Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ABORTUS IMINEN”

MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL


Dosen Pengampu : Tria Wahyuningrum, S.SiT.,M.Keb

Disusun Oleh :

Dewi Erma Natalia Walten (202005029)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB l
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Teori Abortus Iminen

1.1.1. Pengertian
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada setengah awal
kehamilan. Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan
serviks tertutup (Nur Iliani,2013)

Abortus imminens ialah peristiwa ibu terancam kehilangan bayinya pada setengah
awal kehamilan, merupakan komplikasi tersering pada kehamilan dan merupakan beban
emosional yang serius, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan
berat badan lahir rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini,
namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat (Levano,2015)

Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal dengan atau tanpa
nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup (Nur Iliani, 2013)

Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan menyebabkan


beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan meningkatkan risiko
keguguran,kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kematian perinatal,
perdarahanan tepartum, dan ketuban pecah dini (KPD), Namun tidak ditemukan kenaikan
risiko bayi lahir cacat.

Diagnosis abortus imminens ditentukan karena terjadi perdarahan pada awal


kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau tidak sama sekali,
serviks tertutup, dan janin masih hidup.Meskipun dokter umum maupun spesialis kandungan
sering melihat kondisi tersebut,penatalaksanaan abortus imminens pada umumnya secara
empiris.
1.1.2 Tanda dan Gejala

Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai
nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang
yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar
sesuai usia kehamil (Nur Iliani, 2013)

Menurut Sandwell and West Birmingham Hospital, Gejala abortus imminens yaitu:

1. Pendarahan Vagina

Bila ibu mengalami pendarahan vagina bisa berupa bercak ringan atau semburan
perdarahan dengan gumpalan bisa jadi ini gejala abortus imminens. Ibu mungkin
memperhatikan pendarahan saat pergi ke toilet sebagai noda merah muda, coklat atau mera di
atas kertas toilet. Setelah berbaring selama beberapa waktu, ibu mungkin mengalami
peningkatan pendarahan saat bangun, ini karena darah menggenang di vagina saat ibu
berbaring.

2. Nyeri dan Kram Rahim

Gejala abortus imminens juga bisa seperti nyeri tipe haid ringan walaupun tidak selalu
ada. Nyeri dan kram ada di perut bagian bawah. Mereka mungkin berada di satu sisi, kedua
sisi, atau di tengah. Rasa sakitnya bisa sampai ke punggung bawah, bokong, dan alat kelamin.

Setelah mengalami dua hal di atas, ada baiknya ibu memastikan ke dokter kandungan
lewat pemindaian USG. Ini melibatkan

Abortus imminens didiagnosis dengan pemindaian ultrasound. Ini melibatkan probe


yang dimasukkan ke dalam vagina ibu. Pemindaian akan menunjukkan gambar Si Kecil dan
mendeteksi detak jantung bayi. Jika ada detak jantung, itu abortus imminens. Namun, jika
tidak ada detak jantung, maka ini akan mengkonfirmasi keguguran.

1.1.3 Diagnosis Abortus Imminens

Diagnosis abortus imminens ditentukan dari :

 Terjadinya perdarahan melalui ostium uteri eksternum dalam jumlah Sedikit


 Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali
 Uterus membesar, sesuai masa kehamilannya
 Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup
 Tes kehamilan (+)
 Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup

Gambar.1 Abortus Imminens

1.1.4 Penatalaksanaan Abortus Imminens

 Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
 Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan
otot-otot rahim.
 Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
 Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
 Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.

A. Tirah Baring

Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik. Dokter umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal
kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu, dan hanya
satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik.

Lamanya perdarahan vagina, ukuran hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis
tidak mempengaruhi tingkat terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa
istirahat dapat mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari
dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.
Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat,namun tidak perlu
membatasi aktivitas ringan sehari-hari.

B. Abstinensia

Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena pada
saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris,selain
itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan
kolonisasi mikroorganisme divagina.

