PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam sistem
pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah
dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool, England
dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan memberikan
pengobatan kepada klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama terutama mereka
dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan lingkungan, dan
gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum
ditemukan di masyarakat (Smith & Maurer, 2000). Kunjungan rumah juga dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko
penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti:
perawatan nifas pada ibu paska melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan klien dengan
Tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan klien dengan berbagai
penyakit, dll (Stanhope & Lancaster, 2001).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini,
berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini.
Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pealayanan kesehatan juga semakin meningkat dan
berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjdai kebutuhan
perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping itu
perawatan di rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut) yang
cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang membutuhkan perawatan dan
pengobatan jangka panjang.
Hali ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi klien dan keluarganya, bila
mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan klien dan keluarga lebih intens dan
interaksi lebih bebas bila berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi perawatan di rumah
yang relative lebih murah dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit sehingga di rumah
lebih cost effective.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tentang Home Care dalam keperawatan komunitas?
2. Bagaimana prospek, tantangan dan peluang dalam keperawatan komunitas?
4
1.3
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang home care dalam
keperawatan komunitas
2. Mahasiswa dapat mengetahui memahami tentang prospek, tantangan dan peluang
dalam keperawatan komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
HOME CARE
A.
Pengertian
Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan kesehatan yang
komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan untuk individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan
atau meningkatkan kemandirian, menimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit
terminal (Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian integral dari
pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga,
dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka
hadapi (Sherwen, 1991).
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat kesehatan
masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari
kumpulan perawat komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu dan
anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medikal bedah.
Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier
yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja sama dengan keluarga dan tim
kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan rumah adalah sebuah spektrum kesehatan yang luas
dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidak
mampuan dan membantu klien menyembuhkan yang menderita penyakit kronik (NAHC,
1994).
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan rumah adala
klien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional
(multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan membantu klien kembali ketingkat
kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah beradasarkan kontrak dan
merupakan kelanjutan dari pelayanan keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan.
B.
adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Karena berbagai pertimbangan terpaksa
6
dampak yang
menguntungkan baik bagi klien dan keluarganya maupun bagi tenaga yang terlibat dalam
pelayanan home care. Bagi klien dan keluarga dapat membantu secara efisien dalam
mengurangi beben biaya rawat inap dirumah sakit yang makin mahal dan semakin tidak
terjangkau, disamping pula meningkat kemandiri keluarga dalam perawatan klien dirumah.
Sedangkan bagi para petugas yang terlibat terutama dalam pelayanan langsung dirumah klien
program ini dapat memberikan variasi lingkungan kerja dan mampu menambah pengasilan
bagi para perawat yang bekerja dirumah sakit.
7
benefits, administrivia, dan hospital large-scale mind set. Sedangkan hambatan eksternal
menyangkut system pembayaran yang tidak ancer, meliputi: reimbusment changes,
propective payment dan case management yang tidak hati-hati. Untuk menanggulangi
hambatan faktor internal dan eksternal HHC menurut Lerman and Linne, (1993) diarahkan
pada :
a. Menetapkan strategi MIA (Mission, Innovation, and Autonomy) untuk
mengatasi hambatan internal.
M = Mission
Antara agen / unit home care dan rumah sakit harus saling bersinergi dan
mempunyai kesamaan pandangan dalam hal meningkatkan kunjungan klien,
dimana bersama-sama berusaha secara aktif dan proaktif, sehingga akan mampu
meningkatkan kepuasan pelanggan dalam pelayanan program HHC sehingga
akan berdampak pada peningkatan kunjungan kerumah sakit (klien Rawat jalan),
penghematan biaya : HHC didesain untuk memaksimalkan penghematan biaya
rumah sakit dengan menurunkan Length of stay (LOS)
I = Innovation
Agensi atau hospitalisasi Bassed Home Care harus dapat mendorong
menciptakan inovasi inovasi terbaru berkaitan dengan pemasaran dan
pelayanan. Dalam konteks ini rumah sakit harus mendukung kegiatan HHC
tersebut dengan memberikan reward yang positif dan memadai. Ada dua prinsip
yang harus dipegang untuk mengembangkan hal tersebut, yaitu :
a) Jika
rumah
sakit
diimplementasikan
memiliki
tanpa
program
mengganggu
inovasi
yang
dapat
operasional
HHC,
maka
1.
2.
Pelayanan rehabilitasi
3.
4.
5.
6.
7.
Langkah langkah Home Care menurut Smith (1995) ada empat aktifitas atau fase
dalam melaksanakan keperawatan dirumah, yaitu:
1. Fase Permulaan
Perawatan merupakan kasus kasus yang perlu ditidak lanjuti dirumah, melelui
seleksi kasus dipuskesmas sesuai dengan prioritas. Kemudian menetapkan jadwal
kunjungan, kontrak waktu kunjungan dengan membuat kesepakatan dengan keluarga
tentang waktu kunjungan dan kehadiran anggota keluarga pengambilan keputusan.
Selama fase ini pula perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan
mengetahui bagaimana keluarga menangapi suatu masalah kesehatan. Selain itu juga
perawat menyiapkan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan seperti mempelajari riwayat penyakit klien (individu atau anggota
keluarga) dari rekan kesehatan anggota keluarga (family folder) dipuskesmas dan
pencatatan lain (unit pelayanan kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut,
membuat catatan singkat tentang masalah klien dan keluarga tersebut.
2. Fase implementasi
Fase ini perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana,
eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan
pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannya dan sediakan pula informasi
tertulis.
3. Fase terminasi
Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan bersama keluarga. Menyususn rencana tindak lanjut terhadap
masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin
dialami keluarga. Tinggal nama dan alamat perawat serta nomor telpon yang bisa
dihubungan oleh keluarga.
10
11
3. Agen kombinasi
Pada agen jenis ini petugas merupakan gabungan antara agen pemerintah dan agen
sukarelayang memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan penghasilan di
bawah standar. Pelayanan kesehatan yang diberikan dengan memperhatikan peran
seperti halnya mereka bekerja dengan agen pemerintah.
4. Agen rumah sakit
Agen ini berbeda dan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan agen
pelayanan kesehatan rumah lainnya. Dewan Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab
dan mengatur pelayanan kepada klien ini. Lebih dari itu klien yang dirawat di Rumah
Sakit telah mempunyai akses ke petugas kesehatan di rumah sakit tersebut apakah
agen pemerintah, voluntir, swasta maupun kombinasi, tergantung dari struktur rumah
sakit terkai.
Kegiatan ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi rumah sakit, sehigga
mereka akan lebih berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan dan siap
bersaing dengan agen lain yang berbasis komunitas.
5. Agen proprietary/swasta
Pendirian agen jenis ini atas perolehan izin dari pemerintah. Untuk melakukan
kegiatan pelayanan kesehatan rumah mereka harus memiliki lisensi, sertifikat dan
akreditasi. Pemilikan usaha ini bertanggung jawab kepada pemerintah menerima
pembayaran dari pihak ketiga dan klien sebagai individu, jika tidak menjadi peserta
asuransi. Pelayanan yang diberikan harus sesuai standar, tidak hanya mementingkan
unsur keuntungan.
Jika klien memiliki bukti bukti pelayanan di bawah standar, klien dapat mengajukan
klaim/komplain. Munculnya berbagai jenis agen yang menyediakan pelayanan
kesehatan rumah di masyarakat dengan perhatian utama ditujukan kepada pelayanan
yang berkwalitas, hal ini merupakan suatu isu emosional terutama orang orang yang
bekerja pada agen yang bersangkutan. Agar pelayanan yang mereka berikan tetap
berkwalitas, maka pemerintah melakukan pengaturan yang merangsang proses
kompetisi secara sehat, di antara aen yang ada sehingga dapat mengembangkan dan
memelihara program pelayanan kesehatan yang mereka janjikan.
