Anda di halaman 1dari 277

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPREHENSIF

DI PUSKESMAS YOKA

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Albertina Ivania Suwae PO.71.24.4.17.005

Collete Gabriella Demena PO.71.24.4.17

Endang Murti PO.71.24.4.17.019

Haerani PO.71.24.4.17.023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya,

sehingga Laporan Kasus Komprehensif yang berjudul “LAPORAN PRAKTIK KLINIK

KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPREHENSIF PRODI D-IV KEBIDANAN POLTEKKES

KEMENKES JAYAPURA DI PUSKESMAS YOKA” dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan komunitas komprehensif ini disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah

praktik kebidanan klinik komunitas komprehensif program studi Diploma IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian laporan

komunitas komprehensif ini, dengan rasa rendah hati disampaikan terima kasih yang tulus

kepada :

1. Dr.Arwam Hermanus MZ, SE.,M.Kes.,D.Min selaku direktur Poltekes Kemenkes

Jayapura

2. Ruth Yogi,S.ST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes

Jayapura

3. Siana Dondi, SKM., S.ST., M.Kes Ketua Prodi D-IV Kebidanan Poltekes Kemenkes

Jayapura sekaligus selaku dosen pembimbing Institusi yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kami di kampus.

2
4. Komeles Rumatray, SKM,. M.Kes selaku kepala Puskesmas Yoka yang telah

memberikan ijin kepada kami untuk melakukan praktik komunitas komprehensif di

Puskesmas Yoka

5. selaku Bidan koordinator yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan kepada kami di lahan praktik

6. Astuti Eka Gusnawati, Amd Keb selaku pembimbing lahan yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan kepada kami di lahan praktik

7. Seluruh dosen dan staf D-IV Kebidanan Poltekes Kemenkes Jayapura terima kasih

atas segala bantuan yang telah diberikan kepada kami

8. Seluruh kakak-kakak bidan dan staf yang ada di Puskesmas Yoka terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan kepada kami

9. Teman-teman Jurusan Diploma IV Kebidanan Angkatan 2017 khususnya kelompok

komunitas komprehensif Puskesmas Yoka atas do`a serta dukungan dan bantuan

yang telah diberikan sampai selesainya laporan komunitas komprehensif ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, do`a serta dukungan yang

telah diberikan sampai selesainya laporan komunitas komprehensif ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dari pihak-pihak yang telah

membantu. Disadari bahwa Laporan Komunitas Komprehensif ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna

3
penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga Laporan Komunitas Komprehensif ini

bermanfaat.

Jayapura,…………………….2021

Penulis

4
DAFTAR ISI

5
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

6
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kebidanan komunitas adalah suatu bidang dalam kebidanan yang merupakan

perpaduan antara kebidanan dan kesehatan masyarakat serta mengutamakan

pelayanan promotif, preventif serta berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan

kuratif dan rehabilitative yang menyeluruh dan terpadu di tujukan kepada individu,

keluarga, kelompok masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh.

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu

mendapat prioritas utama. Sehingga pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak harus

ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanan (Kemenkes, 2015).

Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator penting dalam mengukur derajat

kesehatan suatu negara dimana status kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari

angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Angka kematian ibu di

Indonesia pada tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup dalam waktu 10

tahun terakhir turun menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007), namun

hasil SDKI 2012 meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.(Kemenkes RI,

2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada tahun 2018, jumlah

Wanita Usia Subur sebanyak 936,345 jiwa, jumlah ibu hamil sebanyak 78.420 jiwa,

dan jumlah ibu bersalin/nifas sebanyak 74.856 jiwa.

Mengingat masih tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita di Papua, maka

perlu adanya pendekatan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat

yaitu adanya penempatan bidan pada daerah yang sulit di jangkau (daerah

1
2

pedalaman) oleh petugas kesehatan. Untuk memenuhi hal tersebut dibutuhkan

tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang kompeten dan siap pakai. Tenaga

bidan yang mampu memberikan pelayanan KIA atau KB dan wanita sepanjang siklus

kehidupannya baik di puskesmas, rumah sakit, maupun di masyarakat yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative serta mampu menggerakkan peran serta

masyarakat sesuai dengan prinsip public (public health care). Sehubung dengan hal

itu salah satu pengalaman belajar yang perlu disediakan bagi mahasiswa adalah

praktik kebidanan komunitas komprehensif.

Dari data primer yang kelompok kami dapatkan di puskesmas Yoka, terdapat

679 KK, … WUS, 91 ibu hamil, … ibu nifas, … bayi baru lahir, … bayi sehat, … balita

sehat, … ibu akseptor KB, … orang remaja putra, … remaja putri, lansia sebanyak 74

orang, dari 91 orang ibu hamil terdapat 19 orang ibu hamil dengan KEK.

Berdasarkan latar belakang tersebut, setelah dilakukan pendataan terdapat ibu

hamil yang mengalami KEK maka penulis melakukan rencana asuhan kebidanan

terhadap ibu hamil dengan KEK untuk memecahkan masalah tersebut.

II. Tujuan Penulisan

A. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan komunitas komprehensif kepada

individu, keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB

dan kesehatan reproduksi wanita sepanjang daur kehidupan berdasarkan

evidence based.

B. Tujuan Khusus
3

1. Melaksanakan pengkajian / pengumpulan data asuhan kebidanan komunitas

pada tingkat keluarga, kelompok dan masyarakat

2. Merumuskan masalah / kebutuhan yang berhubungan dengan KIA / KB,

kesehatan wanita sepanjang siklus kehidupannya bersama dengan

masyarakat

3. Menentukan prioritas masalah / kebutuhan yang berhubungan dengan KIA /

KB

4. Membuat rencana asuhan kebidanan komunitas komprehensif

5. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan komunitas

6. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan komunitas

III. Manfaat Penulisan

A. Mahasiswa

1. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di dalam

perkuliahan

2. Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat khususnya

dalam menggerakkan masyarakat untuk mengatasi permasalahan

kesehatannya sendiri dikaitkan dengan pelayanan manajemen kebidanan

komunitas

3. Mampu mengenai budaya dan adat istiadat kebiasaan masyarakat di wilayah

puskesmas Yoka sehari-hari

4. Mahasiswa mampu bekerja sebagai tim dalam menyelesaikan masalah

kesehatan yang ada pada masyarakat di wilayah puskesmas Yoka


4

5. Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan

karakteristik dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal bekerja

B. Masyarakat

1. Memperoleh informasi kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan perilaku

masyarakat di Kelurahan Dobonsolo khususnya masyarakat di wilayah

puskesmas Yoka

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan (Kepala Distrik, Kepala Dinas

Kesehatan dan Kepala Puskesmas) dalam pengembangan kebijakan


5

C. Institusi Pendidikan

1. Dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan institusi dalam mencetak

tenaga kesehatan yang professional yang kelak akan dikembalikan ke

masyarakat

2. Sebagai acuan untuk kegiatan praktik kerja lapangan berikut

D. Puskesmas

1. Dapat menjadi acuan informasi dalam melaksanakan asuhan kebidanan

komunitas komprehensif pada kasus ibu hamil dengan KEK

2. Dapat menjadi acuan SOAP dalam penatalaksanaan ibu hamil dengan KEK

IV. Waktu

A. Waktu : Tanggal 01 Februari s/d 10 Maret 2021 (32 hari)

B. Tempat : puskesmas Yoka

V. Kegiatan

A. Asuhan Kebidanan pada keluarga

1. Melakukan pendekatan pada keluarga yang mempunyai

permasalahan/terdapat kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, balita,

remaja, lansia dan keluarga berencana di wilayah kerja/praktek mahasiswa

masing-masing.

2. Melaksanakan pengkajian data

3. Melakukan perumusan masalah dengan melibatkan keluarga

4. Memprioritaskan masalah dengan melibatkan keluarga

5. Menyusun perencanaan kegiatan dengan melibatkan keluarga


6

B. Asuhan kebidanan pada komunitas

1. Melakukan pengkajian selama 1-2 hari untuk mengidentifikasi masalah-

masalah kebidanan di masyarakat

2. Merumuskan masalah kebidanan di masyarakat, memprioritaskan masalah-

masalah yang ditemukan dan membuat perencanaan/strategi penyelesaian

masalah-masalah kebidanan yang ada di masyarakat secara

berkesinambungan.

3. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas selama 1 minggu sesuai dengan

perencanaan yang disusun.

4. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan bersama ibu hamil dan kader.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas

A. Pengertian Konsep Dasar kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada

aspek- aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarkat sekitar).

Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat

individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-

strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini :

1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang

merugikan ekonomi, seperti kemiskinan, politik dan hukum.

2. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.

3. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang

terisolir), kumuh, padat, dll. (Elly Dwi Wahyuni, 2018)

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas

adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan

memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi

tersebut.

Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus

berikut :

6
7

1. Tujuan umum

Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga

masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu

memecahkan masalahnya secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan

tanggung jawab bidan.

b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.

c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko

kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.

d. Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.

e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh

masyarakat setempat atau terkait.

B. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan

Kebidanan Komunitas

Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut :


8

1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan

masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang

mendukung peran bidan di komunitas.

2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan

martabat kemanusiaan klien.

3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit

analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,

jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah

balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.

Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1

kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.

4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil

kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,

kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.

5. Sistim pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.

Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja

yang menjadi tanggung jawabnya. (Elly Dwi Wahyuni, 2018)

C. Ruang Lingkup Pelayanan di Kebidanan Komunitas

Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik

bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun

masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai


9

masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan

keluarganya.

Dalam praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang

dikenal dengan proses/manajemen kebidanan. Langkah/proses manajemen

kebidanan meliputi hal berikut ini.

1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data

yang relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan

setiap klien termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.

2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data

dasar. Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana

untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka.

Contoh: hasil pemeriksaan ibu hamil didapatkan LILA dan berat

badaan yang kurang dari normal. Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil

dengan KEK.

3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien.

Contoh: Ibu hamil dengan KEK, maka rencana yang paling tepat

adalah memberikan PMT untuk memperbaiki status gizi dan kerentanan

terhadap berbagai penyakit yang menyerang ibu hamil.

4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil

keputusan untuk kesehatannya.


10

Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kondisi

kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti anjuran

dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.

5. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien.

Setiap rencana yang akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar

klien merasa apa yang diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu

hamil yang anemia perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan janin.

Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai

berikut :

a. Peningkatan kesehatan (promotif) bidan lebih mengutamakan

langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil

disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga

kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang

di posyandu.

b. Pencegahan (preventif) salah satu contoh tindakan preventif bidan

yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan

balita serta ibu hamil.

c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan, bidan

diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi

melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani


11

kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam

proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.

d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan, dalam memberikan

asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan

meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi

klien.

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi), pada masa pemulihan bidan

bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan)

untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh

adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien

dengan tindakan persalinan caesar.

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,

organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya

untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan

masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat

perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD),

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban

perkosaan, dan injecting drug user (IDU).

D. Sasaran Kebidanan Komunitas

Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui

pelayanan asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan kelompok


12

dalam konteks komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian langsung

terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana

masalah kesehatan masayarakat memepengaruhi keluarga, individu dan

kelompok. (Elly Dwi Wahyuni, 2018)

Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga,

kelompok dan masayarakat.

1. Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan

tempat lain dengan masalah kesehatan.

2. Keluarga, dengan mengutamakan keluarga yang risiko tinggi terhadap

masalah kesehatan tertentu.

3. Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah kumuh,

daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,

balita dan ibu hamil dll.

4. Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan

masayarakat secara keseluruhan.

Strategi intervensi kebidanan komunitas yaitu proses kelompok, pendidikan

kesehatan, dan kerja sama (kemitraan). Kebidanan komunitas merupkan bentuk

pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas.

Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kerjasama dengan

masyarakat adalah dengan cara sebagai berikut (Azwar, 2001).


13

a. Mengorganisir masyarakat

Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat,

kunjungan atau tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan

dilakukan kegiatan asuhan komunitas sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

b. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat

Sebagai bidan yang berperan sebagi pendidik, seyogyanya

menerapkan tindakan preventif dan promotif, salah satunya adalah

bagaimana menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu

maupun kelompok. Sebagai contoh adalah memberikan

penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan sebelum makan.

c. Membentuk jaringan kerja

Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain Puskesmas,

Polindes, Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien

(Syahlan, 1996). Di masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun

non kesehatan, seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, dukun

beranak, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial,

dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat penting.

Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu

sebagai pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di

komunitas, sehimgga diperlukan kerjasama lintas program dan


14

lintas sektor. Tujuannya adalah meningkatkan koordinasi dan

komunikasi serta meningkatkan kemampuan bersama dalam

menanggulangi masalah kesehatan dan memaksimalkan manfaat

semua pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu

instansi misalnya imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A,

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan sebagainya.

Sedangkan kerjasama lintas sektor (yang melibatkan intitusi luar)

misalnya melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan

sebagainya.

d. Memberdayakan pihak lain

Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas dan potensi

yang ada di masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi

sumber daya alam, potensi desa, dan sumber daya manusia atau

kader kesehatan. Contohnya adalah bila di suatu desa ditemukan

lahan industri maka pabrik atau instansi terkait terlibat untuk

memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum yaitu didirikan

tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki

sumber air bersih dan pembuangan hajat di rumahnya.

e. Membicarakan masalah secara terbuka

Melakukan dialog terbuka atau pertemuan secara formal kepada

tokoh masyarakat untuk menyampikan hasil pendataan tentang

status kesehatan berdasarkan data primer atau data seukunder.


15

Hal ini bertujuan agar masyarakat dan tokoh terkait mau tahu dan

mampu mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong

royong. Contohnya adalah hasil pendataan tentang masih

banyaknya remaja yang putus sekolah pada usia sekolah.

Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan

komunitas meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan

pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan

kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik dan

membahayakan, budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai

masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma

yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia. Disamping itu,

bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk :

1) Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi

dengan tugas kemanusiaan sebagai bidan.

2) Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non

discriminative (tidak membeda-bedakan), dan memenuhi

standar prosedur kepada semua klien (perempuan, laki-

laki, transgender).
16

E. Tugas dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas

Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan

tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi,

tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan

wewenang yang diberikan pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan

tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan komunitas mencakup pencegahan,

deteksi dini untuk rujukan, asuhan kegawatdaruratan, maternal dan neonatal,

pertolongan pertama pada penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi

kronik, dan pendidikan kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka bidan

perlu melaksanakan kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam

menjalankan praktik mandiri.

Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar dalam

melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.

1. Peran Bidan

Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan

(promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus

kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk

mengatasi masalah kesehatan yang ada di komunitas serta melakukan

rujukan kebidanan bila mana ada kasus kegawatdaruratan maternal dan

neonatal. Dengan demikian, bidan dituntut harus kompeten dalam

pengetahuan dan keterampilan. Dalam upaya pelayanan kebidanan yang

berfokus pada kesehatan reproduksi ibu dan anak, maka bidan memiliki
17

peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (IBI, 2005).

a. Peran sebagai Pelaksana

Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan

kepada wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja,

masa antara, keluarga berencana dan lansia. Sebagai pelaksana bidan

mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi,

dan tugas ketergantungan.

1) Tugas Mandiri

Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini :

 Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan yang diberikan.

 Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja

dan dengan melibatkan mereka sebagai klien. Membuat

rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.

 Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama

kehamilan normal.

 Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa

persalinan dengan melibatkan klien / keluarga.


18

 Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

 Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas

dengan melibatkan klien/keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanan keluarga berencana.

 Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan

gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa

klimakterium serta menopause.

 Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan

melibatkan keluarga dan pelaporan asuhan.

2) Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien

dan keluarga.

b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko

tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi.

 Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi


19

dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi.

 Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan

pertama dengan tindakan kolaborasi dengan

melibatkan klien dan keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama

dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam

keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan

risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam

keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

3) Tugas ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu :


20

 Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan

keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta

kegawatdaruratan.

 Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta

rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu

dengan melibatkan klien dan keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit

tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien

dan keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan

konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.

 Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan

kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan

konsultasi serta rujukan dengan melibatkan

klien/keluarga.

b. Peran Sebagai Pengelola


21

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas

pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi

dalam tim.

1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.

2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk

melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi,

kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di

bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

c. Peran sebagai Pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu :

1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

2) Melatih dan membimbing kader.

d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang

kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, yaitu :

1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan

2) Menyusun rencana kerja pelatihan

3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.


22

4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan

mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.

2. Fungsi Bidan

Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan

peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas,

maka fungsi bidan adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Pelaksana

Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai

berikut :

1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga,

serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa

praperkawinan.

2) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,

kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan

dengan risiko tinggi.

3) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis

tertentu.
23

4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko

tinggi.

5) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

6) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.

7) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah

8) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan

wewenangnya.

9) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus

gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa

klimakterium internal dan menopause sesuai dengan

wewenangnya.

b. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut

1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi

individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi

dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh

partisipasi masyarakat.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di


24

lingkungan unit kerjanya.

3) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.

4) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor

yang terkait dengan pelayanan kebidanan.

5) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan

kebidanan.

c. Fungsi Pendidik

Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok

masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup

kesehatan serta keluarga berencana.

2) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan

sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan.

3) Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di

klinik dan di masyarakat.

4) Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan

bidang keahliannya.

d. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut :


25

1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang

dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan

kebidanan.

2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga

berencana.

F. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas

Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan

praktik mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit

kesehatan ibu dan anak, puskesmas, polindes, posyandu, klinik, dan praktik

bidan perorangan. Bidan di komunitas harus mengenal kondisi kesehaan

masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komunitas

dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri

maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan yang

ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap perubahan

tersebut.

Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di komunitas adalah :

1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA

2. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan

3. Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi

4. Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan kewenangannya


26

5. Menggunakan teknologi tepat guna

II. Konsep Dasar Kebidanan Kehamilan

A. Pengertian kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional

(Kumalasari, 2015).

Menurut Padila (2014), usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah

20-30 tahun. Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu,

karena itu ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama

suami agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman

dan nyaman (Yuliana, 2015).

Maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan hasil dari konsepsi

atau penyatuan sperma dan ovum yang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan dan lamanya hamil normal berkisar 40 minggu atau 9 bulan 7


27

hari, yang terbagi menjadi 3 trimester yaitu timester pertama (0-14 minggu),

trimester kedua (14-28 minggu), dan trimester ketiga (28-42 minggu).

B. Tanda-tanda kehamilan

1. Tanda Dugaan Hamil

a. Aminorhea (Terlambat datang bulan)

Aminorhea adalah kondisi dimana wanita yang sudah mampu

hamil, mengalami terlambat haid/ datang bulan. Konsepsi dan nidasi

menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel degraaf dan ovulasi.

Pada wanita yang terlambat haid dan diduga hamil, perlu ditanyakan

hari pertama haid terakhirnya (HPHT). supaya dapat ditaksir umur

kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan

menggunakan rumus Naegele yaitu : TTP : (hari pertama HT + 7),

(bulan - 3) dan (tahun + 1). (Kumalasari, 2015).

b. Mual (nausea) dan Muntah (vomiting)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang

terjadi terutama pada pagi hari yang disebut dengan morning

sickness. Akibat mual dan muntah ini nafsu makan menjadi berkurang.

Dalam batas yang fisiologis hal ini dapat diatasi dengan cara ibu

dapat diberi makanan ringan yang mudah dicerna dan tidak berbau

menyengat (Kumalasari, 2015).


28

c. Mengidam

Wanita hamil sering makan makanan tertentu, keinginan yang

demikian disebut dengan mengidam, seringkali keinginan makan dan

minum ini sangat kuat pada bulan – bulan pertama kehamilan. Namun

hal ini akan berkurang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia

kehamilan.

d. Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope

atau pingsan bila berada pada tempa-tempat ramai yang sesak dan

padat. Keadaan ini akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu

(Kumalasari, 2015).

e. Perubahan Payudara

Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi

kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu (Sartika,

2016).

Pengaruh estrogen – progesteron dan somatotropin menimbulkan

deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan

tegang, ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada

hamil pertama (Kumalasari, 2015). Selain itu, perubahan lain seperti


29

pigmentasi, puting susu, sekresi kolostrum dan pembesaran vena yang

semakin bertambah seiring perkembangan kehamilan.

2. Tanda Kemungkinan Hamil

a. Pembesaran Rahim/ Perut

Rahim membesar dan bertambah besar terutama setelah

kehamilan 5 bulan, karena janin besar secara otomatis rahim pun

membesar dan bertempat di rongga perut. Tetapi perlu di perhatikan

pembesaran perut belum jadi tanda pasti kehamilan, kemungkinan lain

disebabkan oleh mioma, tumor, atau kista ovarium.

b. Perubahan Bentuk dan Konsistensi Rahim

Perubahan dapat dirasakan pada pemeriksaan dalam, rahim

membesar dan makin bundar, terkadang tidak rata tetapi pada daerah

nidasi lebih cepat tumbuh atau biasa disebut tanda Piscasek.

c. Perubahan Pada Bibir Rahim

Perubahan ini dapat dirasakan pada saat pemeriksaan dalam,

hasilnya akan teraba keras seperti meraba ujung hidung, dan bibir

rahim teraba lunak seperti meraba bibir atau ujung bawah daun telinga.

d. Kontraksi Braxton Hicks


30

Kontraksi rahim yang tidak beraturan yang terjadi selama

kehamilan, kontraksi ini tidak terasa sakit, dan menjadi cukup kuat

menjelang akhir kehamilan. Pada waktu pemeriksaan dalam, terlihat

rahim yang lunak seakan menjadi keras karena berkontraksi.

e. Adanya Ballotement

Ballotement adalah pantulan yang terjadi saat jari telunjuk

pemeriksaan mengetuk janin yang mengapung dalam uterus, hal ini

menyebabkan janin berenang jauh dan kembali keposisinya semula/

bergerak bebas. Pantulan dapat terjadi sekitasr usia 4-5 bulan, tetapi

ballotement tidak dipertimbangkan sebagai tanda pasti kehamilan,

karena lentingan juga dapat terjadi pada tumor dalam kandungan ibu.

f. Tanda Hegar dan Goodells

Tanda hegar yaitu melunaknya isthmus uteri (daerah yang

mempertemukan leher rahim dan badan rahim) karena selama masa

hamil, dinding –dinding otot rahim menjadi kuat dan elastis sehingga

saat di lakukan pemeriksaan dalam akan teraba lunak dan terjadi

antara usia 6-8 minggu kehamilan dan tanda goodells yaitu

melunaknya serviks akibat pengaruh hormon esterogen yang

menyebabkan massa dan kandungan air meningkat sehingga

membuat serviks menjadi lebih lunak (Kumalasari, Intan. 2015).

g. Tanda Chadwick
31

Tanda yang berwarna kebiru-biruan ini dapat terlihat saat

melakukan pemeriksaan, adanya perubahan dari vagina dan vulva

hingga minggu ke 8 karena peningkatan vasekularitas dan pengaruh

hormon esterogen pada vagina. Tanda ini tidak dipertimbangkan

sebagai tanda pasti, karena pada kelainan rahim tanda ini dapat

diindikasikan sebagai pertumbuhan tumor.

3. Tanda Pasti Hamil

a. Denyut jantung janin (DJJ)

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18.

Pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic

(Doppler), denyut jantung janin dapat didengarkan lebih awal lagi,

sekitar minggu ke 12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan

mengindetifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising tali pusat, bising

uterus, dan nadi ibu. Untuk memprediksikan keadaan janin yang

berkaitan dengan oksigenasi DJJ normal ialah 120-160x/menit.

Pada pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin (DJJ) akan

terdengar jelas dipihak punggung janin dekat pada kepala. Pada

presentasi biasa (letak kepala), tempat ini di kiri atau kanan bawah

pusat. Letak Punctum Maksimum setelah minggu ke-26 gestasi. Pada

pemeriksaan punctum maksimum, untuk mencari letak DJJ, posisi

umbilicus berada dipertengahan angka 3 dan 4. Posisi 1 dan 2 mula-

mula didengarkan dipertengahan kuadran bawah abdomen. Posisi 3


32

jika DJJ tidak ditemukan, dengarkan dipertengahan garis imaginer

yang ditarik dari um` bilicus sampai pertengahan puncak rambut pubis.

4 jika tidak ditemukan, dengarkan langsung di atas umbilicus.

b. Palpasi

Hal yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi

lebih jelas setelah minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan

dengan jelas minggu ke 24 (Kumalasari, 2015).

C. Perubahan fisik dan psikologis ibu hamil

Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut

sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi dan fisiologis yang

terjadi pada wanita hamil, diantaranya:

1. Trimester I

a. Perubahan Fisik

Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester I adalah :

1) Pembesaran Payudara

Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi

peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran

pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi

pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui.


33

2) Sering buang air kecil

Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini

dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung

kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan

muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih

ditekan oleh kepala janin.

3) Konstipasi

Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan,

karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan

relaksasi otot sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun

keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan

nutrisi yang lebih baik saat hamil.

4) Morning Sickness, mual dan muntah

Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya

mual dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda

disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini

dapat terjadi setiap saat.

5) Merasa lelah
34

Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk

menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga

peningkatan hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur.

6) Sakit Kepala

Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil

pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah

ke tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur

ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa

sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada

biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional.

Pola makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga

dapat menyebabkan sakit kepala.

7) Kram Perut

Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat

menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk

yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah

normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal

dan juga karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim

dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim.

8) Meludah
35

Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus

menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning

sickness.

9) Peningkatan Berat Badan

Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa

kesulitan memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini

bukan berarti ada peningkatan berat badan yang banyak tapi

karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang juga, dan

ini semua karena pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan

pembesaran rahim dan hormon progresteron yang menyebabkan

tubuh menahan air.

b. Perubahan Psikologis

Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adaptasi pada

ibu hamil dan pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai

periode penyesuaian, penyesuaian seorang ibu hamil terhadap

kenyataan bahwa dia sedang hamil. Fase ini sebagian ibu hamil

merasa sedih dan ambivalen. Ibu hamil mengalami kekecewaan,

penolakan, kecemasan, dan depresi teruma hal itu serign kali terjadi

pada ibu hamil dengan kehamilan yang tidak direncanakan.

Namun, berbeda dengan ibu hamil yang hamil dengan

direncanakan dia akan merasa senang dengan kehamilannya. Masalah


36

hasrat seksual ditrimester pertama setiap wanita memiliki hasrat yang

berbeda-beda, karena banyak ibu hamil merasa kebutuhan kasih

sayang besar dan cinta tanpa seks.

2. Trimester II

1) Perubahan Fisik

Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester II adalah :

a) Perut semakin membesar

Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar

dan melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh

sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian

teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu

akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan

mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.

b) Sendawa dan buang angin

Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil

hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya

perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut

perut ibu hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman.

c) Pelupa
37

Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama

kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya

adalah karena tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk

perkembangan bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran.

d) Rasa panas di perut

Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi

selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim

yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan

rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung

kearah atas.

e) Pertumbuhan rambut dan kuku

Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh

lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di

tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi,

tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya

ini, karena akan hilang setelah bayi lahir.

f) Sakit perut bagian bawah

Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri

di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau

dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk
38

menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan

terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap.

g) Pusing

Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama

kehamilan trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan

menekan pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan

darah menurun.

h) Hidung dan Gusi berdarah

Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama

masa kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini

disebabkan karena adanya perubahan hormonal.

i) Perubahan kulit

Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan

tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser

(umbilicus) sampai ke tulang pubis yang disebut linea nigra.

Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng

kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam

folat. Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang

berlebihan, biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat

peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat


39

mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah,

tetapi dapat diobati setelah persalinan.

j) Payudara

Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan

yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya

akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan

timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.

k) Kram pada kaki

Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat

saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum

kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau

saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.

l) Sedikit Pembengkakan

Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan

hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena

perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan.

Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada

wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan

pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada

posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.


40

2) Perubahan Psikologi

Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang

baik, yakni ketika ibu hamil merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan. Di trimester kedua ini ibu hamil akan mengalami dua

fase, yaitu fase praquickening dan pasca-quickening. Di masa fase

praquickening ibu hamil akan mengalami lagi dan mengevaluasi

kembali semua aspek hubungan yang dia alami dengan ibunya sendiri.

Di trimester kedua sebagian ibu hamil akan mengalami kemajuan

dalam hubungan seksual. Hal itu disebabkan di trimester kedua relatif

terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, kecemasan, kekhawatiran

yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada ibu hamil kini mulai

mereda dan menuntut kasih sayang dari pasangan maupun dari

keluarganya (Rustikayanti, 2016).

3. Trimester III

1) Perubahan Fisik

a) Sistem Reproduksi

(1) Vagina dan Vulva

Vagina terjadi peningkatan vaskularisasi atau

penumpukan pembuluh darah dan pengaruh hormone

esterogen yang menyebabkan warna kebiruan pada vagina

yang disebut dengan tanda Chadwick. Perubahan pada


41

dinding vagina meliputi peningkatan ketebalan mukosa

vagina, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi

(pertumbuhan abnormal jaringan) pada otot polos yang

merenggang, akibat perenggangan ini vagina menjadi lebih

lunak. Respon lain pengaruh hormonal adalah seksresi sel-

sel vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan

bersifat sangat asam karena adanya peningkatan PH asam

sekitar (5,2 – 6). Keasaman ini berguna untuk mengontrol

pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit

(Kumalasari, Intan. 2015).

(2) Uterus/ Rahim

Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim

sebagai ruang untuk menyimpan calon bayi yang sedang

tumbuh. Perubahan ini disebabkan antara lain:

(a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah

(b) Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan

perkembangan jaringan abnormal) yang meyebabkan

otot-otot rahim menjadi lebih besar, lunak dan dapat

mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

(c) Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim

selama hamil.
42

Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm

dengan berat 50 gram (Sunarti, 2013). Uterus bertambah

berat sekitar 70 - 1.100 gram selama kehamilan dengan

ukuran uterus saat umur kehamilan aterm adalah 30 x 25 x

20 cm dengan kapasitas >4.000 cc.

Pada perubahan posisi uterus di bulan pertama

berbentuk seperti alpukat, empat bulan berbentuk bulat, akhir

kehamilan berbentuk bujur telur. Pada rahim yang normal/

tidak hamil sebesar telur ayam, umur dua bulan kehamilan

sebesar telur bebek, dan umur tiga bulan kehamilan sebesar

telur angsa (Kumalasari, Intan. 2015).

Dinding – dinding rahim yang dapat melunak dan elastis

menyebabkan fundus uteri dapat didefleksikan yang disebut

dengan Mc.Donald, serta bertambahnya lunak korpus uteri

dan serviks di minggu kedelapan usia kehamilan yang

dikenal dengan tanda Hegar. Perhitungan lain berdasarkan

perubahan tinggi fundus menurut Nita. (2016: 9) dengan jalan

mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis maka diperoleh,

usia kehamilan seperti :

Tabel 2- 1 Tinggi Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Tinggi Fundus

22-28 minggu 24-26 cm


43

28 minggu 26,7 cm

30 minggu 29-30 cm

32 minggu 29,5-30 cm

34 minggu 30 cm

36 minggu 32 cm

38 minggu 33 cm

40 minggu 37,7 cm

Sumber : Nita (2016: 9)

(3) Serviks

Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan

massa dan kandungan air meningkat sehingga serviks

mengalami penigkatan vaskularisasi dan oedem karena

meningkatnya suplai darah dan terjadi penumpukan pada

pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi lunak tanda

(Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic) perubahan ini

dapat terjadi pada tiga bulan pertama usia kehamilan.

