Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PENCAPAIAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

TERHADAP PENCAPAIAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT


DENGAN VARIABEL ANTESEDEN BELANJA LANGSUNG APBD DAN
APBN
(STUDI PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN MADIUN)
Oleh:
Anum Rosaliani Nur Mufida

Dosen Pembimbing:
Helmy Adam,MSA.,Ak.,CPMA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Penilaian Kinerja Puskesmas


(PKP) terhadap Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan belanja langsung
APBD dan APBN sebagai variabel anteseden. Kuesioner yang dibagikan kepada
masyarakat mengenai layanan yang diberikan oleh Puskesmas dapat tercermin
dari pencapaian IKM. Populasi penelitian ini adalah seluruh puskesmas di
Kabupaten Madiun dari tahun 2013, 2014 dan 2015. Hasil penelitian
menunjukkan PKP berpengaruh positif terhadap pencapaian IKM, PKP
berpengaruh positif terhadap IKM dengan variabel anteseden belanja langsung
APBD, dan PKP berpengaruh positif terhadap IKM dengan variabel anteseden
belanja langsung APBN.

Kata kunci: Belanja langsung APBD, APBN, Penilaian Kinerja Puskesmas


(PKP), Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat


yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan” dan pasal 34 ayat (3) “Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.” Salah
satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang
diselenggarakan oleh pemerintah adalah puskesmas.

1
Dengan adanya puskesmas maka diharapkan masyarakat di sekitar
puskesmas dapat hidup sehat dan mandiri dengan pelayanan yang berupa Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Penggerakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan/ program
yang disusun kemudian dilaksanakan pengawasan dan pengendalian diikuti
dengan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan (Corrective Action) dan
diakhiri dengan pelaksanaan penilaian hasil kegiatan melalui Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP). Berdasar Permenkes No 44 Tahun 2016, kinerja yang
tertuang dalam PKP yakni kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh
puskesmas baik dalam upaya kesehatan masyarakat maupun kesehatan
perorangan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik,


diperlukan penilaian terhadap IKM sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat
kualitas pelayanan. Hal ini sesuai dengan Kepmen PAN Nomor 25 tahun 2004
tentang pedoman umum IKM. Adapun penelitian sebelumnya dilakukan oleh
Sukmawati Afdfandi (2014). Fitanto (2015), Sutrisno (2013), Antya (2014),
Imam (2012), Riza 2012), dan Gusi (2015). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yakni, pada penelitian ini menggunakan variabel
pencapaian kinerja. Sehingga arah penelitian ini yakni, ingin mengetahui
hubungan kausal antara PKP terhadap kepuasan masyarakat. Selanjutnya,
variabel PKP diperdalam dengan menggunakan variabel anteseden yakni belanja
langsung APBD dan APBN. Penelitian ini dilakukan di puskesmas yang berada
di Kabupaten Madiun dikarenakan pencapaian IKM rata-rata kurang dari 80 tiap
tahun (sumber Dinas Kesehatan Kab Madiun) dan peningkatan diatas 80 tiap
tahun masih jarang sekali dicapai oleh puskesmas. Selain itu untuk membuktikan
secara empiris belanja yang digunakan sudah dibelanjakan secara efisien dalam
setiap pelaksanaan kegiatan dan sesuai dengan konsep anggaran berbasis kinerja
yang memenuhi syarat value for money. Belanja yang berhubungan langsung
dengan kegiatan yakni belanja langsung, sesuai dengan Permenkeu No 101
Tahun 2011. Belanja langsung puskesmas bersumber dari daerah maupun negara
yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan. Hasil pencapaian
kegiatan yang telah dilakukan puskesmas baik upaya kesehatan masyarakat

2
maupun perorangan tiap tahun dimuat dalam PKP. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan masukan oleh puskesmas agar memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat sehingga pencapaian PKP meningkat
setiap tahun. Pelayanan yang maksimal kepada masyarakat diharapkan mampu
meningkatkan hasil pencapaian IKM tiap tahun. Selain itu, puskesmas
diharapkan dapat menggunakan belanja secara efisien dalam setiap pelaksanaan
kegiatan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Kepuasan

Secara umum, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang


yang muncul setelah membandingkan antara kinerja produk dengan hasil yang
diinginkan (Kotler 2005: 177). Apabila hasil kinerja produk/ jasa lebih rendah
dibandingkan harapan, maka pembeli akan merasa kecewa. Perasaan senang atau
kecewa akan timbul ketika seseorang membandingkan kinerja (hasil) produk
terhadap kinerja yang diharapkan. Sedangkan kepuasan masyarakat adalah
pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara
pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya
(Kepmen PAN Nomor 25 tahun 2004).

