PENDAHULUAN
hidup sehat agar tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sasaran
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan
kesehatan saat ini adalah program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu meningkatnya kualitas hidup manusia. Program ini didukung
mempunyai 4 program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi,
mengunjungi setiap keluarga dengan fokus sasaran kesehatan yang lebih kecil,
1
dapat ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan. Pelaksanaan Program
Berdasarkan data dari aplikasi Keluarga Sehat (KS) per September 2021 ,
Indeks Keluarga Sehat (IKS) di Indonesia saat ini yaitu sebesar 0,186. IKS
tersebut kurang dari 0,500 atau kategori keluarga tidak sehat. Terdapat 3 kategori
Indeks Keluarga Sehat dalam Program PIS-PK, yakni Keluarga Sehat bila
nilai IKS > 0,8, Keluarga Pra Sehat bila nilai IKS 0,5 - 0,8 dan Keluarga Tidak
Sehat bila nilai IKS < 0,5. Riset yang dilakukan oleh tim Puslitbang Sumber
Operasional Kesehatan (BOK) belum jelas juknis dan waktu keluar dananya.
Puskesmas hal terpenting yang dibutuhkan yaitu sumber daya manusia berupa
partisipasi tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan, seperti kader
2
Menurut Ismawati (2010), Kader merupakan seorang tenaga sukarela yang
direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang membantu dalam kelancaran
hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa seluruh kabupaten yang telah maupun
komitmen dan arahan-arahan dari pihak dinas kesehatan, Puskesmas juga akan
3
aparat pemerintahan dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
dilakukan oleh petugas pelaksana program kepada Kader Posyandu serta tokoh
transmisi dari kader dan tokoh masyarakat yang ada tidak tersampaikan dengan
baik ke masyarakat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang menolak untuk
Menurut data dari profil Puskesmas Way Halim Kota Bandar Lampung tahun
2020, jumlah kader Puskesmas sebesar 100 kader. Kader tersebut terdiri dari
kader Posyandu Lansia dan Kader Posyandu Balita. Kader inilah yang akan
sehat.
4
Tabel 1.1
Data Cakupan IKS (Indeks Keluarga Sehat) meliputi 12 indikator berdasarkan
dari Aplikasi Keluarga Sehat di Kelurahan/Kecamatan wilayah kerja Puskesmas
Way Halim Tahun 2021 (Per Juni 2021)
Persentase
Indikator Keluarga Sehat Cakupan
Keluarga Sehat
Keluarga mengikuti program KB 44,41%
Persalinan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan 92,28%
Bayi mendapatkan imunisasi lengkap 99,24%
Bayi mendapatkan ASI eksklusif 94,40%
Pertumbuhan bayi dipantau 99,26%
Penderita TB Paru berobat sesuai standar 10,61%
Penderita Hipertensi yang berobat secara teratur 27,87%
Penderita gangguan jiwa berat diobati dan tidak ditelantarkan 22,73%
Anggota keluarga tidak ada yang merokok 50,23%
Keluarga sudah menjadi anggota JKN 67,04%
Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih 98,91%
Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga 97,82%
Total Cakupan Indikator Keluarga Sehat 0,266%
Source: Aplikasi Keluarga Sehat https://keluargasehat.kemkes.go.id/ Tahun 2021
Way Halim yaitu sebesar 0,266. Dari IKS tersebut, dapat dilihat bahwa
Puskesmas Way Halim termasuk dalam IKS yang tidak sehat, dikatakan keluarga
sehat yaitu jika cakupan IKS (Indeks Keluarga Sehat) sebesar >0,800, keluarga
pra sehat yaitu 0,500-0,800 dan keluarga tidak sehat jika IKS <0,500 ( Permenkes
5
1.2 Identifikasi Masalah.
Berdasarkan tabel 1.1 pada latar belakang diatas, cakupan total Indeks
Keluarga Sehat (IKS) Puskesmas Way Halim sebesar 0,266 (keluarga tidak sehat),
angka tersebut berada di bawah standar Indeks Keluarga Sehat yang ditetapkan
dalam Permenkes No 39 Tahun 2016 serta dilihat dari buku profil Puskesmas
Way Halim untuk kader Program PIS-PK diambil dari kader Posyandu dan kader
kelurahan, total berjumlah 100 orang kader. Petugas Puskesmas beserta Kader
2020 telah melakukan pendataan dan penyuluhan sebanyak 5997 KK yang belum
6
Mendukung Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-
lebih fokus, pada penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada
terhadap partisipasi kader terhadap Program PIS-PK di Puskesmas Way Halim Bandar
Lampung.
7
C. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Motivasi terhadap Partispasi
Lampung .
8
BAB II
Kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, yang dipilih
oleh masyarakat sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara
di Desa siaga (Fallen & Budi, 2010). Kader adalah tenaga suka rela yang dipilih
kader, bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk
oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela (Handayani, 2011). Mengingat
bahwa kader bukanlah tenaga profesional dan teknis, melainkan hanya membantu
dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, untuk itu perlu adanya pembagian
a. Sehari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita diberitahu
akan adanya kegiatan posyandu.
b. Mencatat semua sasaran wanita usia subur, pasangan usia subur dan
lanjut usia.
c. Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan diperlukan, bila ada yang
kurang dan belum tersedia dapat meminjam dan meminta pada petugas
atau membuat sendiri.
d. Pembagian tugas diantara sesama kader.
9
Kementerian Kesehatan RI (2009), menjelaskan bahwa Kader mempunyai
ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela, maka kader kesehatan
dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada
lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada
pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan
mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi
10
a. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan
terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan
sederhana dan lain-lain.
b. Penimbangan dan penyuluhan gizi
c. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi,
pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB
d. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan,
pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.
e. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.