Aspek lain yang menjadi perhatian pemerintah adalah biaya yang terjangkau oleh
individu dan keluarga. Manajemen dan penampilan di samping administrasi yang rapi
merupakan ukuran lain pada aspek penilaian.
12
Akreditasi adalah penilaian kembali terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterima
masyarakat, dilakukan baik oleh pemerintah atau badan independen yang akan
mengendalikan pelayanan kesehatan rumah. Tujuan proses akreditasi, agar seluruh komponen
pelayanan dapat berfungsi secara optimal, tidak terjadi penyalahgunaan serta penyimpangan.
Komponen evaluasi meliputi:
1. Pelayanan masyarakat
2. Organisasi dan admnistrasi
3. Program
4. Staf/personal
5. Evaluasi
6. Rencana yang akan datang
C.
perawat yang mahir dan berkompeten. Kompetensi profesional adalah kebutuhan utama bagi
perawat kesehatan rumah yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan dan mempunyai
pengalaman praktik yang berbeda. Kedua aspek ini harus disiapkan dengan baik selama masa
pendidikan karena mempunyai konstribusi dalam pelanyanan kesehataan rumah. Kelak
perawat harus dididik dan dilatih untuk memperoleh pengalanman dan mencapai
kemamnpuan yang lebih tinggi sehingga selain dapat bekerja dengan rekan seprofesi maupun
profesi lain, mampu bekerjasama dengan klien dan anggota masyarakat. Lulusan serjana
keperawatan merupakan tingkat minimum untuk bergabung daalam profesi perawat
kesehatan masyarakat.
Kualitas pendidikan merupakan dasar untu mengembangkan karakteristik penting
dalam pelayanan kesehatan rumah. Pengalaman hidup, empati dan kesadaran diri adalah
faktor yang tidak dipisahkan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas pada klien.
Didalam pelayanan kesehatan rumah, lulusan sarjana keperawataan (SI) merupakan tenaga
perawat tingkat minumum yang akan teribat hanya sebagai perawat staf, sedang tenaga
perawat lulusan pascaserjana (spesialis) (S2) yang telah dipersiapkan dengan baik,akan
bertindak sebagai perencanaan, pengatur program dan dapat pula berfungsi sebagai tenaga
pengajar. Jika pelayanan kesehatan rumah berkembang , maka kebutuhan akan perawat akan
spesialis klinin akan meningkat terutama dalam keperawatan tekhnologi tinggi yang
dipindahkan dari rumh sakit kesituasi rumah. Pengaturan pelayanan keperawtan rumah lebih
13
dibutuhkan perawat klinis spesialis untuk mengatur dan mengembangkan program dalam
memenuhi kebutuhan poulasi yang dilayani melalui jaringan yang ada.
D.
Lingkup Praktik
Hal penting yang perlu diingat bahwa pelayan kesehatan rumah adalah bagian dari
perawat kesehatan masyarakat, yang menitip beratkan kegiatan promosi kesehatan. Kegiatan
promosi kesehatan adalah komponen dasar dari praktik kesehatan yang dilakukan pada klien
dengan tujuan utama memfasilitas (mempermuda) klien melakukan perawaan diri sendiri.
Menurut Orem (1995) perawata mandiri adalah aktifitas aktifitas praktik individu yang
meliputi pemeliharaan kesehatan dan kesejatraan klien tampa mengabaikan kecactan mereka.
Contoh, klien dengan pasca strok tidak mampu melakukan kegatan sehari hari tanpa bantuan.
Walupun demekian klien dapat dilatih dan diajarkan me;akukan kegiatan dengan modifikasi
sehingga secra bertahap klien menuju ketahap pelaksanaan prinsip perawatan diri sendiri
secara sempurna.
Pada dasarnya perawatan diri sendiri adalah suatu tindakan yang dipilih oleh konsumen
dan klien terhadap diri mereka sendiriuntuk memelihara kehdupan kesehatan kesejatraan
mereka (Goeppengor, 1992). Tujuan utama untuk membantu mencega terjadinya penyakit
dan untuk menngkatkan kesejatraan klien pada area kesehatan rumah. Klien yang
menentukan dan mengontrolpelayanan yang diberiakan kepadanya dan rencana pelayanan
yang akan diberikan harus ditetapkan bersama sama. Perawat hanya bertindak sebagai
pasilitator untuk mengembangkaan prilaku kesehatan positif kepada individu yang mengidap
penyakit tertentu, setelah kembali ke rumah sakit / instansi kesehatan lain.
Aplikasi proses keperawatan difokuskan pada kepada kebutuhan klien individu dan
pemberi perawatan mereka. Menurut American Nurses Credentialing center, kerangka kerja
praktik kesehatandi rumaha adalah manajemen perawatan, yang mencakup: penggunaan
proses keperawatan untuk mengkaji, mendiagnosis, merencanakan, dan mengevaluasi
perawatan; pelaksanaan intervensi keperawatan, termasuk penyuluhan; koordinasi dan
penggunaan rujukan dan sumber; pemberian dan pemantauan semua tingkat perawatan semua
teknis; kolaborasi dengan disiplin lain dan pemberi perawatan lai; identifikasi masalah klinis
dan penggunaan pengetahuan penelitian; sepervisi personel tambahan; dan advokasi hak klien
untuk determinasi diri.
Perbedaan antara keperawatan kesehatan di rumah berbeda dengan peran perawat di
perawatan akut. Stackhouse (1998) mengidentifikasi beberapa pertimbangan utama pada
keperawatan kesehatan rumah:
14
a. Perawat bekerja dalam lingkungan klien. Perawat adalah tamu di rumah klien.
Di rumah sakit, sering kali ada perasaan bahwa perawat dan dokter adalah
pemilik rumah sakit dan klien adalah tamu.
b. Kebutuhan akan komunikasi yang jelas dan lengkap penting karena anggota tim
kesehatan lain biasanya tidak hadir bersama perawat.
c. Pengetahuan mengenai sistem reimbursement sangatlah pentng. Klien harus
mengetahui layanan apa yang tersedia karena sebagian besar orang tidak
membayar langsung atas layanan.
d. Perawat kesehatan rumah bekerja sendiri. Perawat di ruah sakit dikelilingi oleh
rekan kerja yang lain, sedangkan perawat kesehatan rumah hanya memiliki
telepon.
e. Perawat di rumah sakit memiliki berbagai suplai dan peralatan. Perawat
kesehatan rumah sering kali harus membuat atau mengadaptsi peralatan untk
disesuaikan dengan rumah.
f. Pengetahuan mengenai sumber komunitas itu penting. Sumber komunitas sering
kali dapat menimbulkan banyak perbaikan pada kualitas hidup klien. Perawat
kesehatan di rumah sebaiknya memiliki berkas sumber untuk dibagikan ke klien
dan keluarga klien
E.
masalah kesehatan yang teridentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok keluarga.
Perawat tersebut memiliki kemapuan klinik yang general dan dapat bekerja dengan klien dari
seluruh kelompok usia.
Prinsip hubungan perawat klien dengan keluarga:
1. Focus intervensi perawat adalah keluarga
2. Intervensi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan kesehatan dan
pencegahannya
3. Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan terhadap
kesehatan.
4. Perawat adalah tamu di rumah keluarga
15
Kontrak Kerja
Kontrak adalah elemen utama dari hubungan perawat klien meliputi ketetapan /
peratutan maupun petunjuk, permintaan pihak III yang akan membayar jasa bagi pemberi
pelayana kesehatan. Kontrak dapat direpisisesuai dengan perawatan yang dilakukan dirumah,
dilakukan tergantung dari setiap fase/ tahap proses kesetahan. Sebagai contoh, pada tahap
pengkajian, perawat melakukan pengujungan rumah untuk mengumpulkan data dan
16
menentukaan komponen persetujuan dan rencana tindakan yang akan dilakukan bersama
klien dan keluarga.
