Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KONSEP PENGELOLAAN PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT


PRAKTIK MANDIRI BIDAN (TPMB)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Pelayanan
Kebidanan Profesional Berbasis WCC di Prodi Pendidikan Profesi Bidan

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Atit Tajmiati.,AM.Keb.,S.Kep.,Ners.,M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 3

Maylavayzha Almalivia Ria Amalia K


Syifa Haidar Rahmani Nur Azizah
Siti Soleha Shinta Nuraini
Nani Muniroh Windy Jayanti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang


telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat membuat dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
di Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB)” untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Management Pelayanan Kebidanan Profesional berbasis WCC di
Program Studi Profesi Kebidanan.
Makalah ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M. Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST, M. Keb selaku ketua prodi Profesi
Kebidanan
4. Hj. Dr. Yati Budiarti, SST, M.Pd., M.Keb selaku dosen mata kuliah
Manajemen Pelayanan Kebidanan Berbasis WCC.
5. Teman-teman dan pihak yang terkait yang ikut membantu menyelesaikan
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan
pengalaman.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, Terimakasih.

Tasikmalaya, Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pelayanan Kebidanan................................................................4
B. Pelayanan Kebidanan.....................................................................................16
C. Standar Kompetensi Kerja SKK Bidang Kebidanan......................................17
D. Analisis SWOT..............................................................................................18
E. Bentuk Organisasi..........................................................................................20
F. Matrix Perencanaan Pelayanan Kebidanan....................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................27
B. Saran...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting
dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung
tombak pemberi asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan, bidan sebagai
individu yang memegang tanggung jawab terhadap kesejahteraan
masyarakat. Bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan
dan mengubah perilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup
yang tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga
terhadap keluarga, masyarakat, dan dalam pelaksanaan diperlukan
kerjasama antara semua pihak baik masyarakat, pemerintah, tenaga
kesehatan dan juga instansi atau lembaga terkait. Oleh karena itu, bidan
harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan
semua unsur unsur yang terlibat dalam pelayanannya dengan baik dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan harus dapat
melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen
yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu
mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga
tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen
kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar manajemen dan
perencanaan pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan sehingga
pelayanan yang diberikan berkualitas.
Perencanan merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan
agar program-program untuk melaksanakan pendekatan manajemen
terlaksana dengan baik. Perencanaan yang adekuat mendorong
pengelolaan terbaik sumber daya yang ada. Selain perencanaan tentu
pengorganisasian yang juga berperan dalam mencapai manajemen
pelayanan kebidanan yang baik. Perencanaan merupakan langkah awal
dalam suatu siklus manajemen.

1
Perencanaan menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan fungsi
manajemen. Perencanaan telah mengalami perubahan dari kegiatan
pembuatan proyeksi secara spontan, intuitif dan subjektif menjadi lebih
banyak menggunakan berbagai pertimbangan, sistematis, dan objektif
dalam memobilisasi informasi dan sumber daya.
Perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis,
berkesinambungan, meliputi proses merumuskan masalah (analisis situasi,
menentukan prioritas, perencanaan strategi, perencanaan operasional) dan
proses melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan dilanjutkan dengan
melakukan evaluasi. Perencanaan kesehatan bermaksud merumuskan dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan pada masa mendatang untuk
meningkatkan derajat kesehatan.
Keberhasilan perencanaan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
banyak hal, karena tinggi rendahnya derajat kesehatan penduduk
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor pelayanan kesehatan yang
tersedia, faktor lingkungan, dan perilaku penduduk. Dewasa ini banyak
program kesehatan tidak berjalan dengan baik akibat belum
dilaksanakannya proses perencanaan yang mendalam dan tepat. Salah satu
tahap awal yang perlu pemaksimalan adalah analisis situasi. Analisis
situasi merupakan tahap awal perencanaan program kesehatan untuk
mendefinisikan masalah sesuai realita.
Analisis situasi sangat menentukan keberhasilan program, apabila
masalah yang ditemukan benar didefinisikan sesuai realita maka tidak
susah untuk melakukan perencanaan dan implementasi program nantinya.
Pentingnya ketepatan dan kedalaman sebuah analisis situasi adalah untuk
menentukan tahap perencanaan selanjutnya. Ketika analisis situasi sudah
tidak tepat, maka perencanaan juga akan tidak sesuai karena masalah yang
diambil dalam analisis situasi tidak mampu menangkap realita dan situasi
sesungguhnya di masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pemahaman mengenai analisis
situasi guna menentukan prioritas masalah sebagai langkah awal
perencanaan program kesehatan.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan pelayanan kebidanan?
2. Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian pelayanan kebidanan?
3. Apa yang dimaksud dengan matriks perencanaan pengorganisasian
pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana matriks perencanaan perorganisasian pelayanan kesehatan
di Praktik Mandiri Bidan (PMB)?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Manajemen Pelayanan
Kebidanan Profesional Berbasis WCC
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perencanaan pelayanan kebidanan.
b. Untuk mengetahui pengorganisasian pelayanan kebidanan.
c. Untuk mengetahui matriks perencanaan pengorganisasian
pelayanan kesehatan.
d. Untuk mengetahui matriks perencanaan pengorganisasian
pelayanan kesehatan di Praktik Mandiri Bidan (PMB)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pelayanan Kebidanan