C. Progestogen

Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau


memiliki efek progesteron,diresepkan pada13-40% wanita dengan abortus imminens.
Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan
uterus untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan.

Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah
satu penyebab keguguran sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens
diduga dapat mencegah keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong
defiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.

Meskipun tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan
dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring,terlepas dari
kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat menyebabkan
missed abortion

Progestogen pada penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti memicu


timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan efek berbahaya
bagi ibu. Selain itu,penggunaan progestogen juga tidak terbukti menimbulkan kelainan
kongenital.

D. hCG (human chorionic gonadotropin)

hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan


kehamilan. Karena itu, hCG digunakan padaa bortus imminens untuk mempertahankan
kehamilan.
E. Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi

Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal
trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang(65%) memiliki flora abnormal vagina. 7 dari 16
orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan 3 dari 7 wanita tersebut
mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri abdomen dan perdarahan vaginal tanpa
kambuh. disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai terapi dan tidak
menimbulkan anomali bayi.

F. Relaksan otot uterus

Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan sebagai


relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan
penggunaan plasebo.

G. Profilaksis Rh (rhesus)

Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan


setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati12
minggu.

1.1.5 Komplikasi Abortus Imminens

Abortus imminens menurut Yeyeh (2010) dan Darma (2015) dapat berakhir pada
abortus inkomplet yang memiliki komplikasi dapat mengancam keselamatan ibu karena
perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiporetrofleksi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

d. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan Karena
infeksi berat (syok endoseptik).

Apabila juga kemungkinan komplikasi abortus imminens yang bisa terjadi adalah:

1. Anemia

Komplikasi abortus imminens yaitu anemia saat hamil dari kehilangan darah sedang
hingga berat, yang terkadang membutuhkan transfusi darah.

2. Infeksi

Infeksi juga bisa menjadi salah satu komplikasi abortus imminens sehingga ibu perlu
penanganan dari dokter.

3. Keguguran

Hal yang sangat tidak diinginkan oleh setiap ibu dan Ayah ketika komplikasi abortus
imminens terjadi yaitu keguguran. Dokter kandungan akan secara berhati-hati untuk
memastikan bahwa gejala yang muncul bukan karena kehamilan ektopik, komplikasi yang
berpotensi mengancam nyawa.
BAB 2

SOAP

2.1 Pengkajian Data

2.2.1 Identitas Klien

Nama klien : Ny. I usia

Usia : 26 tahun

Agama : islam

Suku/bangsa : jawa

Status perkawinan : sudah menikah

Lama perkawinan : 9 bulan

Pendidikan klien : sekolah Menengah Atas (SMA)

pekerjaan klien : karyawan BUMN

Nama suami : klien Tn.S

Usia : 27 tahun
Agama : islam

Suku/bangsa : jawa

Pendidikan suami : Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pekerjaan : TNI/AU

Alamat : jalan Surya No.523 Komplek Angkasa Halim

2.2.2 Data Subjektif

Klien mengeluh lemas, klien mengeluh perdarahan seperti haid, klien mengatakan
pusing, klien mengeluh sesak dan cepat lelah saat beraktivitas, klien mengatakan aktivitas
tergantungan oleh suami, klien mengatakan takut jika janin yang ada dikandungan tidak
berkembang dengan baik, klien mengatakan takut keguguran lagi seperti kehamilan anak
pertama, klien mengatakan tidak napsu makan, klien mengatakan bak 10 x/hari, klien
mengatakan nyeri dibagian perut bawah, klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, klien
mengatakan skala nyeri 6, nyeri dirasakan menetap dan hilang timbul.

2.2.3 Data Objektif

Klien tampak berbaring ditempat tidur, klien terpasang infus dan kateter, tampak
bercak merah muda pada pembalut, vulva tampak lembab, tercium bau amis, hasil balance
cairan yaitu (-120cc), hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 127/80 mmhg,
nadi 82x/menit, suhu 36˚c, pernapasan 20x/menit, kulit tampak pucat, klien terdengar suara
bergetar saat menceritakan masa kehamilan pertama, klien tampak meringis kesakitan .

2.2.4 Diagnosa

1.Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

2.Nyeri akut berhubungan dengan kontaksi uteri

3.Intolernasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring


2.2.5 Perencanaan dan penanganan

A. Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan hipovolemia tidak
terjadi

Kriteria hasil :

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah siastole 110-120 MmHg,
diastole 80-85 MmHg, Nadi 60-80 x/menit, Pernapasan 12-20 x/menit, Suhu 36,5˚c-
37,5˚c.
b. Akral hangat, tidak keluar keringet dingin
c. Mukosa bibir lembab
d. Tugor kulit elastis
e. Perdarahan kurang dari 100cc.

Penanganan Mandiri :

1. Kaji perdarahan pervagina : warna, jumlah pembalut yang digunakan, derajat aliran
dan banyaknya
2. Kaji adanya gumpalan darah
3. Kaji adanya tanda-tanda gelisah, taki kardia, hipertensi dan kepucatan
4. Observasi tanda-tanda vital
5. Kaji input dan output pasien

Penanganan Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan dokter dalam monitor nilai HB dan Hematokrit klien


2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena

Pelaksanaan :

Hari Rabu, 06 Maret 2019

Pukul 13.16 melakukan pemasangan infus cairan RS : klien mengatakan sakit saat disuntik,
RO : klien telah terpasang infus cairan glukose + MgSo4 5 % per 20 tpm. Pukul 18.00 WIB
memberikan obat utragestron 200mg via oral RS : klien mengatakan sudah meminum
obatnya RO : obat utragestron 200mg telah diminum. Pukul 05.00 WIB mengobservasi
tanda-tanda vital RS : - , RO tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 76 x/menit, suhu 36,7˚c,
pernapasan 18x/menit.

Evaluasi :

Hari Rabu, 06 Maret 2019

Subjektif : klien mengatakan 4 kali ganti pembalut, klien mengatakan alirannya tidak deras,
pasien mengatakan lemas, pusing sedikit berkurang.

Objektif : klien tampak keluar darah berwarna merah tua sebanyak 10cc, tidak tampak
gumpalan darah dalam pembalut, tekanan darah 113/78 Mmhg, nadi 65 X/Menit, suhu
36,8˚c, pernapasan 18x/Menit, hasil hematocrit 38% dan hemoglobin 12,1 g/dL.

Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.

Planning : Rencana tindakan dilanjutkan (1,2,3,4,5)

B. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang

Kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri (penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah sistole 110-120 MmHg,
diastole 80-85 MmHg, Nadi 60-80 x/menit, Pernapasan 12-20 x/menit, Suhu
36,5˚c-37,5˚c.

Penanganan Mandiri :

1. Kaji rasa sakit dan karakteristik, termasuk kualitas waktu lokasi dan intensitas nyeri
dengan menggunakan rentang intensitas pada skala 0-10
2. Berikan lingkungan yang nyaman pada pasien dalam ruangan
3. Observasi tanda-tanda vital
4. Lakukan tindakan yang membuat klien merasa nyaman seperti ganti posisi, teknik
relaksasi

Penanganan Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi

Pelaksanaan :

Hari Rabu, 06 Maret 2019

Pukul 14.05 WIB mengobservasi tanda-tanda vital pasien, RS : pasien mengatakan pusing,
RO: Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 127/80 MmHg, nadi 100
x/menit, suhu 36˚c,pernapasan 20x/menit. Pukul 19.45 WIB mengkaji rasa sakit dan
karakteristik, termasuk kualitas waktu, lokasi dan intensitas nyeri dengan menggunakan
rentang intensitas pada skala 0-10 RS : pasien mengatakan nyeri berkurang 5, pasien
mengatakan nyeri masih hilang timbul, nyeri dirasakan dibagian perut bawah RO : pasien
tampak berbaring ditempat tidur, tidak tampak wajah meringis.

Evaluasi :

Hari Rabu, 06 Maret 2019

Subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang 5, pasien mengatakan nyeri masih hilang
timbul, nyeri dirasakan dibagian perut bawah.

Objektif : pasien tampak berbaring ditempat tidur, tidak tampak wajah meringis, tekanan
darah 119/78 mmhg, nadi 63x/menit, suhu 36,7˚c, pernapasan 20x/menit.

Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.

Planning : Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan (1,2,3,4)

C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien dapat melakukan
aktifitas sesuai dengan toleransinya

Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
pernapasan dan nadi
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah siastole 110-120
MmHg, diastole 80-85 MmHg, Nadi 60-80 x/menit, Pernapasan 12-20
x/menit, Suhu 36,5˚c-37,5˚c.

Penanganan Mandiri :

1. Anjurkan pasien agar bedrest

2. Observasi tekanan darah, nadi dan pernapasan


3. Beri informasi untuk tidak melakukan hubungan seksual selama pasien masih merasa
nyeri dan belum siap
4. Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas fisik atau mengangkat beban yang
cukup berat
5. Anjurkan klien untuk tetap rileks dalam menghadapi abortus
6. Bantu klien dalam aktivits perawatan diri : perineal hygiene.

Pelaksanaan :

Hari Rabu, 06 Maret 2019

Pukul 14.10 WIB mengobservasi tekanan darah, nadi dan pernapasan RS : klien mengatakan
pusing RO : tekanan darah 127/80 mmhg, nadi 82 x/menit, pernapasan 20 x/menit. Pukul
14.45 WIB menganjurkan pasien agar bedrest RS : - RO : klien tampak berbaring ditempat
tidur dan terpasang kateter. Pukul 19.30 WIB mengkaji keluhan pasien RS : klien
mengatakan badannya masih terasa lemas, pusing sedikit berkurang. RO : klien tampak
berbaring lemas di tempat tidur.

Evaluasi :

Hari Rabu, 06 Maret 2019

Subjektif : klien mengatakan aktivitas tergantungan oleh suami, klien mengatakan badannya
masih terasa lemas, pusing sedikit berkurang.

Objektif : tekanan darah 104/65 mmhg, nadi 70x/menit, pernapasan 18 x/menit, pasien
tampak berbaring ditempat tidur, perineal hygiene dibantu.
Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.

Planning : rencana tindakan keperawatan dilanjutkan (1,2,4,5,6)

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Nur Iliani Sucipto, Abortus Imminens : Pevention, Inventigation, Management

Sotiriadis A, Papatheodorou S, Makrydimas G. Threatened Miscarriage: Evaluation and


management. BMJ. 2004;329(7458):152-5.2.

Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY, editors. 23rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2010.3.

Wahabi HA, Fayed AA, Esmaeil SA, Al Zeidan RA. Progestogen for treating threatened
miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 2011 [cited 2012 Dec
10];12:CD005943.
Diyah,Elisa. (2017). Faktor risiko kejadian abortus spontan. Diambil pada 01 Mei 2019 pukul
17.07 WIB dari website https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kusuma, Erika. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Abortus . diambil pada 01 Mei 2019
pukul 19.19 WIB dari website
https://www.academia.edu/11316812/asuhan_keperawatan_pada_ibu_abortus

Leveno, Kenneth J. (2015). Manual komplikasi kehamilan Williams. Jakarta : EGC.

Darma, Gde Kiki Sanjaya. (2015). Laporan Kasus Abortus Imminens Juni 2015 Faktor
Resiko, Patogenesis dan Penatalaksanaan. Diambil pada 07 Mei 2019 pukul 19.17 WIB dari
website https://isainsmedis.id

Yeyeh et al. (2010). Asuhan kebidanan 4 patologi. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai