Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya

lah, maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan judul Asuhan

Keperawatan Komunitas pada Kelompok Remaja.

Selama proses penulisan makalah ini banyak bimbingan dan dukungan yang

diperoleh dari berbagai pihak, baik moral maupun material. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini di sampaikan ucapan terima kasih yang berlimpah.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima sebagai bahan masukkan

guna penyempurnaan makalah ini.

Mataram, 9 November 2020

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan

dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,

minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998).

Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni

masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan

sosial (TP-KJM,2002).

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang

batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang

dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai

patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu

terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan

sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau

sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai

remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi

dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.

Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja

hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya

seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai

anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
a. Karakteristik Masa Remaja

Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik

yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya.

Menurut Aulia (2006) rinciannya adalah sebagai berikut:

1) Masa remaja adalah periode yang penting

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak

langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa

ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap

perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi

perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi

inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara

mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan

minta yang baru.

2) Masa remaja adalah masa peralihan

Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat

kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan

sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola

perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali

seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut

oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku

anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan

usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk

berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka

berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.


3) Masa remaja adalah periode perubahan

Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,

perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan

sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik

perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1) peningkatan

emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,

(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan

yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan pola

perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja

merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.

4) Masa remaja adalah usia bermasalah

Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi

anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan

yaitu : pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah

diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu

dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena

mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu

oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan

dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

5) Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri

Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran

penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan

berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan

kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu

dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-

benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.

6) Masa remaja adalah usia yang ditakutkan


Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan

lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat

mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi

dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut

untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua

atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.

7) Masa remaja adalah masa yang tidak realistis

Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang

realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka

inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada

aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya

sendiri namun bagi keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi

mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut

tidak dapat mereka capai.

8) Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa

secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan

menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa

bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak

cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau

simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok,

minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.

b. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada

bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan

mempersipakan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian tugas-tugas

pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :


1) Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari

kedua jenis kelamin

2) Mencapai peran sosial feminin atau maskulin

3) Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4) Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab

secara social

5) Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya

6) Mempersiapkan untuk karir ekonomi

7) Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga

8) Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan

perilaku

Kanker Payudara merupakan salah satu penyumbang kematian utama

dikalangan perempuan Indonesia. Salah satu masalah kesehatan dunia

adalah kanker payudara, meningkatnya angka kematian kanker payudara

menempati urutan yang ke dua (Globocan, 2018). Kanker payudara adalah

kondisi sel yang kehilangan mekanisme dan pengendalian abnormalnya

yang menyebabkan pertumbuhan payudara menjadi cepat, tidak abnormal

dan tidak terkendali (Yilmaz dan Durmus, 2016). Faktor keterlambatan

diagnosis pada kanker payudara salah satunya karena keengganan

melakukan deteksi dini pada kanker payudara ( Kwok, C., Ogunsiji, O., &

Lee, 2016 ).

2. Kangker Payudara

Kanker Payudara merupakan salah satu penyumbang kematian

utama dikalangan perempuan Indonesia. Salah satu masalah kesehatan

dunia adalah kanker payudara, meningkatnya angka kematian kanker


payudara menempati urutan yang ke dua (Globocan, 2018). Kanker

payudara adalah kondisi sel yang kehilangan mekanisme dan pengendalian

abnormalnya yang menyebabkan pertumbuhan payudara menjadi cepat,

tidak abnormal dan tidak terkendali (Yilmaz dan Durmus, 2016). Faktor

keterlambatan diagnosis pada kanker payudara salah satunya karena

keengganan melakukan deteksi dini pada kanker payudara ( Kwok, C.,

Ogunsiji, O., & Lee, 2016 ).

Kanker payudara merupakan salah satu prevalensi kanker tertinggi di

Indonesia. Menurut WHO (2018) diperkirakan 627.000 wanita meninggal

akibat kanker di dunia, yaitu sekitar 15% dari semua kematian akibat

kanker yang disebabkan oleh kanker payudara. Berdasarkan data Global

Bruden Cancer (GLOBOCAN) menyebutkan pada tahun 2018 terdapat

18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,5 juta kematian,

dimana angka kejadian kanker payudara menempati nomer dua setelah

kanker paru dengan 2,1 juta kasus dan 6 ratus ribu kasus kematian yang

terjadi. Di Indonesia angka kejadian kanker berada pada urutan no 8 di

Asia Tenggara, angka kejadian tertinggi di Indonesia yaitu kanker

payudara dengan 58.256 (19,18%) kasus dan 22.692 (12,75%) angka

kematian yang terjadi. Berdasarkan data dari Riskesdas Kementerian

Kesehatan RI (2018), prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1.79 per

1000 penduduk, naik dari tahun 2013 sebanyak 1.4 per 1000 penduduk dan

prevalensi tertinggi adalah dipropinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000

penduduk, kemudian Sumatra Barat menempati nomor dua yaitu 2, 47 per

1000 penduduk. Menurut Kepala Bidang pencegahan dan pengendalian

Penyakit Dinas Kesehatan Sumatera Barat (2020), pada 2019 jumlah

penderita kanker perempuan di propinsi mencapai 1.658 kasus. Jenis


kanker yang paling banyak diderita perempuan yaitu kanker payudara pada

2017 mencapai 303 kasus, 2018 menjadi 422 kasus dan 2019 naik lagi

menjadi 479 kasus. Dengan demikian angka kejadian kanker payudara dari

tahun ketahun mengalami peningkatan.

Berdasarkan data WHO (2016) jumlah perempuan khususnya

remaja putri yang menderita kanker payudara mencapai 1.150.000, yang

mana 700.000 tinggal dinegara berkembang salah satunya Indonesia.

Banyak ditemukannya pada usia muda dan tidak sedikit remaja putri

berusia empat belas tahun menderita tumor dipayudara dapat berpotensi

menjadi kanker bila tidak terdeteksi (Mboi, 2014 dalam Angrainy, 2017).

Pada stadium awal diagnosis kanker payudara memberikan

kesempatan yang baik untuk long term survival. Dengan demikian

program skrening yang efektif pada kanker payudara untuk mengurangi

angka mortalitas (Shiryazdi, S, Kholasehzadeh, 2014). Untuk

meningkatkan kemungkinan kesuksesan dari keberhasilan penanganan

pada kanker payudara diperlukan deteksi dini untuk menemukan diagnosis

dini yang lebih efektif. Dalam melakukan deteksi awal kanker payudara

ada 3 cara antara lain adalah Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

atau Breast Self Examination (BSE), Pemeriksaan Payudara Klinis

(SADANIS) atau Clinical Breast Examination (CBE) dan mamografi

(Siddharta, Gupta, Narang, Singh, 2016). Pada tahun 2012 National Breast

Screaening Program (NBCSP) merekomendasikan salah satu upaya

deteksi dini kanker payudara yaitu Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) pada wanita usia 18- 20 tahun yang dilakukan tiap bulannya

(Didarlo, Nabilou & Khalkhali, 2017). SADARI sebaiknya dilakukan saat

wanita telah mengalami menstruasi (Weny, 2011). Remaja merupakan


salah satu kelompok sasaran promotif dan preventif kejadian kanker

payudara dengan memberikan edukasi tentang SADARI. Oleh karena itu

diperlukannya SADARI untuk pendeteksian dini sebagai upaya untuk

menemukan gejala kanker payudara. Untuk itu diperlukan pengetahuan

tentang pendidikan wanita untuk melakukan pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) (Olfah, 2013). Melalui pendidikan kesehatan

diharapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja dapat meningkat

(Vasistha, 2018).

Dengan pendidikan kesehatan tentang informasi- informasi mudah

diserap dengan lebih baik pada usia 8-19 tahun yang mana mempunyai

daya ingat paling besar dan paling kuat ( Safitri, Wilujeng & Handayani,

2014). Dalam menyampaikan pendidikan kesehatan terdapat media atau

alat bantu guna mempermudah penyampaian informasi kesehatan. Antara

lain jenis media pendidikan adalah media audio visual (Notoatmodjo,

2012). Menurut Ahmad Kholid (2012), media audiovisual adalah media

yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, cara menghasilkan dan

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan

elektronik untuk menyajikan pesan- pesan audio dan visual.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan keperawatan Komunitas terhadap

remaja putri dilingkungan Pejeruk, Ampenan.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan hasil pengkajian tentang perilaku SADARI pada remaja putri di

lingkungan Pejeruk
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang diberikan tentang pengetahuan, sikap,

dan keterampilan mengenai SADARI pada remaja putri di lingkungan Pejeruk.

c. Menjelaskan intervensi keperawatan yang dapat diberikan dengan pendidikan

kesehatan mengenai SADARI pada remaja putri di lingkungan Pejeruk.


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Kelompok :

a. Jumlah

b.

Jenis
Umu Pendidi
No Nama Hub dgn KK Status kelami Agama Pekerjaan
r kan
n (L/P)

1
2

3
4

5
6

7
8

9
10

c. Distribusi Berdarkan Jenis Kelamin ( bentuk Tabel )

No Jenis Kelamin Jumlah %


1 Laki-laki
2 perempuan

d. Distribusi Berdarkan usia

No Usia Jumlah %
1
2

e. Distribusi Berdarkan Jenis pekerjaan


No Jenis Jumlah %
pekerjaan
1 PNS
2 Swasta

2. Masalah Kesehatan Kelompok ( deskripsi)


a. Penyakit Yang Di derita Saat Ini

No Penyakit Jumlah %
1 Ada
2 Tidak ada

b. Distribusi jenis penyakit yang diderita


No Jenis Jumlah %
Penyakit
1
2

c. Upaya Pengobatan dilaksanakan

No Bentuk Jumlah %
pelayanan
1
2

Analisa dan Diagnosa Keperawatan

N DATA MASALAH
O

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

III. RENCANA KEPERAWATAN


N DX TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN
TUPAN TUPEN

Planning Of Action (POA)

NO Rencana Rencana Pelaksanaan


Kegiatan Sasaran Hr/Tgl Tempat
Pemeriksaan Balita
kes balita (contoh)
(contoh)
VI. PELAKSANAAN
No DX Keperawatn Hr/Tgl Implementasi Respon

V. EVALUASI
Deskripsikan hasil setiap kegiatan ( proses)
VII. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. Lampiran
- Format Pengkajian
- Laporan Pendahuluan Tiap Kegiatan
- Absensi Setiap Kegiatan
- Media setiap kegiatan

Anda mungkin juga menyukai