1. Definisi
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan, menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan
untuk mencapainya. Perencanan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut. (Gde, 2011). Jadi perencanaan dalam pelayanan kebidanan
adalah suatu proses mempersiapkan secara sistimatis kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam
kebidanan. (Simatupang and Juliana, 2008). Perencanaan yang baik,
mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
a. Bagian dari sistem administrasi
b. Dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
c. Berorientasi pada masa depan
d. Mampu menyelesaikan masalah
e. Mempunyai tujuan
f. Bersifat mampu kelola
2. Manfaat Perencanaan
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh staf dan
pimpinan jika organisasi memiliki sebuah perencanaan. Mereka akan
mengetahui:
a. Tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya
b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan
c. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya
d. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahana yang
diperlukan

4
3. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan (Gde, 2011)
4. Jenis Perencanaan
a. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
1) Rencana jangka panjang (long term planning) yang berlaku
antara 10 -25 tahun
2) Rencana jangka menengah (medium range planning), yang
berlaku antara antara 5-7 tahun
3) Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya
berlaku hanya untuk 1 tahun
b. Dilihat dari tingkatannnya
1) Rencana induk (master plan), lebih menitik beratkan uraian
kebijakan organisasi
2) Rencana operasional (operational planning), lebih menitik
beratkan pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan
suatu program
3) Rencana harian (day to day planning), rencana harian yang
bersifat rutin
c. Dilihat dari lingkupnya
1) Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian
tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu
pelaksanaan yang lama
2) Rencana taktis (tactical planning), rencana yang berisi uraian
yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-
kegiatan, asalkan tujuannya tidak berubah
3) Rencana menyeluruh (comprehensive planning), rencana
yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap
4) Rencana terintegrasi (integrated planning), ialah rencana
yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu,
misalnya dengan program lain diluar kesehatan
5. Keuntungan dan Kelemahaan Perencanaan
Selain itu, dengan perencanaan akan diperoleh keuntungan
sebagai berikut:

5
a. Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktivitas
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat dilakukan
secara teratur.
b. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis
pekerjaan yang tidak produktif.
c. Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang
telah dicapai karena dalam perencanaan ditetapkan sebagai
standar.
d. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi
manajemen lainnya, terutama untuk fungsi pengawasan.
Sebaliknya, pimpinan dan staf organisasi juga perlu memahami
bahwa perencanaan juga memiliki kelemahan yaitu:
a. Perencanaan mempunyai keterbatasan mengukur informasi dan
fakta-fakta di masa yang akan datang dengan tepat.
b. Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.
c. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan
staf karena harus menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.
d. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru
untuk mengadakan perubahan harus ditunda sampai tahap
perencanaan berikutnya.
e. Perencanaan juga akan menghambat tindakan baru yang harus
diambil oleh staf (Gde, 2011).
6. Unsur Pokok Perencanaan
Perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan merupakan
bagian dari administrasi kesehatan, yang mana terdiri atas beberapa
unsur pokok yaitu:
a. Input
Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk
dapat melaksanakan pekerjaan manajemen. Input berfokus pada
sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen
termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta

6
kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan
diberikan.
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan merupakan unsur masukan yang terpenting
adalah tenaga, dana dan sarana. Secara umum di sebutkan apabila
tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas, tidak sesuai standar yang
ditetapkan, serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan
kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan
kesehatan.
Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan
Amerika Serikat, input ada 3 macam, yaitu:
1) Sumber (resources)
Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai
untuk menghasilkan barang atau jasa. Sumber (resources)
dibagi 3 macam:
a) Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas
(1) Tenaga ahli (skilled): dokter, bidan, perawat
(2) Tenaga tidak ahli (unskilled): pesuruh, penjaga
b) Sumber modal (capital resources), dibedakan menjadi:
(1) Modal bergerak (working capital): uang, giro
(2) Modal tidak bergerak (fixed capital): bangunan,
tanah, sarana kesehatan.
c) Sumber alamiah (natural resources) adalah segala
sesuatu yang terdapat di alam, yang tidak termasuk
sumber tenaga dan sumber modal.
2) Tata cara (prosedures) Tata cara (procedures): adalah
berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang
dimiliki dan yang diterapkan.
3) Kesanggupan (capacity) Kesanggupan (capacity): adalah
keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.

