Anda di halaman 1dari 9

Role Play

Melakukan Simulasi VCT.

Role Play ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah HIV

Dosen Pengampu : Ns. Akub S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 5, Kelas 4I

1. Anggi Yulianti 181030100310


2. Dwina Salsadilla 181030100324
3. Nurul 181030100304
4. Rizka Putri Selina 181030100299
5. Rohmayati 181030100295

Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada

Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

2020.
Pasein ( + ) HIV : Rizka Putri Selina (pasangan wanita)

Pasien ( + ) HIV : Anggi Yulianti (pasangan laki-laki)

Dokter Konselor : Nurul

Dokter Konselor : Dwina Salsadilla

Perawat : Rohmayati

Pada pagi hari disebuah puskesmas ada sepangan suami istri yang datang
untuk mengecek kondisi tubuh mereka yang dikhawatirkan mengidap penyakit
HIV/AIDS.

Rohmayati : “Selamat pagi Bapak Ibu, silahkan duduk, ada yang bisa Saya
bantu?”

Anggi (Bapak): “Selamat pagi Sus, terimakasih. Begini suster, Saya dan istri Saya
ingin mengecek kondisi tubuh kita mengenai penyakit HIV, di
Puskesmas ini apakah bisa Suster?”

Rohmayati : “Bisa sekali Ibu Bapak, di Puskesmas ini kita melayani


pemeriksaan tersebut, kita biasanya menggunaka metode CVT
untuk mendeteksinya.”

Rizka (Ibu) : “Metode CVT itu apa ya Suster ?”

Rohmayati : “Baik Saya jelaskan dulu ya Bapak Ibu apa itu CVT.”

Rizka (Ibu) : “Iya Suster.”

Rohmayati : “VCT adalah kepanjangan dari voluntary counselling and testing,


atau bisa diartikan sebagai konseling dan tes sukarela (KTS). VCT
sendiri memiliki tujuan yaitu untuk membantu pencegahan,
perawatan dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS . Sampai
disini Bapak dan Ibu paham?”

Anggi (Bapak): “Iya, Saya paham Sus”

Rizka (Ibu) : “Iya, Saya juga paham Suster”

Rohmayati : “Baik Saya lanjutkan, dalam metode CVT ini Ibu dan Bapak akan
menjalani beberapa tahapan, yaitu tahapan konseling pra tes, tes
HIV dan tahapan konseling pasca tes. Untuk tahapan konseling pra
tes Bapak dan Ibu akan mendapatkan informasi tentang HIV dan
AIDS, penilaian faktor resiko, mendiskusikan keuntungan dan
kerugian mengetahui status HIV, mempersiapkan untuk klien
untuk mengetahui tes HIV, informasi pengurangan dampak buruk
dan rencana memberitahu pasangan bila hasil tes HIV (+). Pada
tahapan ini apakah ada yang ingin di tanyakan Bapak Ibu?”

Anggi (Bapak): “Tidak Suster, Saya mengerti.”

Rizka (Ibu) : “Tidak Suster.”

Rohmayati : “Baik. Untuk tahapan kedua nanti Ibu dan Bapak akan bertemu
dengan konselor. Nah konselor akan menjelaskan mengenai
pemeriksaan yang bisa dilakukan, dan meminta persetujuan klien
untuk dilakukan tes HIV. Setelah mendapat persetujuan tertulis,
maka tes dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah tersedia, hasil tes
akan diberikan secara langsung (tatap muka) oleh konselor. Lanjut
untuk tahapan yang ketiga yaitu tahapan konseling pasca tes.
Setelah Bapak dan Ibu menerima hasil tes, maka Bapak dan Ibu
akan menjalani tahapan post konseling. Apabila hasil tes negatif,
konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya
menekan risiko HIV/AIDS. Namun, apabila hasil tes positif, maka
konselor akan memberikan dukungan emosional agar penderita
tidak patah semangat. Konselor juga akan memberikan informasi
tentang langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti penanganan
dan pengobatan yang perlu dijalani. Bagaimana Bapak dan Ibu
sudah paham apa yang Saya sampaikan?”

Anggi (Bapak): “Paham Suster”.

Rizka (Ibu) : “Saya paham Suster”.

Rohmayati : “Baik jika Bapak dan Ibu paham, mari Saya antarkan Bapak dan
Ibu kekonselor kami, mari Pak Bu ikut saya.”

Setelah mendapatkan arahan dari Suster pasangan suami istri tersebut


menemui konselor untuk melakukan pengecekan HIV/AIDS.

Rohmayati : “Selamat pagi Dokter Nurul, Dokter Dwina. Dokter ada pasien
yang ingin mengecek kondisi tubuhnya apakah mengidap penyakit
HIV/AIDS atau tidak, bolehkah masuk Dok ?”

Nurul : “Selamat pagi Suster Rohma. Iya silahkan masuk saja.”

Rohmayati : “Bapak Ibu silahkan masuk.”

Anggi (Bapak): “Terima kasih Suster.”

Rohmayati : “Silahkan duduk Pak Bu. Ibu Bapak perkenalkan ini Dokter
Dwina dan Dokter Nurul yang akan memandu Ibu dan Bapak
dalam melakukan tes mengenai HIV.”

Anggi (Bapak): “Selamat Pagi Dok, Perkenalkan Saya Anggi dan ini istri saya
Rizka. Kami berdua datang ke sini ingin melakukan tes untuk
mendeteksi HIV Dok.”

Nurul : “Selamat pagi Ibu Bapak, baik sebelumnya apakah Bapak dan Ibu
sudah mengetahui apa itu HIV/AIDS ?”

Anggi (Bapak): “Yang Saya ketahui HIV/AIDS adalah penyakit menular yang
dapat menyebabkan kematian Dok.”
Nurul : “Baik, Saya beri pemahaman terlebih dahulu mengenai apasih
HIV/AIDS itu.”

Rizka (Ibu) : “Baik Dok.”

Nurul : “HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang


merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan
menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga
rentan diserang berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera
ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah
stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Dapat
dipahami Bapak Ibu ?”

Rizka (Ibu) : “Iya bisa Dok.”

Anggi (Bapak): “Bisa Dok.”

Nurul : “Baik, Saya lanjutkan. Disini ada 2 tipe HIV yaitu HIV-1 dan
HIV-2. Masing-masing tipe terbagi lagi menjadi beberapa subtipe.
Pada banyak kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1, 90% di
antaranya adalah HIV-1 subtipe M. Sedangkan HIV-2 diketahui
hanya menyerang sebagian kecil individu, terutama di Afrika
Barat. Infeksi HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus,
terutama bila seseorang tertular lebih dari 1 orang. Kondisi ini
disebut dengan superinfeksi. Meski kondisi ini hanya terjadi
kurang dari 4% penderita HIV, risiko superinfeksi cukup tinggi
pada 3 tahun pertama setelah terinfeksi..”

Rizka (Ibu) : “Oh, seperti itu ya Dok.”

Nurul : “Ibu Bapak juga akan mendapatkan keuntungan yaitu dapat


mengetahui kondisi tubuh Ibu dan Bapak apakah terdeteksi HIV
(+)/(-), tetapi akan juga mendapat kerugian jika hasil tes tersebut
HIV (+). Dikarenakan sampai saat ini belum ada obat untuk
menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk
memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat
meningkatkan harapan hidup penderita. Apakah Bapak dan Ibu
sudah siap dengan hasil tes HIV?”

Rizka (Ibu) : “Sudah siap Dokter.”

Nurul : “Baik jika sudah siap, Bapak dan Ibu disini saya akan
memberikan beberapa pertanyaan yang Bapak dan Ibu harus jawab
dengan sejujur jujurnya mengenai  kegiatan sebelumnya yang
dicurigai dapat berisiko terpapar virus HIV, seperti pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari, riwayat aktivitas seksual, penggunaan narkoba
suntik, pernah menerima transfusi darah atau transplantasi organ,
memiliki tato dan riwayat penyakit terdahulu, dengan dilampirkan
surat pernyataan dari Bapak dan Ibu dengan format.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mengerti tentang


HIV/AIDS, memahami prosedur pelaksanaan dan tahu segala yang
mungkin timbul dari diketahuinya status HIV saya, serta telah
diberikan konseling dengan baik maka saya :

 Bersedia / tidak bersedia diperiksa HIV


 Bersedia / tidak bersedia diberitahu statusnya
 Bersedia / tidak bersedia bersedia dibuka statusnya

Yang memberikan pernyataan, Saksi petugas

(Tanda tangan) (Tanda tangan)

Anggi (Bapak): “Baik Dokter, Saya bersedia.”

Rizka (Ibu) : “Baik Dok, Saya juga bersedia.”