Apabila terjadi kesesuaian pada saat pertama kali kunjungan rumah, maka kontrak
dapat dilakukan, jika belum maka perawat harus mencari peluang lain untuk meyakinkan
klien dan keluarga pada kunjunan rumah berikutnya.
Pada kasus manapun bukanlah jenis kontrak yang dipermasalahkan namun aspek
penting adalah keikutsertaan / keterlibatan klien dan keluarga dalam menetapkan dan
mengevaluasi proses. Penentuan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dilakukan yang
bertujuan tidak hanya untuk melakukan perawatan berkelanjutan akan tetapi untuk
mengevaluasi kemajuan kondisi klien.
Penelitian dalam bidang kesehatan masyarakat menemukan bahwa sebagian besar
kunjungan rumah tidak dikenal oleh klien karena perawat tidak menjelaskan dengan baik
tentang tujuan kunjungan mereka dengan klien dan keluarga. Sebagian besar dialog gagal
yang menunjukan kegagalan pembinaan hubungan antara perawat dan klien dan keluarga.
G.
dua pihak (unsur) yang berkepentingan seperti tecantum dalam mekanisme pelayanan
kesehatan di rumah. Bentuk kontrak kerja meliputi : perjanjian kerja sama antara pihak
pihak yang melakukan kerja sama tertulis (kontrak kerja) yang bentuk perjanjiannya meliputi
:
a.
b.
Perjanjian kerja sama antara penggelola dan pengelola lainnya ( penyediaan tenaga,
pengadaan atau penyewaan alat kesehatan, penyewaan ambulans dan sarana
transportasi lainnya dan lain sebagainya.
c.
Perjanjian kerja sama antara pengelola dan perusahaan penjamin klien termasuk
ansuransi.
d.
e.
b.
c.
Pihak-pihak yang melakukan kerja sama dan penandatanganan kontrak kerj. Jelas
disebutkan nama, alamat dan tanda tangan masing-masing pihak.
17
H.
d.
e.
f.
g.
h.
Kontrak kerja dibuat diatas kertas bermaterai ( yang mempunyai kekuatan hukum).
melalui kerja sama dengan anggota lain dalam tim. Pertemuan tim secara berkala yang
memberikan perawatan tidak langsung dipelayanan kesehatan rumah dilakukan secara
teratur. Ini merupahkan waktu yang ideal untuk meni ngkatkan koordinasi dan
kesinambungan pelayanan perawatan klien dan menggunakan sumber daya secara
optimal.
Pengawasan terhadap asisten atau pembantu perawatan kesehatan rumah dilakukan
secara tidak langsung, melalui evaluasi yang dilakukan terhadap klien, dilakukan dua
minggu sekali. Banyak tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah, mungkin
tidak secara langsung kelihatan oleh klien, tetapi dapat dinilai melalui kualitas
pelayanan kesehatan rumah.
19
profesinal. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan minimal bagi para perawat
profesional dalam memberikan asuhan keperawataan yang aman efektif dan etis. Standar
praktik
pelayanan
kesehatan
rumah
yang
dikembangkan
oleh
Amerikan
Nurse
1)
2)
Data objektif: diperoleh dari tijaun seluruh sistem tubuh melalui pengkajian
/pemeriksaan fisik secara terampil dari kepala hingga kaki.dari data lain yang
tercatan
pada
format
diklinik
pelayanan
rumah,
diidentifikasi
dan
gizi
keluargaharus
dilibatkan
dalam
secaraa
21
menyediakansuatu transisi secara bertahap bag kliendan keluarga, dari rumah sakit
kerumah.hal ini dilakukan melalui koordinasi dengan sumber daya lainyang ada
dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan klien.
7. Standar IX (kerja sama antar di-siplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan rumah cukup penting
karena banyak anggota yang terlihat dalam tim pelayanan kesehatan rumah.agar kerja
tim antar disiplin
dan faktor
sama yang efektif tidak akan terjadi pelayana yang berkesinambungan, sehingga akan terjadi
kebingungan dan salah pengertian pada klien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari
rumah sakit dengan rrencana pulang, perawat di rumah sakit yang mengidentifikasi akan
kebutuhan klien untuk pelayanan kesehatan rumah yang merencanakan bersama dengan
dokter untuk membuat program di rumah nanti.
Rencana pulang (Discharge planning) yang telah di buat, kemudian di kordinasikan
dengan pelayanan kesehatan rumah dan secara khusus di minta untuk memberikan pelayanan
sesuai dengan permintaan dari dokter. Jika personal yang terlibat dalam pemberian pelayanan
kesehatan rumah terdiri atas bebwrapa disiplin maka di rektur dari agen yang memberikan
pelayanan kesehatan rumah tersebut harus maelakukan pengawasan dari proses kolaborasi.
Dalam pelayanan kesehatan rumah para anggota profesional stress karena perubahan
peran dan tumpang tindi tanggung jawab. Oleh karena itu, setiap anggota profesi secara hatihati menganalisis peranannya untuk menghingdari kerangcungan maupun kebingungan dalam
memberikan pelayanan kesehatan rumah pada klien sesuai dengan tujuan yang telah di
tetapkan. Yang bertanggung jawab terhadap klien adalah dokter yang merawat sebelumnya,
harus menjamin pengobatan untuk klien.
Dalam pelaksanaannya, tiap anggota profesional yang bekerja di pelayanan kesehatan
rumah melakukan evaluasi ulang terhadap status kesehatan klien dan melaporkannya kepada
dokter pengelolah kemudian di modifikasi rencana pengobatan klien tersebut. Pelayanan
telah di berikan, memerlukan pendokumentasian. Hal ini selain untuk mempertanggung
jawabkan apa yang telah di lakukan dalam menjamin kesinambungan, sebagai bukti
suksesnya kerja sama antar disiplin. Peran dan fungsi profesi antar disiplin bergantung
23
beberapa faktor, faktor tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan
karakteristik masing-masingv anggota tim harus kompeten sebagai pelaksana pelayanan
kesehatan di bidang mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan kesehatan rumah adalah
sebagai berikut:
1. Dokter
Klien sebaiknya berada di bawah pengawasan dokter langsung. Perawat yang
menjalankan rencana program di rumah memerlukan persetujuan dokter yang
merawat klien sebelumnya. Rencana ini harus dievaluasi sedikitnya setiap 62 hari
(kurang lebih 2 bulan) atau jika kondisi klien berubah, maka waktu kunjung akan
ditinjau kembali.
Rencana keperawatan yang dibuat meliputi diagnosis, status kejiwaan, jenis
pelayanan dan peralatan yang dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, aktivitas
yang boleh dilakukan, kebutuhan gizi, pengobatan dan perawatan, unsur unsur
keselamatan untuk melindungi klien terhadap terhadap seluruh pelaksanaan rencana
program di rumah (NAHC, 1994).
Dokter komunitas juga memberikan konsultasi kepada agen pelayanan kesehatan
rumah baik mengenai prosedur maupun kebijakan, merencanakan dan menjelaskan
tentang manfaat pelayanan kesehatan rumah kepada masyarakat.
2. Ahli fisioterapi
Tenaga ahli fisioterapi yang bekerja di pelayanan kesehatan rumah adalah lulusan
S1 dn S2 (Master). Sebagaimana halnya perawat, ahli fisioterapi dapat bekerja
secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan langsung yang diberikan
meliputi memperkuat otot otot, memulihkan pergerakan kontrol kekuatan otot,
latihan beban (gaya) disertai latihan aktif dan pasif. Cara perawatan yang digunakan
meliputi stimulasi saraf permukaan secara elektris (TENS), panas, air, cahaya
ultrasuara, drainase postural dan latihan penguatan paru paru. Ahli fisioterapi
bertanggung jawab untuk mengajar klien dan keluarga cara cara perawatan
mandiri.