7
Input manajemen juga terdiri dari:
1) Man : Tenaga yang di manfaatkan. Contoh : Staf atau Bidan
yang kompeten.
2) Money : Anggaran yang di butuhkan atau dana untuk
program
3) Material : materi ( sarana dan prasarana ) yang dibutuhkan
4) Metode: Cara yang dipergunakan dalam bekerja atau
prosedur kerja
5) Minute / Time : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program
6) Market: Pasar dan pemasaran atau sarana program
b. Proses
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses dikenal
dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun
fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan.
Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana
pelayanan dilakukan.
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat
dibedakan atas dua macam, yakni tindakan medis dan tindakan
non medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini
tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan, maka sulitlah di
harapkan bermutunya pelayanan kesehatan. Dalam proses
terdapat:
1) Perencanaan (P1)
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan masalah
kegiatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan kegiatan yang paling pokok dan
menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (landasan dasar). Contoh perencanaan
adalah:
a) Jadwal Pelayanan ANC di Posyandu, Puskesmas.

8
b) Rencana Pelatihan untuk kader, nakes
2) Pengorganisasian (P2)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk
menetapkan menggolonggolongkan, dan mengatur berbagai
kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang
dan pendelegasian wewenang dalam rangka pencapaian
tujuan layanan kebidanan.
Inti dari pengorganisasian adalah merupakan alat untuk
memadukan atau sinkronisasi semua kegiatan yang berasfek
personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka
mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang telah di
tetapkan. Contoh pengorganisasian adalah:
a) Puskesmas
b) Puskesmas Pembantu
c) Polindes dan Pembantu
d) Balai Desa
3) Penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian
(P3)
Penggerakan dan Pelaksanaan adalah suatu usaha untuk
menciptakan iklim kerja sama di antara pelaksanaan program
pelayanan kebidanan sehingga tujuan dapat tercapai secara
efektif dan efisien.
Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana
seseorang manajer pelayanan kebidanan mengarahkan dan
menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan pelayanan kebidanan yang telah di sepakati. Contoh
penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian
adalah:
a) Pencatatan dan pelaporan (SP2TP)
b) Supervisi
c) Stratifikasi Puskesmas
d) Survey

9
c. Output
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen.
Untuk manajemen kesehatan, output dikenal dengan nama
pelayanan kesehatan (health services). Dalam kebidanan dikenal
pelayanan kebidanan. Hasil atau output adalah hasil pelaksanaan
kegiatan.
Output Yaitu yang menunjuk pada penampilan
(perfomance) pelayanan kesehatan Penampilan daat dibedakan
atas dua macam. Pertama, penampilan aspek medis pelayanan
kesehatan. Kedua, penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan. Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan
ini tidak sesuai dengan standar yang telah di tetapkan maka
berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan
pelayanan kesehatan yang bermutu.
Cakupan Kegiatan Program: Jumlah kelompok masyarakat
yang sudah menerima layanan kebidanan (memerator),
dibandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang menjadi
sasaran program kebidanan (denominator). Pelayanan yang
diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan (mulai dari
KIE, Asuhan Kebidanan, dsb). Contoh: Untuk BPS: Outputnya
adalah Kesejahteraan ibu dan janin, Kepuasan Pelanggan,
Kepuasan bidan sebagai provider.
d. Effect
Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat
yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan kebidanan yang ada di sekitarnya (Posyandu, BPS,
Puskesmas dsb) yang tersedia.
e. Out come (Impact)
Di pergunakan untuk menilai perubahan atau dampak
(impact) suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk
perubahan status kesehatan masyarakat (Syafrudin, 2009)

10
7. Langkah- Langkah Perencanaan
Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan mempunyai
beberapa langkah. Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada
prosespenyusunan sebuah perencanaan terdiri dari:
a. Analisis situasi
Analisis situasi adalah langkah pertama proses penyusunan
perencanaan. Langkah ini dilakukan dengan analisis data laporan
yang dimiliki oleh organisasi (data pimer) atau mengkaji laporan
lembaga lain (data sekunder) yang data nya dibutuhkan,
observasi, dan wawancara. Agar mampu melaksanakan analisis
situasi dengan baik, manajer dan staf sebuah organisasi atau
mereka yang diberikan tugas sebagai tim perencana harus dibekali
ilmu epidemiologi, ilmu antropologi, ilmu demografi, ilmu
ekonomi dan ilmu statistik.
1) Data tentang penyakit dan kejadian sakit
Untuk menyusun perencanaan kesehatan, analisis
situasi diarahkan untuk menghimpun data tentang masalah
kesehatan masyarakat. Untuk menjelaskan masalah kesehatan
masyarakat yang sedang diamati, data penyakit yang tercatat
pada catatan surveilan harus diolah lagi dengan pendekatan
epidemiologi dan informasinya disajikan dengan
menggunakan statistik.
Dengan memproses data penyakit menggunakan
pendekatan epidemiologi akan diketahui wilayah mana saja
penyakit atau masalah kesehatan masyarakat tersebut
berkembang, kapan terjadinya, siapa saja kelompok
penduduk di wilayah tersebut yang menderita penyakit
tersebut, apa saja faktor yang terkait dengan penyakit yang
sudah berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat.
2) Data kependudukan
Data kependudukan yang perlu dihimpun yang ada
kaitannya dengan penyakit yang sedang diamati adalah

11
jumlah dan distribusi penduduk per wilayah, per jenis
kelamin, dan per kelompok umur, dan tingkat kepadatan
penduduknya. Vital statistik tentang kelahiran, kematian
akibat penyakit tersebut.
3) Data potensi organisasi kesehatan
Data yang juga perlu dihimpun untuk menyusun
perencanaan kesehatan adalah jumlah RS (kapasitas tempat
tidur, jumlah dan kualifikasi tenaga medis/para medis yang
dimiliki. Data ini akan bermanfaat jika tim perencana ingin
mengadakan kerjasama dengan lembaga lain yang juga
menyediakan pelayanan kesehatan.
Analisis situasi juga dilakukan untuk menganalisis
potensi dan kelemahan organisasi (pelaksana program).
Manfaat semaksimal mungkin potensi organisasi dan
lingkungan sosial yang ada di suatu wilayah, tetapi waspadai
kelemahan yang mungkin akan menjadi kendala atau
menghambat pelaksanaan kegiatan program di lapangan.
4) Keadaan lingkungan dan geografi
Data ini dikaitkan dengan perkembangan penyakit atau
masalah kesehatan yang diamati di masayrakat. Data
lingkungan desa dan tempattempat umum di wilayah tersebut
yang perlu dicatat adalah sekolah, pasar, tempat ibadah,
sumber air, dan mutu air minum yang digunakan oleh
masyarakat, sistem pembuangan air limbah/sampah, jamban
keluarga. Data ini dikaji untuk mengetahui keterkaitan nya
dengan perkembangan berbagai vektor dari penyakit yang
sedang diamati di suatu wilayah.
5) Data sarana dan prasarana
Data tentang sarana transportasi dan komunikasi yang
tersedia di suatu wilayah juga mendapat perhatian tim
perencana. Data ini penting diketahui pada saat tim
menyusun rencana pebgembangan program kesehatan yang

12
membutuhkan informasi tentang mobilitas penduduk,
pengiriman data dan logistik, supervisi, kemudian rujukan
pasien dan sebagainya.
b. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya
Melalui analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam
data. Data dianalisis lebih lanjut menggunakan pendekatan
epidemiologi untuk dapat dijadikan informasi tentang distribusi di
suatu wilayah, berdasarkan kurun waktu tertentu dan pada
kelompok masyarakat tertentu.
Informasi lain yang perlu dicari adalah bagaimana
tanggapan masyarakat tentang maslah kesehatan masyarakat
tersebut dan bagaimana potensi organisasi untuk
memecahkannya. Informasi tersebut dibutuhkan oleh pimpinan
untuk mengambil keputusan tentang bagaimana puskesmas akan
mengembangkan program intervensi.
Semua aktivitas tersebut di atas adalah bagian dari proses
identifikasi masalah, mulai dari langkah awal mengkaji berbagai
masalah kesehatan yang berkembang di wilayah kerja puskesmas,
potensi puskesmas untuk mengatasinya, sejauh mana bantuan dari
dinkes yang dapat diperoleh. Model identifikasi masalah di atas
akan membantu untuk mengkaji suatu masalah kesehatan
masyarakat dan faktor-faktor risikonya (lingkungan dan perilaku
masyarakat). Yang perlu dibedakan adalah masalah program
(input,proses,output, efek) dan yang mana masalah kesehatan
masyarakat(outcome/dampak dari sebuah sistem).
Berikut ini adalah contoh enam pertanyaan kritis yang
diajukan untuk mengindentifikasi masalah kesehatan.
1) Apa jenis masalah kesehatan yang dihadapi (what is the
problem)
2) Apa faktor-faktor penyebabnya (why the problem does exist)
3) Siapa atau kelompok masyarakat mana yang paling banyak
menderita (who is most affected by the problem)