(4) Ovarium

Pada kehamilan ovulasi berhenti, corpus luteum terus

tumbuh hingga terbentuk plasenta yang mengambil alih

pengeluaran hormon estrogen dan progesteron.

(5) Kulit
44

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh Melanocyte Stimulating

Hormone atau hormon yang mempengaruhi warna kulit pada

lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis

(kelenjar pengatur hormon adrenalin). Hiperpigmentasi ini

terjadi pada daerah perut (striae gravidarum), garis gelap

mengikuti garis diperut (linia nigra), areola mama, papilla

mamae, pipi (cloasma gravidarum). Setelah persalinan

hiperpigmentasi ini akan berkurang dan hilang.

(6) Payudara

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena

dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan

diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi baru lahir.

Perubahan yang terlihat diantaranya:

(a) Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini

dikarenakan karena adanya peningkatan pertumbuhan

jaringan alveoli dan suplai darah yang meningkat akibat

perubahan hormon selama hamil.

(b) Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit

payudara yang membesar dan terlihat jelas.


45

(c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu

serta muncul areola mamae sekunder atau warna

tampak kehitaman pada puting susu yang menonjol dan

keras.

(d) Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah

sekitar puting payudara yang terletak di dalam areola

mamae membesar dan dapat terlihat dari luar. Kelenjar

ini mengeluarkan banyak cairan minyak agar puting

susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi

tempat berkembang biak bakteri.

(e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat. Mulai

kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan bewarna

jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu

warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat

encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir,

cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan

banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut

kolostrum.

(7) Sistem Sirkulasi Darah (Kardiovaskular)

Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum

lebih besar daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi

hemodelusi atau pengenceran darah. Volume darah ibu


46

meningkat sekitar 30%-50% pada kehamilan tunggal, dan

50% pada kehamilan kembar, peningkatan ini dikarenakan

adanya retensi garam dan air yang disebabkan sekresi

aldosteron dari hormon adrenal oleh estrogen.

Cardiac output atau curah jantung meningkat sekitar

30%, pompa jantung meningkat 30% setelah kehamilan tiga

bulan dan kemudian melambat hingga umur 32 minggu.

Setelah itu volume darah menjadi relatif stabil (Kumalasari,

Intan. 2015).

b) Perubahan Sistem Pernafasan (Respirasi)

Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran

rahim, wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas,

hal ini disebabkan karena usus tertekan ke arah diafragma akibat

dorongan rahim yang membesar. Selain itu kerja jantung dan paru

juga bertambah berat karena selama hamil, jantung memompa

darah untuk dua orang yaitu ibu dan janin, dan paru-paru

menghisap zat asam (pertukaran oksigen dan karbondioksida)

untuk kebutuhan ibu dan janin.

c) Perubahan Sistem Perkemihan (Urinaria)

Terjadinya hemodelusi menyebabkan metabolisme air makin

lancar sehingga pembentukan air seni pun bertambah. Faktor


47

penekanan dan meningkatnya pembentukan air seni inilah yang

menyebabkan meningkatnya beberapa hormon yang dihasilkan

yaitu hormoekuensi berkemih. Gejala ini akan menghilang pada

trimester 3 kehamilan dan diakhir kehamilan gangguan ini akan

muncul kembali karena turunya kepala janin ke rongga panggul

yang menekan kandung kemih.

d) Perubahan Sistem Endokrin

Plasenta sebagai sumber utama setelah terbentuk

menghasilkan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)

hormon utama yang akan menstimulasi pembentukan esterogen

dan progesteron yang di sekresi oleh korpus luteum, berperan

mencegah terjadinya ovulasi dan membantu mempertahankan

ketebalan uterus. Hormon lain yang dihasilkan yaitu hormon HPL

(Human Placenta Lactogen) atau hormon yang merangsang

produksi ASI, Hormon HCT (Human Chorionic Thyrotropin ) atau

hormon pengatur aktivitas kelenjar tyroid, dan hormon MSH

(Melanocyte Stimulating Hormon) atau hormon yang

mempengaruhi warna atau perubahan pada kulit.

e) Perubahan Sistem Gastrointestinal

Perubahan pada sistem gasrointestinal tidak lain adalah

pengaruh dari faktor hormonal selama kehamilan. Tingginya kadar

progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh yang dapat


48

meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-

otot polos, hal ini mengakibatkan gerakan usus (peristaltik)

berkurang dan bekerja lebih lama karena adanya desakan akibat

tekanan dari uterus yang membesar sehingga pada ibu hamil

terutama pada kehamilan trimester 3 sering mengeluh

konstipasi/sembelit. Selain itu adanya pengaruh esterogen yang

tinggi menyebabkan pengeluaran asam lambung meningkat dan

sekresi kelenjar air liur (saliva) juga meningkat karena menjadi

lebih asam dan lebih banyak menyebabkan daerah lambung

terasa panas bahkan hingga dada atau sering disebut heartburn

yaitu kondisi dimana makanan terlalu lama berada dilambung

karena relaksasi spingter ani di kerongkongan bawah yang

memungkinkan isi lambung kembali ke kerongkongan

(Kumalasari, Intan. 2015).

2) Perubahan Psikologis

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase

penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu

hamil mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang

terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran

seorang bayi. Ibu hamil kembali merasakan ketidaknyamanan fisik

karena merasa canggung, merasa dirinya tidak menarik lagi.

Sehingga dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan.

Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua menjadi


49

menurun karena abdomen yang semakin membesar menjadi

halangan dalam berhubungan (Rustikayanti, 2016).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

1. Faktor Fisik

a. Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan kondisi kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan

terhadap kehamilan antara lain:

1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti

hyperemesis gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya

kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta, atau selaput

janin, pendarahan antepartum, dan gamelli.

2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan

kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini

dapat memperberat serta mempengaruhi kehamilan, contohnya:

(a) Penyakit kelainan bagian kandungan seperti varises vulva,

kelainan bawaan, hematoma vulva, peradangan, gonorea,

diabetes melitus, kista bartholini, fistula vagina, kista vagina,

kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus, tumor uteri,

mioma uteri, karsinoma serviks, karsinoma korpus uteri.


50

(b) Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, hipertensi,

stenosis aorta, jantung rematik, endokarditis.

(c) Penyakit darah misalnya anemia karena kehamilan, leukimia,

hemastosis dan kelainan pembekuan darah, purpura

trombositopeni, hipofibrinogenemia.

(d) Penyakit saluran nafas misalnya influenza, bronchitis,

pneumonia, asma bronkiale, TB paru.

(e) Penyakit traktus digestivus, misalnya ptialismus, kries,

gingivitis, pirosis, hernia diafragmatika gastritis, ileus,

valvulusta, hernia, appendik, colitis, megakolon, hemmorhoid.

(f) Penyakit hepar misalnya hepatitis, rupture hepar, sirosis

hepatis, ikterus, atrofi hepar, penyakit pancreas.

(g) Penyakit ginjal atau saluran kemih misalnya infeksi saluran

kemih, bakteriuria, sistisis, sindroma nefrotik, batu ginjal, tbc

ginjal.

(h) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan,

kelainan kelenjar gondok, dan kelainan hipofisis.

(i) Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia,

pendarahan intakranial, tumor otak, poliomyelitis.


51

(j) Penyakit menular misalnya IMS, AIDS, kondolimata

akuminata, tetanus, erysipelas, difteri, lepra, torch, morbilli,

campak, parotitis, variola, malaria dan lain-lain.

Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadi

abortus, intra uterin fetal death, anemia berat, infeksi tranplasental,

dismaturitas, shock, pendarahan.

b. Status Gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa

kehamilan, karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status

kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan

perkembangan janin. Keterbatasan gizi selama hamil sering

berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan

lain yang dapat meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil.

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pengaruh gizi terhadap

kehamilan sangat penting. Berat badan ibu hamil harus memadai,

bertambah sesuai dengan umur kehamilan. Berat badan normal akan

menghasilkan anak yang normal. Demikian juga sebaliknya kenaikan

berat badan lebih dari normal, dapat menimbulkan komplikasi

keracunan kehamilan (pre-eklampsi), anak yang terlalu besar sehingga

menimbulkan kesulitan persainan. Jika berat badan ibu hamil kurang

dari normal kemungkinan ibu beresiko keguguran, anak lahir


52

premature, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim

mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis persalinan. Kebutuhan

zat gizi pada ibu hamil secara garis besar antara lain:

1) Asam folat, Asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan resiko

kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida, dan anansepalus,

baik pada ibu hamil normal maupun beresiko. Minimal pemberian

asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut 3

bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk

preventif adalah 500 kg atau 0,5-0,8 mg, sedangkan untuk

kelompok beresiko adalah 4 mg/hari. Bila kekurangan asam folat

akan menyebabkan anemia pada ibu dan cacat bayi yang

dilahirkan.

2) Energi, kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses

tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

3) Protein, protein berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu

seperti jaringan payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari

susu, telur, dan keju.

4) Zat besi (Fe), membutuhkan tabahan 700-800 mg zat besi. Jika

kekurangan, bisa terjadi perdarahan sehabis melahirkan.

5) Kalsium, berfungsi sebagai untuk pembentukan tulang dan gigi

bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.


53

6) Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat

kapur maka pembentukan gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak

sempurna.

7) Yodium, berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika

kekurangan yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan janin

menderita kretenisme, sebuah ketidakmampuan yang

mempengaruhi pemikiran.

8) Vitamin A, berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan

dan membantu tubuh untuk melawan infeksi.

c. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada

masyarakat baik masyarakat yang bersifat positif meupun kebiasaan

bersifat negatif yang dapat mempengaruhi kesehatan. Pengaruh gaya

hidup yang mempengaruhi kehamilan seperti kebiasaan minum jamu,

aktivitas seksual, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari yang terlalu berat,

senam hamil, konsumsi alkohol, merokok, dan kehamilan yang tidak

diharapkan.

2. Faktor Psikologi

Faktor psikologi muncul karena ketidakmatangan di dalam

perkembangan emosional dalam kesanggupan seseoraang untuk

menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Faktor


54

psikologi ini mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi kehamilan,

antara lain stressor, dukungan keluarga, subtance abuse, partner abuse.

3. Gaya Hidup

Gaya hidup sehat adalah gaya yang digunakan ibu hamil. Ekonomi

juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang cukup

dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin. Dengan adanya

perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka

kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik. Berikut ini

adalah faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara lain :

a. Faktor lingkungan

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan ibu hamil.

Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini secara bijaksana dan

jangan sampai menyinggung kearifan lokal pada daerah tersebut.

Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui beberapa teknik,

misalnya media massa, pendekatan tokoh masyarakat, dan

penyuluhan yang menggunakan media efektif.

b. Faktor sosial

Faktor sosial tergolong menjadi dua macam yaitu :

1) Fasilitas kesehatan, berfungsi sebagai menentukan kualtas

pelayanan pada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan


55

adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif

akan lebih cepat diambil serta adanya fasilitas kesehatan ini dapat

menurunkan angka kematian ibu hamil (AKI).

2) Tingkat pendidikan, tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan

dalam kualitas perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan

dengan perawatan kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan

meningkatkan pengetahuannya. Penelitian menunjukkan bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula

pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan

pendidikan rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup

informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu bagaimana

cara melakukan perawatan kehamilan dengan baik.

3) Pekerjaan, Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktifitas

dan tingkat kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Penelitian

juga menunjukkan bahwa ibu hamil yang bekerja akan

mempunyai pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang tidak

bekerja, karena ibu yang bekerja akan memiliki kesempatan untuk

berinteraksi dengan orang lain, sehingga lebih mempunyai banyak

peluang juga untuk mendapatkan informasi seputar

kesehatannya.

c. Faktor budaya dan adat istiadat


56

Adat istiadat merupakan akar budaya masayarakat atau

kebiasaan yang dilakukan. Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang

masih dipertahankan di Indonesia untuk mencapai keturunan yang baik

secara psikis maupun jasmani.

Faktor sosial budaya yang mempengaruhi kehamilan seperti

larangan ibu hamil melihat orang menyembelih binatang, upacara tujuh

bulan, kedekatan masyarakat pada dukun beranak, ibu hamil harus

makan dua kali lipat, ibu hamil tidak boleh makan nanas, pisang ambon

dan duren, minum es membuat janin besar, ibu hamil tidak boleh

makan daging kambing, minum air kelapa, minum jamu-jamuan

tradisional, minum air rebusan kacang hijau, peringatan 4 bulanan, ibu

hamil tidak boleh makan cabe, ibu hamil tidak boleh memasak sambil

jongkok.

d. Faktor ekonomi

Kehidupan berekonomi ada sejak manusia dilahirkan. Kehidupan

berlangsung di lingkup keluarga maupun masyarakat. Dalam

kehidupan sehari-hari nampak berbagai kegiatan manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor

ekonomi yang mempengaruhi kehamilan antara lain:

1) Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil


57

2) Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan gangguan

makanan

3) Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak

4) Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan

5) Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang

disebabkan kurangnya penyuluhan keluarga berencana.

6) Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil dalam

melakukan pemeriksaan mendapatkan fasilitas pelayanan

pemeriksaan yang tidak efektif karena kurangnya biaya yang

harus dikeluarkan.

7) Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil yang pendidikannya

rendah tidak mengetahui tentang pemeriksaan kehamilan yang

baik.

8) Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya ibu hamil

bertempat tinggal di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan.

9) Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting dalam

masalah transportasi dan biaya lain yang mempengaruhi

kehamilan.
58

E. Kebutuhan dasar ibu hamil

Agar janin dapat berkembang secara optimal, maka dalam proses

pertumbuhan dan perkembanganya perlu dipenuhi oleh zat gizi yang lengkap,

baik berupa vitamin, mineral, kalsium, karbohidrat, lemak, protein dan mineral.

Oleh karena itu selama proses kehamilan seorang ibu hamil perlu mengonsumsi

makanan dengan kualitas gizi yang sehat dan seimbang, karena pada dasarnya

selama kehamilan berbagai zat gizi yang kita konsumsi akan berdampak

langsung pada kesehatan dan perkembangan janin ibu sendiri. Selain gizi yang

cukup, kebutuhan dasar selama ibu hamil juga harus diperhatikan, karena hal ini

sangat berpengaruh terhadap kondisi ibu baik fisik maupun psikologisnya

mengingat reaksi terhadap perubahan selama masa kehamilan antara satu

dengan ibu hamil lainya dalam penerimaanya tidaklah sama (Kumalasari 2015).

1. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester I

a. Diet

Diet dalam kehamilan ibu dianjurkan untuk makan-makanan yang

mudah dicerna dan makan-makanan yang bergizi untuk menghindari

adanya rasa mual dan muntah begitu pula nafsu makan yang menurun.

Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung

zat besi (150 mg besi sulfat, 300 mg besi glukonat), asam folat (0,4 -

0,8 mg/hari), kalori ibu hamil umur 23-50 tahun perlu kalori sekitar

23000 kkal), protein (74 gr/hari), vitamin dan garam mineral (kalsium,

fosfor, magnesium, seng, yodium). Makan dengan porsi sedikit namun


59

sering dengan frekuensi sedang. Ibu hamil juga harus cukup minum 6-

8 gelas sehari.

b. Pergerakan dan gerakan badan

Selain menyehatkan badan dengan bergerak secara tidak

langsung hal ini meminimalkan rasa malas pada ibu untuk melakukan

aktivitas-aktivitas yang tidak terlalu berat bagi ibu selama hamil,

bergerak juga mendukung sistem kerja tubuh ibu selama hamil

sehingga ibu yang memiliki nafsu makan yang tinggi dan berat badan

yang lebih dapat terkontrol dan meminimalkan terjadinya obesitas/

kegemukan selama hamil. Pergerakan badan ibu sebagai bentuk

olahraga tubuh juga bermanfaat melatih otot-otot dalam ibu menjadi

lebih fleksibel/ lentur sehingga memudahkan jalan untuk calon bayi ibu

saat memasuki proses persalinan.

c. Hygiene

Hygiene dalam kehamilan ibu hamil boleh mengerjakan

pekerjaan sehari-hari akan tetapi jangan terlalu lelah sehingga harus di

selingi dengan istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada

malam hari dan 1 jam pada siang hari. Ibu dianjurkan untuk menjaga

kebersihan badan untuk mengurangi kemungkinan infeksi, setidaknya

ibu mandi 2-3 kali perhari, kebersihan gigi juga harus dijaga

kebersihannya untuk menjamin pencernaan yang sempurna.


