PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu Salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan
adalah pentingnya ASI eksklusif bagi kualitas hidup bayi melalui Surat
Keputusan (SK) Menkes RI nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Air Susu
Ibu (ASI) secara ekslusif pada bayi di Indonesia. Dalam SK tersebut
ditetapkan bahwa pemberian ASI eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi
lahir sampai bayi berumur 6 (enam ) bulan dan dilanjutkan sampai anak
berusia 2 tahun bagi yang ingin pemberian ASI secara sempurna.
Sejak diberlakukannya program pemberian ASI eksklusif sejak tahun
2005, tingkat keberhasilan program tersebut masih jauh dari harapan. Hal ini
diduga dengan rendahnya peran serta masyarakat dan pemanfaatan Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia masih rendah. Rendahnya
partisipasi ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif dipicu dengan
semakin gencarnya promosi susu formula yang instan. Oleh karena itu
diperlukan peran serta dan partisipasi pebuh dari seluruh lapisan masyarakat,
khususnya para Bidan dan ibu menyusui.
Upaya memasyarakatkan program pemberian ASI eksklusif
berhubungan dengan pemberian ASI segera (kurang dari 30 menit setelah
lahir) sampai bayi berumur 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik dan paling
ideal bagi bayi. ASI mengandung komposisi nutrisi yang paling lengkap dan
paling mudah dicerna oleh bayi. Selain itu ASI merupakan satu-satunya
sumber gizi yang berkontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
otak serta sistem saraf bayi, kematangan system pencernaan
danperkembangan system kekebalan tubuh.
1
UNICEF (tahun berapa Ibu tolong dilengkapi) menyebutkan bahwa,
ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara pemberian ASI dengan benar,
serta pemasaran susu formula yang dilancarkan secara agresif oleh para
produk susu formula merupakan penghambat bagi terbentuknya kesadaran
orang tua untuk memberikan ASI secara ekslusif pada bayinya. Pada
umumnya tingkat pendidikan ibu khususnya ibu post partum di pedesaan
sangat rendah. Sebagian dari mereka hanya memberikan ASI dengan berbekal
dari informasi yang turun temurun dari masyarakat setempat dan kurang
mendapatkan penyuluhan yang cukup dari tenaga kesehatan. Akibatnya
sebagian besar ibu memberikan makanan selain ASI sebelum bayi berumur 6
bulan.
Badriah (2007:49) ASI eksklusif merupakan makanan utama bayi
sampai usia 6 bulan karena mengandung banyak kalori dan berkomposisi
sempurna zat-zat gizi secara seimbang sehingga dapat menjamin kebutuhan
energi untuk bayi. Proses menyusui bayi juga sangat baik untuk membina rasa
kasih sayang antara ibu dan anak.
B. Rumuan Masalah
1) Pengertian asi ekslusif
2) Manfaat pemberian asi ekslusif
3) Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu post partum tentang ASI
eksklusif
C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang ASI
eksklusif.
2
D. Manfaat
Untuk menambah informasi pada pengembangan kajian Ilmu Gizi
Kesehatan Reproduksi dan Asuhan Kebidanan Neonatus khususnya tentang
ASI eksklusif pada ibu post partum.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang
ditransfer disebut bronchus associated immunocompetent
lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran
pencernaan ditransfer melalui gut associated
immunocompetent lymphoid tissue (GALT). Dalam tinja bayi
yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.
coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah
bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah.
Didalam ASI kecuali antibodi terhadap enterotoksin E.coli,
juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap salmonella
typhi, shigela dan antibodi terhadap virus, seperti roto virus,
polio dan campak
ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu
terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua
zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi,
kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan
perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik
Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi
Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian
susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.
Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan
akan mengurangi kemungkinan alergi
ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
5
Membantu perkembangan rahang dan merangsang
pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada
payudara
ASI mudah dicerna oleh bayi
Mempunyai zat gizi yang sesuai untuk bayi
Mengandung zat protektif
Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Mengurangi kejadian karies dentis
Mengurangi kejadian mal oklusi
Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan
Menigkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai
zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit
Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker
pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita
penyakit jantung
Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI
eksklusif akan lebih bisa cepat jalan
Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,
kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik
6
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan
belum terjadi menstruasi kembali
Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan
pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih
rendah dibanding yang tidak menyusui. Mencegah kanker
hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara
eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberi ASI
secara eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan
kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding yang tidak
menyusui secara eksklusif
Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.
Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada
janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan
lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga
dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak
yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu
akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil
Aspek psikologis
7
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,
rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Mengurangi terjadinya anemia Dapat mengecilkan rahim
Tidak merepotkan dan menghemat waktu
Memberi kepuasan bagi ibu
8
anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan
bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi,
misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan
akut bagian bawah. Kejadian diare paling tinggi terdapat pada
anak di bawah 2 tahun dengan penyebab rotavirus. Anak yang
tetap diberikan ASI, mempunyai volume tinja lebih sedikit,
frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh
dibanding anak yang tidak mendapat ASI
Menghemat devisa Negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu
menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6
milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula
Penghematan devisa untuk pembelian susu formula,
perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung
akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi
komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta
mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.
Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit
dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula
Penghematan untuk biaya rumah sakit terutama sakit muntah-
mencret dan sakit saluran nafas
Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan
Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara
optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan
terjamin
9
Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari
kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi
Indonesia
10
memiliki anak. Media-media yang dibutuhkan untuk meningkatkan penge-
tahuan ibu post partum seperti media poster, lefleat maupun pelaksanaan
program tetap untuk pelaksanaan pendidikan. Padahal sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) di atas bahwa pengetahuan
seseorang salah satunya bisa dipengaruhi oleh massa media atau informasi
yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, lefleat, kerabat dekat dan
sebagainya. Selanjutnya Notoatmodjo (2003) membagi faktor komunikasi
tersebut kedalam empat bentuk, yaitu: Komunikasi Interpersonal,
Komunikasi Tatap Muka, Komunikasi Media Massa dan Komunikasi
Organisasi.
Promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah
suatu kegiatan atau menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan
adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan
peluang bagi individuindividu untuk senantiasa belajar memperbaiki
kesadaran (Literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
(Life skill) demi kepentingan kesehatannya (Nursalam, 2008). Proses
pemberian informasi dalam bentuk pendidikan kesehatan ini tidak lepas
dari tahapan-tahapan penerapan ilmu pengetahuan. Seperti yang
diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) dalam Sari (2009) bahwa suatu
pesan yang diterima oleh individu akan melalui empat tahapan, antara
lain: Awareness (kesadaran), Interest (menarik), Evaluation (menimbang-
nimbang), trial (mencoba). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Puryanto (2012), bahwa pendidikan kesehatan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah di
berikan pendidikan kesehatan yang berarti terdapat pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan ibu Post
partum Tentang ASI Eksklusif. Supaya ibu-ibu yang akan menyusui
mendapatkan informasi yang tepat agar bisa memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya. Karena tanpa pengetahuan yang cukup baik perilaku
pemberian ASI eksklusif hanya akan menjadi wacana saja.
B. Saran
Untuk mengoptimalkan pemberian informasi tersebut diperlukan
penambahan buku-buku terkait ASI eksklusif yang dari segi bahasa lebih
mudah di fahami dan lebih bisa di aplikasikan oleh ibu-ibu menyusui. Selain
itu diperlukan adanya pelatihan-pelatihan bagi tenaga kesehatan agar bisa
lebih mendalami megenai informasi yang terkait dengan ASI eksklusif,
sehingga pada saat akan memberikan pendidikan kesehatan materi yang
disampaikan bisa lebih baik lagi. Diperlukan adanya penambahan mediamedia
yang mendukung pemberian ASI eksklusif seperti media poster dan lefleat.
Selain itu harus ada peningkatan pelaksanaan program tetap dalam pemberian
12
pendidikan kesehatan ASI eksklusif kepada ibu-ibu post partum karena
kebanyakan dari ibu post partum tersebut belum pernah terpapar dengan
informasi yang jelas dan tepat mengenai ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani. (2010). Ibu Susui Aku! Bayi Sehat dan Cerdas dengan ASI. Bandung:
Khazanah Intelektual Arikunto, S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.. (2010).
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
BAPPENAS. (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Indonesia 2010. BAPPENAS atau KPPN Budiman. (2011). Penelitian
Kesehatan Buku Pertama. Bandung: PT Refika Aditama Bobak. (2004).
Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC Dahlan, S. (2012).
Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Dewiyana. (2012).
Memaknai Masa Lampau Demi Kemajuan Masa Depan. Diakses dari
http://dinkes.jatimprov.go.id/ userimage/MEMAKNAIMASA DEPAN.pdf
Fatimaningrum & Arumi. 2009. Perkembangan Neonatal. Dari
http://staff.uny.ac.id/sites/defa ult /files/masa%20neonatal.pdf Fikawati, S.
(2009).
Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 4(3), 120-131. Fitriani, S. (2011).
13
Promosi Kesehatan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8,
No.2, Juli 2013 85 Khasanah, N. (2011).
ASI atau Susu Formula Ya?. Yogyakarta: Flash Books. Laporan Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia 2007 tentang Data Cakupan ASI
Eksklusif Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia 2010
tentang Data Cakupan ASI Eksklusif Maryunani, A. (2012).
Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta:
Trans Info Media. Meadow, R. (2003). Pediatrik Edisi 7. Jakarta: Erlangga
Nurazizah, (2011).
. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara Rudolf, A. (2006). Buku Ajar Pediatrik Rudolph Volume 1.
Jakarta: EGC Santoso. (2008).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan, 2.6 (4), 67-75. Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Setiawati, S. (2008).
Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Info
Media. Setiawati, T. (2011). Hubungan Faktorfaktor Ibu dengan
14