13
4) Kapan masalah tersebut terjadi (when was the problem exist)
5) Setelah keempat pertanyaan tersebut diajukan, penanggung
jawab program akan dapat menyusun rumusan masalah
kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi. Untuk
menyusun langkah-langkah penanggulangan masalah
tersebut, ada dua pertanyaan penting yang perlu dirumuskan
yaitu : “Apa kemungkinan dampak (akibat) yang muncul
apabila masalah kesehatan tersebut tidak terpecahkan (What
kind of impact will be happen) dan apa kegiatan program
yang bisa dikembangkan untuk menagatasi (what plan of
action should be taken).
c. Menentukan tujuan program
Setelah prioritas masalah kesehatan ditetapkan, kemudian
menetapkan tujuan program. Semakin jelas rumusan masalah
kesehatan masyarakat dengan menggunakan kriteria di atas akan
semakin mudah menyusun tujuan program. Sebelum rencana
kerja operasional disusun, beberapa pertanyaan berikut ini wajib
dipahami oleh tim perencana :
1) Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi
(potensi organisasi how many)?
2) Seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat akan
dipecahkan (potensi organisasi-how many)?
3) Kapan target tersebut akan dicapai (target waktu-when)?
Merumuskan tujuan program operasional berdasarkan
jawaban ketiga pertanyaan tersebut di atas akan bermanfaat
untuk :
1) Menetapkan langkah-langkah operasional program
2) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program
Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan
harus bersifat smart : spesifik,(jelas sasarannya, dan mudah
dipahami oleh staf pelaksana), measurable(dapat diukur
kemajuannya), appropriate (sesuai dengan strategi nasional,

14
tujuan program dan visi/misi institusi atau sebagainya), realistik
(dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas
organisasi yang tersedia), time bound (sumber daya dapat
dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk mencapai
tujuan program sesuai dengan target waktu yang ditetapkan).
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
Langkah keempat proses penyusunan rencana adalah
mengkaji kembali hambatan dan kelemahan program yang pernah
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mencegah atau
mewaspadai timbulnya hambatan serupa. Selain mengkaji
hambatan yang pernah dialami, juga dibahas prediksi kendala dan
hambatan yang mungkin akan terjadi dilapangan pada saat
program dilaksanakan. Jenis hambatan atau kelemahan program
dapat dikategorikan ke dalam :
1) Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi
2) Hambatan yang terjadi pada lingkungan
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
Latar belakang penyusunan RKO adalah masalah utama
yang akan dipecahkan, dituangkan dalam bentuk tujuan yang
ingin dicapai. Latar belakang RKO berisi penjelasan terhadap
pertanyaan mengapa kegiatan program penting dilaksanakan.
Informasi ini sudah dikumpulkan pada langkah analisis situasi.
Untuk membuat RKO kita harus mengetahui:
1) Why: Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan
penjelasan yang jelas.
2) What: Apa tujuan yang ingin dicapai
3) How : Bagaimana cara mengerjakannya
4) Who : siapa yang akan mengerjakan, dan sasarannya harus
jelas
5) What kind of support : Sumber daya pendukung
6) Where: dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas.

15
7) When: Kejelasan waktu untuk melaksanakan dan
menyelesaikan kegiatan.
8) Jika perlu ditambah dengan which : Siapa yang terkait dengan
kegiatan tersebut ( lintas sektor walaupun lintas program
yang terkait ) (Muninjaya, 2011).
B. Pelayanan Kebidanan
Perkembangan pelayanan kebidanan yang semakin berkembang,
maju dan kompleks membutuhkan akurasi, keamanan dan ketepatan yang
menjadi indikator kualitas pelayanan kebidanan, dan oleh karenanya
pelayanan kebidanan harus selalu berada dalam kendali mutu yang prima
untuk menjamin keselamatan pasien/klien, keluarga, masyarakat dan
lingkungan. Dalam menjalankan praktik bidan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kewenangan, standar profesi, standar pelayanan
profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi, serta kebutuhan
penerima pelayanan kesehatan.(Kepmenkes, 2022)
Bidan dalam memberikan pelayanan di Indonesia mengacu pada
regulasi dan ketentuan yang berlaku antara lain
1. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan,
2. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
3. Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan,
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien beserta perubahannya,
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan beserta perubahannya, dan
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 320 Tahun 2019 tentang
Standar Profesi Bidan.
Dalam memenuhi kendali mutu pelayanan kebidanan di Indonesia
dan menjawab kebutuhan dalam pelayanan kesehatan, pendidikan

16
kebidanan dikembangkan melalui jalur vokasional, akademik, dan profesi.
Bidan telah memiliki level kompetensi kerja sebagai rujukan/pedoman
dalam pembinaan dan pengembangan jenjang karier profesional bidan di
setiap tatanan pelayanan kesehatan meliputi:
1. Bidan Praktisi (BP) I adalah jenjang bidan yang memiliki kemampuan
melaksanakan asuhan kebidanan fisiologis pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita, kesehatan reproduksi
perempuan, dan Keluarga Berencana;
2. Bidan Praktisi (BP) II adalah jenjang bidan yang memiliki
kemampuan melakukan asuhan kebidanan fisiologis pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita, kesehatan reproduksi
perempuan, Keluarga Berencana dan dengan penyakit penyerta serta
bayi dan balita bermasalah;
3. Bidan Praktisi (BP) III adalah jenjang bidan yang memiliki
kemampuan melakukan asuhan kebidanan dengan komplikasi,
patologis, kegawatdaruratan, pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi,
balita. Bidan
4. Praktisi (BP) IV adalah jenjang bidan yang memiliki kemampuan
sebagai supervisor asuhan kebidanan dengan masalah yang kompleks.
Bidan
5. Praktisi (BP) V adalah jenjang bidan yang memiliki kemampuan
memberikan konsultasi tentang asuhan kebidanan pada area spesifik
dan kompleks (advance), mengembangkan managerial dan keilmuan
kebidanan dalam praktik profesional.
C. Standar Kompetensi Kerja (SKK) Bidan Kebidanan
Standar Kompetensi Kerja (SKK) Bidang Kebidanan dibutuhkan oleh
beberapa lembaga atau institusi yang berkaitan dengan pengembangan
sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Manfaat
SKK Bidang Kebidanan:
1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan
a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan
kurikulum.

17
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian, dan
sertifikasi.
2. Untuk dunia usaha/industri/institusi dan penggunaan tenaga kerja
a. Membantu dalam rekruitmen.
b. Membantu penilaian unjuk kerja.
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan.
d. Membantu dalam mengembangkan program pelatihan yang
spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha/industri.
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program
sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan
sertifikasi.
D. Analisis SWOT
1. Strenght (Kekuatan)
a. Bidan sebagai pengelola PMB merangkap menjadi bidan pelaksana
dan melakukan asuhan kebidanan secara langsung dan
berpartisipasi dalam pertolongan persalinan.
b. Bidan sudah kompeten dengan didukung beberapa sertifikat
pelatihan yang mendukung dalam pemberian pelayanan kebidanan.
c. Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan berfokus pada
pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu asuhan pra konsepsi,
asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan nifas dan bayi baru
lahir, asuhan anak balita dan prasekolah.
d. Pelayanan persalinan dilakukan selama 24 jam sehingga
memudahkan ibu hamil yang akan bersalin.
e. Memberikan tempat yang aman, nyaman, dan menjaga privasi pada
ibu saat kunjungan ANC maupun saat persalinan.
f. Pelayanan yang diberikan berupa promotif, preventif dan
rehabilitative untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan
2. Weakness (Kelemahan)

