Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN DENGUE


HEMORAGIC FEVER PADA SISTEM IMUNITAS RUANG
INTERNE RSUD H. ABDUL MANAP JAMBI

Disusun untuk memenuhi tugas


Praktek Klinik KMB II

Dosen Pembimbing : Ns. Dewi Masyitah, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. MB

Disusun Oleh :
Rina Adriyani
PO71201210068

JURUSAN KEPERAWATAN DIPLOMA IV


ALIH JENJANG KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2021
LAPORAN PPENDAHULUAN
DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)

A. Konsep Dasar Dengue Hemoragic Fever (DHF)


1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Arif Mansjoer, dkk,
2000).

2. Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam
yang berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak
tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15
tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph
maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus dengue dari
penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina
lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama
pada waktu pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).

3. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh
penderita adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi
tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegli) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu :
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

2
4. Pathway

Virus Dengue

Viremia

Hipertermia Hepatomegali Depresi sum-sum Permebilitas


tulang kapiler meningkat

Manifestasi
perdarahan Permebilitas kapiler
- Anoreksia
meningkat
- Muntah

Kehilangan Plasma

Ketidakseimbangan nutisi < Kekurangan Volume


keb tubuh cairan
Hipovolemi

Resiko tjd Efusi pleura asites


perdarahan hemokonsentrasi

Resiko syok
hipovolemia

Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Syok

Kematian

3
5. Tanda dan Gejala
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
a. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara
lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia,
malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala.
b. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie,
epistaksis, hematemosis, melene.
c. Hepatomegali
d. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20
mmHghipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
e. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF,
gambaran lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF
adalah :
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu
makan (anoreksia), diare, konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri
uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh
dan pergerakan bola mata terasa pegal.

6. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi (WHO, 1997):
a. Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.

4
b. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain.
c. Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akral
dingin.
d. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan R. Tumbelaka, 2004).

7. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
b. Trombositopenia (< 100.000 /ml)
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. 19 D. Dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan PH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic PCO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
h. SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).

8. Penatalaksanaan Pasien DHF


Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup,
teh manis dan beri penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien
memburuk observasi ketat tiap jam.

5
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan
untuk menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian
parasetamol, asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra)
karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang
diperlukan untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri
sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter).

9. Komplikasi
a. Ensefalopatif
b. Perdarahan intraktranial
c. Hernia batang otak
d. Sepsis
e. Pneumonia
f. Hidrasi berlebihan
g. Syok
h. Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan mencakup data yang di kumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboraturium dan diagnostic serta melihat catatan sebelumnya.
Pengumpulan riwayat tersebut meliputi data subjektif
(“melaporkan”) dan obyektif (“menunjukan”) (Tarwoto dan
Wartonah 2006).

6
Data perawatan yang ditemukan pada pasien DHF
Aktivitas/Istirahat
Gejala : lemah, lelah
Tanda : dispnea, takipnea, lemah
Sirkulasi
Gejala : epitaksis, hematoma,ekimosis, petekie, hyperemia pada
tenggorokan, perdarahan gusi, hematemesis, melena
Tanda : nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin dan
gelisah
Makanan/cairan
Gejala : mual muntah, anoreksia, haus
Tanda : mukosa mulut kering,lidah kotor (kadang-kadang)
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, suhu tubuh tinggi
Tanda : menggigil, wajah tampak kemerahan, takikardi.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri uluhati, nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, nyeri tekan pada epigastrik, sakit saat menelan
Pernafasan
Gejala : nafas dangkal
Tanda : nadi cepat dan lema

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan
DHF antara lain sebagai berikut :
a. Hipertermi hubungan dengan proses penyakit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
(Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011)

7
3. Perencanaan NOC dan NIC

No
NOC NIC
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan NIC - Thermoregulation 0800
keperawatan selama 3x24 jam, • Monitor suhu maksimal 4 jam sekali
pasien dengan hipertermi diharapkan • Monitor TTV (TD,N.Suhu,RR)
dapat teratasi dengan kriteria hasil : • Monitor intake dan output cairan.
NOC - Temperature Regulation 3900 • Selimuti pasien
• Tingkatkan sirkulasi udara
• Suhu dalam rentang normal (36-37)
• Catat adanya fluktasi tekanan darah
• Nadi dan RR dalam rentang normal
(nadi 60-100x/menit.RR:16-
24X/Menit)
• Tidak ada perubahan warna
kulit,dan tidak pusing tidak merasa
mual

2 Setelah dilakukan tindakan NIC - Nutrition Management


keperawatan selama 3x24 jam, • Catat status nutrisi pasien pada
pasien dengan ketidakseimbangan penerimaan,catat turgor

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kulit.BB,Intergritas mukosa

diharapkan dapat teratasi dengan oral,kemampuan menelan,riwayat


mual/muntah/diare
kriteria hasil :
• Pastikan pola diet biasa pasien
NOC - Nutritional Status (status
• Awasi masukan dan pengeluaran
nutrisi) :
nutrisi dan BAB secara periodik
• Intake nutrisi meningkat sesuai • Selidiki adanya anoreksia
dengan diit
• Intake makanan dan cairan
meningkat sesuai dengan diet
• Menunjukkan perubahan
prilaku/pola hidup untuk

8
menigkatkan/mempertahankan BB.
3 Setelah dilakukan tindakan Fluid Management :
keperawatan selama 3x24 jam, • Monitor BB setiap hari
pasien dengan resiko kekurangan
• Set tetesan infus permenit
volume cairan diharapkan dapat
teratasi dengan kriteria hasil : • Tingkatkan oral intake
Balance Fluid:
• Monitor hasil lab yang relevan
• Tekanan darah dalam batas
(BUN, HMT, albumin)
normal
• Monitor status hemodinamik
• Intake output 24 jam seimbang
• Monitor TTV
• Tidak ada suara nafas tambahan
• Monitor tanda dan gejala retensi
• Tidak ada asites
cairan
• Tidak ada edema
• Berikan diet
• Tidak gelisahh/cemas

9
DAFTAR PUSTAKA

Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta, EGC.

Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian


Demam Berdarah Dengue. Jakarta, EGC.

Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika,


Setiawulan Wiwiek, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga.
Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan


Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Herdman, T Heatrher, PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2009-2011. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC)


Fourth Edition. United State of America : Mosby Elsevier

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC)


United State of America : Mosby Elsevier

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam


Dengue /Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.

Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan


Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta :


FKUI.

Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di


Indonesia. Jakarta : FKUI.

10
Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue.
Jakarta : FKUI.

Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta,
EGC.

Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai