Lapsus GEA Dehidrasi Berat
Lapsus GEA Dehidrasi Berat
Disusun Oleh :
dr. Irwan Firmansyah
PEMBIMBING :
dr. Titin Ratnawati
KABUPATEN SUMBAWA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Gastroenteritis Akut Dehidrasi Berat” ini
disusun dalam rangka mengikuti Program Dokter Internsip Indonesia di
Puskesmas Moyo Utara.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
2.1 Definisi................................................................................................................3
2.2 Epidemiologi.......................................................................................................3
2.3 Etiologi................................................................................................................5
2.4 Patogenesis........................................................................................................7
2.6 Diagnosis..........................................................................................................11
2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................12
2.8 Komplikasi........................................................................................................17
2.9 Prognosis..........................................................................................................18
i
BAB III LAPORAN KASUS..................................................................................................19
KESIMPULAN....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 27
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
3
Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa menyebabkan
terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 %
diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain
yaitu9 :
A. Virus
4
B. Bakteri
2) Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan
dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak
matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang sangat cair dan
menimbulkan disentri. 9
3) Shigella species
S. sonnei
S. flexneri
S. dysenteriae
4) Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen
pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat
5
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering
adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang konsistensinya sangat
berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok
hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya gejala awal. 9
5) Salmonella
C. Parasitic agents
A. Malabsorpsi/ maldigesti
3. Asam amino
4. Protein
6
B. Imunodefisiensi
C. Terapi Obat
D. Lain-lain
2.4. Patogenesis
Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi yang
berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor agent dan
faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara
lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan mikroflora
usus3,7. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:
A. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
Diare jenis ini biasanya disebut juga sebagai diare tipe sekretorik dengan
konsistensi berair dengan volume yang banyak. Bakteri yang memproduksi
enterotoksin ini tidak merusak mukosa seperti V. cholerae Eltor, Eterotoxicgenic
E. coli (ETEC) dan C. Perfringens. V.cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang
7
terkait pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio.
Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin di
nukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’-5’-
siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation, natrium
dan kalium.3
B. Diare karena bakteri/parasite invasive (enterovasif)
Pada akhirnya terjadi kerusakan atau sel-sel imatur yang rudimenter dimana
vili-vili yang tak berkembang pada usus halus dan kolon. Sel sel imatur ini akan
mengalami gangguan dalam fungsi absorbsi dan hanya mengandung sedikit
(defisiensi) disakaridase, hidrolase peptida, berkurangnya tidak terdapat
mekanisme Na-coupled sugar atau mekanisme transport asam amino, dan
berkurangnya atau tak terjadi sama sekali transport absorbsi NaCl. Sebaliknya sel-
sel kripta dan sel-sel baru vili yang imatur atau sel-sel permukaan
mempertahankan kemampuannya untuk mensekresi Cl- (mungkin HCO3-). Pada
saat yang sama dengan dilepaskannya mediator inflamasi dari sel-sel inflamatori
di lamina propia akan merangsang sekresi kripta hiperplasi dan vili-vili atau sel-
sel permukaan yang imatur. Kerusakan immune mediated vascular mungkin
menyebabkan kebocoran protein dari kapiler. Apabila terjadi ulserasi yang berat,
maka eksudasi dari kapiler dan limfatik dapat berperan terhadap terjadinya diare.3
9
2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah satu
hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%)
atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang
paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda
dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan
turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil
pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan
rinorea, dilaporkan sekitar 10%. 10
10
2.6. Diagnosis
11
Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak,
pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.3
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
A. Darah:
B. Feses:
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik, dan
memberikan terapi definitif.3
2.7.1 Terapi Rehidrasi
12
berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani
kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting diperhatikan
agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:2,3
a) Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak
tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya
ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus
NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat
diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai
akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung garam dan glukosa yang
dikombinasikan dengan air.2 3
b) Jumlah Cairan
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor, atau koma 2
Frekuensi napas > 30 x/menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
13
Turgor kulit menurun 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
Skor
Kebutuhan Cairan = x 10% x kgBB x 1 liter
15
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan
1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk
memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial. 3
14
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi,
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic
dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan kultur dan
resistensi kuman.11
Tabel 2. Terapi Antibiotik Empiris11
Pertama
Campylobacter Ciprofloxacin 500mg 2 kali Azithromycin 500mg oral 2
sehari, 3-5 hari kali sehari
Erytromycin 500mg oral 2
sehari, 3 hari
Vibrio Cholera Tetracycline 500mg oral 4 Resisten tetracycline
kali sehari, 3 hari Ciprofloxacin 1gram oral 1
Doxycycline 300mg oral, kali
dosis tunggai Erythromycin 250mg oral
15
Tabel 3. Pemberian Antibiotik pada Diare Akut11
Antibiotik
Demam (suhu oral > 38,5oC), Quinolone 3-5 hari, cotrimoksazole 3-5 hari
feses disertai darah, leukosit,
laktoferin, hemoccult,
sindrom disentri
Traveler’s diarrhea Quinolone 1-5 hari
Diare persisten (kemungkinan Metronidazole 3 x 500 mg selama 7 hari
Giardiasis)
Shigellosis Cotrimoksazole selama 3 hari
selama 7 hari
Campylobacteriosis Erythromycin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai febrile disentry
ETEC Terapi sebagai traveler’s diarrhea
selama 5 hari.
Intestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5-10 hari +
pengobatan kista untuk mencegah relaps.
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau
paromomycin 3 x 500 mg 10 hari atau
16
diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised:
2.8. Komplikasi
2.9. Prognosis
17
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan
terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare infeksius < 1,0%.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang berhubungan
dengan sindrom uremik hemolitik.11
18
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : BAB Cair
RPS : Pasien datang ke IGD Puskesmas dalam keadaan lemas dengan
keluhan BAB cair sejak 6 hari yg lalu sebanyak ± 12 kali dalam sehari.
Dikatakan konsistensi BAB cair warna kekuningan tanpa ampas, tanpa
disertai lendir dan darah. Setiap BAB keluar sebanyak ± 1 gelas aqua.
Keluhan lain juga disertai mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu
sebanyak 7x berisi makanan tanpa darah. Nyeri perut juga dirasakan di
ulu hati dan di bagian pusar, nyeri yang dirasakan seperti mulas, tidak
melilit atau kram dan tidak menjalar. demam + sejak 2 hari yg lalu.
BAK dikatakan normal. Penurunan Berat badan +, Pasien mengatakan
sempat berobat ke Poli PKM namun keluhan tidak membaik.
RPK : Anggota keluarga juga tidak ada yang mengalamai hal serupa dengan
pasien.
19
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
STATUS PRESENS
Keadaan umum
Sensorium : Apatis (GCS : E3V4M6)
Tekanan Darah : 80/60 mmHg
Nadi : 124 x/m regular,kuat angkat
Pernafasan : 24x/m
Temperatur : 38.3oC
Saturasi O2 : 93% room air
VAS : 6/10
BB : 55 kg
KEPALA
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), ikterus (-/-), pupil : isokor, ukuran ±3 reflex cahaya
direk (+/+), indirek (+/+), Mata cowong+/+
Lain-lain : -
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa bibir kering, sianosis +
LEHER
Struma : tidak membesar
Pembesaran kelenjar limfa : (-)
THORAX
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-),
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua hemithorax
Auskultasi:
Pulmo : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
20
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris, datar
Palpasi
Dinding Abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba
Nyeri Tekan : (+) regio epigastrium
Turgor kulit : kembali lambat
DIAGNOSIS BANDING
1. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang- berat ec bacterial infection
2. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan sedang ec viral infection bacterial
DIAGNOSIS SEMENTARA
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang- berat ec bacterial infection
PENATALAKSANAAN
Kie keluarga mengenai penyakit pasien dan anjuran rawat inap
Kie mengenai diet dan kebersihan pasien dan lingkungan
Ivfd Ringer laktat loading 1 flas dilanjut 20 tpm
O2 NC 2-4lpm
Injeksi Ondansetron 1 ampul / 8 jam
Injeksi Omeprazole 1 ampul / 12 jam
Inf Paracetamol 1 gram
Loperamid 2 tab dilanjut 1 tab tiap diare
Zink 1x20 mg sampai hari ke 10
21
22
BAB V
PEMBAHASAN
Teori Pasien
23
dilaporkan oleh kebanyakan pasien. mulas, tidak melilit atau kram dan tidak
Selain itu terdapat tanda-tanda menjalar. demam + sejak 2 hari yg lalu.
dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering,
penurunan turgor kulit, atau perubahan
status mental, terdapat pada <10 %
pada hasil pemeriksaan. Gejala
pernafasan, yang mencakup radang
tenggorokan, batuk, dan rinorea,
dilaporkan sekitar 10%.
Diagnosis : Anamnesis
- BAB cair 12x
Anamnesis
- Nyeri ulu hati
Onset, durasi, tingkat keparahan,
- Mual muntah 7x
dan frekuensi diare harus dicatat,
- lemas
dengan perhatian khusus pada
karakteristik feses (misalnya,
berair, berdarah, berlendir, Pemeriksaan:
purulen). Pasien harus dievaluasi
- mata cekung
untuk tanda-tanda mengetahui
- mukosa mulut kering
dehidrasi, termasuk kencing
- turgor kulit menurun
berkurang, rasa haus, pusing, dan
- hiperperistaltik
perubahan status mental. Muntah
- Nyeri tekan epigastrium
lebih sugestif penyakit virus atau
penyakit yang disebabkan oleh
ingesti racun bakteri. Gejala lebih
menunjukkan invasif bakteri
(inflamasi) diare adalah demam,
tenesmus, dan feses berdarah
Pemeriksaan
Umumnya penampilan sakit,
membran mukosa kering, waktu
24
pengisian kapiler yang tertunda,
peningkatan denyut jantung dan
tanda-tanda vital lain yang
abnormal seperti penurunan
tekanan darah dan peningkatan
laju nafas dapat membantu dalam
mengidentifikasi dehidrasi.
Demam lebih mengarah pada
diare dengan adanya proses
inflamasi. Pemeriksaan perut
penting untuk menilai nyeri dan
proses perut akut. Pemeriksaan
rektal dapat membantu dalam
menilai adanya darah, nyeri dubur,
dan konsistensi feses
Penunjang
Darah:
Feses:
25
parasit: amoeba bentuk tropozoit,
hypha pada jamur)
Biakan dan resistensi feses (colok
dubur)
26
BAB VI
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting Emergency Departments in
the United States. Journal of Infectious Diseases, 205(9), pp.1374-1381.
29