18
a. Terdapat beberapa keterbatasan pelayanan yang dibatasi oleh
wewenang bidan dan standar pelayanan.
b. Masih ada masyarakat atau perempuan yang merasa takut untuk
memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan.
c. Posisi halaman yang kurang memadai untuk tempat parkir sehingga
kendaraan belum tertata rapih.
3. Opportunity (Peluang)
a. Letak dan posisi tempat yang strategis sehingga memudahkan
masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan.
b. Posisi PMB yang berjauhan dengan praktik mandiri bidan lainnya
dan bidan desa membuat masyarakat lebih memilih datang ke PMB
U.
c. Terdapat evidence based mengenai kebidanan komplementer
sehingga memungkinkan bidan di PMB untuk memberikan
pelayanan dengan metode terbaru untuk hasil yang maksimal.
d. Terdapat pemberdayaan perempuan dalam peningkatan kesehatan
perempuan itu sendiri.
e. Menerima persalinan dengan menggunakan BPJS atau KIS
sehingga memudahkan ibu yang akan bersalin dalam bidang
ekonomi.
f. Adanya peraturan dari pemerintah yang menganjurkan persalinan
ditolong oleh bidan bukan oleh dukun.
4. Threats (Ancaman)
a. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hak perempuan termasuk
untuk memperoleh kesehatannya sendiri.
b. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim
muncul seperti perdarahan, preeklampsia, aborsi.
c. Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun berpotensi menjadi
keadaan darurat.
d. Penyebaran informasi yang begitu mudah mengakibatkan banyak
informasiinformasi yang salah mudah masuk ke dalam masyarakat
yang berpengaruh terhadapan kesehatannya sendiri.

19
E. Bentuk Organisasi
Sebagian besar organisasi yang di bentuk di PMB menggunakan
bentuk orgaisasi lini karena organisasinya relative kecil dan masih
sederhana, hubungan antara atasan dengan bawahan masih pada garis
wewenang terpendek, pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan,
jumlah karyawannya relative sedikit dan saling mengenal misalnya dalam
satu PMB hanya terdiri dari beberapa bidan pelaksana dan staf
administrasi saja, tingkat spesialisasinya belum begitu tinggi dan alat-
alatnya tidak beraneka macam, pucuk pimpinan merupakan satu-satunya
sumber kekuasaan, keputusan dan kebijaksanaan dari organisasi.
PMB U memiliki bentuk bentuk organisasi seperti organisasi lini,
yaitu pemilik PMB sebagai pelaksana PMB juga, tenaga kesehatan yang
ada juga hanya terdiri dari bidan dan asisten bidan yang merangkap
sebagai staff administrasi.
Bentuk Organisasi Lini di TPMB

F. Matriks Perencanaan Pelayanan Kesehatan


Matriks perencanaan pengorganisasian pelayanan kesehatan dapat
menggunakan metode SWOT. Matriks SWOT adalah alat untuk menyusun
faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis
ini dalam dunia kedokteran dimisalkan sebagai sebuah alat diagnosa untuk
mendeteksi dan menemukan jenis penyakit pada pasien, dengan cara

20
menampung/mendata terlebih dahulu keluhan-keluhan yang diutarakan
pasien. Contoh matriks perencanaan pengorganisasian pelayanan
kesehatan di PMB :

21
MATRIX RENCANA PENGORGANISASIAN DI TPMB

Upaya Target Penanggung Lokasi Sumber


No. Kegiatan Tujuan Sasaran Jadwal
Kesehatan Sasaran Jawab Pelaksanaan Dana

1 2 3 4 5 6 7 9 10 11
1 Kesehatan 1 Pelayanan Antenatal/ Memeriksa dan Ibu Hamil 180 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Ibu Pemeriksaan memantau
Kehamilan Kesehatan ibu
hamil
    2 Screening dan Terpantaunya Ibu Hamil 180 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Pemantauan Bumil semua Ibu Hamil Resti
Risiko Tinggi dengan resiko
tinggi
    3 Pelayanan Intranatal/ Pelayanan dan Ibu Hamil 180 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Persalinan pemantauan
persalinan
    4 Pelayanan Kesehatan Terpantaunya Ibu Ibu nifas 100 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Ibu Nifas dan nifas
pemberian asuhan
nifas berkualitas

    5 Rujukan kehamilan , Melakukan Ibu Hamil, 15 Bidan Setiap PMB Mandiri


22
persalinan dan nifas rujukan dengan bersalin bulan
patologis terencana terencana dan nifas
(rujukan dini, Resti
terencana dan tepat
waktu)
2 Kesehatan 1 Pemeriksaan Meningkatkan Neonatus 180 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Neonatus Neonatus kesehatan
dan Bayi neonatus
    2 Pemantauan Terpantaunya Neonatus 27 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Neonatus, termasuk dan resti
Neonatus Risiko tertanganinya
Tinggi neonatus resti
    3 Pemantauan Terpantaunya Bayi 150 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Kesehatan Bayi kesehatan Bayi
(pengukuran
pertumbuhan,
pemantauan
perkembangan,
Imunisasi dasar
lengkap)
    4 Pemantauan Bayi Terpantaunya Bayi Resti 23 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Risiko Tinggi kesehatan Bayi

23
3 Kesehatan 1 Pemantauan Terpantaunya Balita 1 Kelas 15 Bidan per PMB Mandiri
anak Kesehatan Anak kesehatan Balita Orang triwulan
Balita dan Balita dengan
Pra SDIDTK
Sekolah
4 Imunisasi 1 Pengambilan Menyediakan Vaksin Vaksin Bidan tiap bulan Puskesmas Mandiri
Logistik Vaksin Logistik Vaksin
Rutin ke Puskesmas rutin
    2 Pelaksanaan Memberikan Bayi, 150 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Imunisasi Imunisasi pada Balita
Bayi dan Balita
5 Kesehatan 1 Penyuluhan Meningkatkan Masyarakat Masyarakat Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Usia Kesehatan pengetahuan usia
Produksi Reproduksi tentang produktif
kesehatan
reproduksi
    2 Pelayanan Melakukan Calon 15 Bidan Setiap PMB Mandiri
pemeriksaan catin pemeriksaan pengantin bulan
kepada calon
pengantin
    3 Pelayanan deteksi Melakukan WUS 15 Bidan Setiap PMB Mandiri
dini gangguan deteksi dini bulan

24
reproduksi gangguan
kesehatan
reproduksi
    4 Rujukan kasus Melakukan WUS   Bidan Setiap PMB Mandiri
kespro rujukan pada bulan
kasus gangguan
reproduksi
    5 Pelayanan Asuhan Memberikan Wanita 200 Bidan tiap bulan PMB Mandiri
Keluarga Berencana penjelasan PUS
(Konseling dengan mengenai alat
ABPK dan KB dan
pemberian KB) memberikan
Pelayanan KB
sesuai dengan
keinginan PUS
6 Pelaporan 1 Pelaporan Cakupan, Terlaporkannya Program Cakupan Bidan tiap bulan Puskesmas Mandiri
KIA, KB, dan capaian cakupan KIA-KB program
Imunisasi Ke KIA, KB, dan dan KIA-KB
Puskesmas imunisasi tingkat imunisasi dan
Puskesmas imunisasi
7 Monitorin 1 Monitoring Terpantaunya PMB Kegiatan Bidan tiap bulan, PMB Mandiri
g Puskesmas Kinerja PMB PMB Koordinator/ triwulan

25
Puskesmas dan per
tahun
8 Evaluasi 1 Evaluasi Kinerja Mengevaluasi Cakupan Cakupan Bidan tiap bulan, PMB Mandiri
PMB Cakupan PMB PMB Pelayanan Koordinator/ triwulan
PMB Puskesmas dan per
tahun

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencananaan pelayanan kebidanan adalah suatu proses
mempersiapkan secara sistimatis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan dalan manajemen pelayanan
kebidanan merupakan bagian dari administrasi kesehatan,yang mana
terdiri atas beberapa unsur pokok yaitu: input, proses,output, effect, dan
outcome. Untuk membuat perencanaan kita harus mengetahui Why:
Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang jelas.
What: Apa tujuan yang ingin dicapai, How : Bagaimana cara
mengerjakannya, Who : siapa yang akan mengerjakan, dan sasarannya
harus jelas, What kind of support : Sumber daya pendukung, Where: di
mana kegiatan akan dilakukan tertera jelas, When: Kejelasan waktu untuk
melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan. Jika perlu ditambah dengan
which : Siapa yang terkait dengan kegiatan tersebut (lintas sektor
walaupun lintas program yang terkait).
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan
tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh
pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas mempunyai banyak
kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan. Penulis bersedia
memperbaiki makalah dengan berpedoman pada sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

27
DAFTAR PUSTAKA

Gde, M.A. (2011) ‘Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan’, in. Jakarta: EGC.
Kepmenkes (2022) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
HK.01.07/MENKES/1261/2022 Tentang Standar Komptensi Kerja Bidang
Kebidanan’, in.
Simatupang and Juliana, E. (2008) ‘Manajemen Pelayanan Kebidanan’, in.
Makasar: EGC.
Syafrudin (2009) ‘Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam
Kebidanan’, in. Jakarta: Trans Info Media.

28

Anda mungkin juga menyukai