Anda di halaman 1dari 17

ABSES CEREBRI PADA ANAK

Ananta Fittonia Benvenuto


Residen Ilmu Penyakit Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
anantabenvenuto@gmail.com

ABSTRAK
Abses intrakranial merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun ini adalah suatu kondisi
infeksi yang serius, yang dapat mengancam jiwa. Kondisi-kondisi abses intrakranial yang
termasuk di dalamnya diantaranya adalah abses cerebri dan empiema subdural ataupun
ekstradural. Pengklasifikasiannya sendiri disesuaikan dengan lokasi anatomis atau agen yang
menjadi penyebabnya.
Abses intrakranial sendiri dapat berasal dari infeksi struktur organ yang berdekatan dengan
otak (misalnya, otitis media, infeksi gigi, mastoiditis, sinusitis), sebagai efek sekunder dari
penyebaran secara hematogen yang berasal dari organ yang agak jauh (terutama pada pasien
dengan penyakit jantung bawaan sianotik), setelah trauma di daerah kepala ataupun pasca operasi,
dan pada kondisi yang jarang terjadi yaitu mengikuti terjadinya meningitis sebelumnya. Pada
setidaknya 15% kasus, tidak ada sumber infeksi ataupun sumber penyebaran yang dapat
diidentifikasi. Dimana tatalaksana yang dapat dilakukan dengan pembedahan dikombinasi dengan
pemberian antibiotik.

Kata kunci : Abses Serebri, Anak, Penyebaran Hematogen, Percontinuatum

PENDAHULUAN meliputi bakteri, jamur dan parasit


Infeksi sistem saraf pusat (SSP) tertentu. Mikroorganisme tersebut
dan sekuelnya masih memiliki peran mencapai substansia otak melalui aliran
yang cukup besar terhadap angka darah, perluasan infeksi sekitar otak, luka
morbiditas di masyarakat. Abses serebri tembus trauma kepala dan kelainan
adalah masalah kesehatan universal kardiopulmoner. Pada beberapa kasus
dengan angka morbiditas dan mortalitas tidak diketahui sumber infeksinya.
yang tinggi, sehingga penyakit ini Abses intrakranial merupakan
merupakan beban yang cukup tinggi bagi kondisi yang jarang terjadi, namun ini
pelayanan kesehatan di seluruh dunia. adalah suatu kondisi infeksi yang serius,
Angka kejadian yang sebenarnya dari yang dapat mengancam jiwa. Kondisi-
abses serebri tidak diketahui dengan kondisi abses intrakranial yang termasuk
pasti. Laki-laki lebih sering mengalami di dalamnya diantaranya adalah abses
abses serebri daripada perempuan dengan serebri dan empiema subdural ataupun
perbandingan 2:1. ekstradural. Pengklasifikasiannya sendiri
Abses serebri pada anak jarang disesuaikan dengan lokasi anatomis atau
ditemukan dan di Indonesia juga belum agen yang menjadi penyebabnya.
banyak dilaporkan. Pada beberapa Walaupun teknologi kedokteran
penderita dihubungkan dengan untuk mendiagnosis seperti CT scan dan
kelainan jantung bawaan sianotik. juga MRI, serta perkembangan antibiotik
Mikroorganisme penyebab abses serebri saat ini telah mengalami kemajuan,

340
namun angka kematian penyakit abses hematogen dari tempat yang jauh, atau
serebri tetap masih tinggi yaitu sekitar secara langsung seperti trauma kepala
10-60% atau rata-rata 40%. Namun, tetap dan operasi kraniotomi. Abses yang
perlu diakui adanya penurunan angka terjadi oleh penyebaran hematogen dapat
kematian sebesar 5 – 15% pada kasus pada setiap bagian otak, tetapi paling
abses serebri ini. Penyakit ini sudah sering pada pertemuan substansia alba
jarang dijumpai terutama di negara- dan grisea; sedangkan yang
negara maju, namun karena resiko perkontinuitatum biasanya berlokasi pada
kematiannya tinggi, abses serebri daerah dekat permukaan otak pada lobus
termasuk golongan penyakit infeksi yang tertentu. Abses serebri bersifat soliter
mengancam kehidupan masyarakat. atau multipel. Yang multipel biasanya
Abses serebri dapat terjadi di dua ditemukan pada penyakit jantung bawaan
hemisfer, dan kira-kira 80% kasus dapat sianotik, dimana adanya shunt kanan ke
terjadi di lobus frontal, parietal, dan kiri akan menyebabkan darah sistemik
temporal. Abses serebri di lobus selalu tidak jenuh sehingga secara
occipital, serebelum dan batang otak sekunder terjadi polisitemia. Polisitemia
terjadi pada sekitar 20% kasus. ini memudahkan terjadinya trombo-
Abses intrakranial sendiri dapat emboli.
berasal dari infeksi struktur organ yang Gejala klinik abses serebri berupa
berdekatan dengan otak (misalnya, otitis tanda-tanda infeksi yaitu demam,
media, infeksi gigi, mastoiditis, sinusitis), anoreksi dan malaise, peninggian tekanan
sebagai efek sekunder dari penyebaran intrakranial serta gejala neurologis fokal
secara hematogen yang berasal dari organ sesuai lokalisasi abses. Terapi abses
yang agak jauh (terutama pada pasien serebri terdiri dari pemberian antibiotik
dengan penyakit jantung bawaan dan pembedahan. Tanpa pengobatan,
sianotik), setelah trauma di daerah kepala prognosis abses serebri dapat menjadi
ataupun pasca operasi, dan pada kondisi jelek.
yang jarang terjadi yaitu mengikuti
terjadinya meningitis sebelumnya. Pada PEMBAHASAN
setidaknya 15% kasus, tidak ada sumber Definisi
infeksi ataupun sumber penyebaran yang Abses serebri merupakan infeksi
dapat diidentifikasi. intraserebral fokal yang awalnya
Abses serebri dapat terjadi akibat merupakan suatu serebritis yang
penyebaran perkontinuitatum dari fokus terlokalisasi dan berkembang menjadi
infeksi di sekitar otak maupun secara kumpulan pus yang dikelilingi oleh

341
kapsul disebabkan oleh berbagai macam intermedius. Organisme lain yang
bakteri, jamur dan protozoa. termasuk dominan adalah organisme dari
spesies Prevotella dan Fusobacterium
Etiologi serta fragilis B. Golongan
Mikroba yang menjadi penyebab Enterobacteriaceae yang cukup dominan
tergantung pada usia pasien, lokasi diantaranya Klebsiella pneumoniae,
infeksi primer, dan status imunitas Escherichia coli, dan spesies Proteus.
pasien. Bakteri bentuk bulat anaerob dan Spesies Pseudomonas dan anaerob
mikroaerofilik serta batang anaerob gram lainnya (Veillonella, Eubacterium)
negatif dan gram positif merupakan isolat merupakan organisme yang termasuk
dari mikroba yang paling penting. cukup dominan dalam menyebabkan
Sebagian besar abses serebri merupakan abses serebri.
polimikrobial, atau disebabkan oleh
banyak bakteri. Flora di mulut yang Patofisiologi
bersifat anaerob pada umumnya berasal Abses serebri disebabkan oleh
dari telinga dan sinus yang terinfeksi dan peradangan intrakranial dengan kondisi
juga merupakan anaerob di dalam pembentukan abses sebagai
abdomen (yang berasal dari grup kelanjutannya. Lokasi intrakranial yang
Bacteroides fragilis). Biasanya dapat paling sering ialah di area frontal-
mencapai rongga intrakranial melalui temporal, frontal-parietal, parietal,
proses bakteremia. serebelum, dan lobus oksipital. Regio
Organisme yang dominan pada frontotemporal merupakan lokasi
proses terjadinya abses serebri salah tersering dari abses serebri.
satunya adalah Staphylococcus Infeksi sendiri dapat memasuki
aureus, termasuk methicillin-resistant kompartemen intrakranial secara
staphylococcus aureus (MRSA). langsung ataupun tidak langsung melalui
Golongan Streptococcus lainnya 3 rute. Rute yang menjadi jalur
merupakan organisme yang bersifat penyebaran untuk menyebabkan
aerob, anaerob, dan mikroaerofilik, terjadinya infeksi intrakranial diantaranya
termasuk Streptococcus alpha-hemolytic adanya fokus supuratif yang berdekatan
dan Streptococcus anginosus (milleri). dengan intrakranial (45-50% kasus),
Organisme yang termasuk dalam adanya kondisi trauma (10% kasus), dan
golongan tersebut diantaranya berasal dari fokus infeksi yang jauh dapat
Streptococcus anginosus, Streptococcus menyebar secara hematogen (25%
constellatus, dan Streptococcus kasus).

342
1. Fokus supuratif yang berdekatan retrograde; dan abses serebri,
Penyebaran langsung biasanya epidural, dan subdural.
menyebabkan abses serebri tunggal Jaringan vena tanpa katup yang
dan dapat terjadi dari daerah nekrotik menghubungkan sistem vena
pada osteomielitis di dinding posterior intracranial dan pembuluh darah pada
sinus frontalis, sinus sphenoid dan mukosa sinus memberikan jalur
ethmoid, infeksi gigi daerah alternatif dari masuknya bakteri
mandibula, serta dari otitis media menuju intrakranial. Tromboflebitis
subakut dan kronis dan juga berasal dari pembuluh darah mukosa
mastoiditis. Rute langsung ini secara progresif melibatkan pembuluh
penyebarann intrakranial lebih sering darah emissary pada tengkorak, sinus
terkait dengan infeksi otitis subakut venosus dural, pembuluh darah
dan kronis serta mastoiditis subdural, hingga pembuluh darah
dibandingkan dengan sinusitis. cerebral. Dengan mode ini, ruang
Otitis media subakut dan kronis subdural dapat terinfeksi secara
serta mastoiditis umumnya menyebar selektif tanpa kontaminasi dari
ke lobus temporal inferior dan struktur perantara; empyema subdural
cerebellum. Sinusitis frontal atau bisa ada tanpa bukti infeksi
ethmoid menyebar ke lobus frontalis. ekstradural atau osteomyelitis.
Infeksi odontogenik dapat menyebar Penyebaran intrakranial dari
ke intrakranial melalui penyebaran infeksi melalui jalur vena biasa terjadi
langsung ataupun melalui jalur pada penyakit sinus paranasal,
hematogen. Infeksi odontogenik regio terutama pada peradangan kronis
mandibula juga biasanya menyebar ke eksaserbasi akut. Otitis media kronis
lobus frontalis. dan mastoiditis umumnya menyebar
Frekuensi abses serebri akibat ke lobus temporal inferior dan
infeksi telinga telah menurun di cerebellum, menyebabkan infeksi
negara-negara maju. Namun, abses sinus frontal atau ethmoid dan infeksi
yang merupakan komplikasi dari gigi dari lobus frontal.
sinusitis tidak menurun frekuensinya. 2. Trauma
Penyebaran yang berdekatan bisa Trauma yang menyebabkan
meluas ke berbagai lokasi di sistem fraktur tengkorak terbuka
saraf pusat, menyebabkan trombosis memungkinkan organisme untuk
sinus kavernosus; meningitis langsung berada dan berkembang biak
di otak. Abses serebri juga dapat

343
terjadi sebagai komplikasi dari operasi hasil dari ukuran dan lokasi dari
intrakranial, dan juga adanya benda space-occupying lesion ataupun
asing, seperti ujung pensil, sisa-sisa lesi itu sendiri.
rumput, peluru, dan pecahan peluru. Trias demam, sakit kepala
Kadang abses serebri bisa (seringnya berat dan terasa di sisi
berkembang setelah trauma pada yang mengalami abses), dan defisit
wajah. neurologis fokal terjadi pada
3. Penyebaran secara hematogen dari kurang dari setengah pasien yang
fokus infeksi yang jauh mengalami abses intrakranial.
Abses serebri lebih sering Gejala yang sering dirasakan oleh
bermultiplikasi dan bermultilokulasi pasien adalah adanya sakit kepala,
dan sering ditemukan dalam distribusi pada 70% kasus, perubahan status
arteri serebri media. Lobus yang mental (mungkin menunjukkan
paling sering terkena efeknya adalah adanya edema serebri) pada 65%
lobus frontalis, temporalis, parietalis, kasus, adanya defisit neurologis
cerebellum, dan terakhir occipital. fokal pada 65% kasus. Dapat pula
Penyebaran hematogen adanya keluhan demam pada 50%
berhubungan dengan penyakit jantung kasus, mual dan muntah pada 40%
sianotik (terutama pada anak-anak), kasus, kejang pada 25-35% kasus,
malformasi arteri dan vena adanya kaku kuduk pada 25%
pulmonalis, endokarditis, infeksi kasus, serta ditemukannya
paru-paru kronis (misalnya, abses, papilledema pada 25% kasus. Sakit
empyema, bronkiektasis), infeksi kepala yang mendadak memburuk,
kulit, infeksi daerah abdomen dan diikuti oleh tanda-tanda kegawatan
pelvis, neutropenia, transplantasi, meningismus, sering dikaitkan
dilatasi esofagus, penggunaan obat- dengan rupturnya abses.
obatan injeksi, dan infeksi HIV. b. Pemeriksaan fisik
4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari abses
a. Anamnesis serebri awalnya tidak spesifik, hal
Sebanyak sekitar dua pertiga ini dapat menyebabkan
pasien, gejala akan muncul selama keterlambatan diagnosis. Abses
2 minggu atau kurang. Tampilan serebri biasanya bermanifestasi
klinis berkisar dari lambat sampai seperti gejala space-occupying
dengan kondisi yang fulminan. lesion. Manifestasi klinis yang
Kebanyakan gejala merupakan cukup sering muncul adalah anak

344
tampak cenderung mengantuk dan memunculkan gejala sakit kepala,
tampak kebingungan. Anak dapat afasia ipsilateral (menyesuaikan
mengalami stupor dan penurunan hemisfer yang dominan), dan
kesadaran. Dapat adanya kejang defek penglihatan. Abses di regio
umum atau fokal, dan mual oksipital biasanya memunculkan
ataupun muntah. Adanya gangguan adanya kaku kuduk.
motorik atau sensorik fokal, Pada tahap awal infeksi,
papilledema, ataxia, hemiparesis, abses dapat bermanifestasi sebagai
dan kaku kuduk. bentuk nonspesifik dari ensefalitis
Tanda-tanda neurologis disertai tanda-tanda peningkatan
lokal dapat ditemukan pada tekanan intrakranial. Sakit kepala
kebanyakan pasien. Tanda-tanda yang berhubungan dengan abses
dan/atau gejala yang muncul serebri secara bertahap dapat
biasanya merupakan kondisi yang berkembang atau tiba-tiba dalam
menunjukkan fungsi langsung dari kondisi gawat dan sering
lokasi abses intracranial. Abses di terlokalisasi pada sisi abses. Hal
cerebellum biasanya akan ini sering berat dan tidak hilang
memberikan gejala adanya dengan obat-obatan anti nyeri yang
nystagmus, ataksia, muntah, dan ringan.
dysmetria (koordinasi gerakan Papilledema dapat
anggota tubuh terganggu). Abses berkembang pada anak yang lebih
di batang otak biasanya akan tua dan orang dewasa, dan juga
memunculkan gejalan dan tanda bayi muda mungkin menghambat
adanya kelemahan otot-otot wajah, fontanel yang menonjol. Ini adalah
sakit kepala, demam, muntah, ekspresi lambat dari edema serebri.
disfagia, dan hemiparesis. Ruptur dari abses serebri dapat
Adanya abses di regio menghasilkan meningitis purulen
frontal dapat memunculkan gejala yang terkait dengan tanda-tanda
adanya sakit kepala, gangguan gangguan neurologis.
konsentrasi, mengantuk, perubahan Muntah biasanya
status mental, gangguan bicara, berkembang terkait hubungannya
hemiparesis dengan tanda-tanda dengan peningkatan tekanan
gangguan motorik unilateral, dan intrakranial. Perubahan status
kejang tipe grand mal. Abses di mental (letargi sampai dengan
lobus temporal dapat koma) mungkin menunjukkan

345
adanya edema serebri yang berat. kontraindikasi jika terdapat
Gejala klinis yang spesifik peningkatan tekanan intrakranial
merupakan karakteristik dari oleh karena berpotensi menjadi
beberapa kondisi yang patogen. herniasi di sistem saraf pusat
5. Pemeriksaan Penunjang hingga kematian. Hasilnya
a. Pemeriksaan laboratorium rutin biasanya tidak menguntungkan,
Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari peningkatan kadar
yang sering dilakukan pada abses protein, pleositosis dengan jumlah
serebri adalah pemeriksaan darah neutrofil yang bervariasi, kadar
lengkap dengan hitung jenis glukosa normal, dan hasil kultur
leukosit, pemeriksaan laju endap steril. Lumbal pungsi sebagian
darah (LED), serum C-reactive besar bermakna untuk
protein (CRP). Dapat pula menyingkirkan proses penyakit
dilakukan tes serologi untuk lainnya, terutama meningitis
beberapa pathogen, misalnya bakterial. Gambaran CT scan atau
antibodi serum immunoglobulin G, MRI sebelum lumbal pungsi
polymerase chain reaction (PCR) mutlak diindikasikan pada adanya
dari cairan cerebrospinal untuk setiap temuan neurologis fokal
Toxoplasma. Pemeriksaan kultur atau papilledema.
darah sebaiknya dilakukan Angka leukosit biasanya
sebelum penggunaan antibiotik. tinggi, mencapai 100.000/μL atau
Hasil-hasil yang didapatkan lebih tinggi bila abses mengalami
biasanya terdapat leukositosis ruptur ke dalam ventrikel. Banyak
moderat, dan kadar LED sering eritrosit umumnya diamati pada
ditemukan meningkat pada hingga waktu itu, dan kadar asam laktat
dua pertiga pasien serta CRP cairan serebrospinal kemudian
umumnya meningkat. Kadar meningkat ke lebih dari 500 mg.
natrium serum mungkin rendah c. Aspirasi Abses
karena ketidaksesuaian produksi Aspirasi abses biasanya
hormon antidiuretik. Jumlah diperoleh melalui CT stereotactic
trombosit dapat tinggi ataupun atau operasi. Dari aspirasi tersebut
rendah. dapat dilakukan pemeriksaan
b. Cairan Serebrospinal kultur aspirat abses untuk aerob,
Lumbal pungsi jarang anaerob, dan organisme tahan
dibenarkan dan merupakan asam serta jamur. Dapat dilakukan

346
pengecatan gram, pengecatan Metode ini digunakan untuk
tahan asam (untuk mengkonfirmasi diagnosis, untuk
Mycobacterium), pengecatan tahan melokalisasi lesi, dan untuk
asam modifikasi (untuk Nocardia), memantau perkembangan setelah
dan pengecatan khusus jamur perawatan.
(misalnya, perak methenamine, Gambaran CT scan yang
mucicarmine). Serologi antibodi menunjukkan adanya abses serebri
anti-cysticercal dapat dilakukan apabila dilakukan pemeriksaan
untuk diagnosis dengan pemberian kontras adalah
neurocysticercosis. Dilakukan pula adanya gambaran hipodens di
pemeriksaan histopatologi dari bagian tengah dengan
jaringan otak. Beberapa penelitian enhancement ring yang ada di
menggunakan PCR DNA rantai bagian perifer. Dinding abses yang
ribosom 16S meningkatkan jumlah terbentuk dengan cukup baik
spesies bakteri didapat dari abses jarang sekali gagal untuk
otak dibandingkan dengan kultur menghasilkan enhancement ring
standar. pada gambaran CT scan tersebut.
d. Pemeriksaan Radiologis Pada tahap serebritis awal,
Pemeriksaan CT scan telah CT scan menunjukkan nodular
membuat tes lain, seperti enhancement dengan daerah
angiografi, ventrikulografi, pelemahan yang rendah tanpa
pneumoencephalography, dan enhancement. Sebagai bentuk
scanning radionuklir otak, hampir abses, peningkatan pada kontras
tidak lagi digunakan. CT scan diamati. Setelah berkapsul, bahan
memang tidak terlalu sensitif kontras tidak dapat membantu
seperti MRI namun lebih mudah membedakan bagian tengah yang
untuk dilakukan. jelas dan CT scan mirip pada
Pemeriksaan CT scan yang tampilan dengan yang diperoleh
dilakukan dengan pemberian selama tahap serebritis awal.
kontras, dapat menunjukkan
deteksi mengenai ukuran, jumlah,
dan lokasi abses. Pemeriksaan ini
telah menjadi andalan diagnosis
dan perawatan tindak lanjut.

347
Gambar 2. Gambaran MRI
dengan kontras dari abses serebri.
Tampak gambaran hipointens
dikelilingi hiperintens di
frontotemporal kiri.

Enhancement pada kontras


dengan asam gadolinium
Gambar 1. Gambaran CT scan diethylenetriaminepentaacetic agen
dengan kontras dari abses serebri.
paramagnetik) membantu
Tampak gambaran lesi hipodens
(tanda panah) yang dikelilingi membedakan abses, enhancement
dengan enhancement ring yang
ring, dan edema serebri di sekitar
seragam di sekitar lesi.
abses. Gambaran pada T1-
Banyak pihak menganggap weighted memperjelas kapsul
MRI menjadi metode diagnostik abses, dan gambaran pada T2-
pertama dalam diagnosis abses weighted dapat menunjukkan zona
serebri. Hal ini memungkinkan edema di sekitar abses.
untuk diagnosis yang akurat dan 6. Tatalaksana
tindak lanjut yang sangat baik dari a. Tatalaksana Medis
lesi karena sensitivitas dan Sebelum abses menjadi
spesifisitas yang unggul. berkapsul dan terlokalisasi, terapi
Dibandingkan dengan CT scan, antibiotik, disertai dengan langkah-
MRI menawarkan kemampuan langkah untuk mengontrol tekanan
yang lebih baik untuk mendeteksi intrakranial, merupakan hal yang
serebritis, perbedaan yang cukup penting. Saat abses telah terbentuk,
kontras antara edema serebral dan eksisi bedah atau drainase
otak, dan deteksi dini dari lesi dikombinasikan dengan antibiotik
satelit serta penyebaran jangka panjang (biasanya 4-8
peradangan ke dalam ventrikel dan minggu) masih merupakan pilihan
ruang subarachnoid. terapi utama. Beberapa ahli bedah
saraf menganjurkan evakuasi
lengkap abses, sementara yang lain
menganjurkan untuk diindikasikan
dilakukan aspirasi berulang.
Langkah pertama adalah
dengan memverifikasi keberadaan,
ukuran, dan jumlah abses

348
menggunakan CT scan dengan meningkatkan nekrosis,
kontras atau MRI. Operasi darurat mengurangi penetrasi antibiotik ke
harus dilakukan jika terdapat abses dalam abses, meningkatkan risiko
tunggal. Abses dengan ukuran ruptur ventrikel, dan mengubah
lebih besar daripada 2,5 cm gambaran pada CT scan karena
dilakukan eksisi atau diaspirasi, mengurangi kontras. Terapi steroid
sementara yang lebih kecil dari 2,5 juga dapat menghasilkan efek
cm atau yang berada di serebritis rebound saat dihentikan.
dilakukan aspirasi untuk tujuan Kortikosteroid digunakan ketika
diagnostik saja. Dalam kasus abses efek massa yang signifikan terlihat
multipel atau abses yang berada di pada pencitraan dan status mental
daerah otak yang penting, aspirasi pasien mengalami depresi. Ketika
berulang lebih disukai untuk digunakan untuk mengurangi
melengkapi eksisi. Antibiotik dosis edema serebri, terapi harus
tinggi untuk periode perpanjangan berlangsung singkat. Dosis yang
merupakan pendekatan alternatif tepat, waktu pemberian yang tepat,
pada kelompok pasien seperti ini. dan efek dari terapi steroid pada
Upaya awal untuk membuat perjalanan penyakit ini masih
diagnosis mikrobiologis penting belum diketahui.
dalam perencanaan terapi Banyak faktor yang harus
antibiotik yang tepat. Biopsi dipertimbangkan dalam
aspirasi dengan panduan CT scan memutuskan pendekatan yang
dapat memberikan informasi yang tepat untuk terapi. Abses lebih
penting. Tindakan scanning yang kecil dari 2,5 cm umumnya
frekuen, setidaknya sekali berespon terhadap terapi antibiotik,
seminggu, sangat penting dalam sedangkan abses yang lebih besar
memonitor respon terapi. dari 2,5 cm kebanyakan gagal
Meskipun intervensi bedah tetap berespon terhadap terapi.
merupakan pengobatan yang Pengetahuan tentang agen
penting, pasien tertentu mungkin etiologi atau agen dari darah,
berespon terhadap pemberian cairan serebrospinal, abses, atau
antibiotik saja. tempat lain yang biasanya steril
Penggunaan kortikosteroid pada fase pemulihan merupakan
masih kontroversial. Steroid dapat hal yang penting karena
menghambat proses enkapsulasi, memungkinkan untuk pemilihan

349
agen antibiotik yang paling tepat. jaringan otak untuk memperbaiki
Durasi gejala sebelum diagnosis dan menutup ruang abses.
merupakan faktor penting. Abses Pedoman pengobatan di Inggris
bakteri di otak didahului oleh menganjurkan 4-6 minggu jika
infark dan serebritis. Terapi abses telah didrainase atau dibuang
antibiotik selama tahap awal, dan 6-8 minggu jika drainase
ketika tidak ada bukti adanya lesi masih berlangsung. Sedangkan di
massa meluas ada, dapat mencegah Indonesia sendiri belum ada
kemajuan dari serebritis menjadi pedoman yang bisa dijadikan
abses. panduan untuk lamanya pemberian
Pasien yang memiliki obat antibiotik pada pasien abses
gejala kurang dari seminggu serebri. Pemberian antibiotik yang
memiliki respon yang lebih disarankan adalah melalui jalur
menguntungkan terhadap terapi intravena. Tidak ada bukti bahwa
medis dibandingkan pasien dengan transisi ke terapi oral cukup sesuai.
gejala bertahan lebih lama dari 1 Selain itu, konsentrasi antibiotik
minggu. Pasien yang diobati oral (kecuali metronidazole,
dengan terapi medis saja biasanya rifampisin, linezolid, dan
menunjukkan perbaikan klinis trimetoprim-sulfametoxazole)
sebelum perubahan signifikan pada kebanyakan di rongga abses akan
CT scan yang terlihat. CT scan dan tidak cukup adekuat untuk
MRI harus menunjukkan mengeradikasi patogen.
penurunan ukuran lesi, penurunan Durasi terapi dapat
dari edema, dan berkurangnya disesuaikan dengan kondisi pasien,
gambaran enhancement ring. berbagai organisme penyebab,
Perbaikan pada gambaran CT scan jumlah abses dan ukurannya, serta
umumnya diamati dalam waktu 1- respon terhadap pengobatan.
4 minggu (rata-rata, 2,5 minggu) Pemberian dalam waktu singkat
dan resolusi lengkap didapatkan (4-6 minggu) mungkin cukup
dalam 1-11 bulan (rata-rata, 3,5 untuk kondisi serebritis dan pada
bulan). pasien yang menjalani drainase
Pengobatan antibiotik untuk bedah. Pemberian yang lebih lama
abses serebri umumnya jangka (> 6 minggu) diperlukan untuk
panjang (6-8 minggu) karena abses nekrotik dan/atau berkapsul
diperlukan waktu yang lama untuk dengan nekrosis jaringan, abses

350
multiloculated, abses di lokasi membantu memandu pilihan
intrakranial vital (misal, di batang terapi. Kapanpun kultur yang tepat
otak), dan pada kondisi diambil dan organismenya
immunocompromise. diisolasi dan kecurigaan
Lama terapi ditentukan oleh ditentukan, terapi empiris awal
penilaian berkelanjutan dari dapat disesuaikan untuk secara
manifestasi klinis dan penilaiann spesifik mengobati bakteri yang
pencitraan yang diikuti. Terapi terisolasi.
antibiotik dilanjutkan sampai Bakteri streptococcus dapat
respon klinis terjadi dan temuan diatasi dengan pemberian penisilin
dari CT scan atau MRI G dosis tinggi atau sefalosporin
menunjukkan adanya perbaikan. generasi ketiga (misalnya,
Namun, lokasi abses mungkin cefotaxim, ceftriaxone).
dapat menunjukkan enhancement Metronidazol disertakan untuk
yang terus-menerus selama mengatasi bakteri anaerob yang
beberapa bulan. Sehingga jika resisten terhadap penisilin (yaitu,
hanya ada temuan ini saja bukan basil gram negatif). Pilihan ini
merupakan indikasi untuk cocok untuk pengobatan abses
melanjutkan terapi antibiotik atau yang berasal dari oral, otogenik,
tindakan drainase bedah. Apalagi atau sinus.
beberapa antibiotik sulit untuk Ketika Staphylococcus
melakukann penetrasi melalui aureus dicurigai (yang berasal dari
sawar darah otak, sehingga pilihan hematogenik, atau kelanjutan dari
antibiotik terbatas dan memerlukan tindakan bedah saraf atau trauma
pemberian dosis maksimal dari tembus), diberikan vancomycin
antibitotik tersebut. (efektif terhadap staphylococcus
Terapi antibiotik empiris aureus yang resisten terhadap
awal perlu didasarkan pada agen methicillin). Metronidazol dapat
etiologi yang diharapkan sesuai ditambahkan untuk mengatasi
dengan kondisi predisposisi yang bakteri anaerob.
mungkin, sumber infeksi primer, Cefepime atau ceftazidime
dan dugaan patogenesis dari diberikan untuk mengobati infeksi
pembentukan abses. Ketika Pseudomonas aeruginosa bakteri
spesimen abses tersedia, aerob gram negatif. Pasien dengan
pewarnaan dari material dapat

351
infeksi HIV mungkin memerlukan mengobati abses otak yang ruptur
terapi untuk toksoplasmosis. ke dalam ventrikel. Jika tidak
b. Tatalaksana bedah dikenali sejak awal, baik empiema
Tindakan drainase bedah subdural dan abses serebri bisa
memberikan terapi yang paling berakibat fatal. Tindakan operasi
optimal. Prosedur yang digunakan emergency diperlukan jika tanda-
adalah aspirasi melalui bur hole tanda neurologis terkait dengan
dan eksisi lengkap setelah progresifitas lesi intrakranial.
kraniotomi. Prosedur ini juga Antibiotik saat ini telah
merupakan tindakan diagnostik meningkatkan prognosis.
dan memberikan bahan yang dapat Manajemen empyema subdural
memandu untuk terapi antibiotik. membutuhkan evakuasi bedah
Aspirasi jarum merupakan yang segera pada lokasi yang
prosedur yang lebih disukai dan terinfeksi dan terapi antibiotik.
yang paling umum digunakan dan Kegagalan untuk melakukan
sering dilakukan dengan drainase bedah dapat
menggunakan prosedur stereotactic menyebabkan angka kematian
dengan panduan ultrasonografi yang lebih tinggi.
atau CT scan. Untuk hasil optimal, Meskipun pilihan yang tepat
ini biasanya dilakukan sebelum dari terapi antibiotik merupakan
memulai terapi antibiotik. Hal ini hal yang paling penting dalam
diulang jika pasien gagal untuk manajemen infeksi intrakranial,
respon terhadap terapi. Aspirasi drainase bedah mungkin tetap
terutama dipilih jika area di kortex diperlukan. Terapi yang optimal
untuk bicara, motorik atau sensorik dari abses serebri disebabkan
terlibat atau pasien koma. jamur umumnya membutuhkan
Kraniotomi umumnya dilakukan baik pendekatan medis maupun
pada pasien dengan abses bedah.
multiloculated dan pada mereka Sebuah penundaan dalam
dengan kondisi yang gagal untuk drainase bedah dan dekompresi
mengalami kesembuhan. dapat berhubungan dengan angka
Drainase ventrikel morbiditas dan mortalitas yang
dikombinasikan dengan pemberian tinggi. Studi terbaru
antibiotik intravena dan/atau menggambarkan bahwa abses
intratekal digunakan untuk serebri pada fase awal dari

352
serebritis dapat memiliki respon pada kondisi terakumulasi kembali
terhadap terapi antibiotik tanpa sebagai kelanjutan aspirasi
drainase bedah. Tindakan drainase berulang. Eksisi juga diindikasikan
bedah mungkin diperlukan pada bahkan setelah aspirasi atau
beberapa pasien untuk memastikan drainase awal pada pasien dengan
terapi yang adekuat dan depresi sensorium, peningkatan
kesembuhan yang lengkap dari tekanan intrakranial, tidak ada
infeksi. perbaikan klinis dalam waktu 7
Pasien yang tidak memenuhi hari, dan/atau abses semakin
kriteria untuk terapi medis saja berkembang secara progresif.
memerlukan tindakan
pembedahan. Saat ini, 2 PENUTUP
pendekatan bedah yang tersedia: 1. Simpulan
aspirasi yang dipandu oleh Abses serebri merupakan suatu
stereotactic dan eksisi. Aspirasi proses infeksi yang terlokalisir di
jarum umumnya lebih disukai antara jaringan otak yang dapat
dibandingkan tindakan eksisi disebabkan oleh berbagai macam
bedah karena menghasilkan gejala bakteri, fungus/jamur, dan protozoa.
sisa yang lebih sedikit. Drainase Kasus abses serebri memang
mungkin ditunda atau dihindari merupakan suatu kasus yang jarang
jika infeksi masih pada tahap dijumpai, namun memiliki angka
serebritis atau lesi berada di daerah kematian yang cukup tinggi, sekitar
vital ataupun yang tidak dapat 40%. Sebagian besar penderita abses
diakses. Risiko yang terjadi jika serebri ini adalah laki-laki, dengan
mengulang aspirasi adalah perbandingan dengan perempuan
prosedur ini dapat menyebabkan sebesar 2:1.
perdarahan. Abses serebri timbul sebagai
Eksisi jelas diindikasikan akibat dari penyebaran secara
pada abses di fossa posterior atau langsung dari infeksi telinga tengah,
multiloculated, yang disebabkan sinusitis, ataupun mastoiditis. Abses
oleh lesi tidak berkapsul karena serebri juga dapat timbul secara
infeksi jamur atau cacing, yang hematogen, yang paling sering
berhubungan dengan cedera otak terdapat pada penyakit jantung
oleh karena trauma (untuk bawaan sianotik, biasanya pada
menyingkirkan benda asing), dan tetralogy of fallot (dapat

353
menyebabkan abses serebri yang
Muzumdar D, Jhawar S, Goel A. Brain
bersifat multipel). Selain itu juga pada
abscess: an overview. Int J Surg.
kondisi menurunnya sistem kekebalan
2011. 9(2):136-44.
tubuh (akibat penyakit kronis atau
imunologis), adanya trauma di daerah Mathisen GE, Johnson JP. Brain
kepala, dan lain sebagainya. abscess. Clin Infect Dis. 1997.
Abses biasanya terbentuk 25(4):763-79.
selama 2 minggu dari sejak proses
Dorland, WA. Newman. Kamus
adanya predisposisi pada pasien.
Kedokteran. EGC, Jakarta;
Umumnya gejala yang ditimbulkan
2002. Jakarta : EGC.
hampir sama dengan gejala
peningkatan tekanan intrakranial. Brook I. Brain abscess in children:
microbiology and management. J

2. Saran Child Neurol. 1995. 10(4):283-8.

Diagnosis abses serebri dapat Brook, I. Brain abscess. 2015 [cited 17


ditegakkan melalui anamnesis, Feb 2017]. Didapat dari URL:
pemeriksaan fisik, pemeriksaan http://reference.medscape.com/arti
laboratorium, dan CT scan kepala cle/212946 -overview.
dengan menggunakan kontras.
Penatalaksanaan akan lebih Nielsen H, Gyldensted C, Harmsen A.

optimal apabila dilakukan tindakan Cerebral abscess. Aetiology and

pembedahan (aspirasi atau eksisi) dan pathogenesis, symptoms, diagnosis

juga dikombinasi dengan pemberian and treatment. A review of 200

antibiotik jangka panjang yang tepat. cases from 1935-1976. Acta


Neurol Scand. 1982. 65(6):609-

DAFTAR PUSTAKA 22.

Miranda A., Hernando et al. Brain Glickstein JS, Chandra RK, Thompson
Abscess: Current JW. Intracranial complications of
Management. Journal of pediatric sinusitis. Otolaryngol
Neurosciences in Rural Head Neck Surg. 2006.
Practice 2013; S67–S81. 134(5):733-6.

Haslam, R.H.A. Neurologic Migirov L, Duvdevani S, Kronenberg J.


Evaluation. In Nelson Textbook of Otogenic intracranial
th
Pediatrics 17 ed. USA: WB complications: a review of 28
Saunders. 2004. p:1973-1982.

354
cases. Acta Otolaryngol. 2005.
Lai PH, Chang HC, Chuang TC, Chung
125:819-22.
HW, Li JY, Weng MJ, et al.
Carpenter J, Stapleton S, Holliman R. Susceptibility-Weighted Imaging
Retrospective analysis of 49 cases in Patients with Pyogenic Brain
of brain abscess and review of the Abscesses at 1.5T: Characteristics
literature. Eur J Clin Microbiol of the Abscess Capsule. AJNR Am
Infect Dis. 2007. 26:1-11. J Neuroradiol. 2012. 26.

Tunkel AR, Pradhan SK. Central nervous Yogev R, Bar-Meir M. Management of


system infections in injection drug brain abscesses in children. Pediatr
users. Infect Dis Clin North Am. Infect Dis J. 2004. 23(2):157-9.
2002. 16(3):589-605.
Honda H, Warren DK. Central nervous
Brook I. The importance of lactic acid system infections: meningitis and
levels in body fluids in the brain abscess. Infect Dis Clin
detection of bacterial North Am. 2009. 23(3):609-23.
infections. Rev Infect Dis. 1981.
Infection in Neurosurgery Working Party
3(3):470-8.
of the British Society for
Nguyen JB, Black BR, Leimkuehler Antimicrobial Chemotherapy. The
MM, et al. Intracranial pyogenic rational use of antibiotics in the
abscess: imaging diagnosis treatment of brain abscess. Br J
utilizing recent advances in Neurosurg. 2000. 14(6):525-30.
computed tomography and
Livraghi S, Melancia JP, Antunes JL.
magnetic resonance imaging. Crit
The management of brain
Rev Comput Tomogr. 2004.
abscesses. Adv Tech Stand
45(3):181-224.
Neurosurg. 2003. 28:285-313.
Sener, RN. Diffusion MRI findings in
Naesens R, Ronsyn M, Druwe P, et al.
neonatal brain abscess. J
Central nervous system invasion
Neuroradiol. 2004. 31(1):69-71.
by community-acquired meticillin-
Leuthardt EC, Wippold FJ 2nd, Oswood resistant Staphylococcus aureus. J
MC, et al. Diffusion-weighted MR Med Microbiol. 2009. 58(Pt
imaging in the preoperative 9):1247-51.
assessment of brain
Ratnaike TE, Das S, Gregson BA,
abscesses. Surg Neurol. 2002.
Mendelow AD. A review of brain
58(6):395-402.

355
abscess surgical treatment--78 Apparent Brain
years: aspiration versus Abscesses. Pediatrics. 1983;72;220
excision. World Neurosurg. 2011. -224.
76(5):431-6.
Kementerian Kesehatan RI. Buku
Liu C, Bayer A, Cosgrove SE, Daum RS, Pedoman Pelaksanaan, Deteksi
Fridkin SK, Gorwitz RJ, et al. Dini dan Intervensi Dini Tumbuh
Clinical practice guidelines by the Kembang Anak di Tingkat
infectious diseases society of Pelayanan Kesehatan Dasar. 2006.
america for the treatment of
Griggs RC, Jozefowicz RF, Aminoff MJ.
methicillin-resistant
Approach to the patient with
Staphylococcus aureus infections
neurologic disease. In: Goldman L,
in adults and children. Clin Infect
Schafer AI, eds. Goldman’s Cecil
Dis. 2011. 52(3):e18-55.
Medicine. 24th ed. Philadelphia,
Neely JG, Arts HA. lntratemporal and PA: Elsevier Saunders; 2011:chap
intracranial complication of otitis 403.
media in Bailey BJ & Johnson JT
Head and Neck Surgery
otolaryngology. Fourth Edition.
Lippincot William & Wilkins.
2006.

Wispeley B, Dacey RG, scheld WM.


Brain abscess. ln: lnfection of the
central nervous system. Scheld
WM et al. Eds. Raven Press, New
York 1991. p. 457-86

Bluestone CD, Klein JO. Complication


and Sequele : intracranial. Otitis
media in infants and children.
Second Edition. WB Saunders CO.
1995. p. 293-303

Margaret B. Rennels, Celeste L.


Woodward, Walker L. Robinson,
Maria T. Medical Cure of

356

Anda mungkin juga menyukai