Dosen Pembimbing:
Helmy Adam,MSA.,Ak.,CPMA
ABSTRAK
PENDAHULUAN
1
Dengan adanya puskesmas maka diharapkan masyarakat di sekitar
puskesmas dapat hidup sehat dan mandiri dengan pelayanan yang berupa Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Penggerakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan/ program
yang disusun kemudian dilaksanakan pengawasan dan pengendalian diikuti
dengan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan (Corrective Action) dan
diakhiri dengan pelaksanaan penilaian hasil kegiatan melalui Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP). Berdasar Permenkes No 44 Tahun 2016, kinerja yang
tertuang dalam PKP yakni kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh
puskesmas baik dalam upaya kesehatan masyarakat maupun kesehatan
perorangan.
2
maupun perorangan tiap tahun dimuat dalam PKP. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan masukan oleh puskesmas agar memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat sehingga pencapaian PKP meningkat
setiap tahun. Pelayanan yang maksimal kepada masyarakat diharapkan mampu
meningkatkan hasil pencapaian IKM tiap tahun. Selain itu, puskesmas
diharapkan dapat menggunakan belanja secara efisien dalam setiap pelaksanaan
kegiatan.
Kepuasan
1. Kualitas produk/ jasa, publik akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk/ jasa yang mereka gunakan dan dapatkan
berkualitas.
2. Kinerja pelayanan, publik akan merasa puas bila mereka mendapatkan
pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.
3. Emosional, publik akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadapnya bila menggunakan produk/ jasa dengan
merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
3
4. Harga, produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi mempunyai harga
yang lebih murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi.
5. Biaya, publik tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
4
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang diayani;
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati;
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhdap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang
dibayarakan dengan biaya yang telah ditetapkan;
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan;
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan
unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang dikibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Kinerja
1. Faktor personal/individual
5
Faktor ini meliputi pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan,
kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu.
2. Faktor kepemimpinan
Dalam faktor ini meliputi kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat,arahan, dan dukungan yang diberikan manajer atau team leader.
3. Faktor tim
Faktor ini meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan
dan keeratan anggota tim.
4. Faktor Sistem
Meliputi sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur yang diberikan
oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.
5. Faktor konstektual (situasional)
Pada faktor ini meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal
dan internal.
6
pencapaian dihitung dengan membandingkan target sasaran dengan capaian.
Selanjutnya upaya kesehatan dijelaskan dengan kegiatan-kegiatan dari masing-
masing upaya yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai target yang telah
ditetapkan. Ruang lingkup kinerja puskesmas yaitu:
7
Belanja Penyelenggaraan Kesehatan
Jenis Belanja
8
Hipotesis Penelitian
9
(Millenium Development Goals). Beberapa tujuan MDGs yang berkaitan dengan
bidang kesehatan yakni poin 1, 4, 5, 6 dan 7. Yang memuat pelayanan gizi,
angka kematian bayi, angka kematian ibu, HIV dan TB, serta sanitasi dan
lingkungan hidup yang sehat. Dana BOK dikhususkan untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Tanpa adanya belanja
atau sumber dana maka kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas tidak akan
dapat berjalan. Sehingga dugaan sementara penelitian ini yakni realisasi belanja
yang bersumber dari negara atau BOK berpengaruh terhadap kinerja Puskesmas.
METODOLOGI PENELITIAN
10
Keterangan:
Y = Indeks Kepuasan Masyarakat
a = Konstanta 1
b = Koefisien variabel independen 1
c = Konstanta 2
d,e = Koefisien variabel independen X2 dan X3
f = Konstanta 3
g,h,i = koefisien variabel independen X2, X3, dan X1
X1 = Penilaian Kinerja Puskesmas
X2 = Realisasi belanja langsung APBD
X3 = Realisasi belanja langsung APBN
Pengukuran Variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Kepusan Masyarakat tahun
2013 s.d. 2015 yang disusun berdasarkan 14 indikator pelayanan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
KEP/25/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Pemerintah.
Variabel Anteseden
Beanjalangsung APBD terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan belanja
modal. Belanja pegawai Puskesmas dari tahun 2013 s.d. 2015 yang terdiri atas
belanja gaji PNS yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran DinasKesehatan
Kabupaten Madiun. Belanja barang Puskesmas dari tahun 2013 s.d. 2015 yang
terdiri atas belanja barang operasional dan belanja barang non operasional yang
disajikan dalam laporan realisasi anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
Belanja Modal Puskesmas dari tahun 2013 s.d. 2015 yang terdiri atas belanja
modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung bangunan
11
dan belanja modal lainnya yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran Dinas
Kesehatan Kabupaten Madiun.
12
puskesmas. Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni semua puskesmas
yang berada di Kabupaten Madiun, sehingga pada panelitian ini tidak
menggunakan sampel. 26 Puskesmas tersebut yakni:
No Puskesmas Alamat Jenis
Puskesmas
1 Gantrung Jl Raya Dilopo, Desa Sidorejo, Kec. Rawat Inap
Kebonsari
2 Kebonsari Jl Uteran – Kebonsari No.13, Ds Non Rawat
Singgahan , Kec Kebonsari Inap
3 Geger Jl Raya Ponorogo No. 48, Ds Non Rawat
Purworejo, Kec. Geger Inap
4 Kaibon Jl Pancotaruno No. 407, Ds. Kaibon, Non Rawat
Kec. Geger Inap
5 Bangunsari Jl Panjang Punjung, Ds. Dolopo, Non Rawat
Kec. Dolopo Inap
6 Dagangan Jl Raya Dagangan Pagotan No. 57, Non Rawat
Ds. Dagangan, Kec. Dagangan Inap
7 Mlilir Jl Raya Madiun Ponorogo No.06 Non Rawat
Mlilir, Kec. Delopo Inap
8 Jetis Jl Jetis, Ds. Jetis, Kec. Dagangan Non Rawat
Inap
9 Wungu Jl Raya Kare No. 113, Ds. Wungu, Non Rawat
Kec. Wungu Inap
10 Mojopurno Jl Raya Dungus, Ds. Mojopurno, Non Rawat
Kec. Wungu Inap
11 Kare Jl Raya Randu Alas Kare, Kec. Kare Non Rawat
Inap
12 Gemarang Jl TGP No. 17, Ds. Gemarang, Kec. Rawat Inap
Gemarang
13 Saradan Jl Raya Saradan, Ds. Sugihwaras, Rawat Inap
Kec. Saradan
14 Sumbersari Jl Raya Tulung No.05, Ds. Rawat Inap
13
Sumbersari, Kec. Saradan
15 Pilangkenceng Jl Raya Kenongo Rejo No. 774B, Ds. Rawat Inap
Keneongo Rejo, Kec. Pilangkenceng
16 Krebet Jl Gawang Utara, Ds. Krebet, Kec. Rawat Inap
Pilangkenceng
17 Klecorejo Jl Raya Wates, Ds. Klecorejo, Kec. Rawat Inap
Mejayan
18 Mejayan Jl Raya Panglima Sudirman No. 52, Non Rawat
Ds Mejayan, Kec. Mejayan Inap
19 Wonoasri Jl Raya Wonoasri, Ds. Wonoasri, Non Rawat
Kec. Wonoasri Inap
20 Balerejo Jl Raya Madiun Surabaya No. 82, Ds. Rawat Inap
Balerejo, Kec. Balerejo
21 Simo Jl Raya Balerejo-Muneng No. 96, Ds. Non Rawat
Simo, Kec. Balerejo Inap
22 Madiun Jl Raya Puskesmas No. 09, Ds. Non Rawat
Tiron, Kec. Madiun Inap
23 Dimong Jl Raya Dimong, Ds. Dimong, Kec. Non Rawat
Dimong Inap
24 Sawahan Jl Raya Kajang, Ds. Kajang, Kec. Non Rawat
Sawahan Inap
25 Klagenserut Jl Raya Klagenserut, Kec. Jiwan Non Rawat
Inap
26 Jiwan Jl Raya Solo No. 85, Ds. Jiwan, Kec. Non Rawat
Jiwan Inap
Analisis Deskriptif
Dari sampel diperoleh data statistik deskriptif untuk mengetahui nilai rata-
rata, nilai minimal, nilai maksimal dan standar deviasi atas variabel variabel
penelitian.
