Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN

TINDAKAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA


Relationship Between Knowledge and Hypertension History with Blood Pressure Control in Elderly

Destiara Hesriantica Zaenurrohmah1, Riris Diana Rachmayanti2 1Departemen Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku, FKM UA, destasice@gmail.com 2Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM
UA, riris.diana@fkm.unair.ac.id Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga tatalaksana
penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi yaitu sebanyak
57,6% disusul dengan artritis (51,9%) dan stroke (46,1%). Berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah di
Posandu Melati diketahui bahwa sebagian besar lansia mengalami prehipertensi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi dan riwayat hipertensi dengan
tindakan pengendalian pada lansia di Posyandu Melati, Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode pengambilan
sampel dengan total populasi dengan kriteria inklusi lansia yang melakukan kunjungan ke Posyandu Melati.
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 50 lansia. Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan kuesioner.
Analisis dilakukan menggunakan Chi Square. Hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara riwayat hipertensi
dengan tindakan pengendalian (p = 0,019). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak ada hubungan antara
tindakan pengendalian dan pengetahuan lansia. Hubungan yang terdapat antara riwayat hipertensi dengan
tindakan pengendalian adalah hubungan yang rendah. Disarankan untuk adanya penyebaran informasi tentang
hipertensi pada lansia di Posyandu melalui penyuluhan ataupun adanya media.
Kata kunci: pengetahuan, riwayat hipertensi, tindakan

ABSTRACT
Hypertension is a main cause of morbidity and mortality in Indonesia, thus the treatment of this disease
commonly done in every level of health facilities. Based on Riskesdas 2013 the most diseases toward elderly
is Hypertention up to 57.6% followed by arthritis (51.9%) and stroke (46.1%). Based on blood pressure
measurement in Posyandu Melati known most of elderly have prehypertension. This research aimed to
analyze the relationship between knowledge, hypertention history and blood pressure control of elderly in
Posyandu Melati, Ampel sub district, Semampir distric, Surabaya City. This research was an observational
research with cross sectional approach. Subjects of the research were drawn from the population using total
population with inclusive criteria was elderly that had come to the Posyandu Melati. Number of samples
obtained was 50 elderies. Primary data were collected using questionnaires. Analysis data has done using
univariate and bivariate analysis. After being analyzed, data processed by chi square statistical test. The
result of bivariate analysis was found that variables associated with hypertension history and blood pressure
control (p = 0.019). The conclusion which could be drawn were knowledge was unassociated with blood
pressure control. Hypertension history has low associated with blood pressure control. There is needs of
education or health promotion for elderlies through counseling and medias.

Keywords: knowledge, hypertension history, blood pressure control

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY–SA license doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184
Received 23 March 2017, Received in Revised Form 07 June 2017 Accepted 24 July2017, Published online: 31
August 2017
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 175

PENDAHULUAN Semakin bertambah tua umurnya, proporsi lansia


yang mengalami keluhan kesehatan semakin besar.
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
Sebanyak 37,11 persen penduduk pra lansia mengalami
tahun ka atas, berdasarkan Undang-Undang No. 13
keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, meningkat
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Secara
menjadi 48,39 persen pada lansia muda, meningkat lagi
global populasi lansia di prediksi terus mengalami
menjadi 57,65 persen pada lansia madya, dan proporsi
peningkatan, UN, World Population Properties, The
tertinggi pada lansia tua yaitu sebesar 64,01 persen.
2012 Revolution menyebutkan bahwa proporsi lansia di
Pola yang sama juga terjadi baik menurut tipe daerah
tahun 2013 mencapai 13,4% penduduk dunia,
maupun jenis kelamin.
sedangkan untuk Indonesia proporsi lansia di tahun
2013 mencapai 8,9% dan prediksi terus mengalami Proporsi lansia perempuan yang mengalami
peningkatan hingga tahun 2100. Struktur populasi keluhan kesehatan lebih tinggi daripada lansia laki-
lansia merupakan cerminan dari semakin tinggi rata- laki pada semua kelompok umur. Kemunduran
rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia. fungsi organ tubuh khususnya pada lansia
Tingginya UHH merupakan salah satu indikator
menyebabkan kelompok ini rawan terhadap
keberhasilan pencapaian pembangunan nasional
serangan berbagai penyakit kronis, seperti diabetes
melitus, stroke, gagal ginjal, kanker, hipertensi, dan
terutama di bidang kesehatan.
jantung. Adapun jenis keluhan kesehatan yang
paling banyak dialami lansia adalah keluhan lainnya,
yaitu jenis keluhan kesehatan yang secara khusus
memang diderita lansia seperti asam urat, darah
tinggi, darah rendah, reumatik, diabetes, dan
berbagai jenis penyakit kronis lainnya (BPS, 2014).

Tabel 1. Masalah Kesehatan Lanjut Usia


Masalah Prevalensi
Kesehatan 55-64 tahun 65-74 tahun ≥ 75 tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik RI, 2015 Hipertensi 45.9 57.6 63.8
Gambar 1. Usia Harapan Hidup Indonesia Tahun Artritis 45 51.9 54.8
2008-2015 dan Proyeksi Tahun 2030- Stroke 33 46.1 67
2035 PPOK 5.6 8.6 9.4
DM 5.5 4.8 3.5
Usia Harapan Hidup di Indonesia mengalami Kanker 3.2 3.9 5
peningkatan seperti pada gambar 1. Pada gambar Penyakit 2.8 3.6 3.2
tersebut peningkatan terjadi dari 69,0 pada tahun Jantung
2008 menjadi 70,8 pada tahun 2015 dan proyeksi Coroner 1.3 1.2 1.1
tahun 2030-2035 mencapai 72,2 tahun. Berdasarkan Batu Ginjal 0.7 0.9 1.1
data Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Gagal Jantung 0.5 0.5 0.6
Indonesia, 2015 menyebutkan bahwa penduduk Sumber: Riskesdas 2013, Kementerian Kesehatan
lansia paling banyak adalah perempuan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling Tabel 1 adalah tabel hasil Riskesdas 2013.
tinggi adalah perempuan. Penyakit terbanyak pada lanjut usia berdasarkan
Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi
terganggunya aktivitas sehari-hari, namun terjadinya (57,6%), artritis (51,9%), Stroke (46,1%), masalah
keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami gigi dan mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif
oleh penduduk dapat menggambarkan tingkat/ menahun (8,6%) dan diabetes mellitus (4,8%).
derajat kesehatan secara kasar. Bertambahnya umur, Sementara itu dengan bertambahnya usia, gangguan
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses fungsional akan meningkat dengan ditunjukkan
penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak
terjadinya disabilitas.
muncul pada lanjut usia. Masalah degeneratif juga
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama
menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia rentan
mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga
terkena infeksi penyakit menular.
tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang
176 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

sangat umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas diberikan di Puskesmas yaitu memberikan pelayanan
kesehatan. Pedoman Praktis klinis ini disusun untuk yang baik, berkualitas dan berkesinambungan untuk
memudahkan para tenaga kesehatan di Indonesia dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia
dalam menangani hipertensi terutama yang berkaitan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas, melakukan
dengan kelainan jantung dan pembuluh darah. koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 siklus hidup dan melakukan kerjasama dengan lintas
juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia sektor, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan usaha dengan asas kemitraan.
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 Kelompok lansia atau dikenal juga dengan
juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara sebutan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut
maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah
termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Penyakit suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk
Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi. lansia dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan
dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, pada upaya promotif dan preventif. Jumlah
57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 Posyandu Lansia terbanyak berada di Provinsi Jawa
tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2016). Timur yaitu berjumlah 54.522 Posyandu Lansia
Menurut data Riskesdas Provinsi Jawa Timur (Direktorat BUKD, Kemenkes RI, 2015).
prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2%. Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan dalam
Prevalensi penyakit hipertensi tertinggi terdapat dua kategori yaitu non farmakologi dan secara
pada kelompok usia ≥ 75 tahun yaitu 62,4%. farmakologis. Upaya non farmakologis adalah
Prevalensi hipertensi di kota Surabaya mencapai dengan menjalani pola hidup sehat seperti menjaga
22,0% (BPPK Kemenkes, 2013). berat badan, mengurangi asupan garam, melakukan
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam olahraga, mengurangi konsumsi alkohol dan tidak
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan merokok. Terapi farmakologis adalah tatalaksana
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit hipertensi menggunakan obat (Ann et al, 2015).
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila Pada penelitian yang dilakukan oleh Tri (2013)
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan menyatakan bahwa terdapat hubungan tingkat
yang memadai. Penyakit hipertensi dapat menyebabkan pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya
berbagai komplikasi. Hipertensi mencetuskan pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di
timbulnya plak aterosklerotik di arteri serebral dan Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten
arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera Karanganyar.
iskemik dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang Berdasarkan pengkajian data PKL diketahui
(Yonata, 2016). beberapa permasalahan kesehatan yang terdapat di
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 Kelurahan Ampel RW 5 khususnya RT 1-5. Salah satu
kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. permasalahan kesehatan yang kerap kali muncul adalah
Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian penyakit degeneratif yang diderita oleh kelompok usia
karena penyakit jantung dan 51% kematian karena lanjut. Hal tersebut diperkuat dengan data pada
penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh Posyandu Melati yaitu, hasil pengukuran tekanan
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung darah. Sebagian besar lansia termasuk pada kriteria
koroner dan stroke diperkirakan akan terus prehipertensi dengan persentase sekitar 53,31% pada
meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun tekanan darah sistolik dan prehipertensi sebanyak
2030 (Infodatin Jantung, 2014). 67,69% pada tekanan darah diastolik. Sehingga, perlu
Hasil laporan Badan Litbangkes untuk registrasi adanya penelitian lebih lanjut untuk menganalisis
penyebab kematian di 15 kabupaten/kota tahun 2011, hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi
proporsi penyebab kematian kelompok lansia (umur 55- dan riwayat hipertensi pada lansia dengan tindakan
64 tahun dan > 65) yang paling tinggi adalah stroke dan pengendalian tekanan darah.
ischaemic heart diseases (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pemerintah telah METODE
melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan lansia
sehat, mandiri, berkualitas dan produktif. Bentuk Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif
pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang dengan metode observasional dengan pendekatan
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 177

Cross Sectional. Tujuan penelitian ini yaitu Pola jawaban untuk pertanyaan tindakan
menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian yaitu Ya; yang berarti melakukan, dan
tindakan pada lansia. Penelitian ini dilakukan pada Tidak; untuk lansia yang tidak melakukan tindakan
bulan Maret 2017 di Posyandu Lansia Melati pengendalian. Lansia yang melakukan tindakan
Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kota pengendalian di beri skor satu dan yang tidak
Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah para melakukan tindakan pencegahan diberi skor 0.
lansia di Posyandu Melati dengan besar populasi 65 Penilaian jawaban tindakan pengendalian adalah
lansia. Metode pengambilan sampel dengan total total jawaban dibagi 12 × 100%. Setelah diketahui
populasi. Agar kriteria sampel tidak menyimpang dari total skor tindakan pengendalian lansia, dilakukan
populasinya, maka sebelum pengambilan sampel perlu interpretasi skoring yang dibagi dalam 3 kategori
ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun yaitu tindakan pengendalian kurang (persentase ≤
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) lansia 56%), tindakan pengendalian cukup (persentase 57-
yang melakukan kunjungan ke Posyandu Melati; 2) 75%) dan tindakan pengendalian baik (persentase ≥
lansia yang bersedia menjadi responden. Kriteria 76%). Data yang telah dikumpulkan dianalisis
eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) lansia yang dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis
tidak melakukan kunjungan ke Posyandu Melati; univariat penelitian untuk mendeskripsikan
2) lansia yang menolak menjadi responden. Sesuai distribusi penelitian dengan menampilkan frekuensi
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dan persentase setiap variabel. Sedangkan analisis
ditetapkan, sampel dalam penelitian ini sejumlah 50 bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
lansia. variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Data hasil penelitian diolah menggunakan Chi
pengetahuan lansia dan riwayat hipertensi lansia. Square untuk menganalisis hubungan antara variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan. bebas dan terikat. Apabila uji Chi Square tidak
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer memenuhi syarat, maka alternatif uji yang dapat
yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan digunakan adalah Fisher’s Exact Test. Interpretasi
responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner hasil menggunakan derajat kemaknaan (a) sebesar
pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup terdiri atas 5%, jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dengan
pertanyaan tentang variabel yang akan diteliti. kata lain terdapat hubungan antara dua variabel yang
Variabel pengetahuan terdiri atas beberapa topik diuji. Sebaliknya, jika p value > 0,05 maka Ho
pertanyaan mengenai hipertensi antara lain diterima yang berarti tidak ada hubungan antar
pengertian: penyebab, gejala, dan pengendalian kedua variabel yang diuji.
tekanan darah. Pola jawaban pertanyaan benar dan
salah. Jawaban benar akan diberi skor dua dan HASIL
jawaban salah akan diberi skor 0. Seluruh jawaban
benar responden dijumlah di bagi 3 dan dikali 100%. Posyandu Melati adalah Posyandu lansia yang
Setelah diketahui total skor pengetahuan lansia, berada di Kelurahan Ampel tepatnya di RW V.
dilakukan interpretasi skoring yang dibagi dalam 3 Kegiatan dalam posyandu berupa: penimbangan
kategori yaitu pengetahuan kurang (persentase ≤ berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
56%), pengetahuan cukup (persentase 57-75%) dan tensi, dan pemberian PMT. Pada waktu tertentu
pengetahuan baik (persentase ≥ 76%). terdapat kunjungan Puskesmas keliling. Puskesmas
Skala interpretasi pengetahuan dilakukan sesuai keliling ini dimanfaatkan lansia untuk melakukan
dengan pengukuran pengetahuan oleh Wawan dalam pemeriksaan dan pengobatan.
Aditya (2012). Variabel riwayat hipertensi
Gambaran Karakteristik Lansia
dibedakan dalam 4 kategori antara lain: riwayat
hipertensi diri sendiri, keluarga, dan diri sendiri, dan Karakteristik responden yang berjumlah 50 lansia
tidak ada riwayat hipertensi. Pertanyaan riwayat akan disajikan dalam bentuk tabel yaitu Tabel 2.
hipertensi dijawab dengan melakukan checklist Karakteristik yang dikaji dalam penelitian ini antara
jawaban sesuai yang lansia alami. Variabel tindakan lain tingkat Pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan
pengendalian terbagi dalam 2 topik pertanyaan yaitu responden, riwayat hipertensi dan tindakan
tindakan pengendalian makan dan tindakan pengendalian.
pengendalian aktivitas.
178 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

Tabel 2. Distribusi Karakteristik, Pengetahuan dan Lansia yang menempuh pendidikan hingga SMA
Tindakan Lansia Posyandu Melati, hanya 12%, bahkan tidak ada lansia yang menempuh
Kelurahan Ampel Kota Surabaya, Tahun Pendidikan hingga perguruan tinggi. Lansia yang
2017 melakukan kunjungan Posyandu mayoritas adalah
Karakteristik Responden n % perempuan yaitu sebesar 80%. Hal ini karena
sebagian besar peserta posyandu lansia berjenis
Pendidikan Terakhir Lansia kelamin perempuan.
Tidak sekolah 2 4 Riwayat hipertensi lansia terbagi dalam 4 kategori
SD 34 68
yaitu riwayat hipertensi dari diri sendiri, keluarga, diri
SMP 8 16
sendiri dan keluarga, dan tidak ada riwayat hipertensi.
SLTA 6 12
Jenis Kelamin Riwayat hipertensi diri sendiri yaitu lansia yang
Laki-laki 10 20 mengalami hipertensi. Riwayat hipertensi dari keluarga
Perempuan 40 80 yaitu hanya keluarga yang mengalami hipertensi,
Riwayat Hipertensi sedangkan lansia yang bersangkutan tidak mengalami
Diri sendiri 22 44 hipertensi. Riwayat hipertensi dari diri sendiri dan
Keluarga 5 10 keluarga yaitu lansia mengalami hipertensi ditambah
Diri sendiri dan keluarga 9 18 terdapat keluarga yang mengalami hipertensi. Lansia
Tidak ada riwayat 14 28 yang tidak memiliki riwayat hipertensi yaitu lansia
Pengetahuan Lansia yang tidak mengalami hipertensi baik dari diri lansia
Baik 15 30 maupun keluarga. Pada penelitian ini sebagian besar
Cukup 35 70 lansia memiliki riwayat hipertensi pada diri sendiri
Tindakan pengendalian 50 100 yaitu sebesar 44%.
Baik Riwayat hipertensi lansia dikelompokkan dalam
dua kategori yaitu ada riwayat hipertensi dan tidak ada
Karakteristik Lansia riwayat hipertensi. Ada riwayat hipertensi antara lain
Pendidikan terakhir lansia dalam penelitian ini terdiri dari lansia yang memiliki riwayat hipertensi dari
tergolong masih rendah, karena mayoritas lansia diri sendiri, keluarga, serta diri sendiri dan keluarga.
berpendidikan sekolah dasar yaitu sejumlah 68%. Jumlah lansia yang ada riwayat hipertensi adalah 36

Tabel 3. Distribusi Tindakan Pengendalian Tekanan Darah pada Lansia Posyandu Melati, Kelurahan Ampel
Kota Surabaya, Tahun 2017
Riwayat Hipertensi
Tindakan pengendalian Ada riwayat Hipertensi Tidak ada riwayat Hipertensi
Ya Tidak Ya Tidak
n (%) n (%) n (%) n (%)
Pengendalian makan
Mengurangi konsumsi garam 34 94,4 1 2,8 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi sayur 24 66,7 12 33,3 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi makanan tinggi 9 25,0 27 75,0 3 21,4 11 78,6
kolesterol
Mengonsumsi buah 26 72,2 10 27,8 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi makanan kaleng 2 5,6 34 94,4 0 0 14 100
Mengonsumsi makanan yang 5 13,9 31 86,1 3 21,4 11 78,6
diasinkan
Pengendalian aktifitas
Lansia merokok 0 0 36 100 1 7,1 13 92,9
Menghindari perokok 31 86,1 5 13,9 10 71,4 4 28,6
Menjaga berat badan 33 91,7 3 8,3 10 71,4 4 28,6
Mengukur tekanan darah secara 34 94,4 2 5,6 12 85,7 2 14,3
berkala
Melakukan olahraga 26 72,2 10 27,8 9 64,3 5 35,7
Melakukan aktifitas sederhana 26 72,2 10 27,8 9 69,2 4 30,8
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 179

lansia. Sedangkan tidak ada riwayat hipertensi hanya Tabel 4 menunjukkan hasil uji chi square yang
terdiri dari lansia yang tidak memiliki hipertensi diperoleh sebesar p = 1,00 dengan a = 0,05. Maka
yaitu 14 lansia. diperoleh p > a, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang
Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi signifikan antara pengetahuan dengan tindakan
Lansia yang memiliki pengetahuan yang cukup pengendalian tekanan darah pada lansia.
terkait dengan hipertensi sebanyak 70%. Artinya
Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Tindakan
lansia memiliki pengetahuan tentang hipertensi,
namun masih belum sepenuhnya memahami pengendalian Tekanan Darah pada Lansia
pengetahuan tentang hipertensi. Sebelumnya telah disebutkan bahwa riwayat
hipertensi lansia terbagi dalam 4 kategori akan
Tindakan Pengendalian Tekanan Darah
dimasukkan kedalam 2 kategori. Kategori ada
Tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia riwayat hipertensi merupakan lansia dengan riwayat
sudah 100% baik. Hal ini berarti bahwa seluruh lansia diri sendiri, keluarga, dan riwayat diri sendiri dan
posyandu telah melakukan tindakan dengan baik keluarga. Sedangkan kategori tidak ada riwayat
meskipun, pengetahuan yang dimilikinya masih dalam hipertensi merupakan kategori yang sama dengan
kategori cukup. Distribusi tindakan pengendalian yang sebelumnya.
dilakukan lansia terdapat pada 2 kelompok lansia yaitu
yang memiliki riwayat hipertensi dan lansia yang tidak Tabel 5. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan
memiliki hipertensi. Pada tiap kelompok tersebut dapat Tindakan Pengendalian pada Lansia
diketahui jumlah dan persentase lansia yang melakukan Posyandu Melati, Kelurahan Ampel Kota
atau tidak melakukan tindakan pengendalian. Surabaya, Tahun 2017
Pendistribusian tindakan pengendalian dilakukan untuk Riwayat Hipertensi Tindakan pengendalian
melihat kecenderungan tindakan pengendalian yang
Baik Cukup Baik
dilakukan oleh lansia. Sehingga dapat diketahui
n % n %
kecenderungan arah tindakan pengendalian. Tindakan
Ada riwayat Hipertensi 36 76,6 0 0
lansia dibagi dalam 2 kelompok yaitu tindakan
Tidak ada riwayat 11 23,4 3 100
pengendalian makan dan tindakan pengendalian
Hipertensi
aktivitas. Distribusi tindakan digambarkan dalam Tabel
3. Total 47 100 3 100
Keterangan p = 0,019
Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan
pengendalian Tekanan Darah pada Lansia Tabel 5 menunjukkan hasil uji Chi Square
Tabulasi silang antara pengetahuan lansia dengan dengan nilai p = 0,019 dengan a = 0,05 sehingga
tindakan dilakukan untuk mengetahui apakah ada nilai p < a, maka Ho di tolak dan H1 diterima.
hubungan pengetahuan dengan tindakan Berdasarkan hasil uji tersebut dapat diartikan bahwa
pengendalian tekanan darah pada lansia. Untuk lebih terdapat hubungan antara tindakan pengendalian
jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini. dengan riwayat hipertensi pada lansia. Keeratan
hubungan antara kedua variabel tergolong rendah.
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan
Pengendalian pada Lansia di Posyandu PEMBAHASAN
Melati Kelurahan Ampel Kota Surabaya
Tahun 2017 Karakteristik Responden
Pengetahuan Tindakan Pengendalian
Mayoritas lansia memiliki tingkat pendidikan yang
Baik Cukup Baik rendah yaitu tingkat sekolah dasar (SD) sejumlah 68%
n % n % lansia. Pendidikan akan berpengaruh pada penyerapan
Baik 14 29,7 1 33,3 informasi seseorang. Semakin tinggi tingkat
Cukup 33 70,2 2 66,7 pendidikan, akan memudahkan seseorang untuk
Total 47 100 3 100 menyerap informasi. Orang yang memiliki pendidikan
Keterangan: p value = 1,00 tinggi cenderung lebih tinggi mengalami
180 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

hipertensi daripada orang yang memiliki pendidikan namun hal ini tidak selalu terjadi. Meskipun sudah
rendah. Pendidikan berhubungan nyata dengan gaya tersedia bukti yang menunjukkan bahwa penyakit
hidup, stress dan status gizi. Pendidikan berkaitan darah tinggi berhubungan dengan genetik, masih
dengan pekerjaan dan penghasilan yang diterima, sulit untuk menentukan secara pasti tingkat risiko
besarnya penghasilan seseorang berpengaruh penyakit darah tinggi (Nisa, 2012).
terhadap preferensi makan seseorang (Nur, 2009).
Pendidikan terakhir lansia tidak menghalangi Pengetahuan Responden
lansia dalam memperoleh pengetahuan. Karena Sebagian besar lansia memiliki pengetahuan
pengetahuan mengenai kesehatan tidak hanya yang cukup mengenai hipertensi yaitu sejumlah
diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan 70%. Tidak ada lansia yang memiliki pengetahuan
mengenai kesehatan dapat diperoleh dari berbagai kurang mengenai hipertensi meskipun tingkat
sumber. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendidikan lansia sebagian besar pada tingkat SD.
yang memengaruhi seseorang dalam menyerap dan Hal tersebut karena informasi mengenai kesehatan
memahami pengetahuan yang diperolehnya. dapat diperoleh dari berbagai sumber tidak hanya
Semakin banyak informasi yang masuk, maka dari pendidikan formal seperti dari petugas
semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh, kesehatan, media dan sumber lainnya. Kondisi
termasuk pengetahuan kesehatan (Yusinta, 2014). tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa semakin
Mayoritas lansia dalam penelitian ini berjenis banyak orang mendapatkan informasi baik dari
kelamin perempuan, ini berkaitan dengan jumlah lingkungan keluarga, tetangga, media cetak maupun
kunjungan lansia. Lansia perempuan yang petugas kesehatan dapat memengaruhi tingkat
melakukan kunjungan ke Posyandu Melati lebih pengetahuan seseorang (Marini dalam Aditya,
banyak jika dibandingkan dengan lansia laki-laki. 2009).
Jumlah kehadiran lansia sesuai dengan data presensi
lansia Posyandu Melati. Presensi lansia Posyandu Tindakan Pengendalian
Melati mayoritas jenis kelamin perempuan. Pada Seluruh lansia Posyandu sudah melakukan tindakan
data pendahuluan telah disebutkan bahwa sebagian dengan baik. Hal ini diperoleh dari jawaban lansia
besar lansia mengalami prehipertensi baik pada mengenai tindakan pengendalian yang menunjukkan
tekanan darah sistole maupun diastole. Data bahwa 100% lansia telah melakukan tindakan
pendahuluan tentang kejadian hipertensi yang
pengendalian dengan baik. Tindakan dilakukan dengan
diperoleh tidak membedakan jenis kelamin lansia.
modifikasi makanan dan aktivitas fisik. Hal ini selaras
Hal tersebut selaras dengan pernyataan bahwa setiap
dengan penelitian sebelumnya yaitu seseorang yang
orang laki-laki dan perempuan memiliki risiko untuk
merokok tidak akan menderita hipertensi selama orang
terkena hipertensi. Beberapa faktor risiko hipertensi
tersebut melakukan pola makan sehat dan aktivitas
yang tidak dapat dikontrol seperti usia, etnis, dan ras
fisik (olahraga) secara teratur. Hal ini terjadi karena
(Center for Disease Control and Prevention, 2014).
melakukan pola makan sehat dan aktivitas fisik secara
Berdasarkan riwayat hipertensi, diketahui bahwa
teratur akan menjadikan seseorang memiliki risiko
sebagian besar lansia memiliki riwayat hipertensi.
yang kecil untuk menderita hipertensi (Lasianjayani,
Riwayat hipertensi yang dimiliki lansia merupakan
2014). Hal ini dapat terjadi karena apa yang telah
gabungan dari riwayat hipertensi diri sendiri,
dilakukan responden selama ini merupakan tindakan
keluarga, dan riwayat hipertensi diri sendiri dan
yang mengarah pada upaya pencegahan hipertensi
keluarga. Hal tersebut selaras dengan penelitian
meskipun responden tidak menyadari bahwa dari segi
sebelumnya yaitu riwayat keluarga dengan
pengetahuan responden masih kurang (Tri, 2013).
hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor
risiko terjadinya hipertensi sebesar 4,04
Tindakan pengendalian dikelompokkan dalam dua
dibandingkan orang yang memiliki orangtua tidak
kategori yaitu, pengendalian makan dan pengendalian
menderita hipertensi (Sugiharto, 2007).
aktivitas. Tindakan pengendalian makan yang paling
Individu yang memiliki riwayat keluarga
banyak dilakukan oleh lansia secara keseluruhan adalah
menderita hipertensi memiliki risiko terkena
mengurangi konsumsi garam. Pengurangan konsumsi
hipertensi 14,378 kali lebih besar dibandingkan
garam yang dilakukan dapat secara langsung maupun
dengan individu tanpa riwayat keluarga menderita
pada olahan makanan seperti asinan. Jumlah lansia yang
hipertensi (Nuarima, 2012). Penyakit darah tinggi
melakukan tindakan tersebut adalah 34 dan 31 lansia
dapat diwariskan kepada keturunan melalui gen,
pada kelompok yang memiliki riwayat
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 181

hipertensi dan 9 dan 11 lansia pada kelompok yang Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan
tidak memiliki riwayat hipertensi. Kondisi tersebut kondisi pengetahuan cukup. Hal tersebut berarti
dapat terjadi karena umumnya responden memiliki tindakan yang baik tidak hanya dimiliki oleh lansia
pengetahuan bahwa makanan asin dapat menjadi yang memiliki pengetahuan yang baik saja. Lansia
penyebab hipertensi. Selain itu, lansia telah yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak
melakukan diet makanan agar terhindar dari melakukan tindakan pengendalian jika dibandingkan
penyakit degeneratif lain. dengan lansia dengan pengetahuan baik. Lansia pada
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam umumnya telah melakukan tindakan baik secara
tubuh. Garam menarik cairan di luar sel untuk masuk sadar ataupun tidak mereka sadari. Tindakan sudah
ke dalam sel, sehingga akan meningkatkan volume dan menjadi aktivitas yang biasa mereka lakukan. Lansia
tekanan darah (Dirjen PP & PL, 2006). Makanan seringkali menjaga konsumsi makan mereka.
mengandung tinggi natrium yang sering dikonsumsi Tindakan tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan.
dapat memengaruhi tekanan darah (Astria, 2009). Diet Lansia melakukan pengendalian tekanan darah sebagai
rendah garam bermanfaat untuk mengurangi dosis obat akibat dari diet makan dari suatu penyakit tertentu.
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Pada Permasalahan kesehatan yang seringkali muncul pada
pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2 dianjurkan untuk lansia tidak hanya satu penyakit, melainkan beberapa
mengurangi asupan garam, dan tidak melebihi 2 gr/ penyakit atau yang sering disebut multi morbiditas. Hal
hari (Ann et., al, 2015). ini terjadi karena lansia mengalami penurunan fungsi
Tindakan pengendalian dalam pengendalian fisiologis. Multi morbiditas akan meningkat seiring
aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh lansia dengan kenaikan usia seseorang. Kelompok lansia
adalah mengukur tekanan darah secara berkala baik. rentan dalam menghadapi berbagai infeksi. Kerentanan
Jumlah lansia yang melakukan tindakan tersebut adalah lansia terjadi karena penurunan produksi
34 lansia yang memiliki riwayat hipertensi dan 12 immunoglobulin sebagai antibodi dan menurunnya
lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi. respons sistem kekebalan tubuh, adanya penyakit
Tindakan pengukuran tekanan darah secara berkala penyerta yang timbul setelah terjadinya penurunan
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dalam struktur dan fungsi organ tubuh, gangguan fungsional
kegiatan Posyandu. Pemeriksaan tekanan darah secara tubuh, mal-nutrisi yang menyebabkan rentan terkena
berkala dapat dikatakan sebagai tindakan pengendalian, penyakit infeksi, dan kondisi sanitasi lingkungan yang
karena dapat diketahui lebih dini bila terjadi buruk (Anorital, 2015).
peningkatan tekanan darah. Lansia yang melakukan tindakan pengendalian
Orang yang memiliki risiko mengalami tekanan cukup memiliki proporsi yang lebih kecil, karena
darah tinggi dianjurkan untuk memeriksakan tekanan sebagian besar lansia telah melakukan tindakan
darah lebih sering, sebaiknya setahun sekali (Torang, pengendalian dengan baik. Proporsi yang lebih kecil
2015). Rutin mengukur tekanan darah adalah langkah yang melakukan tindakan pengendalian cukup dan
penting untuk menjaga tekanan darah. Hal ini pengetahuan pada tingkat cukup dapat disebabkan
disebabkan karena tekanan darah tinggi dan oleh beberapa hal antara lain seperti, lansia belum
prehipertensi sering kali terjadi tanpa adanya gejala. mengetahui dampak dari hipertensi, cara mencegah,
Mengecek tekanan darah secara rutin adalah cara untuk ataupun gejalanya. Hal tersebut sesuai dengan
memastikan ada tidaknya tekanan darah tinggi pernyataan bahwa responden yang memiliki
(Centers of Disease Control dan Prevention, 2014). pengetahuan dan tindakan kurang, terjadi karena
responden belum mengetahui dampak dari hipertensi
Hubungan Pengetahuan tentang dan tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak
Hipertensi dengan Tindakan Pengendalian terjadi hipertensi pada dirinya (Agung, 2016)
Pengetahuan lansia dalam penelitian ini termasuk Hasil uji chi Square diketahui bahwa antara
dalam pengetahuan cukup. Seluruh lansia sudah pengetahuan dan pengendalian hipertensi pada
melakukan tindakan pengendalian dengan baik. lansia tidak memiliki hubungan. Hal ini selaras
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dengan pernyataan bahwa apabila taraf nilai
pengetahuan lansia 70,2% cukup dan ini sejalan kesalahan a lebih kecil dari nilai p maka Ho diterima
dengan tindakan pengendalian yang baik. Sejumlah dan H1 ditolak, berarti tidak terdapat hubungan
29,7% lansia yang memiliki pengetahuan yang baik, (Sugiyono, 2011). Hasil penelitian ini bertolak
melakukan tindakan pengendalian yang baik. belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri
(2013) yang
182 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan Hubungan Riwayat Hipertensi dengan


dengan upaya pencegahan. Tidak adanya hubungan Tindakan Pengendalian pada Lansia
antara pengetahuan dan pencegahan hipertensi pada Riwayat hipertensi adalah salah satu faktor risiko
lansia selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan terjadinya hipertensi pada lansia. Sejumlah 76,6%
oleh Agung (2016). lansia yang memiliki riwayat hipertensi melakukan
Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat tindakan pengendalian baik. Lansia yang tidak
pengetahuan dengan tindakan pengendalian tekanan memiliki riwayat hipertensi tidak berarti lansia tidak
darah. Pengetahuan yang baik tidak menjadi jaminan melakukan tindakan pengendalian. Pada penelitian ini,
dapat memengaruhi tindakan yang baik. Pengetahuan 23,4% lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi
dapat diperoleh dengan berbagai cara, baik inisiatif
melakukan tindakan pengendalian dengan baik.
sendiri ataupun orang lain secara visual, audio maupun
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa
audio-visual. Selain itu juga pengetahuan dapat
tindakan dilakukan tidak hanya pada lansia yang
diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar yang
memiliki riwayat hipertensi. Orang yang tidak biasa
baik bersifat formal maupun informal. Tindakan tidak
berolahraga memiliki risiko terkena hipertensi
selalu berasal dari pengetahuan yang baik. Tindakan
sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan orang yang
pengendalian seringkali dilakukan tanpa sadar karena
memiliki kebiasaan olahraga ideal dan orang yang
sudah menjadi kebiasaan.
biasa melakukan olahraga tidak ideal memiliki risiko
Tingkat pengetahuan yang baik, tidak selalu terkena hipertensi sebesar 3,46 kali dibandingkan
terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Dalam dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga
mewujudkan pengetahuan menjadi perilaku nyata, ideal (Nuarima, 2012).
dipengaruhi faktor lain seperti faktor pendukung Pada kategori tindakan pengendalian cukup
diantaranya ketersediaan sarana fasilitas, dukungan hanya dilakukan pada lansia yang tidak memiliki
keluarga, petugas kesehatan dan kemampuan untuk hipertensi dan ini dalam jumlah yang sedikit. Lansia
memenuhi segala kebutuhan dalam perilaku yang tidak memiliki riwayat hipertensi cenderung
pencegahan (Agus, 2012). tidak melakukan diet makanan dan pengendalian
Keluarga seringkali berpengaruh pada tindakan aktivitas. Lansia tersebut tidak merasa memiliki
seseorang. Meskipun lansia tidak memiliki risiko untuk sakit sehingga dapat bebas melakukan
pengetahuan yang baik tentang hipertensi tetapi aktivitas dan memilih makanan. Kejadian hipertensi
memiliki keluarga yang mendukung untuk lebih tinggi pada orang yang memiliki kebiasaan
melakukan tindakan tersebut maka lansia tersebut konsumsi makanan asin dan makanan awetan
akan melakukan tindakan pengendalian. Hal ini dengan frekuensi kadang-kadang atau jarang,
berkaitan dengan beban tanggungan, lansia termasuk daripada orang yang mengonsumsinya dengan
dalam kelompok orang yang tidak produktif. frekuensi sering (Nur, 2009). Kejadian hipertensi
Kelompok tidak produktif akan ditanggung oleh lebih tinggi pada orang yang tidak memiliki
kelompok produktif. Sesuai dengan pernyataan kebiasaan aktivitas fisik seperti berjalan kaki atau
bahwa angka beban tanggungan Indonesia sebesar bersepeda. Sebaliknya, orang yang memiliki
48,63% artinya setiap 100 orang penduduk yang aktivitas fisik kumulatif yang cukup cenderung lebih
masih produktif akan menanggung 48 orang yang kecil mengalami hipertensi (Nur, 2009).
tidak produktif di Indonesia (Infodatin, 2016). Berdasarkan hasil uji Chi Square antara riwayat
Dukungan keluarga berperan dalam membantu hipertensi dengan tindakan pengendalian diketahui
lansia dalam melakukan diet hipertensi. Adanya bahwa terdapat hubungan antara riwayat hipertensi
informasi dari anggota keluarga mengenai hipertensi dengan tindakan pengendalian. Keeratan hubungan yang
tentang apa yang disarankan tenaga kesehatan terjadi antara kedua variabel adalah rendah. Adanya
menjadikan modal bagi responden untuk melakukan hubungan antara kedua variabel tersebut disebabkan
hal tersebut (Tri, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa oleh beberapa hal, salah satunya adalah keluarga yang
semakin rendah pengetahuan keluarga maka peluang memiliki riwayat hipertensi akan melakukan tindakan
untuk terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun pengendalian secara turun temurun. Sehingga, terkadang
sebaliknya, ditunjang dengan kesadaran yang baik responden tidak menyadari bahwa aktivitas yang
serta persepsi yang benar juga akan berdampak dilakukan dapat mengendalikan tekanan darah karena
terhadap upaya pencegahan yang baik pula sudah menjadi kebiasaan. Tindakan pengendalian yang
(Aminudin, 2013).
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 183

menjadi kebiasaan contohnya seperti pola makan, Terdapat hubungan antara riwayat hipertensi
kebiasaan olahraga, kegemukan. Hal ini sesuai dengan tindakan pengendalian. Hal ini berkaitan
dengan pernyataan bahwa faktor hereditas yang dengan kesadaran lansia yang memiliki risiko
ditekankan bukan dari segi genetik, melainkan lebih terkena hipertensi. Orang yang memiliki riwayat
kepada pola makan yang menurun dalam keluarga. hipertensi akan berisiko terkena hipertensi lebih
Kecenderungan terjadinya hipertensi dalam keluarga besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki
dapat diakibatkan kesamaan pola makan orang tua riwayat hipertensi. Orang yang memiliki risiko
dan anak (Astria, 2009). terkena suatu penyakit akan berusaha untuk
Ada hubungan antara faktor keturunan dengan melakukan tindakan pengendalian secara dini.
kejadian hipertensi. Faktor lain yang berhubungan Saran
dengan kejadian hipertensi antara lain faktor pola
makan, merokok dan alkohol (Rina, 2015). Anggota Saran yang dapat diberikan sebagai bahan
keluarga berbagi gen, perilaku, gaya hidup dan pertimbangan berdasarkan bahan penelitian yang
lingkungan yang dapat berpengaruh pada kesehatan telah diperoleh perlu adanya penyebaran informasi
dan risiko mereka untuk terkena penyakit. Tekanan terkait kesehatan, khususnya informasi tentang
darah tinggi dapat terjadi dalam sebuah keluarga, hipertensi baik dalam bentuk penyuluhan, ataupun
dan risiko terkena tekanan darah tinggi akan media. Media diperlukan bagi lansia untuk
meningkat berdasarkan usia, ras dan etnis. Faktor meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi dan
genetik, berperan pada terjadinya tekanan darah, tindakan pengendaliannya. Sehingga lansia dapat
penyakit jantung dan kondisi terkait lain. Risiko mempertahankan aktivitas tersebut dan
terkena tekanan darah tinggi dapat meningkat memperbaiki. Bagi lansia yang belum melakukan
apabila terdapat kombinasi faktor keturunan dan tindakan pengendalian, dapat dijadikan motivasi
pilihan gaya hidup yang tidak sehat, seperti untuk melakukan tindakan tersebut.
merokok, dan diet makanan yang tidak sehat
(Centers of Disease Control and Prevention, 2014). REFERENSI
Selain hal diatas, keterkaitan antara tindakan
pengendalian dengan riwayat hipertensi dapat Aditya, D. 2012. Perbedaan Tingkat Pengetahuan
diperkuat dengan pernyataan bahwa seorang penderita Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah
yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer Endemis dan Non Endemis. Laporan Hasil Karya
(esensial), apabila dibiarkan secara alamiah bersama Tulis Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana
lingkungannya, akan menyebabkan hipertensinya Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan Diponegoro. (Online) Tersedia di: http://eprints.
timbul berbagai gejala-gejala lain (Widjaja, 2012). undip . ac . id/37500/1/DIMAS _ ADITYA _
Sesuai pernyataan diatas, maka seseorang yang RAHADIAN_G2A008060_LAPORAN_KTI.pdf
memiliki riwayat hipertensi dianjurkan untuk (Sitasi 17 Maret 2017)
melakukan tindakan pengendalian. Tindakan tersebut Agung, A., M, Jane., E. Iyone. 2016. Hubungan
bertujuan untuk memperkecil risiko dan mencegah Tingkat Pengetahuan Masyarakat dengan
adanya komplikasi terkait dengan hipertensi. Tindakan di Desa Motoboi Kecil Kecamatan
Kotamobagu Selatan. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik. Vol. IV No.1.
SIMPULAN DAN SARAN Agus, T. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Stroke Dengan Perilaku Pencegahan
Simpulan
Stroke Pada Klien Hipertensi Di Puskesmas Depok
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat Ii Sleman Yogyakarta. (Online) Tersedia di: http://
hubungan antara pengetahuan dengan tindakan journal.respati.ac.id/ index.php/ilmukeperawatan/
pencegahan. Pengetahuan lansia mengenai hipertensi article/download/211/185 (Sitasi 05 Maret 2017)
cukup, meskipun mayoritas lansia berpendidikan Ann, A., Erwianto., Sari A., Barack, Rossana.,
sekolah dasar tidak menjadi penghambat lansia untuk Hersunarti, Nani., Anna, Antonia., dkk. 2015.
meningkatkan pengetahuan. Tindakan pengendalian Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
lansia sudah baik, tetapi lansia tidak menyadari bahwa Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter Spesialis
apa yang mereka lakukan selama ini merupakan Kardiovaskular Indonesia.
tindakan pengendalian karena tindakan tersebut sudah Astria, M. 2009. Faktor Hereditas, Obesitas dan
menjadi kebiasaan sehari-hari. Asupan Natrium Terhadap Kejadian Hipertensi.
184 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Nur, Farida. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas
Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Timur. Badan Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dan Pengembangan. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Penduduk RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Lanjut Usia. Katalog BPS: 4104001. Indonesia. Bhakti Husada: Kementerian
Centers for Disease Control and Prevention. 2014. Kesehatan RI.
High Blood Pressure. (Online) Tersedia di: Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
https:// www.cdc.gov /bloodpressure/ RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Kementerian
family_history.htm (Sitasi 19 Maret 2017) Kesehatan RI.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman RI. 2014. Infodatin Situasi Kesehatan Jantung.
Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Kementerian Kesehatan RI.
Hipertensi. Indonesia Sehat 2010. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Hikmarida, F. 2014. Keeratan Penyimpanan dan RI.
Pencatatan dengan Kualitas Rantai Dingin Vaksin 2016. Infodatin Situasi Lanjut Usia di Indonesia.
DPT di Puskesmas. Jurnal Berkala Epidemiologi, Kementerian Kesehatan RI.
Volume 2, No. 3. (Online) Tersedia di: http://e- Rina, P. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan
journal.unair.ac.id/ index.php/JBE/article/ dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita
view/1304/1063 (Sitasi 20 Maret 2017) Rawat Inap di RSU Sari Mutiara Medan Tahun
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset 2014. Jurnal Ilmiah Keperawatan. Vol 1, No. 1.
Kesehatan Dasar. Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Krisna, B. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di
Keluarga dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Kabupaten Karanganyar). Tesis. Program studi
pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Magister Epidemiologi Program Sarjana
Sangkah Surakarta. Srkipsi. Fakultas Ilmu Universitas Diponegoro Semarang.
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
2013. (Online) Tersedia di: http://eprints. ums.ac.id/ Penerbit Alfabeta.
28855/ 19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf (Sitasi 05 Torang, R. 2015. Mengenal Hipertensi. RSUD DR
Maret 2017) Soewandi. (Online) Tersedia di: http: // rs-
Lansianjayani, T., Martini, S. 2014. Hubungan soewandhi.surabaya.go.id/profil.php?get=det_
antara Obesitas dan Perilaku Merokok Terhadap artikel&artikel=14 (Sitasi 22 Maret 2017)
Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Tri, P. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Epidemiologi. Volume 2, No. 3. tentang Hipertensi dengan Upaya Pencegaham
Marini, D., 2009 Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Kekambuhan Hipertensi pada Lansia di Desa
Tindakan mengenai DBD pada Keluarga di Bulukan Kecamatan Colomadu Kab.
Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009) [Under Karanganyar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
graduate Thesis]. Medan: Universitas Sumatera Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Utara. 2009 (Online) Tersedia di: http://repository. Wawan A., Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran
usu.ac.id/bitstream/123456789/14267/1/10E00022.pdf Pengetahuan, Sikap dan. Perilaku Manusia.
(Sitasi 20 Maret 2017) Yogyakarta: Nuha Medika; . p. 11-18.
Nisa, I., 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Widjaja, R. 2012. Penyakit Kronis Tindakan,
Penyakit Darah Tinggi Lebih aman, Mudah, Pencegahan, Pengobatan Secara Medis Maupun
Murah dan Berkhasiat. Jakarta Timur: Dunia Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Sehat. Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai
Nuarima, A. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority
Masyarakat di Desa Kabongan Kiduk, Kabupaten Vol. 5 No. 3.
Rembang. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Christy, M.Y. 2014. Faktor yang Berhubungan
Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran dengan Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita di
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol. 2, No. 3, p. .297-308.

Anda mungkin juga menyukai