SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun oleh:
Nabila
1102014178
Pembimbing:
dr. Hendriks S.P Sirait., Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny.Dania
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Alamat : perumahan Kompas Indah jl. Selat almaera3
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Betawi
Status : belum
Pendidikan Terakhir : SMA
Tanggal datang ke poli : 15 April 2019
Tanggal Pemeriksaan : 15 April 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis menggunakan teknik auto dan alloanamnesis pada tanggal 15
April 2019 di Poli Psikiatri RSUD Kabupaten Bekasi.
A. Anamnesis
Keluhan utama : Sulit tidur
Keluhan tambahan : Mendengar bisikan tetangga mengomentari kulit
pasien yang banyak bekas gigitan nyamuk yang menghitam , melihat
makhluk berwarna hitam .
1
tetangganya yang mengomentari kulit pasien yang banyak bekas
gigitan nyamuk yang menghitam dan memerintah pasien melakukan
sesuatu berlangsung sepanjang hari terutama pada malam hari. Bisikan
– bisikan sudah terjadi sejak 5 tahun lalu, pada awalnya bisikan-bisikan
muncul karena pasien merasa kecewa dengan teman dekatnya saat
bekerja di toko elektronik karena menikah dengan perempuan lain
sehingga pasien berhenti bekerja dan sejak saat itu tidak mendapatkan
pekerjaan yang cocok, pada akhirnya pasien hanya membantu ibu
dirumah kemudian merasa terganggu dengan kakanya yang kedua,
Ny Dasih (52 tahun) yang merupakan pasien yang rutin berobat ke poli
jiwa, sering mengamuk, memecahkan barang barang dirumah dan
menggedor - gedor pintu kamar pasien. Sedangkan kakanya yang
ketiga Tn. Wahyu (47 tahun) mengalami stroke dan terkadang
berbicara melantur sepanjang hari. Pasien juga merasa iri dengan
sahabatnya sejak masa smp bernama Ny.Ika yang beberapakali
menikah dan mempunyai anak. Keluhana lainnya terkadang pasien
melihat makhluk seperti tetangganya tetapi berwarna hitam.
Menurut pengakuan ibu pasien Drajat (70 Tahun), 5 tahun yang
lalu pasien sering bicara ngelantur, emosi yang tak terkendali serta
mengeluh selalu merasa dibicarakan oleh tetangganya. Saat itu pasien
dibawa oleh keluarga ke RS.fatmawati untuk berobat dan setelah
beberapa bulan merasa baikan dan tidak berobat kembali karena terlalu
jauh. Pada 1 bulan terakhir dimana keluhan seperti gangguan persepsi
pasien yang sebelumnya sempat membaik diakui oleh ibu pasien
terlihat kembali.
Pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri di rel kereta api
dan diselamatkan oleh warga sekitar 1 tahun yang lalu dan pasien
mengaku diperintah oleh tetangganya.
2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
3
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun )
4
e. Riwayat Keluarga
Keterangan Gambar :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Pernikahan
:Berpisah
: Perempuan meninggal
CVA : stroke HRT : Heart Disease
Psychosis :PSYCHOSIS
5
6. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
6
B. Pembicaraan
Cara Berbicara
1. Volume : Sedang
2. Irama : Teratur
3. Kelancaran : Artikulasi jelas
4. Kecepatan : Sedang
C. Suasana Perasaan
1. Mood : hipotimia
2. Afek : serasi
3. Empati : Dapat diraba rasakan oleh pemeriksa
D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Auditorik : Pasien mendengar suara ramai tetangga
mengomentarinya tanpa ada sumbernya..
Visual : Pasien melihat bayangan berwujud
tetangganya berwarna hitam
Gustatatorik : Disangkal
Olfaktorik : Disangkal
Taktil : Disangkal
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikir
7
Kontinuitas : Pembicaraan Lancar
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Ada
Obsesi kompulsi : Tidak didapatkan
Fobia : Tidak didapatkan
Ide bunuh diri : Ada
Miskin ide : Tidak Didapatkan
8
4. Konsentrasi dan Perhatian
G. Pengendalian Impuls
9
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x /menit
Suhu : 36 ’C
Frekuensi Nafas : 20x /menit
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler; gallop -/- ;
murmur -/-
Sistem Respiratori
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Asuskultasi : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Cembung, lesi –
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Edema -/-
Genitalia dan Anus : Tidak diperiksa
10
B. Pemeriksaan Neurologis
Tonus : normal
Koordinasi : tidak terdapat gangguan koordinasi
Turgor : baik
Reflex Fisiologis : (+) /(+)
Patologis : (-)/(-)
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
Sensibilitas : baik
Fungsi-fungsi luhur: normal
11
3. Pasien kooperatif, kontak mata adekuat, pembicaraan pasien koheren.
Mood hipotimia, afek pasien tampak serasi.
4. Terdapat gangguan Halusinasi Auditorik dan Halusinasi Visual
5. Keluhan pertama kali muncul saat 5 tahun yang lalu dengan bicara
ngelantur, emosi yang tak terkendali serta menngeluh selalu
dikomentari oleh tetangganya.
6. Impuls baik, tidak ada masalah saat bekerja dan di rumah, serta tidak
menunjukkan sikap agresif selama wawancara.
12
b. Psikologis
Mood : Hipotimia
Afek : Serasi
Gangguan persepsi : Halusinasi Auditorik dan Visual
Isi pikir : Waham (+)
Tilikan : Derajat 4
X. TERAPI
A. Farmakoterapi :
1. Terapi oral
Haloperidol tab 2 x 50 mg (PO)
Chlorpromazine 1 x 2 mg (PO)
Tri hexyphenidyl tab 2 x 2 mg (PO)
B. Psikoterapi
Psikoterapi Persuasif : minum obat teratur dan kontrol
kedokter.
Psikoterapi Sugestif : meyakinkan pasien dengan tegas
bahwa yang didengarnya tidak benar.
Psikoterapi Bimbingan : memberi nasehat kepada pasien
bahwa beribadah itu penting karena dapat menenangkan
pikiran dan mengisi waktu dengan kegiatan yang disukai
oleh pasien
13
XI. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Ad bonam
Karena pasien tidak memiliki kelainan fisik.
Quo ad Functionam : Ad bonam
Karena pasien sudah dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
baik.
Quo ad Sanactionam : Ad bonam
Karena pada pasien ini telah menyadari sepenuhnya bahwa dia harus
terus melanjutkan pengobatan agar dirinya sembuh dan tidak
mengalami gejala-gejala seperti dulu.
HOME VISIT
14
15
IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN
Keluarga inti pasien terdiri dari ibu dan 4 orang anaknya. Ibu pasien dulunya
adalah sebagai pedagang. Pasien sebelumnya bekerja sebagai kasir di toko
elektronik yang berada di Tambun namun saat ini pasien bekerja tidak bekerja.
SOSIAL EKONOMI
Rumah yang ditinggali pasien adalah rumah milik sendiri. Rumah tersebut
cukup luas. Rumah beratapkan genteng dan berlanta. Perabotan yang ada dirumah
hanya seadanya. Rumah terlihat rapi. Pasien tidur bersama dengan ibunya kadang
bersama kakanya. Sumber pendapatan keluargaanya berasal dari kakak tertua.
Pasien tinggal di sekitar lingkungan yang nyaman.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SKIZOFRENIA PARANOID
A. Pengertian
B. Etiologi
Sampai saat ini, belum ditemukan etiologi pasti penyebab skizofrenia.1,7 Namun,
skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh satu etiologi, melainkan gabungan
antara berbagai faktor yang dapat mendorong munculnya gejala mulai dari faktor
neurobiologis maupun faktor psikososial, diantaranya sebagai berikut:
2.4.1 Faktor Neurobiologis
2.4.1.1 Faktor Genetika
Sesuai dengan penelitian hubungan darah
(konsanguinitas), skizofrenia adalah gangguan bersifat
17
keluarga.7 Penelitian tentang adanya pengaruh genetika atau
keturunan terhadap terjadinya skizofrenia tersebut telah
membuktikan bahwa terjadinya peningkatan risiko terjadinya
skizofrenia bila terdapat anggota keluarga lainnya yang
menderita skizofrenia, terutama bila hubungan keluarga
tersebut dekat (semakin dekat hubungan kekerabatan, semakin
tinggi risikonya).7
Diperkirakan bahwa sejumlah gen yang mempengaruhi
perkembangan otak memperbesar kerentanan menderita
skizofrenia.2 Pada penelitian anak kembar, terjadi peningkatan
resiko seseorang menderita skizofrenia akan lebih tinggi pada
kembar identik atau monozigotik (mempunyai risiko 4-6 kali
lebih sering dibandingkan kembar dizigotik).7
Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk
mendapatkan skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui
gen resesif.9 Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah,
tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu
apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak. Angka
presentasi terjadinya skizofrenia dapat dilihat dari tabel
dibawah ini.
2.4.1.2 Faktor Neuroanatomi Struktural
Sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis
merupakan tiga daerah yang saling berhubungan, sehingga
disfungsi pada salah satu daerah mungkin melibatkan patologi
primer di daerah lainnya.4 Gangguan pada sistem limbik akan
mengakibatkan gangguan pengendalian emosi. Gangguan
pada ganglia basalis, akan mengakibatkan gangguan atau
keanehan pada pergerakan (motorik), termasuk gaya berjalan,
ekspresi wajah facial grimacing. Pada pasien skizofrenia dapat
ditemukan gangguan organik berupa pelebaran ventrikel tiga
18
dan lateral, atrofi bilateral lobus temporomedial dan girus
parahipokampus, hipokampus, dan amigdala.1,7
19
C. Epidemiologi
D. Patofisiologi
20
Penurunan aktivitas dopamin pada jalur mesokortikal akan meningkatkan risiko
timbulnya gejala negatif dari skizofrenia.
Hasil di atas juga didukung oleh temuan-temuan pada penelitian
selanjutnya. Penderita dengan skizofrenia memiliki beberapa kelainan pada
otak, yaitu pembesaran ventrikel yang menyebabkan penurunan volume otak
dan substansia grisea korteks. Daerah seperti lobus frontal, amigdala, dan lobus
temporalis medialis, cingulate gyrus, dan superior temporal gyrus mengalami
penurunan volume. Kondisi ini akhirnya menyebabkan kelainan aktivitas pada
daerah tersebut yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala dalam skizofrenia.
Melalui pemeriksaan positron emission tomography (PET), juga dapat diketahui
penurunan aliran darah pada daerah frontal, talamus, dan serebelum pada
kliendengan skizofrenia. Penurunan aktivitas pada daerah prefrontal
dihubungkan dengan penurunan aktivitas dopamin pada daerah tersebut.
E. Manifestasi klinis
Secara garis besar, manifestasi klinis dari skizofrenia terbagi dalam tiga bagian
besar, yaitu :
1. Gejala positif, terutama berupa delusi dan halusinasi. Gejala-gejala
positif yang dapat muncul. Delusi yang muncul dapat berupa delusion of
control, delusion of influence, delusion of passivity, dan delusion of
perception. Halusinasi dapat muncul pada berbagai indera, seperti taktil,
olfaktorik, gustatorik, atau visual, namun auditori adalah halusinasi yang
paling sering muncul.
2. Gangguan dalam berpikir atau disorganisasi yang bermanifestasi dalam
hal bicara dan tingkah laku. Dalam bicara, disorganisasi yang timbul
dapat berupa asosiasi longgar sampai bentuk paling parah berupa word
salad. Dalam tingkah laku, disorganisasi muncul sebagai
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan
makanan dan menjaga kebersihan diri, ataupun dapat berupa perilaku
seperti anak-anak dan agitasi yang tidak terduga.
21
3. Gejala negatif, berupa menarik diri, apatis, ketidakpedulian terhadap diri
sendiri, kemiskinan dalam bicara, dan lain-lain.
Kriteria diagnosis klinis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya
menggunakan pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis klinis
Gangguan Jiwa di Indonesia. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).
- Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang bergema atau berulang
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun
kualitasnya berbeda.
- Thought insertion : isi pikiran yang asing dari luar, masuk ke dalam
pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.
- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
- Delusion of control : waham tentang dirinya yang dikendalikan oleh
sesuatu dari luar dirinya.
- Delusion of influence: waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu
kekuatan dari luar.
- Delusion of passivity: waham tentang dirinya yang pasrah dan tidak
berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception: pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.
- Halusinasi auditorik
- Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya berkaitan dengan masalah
agama atau politik tertentu atau kekuatan diatas kemampuan manusia biasa.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
22
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai dengan ide berlebihan yang
menetap.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, pklienisi tubuh tertentu
(pklienturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, stupor dan mutisme.
d. Gejala negatif : apatis, jarang bicara, respon emklienional yang tumpul
atau tidak wajar, menarik diri, tapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi.
Gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi,
bermanifestasi pada hilangnya minat, hidup tak bertujuan dan penarikan diri
secara sklienial.
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase
yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase
prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa
minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi
jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sklienial,
fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan
perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan
teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”.
Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase
aktif gejala pklienitif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,
inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua
individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan
gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami
eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase
residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala
23
psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada
ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif
berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan
dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sklienial). Pada Skizofrenia
Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara lain :
1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa
maksudnya.
2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-
tololan.
4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai
suatu kesatuan.
6. Gangguan berpikir.
24
kurangnya dukungan sklienial, tekanan kerja, stigmatisasi, kemiskinan,
kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.
F. Kriteria Diagnosis
25
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
G. Diagnosis Banding
H. Penatalaksanaan
26
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia paranoid dapat
berupa penatalaksanaan non-farmakologis dan farmakologis.
- PENATALAKSANAAN NON-FARMAKOLOGIS
Rawat Inap / Hospitalisasi
Pasien yang mengalami gejala-gejala skizofrenia akut harus dirawat di
rumah sakit.6 Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan
di rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya
fasilitas pengobatan rawat jalan.4 Rawat inap diindikasikan terutama untuk
:1,3
1. Tujuan diagnostik
2. Stabilisasi pengobatan
3. Keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan,
maupun mengancam lingkungan sekitar
4. Untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya,
termasuk, ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar, seperti
pangan, sandang dan papan
5. Tidak adanya dukungan dan motivasi sembuh dari keluarga maupun
lingkungan
6. Timbulnya efek samping obat yang membahayakan jiwa
Membangun hubungan yang efektif antara pasien dan sistem
pendukung komunitas merupakan tujuan utama rawat inap.3 Rawat
inap dan layanan rehabilitasi masyarakat juga bertujuan untuk
memaksimalkan kemandirian pasien (contohnya dengan melatih
keterampilan hidup sehari-hari), karena pada pasien dengan gejala sisa
(contohnya gejala negatif dan kognitif) mungkin tidak dapat hidup
mandiri.2 Setelah keluar dari rumah sakit, pasien tersebut perlu di
follow-up teratur oleh ahli psikiatri.6
27
Terapi Psikologis (Psikoterapi) dan Dukungan Sosial (Sosioterapi)
Terapi yang dapat membantu penderita skizofrenia adalah psikoterapi
suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan
maksud mengembalikan penderita ke masyarakat.9 Terapi perilaku kognitif
(cognitive behavioural therapy, CBT) seringkali bermanfaat dalam
membantu pasien mengatasi waham dan halusinasi yang menetap. Tujuannya
adalah untuk mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan, dan tidak secara
langsung menghilangkan gejala. Terapi keluarga dapat membantu mereka
megurangi ekspresi emosi yang berlebihan dan terbukti efektif mencegah
kekambuhan.2
Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.9 Hal ini dimaksudkan
agar pasien tidak mengasingkan diri dan terapi ini sangat penting dalam
menjaga kepercayaan diri dan kualitas hidupnya.2 Penting sekali untuk
menjaga komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga.1
- PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
28
Untuk pasien yang baru pertama kali mengalami episode skizofrenia,
pemberian obat harus diupayakan agar tidak terlalu memberikan efek
samping, karena pengalaman yang buruk dengan pengobatan akan
mengurangi ketaatanberobatan (compliance) atau kesetiaberobatan
(adherence). Dianjurkan untuk menggunakan antipsikosis atipikal atau
antipsikosis tipikal, tetapi dengan dosis yang rendah.9
Sumber : 11
Antipsychotic Agents. Stahl’s Essential Psychopharmacology. 4th
Edition. http://stahlonline.cambridge.org/essential_4th_chapter.jsf
29
Efek obat anti-psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari
setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis.8 Obat anti-psikosis dibagi
dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:3,4,7
30
Tabel 2. Sediaan Obat Anti-psikosis Generasi I dan Dosis Anjuran (yang beredar
di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006).8
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjurkan
Chlorpromazine Chlorpromazine Tab. 25 - 100 mg 150 - 600 mg/hari
Promactil Tab. 100 mg
Meprosetil Tab. 100 mg
Cepezet Tab. 100 mg
Perphenazine Perphenazine Tab. 4 mg
Trilafon Tab 2 - 4 - 8 mg
Trifluoperazine Stelazine Tab. 1 - 5 mg 10 - 15 mg/hari
Fluphenazine Anatensol Tab. 2,5 - 5 mg 10 - 15 mg/hari
Thioridazine Melleril Tab. 50 - 100 mg 150 - 300 mg/hari
Haloperidol Haloperidol Tab. 0,5 - 1,5 mg 5 - 15 mg/hari
Dores Tab. 1,5 mg
Serenace Tab. 0,5 - 1,5 mg
Haldol Tab. 2 - 5 mg
Govotil Tab. 2 - 5 mg
Lodomer Tab 2 - 5 mg
Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2 - 4 mg/hari
Sumber : 8Obat Anti-psikosis. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication). Edisi 3. Hal 14.
31
I, maka harus disertakan obat trihexyphenidyl 2 mg selama 2 minggu sebagai obat
antidotum.
32
Neripros Tab. 1 - 2 - 3 mg
Persidal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Rizodal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Zofredal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Aripiprazole Abilify Tab. 10 - 15 mg 10 - 15 mg/hari
8
Sumber : Obat Anti-psikosis. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Edisi 3. Hal 14-15.
I. Prognosis
Dahulu, bila diagnosis skizofrenia telah dibuat, maka ini berarti
bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagi orang yang bersangkutan, bahwa
kepribadiannya selalu akan menuju ke kemunduran mental (deteriorasi
mental).9 Sekarang dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu
datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-
kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau
recovery). Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun
masih didapati cacat sedikit yang mereka masih harus sering diperiksa dan
diobati selanjutnya (social recovery).9
Skizofrenia bersifat kronis dan membutuhkan waktu yang lama
untuk menghilangkan gejala.1,7 Sekitar 90% dengan episode psikotik
pertama, sehat dalam waktu satu tahun, 80% mengalami episode
selanjutnya dalam lima tahun, dan 10% meninggal karena bunuh diri.2 Kira-
kira 50 persen dari semua pasien dengan skizofrenia mencoba bunuh diri
sekurang satu kali selama hidupnya, dan 10 sampai 15 persen pasien
skizofrenik meninggal karena bunuh diri selama periode follow-up 20
tahun.4 Pasien skizofrenik laki-laki dan wanita sama-sama mungkin untuk
melakukan bunuh diri.
33
Tabel 4. Menunjukkan Prognosis Baik dan Buruk dalam Skizofrenia.3
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat Onset muda
Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual, dan Riwayat sosial, seksual, dan
pekerjaan pramorbid yang baik pekerjaan pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood (terutama Perilaku menarik diri, autistik
gangguan depresif)
Menikah dan telah berkeluarga Tidak menikah, bercerai, atau
janda/duda
Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia
(tidak ada keluarga yang menderita
skizofrenia)
Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk
(terutama dari keluarga) untuk untuk kesembuhan pasien
kesembuhan pasien
Gejala positif Gejala negatif
Jenis kelamin perempuan Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Sering timbul relaps
Riwayat penyerangan
Sumber : 3Skizofrenia. Kaplan & Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi
2. Hal 156.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-
3.
2. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan
Prognosis. Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius
Katona, Claudia Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta : Erlangga.
2012:18-21.
3. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. 2014:147-68.
4. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri
- Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744.
35
10. Terapi Biologis - Antagonis Reseptor Dopamin : Antipsikotik Tipikal.
Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan & Sadock - Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2014:498-
502.
36