Menurut Lupioyadi (2006: 158), dalam menentukan tingkat kepuasan


publik, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh organisasi
pelayanan yaitu:

1. Kualitas produk/ jasa, publik akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk/ jasa yang mereka gunakan dan dapatkan
berkualitas.
2. Kinerja pelayanan, publik akan merasa puas bila mereka mendapatkan
pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.
3. Emosional, publik akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadapnya bila menggunakan produk/ jasa dengan
merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

3
4. Harga, produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi mempunyai harga
yang lebih murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi.
5. Biaya, publik tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Berdasar Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:


KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Pemerintah. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh
dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat
dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik
dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam


Keputusan Men.PAN Nomor:63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian
dikembangkan menjadi 14 unsur yang “relevan, valid” dan “reliable”, sebagai
unsur minimal yang harus yakni:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan


kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung
jawabnya);
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku;
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan peyelesaian pelayanan;
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyaraat;

4
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang diayani;
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati;
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhdap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang
dibayarakan dengan biaya yang telah ditetapkan;
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan;
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan
unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang dikibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Kinerja

Menurut Wibowo (2010:7), kinerja berasal dari pengertian performance,


yaitu sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah tetang melakukan
pekerjaan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Sedangkan menurut Mahsun
(2006:25), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi, misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi.

Menurut Mahmudi (2013:20) faktor-faktor yang mempengaruhi


kinerja antara lain:

1. Faktor personal/individual

5
Faktor ini meliputi pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan,
kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu.
2. Faktor kepemimpinan
Dalam faktor ini meliputi kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat,arahan, dan dukungan yang diberikan manajer atau team leader.
3. Faktor tim
Faktor ini meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan
dan keeratan anggota tim.
4. Faktor Sistem
Meliputi sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur yang diberikan
oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.
5. Faktor konstektual (situasional)
Pada faktor ini meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal
dan internal.

Kinerja Pelayanan Puskesmas

Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 menyebutkan tugas Puskesmas


melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya secara terintegrasi dan
berkesinambungan.

Penilaian Kinerja Puskesmas

Definisi operasional pencapaian PKP sesuai dengan Permenkes No 44


Tahun 2016 tentang manajemen Puskesmas yakni memuat kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh Puskesmas dalam satu periode. Upaya kesehatan yang
dicantumkan dalam PKP memuat Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP), pelayanan kefarmasian, keperawatan kesehatan
masyarakat, dan pelayanan laboraturium yang dilaksanakan di Puskesmas. Hasil

6
pencapaian dihitung dengan membandingkan target sasaran dengan capaian.
Selanjutnya upaya kesehatan dijelaskan dengan kegiatan-kegiatan dari masing-
masing upaya yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai target yang telah
ditetapkan. Ruang lingkup kinerja puskesmas yaitu:

1. Pencapaian cakupan penilaian kesehatan meliputi:


1) UKM esensial yang berupa pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana,
pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya
kesehatan ini berkaitan dengan unsur pelayanan dalam pertanyaan pada
kuesioner IKM poin 5, 6, 7, 8, 9. Yakni mengenai tanggung jawab petugas
pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan
mendapatkan pelayanan, dan kesopanan serta keramahan petugas.
2) UKM pengembangan, dilaksanakan setelah Puskesmas mampu
melaksanakan UKM esensial secara optimal, mengingat keterbatasan sumber
daya dan adanya prioritas masalah kesehatan. Upaya kesehatan
pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas ini berkaitan dengan
beberapa poin dalam kuesioner IKM. Yakni poin 5, 6, 7, 8, 9. Yakni
mengenai tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan petugas
pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, dan
kesopanan serta keramahan petugas.
3) UKP, yang berupa rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu
hari (one day care), home care, dan/atau rawat inap berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Kegiatan upaya kesehatan
Puskesmas atas UKP ini berkaitan erta dengan semua unsur pelayanan yang
digunakan dalam kuesioner survei IKM. Yakni poin 1 hingga 14. Yakni
mengenai prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas
pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas
pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan
mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya
pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan,
kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan.