14
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviation
PKP 78 70,89 79,92 75,3535 2,51772
IKM 78 72,14 84,98 77,9476 2,71208
BL APBD 78 319.200.000 580.430.000 449.744.740 8,563575
BL APBN 78 67.000.000 106.200.000 82.432.000 .98211
Tabel 4.2 merupakan statistik deskriptif dari variabel yang terdiri dari
Belanja Langsung APBD dan APBN, Pencapaian Kinerja Puskesmas dan nilai
Indeks Kepuasan Masyarakat. Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata belanja
langsung APBD adalah Rp449.744.740,00, belanja terkecil terdapat di
Puskesmas Wungu Tahun 2013 sebesar Rp319.200.000,00 dan terbesar
Puskesmas Kare Rp580.430.000,00 pada tahun 2015 sedangkan rata-rata belanja
APBN adalah sebesar Rp82.432.000,00. Belanaja APBN minimal adalah
Puskesmas Dimong tahun 2013 yaitu sebesar Rp67.000.000,00 dan belanja
APBN terbesar adalah Rp106.200.000,00 di Puskesmas Kebonsari, di tahun
2015.
15
PKP 0,807 9,872 0,000
Persamaan Regresi:
Y = 17,104 + 0,807 X1
16
dengan nilai t sebesar 9,872 dan signifikansi p<0,05 (nilai p=0,000), sehingga
dapat disimpulkan bahwa pencapaian PKP berpengaruh terhadap nilai IKM, nilai
positif menandakan arah hubungan variabel tersebut adalah positif dan berarti
bahwa hipotesis 1 diterima.
17
Pantja (2004) responden menilai sejauh mana kinerja karyawan ikut menentukan
sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan.
18
4. Pengaruh Pencapaian PKP terhadap Pencapaian IKM dengan
Realisasi Belanja Langsung APBD dan APBN sebagai Variabel
Anteseden
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
PKP berpengaruh positif terhadap IKM dengan belanja langsung APBD dan
APBN sebagai variabel anteseden. Hal ini menunjukkan adanya fungsi variabel
anteseden. Artinya, dengan meningkatnya kinerja Puskesmas yang salah satunya
didorong oleh belanja langsung dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.
Karena masyarakat menilai kepuasan salah satunya dari kinerja pelayanan yang
diberikan kepadanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Affandy dan Sukmawati
(2014) yang menyatakan belanja yang efisien akan menghasilkan nilai IKM yang
baik. Dan juga sejalan dengan penelitian Garini (2015) yang dapat membuktikan
bahwa kinerja pemerintah daerah dipengaruhi oleh belanja daerah secara positif.
Penelitian Laksmi (2014) juga berhasil membuktikan bahwa kualitas pelayanan
terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
19
Kesehatan (BOK),berpengaruh terhadap kinerja Puskesmas.
4. Pencapaian PKP berpengaruh positif terhadap IKM dengan belanja langsung
APBD dan APBN sebagai variabel anteseden. Peningkatan belanja langsung
APBD dan APBN akan meningkatkan kinerja puskesmas. Kiinerja
puskesmas yang meningkat, akan berpengaruh terhadap peningkatan IKM.
Keterbatasan Penelitian
20
4. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan cakupan yang lebih luas
misalnya satu Provinsi ataupun se-Indonesia. Agar kesimpulan penelitian
dapat lebih digeneralisir.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David., 1996, Building Strong Brand, The Free Press, Mc Millan, New
York
Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid Dua. Jakarta: LP3ES.
21
Fitanto, Bagus Rahmat. 2015. Pengaruh Belanja Langsung APBD dan Belanja
Lansgung APBD terhadap Indeks Kepuasan Masyarakat dengan
Variabel Intervening Indikator Kinerja Utama. Skripsi. Malang: Jurusan
Akuntansi, Universitas Brawijaya.
Garini, Ardya. 2015. Pengaruh Belanja Daerah, Temuan Audit dan Size
terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Semarang:
Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang.
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta:
Prenhalindo.
22
Mardismo. 2003. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik melalui
Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada. (http://mgb.ugm.ac.id, diakses pada 27 Juli 2017)
23
The World Bank. 2007. Indonesia Public Expenditure Review 2007.
(http://www.worldbank.org, diakses pada 15 Agustus 2017)
24
, Peraturan Menteri Keuangan tentang Klasifikasi Anggaran,
Permenkeu Nomor: 101/PMK.02/2011
25