Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN


PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN COVID-19
PADA ANGGOTA MAJELIS TAKLIM DI DESA
MAKARTI KABUPATEN TULANG BAWANG
BARAT TAHUN 2021

Oleh

RITA UTARI
20.11.70.003

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian.......................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah...................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian......................................... 5
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRIAN,


DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka........................................................... 8
2.2 Penelitian Terdahulu.................................................. 34
2.3 Kerangka Pemikiran.................................................. 35
2.4 Hipotesis.................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian....................................................... 39
3.2 Metode Penelitian...................................................... 39
3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan
Operasionalisasi Variabel.......................................... 39
3.4 Populasi dan Sampel.................................................. 41
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................ 42
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas..................................... 42
3.7 Teknik Analisis Data................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan gangguan pada

saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh Virus Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang terjadi pertama kali di Wuhan,

Provinsi Hubei, Tiongkok pada Desember 2019 dan menyebar dengan cepat di

seluruh dunia. Kasus infeksi ini pertama kali berasal dari sebuah Pasar yang

menjual berbagai seafood dan hewar liar di kota tersebut. Berdasarkan analisis

sampel Swab oleh Chines Centre for Disease Control and Prevention (CCDC)

diketahui terdapat sekuens genome SARS-CoV-2 pada subjek penderita dan juga

kelelawar yang dicurigai sebagai hospes revoir. Hingga saat ini, SARS-CoV-2

dapat tertransmisi dari manusia 1 ke manusia (Lu dkk, 2020).

Perkembangan kasus COVID-19 di dunia hingga tanggal 21 Oktober 2021,

mencapai angka 242 juta kasus terkonfirmasi positif dengan 4,92 juta kematian di

192 negara/wilayah. Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret

2020. Kasus di Indonesia pun terus bertambah, hingga tanggal 21 Oktober 2021

telah terdapat 4.237.834 kasus dengan kematian mencapai 143.120 jiwa

(Kemenkes RI, 2021).

1
2

Tabel 1.1
Situasi Covid-19 di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung
Periode Data Sampai 28 Oktober 2021

Kasus
No Kabupaten/Kota Kematian
Konfirmasi
1 Kabupaten Lampung Barat 2.919 138
2 Kabupaten Lampung Selatan 4.854 264
3 Kabupaten Lampung Tengah 4.514 580
4 Kabupaten Lampung Timur 5.889 573
5 Kabupaten Lampung Utara 3.941 176
6 Kabupaten Mesuji 569 57
7 Kabupaten Pesawaran 2.643 231
8 Kabupaten Pesisir Barat 921 44
9 Kabupaten Pringsewu 4.012 336
10 Kabupaten Tanggamus 2.539 139
11 Kabupaten Tulang Bawang 714 87
12 Kabupaten Tulang Barat Barat 1.187 141
13 Kabupaten Way Kanan 861 68
14 Kota Bandar Lampung 11.320 793
15 Kota Metro 2.928 184
Provinsi Lampung 49.541 3.811
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2021)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Provinsi Lampung pada tanggal

28 Oktober 2021 sudah mencapai 49.541 kasus dengan kematian mencapai 3.811

jiwa (Dinkes Provinsi Lampung, 2021). Sedangkan di Kabupaten Tulang Bawang

Barat hingga 28 Oktober 2021 terdapat 1.187 pasien terkonfirmasi covid-19

dengan kematian mencapai 141 jiwa (Dinkes Tulang Bawang Barat, 2021).

Manisfestasi klinis atau tanda dan gelaja penyakit ini yaitu terganggunya

saluran pernafasan seperti demam, batuk dan sesak nafas pada penederita. Masa

inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari (Wu et al,

2020). Pada kasus infeksi terpapar virus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Gan et

al, 2020). Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar
3

kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan

hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes RI,

2020).

COVID-19 merupakan penyakit dengan metode penyembuhan self limited

disease. Pengobatan yang diberikan kepada pasien positif COVID-19 dilakukan

dengan tujuan agar gejala yang dialami menjadi ringan dan keadaan imunitas

tubuhnya semakin membaik sehingga membentuk antibodi dalam tubuh pasien

untuk melawan virus tersebut (Kemenkes RI, 2020). Virus corona merupakan

virus yang penyebarannya sangat cepat antar manusia. Hal ini dapat dilihat dari

data persebaran kasus COVID-19 yang berkembang secara signifikan dan

eksponensial di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus mengutamakan

tindakan pencegahan untuk memutus rantai penularan di masyarakat. Cara

pencegahan tersebut diantaranya adalah menerapkan physical distancing, selalu

memakai masker jika diluar rumah serta menerapkan perilaku hidup bersih dan

sehat seperti cuci tangan pakai sabun, makan makanan yang bergizi dan istirahat

yang cukup (Kemenkes RI, 2020).

Selain melakukan protokol kesehatan dalam menurunkan kasus covid-19

maka perlu dilaksanakan upaya perlindungan khusus yaitu dengan vaksinasi.

Selama bertahun-tahun vaksin terbukti dapat menurunkan kejadian penyakit

menular melalui mekanisme imunitas tubuh manusia. Vaksin COVID-19

dikembangkan untuk membantu pembentukan imunitas tubuh individu sehinga

pemberian vaksin COVID-19 tersebut diharapkan dapat mempercepat


4

terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity) yang nantinya berdampak

pada penurunan jumlah kasus yang terinfeksi (WHO, 2020).

Tingkat capaian vaksinasi covid-19 di Indonesia pada bulan Oktober tahun

2021 dari 208.265.720 sasaran terdapat 53,26% masyarakat yang sudah

melakukan vaksinasi dosis kesatu, 31,50% masyarakat yang sudah melakukan

vaksinasi dosis kedua, dan 74,13% tenaga kesehatan yang sudah melakukan

vaksinasi dosis ketiga (Kemenkes RI, 2021).

Tabel 1.2
Capaian Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung
Sampai dengan 21 Oktober 2021

% % %
No Kabupaten/Kota vaksinasi vaksinasi vaksinasi
dosis 1 dosis 2 dosis 3
1 Kabupaten Lampung Barat 50,55 16,28 0,32
2 Kabupaten Lampung Selatan 58,40 15,07 0,26
3 Kabupaten Lampung Tengah 40,50 8,78 0,27
4 Kabupaten Lampung Timur 28,78 8,67 0,18
5 Kabupaten Lampung Utara 37,76 13,95 0,33
6 Kabupaten Mesuji 27,29 10,88 0,30
7 Kabupaten Pesawaran 27,87 10,59 0,26
8 Kabupaten Pesisir Barat 24,79 8,72 0,38
9 Kabupaten Pringsewu 35,04 12,06 0,47
10 Kabupaten Tanggamus 29,12 11,52 0,23
11 Kabupaten Tulang Bawang 49,37 16,24 0,31
12 Kabupaten Tulang Barat Barat 31,19 10,83 0,31
13 Kabupaten Way Kanan 40,21 13,27 0,30
14 Kota Bandar Lampung 75,45 44,91 0,80
15 Kota Metro 103,75 50,16 1,58
Provinsi Lampung 44,85 16,78 0,37

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa capaian vaksin covid-19 di

Provinsi Lampung pada bulan Oktober tahun 2021 dari 6.645.226 sasaran

vaksinasi didapatkan 41,61% sudah melakukan vaksinasi dosis pertama, 15,37%


5

sudah vaksinasi dosis kedua, dan 0,36% sudah vaksin dosis ketiga (Dinkes

Provinsi Lampung, 2021). Sedangkan capaian vaksin di Provinsi Tulang Bawang

Barat hingga bulan Oktober tahun 2021 baru mencapai 31,19% masyarakat yang

sudah mendapatkan vaksin dosis 1, 10,83% masyarakat yang sudah mendapatkan

vaksin dosis 2, 0,31% petugas kesehatan yang sudah mendapatkan vaksin dosis

ketiga (Dinkes Kab. Tulang Bawang Barat, 2021).

Kebiasaan baru dalam menjaga kesehatan ini dapat dijelaskan dengan

beberapa teori mengenai perilaku. Theory of Planned Behaviour oleh Ajzen

(2005) menjelaskan bahwa perilaku individu didorong niat yang dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu Behavioral Beliefs, Normative Beliefs, dan Control Beliefs. Selain

itu, faktor pendukung seperti faktor personal, sosial, dan informasi menjadi faktor

yang memengaruhi perilaku individu. Perilaku mencegah penyakit juga dijelaskan

dalam Protection Motivation Theory yang menyatakan bahwa informasi kesehatan

yang bersifat peringatan dapat merubah sikap perilaku individu. Teori yang

dikembangkan oleh Rogers & Prentice-Dunn, (1997) ini menjelaskan bahwa dari

informasi yang diperoleh, motivasi untuk melindungi diri bergantung pada

penilaian terhadap ancaman (threat appraisal) dan strategi dalam menghadapi

ancaman (coping appraisal).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.”


6

1.2 Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang dan penjelasan sebelumnya maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

 Kasus covid terus terjadi peningkatan setiap harinya

 Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan

sebagai upaya pencegahan penularan covid-19

 Masih rendahnya capaian vaksin covid-19 di Kabupaten Tulang Bawang Barat

yaitu 31,19% vaksinasi dosis pertama, 10,83% vaksinasi dosis kedua, dan

0,31% vaksin dosis ketiga.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas maka didapat rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

 Apakah ada pengaruh pengetahuan dengan kepatuhan penerapan protokol

kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa Makarti

Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021?

 Apakah ada pengaruh sikap dengan kepatuhan penerapan protokol

kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa Makarti

Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021?

 Apakah ada pengaruh dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan

penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di

Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021?


7

 Apakah ada pengaruh dukungan ulama dengan kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021?

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh anggota majelis taklim

di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021. Variabel dalam

penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap, dukungan tenaga kesehatan, dukungan

ulama, dan kepatuhan penerapan protokol kesehatan covid-19. Penelitian ini

akan dilakukan di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat pada bulan

November tahun 2021.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

 Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dengan kepatuhan

penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis

taklim di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun

2021.

 Untuk menganalisis pengaruh sikap dengan kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.

 Untuk menganalisis pengaruh dukungan tenaga kesehatan dengan

kepatuhan penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota


8

majelis taklim di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat

tahun 2021.

 Untuk menganalisis pengaruh dukungan ulama dengan kepatuhan

penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis

taklim di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun

2021.

 Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis

taklim di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun

2021.

1.5.2 Manfaat Penelitian

1.5.2.1 Manfaat Teoritis

- Bagi Universitas Bandar Lampung

Dapat menambah referensi dan bahan bahan bacaan bagi

mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19.

- Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19 dengan menggunakan faktor

pendukung lainnya.
9

1.5.2.2 Manfaat Praktis

- Bagi Anggota Majelis Taklim

Penelitian ini menambah wawasan bagi anggota majelis

taklim mengenai pentingnya menerapkan protokol

kesehatan covid-19 yaitu dapat memutus rantai penyebaran

covid-19.

- Bagi Manjemen Kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pemerintah untuk

membuat kebijakan mengenai kepatuhan protokol

kesehatan covid-19 agar masyarakat terpacu untuk

memenuhi kebijakan tersebut.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Covid-19

Virus Corona atau Covid-19 adalah virus pernapasan jenis baru yang

pertama kali teridentifikasi di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok di pengujung

tahun 2019 (Pennington, 2020). Covid-19 merupakan virus RNA yang serupa

dengan virus flu burung atau Avian Influenza Virus (AIV) dan sama-sama

mempunyai sifat antigenic drift (genetic shift) (Wasito dan Wuryastuti, 2020).

Virus ini terbilang jenis baru, dalam artian covid-19 tidak pernah

diketahui sebelumnya dan tidak sama dengan virus-virus corona lainnya yang

biasanya tersebar di antara manusia dan menyebabkan penyakit ringan seperti

pilek biasa (Pennington, 2020).

Gejala Covid-19 muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar seperti demam,

batuk, sesak nafas, pneumonia (di beberapa kasus), tubuh terasa pegal-pegal, mual

dan muntah, dan diare (Pennington, 2020). Virus ini menginfeksi sistem

pernapasan bagian bawah dan berlipat ganda. Virus ini menyerang dua sel paru-

paru tertentu : sel yang memproduksi mucus (melindungi paru-paru dari patogen-

patogen) dan sel ciliated (membersihan kotoran, termasuk virus, dari paru-paru).

(Pennington, 2020). Penyakit yang disebabkan oleh Sars-Cov-19 atau yang

disebut Covid-19 dianggap ditularkan dari manusia ke manusia (Wasito dan

Wuryastuti, 2020).

8
9

Covid-19 selain ditularkan lewat saliva, juga menular melalui air kencing

(urin), tinja, dan menular melalui udara pernapasan disekitar. Menurut Wasito dan

Wuryastuti (2019) virus ini dianggap tersebar sebagian besarnya dengan cara

sebagai berikut:

a. Antara orang-orang yang jaraknya saling berdekatan

b. Melalui percikan cairan dari saluran pernapasan ketika orang yang terinfeksi

batuk atau bersin, kemudian masuk ke mulut atau terhirup melalui hidung.

c. Karena menyentuh permukaan atau benda yang terinfeksi virus Covid-19

Diagnosis coronavirus memerlukan prosedur keamanan hayati yang ketat

akibat adanya kemampuan virus corona mengalami genetic shift (genetic

reassortment) sehingga memungkinkan penularannya yang cepat dan bersifat

ganas pada manusia (Wasito dan Wuryastuti, 2020).

Diagnosis Covid-19 akan sulit jika dilakukan hanya dengan melalui

pemeriksaan fisik karena pada kasus-kasus ringan infeksi SARS-Cov-2, gejala

klinis Covid-19 serupa dengan pilek (flu) berat. Uji laboratorik diperlukan untuk

membedakan antara Covid-19 dengan flu berat (Wasito dan Wuryastuti, 2020).

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan

COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster pada tempat-

tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan

berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam

situasi pandemi COVID-19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih

sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang

ada di masyarakat serta memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran
10

masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko

tertular dan menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan

(Kepmenkes RI, 2020).

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi

manusia dengan masuknya droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke

dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip pencegahan penularan

COVID-19 pada individu dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui

ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:

a. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan

mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang

lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat

menularkan COVID-19). Apabila menggunakan masker kain, sebaiknya

gunakan masker kain 3 lapis.

b. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan

air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis

alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan

mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet

yang mengandung virus).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena

droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari

kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan

jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis

lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang,


11

pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain

dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain

sebagainya.

d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik

minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta

menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki

komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi,

gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi

immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-anak,

dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan fasilitas

umum (Kemenkes RI, 2020).

Sampai saat ini, belum ada obat antiviral atau pengobatan spesifik untuk

coronavirus pada manusia. Manusia menderita covid-19 akibat infeksi SARS-

CoV-2 dapat diobati dengan obat-obat suportif yang mampu menekan timbulnya

gejala-gejala klinis. Untuk kasus Covid-19 yang berat dapat dilakukan pilihan

obat-obat tambahan yang lain, termasuk obat hasil penelitian baru yang mungkin

sudah tersedia secara komersial (Wasito dan Wuryastuti, 2020).

2.1.2 Protokol Kesehatan Covid-19

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai

penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster

pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar manusia

dan berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali


12

dalam situasi pandemi COVID-19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang

lebih sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh seluruh komponen

yang ada di masyarakat serta memberdayakan semua sumber daya yang ada.

Peran masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko

tertular dan menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan

(Kepmenkes RI, 2020). Protokol kesehatan secara umum harus memuat:

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi

manusia dengan masuknya droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke

dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip pencegahan penularan

COVID-19 pada individu dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui

ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:

1) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan

mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang

lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat

menularkan COVID-19). Apabila menggunakan masker kain, sebaiknya

gunakan masker kain 3 lapis (Kepmenkes RI, 2020).

2) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan

air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis

alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan

mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet

yang mengandung virus) (Kepmenkes RI, 2020).

3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena

droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari
13

kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan

jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis

lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang,

pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain

dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain

sebagainya (Kepmenkes RI, 2020).

4) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik

minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta

menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki

komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi,

gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi

immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-anak,

dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan fasilitas

umum (Kepmenkes RI, 2020).

2.1.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya, segala apa yang diketahui berdasarkan

pengalamannya yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan juga

merupakan mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang

pernah dialami baik secara sengaja maupun tidaksengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau pengamatan terhadapsuatu obyek tertentu.


14

Menurut Notoatmodjo dalam buku Wawan dan Dewi (2019) pengetahuan

merupakan sebuah hasil (tahu) setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap suatu obyek dapat terjadi

melalui panca indra diantaranya indra penglihat, pendengar, pencium, perasa dan

raba. Dalam proses penginderaan dapat dipengaruhi oleh faktor persepsi terhadap

obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui alat indra

penglihat dan pendengaran (Wawan dan Dewi, 2019).

Berdasarkan pemaparan dari beberapa tokoh di atas sehingga dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah sebuah hasil yang

diperoleh oleh manusia tentang kebenarannya setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek melalui panca indra manusia yang dalam

proses penginderaan hasil dari pengetahuan dipengarui oleh faktor persepsi

terhadap obyek tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan

dan Dewi, 2019).

Taksonomi Bloom yang dikutip Djaali (2015), tingkatan pengetahuan di

bagi menjadi enam tahap yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau

menggulangi informasi yang pernah diberikan.

b. Pemahaman (comprehension) ialah kemampuan untuk menginterprestasi atau

mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri.

c. Aplikasi (application) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori dan

aturan pada situasi baru.


15

d. Analisis (analysis) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks dan

mengenau bagian-bagian serta hubungannya.

e. Sintesis (synthesis) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama

guna membentuk satu pola pemikiran yang baru.

Menurut Wawan dan Dewi (2019) yang menjelaskan tentang 6 domain

kognitif yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali

(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan

sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.

Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling

rendah. Dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan ajar yang telah dipelajari atau

diterima. Oleh karena itu dalam pengetahuan tahu merupakan tingkat paling

rendah. Misalnya dapat menyebutkan kembali mata pelajaran yang sudah

dipelajari pada hari tersebut. Dengan demikian pelaku atau pelaksana dapat

dikatakan tahu.

2) Memahami (comperehention)

Memahami adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami

adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Seseorang dapat dikatakan paham ketika orang tersebut dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya tentang


16

suatu objek tertentu yang sudah dipelajari atau diajarkan. Dengan demikian

pelaku atau pelaksana dapat dikatakan tahu. Pemahaman merupakan jenjang

kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan materi,

tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teorl dan

sebagainya, yang sudah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini diartikan dapat menggunakan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi tertentu.

Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi

ketimbang pemahaman.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan

suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu

memahami hubungan di antara bagian¬bagian atau faktor-faktor yang satu

dengan faktor-faktor lainnya. Dapat diartikan bahwa materi yang ada dapat

mendukung seseorang dalam menyusun suatu rencana dengan tujuan

memperkokoh struktur suatu organisasi.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses

berpikir analisis. Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan
17

seseorang dalam menyusun formula baru. Formula tersebut berasal dari

formula yang sudah ada namun kemudian dikembangkan sehingga menjadi

formula baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian tersebut

berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang

sudah ada. Dalam hal ini pelaku evaluasi tentu saja sudah teruji

kemampuannya.

Dimensi proses kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu sebagai berikut:

1) Remember (mengingat) adalah kemampuan memperoleh kembali

pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

2) Understand (memahami) adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan

pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,

tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan

hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan

mereka yang lalu.

3) Apply (menerapkan) adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk

rnenyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa

terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk

menyelesaikan soal.

4) Analyze (menganalisis) meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan

menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut


18

dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan

keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu

unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian

tersebut.

5) Evaluate (menilai) mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban

pendapat itu yang berdasar _criteria tertentu. Adanya kemampuan ini

dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu.