Aktivitas tidak langsung dari ahli fisioterapi disepakati dengan asisten (lulusan
Diploma III) untuk melakukan tindakan latihan sesuai kondisi klien di bawah
pengawasan ahli fisioterapi lulusan S1 atau master.
3. Ahli terapi okupasi
24
Ahli terapi okupasi membantu klien untuk mencapai tingkat optimal agar dapat
berfungsi, dengan jalan mengajar mereka untuk mengembangkan dan memelihara
kemampuan yang ada guna melakukan aktivitas sehari hari di rumah. Tenaga ahli
terapi okupasi dengan tingkat pendidikan sarjana bekerja melatih klien,
mengevaluasi
tingkat
kemampuan
otot,
mengajarkan
kegiatan
mandiri,
memodofikasi alat alat yang digunaka untuk disesuaikan sehingga klien dapat
beradaptasi dengan kondisinya.
4. Ahli terapi Wicara
Tenaga ahli terapi wicara, di amerika serikat merupakan lulusan dari Asosiasi
Bahasa dan Pendengaran. Ahli terapi wicara bekerja membantu anggota masyarakat
yang bermasalah yang berkaitan dengan suara, bahasa dan pendengaran.
Kebanyakan klien mendapat latihan langsung dari ahli terapi wicara yang diawali
dengan evaluasi suara dam kemampuan bahasa. Rencana spesifik yang diajarkan
kepada klien dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan bahasa ahli terapi
wicara dapat mengajarkan perawat maupun keluarga klien tentang bagaimana cara
mendorong mengembangkan metode komunikasi yang teraik bagi klien.
5. Pekerja sosial
Pekerja sosial di pelayanan kesehatan rumah adalah tenaga yang berijazah sarjana
dan minimal memiliki satu tahun pengalaman dalam bidangnya. Tenaga ini bekerja
membantu keluarga berkaitan dengan masalah masalah sosial, emosional, dan
faktor faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan mereka. Pekerja sosial
membatu klien secara langsung atau merujuk klien ke sumber daya yang sesuai.
Masalah yang sering dialami klien, pembayaran, pengadaan alat maupun intervensi
krisis yang sesuai dengan kondisi klien setelah kembali dari rumah sakit.
6. Pembantu kesehatan rumah/ibu rumah tangga
Sejak dimulainya pelayanan kesehatan rumah, tenaga pembantu kesehatan rumah
merupakan bagian dari tim pelayanan kesehatan rumah. Tenaga ini diawasi
langsung oleh perawat pelayanan kesehatan rumah atau tenaga profesi lain seperti
ahli terapi wicara.
Peran pembantu kesehatan rumah adalah membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian secara bertahap terutama dalam higiene personal, membersihkan
ruangan atau ketrampilan lain yang dapat dilakukan di rumah. Mereka harus
memiliki sertifkat yang diperoleh melalui pelatihan untuk meningkatkan
25
Mekanisme Perizinan
Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan kesehatan rumah dan
praktik yang dilaksanakan oleh tenaga profesional dan non profesional diatur sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Persyaratan perizinan antara lain:
1.
Berbadan hukum yang ditetapkan dal di badan kesehatan akte notaris tentang yayasan
di badan kesehatan.
2.
27
a. Jasa pelayanan kesehatan dan non kesehatan, adalah imbalan yang diterima
pelaksanaan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada klien dalam rangka pelayanan
meliputi:
a) Pelayanan medik meliputi konsultasi dan tindakan medik.
b) Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi konsultasi asuhan dan
tindakan keperawatan serta tindakan medik yang dilimpahkan.
c) elayanan penunjang medik (laboratorium, radiologi, fisioterapi, terapi wicara,
refraksionis, dll) meliputi konsultasi dan tindakan penunjang medik.
d) Pelayanan penunjang non medik meliputi konsultasi oelh petugas sosial
profesional dan pelayanan psikologi dan jiwa.
b. Jasa pelayanan sarana/peralatan adalah imbalan yang diterima oleh pengelola atas
pemakaian sarana, alat kesehatan, obat dan bahan habis pakai yang digunakan
langsung terhadap klien baik dengan sistem sewa maupun membeli. Kegiatannya
meliputi sewa peralatan medik, peralatan keperawatan dan alat kesehatan lainnya;
transportasi klien, konsultasi per telepon dan sarana komunikasi lainnya; tindakan
perbaikan lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan terapeutik.
M.
pengelolaan administrasi maupun pelayanan terhadap klien. Untuk pelayanan terhadap klien,
setelah kesepakatan antara pengelola ( melalui manajer) dan klien beserta keluarganya, maka
manajer akan melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pelaksana
pelayanan.
Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan dengan mengkaji informasi yang diperoleh
dari klien (melalui telepon atau kunjungan rumah) maupun memantau kepatuhan pelaksana
pelayanan terhadap standar yang ditetapkan dengan menggunakan berbagai instrumen
pemantauan.
2.2
kesehatan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun dapat dilihat beberapa
trobosan dalam upaya pembangunan dalam bidang kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan
28
masih tingginya angka kematian bayi, yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003)
dan angka kematian ibu, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003).
Masalah kesehatan lainnya adalah munculnya penyakit-penyakit yang mengancam jiwa
(emerging diseases) seperti HIV/AIDS, SARS dan Cikungunya dan meningkatnya kembali
penyakit-penyakit menular (re-emerging diseases) seperti Tuberkulosis dan lain-lain serta
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Sementara itu, untuk penyakit-penyakit degenerative seperti penyakit jantung dan
penyakit pembuluh darah juga terjadi peningkatan angka kesakitan. Selain permasalahan
penyakit, krisis dalam komunitas seperti bencana dan terjadinya kekerasan juga menjadi
focus perhatian perawat komunitas. Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan
masalah yang harus dihadapi dalam permasalahan bidang kesehatan antara lain sebagai
berikut:
1. Masih cukup tingginya dispartasi status kesehatan antar tingkat sosal ekonomi
2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi
3. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah
4. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah
5. Keterbatasan pelayanan kesehatan
6. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya serta masih rendahnya kinerja
SDM kesehatan
7. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal
8. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal
9. Peran lintas sector dalam bidang kesehatan belum optimal
Oleh karena itu, di masa mendatang dapat diprediksikan bahwa kebutuhan pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin meningkat.
Pada akhirnya, kemampuan perawat kesehatan komunitas untuk menangkap peluang
dan berespon terhadap perubahan dan tantangan di masa mendatang merupakan dasar yang
kuat bagi perkembangan keperawatan kesehatan komunitas. Kompetensi perawat kesehatan
komunitas, perawatan kesehatan di rumah, peran perawat puskesmas di komunitas,
kepemimpinan serta pemakaian teknologi informasi diprediksikan menjadi focus dari system
kesehatan komunitas pada masa mendatang.
29
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
pelayanan kesehatan rumah adala klien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang
Saran
Sebaiknya, seorang perawat komunitas dalam melaksanakan home care harus
mempunyai pengetahuan, kreativitas dan tingkah laku yang baik karena yang ditangani
adalah masyarakat luas baik yang sehat dan sakit.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi 4, EGC,
Jakarta
2. Effendy Nasrul, 1998, dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,Edisi 2, EGC,
Jakarta
3. Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di
rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC
4. Setyowati Sri dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Aplikas kasus,
Edisi Revisi, Mitra Cendikiaa, jogyakarta
5. Sumijatu dkk, 2005, Konsep Dasar Keperawatn Komunitas, EGC, Jakarta
6. Andreson, Elizabeth. 2007. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik Edisi 3. EGC
31