MAKALAH
Oleh
Kelompok 14
MAKALAH
disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas
dengan dosen pengampu: Ns.Ratna Sari, M.Kep
oleh
Aisatul Zulfa
142310101029
142310101050
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah Asuhan Keperawatan Klien Dengan Distosia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
berguna dan bermanfaat bagi semuanya.
Jember, September
2016
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman Judul
..ii
Kata Pengantar
..iii
Daftar Isi
...iv
Bab 1 Pendahuluan
1.1Latar belakang 1
1.2Tujuan .1
1.3Implikasi keperawatan 2
Bab 2 Tinjauan Teori
2.1
Pengertian3
2.2
Epidemiologi3
2.3 Etiologi
3
2.4 Tanda dan gejala
..4
2.5 Patofisiologi dan Pathway...
.4
2.6 Komplikasi & prognosis
..5
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persalinan normal adalah suatu keadaan fisiologis, normal dapat sendiri
bersalin dan posisi ibu saat melahirkan. Dengan keseimbangan dengan faktor P
tersebut persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada
satu atau lebih faktor P ini, cepat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya
persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu
penyebab adalahgawat janin. Distosia berpengaruh buruk terhadap ibu maupun
janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat menentukan prognosis ibu dan janin
1.2
1.
2.
3.
1.3
Tujuan
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan maternitas
Untuk mengetahui konsep medis distosia
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan distosia
Implikasi Keperawatan
Pengertian
Distosia adalah kelahiran yang sulit, berlangsung lama dan
(Eutocia)
presentasi
belakang
kepala
berlangsung
yang
normal.
(sulistyawati, 2010)
Kejadian distosia bahu dilaporkan kurang dari 1% terjadi
dari 0,15% sampai 0,6% persalinan (varneys 2004:436)
2.3
Etiologi
pendukung.
Tanda dan gejala
Distosia Power yang disebabkan karena kekuatan atau tenaga yang mendorong
bayi keluar kurang kuat yaitu karena kelainan his: inersia uteri atau kelemahan his
karena cara mengejan kurang tepat sehingga menyebabkan tenaga cepat habis dan
dehidrasi. His yang normal terlihat ketika tonus otot rahim di luar rahim rendah,
lalu meningkat pada waktu his. Tetapi pada distosia power tonus otot rahim tetap
rendah ketika pada waktu his. Pada kala pembukaan serviks ada dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif yang digambarkan pada cervicogram. Kontraksi rahim
dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri lalu menjalar ke
seluruh otot rahim. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu, lebih lama dari bagianbagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak
sekuat kontraksi di fundus uteri.
Distosia Passenger atau kelainan letak atau kelainan janin yang meliputi
letak kepala, letak sungsang, letak lintang, presentasi ganda atau rangkap,
kelainan bentuk dan besar janin, tali pusat menumbung. Distosia Passage atau
kelainan jalan lahir meliputi panggul sempit, dan tumor yang mempersempit jalan
lahir. Distosia Psikis dapat terjadi karena kelainan dasar ketidakmatangan emosi
maupun psikoseksual yang disebabkan oleh faktor ketakutan yang berlebihan
ketika masa hamil, riwayat psikiatri abnormal, riwayat perkawinan abnormal,
riwayat obstetri abnormal dan riwayat kelahiran cacat atau meninggal. Berbagai
rangsangan baik secara psikologis, maupun psikososial yang merupakan ancaman
gangguan pada sistem homeostasis tubuh dapat memicu response stress. Pada saat
seseorang mengalami stress atau jika tubuh bertemu dengan stressor, tubuh akan
mengaktifkan respon saraf dan hormon untuk melaksanakan tindakan-tindakan
pertahanan untuk mengatasi keadaan darurat. Respon umum atau general
adaptation syndrome dikendalikan oleh hipotalamus, hipotalamus menerima
masukan mengenai stresor fisik dan psikologis dari hampir semua daerah di otak
dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon hipotalamus secara
langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis. Ketika terjadi stress vasokonstriksi
arteriole di ginjal oleh katekolamin yang meningkat secara tidak langsung
memicu sekresi rennin.
Distosia menyebabkan partus menjadi lama yang mengakibatkan kondisi
ibu menjadi kelelahan, penurunan semangat, dehidrasi, asidosis, infeksi dan resiko
ruptura uteri. Perlunya intervensi bedah meningatkan mortalitas dan morbiditas.
Ketoasidosis dengan sendirinya dapat mengakibatkan aktivitas uterus yang buruk
dan memperlama persalinan. Akibat pada janin meliputi trauma, asidosis,
PATHWAYS
Kelainan
bentuk dan
letak janin
Kelainan
tenaga
Kurang pengetahuan
ttg cara mengejan
yang benar
Kelainan jalan
lahir
Kelainan respon
psikologis
PAP sempit
Katekolamin
Janin
kesulitan
melewati
Kontraksi tidak
sinkron dengan
tenaga
Vasokontriksi
pembuluh darah
Kesulitan
persalinan/mace
t
Tenaga cepat
habis
His/kontraks
i uterus
DISTOSI
A
Partus lama
Tonus otot
Obstruksi
mekanis
pada
penurunan
janin
Penekanan
pada jalan
lahir
Penekanan
kepala janin
pada panggul
Rencana
tindakan SC
Energi ibu
Jalan lahir
terpapar
terlalu lama
dg udara luar
Katekolamin
Resiko
cedera
maternal
Menekan
saraf
Respon
hipotalamus
Pengeluaran
mediator
nyeri
Respon
nyeri
Nyeri akut
Resiko
cedera
janin
hipermetabolis
me
Resiko
kekurangan
volume
cairan dan
elektrolit
Patogen
mudah
masuk
Resiko
infeksi
Stress
Ansieta
s
2.6
permanen
Fraktura humerus
Gawat janin
Asfiksia janin
Sepsis neonatus
Kaput suksedaneum dan molase pada kepala janin
2.6.2 Prognosis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
besar, letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara
sempurna dan bagian terendah harus turun sampai dasar panggul sebelum ukuran
terbesar kepala melewati PAP (Pintu Atas Panggul). Angka kematian perinatal
pada presentasi muka adalah 2,5 5%.
Bila terjadi ruptur uteri spontan atau ruptur traumatik akibat versi dan
ekstraksi yang buruk atau terlambat, dapat terjadi kematian. Bila diagnosis
berhasil ditegakkan secara dini dan penanganannya tepat, prognosis baik.
2.7
Pencegahan
WIB
pembukaan
lengkap
dan
memulai
proses
ada ketombe.
Mata : konjungtiva anemis.
Thorax : pernapasan 30x per menit
Abdomen : kontraksi uterus panjang, kuat dan berulang
Vulva dan vagina : air ketuban belum pecah,
Panggul : pada pemeriksaan panggul luar, tidak ada
3.3 Perencanaan
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah dilakukan
perawatan 4x24 jam
kebutuhan rasa
nyaman terpenuhi dan
nyeri berkurang.
Kriteria hasil:
1. klien tidak
merasakan nyeri lagi
2. Klien tampak rileks
3. Kontraksi uterus
efektif
4. kemajuan
persalinan baik
1. Tentukan sifat,
lokasi, dan durasi
nyeri, kaji kontraksi
uterus, hemiragic
dan nyeri tekan
abdomen.
2. kaji intensitas
nyeri klien dengan
skala nyeri
3.
berikan
lingkungan
yang
nyaman,
tenang,
dan aktivitas untuk
mengalihkan nyeri,
bantu
klien
menggunakan
teknik relaksasi
4.
kuatkan
dukungan sosial
5.
kolaborasi
pemberian narkotik
atau sedative
1.
Membantu
dalam
mendiagnosa dan memilih
tindakan, penekanan kepala
pada
servik
yang
berlangsung
lama
akan
menyebabkan nyeri
2. setiap individu memiliki
tingkat ambang nyeri yang
berbeda, dengan skala dapat
diketahui intensitas nyeri
klien
3. Teknik relaksasi dapat
mengalihkan perhatian dan
mengurangi rasa nyeri
4.
Denagn
kehadiran
keluarga
akan
membuat
klien nyaman, dan dapat
mengurangi
tingkat
kecemasan dalam melewati
persalinan
5. Pemberian sedative dapat
mengurangi
nyeri
yang
hebat
2.
Setelah dilakukan
perawatan 1x24 jam
tidak terjadi cedera
pada ibu.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada laserasi
derajat 3 atau 4
2. Tidak ada ruptur
Tinjau
ulang
riwayat
persalinan,awitan
dan durasi
2.
Catat
waktu/jenis
obat.hindari
pemberian narkotik
dan anastesi blok
epidural
sampai
serviks dilatasi 4
cm.
3. Evaluasi tingkat
keletihan
yang
menyertai,serta
aktifitas
dan
istirahat,sebelum
awitan persalinan
4.
Kaji
pola
kontraksi uterus
5. Catat kondisi
serviks.pantau
tanda amnionitis.]
catat peningkatan
suhu atau jumlah
sel
darah
putih;catat
bau
dan rabas vagina
1.
Membantu
dalam
mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab,
kebutuhan
pemeriksaan
diagnostik dan intervensi
yang tepat
2. Sedatif yang diberikan
terlalu
dini
dapat
menghambat
atau
menghentikan
persalinan
3.
Kelelahan
ibu
yang
berlebihan
menimbulkan
disfungsi
sekunder,
atau
mungkin
akibat
dari
persalinan lama
4.Disfungsi kontraksi dapat
memperlama
persalinan,meningkakan
resiko
komplikasi
maternal/janin
5. Serviks kaku atau tidak
siap tidak akan dilatasi,
menghambat penurunan
janin/kemajuan
persalinan.
terjadi
amniositis
secara
langsung
dihubungkan
dengan lamanya persalinan
1.
3.
6.
Catat
penonjolan, posisi
janin
dan
pressentasi janin.
7. Anjurkan klien
berkemih setiap 12 jam.kaji terhadap
penuhan kandung
kemih
diatas
simfisis
pubis
8. Tempatkan klien
pada
posisi
rekumben
lateral
dan anjurkan tirah
baring
atau
ambulasi
sesuai
toleransi
9. Bantu dengan
persiapan
seksio
sesaria
sesuai
indikasi
untuk
malposisi,
CPD
atau cincin bandl
Setelah
dilakukan 1. Pantau masukan
perawatan 2x24 jam dan
keluaran
tidak terjadi deficit cairan
cairan tubuh.
2. Pantau tanda
1. Membandingkan apakah
pemasukan dan pengeluaran
seimbang sehingga tidak
terjadi dehidrasi
cairan
3.4 Pelaksanaan
Kriteria hasil:
1. TTV di batas normal
2. Kulit elastis
3. CRT < 2 detik
3. Mukosa lembab
4.
DJJ
160180
x/menit
N
O
1.
2.
Diagnosa Keperawatan
IMPLEMENTASI
3.
3.5 Evaluasi
N
O
1.
2.
Diagnosa Keperawatan
IMPLEMENTASI
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang distosia dan problem solving. Selain itu memberikan informasi atau health
education mengenai distosia kepada masyarakat. Diharapkan masyarakat dapat
menghindari hal-hal yang menyebabkan distosia dan meningkatkan pola hidup
sehat serta perlu diketahui bahwa distosia yang tidak ditangani dengan tepat dapat
menyebabkan komplikasi yang fatal.
DAFTAR PUSTAKA