disediakan Negara.
Akan tetapi pada kenyataanya timbul persepsi masyarakat mengenai program BPJS kesehatan ini,
hal tersebut dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk mendaftar menjadi peserta BPJS. Oleh
karena itu, dari beberapa paparan tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul “Partisipasi
Masyarakat Dalam Implementasi Kebijakan Publik Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan Di Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.

Metode Penelitian

Sugiyono (2014:9) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan cara
studi kasus (case study). Alasan peneliti melakukan penelitian dengan metode deskriptif dengan cara
Studi Kasus (case study) adalah karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh
bukan menguji hipotesis tetapi berusaha mendapat gambaran nyata tentang “Partisipasi Masyarakat
Terhadap Implementasi Kebijakan Publik Tentang BPJS Kesehatan di Kelurahan Purwosari,
Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan”.

Jenis penelitin yang digunakan adalah penelitian kualitatif karena akan menghasilkan data
yang dikumpulkan berupa tulisan, kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Jadi, selama proses
penelitian ini, peneliti akan lebih lebih banyak berhubungan atau mengadakan kontak dengan
subyek penelitian di kantor BPJS kesehatan lingkup Pandaan dan warga Kelurahan Purwosari.
Penelitian dilakukan di wilayah Rw. 01 – Rw. 08 Kel. Purwosari Kec. Purwosari Kab. Pasuruan dan
Kantor Cabang BPJS kesehatan Pasuruan, tepatnya di Jl. Sultan Agung II No.1 – Kota Pasuruan. 67118
Telp : (0343) 42745 Hotline: 08155907177.

Teori Penelitian

Menurut UU No. 36 tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis . Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Negara dalam
hal ini sebagai penyelenggara pemerintahan, wajib memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya,
karena kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah. Berdasarkan Perpres No. 12 tahun 2013, jaminan kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Mengacu pada pengertian
tersebut, jaminan kesehatan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai penyedia layanan
public atau pelayanan sosial kepada masyarakatnya. Semua masyarakat yang telah membayar iuran
tersebut berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang telah dirancang oleh pemerintah./

Tujuan

Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan mutu
kesehatan dan mampu dijangkau oleh semua golongan, terutama kalangan masyarakat menengah
ke bawah. Pelayanan kesehatan menjadi aspek penting yang diperhatikan oleh pemerintah selain
pendidikan dan ekonomi. Masyarakat yang sudah terdaftar sebelumnya sebagai peserta ASKES,
ASKESKIN, JAMKESMAS, JAMKESDA secara otomatis tersebut tidak lagi membayar iuran setiap
bulannya karena sudah mendapatkan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Dana yang diperoleh BPJS
Kesehatan untuk peserta PBI diambil dari APBD Jawa Tengah. Akan tetapi, berbeda lagi dengan
peserta yang melakukan pendaftaran secara mandiri. Mereka dikenakan premi pembayaran setiap
bulannya tergantung kelas yang dipilihnya. Manfaat yang didapat dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada peserta JKN terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Efektifitas Inovasi Kebijakan Publik; Pengaruhnya pada Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia

Latar belakang

Pemerintah mengambil langkah penataan organisasi penyelenggara pelayanan publik


melalui reformasi birokrasi. Sesuai dengan grand design yang telah disusun, ada delapan area
perubahan yang ingin dicapai yakni: Organisasi, Tatalaksana, Peraturan Perundang-undangan,
Sumber Daya Manusia Aparatur, Pengawasan, Akuntabilitas, Pelayanan Publik, dan Pola Pikir (mind
set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur. Reformasi birokrasi di Indonesia mempunyai semangat
untuk meningkatkan kualitas layanan untuk masyarakat, sebagaimana disebutkan dalam salah satu
area perubahan Reformasi Birokrasi yaitu pelayanan publik. Tujuan reformasi birokrasi diantaranya;
meniadakan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat publik, meningkatkan kualitas pelayanan
publik, meningkatkan kualitas pembuatan dan implementasi kebijakan publik, meningkatkan
efisiensi (baik dalam segi biaya dan waktu) pada setiap pelaksanaan tugas organisasi, menjadikan
birokrasi di Indonesia lebih antisipatif, proaktif, dan efektif dalam menghadapi tuntutan perubahan
di dalam masyarakat serta membentuk most improved bureaucracy (Peraturan Presiden, 2010).
Berdasarkan tujuan tersebut, reformasi birokrasi jelas ingin mencapai peningkatan kualitas
pelayanan publik.

Hal ini yang menjadi inti utama alasan diterapkannya inovasi kebijakan publik. Inovasi
kebijakan dilakukan dalam rangka efisiensi kinerja organisasi. Organisasi publik melakukan efisiensi
untuk peningkatan nilai dan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, sedangkan sektor swasta
menggunakan efisiensi sebagai kesempatan untuk berkompetisi di pasar guna memperoleh laba
yang lebih besar (Hartley, 2005; Nurmandi, 2006). Inovasi pada sektor swasta dapat dilihat dari
perkembangan perusahaan seiring dengan perubahan pasar. Berbeda hal, birokrasi cenderung kaku
dan kurang dapat beradaptasi dengan perubahan dalam masyarakat. Kondisi ini mengakibatkan
birokrasi bergerak cenderung lamban dan kurang inovatif. Karakter tersebut mempengaruhi kinerja
aparat birokrasi dan buruknya kualitas pelayanan publik.

Tujuan riset

Efektifitas Implementasi Inovasi Pelayanan Publik Untuk mencapai peningkatan kualitas


pelayanan publik, perlu diketahui bagaimana efektifitas implementasi inovasi pelayanan publik.
Sebagaimana dinyatakan dalam argumen berikut “In the absence of effective implementation, the
benefits of innovation adoption are likely to be nil” . Jika efektifitas implementasi tidak terjadi, maka
tidak ada keuntungan yang bisa diperoleh dari inovasi kebijakan. Pada kondisi ideal, keuntungan
yang ingin ingin dicapai adalah pelayanan publik yang berkualitas.

Selain itu Tujuan Inovasi Kebijakan Publik adalah mencapai prinsip efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik. Namun, dengan banyaknya laporan dugaan maladministrasi pelayanan publik
menunjukkan bahwa masih banyak pelayanan publik yang tidak menunjukkan prinsip efisien dan
efektifitas. Faktanya, jumlah laporan adanya dugaan maladministrasi pelayanan tiap tahunnya
meningkat berbanding lurus dengan kuantitas inovasi pelayanan publik. Seharusnya, perbandingan
antara jumlah inovasi pelayanan publik dengan laporan dugaan maladministrasi pelayanan publik
berbanding terbalik. Jika inovasi pelayanan banyak dilakukan, seharusnya dugaan praktik
maladministrasi menurun.

Teori Penelitian

Perubahan adalah hal yang mutlak terjadi dalam kehidupan. Perubahan tersebut menuntut
tindakan penyesuaian untuk menghadapinya. Jika penyesuaian tidak dilakukan, maka dapat
berpengaruh pada kualitas keberlangsungan hidup sebuah masyarakat. Kondisi tersebut juga berlaku
bagi organisasi, baik organisasi publik maupun swasta. Sifat dinamis dalam menghadapi perubahan
harus dimiliki oleh organisasi. Organisasi swasta telah memberikan banyak contoh bentuk adaptasi
terhadap perubahan pasar. Tingkat fleksibilitas organisasi menjadi modal untuk dapat bertahan
bahkan sukses menghadapi keinginan pasar.

Inovasi diartikan sebagai “new ideas that work” (Albury & Mulgan, 2003). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kesuksesan inovasi adalah penciptaan dan implementasi dari proses baru, produk,
layanan, dan metode penyampaian yang menghasilkan peningkatan efisiensi, efektifitas, dan kualitas
yang signifikan (Albury & Mulgan, 2003). Albury mengklasifikasikan jenis inovasi menjadi inovasi
incremental, radikal, dan sistemik.