Setelah Bapak dan Ibu bersedia mengikuti prosedur dan menjawab semua
pertanyaan yang diberikan secara jujur. Mereka berdua menjalani pemeriksaan tes
HIV dengan alat Rapid Tes dengan menunggu hasil dalam waktu 20 menit
menunjukkan hasil HIV (+) pada Bapak dan Ibu.

Rizka (Ibu) : “Selamat siang Dokter.”

Dwina : “Selamat siang, Ibu Bapak silahkan duduk.”

Rizka (Ibu) : “Terimakasih Dok.”

Dwina : “Baik, apakah Bapak dan Ibu sudah siap dengan hasil yang akan
saya sampaikan?”

Anggi (Bapak): “Sudah siap Dok.”

Rizka (Ibu) : “Saya sudah siap Dok.”

Dwina : “Dari hasil tes dengan metode Rapid Tes yang Bapak dan Ibu
lakukan beberapa waktu lalu, hasilnya menunjukkan bahwa Bapak
dan Ibu positif mengidap HIV. Menunjukkan hasil positif maka
akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan.”

Anggi (Bapak) : “Lalu dengan hasil seperti itu apa yang akan Saya dan istri Saya
lakukan Dok ?”

Dwina : “Dengan hasil tes yang menunjukkan nilai positif, Bapak dan Ibu
dimohon untu menerimanya dengan sabra dan ikhlas, yakin dan
percaya bahwa Bapak dan Ibu dapat pulih normal dengan cara
mengikuti anjuran yang ada. Harus tetap semangat menjalani hidup
kedepannya, melakukan pola hidup yang sehat, jika Bapak dan Ibu
ingin melakukan hubungan seksual sebaiknya menggunakan alat
kontrasepsi atau kondom.”

Rizka (Ibu) : “Terimakasih Do katas masukannya. Lalu pengobatan apa yang


Saya dan suami Saya lakukan sebaiknya ?”
Dwina : “Baik akan Saya jelaskan ada jenis obat yang dapat
memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur
yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan
mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Beberapa jenis obat
ARV, antara lain: Efavirenz, Etravirine, Nevirapine, Lamivudin
dan Zidovudin. Selama mengonsumsi obat antiretroviral, Saya akan
memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pasien
terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6
bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal
pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa pengobatan.
Bapak dan Ibu harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis
menderita HIV, agar perkembangan virus HIV dapat
dikendalikan.”

Anggi (Bapak): “Dokter, bagaimana jika saya lupa meminum obat tersebut,
apakah akan berpengaruh ?”

Dwina : “Bila Bapak atau Ibu melewatkan jadwal konsumsi obat, segera
minum begitu ingat, dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun bila
dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan Saya.
Saya dapat mengganti resep atau dosis obat sesuai kondisi Bapak
atau Ibu saat itu.”

Anggi (Bapak): “Apakah ada efek sampingnya Dok dengan meminum obat ini ?”

Dwina : “Pasien HIV juga dapat mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV
dalam sehari. Karena itu, pasien perlu mengetahui efek samping
yang timbul akibat konsumsi obat ini, di antaranya: Diare. mual,
muntah, mulut kering, kerapuhan tulang, kadar gula darah tinggi,
kadar kolesterol abnormal, kerusakan jaringan otot
(rhabdomyolysis), penyakit jantung, pusing, sakit kepala, sulit tidur
dan tubuh terasa lelah.”
Rizka (Ibu) : “Berapa lama kah Saya dan suami Saya menjalani pengobatan ini
Dok ?”

Dwina : “Pengobatan HIV perlu dilakukan secara bertahap dan


berlangsung dalam durasi yang cukup lama dan tidak bisa
ditentukan berapa lamanya.”

Rizka (Ibu) : “Baik Dokter terimakasih atas bantuannya, saya tidak menyesali
telah melakukan tes tersebut, Saya bersyukur dapat mengetahuinya
saat ini, agar kondisi Saya dapat pulih dengan pengobatan yang
akan Saya lakukan nanti dengan suami Saya.”

Dwina : “Syukur lah jika Bapak dan Ibu dapat berfikir positif seperti ini,
ini dapat membantu percepatan penyembuhan yang akan Bapak
dan Ibu jalani.”

Anggi (Bapak): “Terimakasih Dok atas bantuannya, kami berdua pamit dahulu.
Permisi Dokter.”

Dwina : “Sama – sama Bapak Ibu, semoga lekas sembuh dan harus tetap
semangat.”

~ SELESAI ~

Anda mungkin juga menyukai