7
Belanja Penyelenggaraan Kesehatan

Sesuai dengan PMK No. 75 Tahun 2014 pendanaan Puskesmas


bersumber dari:

1. Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD)


2. Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN)
3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Jenis Belanja

Belanja langsung menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13


Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimaksud
belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dari APBD disini terdiri
atas belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal sedangkan belanja
langsung APBN terdiri dari belanja Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Model Penelitian dan Perumusan Hipotesis

Berdasarkan penelitian-penelitian yang relevan, dan tinjauan pustaka


yang telah dijelaskan sebelumnya, maka model penelitian ini yakni ingin
mengetahui hubungan kausal antara kinerja puskesmas terhadap kepuasan
masyarakat dengan menjelaskan variabel kinerja puskesmas lebih dalam
menggunakan variabel anteseden yakni belanja langsung APBD dan APBN.

8
Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Pencapaian PKP terhadap Pencapaian IKM

Pasien atau responden memberikan tanggapannya pada pertanyaan-


pertanyaan kuesioner pada kuesioner IKM atas pendangan mereka mengenai
pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas kepada msyarakat. Oleh karena
itu, hal ini berkaitan dengan kinerja pelayanan instansi dalam hal ini puskesmas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penilaian kinerja puskesmas
merupakan hasil penilaian kerja/prestasi Puskesmas untuk menentukan seberapa
efektif dan efisien pelayanan Puskesmas, serta sasaran yang dicapai oleh
Puskesmas. Tujuan dilaksanakannya penilaian kinerja puskesmas salah satunya
agar puskesmas mendapatkan gambaran tingkat kinerja puskesmas (hasil
cakupan kegiatan, mutu kegiatan, dan manajemen Puskesmas) pada akhir tahun
kegiatan.

Hipotesis 1 : Pencapaian PKP berpengaruh terhadap nilai IKM


2. Pengaruh Realisasi Belanja Langsung APBD dan Belanja Langsung
APBN terhadap pencapaian PKP
Apabila dikaitkan dengan akuntabilitas, belanja daerah harus memenuhi konsep
Value For Money (VFM). Mardiasmo (2003) mengungkapkan bahwa VFM
merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada
tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Hipotesis 2: Realisasi belanja langsung APBD berpengaruh terhadap


pencapaian PKP

Hasil penelitian Garini (2015) mengenai pengaruh belanja terhadap


kiinerja. Terbukti secara positif belanja daerah berpengaruh positif terhadap
kinerja. Mardiasmo (2003) mengungkapkan bahwa VFM merupakan konsep
pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama,
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Hal ini sesuai dengan Permenkes
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum BOK, disebutkan bahwa BOK
adalah dana tugas pembantuan yang ditujukan kepada salah satu FKTP yakni
puskesmas untuk mewujudkan masyarakat yang sudah memenuhi MDGs

9
(Millenium Development Goals). Beberapa tujuan MDGs yang berkaitan dengan
bidang kesehatan yakni poin 1, 4, 5, 6 dan 7. Yang memuat pelayanan gizi,
angka kematian bayi, angka kematian ibu, HIV dan TB, serta sanitasi dan
lingkungan hidup yang sehat. Dana BOK dikhususkan untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Tanpa adanya belanja
atau sumber dana maka kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas tidak akan
dapat berjalan. Sehingga dugaan sementara penelitian ini yakni realisasi belanja
yang bersumber dari negara atau BOK berpengaruh terhadap kinerja Puskesmas.

Hipotesis 3: Realisasi belanja langsung APBN berpengaruh terhadap


pencapaian PKP

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk


menguji hipotesis atau dugaan sementara yang telah dibangun. Yakni apakah
pencapaian PKP berpengaruh terhadap pencapaian IKM dengan variabel
anteseden realisasi belanja langsung Puskesmas yang bersumber dari daerah
maupun negara (BOK). Data yang digunakan yakni, seluruh Puskesmas yang
berada di Kabupaten Madiun yakni sejumlah 26 Puskesmas dalam kurun waktu
3 tahun yakni 2013,2014 dan 2015. Yang terdiri dari belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal dan belanja BOK, pencapaian PKP dan pencapaian IKM
di 26 puskesmas yang berada di Kabupaten Madiun. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara dokumentasi dan studi pustaka. Alat statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda (multiple linier
regresion). Alat statistik ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui
hubungan antara variabel independen dengan variable dependen, yang mana
dalam penelitian menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel anteseden.

10
Keterangan:
Y = Indeks Kepuasan Masyarakat
a = Konstanta 1
b = Koefisien variabel independen 1
c = Konstanta 2
d,e = Koefisien variabel independen X2 dan X3
f = Konstanta 3
g,h,i = koefisien variabel independen X2, X3, dan X1
X1 = Penilaian Kinerja Puskesmas
X2 = Realisasi belanja langsung APBD
X3 = Realisasi belanja langsung APBN

Pengukuran Variabel

Variabel Terikat (Dependent Variable)

1. Pencapaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Kepusan Masyarakat tahun
2013 s.d. 2015 yang disusun berdasarkan 14 indikator pelayanan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
KEP/25/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Pemerintah.

Variabel Anteseden

1. Realisasi Belanja Langsung APBD

Beanjalangsung APBD terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan belanja
modal. Belanja pegawai Puskesmas dari tahun 2013 s.d. 2015 yang terdiri atas
belanja gaji PNS yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran DinasKesehatan
Kabupaten Madiun. Belanja barang Puskesmas dari tahun 2013 s.d. 2015 yang
terdiri atas belanja barang operasional dan belanja barang non operasional yang
disajikan dalam laporan realisasi anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
Belanja Modal Puskesmas dari tahun 2013 s.d. 2015 yang terdiri atas belanja
modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung bangunan

11
dan belanja modal lainnya yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran Dinas
Kesehatan Kabupaten Madiun.

2. Realisasi Belanja Langsung APBN

Belanja langsung APBN adalah Belanja Operasional Kesehatan


(BOK) dari tahun 2013 s.d. 2015. Definisi BOK adalah bantuan dana dari
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan
kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dengan fokus pencapaian target
Millennium Development Goals (MDGs) melalui peningkatan kinerja
Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

Variabel Bebas (Independent Variable)

Pencapaian Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)

Pencapaian PKP yang digunakan dalam penelitian ini yakni


pencapaian PKP Puskesmas pada periode tahun 2013, 2014 dan 2015.
Pencapaian PKP yang digunakan yakni seluruh pencapaian PKP seluruh
Puskesmas di Kabupaten Madiun yang memuat capaian atas layanan kesehatan
yang telah diberikan. Dengan jumlah 26 Puskesmas, pencapaian PKP merupakan
bentuk upaya perbaikan dan peningkatan untuk melakukan pengawasan serta
pengendalian atas kegiatan/ program.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Umum Entitas (Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun)

Kabupaten Madiun merupakan salah satu Kabupaten dari 38


Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur dan terletak hampir di ujung barat
Propinsi Jawa Timur. Jarak antara Kabupaten Madiun dengan ibukota Propinsi
Jawa Timur kurang lebih 175 km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota
Negara kurang lebih 775 km dengan arah berlawanan. Populasi adalah semua
data Puskesmas di Kabupaten Madiun dari tahun 2013, 2014 dan 2015 yakni 26

12
puskesmas. Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni semua puskesmas
yang berada di Kabupaten Madiun, sehingga pada panelitian ini tidak
menggunakan sampel. 26 Puskesmas tersebut yakni:
No Puskesmas Alamat Jenis
Puskesmas
1 Gantrung Jl Raya Dilopo, Desa Sidorejo, Kec. Rawat Inap
Kebonsari
2 Kebonsari Jl Uteran – Kebonsari No.13, Ds Non Rawat
Singgahan , Kec Kebonsari Inap
3 Geger Jl Raya Ponorogo No. 48, Ds Non Rawat
Purworejo, Kec. Geger Inap
4 Kaibon Jl Pancotaruno No. 407, Ds. Kaibon, Non Rawat
Kec. Geger Inap
5 Bangunsari Jl Panjang Punjung, Ds. Dolopo, Non Rawat
Kec. Dolopo Inap
6 Dagangan Jl Raya Dagangan Pagotan No. 57, Non Rawat
Ds. Dagangan, Kec. Dagangan Inap
7 Mlilir Jl Raya Madiun Ponorogo No.06 Non Rawat
Mlilir, Kec. Delopo Inap
8 Jetis Jl Jetis, Ds. Jetis, Kec. Dagangan Non Rawat
Inap
9 Wungu Jl Raya Kare No. 113, Ds. Wungu, Non Rawat
Kec. Wungu Inap
10 Mojopurno Jl Raya Dungus, Ds. Mojopurno, Non Rawat
Kec. Wungu Inap
11 Kare Jl Raya Randu Alas Kare, Kec. Kare Non Rawat
Inap
12 Gemarang Jl TGP No. 17, Ds. Gemarang, Kec. Rawat Inap
Gemarang
13 Saradan Jl Raya Saradan, Ds. Sugihwaras, Rawat Inap
Kec. Saradan
14 Sumbersari Jl Raya Tulung No.05, Ds. Rawat Inap

13
Sumbersari, Kec. Saradan
15 Pilangkenceng Jl Raya Kenongo Rejo No. 774B, Ds. Rawat Inap
Keneongo Rejo, Kec. Pilangkenceng
16 Krebet Jl Gawang Utara, Ds. Krebet, Kec. Rawat Inap
Pilangkenceng
17 Klecorejo Jl Raya Wates, Ds. Klecorejo, Kec. Rawat Inap
Mejayan
18 Mejayan Jl Raya Panglima Sudirman No. 52, Non Rawat
Ds Mejayan, Kec. Mejayan Inap
19 Wonoasri Jl Raya Wonoasri, Ds. Wonoasri, Non Rawat
Kec. Wonoasri Inap
20 Balerejo Jl Raya Madiun Surabaya No. 82, Ds. Rawat Inap
Balerejo, Kec. Balerejo
21 Simo Jl Raya Balerejo-Muneng No. 96, Ds. Non Rawat
Simo, Kec. Balerejo Inap
22 Madiun Jl Raya Puskesmas No. 09, Ds. Non Rawat
Tiron, Kec. Madiun Inap
23 Dimong Jl Raya Dimong, Ds. Dimong, Kec. Non Rawat
Dimong Inap
24 Sawahan Jl Raya Kajang, Ds. Kajang, Kec. Non Rawat
Sawahan Inap
25 Klagenserut Jl Raya Klagenserut, Kec. Jiwan Non Rawat
Inap
26 Jiwan Jl Raya Solo No. 85, Ds. Jiwan, Kec. Non Rawat
Jiwan Inap

Analisis Deskriptif

Dari sampel diperoleh data statistik deskriptif untuk mengetahui nilai rata-
rata, nilai minimal, nilai maksimal dan standar deviasi atas variabel variabel
penelitian.

14
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviation
PKP 78 70,89 79,92 75,3535 2,51772
IKM 78 72,14 84,98 77,9476 2,71208
BL APBD 78 319.200.000 580.430.000 449.744.740 8,563575
BL APBN 78 67.000.000 106.200.000 82.432.000 .98211

Sumber: Data diolah tahun 2017

Tabel 4.2 merupakan statistik deskriptif dari variabel yang terdiri dari
Belanja Langsung APBD dan APBN, Pencapaian Kinerja Puskesmas dan nilai
Indeks Kepuasan Masyarakat. Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata belanja
langsung APBD adalah Rp449.744.740,00, belanja terkecil terdapat di
Puskesmas Wungu Tahun 2013 sebesar Rp319.200.000,00 dan terbesar
Puskesmas Kare Rp580.430.000,00 pada tahun 2015 sedangkan rata-rata belanja
APBN adalah sebesar Rp82.432.000,00. Belanaja APBN minimal adalah
Puskesmas Dimong tahun 2013 yaitu sebesar Rp67.000.000,00 dan belanja
APBN terbesar adalah Rp106.200.000,00 di Puskesmas Kebonsari, di tahun
2015.

Berdasarkan data PKP dapat dilihat rata-rata pencapaian PKP Puskesmas


adalah 75,35 ini berarti puskesmas dapat dinilai kurang dalam pencapaian
PKPnya, sedangkan rata-rata nilai IKM nya adalah 77,94 yang artinya
masyarakat relatif puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas di
Kabupaten Madiun.

Hasil Pengujian Hipotesis

Uji regresi parsial:

Variabel Unstandarized t Nilai p (sign)


Independen Coefficients (Beta)
Konstanta 17,104

15
PKP 0,807 9,872 0,000

Uji regresi simultan:

Model Koefisien T p (sign) R2


Jalur
Sub structural 1 (X2, X3 ke X1)
X2 0,162 5,564 0,000 0,638
X3 0,782 3,076 0,003
Sub structural 2 (X1, X2 , X3 ke Y)
X1 0,266 2,440 0,017 0,726
X2 0,082 2,495 0,015*
X3 1,205 4,736 0,000*

Persamaan Regresi:

Y = 17,104 + 0,807 X1

Y = 61,611 + 0,162 X2 + 0,782 X3


Y = 44,324 + 0,266 X1 + 0,082 X2 + 1,205 X3

1. Pengaruh pencapaian PKP terhadap IKM secara parsial


Berdasarkan hasil pengujian regresi yang disajikan didapatkan
koefisien regresi (Beta) variabel pencapaian PKP sebesar 0,807 (bernilai positif)

16
dengan nilai t sebesar 9,872 dan signifikansi p<0,05 (nilai p=0,000), sehingga
dapat disimpulkan bahwa pencapaian PKP berpengaruh terhadap nilai IKM, nilai
positif menandakan arah hubungan variabel tersebut adalah positif dan berarti
bahwa hipotesis 1 diterima.

2. Pengaruh Belanja Langsung APBD dan APBN berpengaruh terhadap PKP

Berdasarkan hasil pengujian regresi yang disajikan didapatkan


koefisien regresi (Beta) variabel belanja langsung APBD sebesar 0,162 (bernilai
positif) dengan nilai t sebesar 5,564, sehingga dapat disimpulkan bahwa belanja
langsung APBD berpengaruh terhadap pencapaian PKP, nilai positif
menandakan arah hubungan variabel tersebut adalah positif dan berarti bahwa
hipotesis 2 diterima.

Berdasarkan hasil pengujian regresi yang disajikan didapatkan


koefisien regresi (Beta) variabel belanja langsung APBN sebesar 0,782 (bernilai
positif) dengan nilai t sebesar 3,076, sehingga dapat disimpulkan bahwa belanja
langsung APBN berpengaruh terhadap pencapaian PKP, nilai positif
menandakan arah hubungan variabel tersebut adalah positif dan berarti bahwa
hipotesis 3 diterima.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh pencapaian PKP terhadap Pencapaian IKM


Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa pencapaian PKP
berpengaruh positif terhadap IKM, hal ini menunjukkan bahwa kinerja yang
dilakukan Puskesmas direspon masyarakat dengan baik. Masyarakat merasa puas
dengan kinerja pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas, hal ini sesuai dengan
tujuan instansi sektor publik yaitu melayani masyarakat dengan baik. Di dalam
pemerintahan demokrasi yang baik memang seharusnya kepuasan masyarakat
adalah tujuan utama pelayanan instansi, karena inti dari demokrasi adalah dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferrinadewi dan Djati (2004), yang
menyebutkan bahwa dimensi-dimensi kualitas jasa (tangiable, reliability,
responsiveness, assurance, empathy) berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Selain itu, pada penelitian Darmawan Didit dan Djati S.

17
Pantja (2004) responden menilai sejauh mana kinerja karyawan ikut menentukan
sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan.

2. Pengaruh Realisasi Belanja Langsung APBD terhadap Pencapaian


PKP
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa belanja langsung APBD berpengaruh positif terhadap pencapaian
PKP, hal ini menunjukkan belanja yang direalisasikan Puskesmas
dioptimalkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan.
Hal ini sesuai dengan definisi anggaran berbasis kinerja, yaitu penyusunan
anggaran belanja berdasarkan kinerja output yang akan dicapai. Mardiasmo
(2003) mengungkapkan bahwa VFM merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Affandy
dan Sukmawati (2014) yang menyatakan belanja yang efisien akan
menghasilkan nilai IKM yang baik. Selain itu hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Rahmad Vitanto (2015) yang menyatakan belanja
langsung APBD yang dibelanjakan secara efisien akan berpengaruh terhadap
pencapaian IKU.
3. Pengaruh Realisasi Belanja Langsung APBN terhadap Pencapaian
PKP

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa


belanja langsung APBN berpengaruh positif terhadap pencapaian PKP, hal ini
menunjukkan belanja yang direalisasikan Puskesmas dioptimalkan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan. Hal ini sesuai dengan definisi
anggaran berbasis kinerja, yaitu penyusunan anggaran belanja berdasarkan kinerja
output yang akan dicapai. Hal ini sejalan dengan penelitian Affandy dan
Sukmawati (2014) yang menyatakan belanja yang efisien akan menghasilkan nilai
IKM yang baik.Selain itu penelitian Garini (2015) membuktikan bahwa belanja
daerha yang dikeluarkan instansi berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah
daerah. Penelitian Fitanto (2015) juga membuktikan bahwa realisasi belanja
langsung berpengaruh positif terhadap indikator kinerja.

18
4. Pengaruh Pencapaian PKP terhadap Pencapaian IKM dengan
Realisasi Belanja Langsung APBD dan APBN sebagai Variabel
Anteseden
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
PKP berpengaruh positif terhadap IKM dengan belanja langsung APBD dan
APBN sebagai variabel anteseden. Hal ini menunjukkan adanya fungsi variabel
anteseden. Artinya, dengan meningkatnya kinerja Puskesmas yang salah satunya
didorong oleh belanja langsung dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.
Karena masyarakat menilai kepuasan salah satunya dari kinerja pelayanan yang
diberikan kepadanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Affandy dan Sukmawati
(2014) yang menyatakan belanja yang efisien akan menghasilkan nilai IKM yang
baik. Dan juga sejalan dengan penelitian Garini (2015) yang dapat membuktikan
bahwa kinerja pemerintah daerah dipengaruhi oleh belanja daerah secara positif.
Penelitian Laksmi (2014) juga berhasil membuktikan bahwa kualitas pelayanan
terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan masyarakat.

PENUTUP

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PKP terhadap


Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan belanja langsung APBD dan
APBN sebagai variabel anteseden. Berdasarkan hasil analisis regresi dan
analisis jalur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pencapaian PKP berpengaruh positif terhadap nilai IKM. Peningkatan PKP


yang diraih Puskesmas dapat meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan Puskesmas.
2. Belanja langsung APBD berpengaruh positif terhadap pencapaian PKP.
Peningkatan belanja langsung APBD yang terdiri dari belanja pegawai,
belanja barang dan belanja modal dapat meningkatkan kinerja puskesmas
berdasarkan pencapaian targetnya.
3. Belanja langsung APBN berpengaruh terhadap pencapaian PKP.
Pendistribusian belanja langsung APBN yakni belanja Bantuan Operasional

19
Kesehatan (BOK),berpengaruh terhadap kinerja Puskesmas.
4. Pencapaian PKP berpengaruh positif terhadap IKM dengan belanja langsung
APBD dan APBN sebagai variabel anteseden. Peningkatan belanja langsung
APBD dan APBN akan meningkatkan kinerja puskesmas. Kiinerja
puskesmas yang meningkat, akan berpengaruh terhadap peningkatan IKM.

Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa


keterbatasan yang memerlukan perbaikan dalam penelitian-penelitian
selanjutnya. Keterbatasan penelitian tersebut yakni dalam penelitian ini tidak
membedakan kategori Puskesmas. Yakni puskesmas dengan layanan rawat inap
maupun non rawat inap. Selain itu, keterbatasan dalam penelitian ini yakni
tidak membedakan jenis puskesmas secara spesifik seperti jenis layanan yang
diberikan Puskesmas. Data yang digunakan dalam penelitian ini tidak
membedakan kategori-kategori tersebut dan seluruh Puskesmas yang berada di
Kabupaten Madiun dijadikan sampel.
Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, peneliti menyarankan agar :

1. Penelitian selanjutnya agar membedakan Puskesmas dengan kategori yang


lebih spesifik. Misalkan dengan kategori rawat inap dan non rawat inap,
maupun Puskesmas yang sudah terakreditasi dan memperoleh penghargaan.

2. Penelitian selanjutnya dapat membedakan jenis pelayanan yang diberikan


oleh Puskesmas terutama pada kegiatan UKM pengembangan maupun
UKM dan UKP inovatif . Sehingga terlihat perbedaan kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan antar Puskesmas. Sehingga dapat dibedakan
Puskesmas yang memiliki inovasi, dan yang kurang berinovasi.

3. Penelitian selanjutnya menggunakan data dengan periode yang lebih


panjang agar jumlah populasi lebih banyak dan memberikan kesimpulan
yang lebih detail dan akurat mengenai PKP dan IKM.

20
4. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan cakupan yang lebih luas
misalnya satu Provinsi ataupun se-Indonesia. Agar kesimpulan penelitian
dapat lebih digeneralisir.

5. Penelitian selanjutnya agar menambahkan variabel bebas lainnya seperti aset


Puskesmas, dan kompetensi SDM di Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David., 1996, Building Strong Brand, The Free Press, Mc Millan, New
York

Darmawan, Didit., 2004, “Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan


Penumpang Kapal Feri Penyeberangan Ujung-Kamal”, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Vol.8, No.2, Juni, pp.39-44. Universitas Kristen Petra.

Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid Dua. Jakarta: LP3ES.

Dewi, Riza Elzera. 2012. Analisis Kinerja Ekonomi Daerah Terhadap


Kesejahteraan Masyarakat. Skripsi. Malang: Jurusan Ilmu Ekonomi,
Universitas Brawijaya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, 2013. Rencana Strategis Dinas


Kesehatan Kabupaten Madiun. Kabupaten Madiun.

Djati, S. Pantja dan Darmawan, Didit. 2005. Pengaruh Kinerja Karyawan


Terhadap Kepuasan,Kepercayaan, dan Kesetiaan Pelanggan. Skripsi.
Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Djati, S.Pantja, & M.Khusaini, 2003, “Kajian terhadap Kepuasan Kompensasi,


Komitmen Organisasi, dan Prestasi Kerja”, Jurnal Kewirausahaan dan
Manajemen, Vol.5 No.1, pp.25-41. Universitas Kristen Petra.

Ferrinadewi, Erna & S.Pantja Djati, 2004, “Upaya Mencapai Loyalitas


Konsumen dalam Perspektif Sumber Daya Manusia”, Jurnal
Kewirausahaan dan Manajemen, Vol.6 No.1, pp.15-26. Universitas
Kristen Petra.

21
Fitanto, Bagus Rahmat. 2015. Pengaruh Belanja Langsung APBD dan Belanja
Lansgung APBD terhadap Indeks Kepuasan Masyarakat dengan
Variabel Intervening Indikator Kinerja Utama. Skripsi. Malang: Jurusan
Akuntansi, Universitas Brawijaya.

Hidayat, Rosidi dan Saraswati, Erwin. 2012. Pengaruh Belanja Pendidikan


Terhadap Kinerja Pendidikan dengan Good Governance sebagai
Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi Multiparadigma volume 3
nomor 2.

Garini, Ardya. 2015. Pengaruh Belanja Daerah, Temuan Audit dan Size
terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Semarang:
Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang.

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta:
Prenhalindo.

Kementrian Keuangan (2012) Anggaran Berbasis Kinerja (Bagian I).


(http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-
list.asp?ContentId=628, diakses pada 30 Juni 2017)
Lakmi, Ade Rosita. 2014. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Tingkat
Kepuasan Masyarakat Pada Rumah Sakit Umum Daerah Bandung.
Skripsi. Bali: Program Studi Administrasi Negara, Universitas Udayana.

Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online. Aduan Pelayanan di Puskesmas.


(https;//lapor.go.id, diakses 21 Juni 2017).

Lupiyoadi,Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat :


Jakarta

Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja Sektor Publik.Edisi Kedua. UPP STIM


YKPN : Yogyakarta.

Mahsun. 2006. Pengukuran Kinerja. BPFE : Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi : Yogyakarta

22
Mardismo. 2003. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik melalui
Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada. (http://mgb.ugm.ac.id, diakses pada 27 Juli 2017)

Mulyadi dan Setyawan Jhony. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian


manajemen: Sistem Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan,
Salemba Empat : Jakarta.

Pasalong,Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta : Bandung.

Ruky, Ahmad S. 2005. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business Edisi 1. Jakarta:


Salemba Empat.

Setiawan, Gusi Bagus Kompiang Putra. 2015. Pengaruh Belanja Modal


terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui pertumbuhan ekonomi
sebagai variabel intervening pada Kabupaten Kota di Provinsi Bali.
Skripsi. Bali: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmawati, Antya dan Affandy, Didied Purnawan. 2014. Analisis Efisiensi


Penggunaan Belanja Dan Jumlah Pegawai Terhadap Indeks Kepuasan
Masyarakat: Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Malang
Tahun 2013.Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Sutrisno. 2013. Analisis Fiskal Daerah, Belanja Daerah dan Kinerja


Ekonomi: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Skripsi.
Malang: Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya.

Tangkilisan, Hessel. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT Gresindo.

Tika,P. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. PT


Bumi Aksara : Jakarta.

23
The World Bank. 2007. Indonesia Public Expenditure Review 2007.
(http://www.worldbank.org, diakses pada 15 Agustus 2017)

Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Rajawali Press : Jakarta.

Yanuar, Ziya. 2014. Implementasi E-Costing SPM Kesehatan Pada


Puskesmas (Studi Kasus Pada Puskesmas Ngrambe Kabupaten
Ngawi). Skripsi. Malang: Jurusan Akuntansi, Universitas
Brawijaya.
Yuwono, Sony, 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard :
Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama.

, Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Evaluasi


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, PP Nomor 6 Tahun 2008

, Peraturan Pemerintah tentang Petunjuk Teknis Penilaian Prestasi


Kerja Pegawai Negeri Sipil, PP Nomor 46 Tahun 2011

, Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Sistem Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah, Perpres Nomor 29 Tahun 2014

, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara, PermenPAN Nomor PER/ 01
/M.PAN/ 01 /2009

, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tentang Petunjuk Pelaksanaan
Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, PermenPAN-RB
Nomor 25 Tahun 2012

, Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan


Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

24
, Peraturan Menteri Keuangan tentang Klasifikasi Anggaran,
Permenkeu Nomor: 101/PMK.02/2011

, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis


Bantuan Operasional Kesehatan, Permenkes Nomor 11 Tahun 2015

, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Manajemen


Puskesmas, Permenkes Nomor 44 Tahun 2016

, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat, Permenkes Nomor 75 Tahun 2014

, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang


Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Pemerintah, KemenPAN Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004

, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang


Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik,
KemenPANNomor:63/KEP/M.PAN/7/2003

25

Anda mungkin juga menyukai