60

d. Koitus

Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilannya

jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, sebaiknya

dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.

Pada ibu yang mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk

koitusnya di tunda sampai dengan 16 minggu karena pada waktu itu

plasenta telah terbentuk. Pola seksual pada trimester III saat

persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun,

bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama.

Perut yang makin membuncit membatasi gerakan dan posisi nyaman

saat berhubungan intim. Pegal dipunggung dan pinggul, tubuh

bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya

janin mendesak dada dan lambung). Selain hal fisik, turunnya libido

juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat

menjelang persalinan. Sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika

kehamilan tidak disertai faktor penyulit. Hubungan seks sebaiknya

lebih diutamakan menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik

karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada

wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme. Hal tersebut dapat

berlangsung biasanya sekitar 30 menit hingga terasa tidak nyaman.

Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi

lebih kuat, atau ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses

kelahiran akan mulai. Akan tetapi, jika tidak terjadi penurunan libido
61

pada trimester ketiga ini, hal itu normal saja. Ibu hamil berhak

mengetahui pola seksual karena dapat terjadi kontraksi kuat pada

wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme.

e. Ibu diberi imnisasi TT1 dan TT2 (Sartika, Nita. 2016:16)

2. Kebutuhan ibu hamil trimester II

a. Pakaian

Selama kehamilan Ibu dianjurkan untuk mengenakan pakaian

yang nyaman digunakan dan yang berbahan katun untuk

mempermudah penyerapan keringat. Menganjurkan ibu untuk tidak

menggunakan sandal atau sepatu yang berhak tinggi karena dapat

menyebabkan nyeri pada pinggang.

b. Pola Makan

Nafsu makan meningkat dan pertumbuhan yang pesat makan ibu

dianjurkan untuk mengkonsumsi protein, vitamin, juga zat besi. saat

hamil kebutuhan zat besi sangat meningkat. Ibu hamil dianjurkan

mengkonsumsi 90 tablet Fe selama hamil. Besarnya angka kejadian

anemia ibu hamil disebabkan karena kurangnya mengkonsumsi tablet

Fe. Efek samping tablet Fe adalah kadang terjadi mual karena bau

tablet tersebut, muntah, perut tidak enak, susah buang air besar, tinja

berwarna hitam, namun hal ini tidak berbahaya. Waktu yang dianjurkan
62

minum tablet Fe adalah pada pada malam hari menjelang tidur, hal ini

untuk mengurangi rasa mual yang timbul setelah ibu meminumnya.

c. Ibu diberi imunisasi TT3

3. Kebutuhan ibu hamil trimester III

a. Nutrisi

Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat

badan. Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari sebelumnya.

Kenaikan berat badan juga bertambah pada trimester ini antara 0,3-0,5

kg/minggu. Kebutuhan protein juga 30 gram lebih banyak dari biasanya

(Kumalasari, 2015).

Menurut Proverawati (2011), jika tubuh tidak memiliki cukup zat

besi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang di butuhkan

untuk membuat darah ekstra, banyak wanita mengalami defesiensi

besi pada TM II dan TM III.

b. Seksual

Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali ada

beberapa riwayat berikut yaitu :

1) Pernah mengalami arbotus sebelumnya

2) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya


63

3) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan disertai

rasa nyeri dan panas pada jalan lahir. Walaupun ada beberapa

indikasi tentang bahaya jika melakukan hubungan seksual pada

trimester III bagi ibu hamil, namun faktor lain yang lebih dominan

yaitu turunnya rangsangan libido pada trimester ini yang membuat

kebanyakan ibu hamil tidak tertarik untuk berhubungan intim

dengan pasanganya, rasa nyaman yang sudah jauh berkurang

disertai ketidaknyamanan seperti pegal atau nyeri di daerah

punggung bahkan terkadang ada yang merasakan adanya

kembali rasa mual seperti sebelumnya, hal inilah yang

mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.

c. Istirahat Cukup

Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan

jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri dan tumbuh

kembang janinya di dalam kandungan. Kebutuhan tidur yang efektif

yaitu 8 jam/ hari (Nita. 2016).

d. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil, hal ini

dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. kebersihan lain yang juga

penting di jaga yaitu persiapan laktasi, serta penggunaan bra yang

longgar dan penyangga membantu memberikan kenyamanan dan

keamanan bagi ibu.


64

e. Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat

Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk

mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengindentifikasi

penolong dan tempat persalinan, serta perencanaan tabungan untuk

mempersiapkan biaya persalinan. Bekerja sama dengan ibu,

keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika terjadi

komplikasi, seperti:

1) Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk

mencapai tempat tersebut.

2) Mempersiapkan donor darah

3) Mengadakan persiapan financial

4) Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat

keputusan pertama tidak ada ditempat.

5) Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan. Beberapa

tanda-tanda persalinan yang harus ibu ketahui adalah :

(a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering

dan teratur.

(b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada servik.


65

(c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

(d) Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan

telah ada.
66

F. Tanda bahaya dalam kehamilan

1. Tanda bahaya kehamilan muda

a. Hyperemesis Gravidarum

Maulana (2008), mendefinisikan hyperemesis gravidarum sebagai

suatu keadaan yang dikarakteristikkan dengan rasa mual dan muntah

yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguang keseimbangan

elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat

cekung. Jika tidak ditangani segera masalah yang timbul seperti

peningkatan asam lambung yang selanjutnya dapat menjadi gastristis.

Peningkatan asam lambung akan semakin memperparah hyperemesis

gravidarum (Rahma, 2016).

Menurut Ningsih (2012), mual muntah yang timbul terjadi karena

adanya perubahan berbagai hormon dalam tubuh pada awal kehamilan.

Presentase hormon hCG akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan

plasenta. Diperkirakan hormon inilah yang mengakibatkan muntah

melalui rangsangan terhadap otot polos lambung. Sehingga semakin

tinggi hormon hCG, semakin cepat pula merangsang muntah (Rahma,

2016).

Menurut Manuaba (2010), mengemukakan dampak yang terjadi

pada hyperemesis gravidarum yaitu menimbulkan konsumsi O2

menurun, gangguan fungsi sel liver hingga terjadi ikterus. Mual muntah
67

yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi alat-alat vital

dan menimbulkan kematian (Rahma, 2016).

Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan resiko

untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran Prematur, kecil usia

kehamilan, serta kematian pada perinatal. Klasifikasi hyperemesis

gravidarum menurut Manuaba (2010), yaitu :

1) Tingkat I

Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah

yang terus menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan

minum.

2) Tingkat II

Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan

semua yang dimakan dan diminu, berat bada cepat menurun, dan

ada rasa haus yang hebat.

3) Tingkat III

Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi.

Keadaan ini merupakan kelanjutan dari hyperemesis tingkat II yang

ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti,

tetapi kesadaran menurun (delirium sampai koma) hingga


68

mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan

dalam urin ditemukan billirubin dan protein (Rahma, 2016).

b. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada masa awal kehamilan kurang dari 22

minggu. Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan

yang sedikit (spotting) di sekitar waktu pertama terlambat haidnya.

Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi (penempelan hasil

konsepsi pada dinding rahim) yang dikenal dengan tanda Hartman dan

ini normal terjadi.

Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin

terjadi pertanda servik yang rapuh (erosi). Perdarahan dalam proses ini

dapat dikatakan normal namun dapat diindikasikan terdapat tanda-tanda

infeksi. Perdarahan pervaginam patologis dengan tanda-tanda seperti

darah yang keluar berwarna merah dengan jumlah yang banyak, serta

perdarahan dengan nyeri yang hebat. Perdarahan ini dapat disebabkan

karena abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa.

Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada

kehamilan < 20 minggu dengan berat janin < 500 gram atau sebelum

plasenta selesai (Kusmiyati, 2009). Jenis-jenis abortus menurut

Kusumawati (2014), diantaranya:


69

1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa

interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

2) Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk abortus yang

disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.

3) Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena indikasi

medis seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.

4) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena

tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi

medis.

5) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk abortus

dimana hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang

tertinggal adalah desidua atau plasenta. Perdarahan berlangsung

banyak, dan dapat membahayakan ibu.

6) Abortus imminens adalah abortus yang mengancam terjadi di mana

perdarahan kurang dari 20 minggu, dengan atau tanpa kram perut

bagian baway tanpa dilatasi serviks.

7) Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana

ekspulsi hasil konsepsi belum terjadi tetapi telah ada dilatasi

serviks. Kondisi ini ditandai pada wanita hamil dengan perdarahan

banyak, disertai nyeri kram peut bagian bawah.


70

8) Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed abortion

adalah kondisi dimana embrio atau janin nonviable tetapi tidak

dikeluarkan secara spontan dari janin (kurun waktu sekitar 8

minggu).

c. Mola hidatidosa

Menurut Kemenkes RI (2013), mola hidatidosa adalah bagian dari

penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada

villi khoironok yang disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan edem.

Diagnosa mola hidatidosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan

USG. Beberapa tanda gejala mola hidatidosa menurut Varney (2007),

yaitu :

1) Terdapat mual dan muntah yang menetap, terkadang sering kali

menjadi parah.

2) Terdapat perdarahan uterus pada minggu ke-12 disertai bercak

darah dan perdarahan hebat, namun biasanya berupa rabas yang

bercampur darah, dan cenderung berwarna merah.

3) Tampak ukuran uterus yang membesar namun tidak ada

perkembangan/ aktivitas janin.

4) Terdapat nyeri tekan pada ovarium.

5) Tidak ada denyut jantung janin.


71

6) Saat palpasi, bagian-bagian janin tidak diteraba/ tidak ditemukan.

7) Komplikasi hipertensi akibat kehamilan, preeklampsi/ eklampsi

sebelum usia kehamilan 24 minggu.

d. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan

pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung diluar endometrium kavum

uteri. Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi diberbagai segmen tuba

fallopi, dan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum dan

didalam serviks. Jika terjadi ruptur disekitar lokasi implantasi kehamilan,

maka akan terjadi keadaan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut

yang disebut kehamilan ektopik terganggu (RI, Kemenkes, 2013).

Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi riwayat

kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi tubektomi, penggunaan

IUD, infertilitas, riwayat abortus dan riwayat inseminasi buatan/ teknologi

bantuan reproduktif (assisted reproductive technology/ ART).

Gejala awal yang ditimbulkan yaitu perdarahan pervaginam dan

bercak darah, kadang disertai nyeri panggul (Varney, 2007). Diagnosa

kehamilan ektopik dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

USG.

e. Anemia
72

WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu hamil,

jika kurang dari standar maka dikatakan mengalami anemia. Depkes RI

(2009) mengklasifikasikan anemia pada ibu hamil berdasarkan berat

badannya dikategorikan sebagai anemia ringan dan berat.

Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr% hingga

kurang dari 11 gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang

dari 8 gr% (Nurhidayati, 2013).

Komplikasi anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya

missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran serta dampak

pada janin menyebabkan berat lahir rendah. Macam-macam anemia

dalam kehamilan meliputi :

1) Anemia defisiensi zat besi. Anemia yang ditandai dengan keluhan

lemas, pucat dan mudah pingsan, karena kekurangan zat besi

dalam darah dan kadar Hb < 11 gr%. Dapat ditanggulangi dengan

mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti sayur-sayuran

dan daging.

2) Anemia megaloblastik. Anemia yang terjadi karena kelainan proses

pembentukan DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan

(defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.

3) Anemia hipoplastik. Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung

tulang yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.


73

4) Anemia hemolitik. Anemia yang terjadi karena kerusakan sel darah

merah yang berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

f. Hipertensi Gravidarum

Menurut Bobak (2004), hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan sistolik dan distolik sampai atau melebihi 140/ 90 mmHg. Ibu

hamil yang mengalami kenaikan takanan sistolik sebanyak 30 mmHg

atau diastolik sebanyak 15 mmHg perlu dipantau lebih lanjut (Lindarwati,

2012).

Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang

dipengaruhi oleh faktor perubahan curah jantung, sistem saraf simpatis,

autoregulasi, dan pengaturan hormon. Hipertensi dalam kehamilan

dibagi menjadi 5 yaitu: hipertensi kronis, preeklamsi, superimposed,

hipertensi gestasional dan eklamsia. Hipertensi gestasional ditegakkan

pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/ 90 mmHg atau lebih

untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami

proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila

tidak terjadi preeklampsia dan tekanan darah kembali normal dalam 12

minggu postpartum. Hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-

tanda lain yang berkaitan dengan preeklampsia, seperti nyeri kepala,

nyeri epigastrium, trombositipenia (Lindarwati, 2012: 4).

2. Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut


74

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu sampai

sebelum persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak normal bila

ada tandatanda seperti keluarnya darah merah segar atau kehitaman

dengan bekuan, perdarahan kadang banyak kadang tidak terus

menerus, perdarahan disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa

berarti plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai

adanya gangguan pembekuan darah (Kusumawati, 2014).

b. Plasenta Previa

Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi

diatas atau mendekati ostium serviks interna. Beberapa faktor

predisposisi yang menyebabkan terjadinya plasenta previa diantaranya

kehamilan ibu sudah usia lanjut (> 22 minggu), multiparitas, serta

mempunyai riwayat seksio caesaria sebelumnya. Gejala umum yang

terjadi pada kasus plasenta previa seperti terjadi perdarahan tanpa rasa

nyeri secara tiba-tiba dan kapan saja, uterus tidak berkontraksi dan

bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul.

Jenis-jenis plasenta previa diantaranya :

1) Plsenta previa totalis yaitu posisi plasenta menutupi ostium internal

secara keseluruhan
75

2) Plasenta previa parsialis yaitu posisi plasenta yang menutupi ostium

interna sebagian saja

3) Plasenta previa marginalis yaitu posisi plasenta yang berada di tepi

ostium interna

4) Plasenta previa letak rendah. yaitu posisi plasenta yang

berimplantasi di segmen bawah uterus.

c. Solusio Plasenta

Pada persalinan normal, plasenta akan lepas setelah bayi lahir,

namun karena keadaan abnormal plasenta dapat lepas sebelum

waktunya atau yang disebut solusio plasenta. Beberapa faktor

komplikasi sebagai penyebab solusio plasenta yaitu hipertensi, adanya

trauma abdominal, kehamilan gemelli, kehamilan dengan hidramnion,

serta defisiensi zat besi.

Tanda gejala yang ditimbulkan seperti terjadinya perdarahan

dengan nyeri yang menetap, hilangnya denyut jantung janin (gawat

janin), uterus terus menegang dan kanin naik, perdarahan yang keluar

tidak sesuai dengan beratnya syok.

d. Ruptur Uteri
76

Ruptur uteri adalah robeknya dinsing uterus pada saat kehamilan/

persalinan, pada saat umur kehamilan lebihdari 28 minggu. Klasifikasi

ruptur uteri yaitu :

1) Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal). Yaitu keadaan ruptur yang

hanya terjadi pada dinding uterus yang robek sedangkan lapisan

serosa (pritoneum) tetap utuh.

2) Ruptur uteri komplit (transperiyoneal). Yaitu keadaan ruptur selain

pada dinding uterus yang robek, lapisan serosa (pritoneum) juga

robek sedingga dapat berada di rongga perut.

Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum) yang

terjadi karena dinding uterus lemah yang disebabkan oleh adanya bekas

sectio caesaria, bekas mioma uteri, bekas kuratase/ plasenta manual.

