Anda di halaman 1dari 4

UTS PENGUKURAN KEBIJAKAN PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan publik merupakan kegiatan berupa pemenuhan kebutuhan hidup setiap warga
negara berbentuk pelayanan barang atau jasa. Pemenuhan kebutuhan hidup dalam hal ini
berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan seperti pelayanan publik untuk kesehatan, pelayanan
publik untuk administrasi kependudukan, pelayanan publik untuk perpajakan, pelayanan publik
untuk transportasi, pelayanan publik untuk jaminan sosial dan pelayanan lain yang menyangkut
kepentingan setiap warga negara yang telah disediakan oleh pemerintah. Pelayanan publik diatur
oleh masing-masing negara dengan tujuan utama mementingkan kebutuhan hidup setiap warga
negara secara adil dan merata. Hal ini didukung oleh prinsip-prinsip pelayanan publik yang
mencakup: (1) standarisasi secara jelas, (2) informasi yang bersifat terbuka, (3) rata dalam
berbagi informasi, (4) tidak membeda-bedakan, dan (5) teratur. Prinsip pelayanan publik dapat
menumbuhkan kepuasan masyarakat atas jasa pelayanan yang diberikan dan kebutuhan yang
terpenuhi jika pemerintah sungguh-sungguh dalam membangun pelayanan publik sesuai dengan
harapan dan kenyataan masyarakat.

Seperti negara Malaysia yang berhasil menduduki salah satu negara terbaik dalam
pelayanan kesehatan dikarenakan masyarakat puas akan pemerintah yang menerapkan prinsip-
prinsip pelayanan publik. Selain itu pemerintah federal Malaysia mengelola dan bertanggung
jawab penuh terkait pembiayaan dan penyediaan pelayanan kesehatan. Warga negara Malaysia
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis karena jaminan kesehatan tidak termasuk
dalam sistem jaminan sosial dalam kebijakan pelayanan publik di Malaysia. Sementara Indonesia
secara filosofis dalam pelayanan publik jaminan sosial terbagi menjadi dua, yaitu: jaminan
kesehatan dan ketenagakerjaan. Pelayanan tersebut mewajibkan setiap warga negara membayar
iuran. Berfokus pada pelayanan jaminan sosial kesehatan di Indonesia kurang merata bagi
masyarakat yang menerima pelayanan tersebut. Seharusnya semua warga negara Indonesia bisa
merasakan pelayanan publik yang tersedia. Jaminan sosial telah diatur dalam UU No. 40 Tahun
2004 Tentang Jaminan Sosial Nasional yang memiliki tujuan untuk memberikan jaminan pada
setiap warga negara akan terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dan kebutuhan dasar kesehatan.

Malaysia sebagai negara persemakmuran lebih dulu menerapkan sistem jaminan sosial
yang ditetapkan pada tahun 1951 dengan menjalankan program tabungan wajib hari tua atau
employee provident fund (EPF). Lalu pada tahun 1991 program EPF diperbarui menjadi UU EPF
dan sistem jaminan sosial tersebut berbeda dengan sistem jaminan sosial kesehatan yang sudah
ditanggung oleh pemerintah federal. Tingkat iuran untuk program EPF ditingkatkan secara
bertahap menyesuaikan dengan upah dan kemampuan penduduk dalam menabung. Dikarenakan
program EPF ini terpisah dengan pelayanan kesehatan, maka Kementerian Kesihatan melalui
upaya pelayanan publik mengambil alih kesehatan lingkungan; izin fasilitas kesehatan; inspeksi
bangunan; kontrol dalam pembersihan air; dan perencanaan pelayanan kesehatan sebagai
tanggung jawab penuh. Penerapan pelayanan publik tersebut sesuai dengan harapan masyarakat
dan kenyataan yang ada, hal ini dapat dilihat dari biaya operasional alat-alat kesehatan yang
murah karena pemerintah membebaskan pajak untuk alat kesehatan dan obat-obatan. Lalu
praktik dokter yang diwajibkan satu tempat, yaitu fasilitas kesehatan milik pemerintah atau
swasta dengan gaji yang tinggi sebagai peningkatan mutu dan kualitas kerja. Pelayanan
kesehatan di Malaysia juga terbilang mudah didapatkan karena setiap penduduk tinggal
maksimal 5 kilometer dari layanan kesehatan. Pajak yang turun dari pemerintah pusat langsung
dibayar ke pemerintah federal sehingga tidak menyebabkan dana terhambat di setiap daerah.

Indonesia masih memiliki hambatan dalam menerapkan pelayanan publik dengan sistem
jaminan sosial. Meskipun pemerintah sudah menciptakan program BPJS (Badan Perlindungan
Jaminan Sosial) untuk kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, akan tetapi masih ada BUMN atau
BUMD atau BUMS yang belum menggunakan dan mendaftarkan BPJS Ketenagakerjaan untuk
karyawan. Ada pula yang tidak mau memberikan jaminan sosial atau hak perlindungan kepada
karyawan karena berbagai faktor seperti kelengkapan dokumen yang belum memadai dan belum
ada edukasi terkait program BPJS. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia belum mencakup
semua wilayah terpencil sehingga warga negara Indonesia yang tinggal di pedesaan harus
berjalan jauh ke kota untuk mendapatkan layanan kesehatan. Permasalahan yang masih melekat
dalam pelayanan dan pembiayaan kesehatan adalah kurangnya dana serta adanya peningkatan
dana. Kurangnya dana terjadi karena terdapat inefisiensi dalam mengelola pembiayaan dan
alokasi dana yang salah. Sementara yang dimaksud peningkatan biaya dalam hal ini adalah
muncul tren peningkatan teknologi kedokteran sebagai penegak diagnosis (evidence bases) yang
menyebabkan konsekuensi biaya serta tren supply induce demand.

Indonesia memerlukan pembenahan dalam pelayanan kesehatan dan jaminan sosial mulai
dari ruang lingkup mikro. Seperti pemberian edukasi mengenai program BPJS kesehatan dan
ketenagakerjaan di badan usaha. Pemerintah bisa menyebar agen sosial untuk membantu badan
usaha mendaftar sebagai lembaga penerima BPJS dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
untuk administrasi. Setelah membenahi ruang lingkup mikro seperti badan usaha dan anggota,
pemerintah bisa ke ruang lingkup yang lebih besar lagi atau makro. Seperti memperbaiki sistem
penyelenggaraan jaminan sosial kesehatan atau disebut juga dengan BPJS Kesehatan dengan
mengedepankan prinsip pelayanan prima kepada masyarakat, pemerintah melakukan evaluasi
terhadap BPJS mengenai dana yang dikeluarkan untuk beban kerja; gaji pegawai; tunjungan;
jaminan kesehatan pegawai; dan kebutuhan lain dari sisi pegawai agar kebutuhan mereka yang
terpenuhi dapat memberi dampak pada kualitas dan mutu kerja dalam melayani masyarakat di
ruang publik.

KESIMPULAN

Indonesia dan Malaysia memiliki perbedaan sistem dalam pelayanan publik berbasis
jaminan sosial. Sistem jaminan sosial di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. Setiap warga negara wajib membayar iuran untuk BPJS Kesehatan
sehingga nantinya dapat digunakan untuk pelayanan di rumah sakit atau lembaga kesehatan
lainnya. Sementara di Malaysia pelayanan kesehatan tidak dijadikan satu dengan jaminan sosial.
Pemerintah federal mengurus secara penuh pelayanan kesehatan di Malaysia sehingga warga
negara mendapatkan hak penuh secara gratis pelayanan kesehatan. Jaminan sosial di Malaysia
dibayar mengikuti upah warga negara agar menyesuaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Widanti, N. P. T. (2022). Konsep Good Governance dalam Perspektif Pelayanan Publik: Sebuah
Tinjauan Literatur. Jurnal Abdimas Peradaban, 3(1), 73–85.

Syofyan, Y., & Gusman, D. (2023). Studi Perbandingan Sistem Jaminan Sosial Antara Indonesia
Dan Malaysia Dalam Rangka Pemenuhan Hak Kesehatan Di Indonesia. UNES Journal of
Swara Justisia, 7(1), 208–219.

Putri, R. N. (2019). Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang dan Negara Maju.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(1), 139-146.
Nugraha, J. T. (2018). E-Government dan Pelayanan Publik (Studi tentang Elemen Sukses
Pengembangan E-Government di Pemerintah Kabupaten Sleman). Jurnal Komunikasi
dan Kajian Media, 2(1), 32-42.

Anda mungkin juga menyukai