Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, sebagai

abdi negara dan abdi masyarakat. Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan

melalui aktivitas orang lain secara lansung, merupakan konsep yang senantiasa aktual

dalam berbagai aspek kelembagaan. Layanan yang diberikan haruslah sesuai dengan

standar pelayanan seperti yang termuat dalam peraturan perundang-undangan yaitu

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan publik.

Pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan memang menjadi

bagian yang perlu dicermati. Saat ini masih sering dirasakan bahwa kualitas

pelayanan minimum sekalipun masih jauh dari harapan masyarakat. Yang lebih

memprihatinkan lagi, masyarakat hampir sama sekali tidak memahami secara pasti

tentang pelayanan yang seharusnya diterima dan sesuai dengan prosedur pelayanan

yang baku oleh pemerintah. Masyarakatpun enggan mengadukan apabila menerima

pelayanan yang buruk, bahkan hampir pasti mereka pasrah menerima layanan

seadanya. Praktek semacam ini menciptakan kondisi yang merendahkan posisi tawar

dari masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dari pemerintah, sehingga

memaksa masyarakat mau tidak mau menerima dan menikmati pelayanan yang

kurang memadai tanpa protes. Satu hal yang belakangan ini sering dipermasalahkan

adalah dalam bidang Pelayanan Umum (Publik Service), terutama dalam hal kualitas

atau mutu pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat .

Salah satu instansi yang diharapkan memberikan kualitas pelayanan publik

1
2

yang prima kepada masyarakat adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Palabuhanratu.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

merupakan merupakan rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Sukabumi

yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani No.02, Desa Citepus, Kecamatan

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. RSUD Palabuhanratu dalam perkembangannya

mengalami berbagai perubahan. RSUD Palabuhanratu merupakan Rumah Sakit yang

dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi yang terletak di wilayah

selatan Kabupaten Sukabumi. RSUD Palabuhanratu merupakan Rumah Sakit Kelas C

yang berfungsi sebagai unit Pelaksana Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukabumi di bidang pelayanan kesehatan yang secara teknis operasional

berada dibawah Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan bertanggung jawab kepada

Bupati Kabupaten Sukabumi dan secara teknis medis bertanggung jawab kepada

Kantor Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.

RSUD Palabuhanratu awalnya hanya sebuah balai pengobatan yang dipimpin

oleh Mochamad Anwar pada tahun 1950 seiring perkembangannya resmi menjadi

rumah sakit pada tahun 1987 dengan kapasitas 52 tempat Tidur, dan pada saat ini

tahun 2016 sudah mempunyai 169 Tempat Tidur.

Rumah sakit ini berkomitmen bahwa senantiasa mengutamakan kedisiplinan

untuk mewujudkan pengabdian dalam bidang kesehatan dan akan terus berupaya

demi kesembuhan dan kepuasan pasien. Dengan visi “Menjadi rumah sakit

pendidikan yang berkualitas dan mandiri untuk mewujudkan pelayanan kesehatan

paripurna menuju masyarakat palabuhanratu yang sehat”, dan senantiasa memberikan

mutu pelayanan kesehatan professional dengan standar pelayanan prima yang


2
3

dilandasi asas kemanusiaan.

Namun, tampaknya di rumah sakit ini masih memiliki banyak kendala atau

masalah dalam hal pelayanan kesehatan khususnya pasien pengguna BPJS, sehingga

masyarakat banyak mengeluhkan pelayanan di rumah sakit ini. Hal ini dapat

dibuktikaan dari beberapa pemberitaan yang dimuat dalam media massa maupun

media elektronik lainnya. Banyak masyarakat yang mengeluhkan bahwa pelayanan

khusus untuk pasien pengguna BPJS sangat bermasalah. Keluhan dari pasien

pengguna BPJS yang mengaku kecewa dengan pelayanan Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Palabuhanratu. Pasalnya pelayanan di Rumah Sakit tersebut tidak

memenuhi kebutuhan pasien oleh petugas atau perawat. Banyak kekecewaan yang

dirasakan oleh masyarakat termasuk salah satu pengaduan masyarakat atau pasien

pengguna BPJS, keluarga pasien pengguna BPJS ini mengeluhkan bahwa tidak

adanya kepastian prosedur pelayanan dalam menebus obat dan alat bantu kruk bagi

orang tua nya yang sedang mengalami patah tulang, padahal dokter menyarankan

untuk mengambil alat bantu kruk itu di bagian penebusan obat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Efektivitas Pelayanan BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Palabuhanratu dilihat dari aspek ketepatan waktu, ketepatan perhitungan biaya,

ketapatan dalam pengukuran, ketapatan dalam menentukan pilihan, ketepatan

dalam menentukan sasaran, ketepatan dalam menentukan tujuan ?

2. Apa saja Hambatan dalam Efektivitas Pelayanan BPJS di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Palabuhanratu?

3
4

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kualitas pelayanan publik bidang administrasi kependudukan di

Kecamatan Simpenan, diantaranya :

1. Untuk Mendeskripsikan Efektivitas Pelayanan BPJS di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Palabuhanratu yang berkualitas dengan aspek ketepatan waktu,

ketepatan perhitungan biaya, ketapatan dalam pengukuran, ketapatan dalam

menentukan pilihan, ketepatan dalam menentukan sasaran, ketepatan dalam

menentukan tujuan.

2. Untuk Mendeskripsikan Hambatan dalam Efektivitas Pelayanan BPJS di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan di atas, maka diharapkan

penelitian ini mempunyai manfaat penelitian sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

keilmuan dan analisisnya untuk kepentingan Administrasi Publik yang berkaitan

dengan bidang Pelayanan BPJS.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Kantor

BPJS Kabupaten Sukabumi dan Rumah Sakit Umum Umum Daerah (RSUD)

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik

dibidang Layanan BPJS.

4
5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP PENELITIAN, DAN PREMIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Efektivitas

Efektivitas menurut Makmur (2015:5) adalah sebagai berikut :

“Efektivitas merupakan tingkat keberhasilan seseorang, kelompok, organisasi


bahkan sampai kepada negara dilakukan perbandingan antara kebenaran atau
ketepatan dengan kekeliruan atau yang dilakukan. Semakin rendah tingkat kekeliruan
atau kesalahan yang terjadi, tentunya akan semakin mendekati ketepatan dalam
pelaksanaan setiap aktivitas atau pekerjaan ( tugas ) yang dibebankan setiap orang”.
Menurut Gibson dalam Pasolong (2010:4) Efektivitas adalah pencapaian

sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukan derajat

efektivitas.

Menurut sedarmayanti, (2009:59) Efektivitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapa jauh target dapat di capai. Pengertian efektivitas ini

lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang

menjadi perhatian utama. Apabila efesiensi dikaitkan dengan efektivitas maka

walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efesiensi meningka.

Martoyo, (2008:4) menyatakan Efektifitas dapat pula diartikan sebagai suatu

kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana

yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki merupakan tepat sehingga tujuan

yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil memuaskan.

Siswanto (2015:55) menyatakan efektivitas berarti menjalankan pekerjaan yang

benar. Efektivitas berarti kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat.”

5
6

“Efektivitas menurut Robbins dalam Sudaryono (2017:148) adalah tingkat

pencapaian tujuan yang dapat diwujudkan oleh suatu organisasi.”

Menurut Ravianto dalam Masruri (2014:11) :“Efektifitas adalah seberapa baik

pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan

yang diharapkan ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan

perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya, maka dapat dikatakan

efektif.”

Menurut Robibins dan Coulter (2010:129) mendefinisikan “Efektifitas sebagai

tingkat pencapaian organisasi jangka pendek dan jangka panjang.”

Menurut Mahmudi (2005:92) : “Efektivitas merupakan hubungan antara output

dengan tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.”

Soewarno Handayingrat (1983) dalam Ade Gunawan (2003:2) menyatakan

bahwa:“Efektivitas merupakan pengukuran dalam arti terperincinya sasaran atau

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Menurut Kurniawan (2005:106) : “Efektivitas adalah pencapaian tujuan-tujuan

organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.”

Menurut Mullins dalam Rukman (2006:14) :“Efektivitas itu harus terkait

dengan pencapaian tujuan dan sasaran suatu tugas dan sasaran suatu tugas dan

pekerjaan dan terkait juga dengan kinerja dari proses pelaksanaan suatu pekerjaan.”

Menurut james L.Gibson (dalam buku herbani pasolong 2010:4):“Efektivitas

adalah pencapaian sasaran menunjukan derajat efektifitas.”

6
7

Kumorotomo (2005:362) “Efektivitas adalah suatu pengukuran terhadap

penyelesaian suatu pekerjaan tertentu dalam suatu organisasi.”

Menurut mahsun (2006:180):” menyatakan bahwa efektivitas adalah

menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang

berwewenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.”

2.1.2 Pengertian Pelayanan

Pelayanan merupakan salah satu ujung tombak dari upaya pemuasan pelanggan

dan sudah merupakan keharusan yang wajib dioptimalkan baik oleh individu maupun

organisasi, karena dari bentuk pelayanan yang diberikan tercermin kualitas individu

atau organisasi yang memberikan pelayanan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna yaitu:

1. Perihal atau cara melayani

2. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang)

3. Kemudahan yang diberikan sehubungandengan jual beli barang atau jasa

[http://kamusbahasaindonesia.org/pelayanan] dikutif dari buku Hardiansyah (2018:13)

Pengertian pelayanan (service) menurut American Marketing Association, seperti

dikutip oleh Cowell (1988) dan dikutip kembali oleh hardiansyah (2018:13) bahwa

pelayanan pada dasarnya adalah merupakan kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh

suatu pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya tidak terwujud serta tidak

menghasilkan kepemilikan sesuatu, proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan

dengan suatu produk fisik.

Pendapat lain mengenai pelayanan menurut Gronross dalam Ratminto dan

Winarsih (2006: 2)
7
8

“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkain aktivitas yang bersifat tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal- hal lain yang disediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk pemberi pelayanan
yang dimaksudkan utuk memecahkan permasalahan konsumen/ pelanggan”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah aktivitas

yang dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang

menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan.

2.1.2 Pengertian Publik

Publik merupakan sejumlah manusia yang mempunyai pandangan berfikir yang

sama dan harapan yang sama, maksudnya setiap orang mempunyai pandangan yang

sama terhadap suatu hal yang bersifat umum. Sementara istilah publik berasal dari

bahasa inggris publik yang berarti umum, masyarakat, negara. Menurut Sinambella,

dkk (2011:5) “kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa Indonesia baku

menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai”.

Selanjutnya kata publik diartikan sebagai bukan perseorangan, meliputi orang

banyak, berkaitan dengan atau mengenai suatu negara, bangsa, atau masyarakat,

seperti digunakan dalam frase public finance (keuangan negara), public

administration (tata usaha negara), public service (pelayanan publik), public

transport (pengangkutan umum), public relation (hubungan masyarakat), public

interest (kepentingan umum), dan lain-lain.

[https://www.kanal.web.id/pengertian-publik]

Berdasarkan Pendapat para ahli di atas mengenai publik, maka dapat disimpulkan

bahwa publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kepentingan dan harapan

sama, yaitu kepentingan yang berhubungan dengan orang banyak.

8
9

2.1.3 Pelayanan Publik

Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang

menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik. Sebelum menjelaskan lebih

lanjut mengenai pelayanan publik, maka peneliti akan menguraikan terlebih dahulu

pengertian pelayanan publik.

Pengertian pelayanan publik telah didefinisikan oleh banyak pakar. Salah

satunya yang dikemukan oleh Hardiansyah (2018:16) adalah sebagai pemberian

layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat serta organisasi lain yang

mempunyai kepentingan pada organisasi itu.

Dwiyanto (2006: 136) mendefisinikan pelayanan publik adalah:

“Serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi


kebutuhan warga pengguna. Pengguna yang dimaksudkan disini adalah warga
negara yang membutuhkan pelatanan publik, seperti pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), akta kelahiran, akta nikah, akta kematian, sertifikat tanah,
izin usaha, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), izin gangguan (HO), izin
mengambil air tanah, berlangganan air minum, listrik dan sebagainya”.

Hardiansyah (2018:15) Pelayanan umum adalah “suatu proses bantuan kepada

orang lain dengan cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan

interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan (dikutif dari LAN,2004). Setiap

pelayanan menghasilkan produk , baik berupa barang dan jasa”

Hayat (2017:1) Pelayanan Publik merupakan dasar dalam penyelenggaraan

pemerintahan, Pelayanan publik sebagai indikator penting dalam penilaian kinerja

pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Penyelenggaraan Pemerintah

dikatakan baik jika pelayanan publik yang dilakukan berorientasi pada kepentingan

masyarakat

Menurut Sinambela, dkk (2011: 5) pelayanan publik diartikan “pemberian

9
10

layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan

pada organisasi tertentu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetepkan.”

Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang

jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial.

Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan

oleh orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan

pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah

pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan

dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang

bersifat non- komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada

masyarakat ( layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan

akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa

pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya

menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di

daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik

Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2.1.4 Asas Pelayanan Publik

Pelayanan publik harus selalu berubah mengikuti perkembangan masyarakat,

karena masyarakat itu bersifat dinamis. Dalam hal ini pemerintah harus melakukan

negosiasi dan mengkolaborasi berbagai kepentingan masyarakat. Sehingga pelayanan

publik memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Pelayanan

10
11

publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana,

terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pengguna jasa,

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan. Untuk mencapai

kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang professional.

2.1.5 Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan,

sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya serta bagi penerima dalam proses pengajuan permohonannya. Menurut

Hardiansyah (2018:36) standar pelayanan adalah

“Merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik


sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggara
pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalam proses
pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan penerima
layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan”.

Kualitas pelayanan pada masyarakat merupakan salah satu masalah yang

mendapatkan perhatian serius oleh aparatur pemerintah. Penyelenggaraan pelayanan

publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya

kepastian bagi penerima pelayanan. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya

Standar

Penyusunan standar pelayanan dilakukan dengan pedoman tertentu yang diatur

lebih lanjut dalam UU No.25 tahun 2009, adapun komponen standar pelayanan

sekurang-kurangnya meliputi:

a. Dasar hukum
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar.
b. Persyaratan
Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan baik
persyaratan teknis maupun administratif.

11
12

c. Sistem, mekanisme dan prosedur


Tata cara pelayanan yang dibekukan bagi pemberi dan penerima pelayanan
termasuk pengaduan.
d. Jangka waktu penyelesaian
Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari
setiap jenis pelayanan.
e. Biaya/tarif
Ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau
memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.
f. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
g. Sarana, prasarana, dan / atau fasilitas
Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan
termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.
h. Kompetensi pelaksanaan
Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan
keahlian, keterampilan dan pengalaman.
i. Pengawasan internal
Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung
pelaksana.
j. Penanganan pengaduan, saran dan masukan
Tata cara pelaksanaan pengamanan pengaduan dan tindak lanjut.
k. Jumlah pelaksana
Tersedianya pelaksanaan sesuai dengan beban kerjanya.
l. Jaminan pelayananyang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan.
m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk
memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan, dan
n. Evaluasi kinerja Pelaksana
Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
standar pelayanan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan standar

pelayanan publik tersebut dipakai sebagai pedoman dalam pelayanan publik oleh

instansi pemerintah dan dapat dijadikan indikator penilaian terhadap kualitas

pelayanan yang telah diberikan. Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan

publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapat pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan dan proses yang memuaskan serta tidak menyulitkan masyarakat sebagai

pengguna pelayanan.

12
13

2.1.6 Konsep Pelayanan Kesehatan

a. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan dianamis berupa membantu

menyiapkan, menyediakan dan memproses serta membantu keperluan orang lain.

Menurut Lovely dan Loomba (dalam Muriany 2016: 40) pelayanan kesehatan adalah

setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok dan ataupun, masyarakat. Selaian itu dapat juga diartikan sebagai

pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan mayarakat berupa tindakan

penyembuhan, pencegahan, pengobatan dan Pemulihan fungsi organ tubuh seperti

sedai kala.

Kesehatan menurut WHO (1997) adalah suatu keadaan sejahtera sempurna

yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata

bebas darai penyakit atau kelamahan. Sedangkan untuk sistem kesehatan adalah

kumpulan dari berbagi faktor yang kompleks dan saling berhubungan, yang terdapat

dalam suatu Negara yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan

kesehatan perseorangan,keluarga, kelompok dan masyarakat pada setia saat yang

dibutuhkan (Mubarak 2005 : 78).

Di Negara Indonesia, pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu

merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsanya untuk meningkatkan

kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan

kesejahteraan umum (Mubarak 2005:70). Pelayanan merupakan kegiatan dianamis

13
14

berupa membantu, menyiapkan, menyediakan, dan memproses serta membantu

keperluan orang lain.

Berdasarkan rumusan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa bentuk dan

jenis pelayanan kesehatan tergantung dari beberapa faktor yakni :

1. Pengorganisasian pelayanan : pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara

sendiri atau bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.

2. Tujuan atau ruang lingkup kegiatan : pencegahan penyakit , memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan, penyembuhan atau pengobatan dan pemulihan

kesehatan.

3. Sasaran pelayanan : adapun sasaran pelayan terdiri dari perorangan, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

b. Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah kegiatan pelayanan berupa


pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan administrasi, pelayanan
gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. Dan untuk itu
dapat disebut sebagai bentuk pelayanan kesehatan, baik dari jenis pelayanan
kesehatan kedokteran maupun dari jenis pelayanan kesehatan masyarakat harus
memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan yaitu syarat yang pertama pelayaan kesehatan
yang baik adalah pelayanan kesehtan tersebut harus tersedia di masyarakat serta
bersifat berkesinambungan.
2. Dapat diterima dan wajar yaitu syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang
baik adalah dapat diterima oleh masyarakat serat bersifat wajar. Artinya
pelayanan kesehatan tersebuat tidak bertentangan dengan keyakinan dan
keprcayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai yaitu syarat pokok yang ketiga. Pelayanan kesehatan yang baik
adalah mudah dicapai oleh masyarakat (dari sudut lokasi).
4. Mudah dijangkau. Pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dijangkau oleh
14
15

masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini termasuk dari segi


biaya untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu. Syarat pokok kesehatan yang baik adalah bermutu. Pengertian yang

dimaksud disini adalah yang menujuk pada tingkat kesempuranaan pelayanan

kesehatan yang diselenggrakan, yang distu pihak dapat memuaskan para

pemakai jasa pelayanan ,dan dipihak lain tata cara penyelenggraan sesuai dengan

kode etik serta standar pelayanan yang telah ditetapkan.

2.1.13 Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit

Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang berfungsi mewujudkan pranata

upaya pelayanan kesehatan terbesar pada masyarakat di jaman modern. Rumah sakit

didirikan sebagai suatu tempat untuk memenuhi berbagai permintaan pasien dan

dokter, agar penyelesaian masalah kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik.

Menurut Wolper dan Pena “Rumah sakit adalah tempat dimana pendidikan klinis

untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainya

diselengggrakan.”

2.1.16 Konsep Rumah Sakit

1. Definisi Rumah sakit

Rumah sakit (Association of hospital care, 1974), adalah pusat dimana

pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan, serta penelitian kedokteran

diselenggarakan, rumah sakit (American Hospital Association, 1974) adalah suatu

organisasi melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran

yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien,


15
16

rumah sakit (Wolperdan pena, 1978), adalah tempat dimana orang sakit mencari

dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk

mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan. (Alamsyah. 2011:100)

2. Jenis-Jenis Rumah Sakit

Menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dibagi berdasrkan

sebagai berikut :

a) Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

yang bersifat dasar, spesialistik, dan sub spesialistik. Rumah sakit umum memberi

pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis 36 penyakit, memberi

pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam,

bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.

2. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi primer,

memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi

medik khusus, baik bedah atau non bedah, misalnya : Rumah Sakit Ginjal, Rumah

Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.

a. Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibagi atas :

1. Rumah Sakit Publik

Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit umum milik pemerintah, baik pusat

maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Usaha Badan

Milik Negara. Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan.berdasarkan unsur

16
17

pelayanan ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah sakit

umum Kelas A, B, C, dan D

2. Rumah sakit Swasta, terdiri atas :

a) Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah

kelas D.

b) Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam empat cabang,

setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.

c) Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan sub spesialistik, setara

dengan rumah sakit pemerintah kelas B.

3. Berdasarkan fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur dibedakan menjadi 4

yaitu:

a. Rumah Sakit Kelas A

b. Rumah Sakit Kelas B

c. Rumah Sakit Kelas C

d. Rumah Sakit Kelas D

2.1.17 Konsep BPJS

1. Defenisi BPJS

Badan Penyeleggara jaminan social kesehatan (BPJS Kesehatan) Sebelumnya

dikenal dengan nama Askes yang dikelola oleh PT Askes Indonesia PT. Askes

Indonesia berubah nama menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

17
18

Menurut UU no. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 7 ayat (1) dan Ayat (2), pasal 9

ayat (1) dan UU. No. 40 Tahun 2011 Tentang SJSN, Pasal 1 Angka 8, Pasal 4 Dan

Pasal 5 ayat (1)). Badan Penyeleggara jaminan social kesehatan (BPJS Kesehatan)

adalah badan hukum public yang bertanggung jawab kepada presiden dan

berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk

Indonesia termasuk orang asing yang bekerja Paling singkat 6 (enam) Bulan di

Indonesia.