Borins menyatakan setidaknya ada tiga hambatan bagi suatu inovasi, yaitu: Pertama,
hambatan yang muncul dari dalam birokrasi sendiri. Hambatan ini dapat berupa ketidakcocokan
antar birokrat, sikap skeptis, koordinasi yang buruk, masalah logistik, kesulitan menerapkan
teknologi baru, dan lain sebagainya. Kedua, hambatan yang muncul dari lingkungan politik.
Lingkungan politik berpengaruh terhadap implementasi inovasi karena erat kaitannya dengan
penyediaan funding (pendanaan) maupun sumber daya yang lain. Sumber daya inovasi bersumber
dari persetujuan legislatif-eksekutif. Jika oposisi politik berseberangan maka akan mempengaruhi
keberlangsungan sebuah inovasi. Ketiga, hambatan dapat berasal dari lingkungan eksternal
organisasi publik. Misalnya, keraguan publik akan efektifitas program, kesulitan dalam mencapai
kelompok target, dan perlawanan dari sektor swasta yang akan terpengaruh adanya inovasi.

Metode Penelitian

Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif bertujuan untuk
memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian dengan cara mendeskripsikan melalui
pernyataan-pernyaataan dengan menggunakan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2014).
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik literature review. Berbagai macam literatur mengenai
inovasi, inovasi kebijakan publik, dan pelayanan publik digunakan dalam proses penulisan. Studi ini
menggunakan pendekatan deskriptifanalitis dengan menganalisis informasi dan data sekunder.
Berbagai jenis laporan, data, dan informasi digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya, data
sekunder tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik data reduksi kemudian disajikan dalam
bentuk diagram, tabel, maupun gambar. Hal ini dilakukan untuk memberikan penjelasan lebih
mendalam mengenai fenomena yang diteliti. Triangulasi digunakan untuk menggabungkan berbagai
jenis temuan dalam penelitian. Triangulasi digunakan untuk memahami suatu hal dari beberapa
sudut pandang sehingga dapat meningkatkan keakuratan (Neuman, 2013). Penggunaan literatur,
data, dan informasi sekunder dikombinasikan untuk menelaah dan menganalisis fenomena pada
objek penelitian.
Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik

Latar Belakang

Pembangunan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan


swasta berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik pada aspek materiil maupun spiritual (Afandi & Warjio,
2015). Pembangunan perlu dikendalikan melalui suatu kebijakan yang memuat pedoman
pelaksanaan tindakan dan bahkan memuat larangan-larangan tertentu untuk menjamin proses
pembangunan dapat terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Terbitnya kebijakan publik dilandasi kebutuhan untuk penyelesaian masalah yang terjadi di
masyarakat. Kebijakan publik ditetapkan oleh para pihak (stakeholders), terutama pemerintah yang
diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Makna dari pelaksanaan
kebijakan publik merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan-tujuan atau
sasaran sebagai hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan pemerintah. Kekurangan atau kesalahan
kebijakan publik akan dapat diketahui setelah kebijakan publik tersebut dilaksanakan, keberhasilan
pelaksanaan kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas
pelaksanaan suatu kebijakan (Rohman, 2016).

Tujuan Riset

Artikel ini bertujuan untuk membahas konsep dasar pelaksanaan kebijakan publik, untuk
kemudian dapat dijadikan acuan dalam melakukan evaluasi dan analisa atas pelaksanaan kebijakan
publik.

Teori Penelitian

Subarsono (2011) menghimpun beberapa teori yang berkenaan dengan variabel- variabel
yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan publik, diantaranya:

A. Teori Merilee S. Grindle

Pelaksanaan kebijakan publik dalam teori Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar,
yakni: isi kebijakan (content of policy); dan lingkungan implementasi (context of implementation).
Variabel tersebut mencakup: sejauhmana kepentingan kelompok sasaran tertuang dalam isi
kebijakan; jenis manfaat yang diterima oleh kelompok sasaran; sejauhmana perubahan yang
diinginkan dari sebuah kebijakan; apakah penempatan lokasi program sudah tepat; apakah sebuah
kebijakan telah menyebutkan pelaksananya secara detail; dan apakah sebuah program didukung
oleh sumberdaya yang memadai (Subarsono, 2011).

B. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Teori ini menyebut ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
kebijakan publik, yaitu: karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik
kebijakan/ Undang-Undang (ability of statute to structure implementation), dan variabel lingkungan
(nonstatutory variables affecting implementation) (Subarsono, 2011).

C. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Teori Meter dan Horn menyatakan paling tidak dijumpai lima variabel yang mempengaruhi kinerja
pelaksanaan kebijakan publik, yakni: standar dan sasaran kebijakan; sumberdaya; komunikasi antar
organisasi dan penguatan aktivitas; karakteristik agen pelaksana; dan kondisi sosial, ekonomi dan
politik. (Subarsono, 2011)
Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Review

Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang menyangkut kepentingan publik, yang
sadar, terarah, dan terukur yang dilakukan oleh pemerintah yang melibatkan para pihak yang
berkepentingan dalam bidang-bidang tertentu yang mengarah pada tujuan tertentu. Sedangkan
pelaksanaan kebijakan merupakan tahapan aktivitas/ kegiatan/ program dalam melaksanakan
keputusan kebijakan yang dilakukan oleh individu/ pejabat, kelompok pemerintah, masyarakat, dan/
atau swasta dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan yang
akan mempengaruhi hasil akhir suatu kebijakan.

Pelaksanaan kebijakan publik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: aspek


kewenangan, sumberdaya, komunikasi, dan disposisi. Dimensi-dimensi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan publik diantaranya: konsistensi, transparansi, akuntabilitas,
keadilan, efektivitas, dan efisiensi. Sementara itu evaluasi pelaksanaan kebijakan perlu dilakukan
secara komperhensif, yang meliputi: evaluasi ex-ante, on-going, dan ex-post. Dalam melakukan
inovasi dan terobosan dalam peningkatan pelayanan kepada publik, dapat dilakukan diskresi
pelaksanaan kebijakan publik sepanjang tidak bertentangan dengan norma dan peraturan yang
berlaku.
PERAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN DAN KESENJANGAN SOSIAL

Latar Belakang

Pertanyaan penelitian yang akan diteliti adalah bagaimana menetapkan perbedaan yang
jelas antara kemiskinan dan ketidaksetaraan dalam perdebatan kebijakan publik dan bagaimana
administrator publik dapat merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang akan
mengurangi ketidaksetaraan dunia saat ini. Kesetaraan tidak selalu dipandang sebagai persamaan
kondisi ekonomi tetapi terutama sebagai persamaan peluang untuk mencapainya. Inilah mengapa
penting untuk mengacu pada konsep keadilan sosial saat menangani ketimpangan. Artikel ini akan
meninjau dan menganalisis literatur terkini tentang kemiskinan, ketimpangan, dan keadilan sosial
dan akan menyarankan beberapa pendekatan baru untuk menghapus ketimpangan. Meskipun
inisiatif yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut harus datang dari politik, administrator
publik pada akhirnya akan menjadi orang yang memberikan rencana atau prosedur yang pasti untuk
memastikan pemenuhan inisiatif politik ini. Artikel ini akan membahas bagaimana pembuat
kebijakan publik dapat mempromosikan kesetaraan dan keadilan sosial

Teori Penelitian

Suharto (2004) mengungkapkan pengertian kemiskinan adalah penghasilan ditambah uang


ditambah dengan manfaat non materi yang diperoleh seseorang. Secara garis besar, kemiskinan
meliputi kurangnya atau kurangnya pendidikan, kesehatan yang buruk, dan kurangnya transportasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Penting untuk memahami apa artinya ketidaksetaraan. Meski
sering dikaitkan dengan kemiskinan, ada perbedaan mencolok di antara keduanya (Svara & Brunet,
2005). Terdapat banyak literatur tentang kedua topik dengan pembagian sederhana satu sama lain,
yang sering diabaikan oleh banyak orang, termasuk politisi dan pembuat kebijakan. Kaplinsky (2013),
menjelaskan perbedaan antara dua topik ini dengan cukup pelit dengan menyatakan "kemiskinan
adalah ketika orang tidak memiliki banyak dan ketidaksetaraan adalah ketika beberapa orang
memiliki lebih dari yang lain."

Tujuan Riset

Agar masyarakat mengetahui tentang kemiskinan, ketimpangan, dan keadilan sosial dan akan
menyarankan beberapa pendekatan baru untuk menghapus ketimpangan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi literatur. Artikel ini
akan meninjau dan menganalisis literatur terkini tentang kemiskinan, ketimpangan, dan keadilan
sosial dan akan menyarankan beberapa pendekatan baru untuk menghapus ketimpangan sebagai
bentuk hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai