Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT DEHIDRASI BERAT

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dalam


Menjalani Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh :
dr. Irwan Firmansyah

PEMBIMBING :
dr. Titin Ratnawati

PUSKEMAS MOYO UTARA

KABUPATEN SUMBAWA
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Gastroenteritis Akut Dehidrasi Berat” ini
disusun dalam rangka mengikuti Program Dokter Internsip Indonesia di
Puskesmas Moyo Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada dr. Titin Ratnawati selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan


pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.

Sumbawa, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar belakang....................................................................................................1


1.2 Tujuan laporan...................................................................................................2
1.3 Manfaat laporan.................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3

2.1 Definisi................................................................................................................3

2.2 Epidemiologi.......................................................................................................3

2.3 Etiologi................................................................................................................5

2.4 Patogenesis........................................................................................................7

2.5 Manifestasi Klinis..............................................................................................10

2.6 Diagnosis..........................................................................................................11

2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................12

2.8 Komplikasi........................................................................................................17

2.9 Prognosis..........................................................................................................18

i
BAB III LAPORAN KASUS..................................................................................................19

BAB IV Pembahasan Kasus..............................................................................................23

KESIMPULAN....................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 27

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada anak-


anak maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana
feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun setengah
cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain dari
konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang air besar
lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang berlangsung
dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan peningkatan volume,
frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering menjadi penyebabnya
adalah infeksi yaitu berupa virus, bakteri dan parasit .1,2,3,4
Gastroenteritis akut masih menjadi salah satu penyumbang morbiditas
tertinggi hingga saat ini di berbagai negara di dunia dan khususnya di negara
berkembang dengan tingkat sanitasi yang masih tergolong kurang seperti
Indonesia.5 Menurut data dari World Health Organization (WHO ) tahun 2003,
terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat gastroenteritis di seluruh dunia.6
Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan dalam
mengatasi gastroenteritis akut agar pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih parah.
Mulai dari diagnosis, pemberian terapi sampai nutrisi bagi penderita harus
diberikan dengan tepat. Dalam penegakan diagnosis gastroenteritis akut bisa dilihat
langsung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan penentuan
diagnosis definitif bisa menggunakan pemeriksaan laboratorium.3
Dalam pemberian terapi sangat penting dalam penanganan gastroenteritis
akut disamping pemberian obat spesifik terhadap agen penyebab yang bisa
diketahui dari manifestasi klinis hasil laboratorium.3
Dari besarnya insiden gastroenteritis akut di negara – negara berkembang
seperti di Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik gastroenteritis akut
dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat

1
sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.3

1.2 Tujuan Laporan

1. Penulis dan pembaca diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang


Gastroenteritis Akut Dehidrasi Sedang- Berat.
2. Penulis dan pembaca diharapkan dapat menerapkan teori-teori terhadap pasien
dengan Gastroenteritis Akut Sedang- Berat.
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas pelaksaan program dokter
internship 2022.

1.3 Manfaat Laporan

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis


dan pembaca terutama yang terlibat di bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
Gastroenteritis Akut Dehidrasi Sedang-Berat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian


mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.7 Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau
200ml/24jam).8Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan berlangsung
kurang dari 14 hari.3

2.2. Epidemiologi

Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada Negara


berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi
lebih baik.7 Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan UNICEF,
terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis setiap tahunnya di
seluruh dunia.6 Secara global, diperkirakan terdapat 179.000.000 insiden
gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya dengan angka pasien yang
dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000 pasien mengalami kematian.3 Di
amerika serikat setidaknya 8.000.000 dari pasien gastroenteritis akut yang berobat
ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit menurut data dari
The American Journal of Gastroenterology.3,9

Sedangkan menurut hasil survey di Indonesia, insiden dari gastroenteritis akut


akibat infeksi mencapai 96.278 insiden dan masih menjadi peringkat pertama
sebagai penyakit rawat inap di Indonesia, sedangkan angka kematian pada
gastroenteritis akut (Case Fatality Rate) sebesar 1,92%.5

2.3. Etiologi

Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
3
Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa menyebabkan
terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 %
diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain
yaitu9 :

2.3.1. Faktor Infeksi

A. Virus

Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari


gastroenteritis akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
1) Rotavirus

Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di


rumah sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya,
biasanya diare akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada
umumnya dan menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak terdapat
gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur tersering dari infeksi virus ini. 9
2) Human Caliciviruses (HuCVs)

Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-like


viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang disebut
Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama terbanyak
diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun.
Norovirius merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada orang dewasa
dan sering menimbulkan wabah dan menginfeksi semua umur. Sapoviruses
umumnya menginfeksi anak – anak dan merupakan infeksi virus tersering
kedua selain Rotavirus. 9
3) Adenovirus

Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada


sistem respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk
icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus,
Atadenovirus, dan Siadenovirus. 9

4
B. Bakteri

Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut


bakteri yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia
coli, Shigella species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat
menyebabkan gastroenteritis akut adalah9:
1) Diarrheagenic Escherichia- coli

Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling sering


terdapat di negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini tidak
menimbulkan bahaya jenis dari bakterinya adalah9:

 Enterotoxigenic E. coli (ETEC)


 Enteropathogenic E. coli (EPEC)
 Enteroinvasive E. coli (EIEC)
 Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

2) Campylobacter

Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan
dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak
matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang sangat cair dan
menimbulkan disentri. 9
3) Shigella species

Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan


tingkat kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah9:

 S. sonnei
 S. flexneri
 S. dysenteriae

4) Vibrio cholera

Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen
pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat

5
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering
adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang konsistensinya sangat
berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok
hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya gejala awal. 9
5) Salmonella

Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Beberapa


toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi aktif
cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan. Pada onset akut gejalanya dapat
berupa mual, muntah dan diare berair dan terkadang disentri pada beberapa
kasus. 9

C. Parasitic agents

Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba


histolytica, and Cyclospora cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa
tersebut sangatlah jarang terjadi namun sering dihubungkan dengan traveler
dan gejalanya sering tak tampak. Dalam beberapa kasus juga dinyatakan
infeksi dari cacing seperti Stongiloide stecoralis, Angiostrongylus C.,
Schisotoma Mansoni, S. Japonicum juga bisa menyebabkan gastroenteritis
akut. 9

2.3.2. Non –Infeksi

A. Malabsorpsi/ maldigesti

Kurangnya penyerapan seperti 3:

1. Karbohidrat : Monosakrida (glukosa), disakarida (sakarosa)

2. Lemak : Rantai panjang trigliserida

3. Asam amino

4. Protein

5. Vitamin dan mineral

6
B. Imunodefisiensi

Kondisi seseorang dengan imunodefisiensi yaitu


hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit
granulomatose kronik, defisiensi IgA dan imunodefisiensi IgA
heavycombination. 3

C. Terapi Obat

Orang yang mengonsumsi obat- obatan antibiotic, antasida dan masih


kemoterapi juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut. 3

D. Lain-lain

Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom Zollinger-


Ellison, neuropati diabetes sampai kondisi psikis juga dapat menimbulkan
gastroenteritis akut.3

2.4. Patogenesis

Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi yang
berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor agent dan
faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara
lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan mikroflora
usus3,7. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:
A. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)

Diare jenis ini biasanya disebut juga sebagai diare tipe sekretorik dengan
konsistensi berair dengan volume yang banyak. Bakteri yang memproduksi
enterotoksin ini tidak merusak mukosa seperti V. cholerae Eltor, Eterotoxicgenic
E. coli (ETEC) dan C. Perfringens. V.cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang
7
terkait pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio.
Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin di
nukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’-5’-
siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation, natrium
dan kalium.3
B. Diare karena bakteri/parasite invasive (enterovasif)

Diare yang diakibatkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare


Inflammatory. Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasive E. coli
(EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfringens tipe C. diare disebabkan
oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Kuman
salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S. paratyphi B, Styphimurium, S
enterriditis, S choleraesuis. Penyebab parasite yang sering yaitu E. histolitika dan
G. lamblia.3

Diare inflammatory ditandai dengan kerusakan dan kematian enterosit,


dengan peradangan minimal sampai berat, disertai gangguan absorbsi dan sekresi.
Setelah kolonisasi awal, kemudian terjadi perlekatan bakteri ke sel epitel dan
selanjutnya terjadi invasi bakteri kedalam sel epitel, atau pada IBD mulai
terjadinya inflamasi. Tahap berikutnya terjadi pelepasan sitokin antara lain
interleukin 1 (IL-l), TNF-α, dan kemokin seperti interleukin 8 (IL-8) dari epitel
dan subepitel miofibroblas. IL- 8 adalah molekul kemostatik yang akan
mengaktifkan sistim fagositosis setempat dan merangsang sel-sel fagositosis
lainnya ke lamina propia. Apabila substansi kemotaktik (IL-8) dilepas oleh sel
epitel, atau oleh mikroorganisme lumen usus (kemotaktik peptida) dalam
konsentrasi yang cukup kedalam lumen usus, maka neutrofil akan bergerak
menembus epitel dan membentuk abses kripta, dan melepaskan berbagai mediator
seperti prostaglandin, leukotrin, platelet actifating factor, dan hidrogen peroksida
dari sel fagosit akan merangsang sekresi usus oleh enterosit, dan aktifitas saraf
usus.3,

Terdapat 3 mekanisme diare inflamatori, kebanyakan disertai kerusakan


8
brush border dan beberapa kematian sel enterosit disertai ulserasi. Invasi
mikroorganisme atau parasit ke lumen usus secara langsung akan merusak atau
membunuh sel-sel enterosit. Infeksi cacing akan mengakibatkan enteritis
inflamatori yang ringan yang disertai pelepasan antibodi IgE dan IgG untuk
melawan cacing. Selama terjadinya infeksi atau reinfeksi, maka akibat reaksi
silang reseptor antibodi IgE atau IgG di sel mast, terjadi pelepasan mediator
inflamasi yang hebat seperti histamin, adenosin, prostaglandin, dan lekotrin.3

Mekanisme imunologi akibat pelepasan produk dari sel lekosit


polimorfonuklear, makrophage epithelial, limfosit-T akan mengakibatkan
kerusakan dan kematian sel-sel enterosit. Pada keadaan-keadaan di atas sel epitel,
makrofag, dan subepitel miofibroblas akan melepas kandungan (matriks)
metaloprotein dan akan menyerang membrane basalis dan kandungan molekul
interstitial, dengan akibat akan terjadi pengelupasan sel-sel epitel dan selanjutnya
terjadi remodeling matriks (isi sel epitel) yang mengakibatkan vili-vili menjadi
atropi, hiperplasi kripta-kripta di usus halus dan regenerasi hiperplasia yang tidak
teratur di usus besar (kolon). 3

Pada akhirnya terjadi kerusakan atau sel-sel imatur yang rudimenter dimana
vili-vili yang tak berkembang pada usus halus dan kolon. Sel sel imatur ini akan
mengalami gangguan dalam fungsi absorbsi dan hanya mengandung sedikit
(defisiensi) disakaridase, hidrolase peptida, berkurangnya tidak terdapat
mekanisme Na-coupled sugar atau mekanisme transport asam amino, dan
berkurangnya atau tak terjadi sama sekali transport absorbsi NaCl. Sebaliknya sel-
sel kripta dan sel-sel baru vili yang imatur atau sel-sel permukaan
mempertahankan kemampuannya untuk mensekresi Cl- (mungkin HCO3-). Pada
saat yang sama dengan dilepaskannya mediator inflamasi dari sel-sel inflamatori
di lamina propia akan merangsang sekresi kripta hiperplasi dan vili-vili atau sel-
sel permukaan yang imatur. Kerusakan immune mediated vascular mungkin
menyebabkan kebocoran protein dari kapiler. Apabila terjadi ulserasi yang berat,
maka eksudasi dari kapiler dan limfatik dapat berperan terhadap terjadinya diare.3

9
2.5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah satu
hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%)
atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang
paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda
dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan
turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil
pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan
rinorea, dilaporkan sekitar 10%. 10

Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau


memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea) dengan
gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan,
disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair. Umumnya
gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minurnan
yang terkontaminasi.3

Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa


penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan
biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan
seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.3

Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang


mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan
Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar
pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik
yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat,
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah muka pucat
ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena kehilangan kalium pada
diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. 3

10
2.6. Diagnosis

Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.3
2.6.1 Anamnesis

Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat,


dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah,
berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui
dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan perubahan status
mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit yang disebabkan
oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi)
diare adalah demam, tenesmus, dan feses berdarah.2

Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk mengevaluasi


potensi paparan agent. Anak-anak di tempat penitipan, penghuni panti jompo,
penyicip makanan, dan pasien yang baru dirawat di rumah sakit berada pada
risiko tinggi penyakit diare menular. Wanita hamil memiliki 12 kali lipat
peningkatan risiko listeriosis, terutama yang mengkonsumsi olahan daging
beku, keju lunak, dan susu mentah. Riwayat sakit terdahulu dan penggunaan
antibiotik dan obat lain harus dicatat pada pasien dengan diare akut.2
2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat


dehidrasi pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering, waktu
pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda
vital lain yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan peningkatan laju
nafas dapat membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih
mengarah pada diare dengan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut
penting untuk menilai nyeri dan proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat
membantu dalam menilai adanya darah, nyeri dubur, dan konsistensi feses.2

Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor


kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.

11
Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak,
pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.3
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

A. Darah:

 Darah perifer lengkap


 Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
 Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan Kusmaull)
 Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus),
antigen protozoa (Giardia, E. histolytica).

B. Feses:

 Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses pada


inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada
jamur)
 Biakan dan resistensi feses (colok dubur)

Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut


karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai
pada terapi definitif. 3

2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik, dan
memberikan terapi definitif.3
2.7.1 Terapi Rehidrasi

Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana


lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan
penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan

12
berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani
kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting diperhatikan
agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:2,3
a) Jenis cairan

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak
tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya
ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus
NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat
diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai
akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung garam dan glukosa yang
dikombinasikan dengan air.2 3
b) Jumlah Cairan

Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan


jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat
dihitung dengan memakai Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis
dengan skor. Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-2 jam untuk mencapai
kondisi rehidrasi.3,11
Tabel 1. Skor Daldiyono11

Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor, atau koma 2
Frekuensi napas > 30 x/menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2

13
Turgor kulit menurun 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2

Skor
Kebutuhan Cairan = x 10% x kgBB x 1 liter
15

c) Jalur Pemberian Cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan
1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk
memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial. 3

2.7.2 Terapi Simtomatik

Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar


dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Hal yang
harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena Metoklopropamid
misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan
ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada
kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun
loperamid dalam waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimikrobial.3

2.7.3 Terapi Antibiotik

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut


infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik.11

14
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi,
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic
dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan kultur dan
resistensi kuman.11
Tabel 2. Terapi Antibiotik Empiris11

Organisme Antibiotik Pilihan Antibiotik Pilihan Kedua

Pertama
Campylobacter Ciprofloxacin 500mg 2 kali Azithromycin 500mg oral 2
sehari, 3-5 hari kali sehari
Erytromycin 500mg oral 2

kali sehari, 5 hari

Shigella atau Ciprofloxacin 500mg 2 kali Ceftriaxone 1gram IM/IV


Salmonela spp. sehari, 3-5 hari sehari
TMP-SMX DS oral 2 kali

sehari, 3 hari
Vibrio Cholera Tetracycline 500mg oral 4 Resisten tetracycline
kali sehari, 3 hari Ciprofloxacin 1gram oral 1
Doxycycline 300mg oral, kali
dosis tunggai Erythromycin 250mg oral

4 kali sehari, 3 hari


Traveler’s diarrhea Ciprofloxacin 500mg 2 kali TMP-SMX DS oral 2 kali

Sehari sehari, 3 hari


Clostridium Metronidazole 250-500mg 4 Vancomycin 125mg 4 kali
difficile kali sehari, 7-14 hari, oral sehari, 7-14 hari
atau IV

15
Tabel 3. Pemberian Antibiotik pada Diare Akut11

Indikasi Pemberian Pilihan Antibiotik

Antibiotik
Demam (suhu oral > 38,5oC), Quinolone 3-5 hari, cotrimoksazole 3-5 hari
feses disertai darah, leukosit,
laktoferin, hemoccult,
sindrom disentri
Traveler’s diarrhea Quinolone 1-5 hari
Diare persisten (kemungkinan Metronidazole 3 x 500 mg selama 7 hari

Giardiasis)
Shigellosis Cotrimoksazole selama 3 hari

Quinolone selama 3 hari


Intestinal Salmonellosis Chloramphenicol/cotrimoksazole/quinolone

selama 7 hari
Campylobacteriosis Erythromycin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai febrile disentry
ETEC Terapi sebagai traveler’s diarrhea

EIEC Terapi sebagai shigellosis


EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non-kolera Terapi sebagai febrile disentry
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile disentry
Yersiniosis Umumnya dapat diterapi sebagai febrile
disentry.
Pada kasus berat: Ceftriaxone IV 1 gram/6 jam

selama 5 hari.
Intestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5-10 hari +
pengobatan kista untuk mencegah relaps.
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau
paromomycin 3 x 500 mg 10 hari atau

16
diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised:

Paromomycin 3 x 500 mg selama 7 hari


Isosporisosis Cotrimoksazole 2 x 160/800 selama 7 hari

2.8. Komplikasi

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,


terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera, kehilangan
cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok hipovolemik.
Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya hipokalemia dan
asidosis metabolic.11

Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis, syok


hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut ginjal
dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila
penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimal tidak
tercapai.11

Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh


EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni
12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya dengan penggunaan antibiotik
masih kontroversial.11

Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati demielinisasi akut,


merupakan komplikasi potensial lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni; 20-40%
pasien Guillain – Barre menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya.
Pasien menderita kelemahan motorik dan mungkin memerlukan ventilasi mekanis.
Mekanisme penyebab sindrom Guillain – Barre belum diketahui.2 Artritis pasca-
infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobacter,
Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.11

2.9. Prognosis

17
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan
terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare infeksius < 1,0%.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang berhubungan
dengan sindrom uremik hemolitik.11

18
BAB III

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

Nama : Nn. ADP


Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Songkar B Kec Moyo Utara

ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : BAB Cair
RPS : Pasien datang ke IGD Puskesmas dalam keadaan lemas dengan
keluhan BAB cair sejak 6 hari yg lalu sebanyak ± 12 kali dalam sehari.
Dikatakan konsistensi BAB cair warna kekuningan tanpa ampas, tanpa
disertai lendir dan darah. Setiap BAB keluar sebanyak ± 1 gelas aqua.
Keluhan lain juga disertai mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu
sebanyak 7x berisi makanan tanpa darah. Nyeri perut juga dirasakan di
ulu hati dan di bagian pusar, nyeri yang dirasakan seperti mulas, tidak
melilit atau kram dan tidak menjalar. demam + sejak 2 hari yg lalu.
BAK dikatakan normal. Penurunan Berat badan +, Pasien mengatakan
sempat berobat ke Poli PKM namun keluhan tidak membaik.

RPT : Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan yang serupa

RPK : Anggota keluarga juga tidak ada yang mengalamai hal serupa dengan
pasien.

RPO : Tidak ada

19
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
STATUS PRESENS
Keadaan umum
Sensorium : Apatis (GCS : E3V4M6)
Tekanan Darah : 80/60 mmHg
Nadi : 124 x/m regular,kuat angkat
Pernafasan : 24x/m
Temperatur : 38.3oC
Saturasi O2 : 93% room air
VAS : 6/10
BB : 55 kg

KEPALA
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), ikterus (-/-), pupil : isokor, ukuran ±3 reflex cahaya
direk (+/+), indirek (+/+), Mata cowong+/+
Lain-lain : -
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa bibir kering, sianosis +

LEHER
Struma : tidak membesar
Pembesaran kelenjar limfa : (-)
THORAX
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-),
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua hemithorax
Auskultasi:
Pulmo : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

20
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris, datar
Palpasi
Dinding Abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba
Nyeri Tekan : (+) regio epigastrium
Turgor kulit : kembali lambat

EKSTREMITAS : AH +/+, edem -/-, CRT <2”

DIAGNOSIS BANDING
1. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang- berat ec bacterial infection
2. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan sedang ec viral infection bacterial

DIAGNOSIS SEMENTARA
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang- berat ec bacterial infection

PENATALAKSANAAN
 Kie keluarga mengenai penyakit pasien dan anjuran rawat inap
 Kie mengenai diet dan kebersihan pasien dan lingkungan
 Ivfd Ringer laktat loading 1 flas  dilanjut 20 tpm
 O2 NC 2-4lpm
 Injeksi Ondansetron 1 ampul / 8 jam
 Injeksi Omeprazole 1 ampul / 12 jam
 Inf Paracetamol 1 gram
 Loperamid 2 tab  dilanjut 1 tab tiap diare
 Zink 1x20 mg sampai hari ke 10

21
22
BAB V

PEMBAHASAN

Teori Pasien

Definisi Pasien datang ke IGD Puskesmas dalam


keadaan lemas dengan keluhan BAB cair sejak
Gastroenteritis adalah suatu keadaan
6 hari yg lalu sebanyak ± 12 kali dalam sehari.
dimana terdapat inflamasi pada bagian
Dikatakan konsistensi BAB cair warna
mukosa dari saluran gastrointestinal kekuningan tanpa ampas, tanpa disertai lendir
ditandai dengan diare dan muntah.7 dan darah. Setiap BAB keluar sebanyak ± 1
Diare adalah buang air besar dengan gelas aqua. Keluhan lain juga disertai mual dan
frekuensi yang meningkat dari muntah sejak 4 hari yang lalu sebanyak 7x
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari berisi makanan tanpa darah. Nyeri perut juga
dengan konsistensi feses yang lebih dirasakan di ulu hati dan di bagian pusar, nyeri
lembek atau cair (kandungan air pada yang dirasakan seperti mulas, tidak melilit atau
kram dan tidak menjalar. demam + sejak 2 hari
feses lebih banyak dari biasanya yaitu
yg lalu. BAK dikatakan normal. Pasien
lebih dari 200 gram atau
mengatakan sempat berobat ke Poli PKM
200ml/24jam).8Gastroenteritis akut
namun keluhan tidak membaik.
adalah diare dengan onset mendadak
dengan frekuensi lebih dari 3 kali
dalam sehari disertai dengan muntah
dan berlangsung kurang dari 14 hari.3

Manifestasi Klinik keluhan BAB cair sejak 6 hari yg lalu sebanyak


± 12 kali dalam sehari. Dikatakan konsistensi
Manifestasi klinis dari gastroenteritis
BAB cair warna kekuningan tanpa ampas, tanpa
akut biasanya bervariasi. dari salah
disertai lendir dan darah. Setiap BAB keluar
satu hasil penelitian yang dilakukan sebanyak ± 1 gelas aqua.
pada orang dewasa, mual (93%),
Mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu
muntah (81%) atau diare (89%), dan
sebanyak 7x berisi makanan tanpa darah.
nyeri abdomen (76%) umumnya
merupakan gejala yang paling sering Nyeri perut juga dirasakan di ulu hati dan di
bagian pusar, nyeri yang dirasakan seperti

23
dilaporkan oleh kebanyakan pasien. mulas, tidak melilit atau kram dan tidak
Selain itu terdapat tanda-tanda menjalar. demam + sejak 2 hari yg lalu.
dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering,
penurunan turgor kulit, atau perubahan
status mental, terdapat pada <10 %
pada hasil pemeriksaan. Gejala
pernafasan, yang mencakup radang
tenggorokan, batuk, dan rinorea,
dilaporkan sekitar 10%.

Diagnosis : Anamnesis
- BAB cair 12x
 Anamnesis
- Nyeri ulu hati
Onset, durasi, tingkat keparahan,
- Mual muntah 7x
dan frekuensi diare harus dicatat,
- lemas
dengan perhatian khusus pada
karakteristik feses (misalnya,
berair, berdarah, berlendir, Pemeriksaan:
purulen). Pasien harus dievaluasi
- mata cekung
untuk tanda-tanda mengetahui
- mukosa mulut kering
dehidrasi, termasuk kencing
- turgor kulit menurun
berkurang, rasa haus, pusing, dan
- hiperperistaltik
perubahan status mental. Muntah
- Nyeri tekan epigastrium
lebih sugestif penyakit virus atau
penyakit yang disebabkan oleh
ingesti racun bakteri. Gejala lebih
menunjukkan invasif bakteri
(inflamasi) diare adalah demam,
tenesmus, dan feses berdarah
 Pemeriksaan
Umumnya penampilan sakit,
membran mukosa kering, waktu

24
pengisian kapiler yang tertunda,
peningkatan denyut jantung dan
tanda-tanda vital lain yang
abnormal seperti penurunan
tekanan darah dan peningkatan
laju nafas dapat membantu dalam
mengidentifikasi dehidrasi.
Demam lebih mengarah pada
diare dengan adanya proses
inflamasi. Pemeriksaan perut
penting untuk menilai nyeri dan
proses perut akut. Pemeriksaan
rektal dapat membantu dalam
menilai adanya darah, nyeri dubur,
dan konsistensi feses
 Penunjang

Darah:

 Darah perifer lengkap


 Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
 Analisa gas darah apabila
didapatkan tanda-tanda
gangguan keseimbangan asam
basa (pernafasan Kusmaull)
 Immunoassay: toksin bakteri (C.
difficile), antigen virus
(rotavirus), antigen protozoa
(Giardia, E. histolytica).

Feses:

 Feses lengkap (mikroskopis:


peningkatan jumiah lekosit di
feses pada inflamatory diarrhea;

25
parasit: amoeba bentuk tropozoit,
hypha pada jamur)
 Biakan dan resistensi feses (colok
dubur)

Tatalaksana  Kie keluarga mengenai penyakit


pasien dan anjuran rawat inap
Penatalaksanaan diare akut karena
 Kie mengenai diet dan kebersihan
infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
pasien dan lingkungan
rehidrasi sebagai prioritas utama
pengobatan, memberikan terapi  Ivfd Ringer laktat loading 1 flas 

simptomatik, dan memberikan terapi dilanjut 20 tpm

definitif.  O2 NC 2-4 lpm


 Injeksi Ondansetron 1 ampul / 8 jam
 Injeksi Omeprazole 1 ampul / 12
jam
 Loperamid 2 tab  dilanjut 1 tab
tiap diare
 Zink 1x20 mg sampai hari ke 10

26
BAB VI

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus dengan identitas pasien perempuan usia 19 tahun


Pasien datang ke IGD Puskesmas dalam keadaan lemas dengan keluhan BAB cair
sejak 6 hari yg lalu sebanyak ± 12 kali dalam sehari. Dikatakan konsistensi BAB
cair warna kekuningan tanpa ampas, tanpa disertai lendir dan darah. Setiap BAB
keluar sebanyak ± 1 gelas aqua. Keluhan lain juga disertai mual dan muntah sejak 4
hari yang lalu sebanyak 7x berisi makanan tanpa darah. Nyeri perut juga dirasakan
di ulu hati dan di bagian pusar, nyeri yang dirasakan seperti mulas, tidak melilit
atau kram dan tidak menjalar. demam + sejak 2 hari yg lalu. BAK dikatakan
normal. Pasien mengatakan sempat berobat ke Poli PKM namun keluhan tidak
membaik.

Didapatkan keadaan umum pasien tampak lemas dengan kesadaran Apatis.


Kemudian pada pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi pasien meningkat. Mata
tampak cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun. Pada pemeriksaan
laboratorium Tidak dapat dilakukan di PKM. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis dengan Gastroenteritis akut dengan
dehidrasi sedang- berat.

Terapi yang diberikan kepada pasien dimulai dengan rehidrasi, terapi


simptomatik dan edukasi mengenai nutrisi pasien serta kebersihan dari pasien dan
lingkungan pasien. Selanjutnya pasien di follow up sampai adanya perbaikan klinis
dari pasien, kemudian diperbolehkan rawat jalan untuk perawatan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline:


Diagnosis, Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults.
The American Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea in
Adults WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH, MD
Lawrence Family Medicine Residency, Lawrence, Massachusetts [Accessed 5
Mar. 2017].
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009

4. Al-Thani, A., Baris, M., Al-Lawati, N. and Al-Dhahry, S. (2013). Characterising


the aetiology of severe acute gastroenteritis among patients visiting a hospital in
Qatar using real-time polymerase chain reaction. BMC Infectious Diseases,
13(1).
5. Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 5 Mar. 2017 ]
6. Anon, (2017). [online] Available at: (http://www.who.int/child-adolescent-
health/Emergencies/Diarrhoea_guidelines.pdf) A manual for physicians and
other senior health workers [Accessed 9 Apr. 2017].
7. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and
Experimental Gastroenterology, p.97.
8. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016. Harrison's
Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia: McGraw Hill.
9. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology
Organisation. [online] Available at:
http://www.worldgastroenterology.org/guidelines/global-guidelines/acute-diarrhea/
acute-diarrhea-english [Accessed 5 Mar. 2017]
10. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C., Eberhard,
M., Hall, A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The Etiology of Severe

28
Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting Emergency Departments in
the United States. Journal of Infectious Diseases, 205(9), pp.1374-1381.

11. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical


Education. 2015;42(7):504-8.

29

Anda mungkin juga menyukai