Sepsis post partum, atau terjadi hipoplasia uteri/ uterus abnormal (Dewi,

2015).

e. Sakit kepala

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit

kepala hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Terkadang

karena sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan

bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang

hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsi. Perubahan

visual (penglihataan) secara tiba-tiba (pandangan kabur) dapat berubah


77

pada masa kehamilan (Kusumawati, 2014). Nyeri kepala hebat pada

masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala preeklamsi, dan jika tidak

diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang maternal, stroke,

koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan

lengkap baik oedem pada tangan/ kaki, tekanan darah, dan protein urin

ibu sejak dini.

f. Penglihatan Kabur

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah

selama masa kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah perubahan

yang normal. Jika masalah visual yang mengindikasikan perubahan

mendadak, misalnya pandangan menjadi kabur dan berbayang disertai

rasa sakit kepala yang hebat, ini sudah menandakan gejala preeklamsi

(Pantiawati, 2010).

Penglihatan kabur dikarenakan sakit kepala hebat, sehingga terjadi

oedem pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi

sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan selebral, dan

gangguan penglihatan.

g. Nyeri Perut Hebat

Nyeri pada daerah abdomen yang tidak berhubungan dengan

persalinan normal adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen yang

mengindikasikan mengancam jiwa adalah nyeri perut yang hebat,


78

menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, terkadang dapat disertai

dengan perdarahan lewat jalan lahir. Hal ini bisa berarti appendicitis

(radang usus buntu), kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan),

aborstus (keguguran), penyakit radang panggul, persalinan preterm,

gastritis (maag), solutio placenta, penyakit menular seksual, infeksi

saluran kemih atau infeksi lain (Kusumawati, 2014).

h. Bengkak Pada Muka dan Ekstremitas

Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya

hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi

daripada kepala. Bengkak yang menjadi masalah serius yaitu ditandai

dengan :

1) Muncul pembengkakan pada muka, tangan dan ekstremitas lainya

2) Bengkak tidak hilang setelah beristirahat

3) Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan

pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung

ataupun pre eklampsia. Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk

oedema (bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah

pada penderita anemia, disebabkan oleh berkurangnya kadar

hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam darah). Pada


79

darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi

dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya (Kusumawati, 2014).

i. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia

kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan

melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama

kali hamil). Jika janin tidur, gerakannya akan melemah. janin harus

bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12

jam). Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring/beristirahat, makan dan minum. (Kusumawati, 2014).

Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/

memasuki persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya gawat janin

atau kematian janin dalam uterus.

j. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila terjadi

sebelum persalinan yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan

membran/ peningkatan tekanan uteri yang juga dapat disebabkan

adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks yang dapat

dinilai dari cairan ketuban di vagina. Pecahnya selaput ketuban dapat

terjadi pada kehamilan 37 minggu preterm maupun kehamilan aterm.

k. Demam Tinggi
80

Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini

menandakan ibu dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan

manifestasi tanda gejala infeksi kehamlan. Penangannya dapat dengan

memiringkan bada ibu kerag kekiri, cukupi kebutuhan cairan ibu dan

kompres hangat guna menurunkan suhu ibu. komplikasi yag ditimbulkan

jika ibu mengalami demam tinggi yaitu sistitis (infeksi kandung kencing)

serta infeksi saluran kemih atas.

G. Penatalaksanaan dalam kehamilan

Manuaba (1998) mendefinisikan Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Dengan

demikian, mampu menghadapi persalinan, kala nifas, pemberian ASI, dan

kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar/ normal (Kumalasari, 2015).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantuan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Antenatal care

adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukan pada pertumbuhan

dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010).

Tujuan asuhan kehamilan menurut Mansjoer (2005), diantaranya :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi


81

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu

serta bayi

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/ komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal (Kumalasari, 2015).

Untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar, ibu

hamil hendaknya sedikitnya melakukan empat kali kunjungan selama periode

antenatal, yaitu:

1. Satu kali kunjungan selama trimester 1 (< 14 minggu)

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu ke- 28-36 dan

sesudah minggu ke-36)


82

4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila

janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Kumalasari, 2015).

Menurut Francichandra (2010), kebijakan program pelayanan asuhan

antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T” meliputi :

1. Tinggi badan dan timbang berat badan

Bandingkan berat badan sebelum hamil, catat jumlah kg berat badan

beberapa minggu sejak kunjungan terakhir, catat pola perkembangan berat

badan. Pada pemeriksaan kehamilan pertama, perhatikan apakah berat

badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu dan usia kehamilan. Berat badan

ibu hamil bertambah 0,5 kg perminggu atau 6,5 kg sampai 16,5 kg selama

kehamilan teori ini menurut Manuaba (2010 : 95). Bila peningkatan berat

badan kurang dari 0,5 kg perminggu, perhatikan apakah ada malnutrisi.

Awasi adanya pertumbuhan janin terhambat, insufisiensi plasenta,

kemungkinan kelahiran prematur. Bila peningkatan berat badan lebih dari 0,5

kg perminggu, perhatikan adanya diabetes melitus, kehamilan ganda,

hidramion dan makrosomia (Kusmiyati, 2010).

2. Tekanan darah

Mengukur tekanan darah dilakukan pada saat pertama kali mencatat

riwayat klien, sebagai data dasar. Pada saat setiap pemeriksaan antenatal.

Selama persalinan. Pada kondisi klinis yang telah ditetapkan, misalnya syok

dan perdarahan, serta gejala-gejala seperti sakit kepala, penglihatan kabur


83

dan proteinuria. Hipertensi akibat kehamilan. Bayi preterm atau bayi sakit.

Transfusi darah. Selama dan setelah pembedahan. Menurut Padila (2014)

tekanan darah normalnya 100/70 mmHg sampai dengan 130/90 mmHg.

3. Tinggi Fundus Uteri (TFU)

4. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera mungkin setelah

rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal mendapat 90 tablet selama

kehamilannya. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60

mg) dan asam folat 0,5 mg (Kusmiyati, 2009).

5. Tetanus Toksoid (TT)

Menurut Rukiyah (2011; 7) bahwa imunisasi TT pertama diberikan pada

usia kehamilan 16 minggu dan imunisasi TT kedua diberikan 4 minggu

setelah TT pertama.

Tabel 2- 2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Antige Interval Lama Presentase

n Perlindungan Perlindunga

TT1 Pada kunjungan antenatal - -

pertama

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%


84

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 95%

TT5 1 tahun setelah TT4 Seumur hidup 99%

Sumber : Rukiyah (2011; 7)

6. Tes atau pemeriksaan hemoglobin (hb)

Menurut teori Prawirohardjo (2010), kadar hb normal menurut WHO 11

gr% dan menurut Depkes 10 gr%.

7. Pemeriksaan Veneral Diseases Research Laboratory (VDRL)

Tes laboratorium untuk mendeteksi penyakit menular seksual dan

HIV/AIDS, sifilis.

8. Perawatan payudara (tekan pijat payudara)

9. Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

10. Temu wicara atau konseling

Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan

oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk memberikan pelayanan

antenatal berkualitas untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan.

11. Tes atau pemeriksaan urin protein

12. Tes atau pemeriksaan urin reduksi

13. Terapi iodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)


85

14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

H. KEK dalam kehamilan

1. Pengertian KEK dalam kehamilan

2. Penyebab KEK dalam kehamilan

3. Faktor yang mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil

III. Konsep Dasar Persalinan

A. Pengertian Persalinan

Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang kuat teratur dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Kumalasari, 2015).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin (Maryunani, 2016).

Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun bila

tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. Setiap individu

berhak untuk dilahirkan secara sehat, oleh karena itu, setiap wanita usia subur

(WUS), ibu hamil (bumil), ibu bersalin (bulin), dan bayinya berhak mendapatkan

pelayanan yang berkualitas. Persalinan merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia dimana angka kematian Ibu bersalin yang

masih cukup tinggi. Keadaan ini disertai dengan komplikasi yang mungkin saja
86

timbul selama persalinan, sehingga memerlukan pengetahuan dan keterampilan

yang baik dalam bidang kesehatan, dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dan menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan perinatal

(Purwandari, dkk, 2014).

B. Tanda-tanda Persalinan

1. Tanda Persalinan Sudah Dekat

a. Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul, yang disebabkan :

1) Kontraksi Braxton Hicks

2) Ketegangan perut dinding

3) Ketegangan ligamentum rotundum

4) Gaya berat janin di mana kepala kearah bawah

Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul :

1) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang

2) Di bagian bawah terasa sesak

3) Terjadi kesulitan saat bejalan

4) Sering miksi (kencing)

b. Terjadinya his permulaan


87

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks,

kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan

sakit dan menganggu. (Elisabeth Siwi, 2016).

2. Tanda-tanda inpartu

a. Adanya kontraksi Rahim

Setiap kali otot berkontraksi, rongga uterus menjadi lebih kecil dan

bagian presentasi atau kantong amnion didorong ke bawah ke dalam

serviks, dan otot pada fundus menjadi lebih tebal.

b. Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal

pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir

yang berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh

kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut

rahim menjadi lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud

sebagai bloody slim.

c. Keluarnya air ketuban

Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah,

maka saatnya bayi harus keluar. Bila ibu hamil merasakan ada cairan

yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan

lagi, tetapi tidak disertai mulas atau tanpa sakit, merupakan tanda
88

ketuban pecah dini, yakni ketuban pecah sebelum terdapat tanda-

tanda persalinan, sesudah itu akan terasa sakit karena ada

kemungkinan kontraksi.

d. Pembukaan Serviks

Penipisan mendahului dilatasi seviks, pertama-pertama aktivitas

uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian

aktivitas uterus menghasilkan dilatasi serviks yang cepat. Faktor-faktor

yang berperan dalam persalinan adalah :

1) Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)

Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan,

kontraksi diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum

rotundum.

2) Passage (Faktor jalan lahir)

Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan

serviks dan perubahan pada vagina dan dasar panggul.

3) Passanger

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala

janin lebih lebar daripada bahu, kurang lebih seperempat dari

panjang ibu, 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir


89

pertama. Passanger terdiri dari janin, plasenta, dan selaput

ketuban.

4) Psikis Ibu

Kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong dan

adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.

5) Penolong

Meliputi ilmu pengetahuan, ketampilan, pengalaman,

kesabaran, pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara

dan multipara.

C. Perubahan Fisiologi dan Patologi Ibu Bersalin

Beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama proses persalinan

yaitu :

1. Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah selama kontraksi desertai peningkatan

sistolik rata-rata 15 (10 – 20 ) mmHg dan diastolic rata-rata (5 – 10) mmHg

pada waktu-waktu kontraksi tekanan darah kembali ketingkat sebelum

persalinan.Dengan adanya peningkatan tekanan darah tersebut dipastikan

wanita yang memang memilki resiko hipertensi kini resikonya meningkat

untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak. Terdapat beberapa

faktor yang dapat merubah tekanan darah ibu diantaranya :


90

a. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi,

kemudian diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer.

b. Timbul tahanan perifer, tekananan darah meningkat dan frekuensi

denyut nadi melambat.

c. Rasa sakit, takut dan cemas dapat meningkatkan tekanan darah ibu

2. Metabolisme jantung

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun

anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini disebabkan

oleh ansietas (kondisi emosional seperti cemas, takut / khawatir) dan

aktifitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari

peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan

yang hilang.

3. Suhu

Karena terjadi peningkatan metabolisme , maka suhu tubuh agak

sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah

persalinan. Peningkatan suhu yang terjadi tidak boleh melebihi 0,5 - 1°

Celcius.

4. Denyut Nadi dan Detak Jantung

Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding

selama periode persalinan. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan


91

dari uterus dan masuk kedalam sistem vaskuler ibu. hal ini akan

meningkatkan curah jantung sekitar 10% hingga 15% pada tahap pertama

persalinan dan sekitar 30% hingga 50% pada tahap kedua persalinan

(Supriatiningsih, 2015).

5. Perubahan Pada Ginjal

Poliuria atau gangguan berkemih berlebihan selama persalinan dapat

terjadi akibat adanya peningkatan kardiak output, filtrasi dalam glomerulus,

dan peningkatan aliran plasma ginjal. Hal lain yang menyebabkan sulit

berkemihnya wanita yaitu: edema pada jaringan akibat tekanan bagian

presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, rasa malu, serta posisi ibu saat

bersalin terlentang.

6. Perubahan Pada Saluran Cerna

Saat persalinan, mobilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan

padat jauh berkurang, hal ini juga diperburuk oleh penurunan lebih lanjut

sekresi asam lamu selama persalinan, sehingga saluran cerna bekerja

dengan lambat menjadi lebih lama.

7. Perubahan Hematologi

Perubahan hematologi meningkat sampai 1,2 % gr/1-00,.selama

persalinan dan akan kembali pada tingkat sebelum persalinan sehari

setelah pasca salin kecuali perdarahan postpartum.


92

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :

1. Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)

Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan, kontraksi

diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum rotundum.

2. Passage (Faktor jalan lahir)

Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks dan

perubahan pada vagina dan dasar panggul.

3. Passanger

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala janin

lebih lebar daripada bahu, kurang lebih seperempat dari panjang ibu, 96%

bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari

janin, plasenta, dan selaput ketuban.

4. Psikis Ibu

Kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong dan adaptasi

terhadap rasa nyeri persalinan.

5. Penolong

Meliputi ilmu pengetahuan, ketampilan, pengalaman, kesabaran,

pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan multipara.


93

E. Kebutuhan dasar ibu bersalin

Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu

standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan

ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sedang

sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir

dan membantu wanita yang sedang dalam persalinan.

Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan :

1. Asuhan fisik dan psikologis

Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses

persalinan, hal ini juga yang akan menghindarkan ibu dari infeksi Adapun

asuhan yang dapat diberikan diantaranya :

a. Menjaga kebersihan diri

1) Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya sesudah

BAK / BAB dan menjaga tetap bersih dan kering. Hal ini dapat

menimbulkan kenyamanan dan relaksasi serta menurunkan resiko

infeksi karena dengan adanya kombinasi antara bloody show,

keringat, cairan amnion, larutan untuk pemeriksaan vagina dan

juga veces dapat membuat ibu bersalin marasa tidak nyaman.

2) Mandi di bak / shower dapat menjadi sangat menyegarkan dan

santai, ibu tersebut dapat menjadi marasa sehat tetapi bila


94

fasilitasnya tidak memungkinkan mandi di tempat tidur juga

manyegarkan.

b. Berendam

Air telah dihubungkan dengan suatu perasaan sejahtera selam

berabad-abad yang lalu. Ketertarikan dari air dalam persalinan dan

kelahiran bayi kini telah berkembang. Beberapa wanita memilih untuk

menggunakan kolam hanya untuk berendam pada kala satu dan

beberapa wanita memilih untuk melahirkan didalam air.

Beberapa wanita telah memberikan komentar tentang betapa

rileksnya mereka selama berada dalam air. Berendam dapat menjadi

tindakan pendukung dan kenyamanan yang paling menenangkan. Bak

yang diperlukan perlu cukup dalam agar air dapat menutup

abdomennya.hal ini memberikan suatu bentuk hidrotherapy dan

kegembiraan yang akan meredakan dan membentu terhadap kontraksi

terhadap ibu bersalin.

c. Perawatan mulut

Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya

mempunyai napas yang bau, bibir kering dan pecah-pecah,

tenggorokan kering terutama jika dia dalam persalinan selama

beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa perawatan mulut. Hal ini

menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak menyenangkan bagi orang


95

disekitarnya.Hal diatas dapat dihindari jika wanita mampu mencerna

cairan selama persalinannya.

d. Pengipasan

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak

mengeluarkan keringat, bahkan pada ruang persalinan dengan kontrol

suhu terbaikpun mereka akan mengeluh berkeringat pada beberapa

waktu tertentu. jika tempat persalinan tidak menggunakan pendingin

akan menyebabkan perasaan tidak nyaman dan sangat

menyengsarakan wanita tersebut. Untuk itu gunakan kipas atau bisa

juga bila tidak ada kipas dengan kertas atau lap yang dapat digunakan

sebagai pengganti kipas.

e. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus

Hodneet (2002) dalam Chapman (2003) mengungkapkan bahwa

ada beberapa keuntungan dalam dukungan yang berkesinambungan

bagi ibu bersalin, antara lain :

1) Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologis dan lebih sedikit

epidural

2) Berkurangnya kelahiran instrumental

3) Pembedahan caesar untuk membantu kelahiran menjadi

berkurang.
96

4) Skore apgar < 7 lebih sedikit.