2. Visi dan Misi BPJS Kesehatan

Visi BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut “Cakupan Semesta 2019” seluruh

penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan

terpercaya. Dan Misi BPJS Kesehatan :

a) Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong

partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN).

b) Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang

efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal

dengan fasilitas kesehatan.

c) Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS

Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung

kesinambungan program.

d) Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata

kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk


18
19

mencapai kinerja unggul.

e) Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi,

kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi

BPJS Kesehatan.

f) Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

3. Landasan Hukum dan Peserta BPJS Kesehatan

Adapun landasan hukum BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut :

a) Undang-Undang Dasar 1945

b) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial.

c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,

Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52

Peserta BPJS Kesehatan terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan adalah peserta Jaminan

Kesehatan untuk fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayarkan

oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. yang ditetapkan oleh

pemerintah dan diatur melalui peraturan Pemerintah. Yang berhak menjadi

peserta PBI Jaminan Kesehatan lainnya adalah yang mengalami cacat total tetap

dan tidak mampu.

2. Bukan PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan terdiri dari, Pekerja

penerima upah dan anggota keluarganya, Pekerja bukan penerima upah dan

anggota keluarganya, Bukan pekerja dan anggota keluarganya


19
20

4. Fungsi, Tugas, Wewenang, BPJS Kesehatan

BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan

seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan

wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti

batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur

kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan.

1. Fungsi BPJS Kesehatan

UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan

program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan

secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan

menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. BPJS Ketenagakerjaan

menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan

kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

a. Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara

nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta

memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila

seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk

menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun,

mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

b. Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan

prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat


20
21

kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang

penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.

Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.

c. Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan

kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

2. Tugas BPJS Kesehatan

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:

a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;

d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;

f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketentuan program jaminan sosial; dan

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial

kepada peserta dan masyarakat.

3. Wewenang

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS

berwenang:

a. Menagih pembayaran Iuran;

b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka

panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian,

keamanan dana, dan hasil yang memadai;


21
22

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi

kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan jaminan sosial nasional;

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran

fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh

Pemerintah;

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak

memenuhi kewajibannya

2.2 Konsep Penelitian

Penelitian menggunakan pada konsep Efektivitas menurut (Makmur 2015:5)

Yaitu : “Efektivitas berhubungan dengan tingkat kebenaran atau keberhasilan dan

kesalahan. Ia berpendapat bahwa untuk menentukan tingkat efektivitas keberhasilan

seseorang kelompok, organisasi bahkan sampai kepada negara kita harus melakukan

perbandingan antara kebenaran atau ketepatan dengan kekeliruan atau yang

dilakukan. Semakin rendah tingkat kekeliruan atau kesalahan yang terjadi, tentunya

akan semakin mendekati ketepatan dalam pelaksanaan setiap aktivitas atau pekerjaan

(tugas) yang dibebankan setiap orang.”

Sesuai apa kata Makmur (2015:8) terkait dengan efektivitas ada enam dimensi

dalam efektivitas yaitu ketepatan waktu, ketepatan perhitungan biaya, ketepatan

dalam pengukuran, dan ketepatan dalam menentukan tujuan.

22
23

Adapun Bagan Penelitian tentang Efektivitas Pelayanan BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu Kabupaten

Sukabumi, Sebagai Berikut :


EFEKTIVITAS

Ketetapan Ketetapan Ketetapan Ketetapan Ketetapan Ketetapan


waktu dalam dalam dalam sasaran dalam
perhitungan pengukuran menentukan menentukan
biaya pilihan tujuan

1. Jadwal 1. Anggaran 1. Kualitas 1. Pencapaian 1. Kebijakan 1. Visi/misi


2. Pencairan 2. Sarana program target 2. pelaksanaan 2. strategi
anggaran prasarana 2. pelaksanaan 2. SDM

Sumber : Makmur ( 2015:7 )

Gambar 2.2

23
24

2.3 Premis

Premis merupakan ketentuan yang dianggap benar dan berguna dalam upaya

deduksi. Premis digunakan untuk mengargumentasikan jawaban sementara terhadap

pertanyaan pokok penelitian. Premis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

premis mayor.

Dalam hal ini, Efektivitas Pelayanan BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUSD) Palabuhanratu akan berjalan dengan baik jika ditunjang oleh ketepatan

waktu, ketepatan perhitungan biaya, ketepatan dalam pengukuran, ketepatan dalam

penentuan pilihan, ketepatan sasaran, ketepatan dalam menentukan yang sesuai

dengan tujuan.

24

Anda mungkin juga menyukai