Masyarakat, hal ini di sebabkan karena kader berasal dari masyarakat setempat
menjadi mudah (Adisasmito, 2008). Peran kader dalam siap antar jaga kesehatan
ibu anak adalah ibu harus selalu siap mengantar dan menjaga apabila ada ibu atau
ibu hamil dengan faktor risiko adalah dapat mengenal faktor risiko, menjelaskan
kehamilan serta merujuk ibu hamil dengan faktor risiko (Kementerian Kesehatan
RI, 2007).
kesehatan yang ada di masyarakat termasuk faktor risiko ibu hamil informasi
diperoleh dari posyandu, laporan dari masyarakat, laporan dasa wisma, kunjungan
11
rumah, kegiatan sosial masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Kader
adalah tenaga pilihan yang sangat tepat untuk usaha-usaha masyarakat karena :
pikiran atau emosi dan perasaan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
dalam upaya untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tujuan tersebut”
pembangunan. Keikutsertaan ini sudah barang tentu didasari oleh motif–motif dan
pelaksanaan.
12
2.1.3 Pengertian PIS-PK
kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN, yaitu: Pertama,
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; Kedua, meningkatnya
universal melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan kualitas pengelolaan SJSN
13
kesehatan imulai dari unit terkecil dari masyarakat yaitu keluarga Pembangunan
berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Dari aspek legal, peraturan
adalah rapat dinas, pengarahan pada saat apel pegawai, dan kunjungan rumah
Pelaksanaan kegiatan dari setiap program sesuai penjadwalan pada RPK bulanan,
Lokakarya Mini Puskesmas. Penggerakan melalui lokmin dan upaya lain juga
dapat ditingkatkan dengan adanya penggerakan UKM yang lebih tepat sasaran
seluruh potensi sumberdaya yang ada di dalam dan luar lingkungan kerjanya,
14
Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas Puskesmas dibantu oleh kader
harus membuat jadwal kunjungan rumah agar tidak terjadi tumpang-tindih atau
1) Persiapan
2) Pelaksanaan
rumah yang dapat disingkat menjadi SAJI, yaitu: (a) Salam (S), (b) Ajak Bicara
(A), (c) Jelaskan dan bantu (J), dan (d) Ingatkan (I). Berikut ini disampaikan
15
PIS-PK menetapkan 12 indikator utama sebagai penanda status kesehatan
sebagai tindak lanjutnya telah terbit Permenkes No.39 Tahun 2016 tentang
yaitu:
yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Bandura dan Nancy (1997)
mengatakan bahwa self efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses
16
individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
self efficacy adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat
yang diinginkan. Tinggi atau rendahnya self- efficacy yang dimiliki oleh
Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat
pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai dengan
17
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang
telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
menyebutkan bentuk bullying secara benar yakni bullying verbal, fisik dan
psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
b. Memahami (comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan
paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan, menjelaskan,
perilaku bullying (verbal, fisik dan psikologis), tetapi harus dapat menjelaskan
18
c. Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami suatu
diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya,
seseorang yang telah paham tentang proses penyuluhan kesehatan, maka dia
seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan
suatu masalah dan berkaitan satu sama lain. Pengetahuan seseorang sudah
sampai pada tingkat analisis, apabila orang tersebut telah dapat membedakan,
dan school bullying, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
19
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu didasarkan pada
telah ada. Misalnya, seorang guru dapat menilai atau menentukan siswanya yang
rajin atau tidak, seorang ibu yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana,
seorang bidan yang membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak
untuk menggerakkan karyawan agar bekerja dengan segala daya upayanya dalam
hanya ditunjukan kepada sumber daya manusia umumnya dan bawahan pada
menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
Salah satu aspek memanfaatkan karyawan atau sumber daya manusia ialah
pemberian motivasi (daya perangsang) kepada para karyawan agar para karyawan
Ini berarti setiap karyawan yang akan memberikan kemungkinan yang bermanfaat
20
motivasi adalah pemberian dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang
untuk bertindak. Adalah pendapat bahwa motivasi harus diinjeksi dari luar, tetapi
kekuatan yang berbeda. Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (dalam
karyawan agar mampu bekerja secara giat dan antusias guna mencapai tujuan.
21
Tujuan perusahaan memberikan motivasi kepada karyawan menurut
1. Motivasi Positif
meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. Alat
a. Material Incentive
saja merupakan upah atau gaji yang wajar tetapi juga jaminan yang dapat
22
meningkatkan produktivitas kerjanya.
Non material incentive yaitu segala jenis insentif yang tidak dapat dinilai
dengan uang.
2. Motivasi Negatif
mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat kerja
bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut
penggunaan harus tepat dan seimbang agar dapat meningkatkan semangat kerja
serta dapat meraih prestasi kerja yang diinginkan. Yang menjadi masalah ialah
kapan motivasi positif atau motivasi negatif dapat efektif untuk jangka
panjang sedangkan motivasi negatif sangat efektif untuk jangka pendek. Akan
tetapi pimpinan harus konsisten dan adil dalam menerapkannya (Hasibuan, 2016:
150).
1. Needs (Kebutuhan)
23
selfactualization.
enlargement (perluasan kerja), job rotation (rotasi kerja), dan job enrichment
(pengkayaan kerja).