5) Berkurangnya trauma perinatal

Dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping persalinan

diantaranya :

1) Mengusap keringat

2) Menemani / membimbing jalan-jalan

3) Memberikan minum

4) Merubah posisi, dll

f. Pengurangan rasa sakit

Nyeri pada saat persalinan disebabkan oleh kontraksi rahim,

dilatasi servik dan distensi perineum. Rasa nyeri yang terjadi saat

persalinan dapat terjadi pada daerah-daerah tertentu saja terutama

disekitar perut.

Pendekatan – pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut

Varney ’s Midwifery :

1) Seorang yang dapat mendukung persalinan

2) Pengaturan posisi

3) Relaksasi dan latihan pernafasan


97

4) Istirahat dan privasi

5) Penjelasan mengenai proses / kemajuan dan prosedur

6) Asuhan tubuh

7) Sentuhan

g. Penerimaan atas sikap dan perilakunya

Beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi dan ada

pula yang berusaha untuk diam ada juga yang menangis.Itu semua

merupakan tingkah laku yang pada saat itu hanya dapat

dilakukannya.Sebagai seorang bidan yang dapat dilakukan adalah

hanya menyemangatinya dan bukan memarahinya. Penerimaan akan

tingkah lakunya dan sikap juga kepercayaannya,apapun yang dia

lakukan merupakan hal terbaik yang mampu dia lakukan pada saat itu.

h. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

1) Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan

2) Penjelasan semua hasil pemeriksaan

3) Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat

ketegangan dari rasa takut

F. Penatalaksanaan dalam proses persalinan kala I-IV dan 2 jam post partum

1. Kala I (Pembukaan)
98

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks

membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu :

a. Fase Laten

Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menimbulkam

penipisan dan pembukaan serviks bertahap, berlangsung hingga

serviks membuka kurang dari 4 cm pada umumnya fase laten

berlangsung hingga 8 jam.

b. Fase Aktif

Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

menigkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika

terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih, uterus mengeras waktu kontraksi, serviks

membuka. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/ jam

(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada

multipara. Pada fase aktif kala II terjadi penurunan bagian terendah

janin tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam. Fase aktif dibagi

menjadi 3, yaitu:

1) Fase Akselerasi
99

Pada primigravida pembukaan serviks bertambah dari 3 cm

menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2 jam.

2) Fase Dilatasi Maksimal

Pembukaan serviks berlangsung lebih cepat, yaitu 4 cm

menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.

3) Fase Deselerasi

Pembukaan serviks melambat dari 9 cm menjadi lengkap (10

cm) dalam waktu 2 jam (Sursilla, ilah. 2010: 5-6). Lamanya untuk

primigravida berlangsung 12-14 jam sedangkan pada multigravida

sekitar 6-8 jam (Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014).

2. Kala II (Pengeluaran Janin)

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala pengeluaran janin his

terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala

janin telah turun masuk keruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris atau otomatis menimbulkan

rasa mengejan. Ibu merasa seperti ingin buang air besar karena tekanan

pada rektum dengan tanda anus terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum merenggang. Dengan his mengejan yang terpimpin maka akan


100

lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida

berlangsung 1 ½ - 2 jam, pada multigravida ½- 1 jam (Kumalasari, Intan.

2015).

3. Kala III

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.

Proses ini berlangsung setelah kala II yang tidak lebih dari 30 menit,

kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan

proses retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch atau

jaringan ikat longgar yang melapisinya.

Berikut beberapa tanda terlepasnya plasenta, diantaranya:

a. Uterus menjadi berbentuk longgar

b. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen bawah

Rahim

c. Tali pusat semakin memanjang

d. Terjadinya perdarahan

e. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede

(pelepasan plasenta seperti memeras jeruk dan dilakukan untuk

melahirkan plasenta yang belum lepas) pada fundus uterus

(Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014).


101

4. Kala IV (Observasi)

Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai dua

jam pertama postpartum (Kumalasari, Intan. 2015). Beberapa hal penting

yang harus diperhatikan pada kala IV persalinan adalah :

a. Kontraksi uterus harus baik

b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genetalia lain

c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap

d. Kandung kencing harus kosong

e. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada hematoma/

pembekuan darah

f. Resume/ observasi keadaan umum ibu dan bayi (Damayanti, Ika Putri,

dkk. 2014).

IV. Konsep Dasar Nifas

A. Pengertian nifas

Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ

reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6

minggu (Farrer. 2001 dalam Kirana, 2015: 26). Nurul Jannah (2011)

mengemukakan masa nifas /puerperium yaitu masa sesudah persalinan, masa

perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat


102

kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40

hari pasca persalinan (dalam Aprilianti, 2016).

Periode post partum adalah periode yang dimulai segera setelah kelahiran

anak dan berlanjut selama sekitar 6-8 minggu setelah melahirkan dimana ibu

kembali kekeadaan semula sebelum hamil (Alkinlabil, et al, 2013).

B. Tahapan masa nifas

Tahapan masa nifas menurut Heryani (2010) terbagi menjadi tiga tahapan

yaitu :

1. Puerperium Dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan.

2. Puerperium Intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama

kurang lebih enam minggu.

3. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi.
103

C. Perubahan-perubahan dan adaptasi fisiologi dan psikologi ibu nifas

Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas diantaranya

yaitu :

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat

kontraksi otot-otot polos uterus. (Kumalasari, 2015).

Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

palpasi untuk meraba dimana TFU nya (tingggi fundus uteri).

1) Pada saat bayi lahir,fundus uteri setinggi pusat dengan berat

1000 gram.

2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.

3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat

simpisis dengan berat 500gram.

4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan

berat 350 gram.


104

5) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba)

dengan berat 50 gram (Kumalasari, 2015).

Proses involusi uterus ini diantaranya :

1) Iskemia Miometrium. Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi

yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta

sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi.

2) Atrofi Jaringan. Terjadi sebagai reaksi penghentian hormon

esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis. Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam

otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot

yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang

sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang

terjadi selama kehamilan disebabkan karena penurunan hormon

esterogen dan progesteron.

4) Efek Oksitosin. Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan kurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan.

b. Lokhea
105

Lokhea dalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari

dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi bas atau alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam

yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir

dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang

berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai

perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea

dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

1) Lokhea rubra / merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa

post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

a) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan karena

berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai ke-7 post

partum.

b) Lokhea serosa
106

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

c) Lokhea alba / putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang

mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu

post partum(Kumalasari, 2015).

c. Perubahan serviks, vagina dan perineum

1) Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks

agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga

seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks

berbentuk semacam cincin. Setelah bayi lahir, tangan dapat

masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat

memasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, serviks sudah

menutup kembali.

a) Vulva dan vagina


107

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol.

b) Perinium

Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang

bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perinium sudah

mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap

lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil (Kumalasari,

2015).

d. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah pesalinan. Alat

pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi

kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan,

kurangnya asupan asupan cairan dan makanan, serta kurangnya

aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi

dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi


108

awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat

laksanansia. Selain konstipasi ibu juga mengalami anoreksia akibat

penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi

perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang

menyebabkan kurang nafsu makan (Sulistyawati, 2009).

e. Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsur, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Urine dalam jumlah

besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum(Sulistyawati,

2009).

f. Perubahan sistem muskuloskelatal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus pembuluh-

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus

akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah

plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma, pelvis, serta fasia

yang meregang pada saat persalinan, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke

belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum

menjadi kendor.sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan

distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu

hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk

sementara waktu (Sulistyawati, 2009).


109

g. Perubahan sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalina.

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat

dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post

partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3

post partum.

a) Hormon pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada

wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam

waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase

konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah

hingga ovulasi terjadi.

b) Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga di

pengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi

pertama bersifat anovulasi karena rendahnya kadar

estrogen dan progesteron.

c) Kadar estrogen
110

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen

yang bermakna sehinnga aktifitas prolaktin yang juga

sedang meningkat dapat memengaruhi kelenjar mamae

dalam menghasilkan ASI (Sulistyawati, 2009).

h. Perubahan tanda vital

1) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik

sedikt (37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu

melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan

normal suhu badan menjadi biasa.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali

per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih

cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit

adalah abnormal dan hal in menunjukkan adanya kemungkinan

infeksi.

3) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan

tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan.

Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan

terjadinya pre eklampsi post partum.


111

4) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu

dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka

pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan

khusus pada saluran pencernaan (Sulistyawati, 2009).

i. Perubahan sistem kardiovaskuler

Selain kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri.Penarikan kembali estrogen

menyebabkan deuresis yang terjadi secara cepat sehingga

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini

terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi (Padila, 2014).

D. Kunjungan masa nifas

Kebijakan program nasional masa nifas yaitu paling sedikit empat kali

kunjungan pada nifas dalam rangka menilai status ibu dan bayi baru lahir,

mencegah, mendeteksi dan mengurangi masalah-masalah yang terjadi pada

masa nifas, diantaranya :

1. Kunjungan I (6 – 48 jam postpartum)

Asuhan yang diberikan antara lain :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


112

b) Memantau keadaan umum ibu untuk memastikan tidak terjadi tanda-

tanda infeksi

c) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bounding attachment)

d) Membimbing pemberian ASI lebih awal (ASI ekslusif)

2. Kunjungan II (4 hari – 28 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain:

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu, mengenal asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.

3. Kunjungan III (29 hari – 42 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain :


113

a) Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama masa nifas

b) Memberikan konseling KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan

tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi (Kumalasari,

2015).

E. Tanda bahaya masa nifas

Setelah ibu melahirkan, selanjutnya ibu memasuki tahap masa nifas atau

lazim disebut puerperium. Masa nifas dimulai 1 jam setelah plasenta lahir

hingga 6 minggu (42 hari) setelahnya. Menurut Saifuddin, asuhan masa nifas

sangat diperlukan karena masa nifas merupakan masa kritis yang

memungkinkan untuk terjadinya masalah-masalah yang berakibat fatal karena

dapat menyebabkan kematian ibu. oleh karena itu perhatian penuh dari bidan

sangat diperlukan salah satunya dengan memberikan asuhan kebidanan

berkesinambungan yang berkualitas secara optimal.

Dampak yang terjadi jika cakupan pelayanan yang diberikan rendah,

dapat menyebabkan permasalahan pada ibu nifas seperti perdarahan post

partum, infeksi saat masa nifas, dan masalah obstetri lainya pada masa nifas

(Wahyuni, Sri, 2014). Tanda bahaya masa nifas yang perlu diwaspadai oleh ibu

diantaranya.:

1. Perdarahan Pascasalin
114

Perdarahan paska persalinan yaitu perdarahan pervaginam yang

melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Perdarahan pascasalin menurut

Kemenkes RI (2014) dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Perdarahan pascasalin primer (Early Postpartum Haemorrhage),

yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama paska

persalinan segera. Penyebab perdarahan ini diantaranya atonia uteri,

retensio plasenta, sisa plasenta yang tertinggal, dan robekan jalan

lahir.

b. Perdarahan pascasalin sekunder (Late Postpartum Haemorrhage),

yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama paska

persalinan. Penyebab utama perdarahan ini diantaranya robekan

jalan lahir, sisa plasenta yeng tertinggal atau membran. Sakit kepala

yang hebat. Pembengkakan di wajah, tangan dan kaki. payudara

yang berubah merah, panas dan terasa sakit. Ibu yang dietnya buruk,

kurang istirahat dan anemia mudah mengalami infeksi.

2. Infeksi Masa Nifas

Bakteri dapat menjadi salah satu penyebab infeksi setelah

persalinan. Selain kurang menjaga kebersihan dan perawatan masa

nifas yang kurang tepat, faktor lain yang memicu seperti adanya luka

bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genetalia termasuk

episiotomi pada perineum ataupun dinding vagina dan serviks. Gejala

umum yang dapat terjadi:


115

a. Temperatur suhu meningkat >38°C

b. Ibu mengalami peningkatan pernapasan (takikardi) dan penurunan

pernapasan (bradikardi) secara drastis, serta tekanan darah yang

tidak teratur

c. Ibu terlihat lemah, gelisah, sakit kepala dan kondisi terburuknya ibu

tidak sadar/ koma

d. Proses involusi uteri terganggu

e. Lokhea yang keluar berbau dan bernanah

3. Demam, Muntah dan Nyeri Saat Berkemih

Pada masa nifas ini ibu cenderung mengalami peningkatan suhu

badan dan nyeri saat berkemih. Nyeri ini disebabkan oleh luka bekas

episiotomi, atau laserasi periuretra yang menyebabkan ketidaknyamanan

pada ibu. Demam dengan suhu >38°C mengindikasikan adanya infeksi,

serta terjadinya diuresis dan overdistensi dapat menyebabkan infeksi pada

saluran kemih.

4. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama

Selepas persalinan ibu akan mengalami kelelahan yang amat berat,

karena tenaga ibu bayak terkuras saat menjalani proses persalinannya.

Karena kelahan ini akhirnya berdampak pada nafsu makan ibu yang

menurun. Pada masa ini dukungan keluarga sangat diperlukan dalam


116

membantu ibu untuk tetap makan dan mencukupi kebutuhan nutrisinya

dengan baik.

5. Payudara Berubah Kemerahan, Panas, dan Terasa Sakit

Jika ASI ibu tidak disusukan pada bayinya maka dapat menyebabkan

terjadi bendungan ASI, payudara memerah, panas, dan terasa sakit yang

berlanjut pada mastitis, atau terjadi radang (peradangan pada payudara).

6. Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas

Waspadai preeklamsi yang timbul dengan tanda-tanda :

a. Tekanan darah ibu tinggi

b. Terdapat oedem/ pembengkkan di wajah dan ekstremitas

c. Pada pemeriksaan urine ditemukan protein urine

F. Kebutuhan dasar ibu nifas

1. Nutrisi dan Cairan

Selama masa nifas, diet sehat sangat dianjurkan pada ibu setelah

melahirkan untuk mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan

kualitas produksi ASI. Diet yang dilakukan tentunya harus bermutu dengan

nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan

karbohidrat serta banyak mengandung cairan dan serat untk mencegah


117

konstipasi. Beberapa asupan yang dibutuhkan ibu pada masa nifas

diantaranya:

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (3-4 porsi setiap hari)

b. Ibu dianjurkan minum sedikitnya 3 liter per hari, untuk mencukupi

kebutuhan cairan supaya tidak cepat dehidrasi

c. Rutin mengkonsumsi pil zat besi setidaknya selama 40 hari pasca

persalinan

d. Serta tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung

kafein/ nikotin

e. Minum kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali yaitu satu kali

setelah melahirkan dan yang kedua diberikan setelah 24 jam selang

pemberian kapsul vitamin A pertama. Pemberian kapsul vitamin A 2

kali dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi

berusia 6 bulan, dibandingkan pemberian 1 kapsul hanya cukup

meningkatkan kandungan sampai 60 hari.

2. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat

mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya

dan membimbing ibu untuk berjalan. Early ambulation tidak diperbolehkan


118

pada ibu postpartum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung,

paru-paru, demam, dan sebagainya (RI, Kemenkes: 2014).