6) Create (berkreasi) didefinicikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk

atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa tingkatan

pengetahuan di bagi menjadi 6, meliputi:

1) Pengetahuan, kemampuan seseorang untuk menghafal, mengingat, atau

mengulangi informasi,

2) Pemahaman, kemampuan seseorang dalam mengulangi informasi

menggunakan bahasa sendiri,

3) Aplikasi, kemampuan seseorang menggunakan informs, teori dan aturan pada

situasi baru,

4) Analisis, kemampuan seseorang mengruraikan pemikiran yang kompleks,

5) Sintesis, kemampuan geseorang dalam mengumpulkan pikiran untuk

membentuk pemikiran baru,

6) Evaluasi, kemampuan seseorang membuat pemikiran berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan.


19

Menurut Wawan dan Dewi (2019), dalam mendapatkan pengetahuan

seseorang akan mendapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yang mereka dapat. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari dua

kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini adalah beberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

1) Faktor Internal.

Faktor internal terdiri dari beberapa aspek yang berada pada diri individu

masing masing yaitu:

a) Pendidikan.

Dalam pendidikan seseorang akan mendapatkan sebuah informasi

yang dapat digunakan dalam kehidupannya seperti ilmu yang menunjang

kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Selain itu dalam

pendidikan dapat membentuk sebuah karakter seseorang. Dimana karakter

yang baik diterapkan dalam pendidikan maka akan terbentuk manusia

dengan akhlak yang berbudi luhur dan berilmu. Menurut Notoatmodjo

yang dikutip oleh Wawan (2019) pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.

Menurut tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,

pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik

pula pengetahuannya.
20

b) Pekerjaan.

Menurut Wawan (2019) pekeijaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dam banyak

tantangan. Sedangkakan bekerja umumnya merupakan sebuah kegiatan

yang menyita waktu. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi

sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi social dan budaya berhubunga

erat dengan proses pertukaran informasi.

c) Umur.

Setiap individu yang hidup pasti akan mempunyai hitungan umur.

Dimulai dari ia dilahirkan sampai dia tutup usia. Menurut Huclok yang

dikutip Wawan (2019) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan

bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis

dan psikologis (mental).

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan.

Lingkungan merupakan suatu keadaan yang berada di dalam sekitar

kita. Dalam keadaan tersebut pengetahuan dapat didapatkan. Lingkungan

sangat berperan dalam pembentukan karakter seseorang. Lingkungan


21

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajarai hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang

buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingklingan seseorang

akan memperoleh pengalanm yang akan berpengaruh pada cara berfikir

seseorang.

b) Sosial Budaya.

Sistem sosial dan budaya dalam masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi (Wawan, 2019). Apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya menjaga kebersihan lingkungan maka sangat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungatmya

dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses

belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Status ekonomi seseorang

juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

2.1.4 Sikap

Sikap (Attitude) adalah evaluasiatau reaksi perasaan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut (Berkowitz dalam
22

Azwar, 2013). Sikap merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan

perilaku yang relatif menetap.

Menurut Thursione dalam bukunya, Ahmadi (2009), menjelaskan bahwa

sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang

berhubungan dengan objek psikolgi, sikap positif apabila ia suka sebaliknya orang

yang di katakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak

suka. Thurston mendifinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif

terhadap suatu objek psikologis (Edwards dalam Azwar, 2013).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor

pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Terbentuknya perilaku baru,

terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek

dahulu tahu terhadap stimulus berupa materi atau objek diluarnya, sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya

menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya.

Akhirnya objek atau rangsangan yang telah diketahui atau disadari sepenuhnya

tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan (action).

Namun seseorang dapat pula bertindak tanpa disadari oleh pengetahuan dan sikap,

atau seseorang dapat bertindak langsung tanpa memakai stimulus terlebih dahulu.
23

Menurut Azwar (2013), mengemukakan teori sikap melalui tiga

pendekatan yaitu teori belajar, teori insentif, dan teori konsistensi kognitif.

1) Teori belajar

Dalam proses belajar tersebut (individu) mendapat informasi dan

faktafakta melalui tiga mekanisme umum yaitu

a) Asosiasi melalui classical conditioning

b) Reinforcement

c) Imitasi

Pembentukan sikap melalui proses asosiasi terjadi dengan adanya

stimulus yang muncul bersamaan.

2) Teori Insentif

Teori yang menggariskan bahwa pembentukan sikap merupakan proses

menimbang baik atau buruknya berbagai kemungkinan kemudian mengambil

alternatif terbaik. Individu cenderung mengambil sikap yang secara maksimal

menguntungkan.

3) Teori Konsistensi Kognitif

Individu merupakan makhluk yang telah menemukan makna dan

hubungan dalam struktur kognitifnya. Individu yang memiliki suatu nilai atau

keyakinan yang tidak konsisten satu dengan yang lainnya akan berupaya

menyelaraskan untuk menjadi konsisten. Individu akan merasa nyaman bila

kondisi kognisinya konsisten dan sesuai.


24

Menurut Allport dalam Azwar (2013) sikap dibagi menjadi 3 komponen

pokok yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu konsep

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak

Menurut Azwar (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

yaitu:

1) Pengalaman Pribadi

Tanggapan adalah salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan peenghayatan, seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

2) Pengaruh Orang lain yang di anggap penting

Orang merupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengruhi sikap

individu

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita.

4) Media Massa

Sarana komunikasi, mempunyai pengaruh beda dalam pembentukan opini dan

kepercayaan individu.
25

5) Lembaga Pendidikan dan lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6) Pengaruh Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang

sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Azwar (2013), menyatakan bahwa sikap memiliki komponen kognitif

(cognitive), komponen afektif (affective), dan koponen konatif (conative).

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di percaya oleh individu

pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

1) Komponen kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi objek sikap.

2) Komponen Afektif, menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap.

3) Komponen Perilakuatau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang di hadapinya.


26

Sikap mempunyai komponen aspek-aspek yaitu

1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan

dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan

dengan rasa senang dan tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang dalam

penelitian ini merupakan hal yang negatif, sedangkan rasa tidak senang dalam

penelitian ini merupakan hal yang positif. Komponen ini menunjukan arah

sikap, yaitu positif dan negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan

dengan kecenderungan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya

kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Sikap dalam penelitian ini di ukur menggunakan kuesioner dengan skala

likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut sebagai variabel penelitian. Denfan skala Likert, maka variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel (Sugiono, 2016). Cara pengukuran

skala likert yakni :

1) Pernyataan positif

a) Sangat setuju ( SS) : bernilai 5

b) Setuju (S) : bernilain 4

c) Ragu-ragu (R) : bernilai 3


27

d) Tidak setuju (TS) : bernilai 2

e) Sangat tidak setuju (STS) : bernilai 1

2) Pernyataan negatif

a) Sangat setuju (SS) : bernilai 1

b) Setuju (S) : bernilai 2

c) Ragu-ragu (R) : bernilai 3

d) Tidak setuju (TS) : bernilai 4

e) Sangat tidak setuju (STS) : bernilai 5

Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat

diinterpretasikan. Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan, akan

tetapi tergantung pada mean dan deviasi standar pada skor kelompok. Jika skor T

yang didapat lebih besar dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung lebih

favourable atau positif. Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai

mean maka mempunyai sikap cenderung tidak favourable atau negatif (Azwar,

2013).

2.1.5 Dukungan Tenaga Kesehatan

Menurut UU No. 36 Tahun 2014 tenaga kesehatan adalah setiap orang

yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan/atau wewenang keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Dalam situasi wabah Covid-19, dukungan sosial emosional dan tindakan

nyata sangat dibutuhkan. Dukungan tersebut dapat berasal salah satunya dari

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dapat berupaya memanfaatkan teknologi


28

termasuk media sosial agar tetap berkomunikasi dan memberikan dukungannya

kepada masyarakat. Dukungan tersebut dapat berupa pemberian informasi terkait

Covid-19, ajakan berperilaku sehat, serta bagaimana melakukan perilaku

pencegahan Covid-19 (Kundari et al., 2020).

2.1.6 Dukungan Ulama

Dukungan ulama dalam hal ini sama artinya dengan dukungan sosial.

Dukungan sosial (social support) merupakan informasi dan umpan balik

(feedback) dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri mereka dicintai dan

diperdulikan, berharga serta dihormati yang juga dianggap sebagai bagian dari

suatu kelompok yang saling bekomunikasi dan memiliki tanggung jawab bersama

(King, 2017). Dukungan sosial adalah sebagai informasi verbal atau non verbal,

saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang

terdekat datau dalam lingkungan sosialnya (Irwan, 2018).

Sarafino (2008) mengemukakan dukungan sosial terdiri dari empat aspek,

sebagai berikut:

1) Dukungan emosional, dukungan ini berupa ungkapan empati, keperdulian,

perhatian, dan dorongan kepada individu dari orang terdekat maupun orang di

lingkungan sosial.

2) Dukungan penghargaan, dukungan ini berupa ungkapan yang diberikan oleh

orang yang berarti dalam diri individu seperti orang tua dan keluarga,

ungkapan tersebut juga dapat diberikan oleh orang-orang di lingkungan sosial

seperti teman dan masyarakat.


29

3) Dukungan Instrumental, dukungan ini berupa material dan lebih bersifat

bantuan nyata seperti sumbangan dana atau membantu pekerjaan yang

membuat individu sangat merasa terbebani.

4) Dukungan Informasi, suatu bentuk dukungan yang lebih bersifat nasehat,

memberitahukan hal yang baik, atau umpan balik terhadap apa yang sudah

dilakukan oleh individu tersebut

2.2. Penelitian Terdahulu

Muhith (2021) dengan judul Analisis Kepatuhan Penerapan Protokol

Kesehatan Covid-19. Metode penelitian yang digunakan yaitu Survey analitik

dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang

signifikan antara pendidikan (p value = 0,004), pengetahuan (p value = 0,000),

sikap (p value = 0,016), penyediaan sarana prasarana (p value = 0,026), edukasi (p

value = 0,021) dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan Covid-19. Hasil

analisis multivariat menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan

penerapan protokol kesehatan Covid-19 adalah variabel sikap dengan Odd Ratio

0,296 (p value = 0,039).

Wijaya (2021) dengan judul Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan

dengan Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan di Ditpolairud Polda Sumatera

Selatan. Penelitian ini bersifat analitik menggunakan survei dengan pendekatan

cross sectional. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan variabel sikap yang

memiliki hubungan yang paling besar pengaruhnya dalam Kepatuhan Penerapan

Protokol Kesehatan Covid 19 di Dit Pol Air POlda Sumsel 2021 karena memiliki

besaran nilai p value = 0,000, dan Odd Ratio atau OR 13,393 yang berarti
30

responden bersikap baik akan 13,393 kali lebih patuh terhadap protocol kesehatan

covid 19.

Afro (2021) dengan judul Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan

Terhadap Protokol Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat Jawa

Timur: Pendekatan Health Belief Model. Hasil empiris menunjukkan rata-rata

indeks kepatuhan responden laki-laki lebih rendah dibandingkan responden

perempuan, serta terdapat kecenderungan bahwa kaum muda lebih tidak acuh

terhadap penerapan protokol kesehatan dengan rata-rata skor kepatuhan yang

relatif lebih rendah dibandingkan dengan kaum yang lebih tua. Selain itu,

karakteristik sosial demografi yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan yaitu status reaksi responden,

persepsi keefektifan isolasi mandiri, tingkat kekhawatiran tentang berita Covid

-19, tingkat kekhawatiran tentang bepergian ke luar rumah, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status pernikahan, status kesehatan, dan usia.

2.3. Kerangka Pemikiran

Theory of Planned Behavior adalah hasil modifikasi dan pengembangan

dari teori sebelumnya yaitu theory of reasoned action (teori tindakan beralasan)

pada tahun 1991 oleh Ajzen. Menurut analisis Ajzen, theory of reasoned action

(TRA) ini hanya dapat digunakan untuk suatu perilaku yang sepenuhnya itu dia

berada dibawah kendali individu tersebut dan tidak akan sesuai apabila digunakan

untuk menjelaskan perilaku yang tidak berada dibawah kendali individu

dikarenakan terdapat faktor yang memungkinkan bisa mendukung atau

menghambat untuk mewujudkan niat individu agar berperilaku. Oleh karenanya


31

Ajzen dalam Theory of planned behavior (TPB) menambahkan satu faktor yaitu

perceived behavior control (kontrol perilaku yang dirasakan).

Theory of planned behavior merupakan suatu teori yang digunakan untuk

memperkirakan tingkah laku seseorang, yang mana teori ini mempunyai dua

asumsi utama untuk menilai niat seseorang dalam berperilaku, yaitu attitude

toward the behavior (sikap terhadap perilaku) dan subjective norm (norma

subjektif) (Wikamorys & Rochmach, 2017).

Diagram Theory of Planned Behavior (TPB) tahun 1991 yang selanjutnya

dikembangkan oleh Ajzen tahun 2006 akan dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Diagram Theory of Planned Behavior

Behavioral Attitude Toward


Beliefe the Behavior

Normative Subject Behavior


Intention
Belief Norm

Control Perceived
Belief Behavioral
Control

Faktor Keyakinan (Belief) merupakan dasar penggerak dalam berperilaku.

Faktor ini berpengaruh pada sikap (behavior belief) yaitu keyakinan bahwa akan

berhasil atau tidaknya dalam suatu tindakan. Kemudian terhadap norma subjektif

(normative velief) yaitu keyakinan bahwa suatu tindakan tersebut didukung atau

tidak didukung oleh orang tertentu maupun masyarakat dan terhadap persepsi atas
32

kontrol perilaku (control belief) yaitu keyakinan bahwa suatu individu mampu

melakukan tindakan karena didukung oleh sumberdaya internal dan eksternal.

Berdasarkan teori diatas, maka dapat digambarkan kerangka penelitian

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengetahuan

Sikap

Perilaku taat
Dukungan Tenaga Protokol Kesehatan
Kesehatan Covid-19

Dukungan Ulama

Gambar 2.2
Kerangka Penelitian
Theory of Planned Behavior

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk ada hubungan antara dua

variable, variable bebas dan variable terikat (Notoatmodjo, 2018). Hipotesis

pada penelitian ini adalah:

Ha1 : pengetahuan berpengaruh positif dengan kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.


33

Ha2 : sikap berpengaruh positif dengan kepatuhan penerapan protokol

kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa Makarti

Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.

Ha3 : dukungan tenaga kesehata berpengaruh positif dengan kepatuhan

penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis

taklim di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun

2021.

Ha4 : dukungan ulama berpengaruh positif dengan kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.

Ho1 : pengetahuan berpengaruh negatif dengan kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.

Ho2 : sikap berpengaruh negatif dengan kepatuhan penerapan protokol

kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa Makarti

Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.

Ho3 : dukungan tenaga kesehata berpengaruh negatif dengan kepatuhan

penerapan protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis

taklim di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun

2021.

Ho4 : dukungan ulama berpengaruh negatif dengan kepatuhan penerapan

protokol kesehatan covid-19 pada anggota majelis taklim di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

analitik dengan desain cross sectional. Cross sectional (potong lintang) yaitu

rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan atau sekali waktu (Notoatmodjo, 2018).

3.2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian

yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak

awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Metode penelitian kuantitatif,

sebagaimana dikemukakan oleh (Sugiyono, 2016) yaitu metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan.

3.3. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Operasionalisasi Variabel

3.3.1. Variabel Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, definisi operasional variabel

berdasarkan hal sebagaimana dimaksud di atas adalah sebagai berikut:

39
40

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah :

1) Pengetahuan (X1)

2) Sikap (X2)

3) Dukungan Tenaga Kesehatan (X3)

4) Dukungan Ulama (X4)

b. Variabel terikat adalah varibel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam

penelitian ini varibel terikat adalah kepatuhan penerapan protokol kesehatan

covid-19 (Y)

3.3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel berdasarkan hal sebagaimana dimaksud

dalam pelaksanaan penelitian ini di atas adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi varibel lain. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah:

a. Pengetahuan (X1) adalah tingkat pemahaman masyarakat dalam menjawab

pertanyaan tentang protokol kesehatan covid-19

b. Sikap (X2) adalah tindakan atau reaksi masyarakat dalam menyikapi

pelaksanaan penerapan protokol kesehatan covid-19

c. Dukungan Tenaga Kesehatan (X3) adalah suatu dorongan dari tenaga

kesehatan dalam menganjurkan masyarakat untuk menerapkan protokol

kesehatan covid-19

d. Dukungan Ulama (X4) adalah suatu dorongan dari ulama dalam

menganjurkan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan covid-19


41

c. Variabel Terikat adalah varibel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam

penelitian ini varibel terikat adalah kepatuhan penerapan protokol kesehatan

covid-19 (Y) adalah suatu tindakan penerapan protokol kesehatan yang

menjadi anjuran pemerintah dalam penanganan Pandemi covid-19.

3.3.3. Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan guna menentukan jenis dan indikator

dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Disamping itu,

operasionalisasi variabel bertujuan untuk menentukan skala pengukuran dari

masing-masing variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat

bantu dapat dilakukan dengan tepat. Secara lebih rinci operasionalisasi variabel

dalam penelitiannya ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel

Konsep Variabel Indikator Skala Item


Kepatuhan penerapan 1. Memakai masker saat Likert 1
protokol kesehatan bepergian atau diluar rumah
covid-19 (Y) penting dilakukan
2. Mencuci tangan 2
menggunakan sabun di air
mengalir sebelum dan setelah
melakukan aktifitas adalah
salah satu hal penting dalam
penerpan protocol kesehatan
COVID-19
3. Menjaga jarak minimal 1 3
meter merupakan salah satu
penerapan protocol kesehatan
COVID-19
4. Pola hidup bersih dan sehat 4
yaitu dengan aktifitas fisik 30
menit dan makan bergizi
seimbang merupakan salah
satu cara menjaga imun tubuh
merupakan salah satu
protocol kesehatan COVID-
19 5
42

5. Menjaga kebersihan tangan


selain mencuci tangan
meggunakan sabun di air
mengalir yaitu menggunakan
hand sanitizer
Pengetahuan 1. COVID-19 adalah penyakit Likert 1
(X1) yang tidak berbahaya dan
sama seperti flu biasa
2. Cuci tangan yang paling baik 2
dilakukan dengan
menggunakan sabun pada air
mengalir
3. Cara jaga jarak aman yang 3
aman yaitu setiap orang
menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) dan berada pada
jarak 1 s.d. 2 meter.
4. Cara menggunakan masker 4
non-medis yang benar dan
aman yaitu sesuaikan posisi
masker pada wajah, sehingga
tidak ada celah di bagian
samping.
5. Hal-hal yang harus dihindari 5
saat menggunakan masker
kain adalah sebagai berikut
melepas masker di dekat
orang lain, yang berada
dalam jarak satu meter
Sikap 1. Upaya yang dapat dilakukan Likert 1
(X2) untuk memutus rantai
penularan Covid-19 adalah
dengan social distancing dan
menerapkan protokol
kesehatan
2. Masker medis dapat 2
melindungi anda dari infeksi
Covid-19
3. Upaya psikologis agar daya 3
tahan tubuh tetap terjaga
adalah tidak panik, tidak stres
dan tetap waspada
4. Pencegahan Covid-19 dapat 4
dilakukan dengan cara
pembatasan sosial berskala
besar (PSBB)
5. Semua masyarakat harus ikut 5
serta terkait penyuluhan yang
dilakukan pemerintah untuk
mencegah Covid-19
Dukungan Tenaga 1. Tenaga kesehatan selalu Likert 1
Kesehatan memberikan himbauan
43

(X3) kepada masyarakat tentang


pentingnya menerapkan
protokol kesehatan covid-19
2. Tenaga kesehatan 2
memberikan edukasi cara
menggunakan masker yang
benar
3. Tenaga kesehatan 3
memberikan teguran kepada
masyarakat yang tidak patuh
protokol kesehatan covid-19
4. Tenaga kesehatan
mengajarkan cuci tangan 4
yang benar
5. Tenaga kesehatan 5
menghimbau untuk menjaga
jarak dan menghindari
keramaian
Dukungan Ulama 1. Ulama mengharuskan Likert 1
(X2) anggota majelis taklim
menggunakan masker saat
mengikuti majelis
2. Ulama menghimbau anggota 2
majelis untuk menjaga jarak
3. Ulama menganjurkan
anggota majelis untuk 3
mencuci tangan sebelum
masuk ke kegiatan majelis
4. Ulama menghimbau anggota 4
majelis untuk tetap menjaga
hidup sehat
5. Ulama menganjurkan 5
anggota majelis untuk
menghindari kerumunan

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

anggota majelis taklim di RK 1, RK 2, RK 3, RK 4, dan RK 5 di Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan jumlah 150 orang.

3.4.2. Sampel
44

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2018). Sehingga sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh anggota majelis taklim di RK 1, RK 2, RK 3, RK 4, dan RK

5 di Desa Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan jumlah 150

orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan

jumlah populasi yang ada.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan penerapan covid-19 adalah kuisioner. Kuisioner yaitu

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan pengumpulan

data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada

konsep dan tinjauan pustaka.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

 Mengajukan surat izin penelitian ke Universitas Bandar Lampung

 Meminta balasan izin penelitian ke tempat penelitian

 Membuat kuesioner menggunakan media google form

 Melakukan uji validitas dan reliabelitas kuesioner


45

 Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ke calon responden, ketika

responden setuju maka paneliti memberikan inform consent.

 Membagikan link google form kepada responden.

 Setelah semua data terkumpul peneliti melanjutkan ke pengolahan data.

3.6. Uji Validitas dan Reliabelitas

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang yang menunjukan tingkat – tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2014). Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

menggungkapkan data dari yang diteliti secara tepat. Metode uji validitas yang

digunakan adalah metode kolerasi Produk Moment. Ketentuan untuk uji validitas

adalah bila r hitung>r tabel maka instrumen valid apabila sebaliknya tidak valid.

Dari hasil uji validitas instrumen penelitian terhadap responden didapat dari r

tabel lebih besar dari seluruh r hitung dari instrumen penelitian bernilai lebih besar

dari r tabel ( r hitung > r tabel ). Dalam penelitian ini intrumen yang digunakan

akan dilakukan uji Validitas terhadap 30 anggota majelis taklim di RK 5 Desa

Makarti Kabupaten Tulang Bawang Barat.

3.6.2 Uji Reabilitas Instrumen

Reabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa susuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik (Arikunto, 2014). Kuesioner yang reliabel adalah kuisioner

yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan
46

menghasilkan data yang sama. Reliabel artinya dapat dipercaya untuk mengetahui

tentang tingkat reabilitas kuisioner, maka digunakan rumus alpa cronbach.

Ketentuan uji reabilitas adalah bila alpha cronbach > 0,6 maka instrumen reliabel

dan apabila sebaliknya berarti tidak reliabel (nilai alpha cronbrah <0.6).

Pengukuran reabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jadi

jika sebuah pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan

yang sudah valid kemudian baru secara bersama diukur reabilitasnya. Keputusan

reabilitasnya adalah r alpha > 0,6, maka pertanyaan soal tersebut reliabel dengan

kosistensi intrumen sangat baik. Reliabilitas data diuji dengan menggunakan

Alpha cronbach dengan bantuan komputer. Interpretasi nilai reliabilitas

instrument berpedoman pada ketentuan sebagai berikut :

1. Jika nilai alpha < 0,6 : Kosistensi instrumen kurang

2. Jika nilai alpha ≥ 0,7 : Kosistensi instrumen baik

3. Jika nilai alpha ≥ 0,8 : Kosistensi instrumen sangat baik

3.7. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan pendekatan deskriptif

kuantitatif dengan penelitian studi kasus yang dipergunakan untuk

mengumpulkan, mengelola, dan kemudian menyajikan data observasi agar pihak

lain dapat dengan mudah mendapat gambaran mengenai objek dari penelitian

tersebut. Deskriptif kuantutatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian

yaitu menganalisis pengaruh antar variabel.

Alat uji analisis data menggunakan analisis regresi berganda, yaitu tentang

analisis bentuk dan tingkat hubungan antara satu variabel dependen dan lebih dari
47

satu variabel independen. Untuk keabsahan data maka digunakan uji asumsi klasik

dan uji hipotesis.

a. Uji asumsi klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel

yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak

digunakan dalam penelitian adalah data yang berdistribusi normal.

Normalitas data dapat dilihat menggunakan uji Normal Kolmogorov-

Smirnov. Dengan pengambilan keputusan:

a) Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal

b) Jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memliki kemiripan antar variabel independen dalam

suatu model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan

korelasi yang sangat kuat. Selain itu untuk uji ini juga untuk menghindari

kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada

uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Jika VIF yang dihasilkan diantara 1-10 maka tidak terjadi

multikolinieritas.

b. Koefisien Determinasi

Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan


48

melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Jika determinasi

totalnya (R2) yang diperoleh mendekati satu maka dapat dikatakan semakin

kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel

terikat. Sebaliknya jika determinasi totalnya (R2) makin mendekati 0 (nol)

maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel

terikat.

c. Analisis Deskriptif

Analisis deksriptif di lakuakan pada suatu variabel dari hasil penelitian, yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik dari setiap

variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan presntase dari setiap variabel yang di teliti (Notoatmodjo, 2018).

d. Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dimaksudkan untuk melihat seberapa besar

pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent.

Formulasi regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y= a + b1 X1 + b2 X2 + e

e. Uji Hipotesis

1) Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara serentak. Uji ini dilakukan untuk

membandingkan pada tingkat nilai signifikan dengan nilai α (5 %) pada


49

tingkat derajat 5 %.16 Pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat

nilai signifikansi α (5%) dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi < α maka Hₒ ditolak

b) Jika nilai signifikansi > α maka Hₒ diterima.

2) Uji T

Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara parsial dengan derajat keabsahan 5%.

Pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat nilai signifikansi yang

dibandingkan dengan nilai α (5%) dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi < α maka Hₒ ditolak

b) Jika nilai signifikansi > α maka Hₒ diterima


DAFTAR PUSTAKA

Afro, Rahmatika Cinthya. (2021). Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan


Terhadap Protokol Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat
Jawa Timur: Pendekatan Health Belief Model. CMHP Oktober 2020:
Vol. 3 No. 1 (1-10)
Azwar S. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Dinkes Provinsi Lampung. (2021). Perkembangan Covid-19 di Indonesia.
Lampung: Dinkes Lampung.
Djaali, (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Gan, W. H., Lim, J. W., & Koh, D. (2020). Since January 2020 Elsevier has
created a COVID-19 resource centre with free information in English and
Mandarin on the novel coronavirus COVID-19. The COVID-19 resource
centre is hosted on Elsevier Connect, the company’s public news and
information. Safety and Health at Work Journal, (January).
Irwan. (2018). Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV.Absolute Media
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease (COVID-19). Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2021). Update Situasi Covid-19 Provinsi Lampung. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kepmenkes RI. (2020). Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat Dan
Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19). Kemenkes RI.
King, L. (2017). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Kundari, Nurul Fadilah dkk. (2020). Hubungan Dukungan Sosial dan
Keterpaparan Media Sosial terhadap Perilaku Pencegahan COVID-19
pada Komunitas Wilayah Jabodetabek Tahun 2020. Media Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 4, Desember 2020, 281 –
294
Lu H, Stratton CW, Tang YW. (2020). Outbreak of pneumonia of unknown
etiology in Wuhan, China: The mystery and the miracle. JMedVirol.
2020; 92 (4): 401 – 402.
Muhith, Subhan., dkk. (2021). Analisis Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan
Covid-19. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2021
Notoatmodjo, S. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Pennington, Tess. (2020). Panduan Kesiapsiagaan Hadapi Virus Corona. Jakarta:
PT. Gramedia.
Sarafino, E., & Smith, T. (2008). Health Psychology Biopsychology Interanctions
Seventh Edition. New Jersey: John Wilay & Sons, Inc.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wasito dan Hastari Wuryastuti, (2020). Coronavirus. Yogyakarta : Andi Offset.
Wijaya, Redno Eka. (2021). Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan di Ditpolairud Polda Sumatera
Selatan. Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA, Volume 4 Nomor 2,
Agustus 2021
World Health Organization. (2020). e Strategic Advisory Group of Experts on
Immunization (SAGE), SAGE Working Group, & on COVID-19
Vaccines. Interim recommendations for use of the inactivated COVID-19
vaccine, CoronaVac, developed by Sinovac (Issue May).
Wu, Y. C., Chen, C. S., & Chan, Y. J. (2020). Reply of “The outbreak of COVID-
19 -An overview.” Journal of the Chinese Medical Association: JCMA,
217–220.
Wawan dan Dewi, (2019). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika.
LEMBAR INFORMED CONSENT
(PERSETUJUAN RESPONDEN)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ..............................................................................................
Umur : ..............................................................................................
Pekerjaan : ..............................................................................................
Alamat : ..............................................................................................
Setelah mendapat keterangan dari peneliti serta mengetahui manfaat penelitian
yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN COVID-19
PADA ANGGOTA MAJELIS TAKLIM DI DESA MAKARTI
KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2021” Maka saya
menyatakan (Bersedia/Tidak Bersedia) diikut sertakan dalam penelitian ini.

Makarti, 2021
Responden

(.........................................)
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN
PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN COVID-19 PADA ANGGOTA
MAJELIS TAKLIM DI DESA MAKARTI KABUPATEN TULANG
BAWANG BARAT TAHUN 2021

A. Profil Demografi
Nama : ……………………………
Umur : ……………………………
Pendidikan Terakhir : ……………………………
Pekerjaan : ……………………………
Pendapatan Bulanan : ……………………………

Petunjuk Pengisian:
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memeberikan tanda silang (X) sesuai
dengan pemahaman anda.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

B. Pengetahuan tentang Protokol Kesehatan Covid-19


Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
1 COVID-19 adalah penyakit yang
tidak berbahaya dan sama seperti
flu biasa
2 Cuci tangan yang paling baik
dilakukan dengan menggunakan
sabun pada air mengalir
3 Cara jaga jarak aman yang aman
yaitu setiap orang menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) dan
berada pada jarak 1 s.d. 2 meter.
4 Cara menggunakan masker non-
medis yang benar dan aman
yaitu sesuaikan posisi masker
pada wajah, sehingga tidak ada
celah di bagian samping.
5 Hal-hal yang harus dihindari saat
menggunakan masker kain
adalah sebagai berikut melepas
masker di dekat orang lain, yang
berada dalam jarak satu meter

C. Sikap tentang Protokol Kesehatan Covid-19


Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
1 Upaya yang dapat dilakukan
untuk memutus rantai penularan
Covid-19 adalah dengan social
distancing dan menerapkan
protokol kesehatan
2 Masker medis dapat melindungi
anda dari infeksi Covid-19
3 Upaya psikologis agar daya
tahan tubuh tetap terjaga adalah
tidak panik, tidak stres dan tetap
waspada
4 Pencegahan Covid-19 dapat
dilakukan dengan cara
pembatasan sosial berskala besar
(PSBB)
5 Semua masyarakat harus ikut
serta terkait penyuluhan yang
dilakukan pemerintah untuk
mencegah Covid-19

D. Dukungan tenaga kesehatan tentang Protokol Kesehatan Covid-19


Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
1 Tenaga kesehatan selalu
memberikan himbauan kepada
masyarakat tentang pentingnya
menerapkan protokol kesehatan
covid-19
2 Tenaga kesehatan memberikan
edukasi cara menggunakan
masker yang benar
3 Tenaga kesehatan memberikan
teguran kepada masyarakat yang
tidak patuh protokol kesehatan
covid-19
4 Tenaga kesehatan mengajarkan
cuci tangan yang benar
5 Tenaga kesehatan menghimbau
untuk menjaga jarak dan
menghindari keramaian

E. Dukungan ulama tentang Protokol Kesehatan Covid-19


Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
1 Ulama mengharuskan anggota
majelis taklim menggunakan
masker saat mengikuti majelis
2 Ulama menghimbau anggota
majelis untuk menjaga jarak
3 Ulama menganjurkan anggota
majelis untuk mencuci tangan
sebelum masuk ke kegiatan
majelis
4 Ulama menghimbau anggota
majelis untuk tetap menjaga
hidup sehat
5 Ulama menganjurkan anggota
majelis untuk menghindari
kerumunan

F. Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19


Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
1 Memakai masker saat bepergian
atau diluar rumah penting
dilakukan
2 Mencuci tangan menggunakan
sabun di air mengalir sebelum dan
setelah melakukan aktifitas adalah
salah satu hal penting dalam
penerpan protocol kesehatan
COVID-19
3 Menjaga jarak minimal 1 meter
merupakan salah satu penerapan
protocol kesehatan COVID-19
4 Pola hidup bersih dan sehat yaitu
dengan aktifitas fisik 30 menit
dan makan bergizi seimbang
merupakan salah satu cara
menjaga imun tubuh merupakan
salah satu protocol kesehatan
COVID-19
5 Menjaga kebersihan tangan selain
mencuci tangan meggunakan
sabun di air mengalir yaitu
menggunakan hand sanitizer

Anda mungkin juga menyukai