3. Satisfaction (Kepuasan)
4. Equity (Keadilan)
5. Expectation (Harapan)
24
objek atau tujuan dari suatu tindakan. Menurut Locke, goal setting mempunyai
empat mekanisme yaitu Goal direct attention tujuan yang cenderung fokus pada
satu perhatian yang relevan dan penting. Goal regulate effort, bukan hanya
tujuan yang ingin dicapai tetapi memotivasi untuk bertindak. Goals increase
yang harus diatasi daripada sebagai alasan untuk gagal. Goals foster strategies
and action plans, tujuan dapat membantu karena tujuan mendorong orang
tujuan.
Menurut ahli Suryo Subroto dalam Arianto (2008) fasilitas adalah segala
dalam Arianto (2008) mengungkapkan bahwa fasilitas adalah semua hal yang
suatu tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulkan, fasilitas adalah hal yang mendukung
dan memudahkan berbagai kegiatan dan sifatnya tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya fasilitas ini kegiatan bisa dilakukan dengan
cepat, praktis dan tentunya menguntungkan bagi sekitarnya. A.S Moenir (1987)
ditugaskan kepadanya tanpa disertai alat kerja. Alat kerja ini pun terbagi atas dua
25
1. Alat Kerja Manajemen.
Alat kerja manajemen berupa aturan yang menetapkan kewenangan dan
ini termasuk didalamnya semua alat kerja di kantor seperti mesin tulis,
Perlengkapan kerja ialah semua benda atau barang yang digunakan dalam
pelancar dan penyegar dalam pekerjaan. Termasuk dalam perlengkapan kerja ini
ialah: gedung dengan segala sarana yang diperlukan, termasuk jalan, selokan, air
bersih, pembuangan air kotor dan halaman parkir., ruang kerja dan ruangan
lain yang memadai dengan layout yang efisien, penerangan yang cukup,
mebel yang meliputi meja dan kursi kerja, meja dan kursi tamu, almari
dengan segala bentuk dan keperluan, meja serba guna dan segala macam
26
meja kursi lemari yang diperlukan di tempat kerja, alat komunikasi berupa
antara lain untuk kurir, antar jemput pegawai, alat-alat yang berfungsi
untuk penyegar ruangan, seperti kipas angin, exhaust fan, air conditioning,
segala macam peralatan rumah tangga kantor alat pemasak, alat pencuci,
C. Fasilitas Sosial
Pengaturan yang objektif dan dirasa adil akan sangat membantu kedua
sesuatu yang ditangani oleh beberapa pihak. Kerjasama adalah sebuah sikap mau
orang yang diajak bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kerjasama atau
27
dan saling mengandalkan untuk mencapai hasil satu mufakat (Landsberger, 2011).
dalam pembelajaran dapat dilakukan oleh dua peserta didik atau lebih yang saling
dkk, 2014).
Istilah belajar sosial atau teori pembelajaran sosial dikenal dengan sebutan
observational learning. Tokoh utama dalam teori ini adalah Albert Bandura.
Bandura memandang bahwa tingkah laku manusia bukan semata refleks otomatis
dan stimulus, melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil dari
28
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri (Basuki,
2008: 97).
ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dengan kata lain,
di lingkungan sekitar. Prinsip dasar dalam pembelajaran menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari seseorang terutama dalam pembelajaran sosial dan moral terjadi
cara orang atau sekelompok orang dalam merespon sebuah stimulus tertentu.
terhadap perilaku seperti dari orang lain. Bandura (dikutip dari Hergenhahn dan
Olson, 2015: 356) menganggap belajar observasi sebagai proses kognitif yang
29
Jadi seorang anak bisa meniru perilaku orang tua ketika anak tersebut sudah
memperhatikan perilaku orang tua nya terlebih dahulu. Proses peniruan dapat
ada dengan seksama. Untuk itu syarat utama untuk meniru suatu perilaku adalah
perilaku itu harus menarik perhatian. Ketika anak mengobservasi banyak perilaku
orang tua tapi tidak semua perilaku orang tua layak diperhatikan anak.
mengenai berita dikoran “bagaimana anak ABK yang dengan keterbatasan nya
pemerintah”, ketika anaknya tidak memperhatikan apa bisa mengerti ? untuk itu
Merupakan proses ingatan, seberapa baik perilaku ini diingat. Seorang anak
mungkin mengetahui sebuah perilaku, tetapi tidak bisa serta merta menirunya.
Ada kalanya seorang anak itu lupa. Kelupaan inilah bisa mencegah proses meniru.
Maka dari itu penting untuk mengingat perilaku sebelum mencoba menirunya.
Mengapa penting? Karena tidak semua proses social learning langsung ditiru saat
itu juga. Ada juga proses meniru yang tertunda, dan baru akan terjadi beberapa
saat setelahnya. Proses peniruan tidak akan berhasil ketika seseorang tidak ingat
perilakunya. Misalnya ketika anak tidak memperhatikan orang tua yang sedang
anak ABK yang dengan keterbatasan nya bisa mempunyai prestasi yang tinggi
dan mendapatkan penghargaan dari pemerintah”, maka anak tersebut tidak akan
bisa mengingat perilaku orang tua nya yang sedang memberikan penjelasan
30
mengenai perilaku yang dilakukan oleh ABK dikoran tersebut, hal tersebut
praktek. Seseorang akan mencoba melakukan apa yang sudah dilihat dan
sekali percobaan, ada juga yang membutuhkan usaha. Seorang anak tidak
berkali-kali seorang anak ABK yang berprestasi tinggi. Perlu adanya pengulangan
meniru bagaimana proses anak ABK tersebut bisa mempunyai prestasi tinggi
dengan keterbatasan yang ia punya, hal ini agar hasilnya sesuai dengan yang ada
di ingatan.
keterbatasan fisik yang sama namun kemampuan kognitif seseorang itu berbeda
sehingga ketika tidak bisa meniru perilakunya. Disini proses pengulangan sudah
proses pengulangan. Tetapi ini hanya sebatas pikiran. Disini seseorang akan
menirukan maka seseorang bisa melanjutkan proses social learning theory ini.
Namun ketika tidak bisa menirukan maka seseorang tidak bisa melanjutkan proses
31
sudah memperhatikan perilaku, seseorang akan mengingat langkah-langkahnya.
Sebuah perilaku tidak bisa ditiru, apabila seseorang tidak ingin melakukannya.
bagi seseorang tersebut, merasakan hal positif setelah seseorang itu meniru.
Bandura (1986) juga menambahkan bahwa proses peniruan lebih mudah terjadi
ketika didalam dirinya ada self efficacy dan self regulatory yang baik. Self efficacy
(efikasi diri) merupakan keyakinan dalam diri seseorang, bahwa dia yakin bisa
sendiri adalah konsep diri. Konsep diri lebih dikenal sebagai konsep harga diri.
32
informasi yang efektif dan efisien untuk menunjang pelaksanaan PIS-PK agar
bahwa seluruh kabupaten yang telah maupun yang belum melakukan pendataan
pihak dinas kesehatan, puskesmas juga akan memiliki komitmen tinggi dalam
masyarakat.
dilakukan oleh petugas pelaksana program kepada Kader Posyandu serta tokoh
transmisi dari kader dan tokoh masyarakat yang ada tidak tersampaikan dengan
baik ke masyarakat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang menolak untuk
33
dilakukan pendataan dan saat sosialisasi mengenai intervensi TB Paru
dengan kecemasan pada atlet yang diteliti. Atlet yang memiliki efikasi diri dapat
terlihat dari sikap atau perasaan yang menunjukkan yakin terhadap kemampuan
tanggung jawab maka atlet akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu
diraihnya prestasi dari setiap pertandingan yang diikutinya, sebagai wujud dari
keberhasilannya
Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Pada Karyawan Gen Y dan Gen Z”
34
Kompetensi, Budaya Kerja dan Fasilitas Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
semakin tinggi kompetensi sesorang disertai dengan penerapan budaya kerja yang
poisitif dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi, maka akan semakin tinggi kinerja yang
dihasilkan.
pengaruh antara kerjasama tim dan kepuasan kerja terhadap kualitas pelayanan
pada perawat di RSUD Abdul Wahab. Perawat yang memiliki kerjasama tim
35
Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran Analisis Faktor yang
regresi linier berganda, yang dibagi menjadi beberapa item yang ingin dikaji
KERJASAMA
KELOMPOK (X5)
2.5 Hipotesis
yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu serta evaluasi kemampuan atau
kompetensi diri individu untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan
36
efikasi dengan kecemasan pada atlet yang diteliti. Atlet yang memiliki efikasi diri
dapat terlihat dari sikap atau perasaan yang menunjukkan yakin terhadap
rasa tanggung jawab maka atlet akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan,
yaitu diraihnya prestasi dari setiap pertandingan yang diikutinya, sebagai wujud
dari keberhasilannya.
dari Alias (2018) “Pengaruh pengetahuan, sikap dan pengalaman kerja terhadap
Menurut Hasibuan (2016) motivasi berasal dari kata latin mover yang
hanya ditunjukan kepada sumber daya manusia umumnya dan bawahan pada
37
motivasi meningkat maka kinerja karyawan akan meningkat.Karyawan yang
sosial.
Menurut ahli Suryo Subroto, fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat
benda ataupun uang. Penelitian yang dilakukan oleh Prameta Sambali (2019) “
Provinsi Sulawesi Tengah menyimpulkan bahwa budaya kerja dan fasilitas kerja
semakin tinggi kompetensi sesorang diertai dengan penerapan budaya kerja yang
poisitif dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi, maka akan semakin tinggi kinerja yang
dihasilkan.
38
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:04) kerjasama merupakan
sesuatu yang ditangani oleh beberapa pihak. Kerjasama adalah sebuah sikap mau
orang yang diajak bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kerjasama atau
(Landsberger, 2011). Penelitian dari Wulan Riana (2019) “Pengaruh Kerja sama
ada pengaruh antara kerjasama tim dan kepuasan kerja terhadap kualitas
kerjasama tim yang baik maka ia akan memiliki kecenderungan untuk dapat
39
BAB III
METODE PENELITIAN
mengumpulkan data. Survey akan dilakukan pada kader Puskesmas Way Halim
Variabel penelitian ini terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu variabel bebas
(independent variabel) yang terdiri dari Self Efficacy (X1), Pengetahuan (X2),
Motivasi (X3), Fasilitas (X4), dan Kerjasama Kelompok (X5) serta variabel terikat
(dependent variabel) yaitu Partisipasi Kader (PIS-PK) (Y). Variabel bebas dalam
hal ini adalah variabel yang menjadi penyebab terjadinya atau memberi pengaruh
terhadap variabel terikat, sedangkan variabel terikat dalam hal ini adalah variabel
40
2. Self Efficacy (X1) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya
dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil
tertentu
3. Pengetahuan (X2) adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
5. Fasilitas (X4) Menurut ahli Suryo Subroto, fasilitas adalah segala sesuatu yang
pekerjaan secara bersama-sama tanpa melihat latar belakan orang yang diajak
7. Variabel Terikat adalah varibel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam
penelitian ini varibel terikat adalah Partisipasi Kader dalam Mendukung PIS-
41
Tabel 3.1. Ringkasan Variabel, Definisi dan Pengukuran
Item
Variabel
Definisi Pengukuran Pertanyaan/
Pernyataan
Partisipasi adalah keterlibatan seseorang
dalam situasi baik secara mental, pikiran
atau emosi dan perasaan yang
Variabel
mendorongnya untuk memberikan
Dependen
sumbangan dalam upaya untuk Skala Likert 1-5 1- 4
Partisipasi
memberikan sumbangan dalam usaha
Kader (Y)
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan
ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan
pencapaian tujuan tersebut.
Variabel
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan
Independen
ini terjadi setelah seseorang melakukan Skala Likert 1-5 1–5
Pengetahuan
penginderaan terhadap suatu objek
(X2)
42
3.3.1 Populasi
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh kader kesehatan yang
aktif dan tercatat pada bulan November di wilayah kerja Puskesmas Way Halim
3.2.3 Sampel
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila objek penelitian kurang
dari 100 maka lebih baik diambil semua. Sehubungan dengan jumlah populasi
yang hanya 100 maka pada penelitian ini peneliti menentukan jumlah sampel
Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data
Puskesmas Way Halim. Dalam Penelitian ini kuisioner yang digunakan yaitu
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval dalam alat ukur. Dalam
43
operasional variabel ini semua diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk
Sugiyono (2012) skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan,
agar instrumen lebih akurat dan dapat dipercaya. Jumlah sampel yang digunakan
responden. Jenis uji validitas yang digunakan yaitu validitas konstruk dimana peneliti
mencari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli yang tertulis dalam literatur.
44
Metode pengujian validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah korelasi
product moment menggunakan alat bantu program statistika SPPS versi 26.
menghasilkan data yang sama. Instrument yang reliabel adalah instrumen yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Suatu pengukuran mungkin reliabel tapi tidak valid,
tetapi suatu pengukuran tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel.Uji reabilitas
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
Dalam menentukan analisis data, diperlukan data yang akurat dan dapat
bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Analisis data
yang dilakukan dengan bantuan dari program SPSS sebagi alat untuk
45
1) Analisis Statistik Deskriptif
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data dalam
sebagi berikut:
b. Standar Deviasi. Standar deviasi atau simpang baku dari data yang telah disusun
dalam tabel distribusi frekuensi atau data bergolong.
Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Menurut
Sugiyono (2014) bahwa: “Analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana
keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediator dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda
akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2”. Adapun persamaan model regresi
Keterangan :
Y : nilai prediksi dari Y b1, b2, b3, b4, b5 : koefisien variabel bebas
A : bilangan konstan X1.X2,X3, X4, X 5 : variabel independen
46
Untuk dapat melanjutkan pengujian berikutnya yaitu pengujian model regresi
masalah statistik. Selain itu, model regresi yang dihasilkan dapat memenuhi
standar statistik sehingga parameter yang diperoleh logis dan masuk akal. Proses
pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses uji regresi sehingga
langkah kerja yang sama dengan uji . Ada tiga uji asumsi klasik, yaitu ;
A. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk meihat apakah nilai residu terdistribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki residu yang terdistribusi
normal. Tes normalitas dapat dilakukan dengan tes histogram, tes normal P-Plot,
B. Uji Multikolinieritas
yang tinggi antara variabel independen dalam model regresi linier berganda.
Masalah asumsi klasik regresi bukan hanya terletak kepada adanya hubungan
antardata dalam satu variabel, tetapi juga hubungan antara sesama variabel
independen. Jika dua atau lebih variabel independen dalam model regresi
memiliki hubungan linear yang erat, maka model regresi ini tergejala oleh kondisi
sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan
47
C. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana varian dari nilai sisa adalah tidak
sama (unequal) antara satu observer (pengamatan) dengan observer lainnya. Jika
varian dan nilai sisa sama (equal) antara satu observer dengan observer lainnya,
maka kondisi ini disebut dengan kondisi homoskedastisitas. Regresi yang baik
adalah regresi yang berada dalam posisi homoskedastisitas dan bukan kondisi
angka nol pada sumbu Y mengarah kepada satu pola yang tidak jelas.
pengaruh terhadap variabel terikat digunakan Uji F. Pengujian ini dilakukan untuk
serentak. Uji ini dilakukan untuk membandingkan pada tingkat nilai signifikan
48
dependen secara parsial dengan derajat keabsahan 5%. Pengambilan
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
𝐾𝑑=𝑟2×100%
(Sugiono, 2012)
Dimana
Kd : Koefisien Determinasi
r : Koefisien Korelasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-
49
BAB IV
dan fungsional dengan Dinas Kesehatan dan sarana kesehatan lain. Puskesmas
wabah penyakit, pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan
oleh tingkat nasional dan daerah, serta dalam melaksanakan program prioritas
alam, wabah penyakit, pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang
ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah, serta dalam melaksanakan program
prioritas pemerintah.
Bandar Lampung yang resmi menjadi Puskesmas induk pada tanggal 18 Februari
1987 dan antara tahun 1980 sampai tahun 1987 yang sebelumnya adalah
50
1. Kelurahan Jagabaya 1
2. Kelurahan Jagabaya 2
3. Kelurahan Jagabaya 3
4. Kelurahan Perumnas Way Halim
9. Tahun 2009 – agustus 2016 dipimpin oleh drg. Rini Alita, M.Kes
10. Bulan September 2016 – sekarang dipimpin oleh Nurmala Yunita, SKM
Puskesmas Way Halim didirikan diatas tanah seluas 950m2 dengan luas
Kegiatan yang direncanakan adalah kegiatan upaya kesehatan wajib yaitu upaya
yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
51
Upaya kesehatan wajib ini harus di selenggarakan oleh Puskesmas Way
Halim yaitu
Selain dari upaya wajib juga ada upaya kesehatan pengembang yaitu :
1. Kesehatan Jiwa
2. Kesehatan mata dan pencegahan kebutaan
3. Kesehatan telinga dan pencergahan ketulian
4. Kesehatan Usia Lanjut
5. Kesehatan Kerja
6. Kesehatan Olah Raga
7. Kesehatan Matra
8. Pembinaan pengobatan tradisional
9. Laboratorium sederhana
10. Penyuluhan obat
11. Rekam Medik
Lampung. Wilayah Kecamatan Way Halim merupakan bagian wilayah dari Kota
Kecamatan Sukarame
52
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Karang Timur
kecamatan Kedaton
Puskesmas Way Halim terletak di Jalan Raja Basa III No.60 Perumnas
Way Halim ,yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Perumnas Way Halim Kota
Way Halim diapit sebelah kanan Puskesmas adalah Sekolah Dasar Negeri 1
Perumnas Way Halim dan di belakang Puskesmas Yaitu Pasar Perumnas Way
A. Uji validitas
kuesioner dari masing-masing variabel tersebut. Uji validitas yang telah dilakukan
53
X2_5 0,975 0,196 Valid
X3_1 0,935 0,196 Valid
X3_2 0,940 0,196 Valid
X3_3 0,938 0,196 Valid
X3_4 0,935 0,196 Valid
X3_5 0,901 0,196 Valid
X4_1 0,919 0,196 Valid
X4_2 0,923 0,196 Valid
X4_3 0,917 0,196 Valid
X4_4 0,915 0,196 Valid
X4_5 0,848 0,196 Valid
X5_1 0,943 0,196 Valid
X5_2 0,938 0,196 Valid
X5_3 0,944 0,196 Valid
X5_4 0,930 0,196 Valid
X5_5 0,875 0,196 Valid
Y1 0,936 0,196 Valid
Y2 0,936 0,196 Valid
Y3 0,941 0,196 Valid
Y4 0,937 0,196 Valid
Y5 0,908 0,196 Valid
Y2.5 0,591 0,196 Valid
Y2.6 0,685 0,196 Valid
Y2.7 0,711 0,196 Valid
Y2.8 0,689 0,196 Valid
Y2.9 0,648 0,196 Valid
Y2.10 0,688 0,196 Valid
Y2.11 0,724 0,196 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2022.
Dari hasil pengujian validitas pada tabel di atas, kuesioner yang terdiri atas
6 variabel, ada 30 kuesioner yang telah diisi oleh 100 responden pada penelitian
ini. Salah satu cara agar bisa mengetahui kuesioner mana yang valid dan tidak
valid, kita harus mencari tau r tabelnya terlebih dahulu. Rumus dari r tabel adalah
df = N-2 jadi 100-2 = 98, sehingga r tabel = 0,1966. Dari hasil perhitungan
validitas pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa r hitung > r tabel ada 30 kuisioner
sehingga semua dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r tabel.
54
B. Uji Reliabilitas
atau tidak kuesioner dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur pengaruh
reliabilitas harus ada dasar pengambilan keputusan yaitu alpha sebesar 0,60.
Variabel yang dianggap reliabel jika nilai variabel tersebut lebih besar dari >0,60
jika lebih kecil maka variabel yang diteliti tidak bisa dikatakan reliabel karena
<0,60. Hasil dari pengujian reliabilitas pada variabel penelitian ini sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel Self Efficacy (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,951 5
Hasil dari uji reliabilitas pada variabel Self Efficacy (X1) dapat dilihat
bahwa cronbach’s alpha pada variabel ini lebih tinggi dari pada nilai dasar yaitu
0,951 > 0,60 hasil tersebut membuktikan bahwa semua pernyataan dalam
Tabel 4.3
Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel Pengetahuan (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,960 5
55
Hasil dari uji reliabilitas pada variabel Pengetahuan (X2) dapat dilihat pada
tabel 4.3 hasil yang dihasilkan dari variabel ini adalah 0,960 menunjukkan bahwa
cronbach’s alpha 0,960 > 0,60. Dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa
semua pernyataan pada variabel Pengetahuan (X2) ini dinyatakan reliabel atau
bisa dipercaya.
Tabel 4.4
Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel Motivasi (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,961 5
Sumber: data primer diolah 2022
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada variabel Motivasi (X3) seperti tabel
4.4 diatas bahwa cronbach’s alpha sebesar 0,961 > 0,60. Bisa disimpulkan bahwa
pernyataan pada variabel Motivasi (X3) semuanya bisa dipercaya atau reliabel.
Tabel 4.5
Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel Fasilitas (X4)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,945 5
Sumber: data primer diolah 2022
56
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada variabel Fasilitas (X4) seperti tabel
4.5 diatas bahwa cronbach’s alpha sebesar 0,945 > 0,60. Bisa disimpulkan bahwa
pernyataan pada variabel Fasilitas (X4) semuanya bisa dipercaya atau reliabel.
Tabel 4.6
Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel Keja Sama Kelompok (X5)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,958 5
Sumber: data primer diolah 2022
seperti tabel 4.6 diatas bahwa cronbach’s alpha sebesar 0,961 > 0,60. Bisa
Tabel 4.7
Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel Partisipasi Kader (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,962 5
Sumber: data primer diolah 2022
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada variabel Partisipasi Kader (Y) seperti
tabel 4.7 diatas bahwa cronbach’s alpha sebesar 0,962 > 0,60. Bisa disimpulkan
bahwa pernyataan pada variabel Partisipasi Kader (Y) semuanya bisa dipercaya
atau reliabel.
57
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Fasilitas (X4) , dan Kerjasama Kelompok (X5) terhadap Partisipasi Kader ( PIS-
PK) (Y) di Wilayah Kerja Puskesmas Way Halim Kota Bandar Lampung
asumsi regresi linier sederhana yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji One-
hasilkan kurang dari 0,05 maka persebarannya dianggap tidak normal sebaliknya
jika hasil yang didapat lebih dari 0,05 maka dinyatakan persebarannya normal,
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolomogrov-Smirnov
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 3.64430964
Most Extreme Differences Absolute .065
Positive .065
Negative -.055
Test Statistic .065
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
58
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan nilai signifikansi pada table
(Asymp. Sig. (2-tailed)) sebesar 0,200 lebih besar dari α (0.05). Diambil
Pengetahuan (X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan Kerjasama Kelompok (X5)
b. Uji linieritas
mengetahui variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan linier atau
tidak mempunyai hubungan, dengan cara mencari tau nilai sig. Devination from
linearity dari variabel X dan variabel Y. Jika nilai sig > 0,05 maka bisa dinyatakan
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan sebaliknya jika nilai didapat < 0,05
maka berarti kedua variabel tersebut tidak linier. Hasil dari perhitungan uji
Tabel 4.9
Hasil uji linieritas terhadap variabel Self Efficacy (X1), Pengetahuan (X2),
Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan Kerjasama Kelompok (X5) dan variabel
Partisipasi Kader ( PIS-PK) (Y)
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Partisipasi Between (Combined) 580.001 16 36.250 1.937 .028
Kader * Self Groups Linearity 205.413 1 205.413 10.977 .001
Efficacy Deviation from 374.588 15 24.973 1.334 .201
Linearity
Within Groups 1553.239 83 18.714
Total 2133.240 99
59
Berdasarkan dari hasil uji linieritas diatas diketahui nilai sig. Devination
from linearity adalah 0,201 signifikan, berarti hasil tersebut bisa dibilang lebih
tingggi dari pada 0,05 dan menyatakan bahwa kedua variabel ini mempunyai
hubungan linier atau dapat disebut variabel Self Efficacy (X1), Pengetahuan (X2),
Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan Kerjasama Kelompok (X5) dan variabel
c. Uji Heteroskedastisitas
periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
pengembalian nilai sig adalah 0,05 jika hasil yang didapat > 0,05 maka dapat
hasil yang didapat < 0,05 maka bisa disimpulkan bahwa ada terjadinya masalah
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Model Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.27 1.153 4.576 .000
7
Self Efficacy .148 .077 .292 1.915 .058 .388 2.575
Pengetahuan -.194 .069 -.418 -2.825 .061 .413 2.423
Motivasi -.116 .062 -.242 -1.873 .064 .541 1.847
60
Fasilitas .048 .078 .088 .616 .540 .446 2.240
KerjaKelompok -.033 .048 -.070 -.694 .489 .884 1.131
a. Dependent Variable: Res_Abs
Sumber: data primer diolah 2022
heteroskedastisitas.
mengetahui seberapa besar variasi variabel bebas bisa menjelaskan seluruh varian
dari variabel terikat. Nilai koefisien determinasi yaitu antara 0 sampai dengan 1.
Jika R = 0 maka tidak ada hubungan antara variabel independent (bebas) dengan
Tabel 4.10
R dan R square X terhadap Y
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .619 a
.384 .351 3.73998
a. Predictors: (Constant), KerjaKelompok, Fasilitas, Motivasi,
Pengetahuan, Self Efficacy
b. Dependent Variable: Partisipasi Kader
61
Dapat dijelaskan bahwa variabel independent yaitu Self Efficacy (X1),
dependent yaitu Partisipasi Kader ( PIS-PK) (Y) dan masih ada 61,6% yang
e. Uji T
Penelitian ini menggunakan uji T yang bertujuan untuk mengetahui
dengan variabel dependen (Y). Cara berdasarkan hasil dari nilai signifikansi,
variabel dependen jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Sebaliknya, jika hasil
nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka variabel independen secara parsial
Tabel 4.11
Uji Parsial
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Model Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.271 2.056 2.564 .012
62
Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial
memiliki nilai Sig. 0,033 dimana nilai probabilitas ini dibawah 0,05. Dengan
probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel Self Efficacy
Pengetahuan memiliki nilai Sig. sebesar 0,016 dimana nilai probabilitas ini kurang
dari 0,05. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan dalam kriteria pengujian,
jika nilai prob. dibawah 0,05, maka hal ini berarti secara parsial variabel
sebesar 0,029 dimana nilai probabilitas ini dibawah 0,05. Dengan demikian,
sesuai dengan ketentuan dalam kriteria pengujian, jika nilai prob. dibawah 0,05,
maka hal ini berarti secara parsial variable Motivasi berpengaruh terhadap
nilai Sig. sebesar 0,204 dimana nilai probabilitas ini diatas 0,05. Dengan
demikian, sesuai dengan ketentuan dalam kriteria pengujian, jika nilai prob. >
63
0,05, maka hal ini berarti secara parsial variabel Fasilitas tidak berpengaruh
Kelompok memiliki nilai Sig. sebesar 0,000 dimana nilai probabilitas ini dibawah
0,05. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan dalam kriteria pengujian, jika
nilai prob. < 0,05, maka hal ini berarti secara parsial variabel Kerja Sama
value. Apabila nilai p-value < α (0,05), maka H 0 ditolak. Sehingga dapat
variabel dependen, dan sebaliknya. Jika nilai p-value > α (0,05), maka H0 diterima
yang artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan. Berikut adalah hasil pengujian statistic F, yang dapat
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 818.422 5 163.684 11.702 .000b
Residual 1314.818 94 13.987
Total 2133.240 99
64
b. Predictors: (Constant), KerjaKelompok, Fasilitas, Motivasi, Pengetahuan,
Self Efficacy
Sumber : Output SPSS Versi 26.0
independen memiliki nilai Sig. 0,000 dimana nilai probabilitas ini dibawah 0,05.
Dengan demikian, maka sesuai dengan ketentuan dalam kriteria pengujian, jika
nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variable Self Efficacy
(X1), Pengetahuan (X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan Kerjasama Kelompok
4.2.Pembahasan
Self Efficacy (X1), Pengetahuan (X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan
Kerjasama Kelompok (X5) dengan varibel Partisipasi Kader (y) pengaruh yang
mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 bisa disimpulkan
variabel (Y), dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa H1 dapat diterima.
bahwa Self Efficacy (X1), Pengetahuan (X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan
65
Puskesmas karena berkaitan dengan memicu kerjasama untuk suksesnya kegiatan
PIS-PK.
Secara teori hasil yang diperoleh dari pengujian kelima variabel ini
berkaitan dengan teori pembelajaran sosial, Teori ini membahas tentang cara
kelima variabel ini berhasil positif itu menandakan bahwa responden berfikir
bahwa partisipasi kader yang dikaitkan dengan Self Efficacy (X1), Pengetahuan
(X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan Kerjasama Kelompok (X5) ini memiliki
Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan Kerjasama Kelompok (X5) yang dikaitkan
dengan daya Partisipasi Kader ini dari hasil pengujian yang menghasilkan nilai
kognitif yaitu sebuah dampak yang mempengaruhi pengetahuan, daya ingat, dan
pemahaman manusia.
Hasil dari uji hipotesis pada variabel ini menurut hasil banyaknya
pengujian terhadap kelima variabel ini peneliti bisa simpulkan bahwa Self
Efficacy (X1), Pengetahuan (X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan Kerjasama
66
bahwa bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,000 < 0,05. Selain itu pada
independen dapat menjelaskan variabel dependen dalam peneitian ini. Hal ini
mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu. Self efficacy
diinginkan. Tinggi atau rendahnya self- efficacy yang dimiliki oleh seorang
kepercayaan (α) = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa signifikansi variabel self-
efficacy lebih kecil dari pada derajat kepercayaan. Oleh karena itu, variabel self-
efficacy memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi kader, hal
ini berarti Self Efficacy menjadi sangat penting karena Self Efficacy sangat
setiap individu untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan Program PIS-PK, makin
67
tingginya keyakinan pada diri sendiri, makin tinggi pula seorang kader dapat
mengerjakan tugasnya.
dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
derajat kepercayaan (α) = 0,05 maka nilai signifikan variabel pengetahuan lebih
kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi. Oleh karena itu hipotesis satu
Lampung. Hal ini berarti pengetahuan yang tinggi mengenai Program Indonesia
68
adalah keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
0,05 maka nilai signifikansi variabel motivasi lebih kecil dari pada batas
kepercayaan maupun batas kesalahan yang terjadi. Oleh karena itu hipotesis satu
Lampung, hal ini berarti apabila indikator motivasi seperti yang dikemukakan
oleh Robert Kreitner diberikan kepada kader, akan dapat meningkatkan kinerja
dan partisipasi kader. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu
dipenuhi akan menimbulkan motivasi untuk dapat bekerja secara lebih baik,
Menurut ahli Suryo Subroto dalam Arianto (2008) fasilitas adalah segala
dalam Arianto (2008) mengungkapkan bahwa fasilitas adalah semua hal yang
suatu tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulkan, fasilitas adalah hal yang mendukung
69
dan memudahkan berbagai kegiatan dan sifatnya tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan sehari-hari.
0,05 maka nilai signifikansi variabel Fasilitas lebih besar dari pada batas
kepercayaan maupun batas kesalahan yang terjadi. Oleh karena itu hipotesis satu
tidak diterima, artinya fasilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
meningkatkan partisipasi.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prameta
kerja dan fasilitas kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
penerapan budaya kerja yang poisitif dan didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, maka akan semakin
sesuatu yang ditangani oleh beberapa pihak. Kerjasama adalah sebuah sikap mau
70
orang yang diajak bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kerjasama atau
(Landsberger, 2011).
menggunakan derajat kepercayaan (α) = 0,05 maka nilai signifikan variabel kerja
sama kelompok lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi. Oleh karena
itu hipotesis satu diterima yang artinya kerja sama kelompok memiliki pengaruh
halim Kota bandar Lampung.Kader yang memiliki kerjasama tim yang baik maka
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Variabel Self Efficacy (X1), Pengetahuan (X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan
Kerjasama Kelompok (X5) dengan varibel Partisipasi Kader (y) pengaruh yang
mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 bisa disimpulkan
variabel (Y), dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa H1 dapat diterima.
bahwa Self Efficacy (X1), Pengetahuan (X2), Motivasi (X3), Fasilitas (X4) , dan
PIS-PK.
5.2. Implikasi
72
aspek Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) oleh kader
Puskesmas Way Halim Bandar Lampung dan secara praktis, penelitian ini
diharapkan pula dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis yaitu untuk
Bandar Lampung.
5.3. Saran
73