Pada ibu dengan postpartum normal ambulasi dini dilakukan paling

tidak 6-12 jam postpartum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio

caesarea ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam postpartum

setelah ibu sebelumnya beristirahat/ tidur. Tahapan ambulasi ini dimulai

dengan miring kiri/kanan terlebih dahulu, kemudian duduk. Lalu apabila

ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan).

Beberapa manfaat ambulasi dini diantaranya :

a. Membuat ibu merasa lebih baik, sehat dan lebih kuat

b. Mempercepat proses pemulihan fungsi usus, sirkulasi, jaringan otot,

pembuluh vena, paru-paru dan sistem perkemihan

c. Mempermudah dalam mengajarkan ibu cara melakukan perawatan

pada bayinya

d. Mencegah terjadinya trombosis akibat pembekuan darah

3. Eliminasi

a. Buang Air Kecil (BAK)

Biasanya dalam waktu 6 jam postpartum ibu sudah dapat

melakukan BAK secara spontan. Miksi normal terjadi setiap 3-4 jam

postpartum. Namun apabila dalam waktu 8 jam ibu belum dapat


119

berkemih sama sekali, maka katerisasi dapat dilakukan apabila

kandung kemih penuh dan ibu sulit berkemih. Kesulitan BAK antara

lain disebabkan spingter uretrus yang tertekan oleh kepala janin dan

kejang otot (spasmus) oleh iritasi muskulo spingter ani selama

persalinan, atau adanya edema kandung kemih selama persalinan.

b. Buang Air Besar (BAB)

Ibu postpartum diharapkan sudah dapat buang air besar setelah

hari ke-2 postpartum. Jika pada hari ke-3 ibu belum bisa BAB, maka

penggunaan obat pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak

tinja dapat diaplikasikan melalui per oral atau per rektal. Kesulitan

BAB (konstipasi) pada ibu antara lain disebabkan selain perineum

yang sakit juga takut luka jahitan perineum terbuka, adanya hemoroid

atau obat-obatan analgesik selama proses persalinan. Kesulitan BAB

ini dapat diatasi dengan melakukan mobilisasi dini, konsumsi

makanan tinggi serat, mencukupi kebutuhan asupan cairan dapat

membantu memperlancar BAB ibu dengan baik.

c. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman ibu. Beberapa langkah yang dapat

dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan dirinya antara

lain :
120

1) Pastikan kebersihan tubuh ibu tetap terjaga dengan cara mandi

lebih sering (2 kali/ hari) dan menjaga kulit tetap kering untuk

mencegah infeksi dan alergi dan penyebarannya ke kulit bayi

2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari

arah depan ke belakang, setelah itu anus. Mengganti pembalut

minimal 2 kali sehari. Menganjurkan ibu mencuci tangan dengan

sabun dan air setiap sebelum dan selesai membersihkan daerah

kemaluan. Jika ibu mempunyai luka episiotomy, ibu dianjurkan

untuk tidak menyentuh daerah luka agar terhindar dari infeksi

sekunder.

3) Melakukan perawatan payudara secara teratur, yaitu dimulai 1-2

hari setelah bayidilahirkan dan rutin membersihkanya setiap 2

kali sehari.

4) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur. Ibu dianjurkan

memakai pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat,

sehingga daerah seperti payudara tidak terasa tertekan dan

kering. Serta pada daerah lipatan paha, dengan penggunaan

pakaian dalam yang longgar tidak menyebabkan iritasi kulit

disekitar selangkangan akibat lokhea.

5) Jika ibu mengalami kerontokan rambut akibat adanya perubahan

hormon, ibu dianjurkan menggunakan pembersih rambut/


121

kondisioner secukupnya, dan menyisir rambut dengan sisir yang

lembut.

6) Istirahat dan tidur, selama proses pemulihan kondisi fisik dan

psikologis ibu pada masa nifas kebutuhan istirahat ibu harus

tercukupi. Ibu dapat beristirahat dengan tidur siang selagi bayi

tidur, atau melakukan kegiatan kecil dirumah seperti menyapu

dengan perlahan-lahan. Jika ibu kurang istirahat maka dampak

yang terjadi seperti jumlah produksi ASI berkurang,

memperlambat proses involusi uteri, serta meyebabkan depresi

dan ketidakmampuan ibu dalam merawat bayinya.

7) Aktivitas seksual, ibu dapat melakukan aktvitas seksual dengan

suami ibu kapan saja, selama ibu sudah siap, secara fisik aman

dan tidak merasakan nyeri daerah genetalia.


122

8) Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah

persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam

nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi

tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis.

Senam nifas dapat dilakukan saat ibu merasa benar-benar pulih

dan tidak ada komplikasi atau penyulit selama masa nifas.

Selain memulihkan kondisi tubuh ibu senam nifas dapat

mempercepat proses involusi uteri dan mengembalikan

elastisitas otot-otot dan jaringan yang merenggang waktu

persalinan.

G. Penatalaksanaan masa nifas

Menurut Saleha (2009), asuhan kebidanan masa nifas adalah

pentalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah

lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti

sebelum hamil atau mendekati sebelum hamil (Aprilianti, 2016). Asuhan masa

nifas sangat diperlukan pada periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu

maupun bayinya. Sehingga diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat

kehamilan yang yang terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas

yang terjadi dalam 24 jam pertama (Kumalasari, 2015).

Asuhan pelayanan masa nifas yang berkualitas mengacu pada pelayanan

sesuai standart kebidanan, sehingga permasalahan yang terjadi pada masa ibu
123

nifas dapat diminimalkan atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Asuhan masa

nifas memiliki beberapa tujuan diantaranya :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun pikologinya

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati/ merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya

3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi sehat

4. Serta memberikan pelayanan keluarga berencana (Kumalasari, 2015:

164).

Kebijakan program nasional masa nifas yaitu paling sedikit empat kali

kunjungan pada nifas dalam rangka menilai status ibu dan bayi baru lahir,

mencegah, mendeteksi dan mengurangi masalah-masalah yang terjadi pada

masa nifas, diantaranya :

1. Kunjungan I (6 – 48 jam postpartum)

Asuhan yang diberikan antara lain :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Memantau keadaan umum ibu untuk memastikan tidak terjadi tanda-

tanda infeksi

c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bounding attachment)


124

d. Membimbing pemberian ASI lebih awal (ASI ekslusif)

2. Kunjungan II (4 hari – 28 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain :

a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu, mengenal asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.

3. Kunjungan III (29 hari – 42 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain:

a. Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama masa nifas

b. Memberikan konseling KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan

tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi (Kumalasari,

2015).
125

V. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

A. Pengertian bayi baru lahir

Saifuddin mendefinisikan bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran (Dwiendra, 2014). Bayi baru lahir normal

adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa

memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42

minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa

cacat bawaan.

Definisi bayi baru lahir menurut Marmi (2012), adalah bayi yang baru

mengalami proses kelahiran dan berusia 0-28 hari. Masa neonatal adalah

masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari), sesudah kelahiran dimana

ada tiga masa yaitu neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai

dengan usia 1 bulan sesudah lahir, Neonatus dini adalah usia -7 hari dan

Neonatus lanjut adalah usia 7-28 hari (Sholichah, Nanik :2017)

B. Perubahan fisiologi bayi baru lahir

Beberapa adaptasi fisiologis yang terjadi setelah bayi lahir menurut Buda

S, Endang (2011), yaitu :

a. Sistem Pernafasan

Pada saat didalam rahim janin mendapatkan O 2 dan melepaskan CO2

melalui plasenta. Paru-paru janin mengandung cairan yang disebut

surfaktan. Surfaktan berfungsi untuk mengurangi tekanan permukaan


126

alveoli dan menstabilkan dinding alveoli sehingga tidak kolaps. Pada

proses persalinan pervaginam terjadi tekanan mekanik dalam dada yang

mengakibatkan pengempisan paru-paru dan tekanan negative pada intra

toraks sehingga merangsang udara masuk.

Ketika tali pusat dipotong maka akan terjadi pengurangan O 2 dan

akumulasi CO2 dalam darah bayi, sehingga akan merangsang pusat

pernafasan untuk memulai pernafasan pertama. Pernafasan pertama bayi

berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan

jaringan alveoli paru-paru untuk pertama kali sehingga merangsang udara

masuk. Ketika bernafas, udara memenuhi paruparu dan sisa surfaktan

diserap oleh pembuluh darah dan linfe sehingga semua alveoli terisi oleh

udara pada saat ini maka terjadi peningkatan tekanan O 2 dalam alveolar

sehingga pembuluh darah paru-paru meningkat dan memperlancar

pertukaran gas dalam alveoli sehingga terjadi perubahan sirkulasi janin

menjadi sirkulasi luar rahim. Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur

kedalaman, kecepatan dan iramanya serta bervariasi 30-60 kali per menit,

sebagaimana kecepatan nadi, kecepatan pernafasan juga dipengaruhi

oleh menangis. Pernafasan mudah dilihat atau diamati dengan melihat

pergerakan abdomen karena pernafasan neonatus sebagian besar

dibantu oleh diafragma dan otot-otot abdomen.

b. Sistem Sirkulasi Darah


127

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah

bayi lahir. Foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus venosus menutup.

Arteri umbilikus dan vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen.

Nafas pertama yang dilakukan oleh bayi baru lahir membuat paru-paru

berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga

darah mengalir, tekanan arteri pulmoner menurun. Rangkaian peristiwa

merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan atrium kanan

menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk

ke kanan bagian kiri sehingga tekanan dalam atirum kiri meningkat.

Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup. Selama

beberapa hari pertama kehidupan, tangisan dapat mengembalikan aliran

darah melalui foramen ovele sementara dan mengakibatkan sianosis

ringan. Frekuensi jantung bayi rata-rata 140x per menit saat lahir, dengan

variasi berkisar antara 120-140x per menit. Frekuensi saat bayi tidur

berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada saat usia satu minggu

frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 128x per menit dan 163x per menit

saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak teratur pada usia ini

dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis dan sebagai

indikasi fungsi jantung yang baik). Ketika dilahirkan bayi memiliki kadar

haemoglobin yang tinggi sekitar 17 gr/dl dan sebagian besar terdiri dari

haemoglobin fetal type (HbF).

Jumlah HbF yang tinggi ketika didalam rahim diperlukan untuk

meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah saat darah yang


128

teroksigenasi dari plasenta bercampur dengan darah dari bagian bawah

janin. Keadaan ini tidak berlangsung lama, ketika bayi lahir banyak sel

darah merah tidak diperlukan sehingga terjadi hemolisis sel darah merah.

Hal ini menyebabkan ikterus fisiologi pada bayi baru lahir dalam 2-3 hari

pertama kelahiran.

c. Sistem Pencernaan

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,

memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana

serta mengelmusi lemak. Mekonium merupakan sampah pencernaan

yang disekresikan oleh bayi baru lahir. Mekonium diakomulasikan dalam

usus saat umur kehamilan 16 minggu. Warnanya hijau kehitam-hitaman

dan lembut, terdiri dari mucus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan,

asam lemak dan pigmen empedu. Mekonium dikeluarkan seluruhnya

sekitar 2-3 hari setelah bayi lahir. Mekonium pertama dikeluarkan dalam

waktu 24 jam setelah bayi lahir. Ketika bayi sudah mendapatkan makanan

faeces bayi berubah menjadi kuning kecoklatan, mekonium yang

dikeluarkan menandakan anus yang berfungsi sedangkan faeces yang

berubah warna menandakan seluruh saluran gastrointestinal berfungsi.

Dalam waktu 4 atau 5 hari faeces akan menjadi kuning. Bayi yang diberi

ASI, faecesnya lembut, kuning terang dan tidak bau.

Sedangkan bayi yang diberi susu formula berwarna pucat dan agak

berbau. Bayi yang diberi ASI dapat BAB sebanyak 5 kali atau lebih dalam
129

sehari, ASI sudah mulai banyak diproduksi pada hari ke 4 atau ke 5

persalinan. Walaupun demikian setelah 3-4 minggu, bayi hanya BAB 1 kali

setiap 2 hari. Sedangkan bayi yang diberi susu formula lebih sering BAB

tetapi lebih cenderung mengalami kontipasi. Kapasitas lambung bayi baru

lahir sekitar 15-30 ml dan meningkat dengan cepat pada minggu pertama

kehidupan. Pengosongan lambung pada bayi baru lahir sekitar 2,5 – 3

jam. Imaturitas hati yang fisiologis menghasilkan produksi glukoronil

transferase yang rendah untuk konjugasi bilirubin dan juga tingginya

jumlah sel darah merah yang mengalami hemolysis mengakibatkan ikterus

fisiologis yang dapat terlihat pada hari ketiga atau kelima. Simpanan

glikogen cepat berkurang sehingga early feeding diperlukan untuk

mempertahankan glukosa darah normal. Early feeding diperlukan untuk

menstimulasi fungsi liver dan membantu pembentukan vitamin K.

d. Sistem Pengaturan Suhu

Tubuh Bayi baru lahir memiliki pengaturan suhu tubuh yang belum

efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu

tubuh bayi agar tidak terjadi penurunan dengan penatalaksanaan yang

tepat misalnya dengan cara mencegah hipotermi.

Proses kehilangan panas dari kulit bayi dapat melalui proses

konveksi, evaporasi, konduksi dan radiasi. Hal ini dapat dihindari jika bayi

dilahirkan dalam lingkungan yang hangat dengan suhu sekitar 21-24°C,

dikeringkan dan dibungkus dengan hangat. Bayi baru lahir tidak akan
130

mengalami kedinginan dan dapat meningkatkan produksi panas dengan

cara ini. Simpanan lemak coklat sudah tersedia pada bayi saat dilahirkan,

tetapi suhu tubuh bayi menurun lebih banyak energi yang digunakan untuk

memproduksi panas ketika diperlukan saja. Lemak coklat diproduksi

dibawah bahu, dibelakang sternum dileher disekitar ginjal dan kelenjar

supra renal. Intake makanan yang adekuat juga penting untuk

memproduksi. Jika suhu tubuh bayi menurun lebih banyak energi

digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan

akan terjadi peningkatan penggunaan O 2.

Bayi baru lahir yang kedinginan akan terlihat tidak aktif dan dia akan

mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan

pernafasannya serta menangis. Sehingga terjadi peningkatan penggunaan

kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan ditimbulkan dari efek

hipotermi begitu juga hipoksia dan hyperbilirubinemia. Suhu yang tidak

stabil juga mengindikasikan terjadinya infeksi sehingga setiap tindakan

yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi

baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5 – 37,5°C.

e. Sistem Ginjal

Janin mengeluarkan urina dalam cairan amnion selama kehamilan.

Walaupun ginjal pada bayi sudah berfungsi, tapi belum sempurna untuk

menjalankan fungsinya. Kemampuan filtrasi glomerular masih sangat

rendah, maka kemampuan untuk menyaring urine belum sempurna.


