Anda di halaman 1dari 21

Akper Nazhatut Thullab Sampang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu
adalah penyulit kehamilan seperti ruptur uteri. Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Penyebab kematian janin dalam
rahim paling tinggi oleh karena faktor ibu yaitu ibu dengan penyulit kehamilan ruptur
uteri.
Terjadinya ruptura uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih
merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya kematian ibu
dan anak karena ruptura uteri masih tinggi. Insidens dan angka kematian yang
tertinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Afrika dan
Asia. Angka ini sebenernya dapat diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan
masyarakat. Prenatal care, pimpinan partus yang baik, disamping fasilitas
pengangkutan dari daerah-daerah perifer dan penyediaan darah yang cukup juga
merupakan faktor yang penting.
Ibu-ibu yang telah mengalami pengangkatan rahim, biasanya merasa dirinya tidak
sempurna lagi dan takut diceraikan oleh suaminya. Oleh karena itu, diagnosa yang
tepat serta tindakannya yang jitu juga penting, misalnya menguasai teknik operasi.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 4

Akper Nazhatut Thullab Sampang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian rupture uteri?
2. Bagaimana etiologi rupture uteri?
3. Apa penyebab dan klasifikasi rupture uteri?
4. Apa gejala klinis rupture uteri?
1.3 Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit rupture uteri.
1.4 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian Ruptur Uteri.
2. Menjelaskan Etiologi Ruptur Uteri.
3. Menyebutkan Penyebab dan Klasifikasi Ruptur Uteri.
4. Menjelaskan Gejala Klinis Ruptur Uteri.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 5

Akper Nazhatut Thullab Sampang

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Ruptur uteri adalah pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus dengan
robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubung langsung dengan kavum
peritoneum ( Cunningham, 1995, P: 470 ). Ruptur uteri atau robekan uteri merupakan
peristiwa yang sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadangkadang juga pada kehamilan tua.
Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya
daya regang miomentrium. Penyebabnya adalah disproporsi jani dan panggul, partus
macet atau traumatik.
(Prawirohardjo,2002) Ruptura uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila ibu
dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok
dan pedarahan pervaginam.
Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada paramentrium, kadangkadang sangat sulit untuksegera dikenali sehingga sering kali menimbulkan komplikasi
atau bahkan kematian.
Macam - Macam Ruptur Uteri.
A. Menurut cara terjadinya ruptur uteri terbagi atas.
1. Ruptur uteri spontan.
terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan.
terjadi gangguan mekaniame persalinan sehingga menimbulkan ketegangan segmen
bawah rahim yang berlebihan.
2. Ruptur uteri traumatic.
terjadi pada persalinan.
timbulnya ruptur uteri karena tindakan seperti ekstraksi vakum, ekstraksi forsep.
3. Ruptur uterus pada bekas luka parut.
terjadinya spontan.
bekas seksio sesarea.
bekas operasi pada uterus.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 6

Akper Nazhatut Thullab Sampang

B. Menurut robeknya uterus dibagi atas.


1. Ruptur uteri kompleta.
jaringan peritoneum ikut robek.
janin terlempar ke dalam abdomen.
terjadi perdarahan kedalam ruang abdomen.
mudah terjadi infeksi.
2. Ruptur uteri inkompleta.
jaringan peritoneum tidak ikut robek.
janin tidak terlempar ke ruang abdomen.
tidak terjadi perdarahn dalam ruang abdomen.
perdarahan dapat menuju keliang senggama (vagina).
perdarahan dapat dalam bentuk hematoma.
C. Menurut lokasinya, dibagi atas.
1. Korpus uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti seksio
sesarea klasik atau miomektomi
2. Segmen bawah rahim.
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama. SBR tambah lama, tambah regang
dan tipis dan akhirnya terjadi ruptur uteri.
3. Serviks uteri.
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi,
sedang pembukaan belum lengakp.
4. Kolpoporeksis-kolporeksis.
Robekan-robekan diantar serviks dan vagina.
D. Menurut gejala klinis, dibagi atas.
1. Ruptur uteri imminens (membakat = mengancam), penting untuk diketahui.
2. Ruptur uteri sebenarnya.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 7

Akper Nazhatut Thullab Sampang

2.2 Etiologi
Ruptur uteri yang terjadi secara spontan, disebabkan oleh.
1. Panggul yang terlalu sempit.
2. Tumor pada jalan lahir.
3. Malposisi kepala.
4. Faktorpredisposisi (multiparita, tekanan keras pada fundus uteri, stimulus
oksitosin).
5. Janin letak lintang.
6. Hidrosefalus.
7. Ruptur uteri traumatic, disebabkan oleh.
8. Kecelakan (jatuh, tabrakan).
9. Manual plasenta.
10. Embriotomi.
11. Trauma tumpul atau trauma tajam dari luar.
12. Stimulus oksitosin.
13. Dorongan pada fundus uterus yang terlalu keras (biasanya dilakukan oleh
dukun dalam menyelesaikan persalinan).
14. Dystosia.
15. Usaha vaginal untuk melahirkan janin.
16. Penyakit rahim misalnya udenomiosis.
17. Ruptur uteri pada bekas luka parut.
Ruptur uteri ini terdapat paling serimg pada parut bekas seksio sesarea, peristiwa
ini jarang timbul pada uterus yang telah dioperasi untuk mengangakat mioma
(miomektomi). Penyebabnya sama dengan ruptur uteri yang terjadi secara spontan.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 8

Akper Nazhatut Thullab Sampang

2.3 Patofisiologi
a. Ruptur uteri spontan.
Ruptur uteri ini terjadi secar spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut). Faktor
pokok disini adalah bahwa persalinan tidak dapat berjalan dengan baik karena ada
halangan misalnya: panggul yang sempit, hidrosefalus, janin yang letak lintang, dll.
Sehingga segmen bawah uterus makin lama makin diregangkan. Pad suatu saat
regangan yang terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan miometrium, maka
terjadilah ruptur uteri.
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri adalah multiparitas,
stimulus oksitosin, dll. Disini ditengah-tengah miometrium sudah terdapat banyak
jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga
regangan lebih mudah menimbulkan robekan.
Pada persalinan yang kurang lancar, dukun-dukun biasanya melakukan tekanan keras
kebawah terus-menerus pada fundus uterus, hal ini dapat menambah tekanan pada
segmen bawah uterus yang sudah regang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri.
Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlalu tinggi / indikasi yang tidak tepat bisa
menyebabkab ruptur uteri.
b. Ruptur uteri traumatic.
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan.
Robekan ini yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi karena
rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih sering terjadi
adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. Disini karena dystosia sudah
ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal untuk melahirkan janin
mengakibatkan timbulnya ruptur uteri.
Hal itu misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan
bertentangan dengan syarat. Kemungkinan besar yang lain adalah ketika melakukan
embriotomi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri dengan tangan untuk
mengetahui terjadinya ruptur uteri..
c. Ruptur uteri pada luka bekas parut.
Diantar parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio sesarea
klasik lebih sering menimbulkan ruptur uteri dari pada parut bekas seksio sesarea
profunda. Hal ini disebabkan karena luka pada segmen bawah uterus yang menyerupai
daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik,
sehingga parut lebih kuat.
Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 9

Akper Nazhatut Thullab Sampang

Ruptur uteri pad bekas parut sesarea klasik juga lebih sering terjadi pad kehamilan tua
sebelum persalinan dimulai, sedang peristiwa tersebut pada parut bekas seksio sesarea
profunda umumnya terjadi waktu persalinan. Ruptur uteri pasca seksio sesarea bisa
menimbulkan gejala-gejala seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga
terjadi tanpa banyak menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi
robekan secara mendadak, melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas luka
menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur uteri. Disini
biasanya peritoneum tidak ikut serta sehingga terdapat ruptur uteri inkompleta. Pada
peristiwa ini ada kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul perdarahan yang
sebagian berkumpul di ligametum dan sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal
dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada. Sementar itu penderita merasa nyeri
spontan atau nyeri pada perabaan tempet bekas luka. Jika arteria besar terluka, gejalgejal perdarahan, anemia dan syok, janin dalam uterus meningggal pula.?
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala ruptur uteri internum (RUI).
1. Pasien nampak gelisah, ketakutan disertai dengan perasaan nyeri di perut.
2. Pad setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan.
3. Pernapasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
4. Ada tanda dehidrasi pada partus yang lama yaitu mulut kering, lidah kering dan
haus, badan panas (demam).
5. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
6. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras sedangkan SBR teraba tipis dan
nyeri kalau ditekan.
7. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang
keatas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih sehingga pada kateterisasi
ada hematuria.
8. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin tidak teratur (asfiksia).
9. Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi seperti edema
porsio, vagina, vulva.
Gejala ruptur uteri sebenarnya .
a. Inspeksi.
- Pada his yang kuat sekali pasien merasa kesakitan yang luar biasa, merasa
perutnya seperti akan dirobek.
Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 10

Akper Nazhatut Thullab Sampang

- Gelisah, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.


- Pernapasan jadi dangkal dan cepat dan kelihatan haus.
- Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
- Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur.
- Keluar perdarahan pervagina yang biasanya tak begitu banyak.
- Kadang-kadang ada perasan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan bahu.
- Kontraksi uterus biasanya hilang.
b. Palpasi.
- Teraba krepitasi pada kulit perut yang menansdakan adanya emfisema subkutan.
- Bila kepala janin sudah keluar dari kavum uiteri, jadi berada di rongga perut,
maka teraba bagian-bagian janin langsung ikulit perut.
- Nyeri tekan pada perut, terutama pada bagian yang robek.
c. Auskultasi.
- Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa mnit setelah
ruptur.
d. Pemerisaan dalam.
- Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah dapat
terdorong ke atas dan disertai dengan perdarahan pervagina yang akan banyak.
- Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim.
e. Kateterisasi.
- Ada hematuria yang menandakan adanya robekan pada kandung kemih.)
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada Rupture Uteri adalah:
1. Perdarahan
2. Syok
3. Infeksi
4. Trauma kandung kemih (ureter)
5. Tromboflebitis
6. Koagulasi intravascular diseminata
7. Hipofungsi hipofisis (misal,gagal menyusui) atau kematian. Jika pasien tetap hidup,
dapat terjadi infertilitas atau sterilitas.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 11

Akper Nazhatut Thullab Sampang

2.6 WOC

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1.

Hitung Darah lengkap dan Apusan Darah

Batas dasar hemoglobin dan nilai hematokrit dapat tidak menjelaskan banyaknya
kehilangan darah.
2.

Urinalisis :

Hematuria sering menunjukkan adanya hubungan dengan perlukaan kandung kemih.


3.

Golongan Darah dan Rhesus

4 sampai 6 unit darah dipersiapkan untuk tranfusi bila diperlukan

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 12

Akper Nazhatut Thullab Sampang

2.8 Asuhan Keperawatan Teori


A. Pengkajian
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar
keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida,
primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan
jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi
persalinan, manipulasi kala II dan III.
4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5. Pengkajian fisik :
Tanda vital :
Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
Suhu : Normal/ meningkat
Kesadaran : Normal / turun
Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi
Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill memanjan
Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
3. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
4. Resiko infeksi b/d perdarahan
5. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 13

Akper Nazhatut Thullab Sampang

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1.

Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam

Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan


Rencana tindakan :
a. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang
R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan
darah keotak dan organ lain.
b. Monitor tanda vital
R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
c. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
d. Evaluasi kandung kencing
R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
e. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas
simpisis.
R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta,
satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
f. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya
perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat
hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien
merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.
g. Berikan infus atau cairan intravena
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular
h. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
i. Berikan antibiotic
R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan
j. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 14

Akper Nazhatut Thullab Sampang

2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam


Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana keperawatan :
a. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
b. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer
berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
c. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam
produksi ASI
d. Tindakan kolaborasi :
Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan
tanda hipoksia jaringan )
Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi
sirkulasi jaringan ).
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan
perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
a. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
b. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
c. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
d. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
e. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
f. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 15

Akper Nazhatut Thullab Sampang

4. Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan


Tujuan : Tidak terjadi infeksi (lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal)
Rencana tindakan :
a. Catat perubahan tanda vital
R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
b. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan
nyeri panggul
R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak
terdeteksi
c. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang
berkepanjangan
d. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas,
mastitis dan saluran kencing
R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
e. Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah
R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
f. Tindakan kolaborasi
Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan
infeksi).

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 16

Akper Nazhatut Thullab Sampang

5. Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.


Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran
dan tanda-tanda dalam batas normal)
Rencana tindakan :
a. Anjurkan pasien untuk banyak minum
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat
meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.
b. Observasitanda-tandavital tiap 4 jam.
R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara
dini.
c. Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara baik.
d. Observasi intake cairan dan output.
R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang
berlebihan.
e. Kolaborasi dalam : - Pemberian cairan infus / transfusi
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat
meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock.
f. Pemberian koagulantia dan uterotonika.
R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang
kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
2.9 Analisa Data
No
1.

Data
DS :

Ruptur uteri

Keluhan :
Pasien

Etiologi

Masalah
Gangguan

rasa

nyaman Nyeri

mengeluh

nyeri
Pengkajian nyeri:
p. Terdapat robekan
uterus
q. Nyeri yang
dirasakan tajam

Robekan uterus
merusak jaringan dan
syaraf-syaraf dinding
uterus
Mempengaruhi
nosiseptor
Nyeri

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 17

Akper Nazhatut Thullab Sampang

r.

Pasien melaporkan
nyeri

di

seluruh

lapang abdomen
s.
t.

Skala nyeri 8 (1-10)


Nyeri

bertambah

hebat seiring dengan


kontraksi uterus
DO :
Nadi : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
Temp : 37,50C
2.

DS:
Pasien

mengeluh

Ruptur uteri

Ketidakefektifan
pola nafas

sesak
DO:
Pernafasan

pasien

tampak dangkal dan

Robekan uterus

cepat

merusak jaringan dan

RR : 28menit)

syaraf-syaraf dinding
uterus

Mempengaruhi
nosiseptor

Nyeri
RR cepat dan dangkal
3.

DS:
Pasien

mengeluh

lemas, kelelahan
Kulit dingin, pucat,
lembab

Robekan uterus

syok hipovolemik

mengenai pembuluhpembuluh darah


utama

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 18

Akper Nazhatut Thullab Sampang

DO:
1.

Pasien

tampak Perdarahan intra uteri

pucat, mata cowong


2. Konjungtiva anemis

syok hipovolemik

3. TD 90/60 mmHg
4. Nadi 110x/ menit
5. HB: 11,5
6. CRT>3detik
4.

DS:
Pasien

Ruptur uteri

Resiko cidera janin

mengeluh

janin nya bergerak


lebih aktif

Plasenta terlepas

DO:
DJJ terdengar tidak

Mempengaruhi

teratur (100x/ menit)

kondisi janin

Janin kekurangan
nutrisi dan oksigen

Prematuritas,
kondisi gawat janin
Resiko cidera janin
2.10

Diagnosa Keperawatan

1. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan


2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, terputusnya kontinuitas jaringan
dan syaraf pada dinding uterus
3. Resiko cidera janin berhubungan dengan kondisi gawat janin

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 19

Akper Nazhatut Thullab Sampang

2.11

Intervensi Keperawatan

Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan


Tujuan: Dalam waktu 124 jam volume cairan seimbang
Kriteria hasil:
a.

CRT <2 detik

b. Hb normal (12-14g/dl)
c. TTV normal (T: 120/80 mmHg, RR: 20x/menit, S: 37,5 C, Nadi : 80-100
x/menit)
No
1.
2.

Intervensi
Kolaborasi

Rasional

pemberian Mengganti volume cairan tubuh

transfusi darah.

yang hilang.

Pantau intake dan output

Dengan mengetahui intake dan


output cairan diketahui
keseimbangan cairan dalam tubuh

3.

Setelah 24 jam anjurkan untuk Minum


minum tiap jam

yang

menambah

sering

dapat

pemasukan

cairan

melalui oral.
3.

Kolaborasi pemberian cairan pemberian cairan infus dapat


infuse

mengganti jumlah cairan elektrolit


yang terbuang, sehingga dapat
mencegah keadaan yang lebih
buruk pada ibu.

4.

Pantau TTV serta tanda-tanda

tekanan darah turun, suhu

dehidrasi

meningkat, dan nadi meningkat


merupakan tanda-tanda dehidrasi
dan hipovolemia.
Dan dengan mengobservasi tandatanda kekurangan cairan dapat
diketahui sejauh mana
kekurangan cairan pada ibu.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 20

Akper Nazhatut Thullab Sampang

Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus,


terputusnya kontinuitas jaringan dan syaraf pada dinding uterus
Tujuan: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang setelah 1x24 jam
Kriteria hasil:
a. Skala nyeri (0-3) dari (1-10)
b. TTV normal (T: 120/80 mmHg,RR : 20x/menit, S : 37.5 C, Nadi 80-100 x/menit)
c. Klien tampak rileks
d. Kemajuan persalinan baik
No
1.

Intervensi
Tentukan

sifat,

Rasional

lokasi

dan Membantu dalam mendiagnosa

durasi nyeri, kaji kontraksi dan memilih tindakan


uterus, hemoragic dan nyeri
tekan abdomen
2.

Berikan

lingkungan

yang Teknik

nyaman, tenang dan aktivitas mengalihkan

relaksasi

dapat

perhatian

dan

(relaksasi) untuk mengalihkan mengurangi rasa nyeri.


nyeri
3.

Kuatkan

dukungan

dukungan keluarga.

sosial/ Dengan kehadiran keluarga akan


membuat klien nyaman,
dan dapat mengurangi tingkat
kecemasan

dalam

melewati

persalinan,

klien

merasa

diperhatikan

dan

perhatian

terhadap nyeri akan terhindari


4.

Kolaborasi
narkotik,

pemberian Pemberian

narkotik,

sedative,

sedative, analgesik analgesik dapat mengurangi nyeri

sesuai instruksi dokter

hebat.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 21

Akper Nazhatut Thullab Sampang

Resiko tinggi cidera janin berhubungan dengan kondisi gawat janin


Tujuan: Dalam waktu 124 jam janin dalam kondisi selamat
Kriteria hasil:
a.

DJJ normal (120-160/menit)

b. Pergerakan bayi normal


c.

Bayi lahir selamat

d. Kemajuan persalinan baik


No
1.

Intervensi

Rasional

Observasi tekanan darah dan

Penurunan dan peningkatan

nadi klien

denyut nadi menunjukan kondisi


sirkulasi klien yang
mempengaruhi janin, sehingga
harus dimonitor secara teliti

2.

Dapatkan
secara

data

manual

elektronik,

dasar
dan

pantau

DJJ DJJ harus dalam rentang 120-160


atau dengan variasi rata-rata

dengan percepatan dalam respon terhadap

sering. perhatikan variasi DJJ aktivitas maternal,


dan perubahan periodic pada gerakan janin dan kontraksi
respon

terhadap

kontraksi uterus.

uterus.
3.

Berikan O2 10-12 liter dengan

Meningkatkan oksigen pada janin

masker jika terjadi tanda-tanda


distress janin
4.

Kolaborasi untuk tindakan

Untuk menyelamatkan janin

operasi

segera dan menghilangkan


distress janin

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 22

Akper Nazhatut Thullab Sampang

BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1 Kesimpulan
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah riwayat
pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin yang
sembarangan atau persalinan yang lama serta presentasi abnormal ( terutama terjadi
penipisan pada segmen bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan gejala ruptur
uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu terjadinya,
Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut etiologinya, dan Menurut
simtoma klinik.
3.2 Saran
1. Untuk Akademi
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat
menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah Keperawatan Maternitas dan mata
kuliah lainnya.
2. Untuk Mahasiswa /i
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini serta dapat
mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang materi pembelajaran.
3. Untuk pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan
yang bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 23

Akper Nazhatut Thullab Sampang

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing 2, JB.
Lippincot Company, Pholadelpia.
2. Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
3. Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
4. Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia,
Jakarta.
5. RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya
6. Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.
7. Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

Askep Maternitas Pada Ibu Bersalin Dengan : Ruptur Uteri Internum (RUI)

Page 24

Anda mungkin juga menyukai