Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi
kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil
menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu
memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan
yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya antara lain
tidak memproduksi cukup ASI, bayinya tidak mau menghisap. Disamping itu
cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan
pada putting susu ibu (Marmi, 2012).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi post partum
2. Untuk mengetahui definisi ASI
3. Untuk mengetahui cara menyusui yang baik dan benar
4. Untuk mengetahui ciri – ciri dan faktor menyusui bayi dengan benar
5. Untuk mengetahui posisi menyusui bayi dengan benar
6. Untuk mengetahui masalah – masalah dalam pemberian ASI
7. Untuk mengetahui masalah – masalah menyusui pada ibu
8. Untuk mengetahui langkah-langkah menyusui bayi dengan benar
C. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan post partum?
2. Apa yang dimaksud dengan ASI?
3. Bagaimana cara menyusui yang baik dan benar?
4. Apa saja ciri-ciri dan faktor menyusui bayi dengan benar?
5. Bagaimana posisi menyusi bayi dengan benar?
6. Apa saja masalah-masalahdalam pemberian ASI?
7. Apa saja masalah-masalah menyusui pada ibu?
8. Apa saja langkah-langkah menyusui bayi dengan benar?

D. Manfaat
Bagi Ibu Menyusui di harapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi post partum


Postpartum atau masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu
perlu memiliki pengetahuan dan kesiapan untuk hamil, melahirkan dan
menyusui anak. Breast care merupakan salah satu bagian penting yang harus
diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini dikarenakan
payudara merupakan organ esensial penghasil ASI yaitu makanan pokok bayi
baru lahir sehingga perawatannya harus dilakukan sedini mungkin. Dalam
meningkatkan pemberian ASI pada bayi, masalah utama dan prinsip yaitu
bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi serta dukungan agar
merawat payudara pada saat menyusui bayinya. Pada saat melahirkan
sehingga menambah keyakinan bahwa mereka dapat menyusui bayinya
dengan baik dan mengetahui fungsi dan manfaat breast care pada saat
menyusui (Anwar, 2005 dalam Nur, 2012 ).
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat
payudara yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi
ASI, selain itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk
ke dalam atau datar. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi
ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu
mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah
sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan
kebersihan personal hygiene (Rustam, 2009).

B. Definisi ASI
Air Susu Ibu “ASI” adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kdua belah kelenjar,
payudara ibu pasca melahirkan dan berguna sebagai makanan bayi. Asi
merupakan cairan alamiah yang mudah didapat dan fleksibel dapat diminum
tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayinya serta
bebas dari kontaminasi bakteri sehingga mengurangi resiko gangguan
intestinal.
C. Cara menyusui yang baik dan benar
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air
susu. Bidan / perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam minggu
pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang
sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah.

Cara-cara menyusui yang baik dan benar yakni sebagai berikut:


1. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
2. Keluarkan sedikit ASI dari putting susu, kemudian dioleskan pada
putting susu dan areola.
3. Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya
Empat hal pokok yakni :
1) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis.
2) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan
hidungnya kearah putting susu.
3) Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
4) Untuk BBL : ibu harus menopang badan bayi bagian belakang,
disamping kepala dan bahu.
4. Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan
jari yang lainnya menopang bagian bawah payudara, serta gunakanlah
ibu jari untuk membentuk puting susu demikian rupa sehingga mudah
memasukkannya ke mulut bayi.
5. Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara
menyentuhkan bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh
sisi mulut bayi.
6. Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
7. Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakkan bayi segera ke
payudara dan bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang digerakkan
ke mulut bayi
8. Arahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu hingga dagu bayi
menyentuh payudara
9. Perhatikanlah selama menyusui itu.

Teknik Melepaskan Hisapan Bayi


Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan
hisapan bayi dengan cara :
 Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi
 Menekan dagu bayi ke bawah
 Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka
 Jangan menarik putting susu untuk melepaskan.

D. Ciri-ciri dan faktor menyusui bayi dengan benar


Ciri-ciri :
1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Dagu bayi menempel pada perut ibu
4. Mulut bayi terbuka cukup lebar
5. Bibir bawah bayi juga terbuka lebar
6. Areola yang kelihatan lebih luas di bagian atas daripada di bagian bawah
mulut bayi
7. Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan
tidak ada bunyi.
8. Putting susu tidak merasa nyeri.
9. Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus.
10. Kepala bayi tidak ada posisi tengadah.
Faktor:
1. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup dan pola gizi
serta pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan lancar.
2. Untuk memproduksi ASI dengan baik, maka kondisi kejiwaan dan
pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan
tegang akan menurunkan volume ASI.
3. Penggunaan alat kontrsepsi untuk ibu menyusui perlu diperhatikan agar
tidak mengurangi produksi ASI.
4. Isapan bayi tidak sempurna atau putting susu ibu yang sangat kecil, hal
ini akan membuat produksi hormone oksitosin dan prolactin akan terus
menerus, ASI akan berhenti.
5. Pola istirahat juga mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga akan
berkurang.
6. Bayi berat lahir rendah (BBLR)mempunyai kemampuan menghisap ASI
yang lebih rendah dibandingkan bayi berat lahir normal. Kemampuan
menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibandingkan bayi berat lahir normal yang
akan mempengaruhi stimulasi hormone prolactin dan oksitosin dalam
memproduksi ASi.
E. Posisi menyusui
1. Posisi menyusui ibu bersalin normal
Ibu yang melahirkan secara spontan bias lebih leluasa dalam
memilih memilih posisi meyusui,sambil duduk atau berbaring menyamping.
Jika posisi duduk yang dipilih:
 Gunakan kursi yang nyaman
 Upayakan telapak kaki menginjak lantai
 Gunakan dingklik (bangku kecil) sebagai pengganjal bila posisi kaki
agak menggantung
2. Posisi menyusui ibu yang melahirkan melalui persalinan Seksio Caesaria
(SC)
Football position adalah posisi menyusui yang disarankan untuk ibu
yang melahirkan melalui persalinan SC. Pada posisi ini:
 Tubuh bayi digendong dengan salah satu tangan ibu.
 Upayakan letak kepala bayi berada tepat dibawah payudara dan
membentuk garis lurus dengan badan bayi
 Posisi ini aman karena bawah perut ibu yang masih nyeri akibat operasi
dapat terlindungi
 Posisi ini merupakan pososo yang paling nyaman bagi ibu maupun
bayinya.
3. Posisi menyusui ibu dengan bayi kembar
Sama dengan ibu yang melahirkan melalui persalinan SC, Football
position juga tepat untuk bayi kembar, dimana kedua bayi disuse bersamaan
kiri dan kanan, dengan cara:
 Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti
memegang bola.
 Letakkan tapat dibawah payudara ibu.
 Posisi kaki bayi boleh dibiarkan menjuntai keluar.
 Untuk memudahkan, kepala bayi diletakkan pada satu bidang datar yang
memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu.
 Dengan demikian ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja.
 Cara lain adalah dengan meletekkan bantal diatas pangkuan ibu.
4. Posisi menyusui ibu dengan ASI berlimpah
Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar (penuh)
dan alirannya deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak
tersedak, dengan cara:
 Ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi diletakkan diatas perut ibu
dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau
 Bayi di tengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi. Dengan posisi ini, maka bayi tidakakan tersedak.

5 Posisi Menyusui

1) Cradle Position
Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir. Caranya yaitu :
Pastikan punggung Anda benar-benar mendukung untuk posisi ini. Jaga
bayi di perut Anda, sampai kulitnya dan kulit Anda saling bersentuhan.
Biarkan tubuhnya menghadap ke arah Anda, dan letakkan kepalanya
pada siku Anda.
2) Cross Cradle Position
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala,
mirip dengan posisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih
besar atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur
atau ibu dengan puting payudara kecil.
3) Football Hold.
Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda
dan bayi terselip di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang
memegang bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang
melahirkan dengan operasi caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara
besar. Tapi, Anda butuh bantal untuk menopang bayi.
4) Laid Back Position
Ibu duduk santai bersandar pada punggung beralaskan bantal, susui
bayi dengan posisi bayi tengkurap di atas perut ibu. Untuk ibu yang
melahirkan caesar, susui bayi dengan posisi bayi tengkurap di atas bahu
ibu, kepala bayi menghadap ke bawah di atas payudara sedangkan kaki
bayi di atas bahu ibu. Posisi ini juga bisa digunakan untuk menyusui
bayi kembar
5) Side Lying
Menyusui dengan berbaring akan memberi Anda lebih banyak
kesempatan untuk bersantai dan juga untuk tidur lebih banyak pada
malam hari. Anda bisa tidur saat bayi menyusu. Dukung punggung dan
kepala bayi dengan bantal. Pastikan bahwa perut bayi menyentuh Anda.

F. Masalah-masalah dalam pemberian ASI


Masalah masalah menyusui pada bayi:
1. Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi
antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber
penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
2. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian
susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme
menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu
pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif,
tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan
gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
 Bayi menolak menyusu
 Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar
 Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
 Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
 Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
3. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun
bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu. Bila bayi
dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan
kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
4. Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang
mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang
disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi
maka:
1. Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
2. Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan
mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga
mencegah bayi tidak kuning.
5. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada
bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan
pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat
menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus
tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot
rahang dan lidah. Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
1. Posisi bayi duduk.
2. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing
pada bibir dan langit-langit).
6. Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar
adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat
menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah
bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit,
berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu
dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota
keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
7. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah
memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada
bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang
tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi
duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat
bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk
mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
8. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku
tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat
menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan
areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan
sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan
kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan
areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan
agar tidak berubah-ubah.
9. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi
masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI.
Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan
menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu
diperhatikan, agar tidak mudah basi.
10. Menyusui dalam Keadaan Darurat
Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi ibu yang
panik sehingga produksi ASI dapat berkurang; makanan pengganti ASI
tidak terkontrol.
Rekomendasi untuk mengatasi keadaan darurat tersebut antara
lain: pemberian ASI harus dilindungi pada keadaan darurat, pemberian
makanan pengganti ASI (PASI) dapat diberikan dalam kondisi tertentu
dan hanya pada waktu dibutuhkan; bila memungkinkan pemberian PASI
tidak menggunakan botol.
G. Masalah masalah menyusui pada ibu :
1. Ibu Melahirkan Dengan Bedah Sesar.
Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tetapi ada
juga yang mempunyai keinginan kuat untuk tetap memberikan ASI pada
bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat
mempengaruhi ASI baik langsung maupun tidak langsung antara lain:
pengaruh pembiusan saat operasi, psikologi ibu. Ibu dengan pasca
persalinan sesar tetap dapat memberikan ASI nya.
Hal yang perlu diperhatikan pada kondisi ini adalah :
a. Mintalah segera mungkin untuk dapat menyusui.
b. Cari posisi yang nyaman untuk menyusui seperti : lying flat on
your back, clutch (football) hold, side lying, cross cradle (transition)
hold.
c. Mintalah dukungan dari keluarga.
d. Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberikan ASI.
2. Ibu Sakit.
Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui.
Justru dengan tetap menyusui, ASI akan melindungi bayi dari penyakit.
Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan dari orang
lain untuk mengurus bayi dan rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap
mendapatkan istirahat yang cukup.
Periksalah ke tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan
pengobatan yang tidak mempengaruhi ASI maupun bayi.
3. Ibu Penderita Hepatitis (hbsag +) Dan Ibu Penderita Hiv/Aids (+).
Masih ada perbedaan pandangan mengenai penularan penyakit
HIV/AIDS atau Hepatitis melalui ASI dari ibu penderita kepada
bayinya. Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS atau
Hepatitis tidak diperkenankan untuk menyusui. Namun demikian, WHO
berpendapat: ibu penderita tetap dianjurkan memberikan ASI kepada
bayinya dengan berbagai pertimbangan. Antara lain: alasan ekonomi,
aspek kesehatan ibu.
4. Ibu penderita TBC paru.
Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui,
karena kuman TBC tidak ditularkan melalui ASI. Ibu tetap diberikan
pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan
pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai
profilaksis. Pengobatan pada ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan
kemudian dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil negatif terapi
INH dihentikan dan imunisasi bayi dengan vaksinasi BCG.

5. Ibu penderita diabetes.


Bayi tetap diberikan ASI, namun kadar gula darahnya tetap
dimonitor.
6. Ibu hamil.
Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil lagi. Dalam hal
ini tidak membahayakan bagi ibu maupun bayi, asalkan asupan gizi
pada saat menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian, perlu
dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat dialami antara lain: puting
susu lecet, keletihan, ASI berkurang, rasa ASI berubah dan dapat terjadi
kontraksi uterus dari isapan bayi.

H. Langkah-langkah Menyusui Yang benar


1. Cuci tangan sebelum menyusui
2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
3. Bersihkan payudara dengan air hangat kemudian lap dengan kain atau
handuk
4. Sebelum menyusui, masase payusara dan asi dikeluarkan sedikit,
kemudian dioleskan pada putting dan sekitar area payudara
5. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara
6. Payudara dipegang dengan ibu jari yang lain menopang dibawah serta
jangan menekan putting susu dan areolanya atau kalang payudaranya saja
7. Bayi diberi rangsang agar membuka mulut bayi dengan menyentuh pipi
dengan putting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
8. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan putting serta kalang payudara
9. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang
atau menyangga payudara
10. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi atau mempertahankan
kontak mata selama menyusui
11. Melepas isapan bayi, setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya
12. Menyendawakan bayi, tujuannya adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya tidak muntah setelah menyusui. Caranya bayi digendong
tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk
perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (Bila tidak bersendawa tunggu
10-15 menit) atau bayi ditengkurapkan dipangkuan ibu kemudian diusap
dan ditepukpunggung bayi secara perlahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air
susu. Bidan / perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam minggu
pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya
agar tidak menimbulkan masalah.
Selain itu, adapun masalah-masalah dalam menyusui yaitu sebagai berikut :
 Bayi Sering Menangis
 Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
 Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
 Bayi dengan Ikterus
 Bayi dengan Bibir Sumbing
 Bayi Kembar
 Bayi Sakit
 Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
 Bayi yang Memerlukan Perawatan
 Menyusui dalam Keadaan Darurat

B. Saran
Adapun saran-saran bagi ibu menyusui yaitu sebagai berikut:
 Memperhatikan keadaan bayi saat menyusui
 Memperhatikan posisi bayi saat menyusui
 Menciptakan suasana yang nyaman saat menyusui
DAFTAR PUSTAKA

 Suherni, dkk. 2009.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta:Fitramaya


 Maryunani, Anik.2009.Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas
(Pospartum).Jakarta:TIM
 http://www.kti-skripsi.com/2010/04/kti-k1ebidanan-cara-menyusui.html
 http://www.google.com/images?um....
 http://www.lusa.web.id/masalah-menyusui-pada-bayi/
 https://www.google.co.id/url?q=http://idr.uin-
antasari.ac.id/6818/5/Bab%25202.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwibsbP9hLDnAh
XlV3wKHVhBBUkQFjABegQICRAB&usg=AOvVaw1Tqrf_JW7SbsRAn9
M58nZg
 https://www.google.co.id/url?q=http://eprints.umpo.ac.id/922/2/BAB%2520I.
pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjH_pOYhbDnAhVa63MBHbcvDPMQFjADegQI
CRAB&usg=AOvVaw2EmUw_6i-KMwYKOvgIbMZ0
 https://id.scribd.com/doc/295746558/Makalah-Post-Partum

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Tujuan......................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah....................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Post Partum…………………...................................... 3
B. Definisi ASI……………………………………………………3
C. Cara Menyusui Yang Baik dan Benar .................................... 4
D. Ciri-ciri dan Faktor Menyusui Bayi Dengan Benar.................. 5
E. Posisi Menyusui…….............................................................. 6
F. Masalah-masalah Dalam Pemberian ASI………........... ………9
G. Masalah-masalah Menyusui Pada Ibu…………………………13
H. Langkah-langkah Menyusi Yang Benar………………………14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. ……...16
B. Saran ........................................................................... ………16
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang
dicurahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu yang
berjudul “TEKNIK MENYUSUI DENGAN BENAR”. Terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman, dan juga orang tua, atas dorongan yang telah diberikan
kepada penyusun sehingga makalah ini dapat terbentuk.
Makalah ini juga tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada penyusun,
kepada dosen penyusun mohon maaf. Kami menyadari sepenuhnya makalah ini
masih jauh dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi
dari semua pihak yang dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat
kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis
sendiri, dan dapat berguna dimasa yang akan datang.

Mataram, 31 Januari 2020

Penyusun
KEBPERAWATAN MATERNITAS
TEKNIK MENYUSUI DENGAN BENAR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4
1. DIAN AGGRAHENI
2. NURUNNISWATI
3. RISTIKA MARTHA DEWI
4. SAFIRA NABILATURRAHMI ASSYIFA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
DIII KEPERAWATAN TINGKAT II/SEMESTER 4
2020

Anda mungkin juga menyukai