Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AKHIR ARIEF MUNANDAR_2207210043

Sistem kesehatan terdiri dari semua organisasi, orang, dan tindakan yang tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan, memulihkan, atau memelihara kesehatan . Tujuan
sistem kesehatan secara keseluruhan yaitu meningkatkan kesehatan dan pemerataan
kesehatan, dengan cara yang responsif, adil secara finansial, dan menggunakan sumber daya
yang tersedia dengan sebaik-baiknya atau paling efisien. (WHO, 2007)
Sistem kesehatan indonesia dalam dekade terakhir mengalami beberapa perubahan
yang mempengaruhi berbagai aspek sistem kesehatan, sementara sistem kesehatan juga
dipengaruhi oleh reformasi multisektoral pemerintahan dan administrasi publik. Reformasi
multisektor utama meliputi pendelegasian wewenang untuk fungsi pemerintah tertentu dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah, termasuk tanggung jawab untuk pengelolaan dan
penyediaan layanan kesehatan masyarakat dan pengenalan progresif otonomi yang lebih
besar dalam pengelolaan organisasi pelayanan publik, termasuk rumah sakit. Reformasi yang
secara khusus berfokus pada bidang kesehatan meliputi peningkatan kualitas pendidikan
kedokteran dan pengenalan program jaminan kesehatan nasional (JKN). Setelah hampir satu
dekade pengembangan kebijakan, JKN diperkenalkan pada tahun 2014, dengan implikasi
yang sangat signifikan bagi manajemen dan pemberian layanan kesehatan.
Sistem kesehatan Indonesia memiliki campuran antara penyedia dan pembiayaan
publik dan swasta. Sistem publik diselenggarakan sejalan dengan sistem pemerintahan
desentralisasi di Indonesia, dengan tanggung jawab pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten. Kementerian Kesehatan pusat bertanggung jawab atas pengelolaan beberapa
rumah sakit tersier dan spesialis, penyediaan arahan strategis, penetapan standar, regulasi,
dan memastikan ketersediaan sumber daya keuangan dan manusia. Pemerintah provinsi
bertanggung jawab atas pengelolaan rumah sakit tingkat provinsi, memberikan pengawasan
teknis dan pemantauan layanan kesehatan kabupaten, dan mengoordinasikan masalah
kesehatan lintas kabupaten di dalam provinsi. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab
atas pengelolaan rumah sakit kabupaten/kota dan jaringan kesehatan masyarakat kabupaten
dari pusat kesehatan masyarakat ( puskesmas ) dan fasilitas kecamatan terkait. Ada berbagai
penyedia swasta, termasuk jaringan rumah sakit dan klinik yang dikelola oleh organisasi
nirlaba dan amal, penyedia nirlaba, dan dokter dan bidan perorangan yang melakukan praktik
ganda (yaitu memiliki klinik swasta serta peran fasilitas publik).
Identifikasi Masalah yang terjadi indonesia, setelah menghadapi beberapa reformasi
sistem kesehatan pada masa transisi, penurunan sumber fisik/ manusia dan penyediaan
layanan yang terus menurun, Indonesia menghadapi beban ganda berupa masalah kesehatan
ibu dan anak, kekurangan gizi dan penyakit menular, terutama di daerah pedesaan dan
terpencil, sementara prevalensi penyakit tidak menular dan faktor risiko terkait meningkat di
perkotaan dan daerah yang lebih kaya. Indonesia memiliki jaringan fasilitas kesehatan
masyarakat yang berkembang dengan baik dan luas, yang menjangkau dari tingkat
masyarakat hingga rumah sakit tingkat nasional. Namun rendahnya tingkat pengeluaran
pemerintah selama beberapa dekade terakhir telah mengakibatkan buruknya kualitas
infrastruktur kesehatan, kekurangan pegawai dan tingkat pemanfaatan yang rendah. Ini telah
berkontribusi untuk pertumbuhan pembangunan fasilitas sektor swasta dan peningkatan
penggunaan sektor swasta, dan menghasilkan sistem kesehatan publik-swasta yang kompleks
dan campuran.
Rekomendasi yang disarankan Salah satu tantangan implementasi utama yang saat
ini ditangani adalah membangun institusi, sistem dan prosedur yang diperlukan
penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional (JKN) secara efektif dan efisien.
Secara umum, sisi penawaran sebagian besar masih tertinggal dari sisi permintaan, terutama
TUGAS AKHIR ARIEF MUNANDAR_2207210043

di daerah yang lebih miskin dan lebih jauh, dan pemerintah pusat perlu memastikan investasi
yang lebih baik pada tenaga kesehatan, fasilitas dan peralatan di daerah yang kurang
berkembang untuk memastikan pemerataan akses. ke layanan. Elemen lain yang diperlukan
untuk mendukung JKN yang efektif dan efisien juga menghadirkan tantangan. Misalnya,
HTA, strategi pengendalian biaya, dan sistem informasi kesehatan menjadi lebih penting
dalam JKN, namun kemajuan pada elemen-elemen ini masih lambat.
Selain itu, ada risiko penipuan. Indonesia tidak bebas dari penipuan, dan saat ini
belum ada sistem pencegahan dan penindakan terhadap penipuan. Pemanfaatan dana BPJS-K
melalui klaim oleh rumah sakit dapat diperparah dengan fenomena fraud yang pada akhirnya
akan semakin menurunkan ekuitas. Kurangnya mekanisme pencegahan penipuan dalam JKN
merupakan kekhawatiran yang beralasan. Lebih penting lagi, diperlukan sistem JKN yang
akuntabel secara keseluruhan. Rakyat Indonesia perlu melihat langkah-langkah untuk
memastikan pelaporan publik tentang kinerja dan menghindari korupsi, apalagi sekarang
sistem ini akan mengumpulkan dana dari masyarakat.
JKN juga menyoroti beberapa tantangan yang lebih berat yang berakar pada
komponen lain dari sistem kesehatan, yaitu ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan,
layanan yang tidak merata, sistem yang terfragmentasi dan pembiayaan yang terfragmentasi,
sistem informasi kesehatan yang tidak terintegrasi, kurangnya koordinasi dan kurangnya
pemantauan. kapasitas, antara lain.Tantangan kedua adalah perlunya sistem kesehatan di
Indonesia untuk kembali berorientasi pada lanskap epidemiologis yang berubah. Fasilitas
kesehatan yang ada telah dirancang untuk menangani penyakit/kondisi akut. Meningkatnya
beban penyakit tidak menular menyoroti kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas untuk
memberikan perawatan pada kondisi kronis yang membutuhkan interaksi jangka panjang
antara penyedia layanan kesehatan dan pasien. Oleh karena itu ada kebutuhan mendesak
untuk membangun kapasitas untuk perawatan paliatif dan jangka panjang yang berpusat pada
pasien.
Pemerintah pusat perlu mempertimbangkan peningkatan kesenjangan antar daerah
dalam hal sumber daya, layanan dan hasil kesehatan dan mengembangkan strategi yang
komprehensif untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Tujuan pemerataan pencapaian
indikator kesehatan di seluruh kabupaten belum tertangani dengan baik di Kabupaten
kebijakan desentralisasi. Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar, serta dengan
dimulainya sistem jaminan kesehatan universal, kebutuhan akan sistem informasi yang andal
dan terintegrasi untuk mendukung proses perencanaan dan pengambilan keputusan menjadi
semakin mendesak. Dengan keterbatasan sisi suplai sektor publik yang ada, jelas JKN tidak
akan berhasil jika hanya mengandalkan sektor publik. JKN kemungkinan besar akan meminta
kolaborasi lebih lanjut dengan penyedia layanan kesehatan swasta.
Pemerintah membutuhkan seperangkat keterampilan baru untuk berinteraksi lebih
baik dengan sektor swasta serta insentif untuk menarik dan mempertahankan mereka dalam
sistem. Persaingan untuk kualitas dan biaya juga akan mendorong perilaku penyedia
termasuk penyedia swasta, yang meminta pengawasan ketat dari pemerintah, sesuatu yang
secara tradisional menjadi tantangan bagi Indonesia.
Mengingat kompleksitas tantangan kesehatan di Indonesia, reformasi pembiayaan
kesehatan bukanlah obat mujarab bagi sistem kesehatannya. JKN sendiri tidak akan dan tidak
dapat diharapkan untuk menyelesaikan daftar panjang masalah kesehatan yang dihadapi
negara. Namun demikian, JKN memberikan momentum untuk bergerak menuju kebijakan
dan strategi yang lebih terkoordinasi untuk mencapai tujuan sistem kesehatan nasional, serta
TUGAS AKHIR ARIEF MUNANDAR_2207210043

distribusi beban pembiayaan sistem yang lebih merata. Oleh karena itu, pemerintah perlu
mencermati momentum ini dan melakukan penyesuaian yang diperlukan agar sistem
kesehatan dapat lebih tanggap terhadap transisi epidemiologis yang sedang berlangsung dan
berfungsi sedemikian rupa sehingga memberikan layanan yang berkualitas, efisien, dan
merata, sekaligus menyediakan layanan yang berkelanjutan. perlindungan keuangan kepada
masyarakat.
Dengan demikian, Indonesia memiliki kesempatan untuk memanfaatkan prospek
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peralihan ke status pendapatan menengah, dan
bonus demografi yang muncul dari sebagian besar penduduk yang relatif muda, untuk
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk berinvestasi di kesehatan. Transisi
progresif menuju pemerintahan yang lebih stabil dan demokratis, dan pengembangan
pembagian wewenang dan tanggung jawab yang lebih selaras dan terdesentralisasi,
memberikan dasar bagi Indonesia untuk membangun sistem tata kelola, peraturan dan
pengawasan yang dapat memastikan bahwa investasi menguntungkan seluruh masyarakat,
dan mengurangi pemborosan dan inefisiensi.
Tanggapan terhadap rekomendasi yang disarankan
Indonesia juga telah melakukan reformasi pada berbagai aspek sistem kesehatan,
sedangkan sistem kesehatan juga dipengaruhi oleh reformasi pada pemerintahan dan
administrasi publik yang bersifat multisektoral. Sistem kesehatan indonesia dilihat dari
perubahan yang dilakukan sudah sangat efektif dan efesian dalam hal pelayanan kesehatan
baik diperkotaan dan pedesaan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Penyelengaaran jaminan kesehatan nasional ( JKN) sudah sangat membantu
masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan akan tetapi dilihat dari segi di lapangan sistem
kesehatan di Indonesia masih berada jauh dari apa yang direncanakan hal ini dikarena masih
adanya kelemahan dari sistem kesehatan yang dbuat, hal ini memungkin kan celah bagi para
oknum melakukan korupsi baik dalam hal anggaran infrastruktur, sarana dan prasarana
pelayanan Kesehatan yang sangat merugikan bagi masyarakat dan hal ini berdampak buruk
pada angkat kesakitan dan kematian Nasional.
Desentraliasasi kesehatan yang dilakukan bersifat positif jika di nilai dari berbagai
aspek terutama dalam hal pembiayaan kesehatan akan tetapi pembiayaan yang diberikan
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Otonom tidak dimanfaatkan dengan baik
dan tidak dijalanan sebagaimana yang direncanakan perlu adanya kesadaran dari pihak
pengelola dan perlu adanya pengawasan lebih ketat akan hal pembiayaan. Transparansi dan
akuntabiltas sangat diperlukan untuk menyukseskan reformasi kesehatan di Indonesia, hal ini
juga perlu adanya perlindungan keuangan dan ekuitas dalam pembiayaan.
Pengalaman penggunaan dan kesetaraan akses kelayanan perlu disetarakan tidak
membeda-bedakan antara wilayah kota dan pedesaan hal ini belum dilakukan secara merata
di Indoensia ada beberapa wilayah yang memiliki akses pelayanan Kesehatan yang sangat
baik secara teknologi dan ada wilayah tertentu yang memang tidak tersentuh oleh teknologi
tersebut sehingga membuat perbedaan pelayanan kesehatan yang belum memenuhi Standar
Operasional Prosedur ( SOP)
Dalam hal ini yang menjadi masalah utama ketidak majuan dari reformasi kesehatan
di Indonesia yaitu tidak dijalankan sebagaimana mestinya, aturan dan prosedur yang dibuat
hanya kelengkapan administrasi yang terpajang, pelayanan dan sistem kesehatan selalu
terjadi tindak penyelewengan / Korupsi , hal ini karena tidak ada kesadaraan dari
TUGAS AKHIR ARIEF MUNANDAR_2207210043

individu/Pejabat daerah yang berwenang, Loby Alkes yang memerlukan pembagian Hasil,
pengadaan obat yang tidak sesuai kebutahan, penerimaan tenaga kesehatan yang melebihi
kebutuhan dan sistem pelayanan yang tidak sesuai dengan kompetensi. Bahkan yang menjadi
masalah didaerah adalah Kepala SKPK yang tidak sesuai dengan riwayat pendidikan menjadi
penggerak utama pada pelayanan kesehatan, pemotongan jasa pelayanan yang dibawah
standar dan bahkan pemberian tunjangan jasa kesehatan yang dibawah UMR.
TUGAS AKHIR ARIEF MUNANDAR_2207210043

DAFTAR PUSTAKA

Buku Putih Reformasi SKN


HSS – WHO
HSS in Indonesia - WB2017

Anda mungkin juga menyukai