131

Sehingga cairan dalam jumlah yang banyak diperlukan untuk

mengeluarkan zat padat. Jika bayi mengalami dehidrasi ekskresi zat padat

seperti urea dan sodium klorida akan terganggu. Bayi baru lahir harus

BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Awalnya urine yang keluar sekitar

20-30 ml/ hari dan meningkat menjadi 100-200 ml/ hari pada akhir minggu

pertama ketika intake cairan meningkat.

f. Sistem Adaptasi Imunologi

Dalam rahim janin mendapatkan perlindungan infeksi oleh kantong

ketuban yang masih utuh dan barier plasenta, walaupun demikian ada

mikroorganisme tertentu yang dapat melewati plasenta dan menginfeksi

janin. Bayi baru lahir sangat rentang terhadap infeksi terutama yang

masuk melalui mukosa yang berhubungan dengan sistem pernafasan dan

gastrointestinal. Bayi mempunyai beberapa imunoglobulin seperti IgG, IgA

dan IgM. Selama trimester akhir kehamilan terjadi transfer transparental

imonuglobulin IgG dari ibu ke janin. Hal ini memberikan perlindungan pada

janin untuk memberikan pertahanan terhadap infeksi yang didapatkan dari

antibody itu. Antibody yang terbentuk memberikan kekebalan pasif pada

bayi sekitar 6 bulan, sedangkan IgM dan IgA tidak mampu untuk melewati

barier plasenta tetapi dapat dihasilkan oleh janin beberapa hari setelah

lahir. Tingkat imunoglobulin IgG bayi sama atau kadang lebih tinggi dari

ibunya, hal ini disebabkan karena adanya kekebalan pasif selama bulan

pertama kehidupan. Sedangkan IgM dan IgA rata-rata 20% dari orang

dewasa yang dibutuhkan selama 2 tahun untuk sama dengan orang


132

dewasa. Tingkat IgM dan IgA yang relative rendah dapat memudahkan

terjadinya atau masuknya infeksi. IgA dapat memberikan perlindungan

terhadap infeksi pada saluran pernafasan, gastrointestinal, dan mata. ASI

terutama kolostrum dapat memberikan kekebalan pasif pada bayi sebagai

perlindungan terhadap infeksi dalam bentuk Lactobacillua bifidus,

lactoferin, lysozym dan pengeluaran IgA. Pemberian ASI juga membantu

perkembangbiakan bakteri tertentu dalam usus yang akan mengakibatkan

suasana asam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Oleh karena itu setiap tindakan pada bayi harus berprinsip untuk

mencegah terjadinya infeksi.

g. Sistem Reproduksi

Spermatogenesis pada bayi laki-laki belum terjadi sampai mencapai

pubertas, tetapi pada bayi perempuan sudah terbentuk folikel primodial

yang mengandung ovum pada saat lahir. Pada kedua jenis kelamin ini

pengambilan estrogen dari ibu untuk pertumbuhan payudara yang

kadang-kadang disertai secret pada hari keempat atau kelima. Hal ini tidak

membutuhkan perawatan karena akan hilang dengan sendirinya. Pada

bayi perempuan kadang terjadi pseudomenstruasi dan labia mayora

sudah terbentuk menutupi labia minora. Pada laki-laki testis sudah turun

kedalam skrotum pada akhir 36 minggu kehamilan.

h. Sistem Rangka Tubuh


133

Pertumbuhan otot lebih banyak terjadi dengan hipertropi

dibandingkan dengan hiperplasia. Pemanjangan dan pengerasan tulang

yang belum sempurna dapat memfasilitasi pertumbuhan episis. Tulang

yang berada dibawah tengkorak tidak mengalami pengerasan. Hal ini

penting untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses moulase pada

waktu persalinan. Moulase dapat hilang beberapa hari setelah kelahiran.

Fontanela posterior menutup setelah 6-8 minggu, sedangkan fontanela

anterior membuka sampai 18 bulan. Pengkajian terhadap hidrasi dan

tekanan intrakaranial dapat dilakukan dengan palpasi fontanel.

i. Sistem Syaraf

Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lainnya, sistem syaraf belum

matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol yang

minim oleh kortex serebri terhadap sebagian besar batang otak dan

aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun

sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa aktivitas refleks yang

terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerjasama antara

sistem syaraf dan sistem muskuloskeretal. Refleks tersebut antara lain :


134

1) Reflek Morro

Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar

dan melebarkan jari-jari lalu mengembalikan dengan tarikan yang

cepat seakan-akan memeluk seseorang. Reflek dapat diperoleh

dengan memukul permukaan yang rata yang ada didekatnya dimana

dia terbaring dengan posisi terlentang. Bayi seharusnya

membentangkan dan menarik tangannya secara sistematis. Jari-jari

akan meregang dengan ibu jari dan telunjuk membentuk huruf C,

kemudian tangan terlipat dengan gerakan memeluk dan kembali

pada posisi rileks. Kaki juga dapat mengikuti gerakan serupa. Reflek

Morro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah usia 3-4 bulan.

2) Reflek Rooting

Reflek ini timbul karena adanya stimulasi taktil pada pipi dan

daerah mulut, bayi akan memutar kepala seakan – akan mencari

puting susu. Reflek Rooting ini berkaitan erat dengan reflek

menghisap dan dapat dilihat jika pipi atau sudut mulut dengan pelan

disentuh bayi, akan menengok secara spontan kearah sentuhan,

mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap. Reflek ini biasanya

menghilang pada usia 7 bulan.

3) Reflek Sucking
135

Reflek ini timbul bersama dengan reflek rooting untuk menghisap

puting susu dan menelan ASI.

4) Reflek Batuk dan Bersin

Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.

5) Reflek Graps

Refleks yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan

bayi maka bayi akan menutup telapak tangannya. Respon yang sama

dapat diperoleh ketika telapak kaki digores dekat ujung jari kaki,

menyebabkan jari kaki menekuk. Ketika jari-jari kaki diletakkan pada

telapak tangan bayi, bayi akan menggenggam erat jari-jari.

Genggaman telapak tangan bayi biasanya berlangsung sampai usia

3-4 bulan. Jari kaki akan menekuk kebawah, reflek ini menurun pada

usia 8 bulan, tapi masih dapat dilihat sampai usia 1 tahun.

6) Reflek Walking dan Stapping

Reflek ini timbul bila bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan

spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum bisa

berjalan. Reflek ini kadang-kadang sulit diperoleh sebab tidak semua

bayi kooperatif. Meskipun secara terus menerus reflek ini dapat

dilihat. Menginjak biasanya berangsur-angsur menghilang pada usia

4 bulan.
136

7) Reflek Tonic Neck

Reflek jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau

kekiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat dilihat pada

bayi yang berusia 1 hari, meskipun sekali reflek ini kelihatan, reflek ini

dapat diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan.

8) Reflek Babinsky

Reflek bila ada rangsangan pada telapak kaki akan bergerak

keatas dan jari – jari lain membuka. Reflek ini biasanya hilang setelah

berusia 1 tahun.

9) Reflek Galant/ Membengkokkan Badan

Ketika bayi tengkurap goreskan pada punggung menyebabkan

pelvis membengkokkan kesamping. Jika punggung digores dengan

keras kira – kira 5 cm dari tulang belakang dengan gerakan kebawah,

bayi merespon dengan membengkokkan badan kesisi yang digores.

Refleks ini berkurang pada usia 2-3 bulan.

10) Reflek Bauer/ Melangkah

Reflek ini terlihat pada bayi aterm dengan posisi tengkurap,

pemeriksa menekan telapak kaki. Bayi akan merespon dengan

membuat gerakan merangkak. Reflek ini menghilang pada usia 6

minggu.
137

j. Intergumentary Sistem

Kulit bayi sangat sensitive terhadap infeksi oleh karena itu penting

untuk menjaga keutuhan kulit. Masuknya mikroorganisme dapat

menyebabkan infeksi. Oleh karena itu Ig A tidak ada pada saat lahir dan

baru terbentuk sekitar 2 minggu setelah lahir, maka imunitas kulit dan

usus berkurang. Kelenjar keringat sudah ada pada saat lahir tapi kadang-

kadang belum berfungsi secara efisien. Verniks kaseosa yang melindungi

kulit bayi dan diproduksi oleh kelenjar sebasea sedangkan bintik-bintik

putih kecil yang dinamakan milia sudah ada pada waktu lahir.

Pengelupasan kulit hanya dimulai beberapa hari setelah lahir, sedangkan

jika kulit bayi sudah mengelupas pada saat lahir hal ini mengidentifikasi

bahwa sudah terjadi serotinus, IUGR atau infeksi intra uterin seperti sifilis.

C. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Menurut Kumalasari (2015) ciri – ciri bayi baru lahir diantaranya:

1. Berat badan 2500-4000 gram

2. Panjang badan lahir 48-52 cm

3. Lingkar dada 30-38 cm

4. Lingkar kepala 33-35 cm

5. Frekuensi jantung 120-160 kali/ menit

6. Suhu bayi 36,5OC-37,5OC


138

7. Pernapasan ± 40 – 60 kali/ menit

8. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

9. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

10. Kuku agak panjang dan lemas

11. Genetalia

a. Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

b. Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

12. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

13. Reflek moro/ gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecokelatan.

D. Kebutuhan dasar bayi baru lahir

1. Merawat tali pusat : sesudah atau sebelum lepas

2. Menilai APGAR pada menit ke 1,5 dan 10. Normal APGAR 7-10, asfiksia ringan

4-6

3. Nutrisi 12 jam belum perlu, ini untuk memungkinkan bayi istirahat dan

mengeluarkan lendir namun tergantung kebijakan masing-masing rumah sakit.

4. Stimulasi melalui sentuhan atau belaian atau pandangan menyusui.


139

5. Identifikasi

6. Kebersihan

7. Profilaksis : tetes mata, vitamin K dan Hb0

8. Mempertahankan suhu tubuh bayi

9. Antopometri

10. Menentukan gestasi

11. Pakaian dan selimut

12. Posisi dan lingkungan : miring dengan kepala sedikit rendah,lingkungan hangat

dan tenang.

E. Penatalaksanaan bayi baru lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir

dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi (dalam satu jam pertama

kehhidupan). Dengan memegang prinsip asuhan segera, aman, dan bersih untuk bayi

baru lahir (Kumalasari, Intan, 2015). Asuhan segera yang dilakukan dengan

memperhatikan aspek-aspek berikut :

1. Selalu menjaga bayi tetap kering dan hangat

2. Usahakan kontak kulit ibu dengan bayi (skin to skin), segera setelah melahirkan

badan :

a. Secepat mungkin menilai pernafasan, serta bayi diletakkan diatas perut ibu
140

b. Dengan kain bersih dan kering membersihkan muka bayi dari lendir dan

darah untuk mencegah jalan udara terhalang

c. Bayi sudah harus menangis/ bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik

setelah lahir, jika bayi belum menangis bernafas dalam waktu 30 detik,

segera cari bantuan, lalu mulai melakukan langkah – langkah resusitasi.

3. Jaga bayi tetap hangat (kontak skin to skin antara ibu dan bayi)

a. Mengganti handuk/ kain yang basah dengan handuk kering, lalu segera

bungkus bayi dengan selimut

b. Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi tiap 15 menit

1) Bila keadaan tubuh bayi dingin segera periksa suhu axilla bayi

2) Bila suhu < 36,5°C, segera untuk menghangatkannya

c. Menilai pernafasan

Periksa pernafasan dan warna kulit bayi tiap 5 menit :

1) Bila bayi tidak segera bernafas, segera lakukan : resusitasi

2) Bila bayi mengalami sianosis/ sukar bernafas (frekuensi nafas < 30

atau > 60 X/menit) segera beri O2 kateter nasal.

4. Perawatan Mata
141

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1 % untuk mencegah

penyakit mata kerena klamidia (penyakit menular seksual yang dapat

menginfeksi mata bayi), salep diberikan pada jam pertama setelah kelahiran

5. Asuhan Bayi Baru Lahir

Dalam waktu 24 jam, tindakan penanganan yang dilakukan yaitu:

a. Melanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan aktifitas bayi

b. Pertahankan suhu bayi tetap normal (36,5 – 37,5°C)

c. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam

d. Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, kepala tertutup.

Tabel 2- 3 Sistem Penilaian APGAR

Tanda 0 1 2

Appeatance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh

seluruh tubuh ekstermitas biru kemerahan


(warna kulit)

Pulse Tidak ada <100 >100

(Denyut

jantung)

Grimace Tidak ada Ekstermitas sedikit Gerakan

fleksi kuat/melawan
(Tonus otot)

Activity Tidak ada Sedikit gerak Gerakan


142

(Aktifitas) aktif/langsung

menangis

Respiration Tidak ada Lemah/tidak teratur Menangis

(Respirasi)

Sumber : (Dwiendra R, Octa, 2014: 6).

Keterangan :

Nilai 1-3 asfiksia berat

Nilai 4-6 asfiksia Sedang

Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

6. Pemeriksaan fisik

a. Menggunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan

dan bertindak lembut

c. Melakukan inspeksi (lihat), auskultasi (dengar) dan palpasi (raba/ rasakan

tiap – tiap) daerah dari kepala sampai dengan kaki, bila ada masalah

segera cari bantuan dan rekam hasil pemeriksaan.

7. Beri vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi Vitamin

K pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberikan
143

Vitamin K per oral 1 mg/ hari selama 3 hari. Bayi risiko tinggi diberi vitamin K

parenteral dosis 0,5 – 1 mg IM.

8. Perawatan lain

a. Perawatan tali pusat, dengan memastikan tali pusat dalam keadaan kering.

Tali pusat umumnya berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm

segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan

perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering,

biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh

empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat

yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan

biasanya akan terlepas sendiri dalam satu minggu setelah lahir dan luka

akan sembuh dalam 15 hari (Meiliya & Karyuni, 2008).

b. Dalam waktu 24 jam bila ibu dan bayi belum pulang, beri imunisasi BCG,

Polio dan Hepatitis B.

c. Ajarkan cara perawatan bayi, seperti :

1) Memberikan ASI sesuai kebutuhan tiap 2 – 3 jam (4 Jam), sesring

mungkin

2) Pertahankan bayi tetap bersama ibu

3) Jaga bayi agar tetap bersih, hangat dan kering

4) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering


144

5) Pegang, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi

6) Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 24 jam

setelah persalinan. Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi serta tutupi

kepala bayi dengan topi.

d. Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu:

1) Keluhan tentang bayinya

2) Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat

persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/ AIDS,

penggunaan obat)

3) Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi

jika ada

4) Warna air ketuban

5) Riwayat bayi buang air kecil dan besar

6) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

e. Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip sebagai berikut :

1) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)

2) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan

dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.


145

VI. Konsep Dasar Balita

A. Pengertian balita

Balita merupakan anak yang berusia diatas satu tahun atau biasa juga

disebut dengan bayi di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia (2014) seorang anak dikatakan balita apabila

anak berusia 12 bulan sampai dengan 59 bulan. Price dan Gwin (2014)

mengatakan bahwa seorang anak dari usia 1 sampai 3 tahun disebut batita

atau toddler dan anak usia 3 sampai 5 tahun disebut dengan usia pra sekolah

atau preschool child. Usia balita merupakan sebuah periode penting dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak (Febry, 2008).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita

merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-

beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari beberapa faktor diantaranya

herediter, lingkungan, budaya dalam lingkungan, sosial ekonomi, iklim atau

cuaca, nutrisi dan lain-lain (Aziz, 2006 dalam Nurjannah, 2013).

B. Karakteristik balita

Anak usia 1 sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan fisik yang relatif

melambat, namun perkembangan motoriknya akan meningkat cepat (Hatfield,

2008). Anak mulai mengeksplorasi lingkungan secara intensif seperti anak

akan mulai mencoba mencari tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau
146

terjadi, mengenal arti kata “tidak”, peningkatan pada amarahnya, sikap yang

negatif dan keras kepala (Hockenberry, 2016).

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki karakteristik yang

berbeda-beda di setiap tahapannya. Karakteristik perkembangan pada balita

secara umum dibagi menjadi 4 yaitu negativism, ritualism, temper tantrum, dan

egocentric. Negativism adalah anak cenderung memberikan respon yang

negatif dengan mengatakan kata “tidak”. Ritualism adalah anak akan membuat

tugas yang sederhana untuk melindungi diri dan meningkatkan rasa aman.

Balita akan melakukan hal secara leluasa jika ada seseorang seperti anggota

keluarga berada disampingnya karena mereka merasa aman ada yang

melindungi ketika terdapat ancaman.

Karakteristik selanjutnya adalah Temper tantrum. Temper tantrum adalah

sikap dimana anak memiliki emosi yang cepat sekali berubah. Anak akan

menjadi cepat marah jika dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa

dia lakukan. Erikson tahun 1963 menyatakan Egocentric merupakan fase di

perkembangan psikososial anak. Ego anak akan menjadi bertambah pada

masa balita. Berkembangnya ego ini akan membuat anak menjadi lebih

percaya diri, dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mulai

mengembangkan kemauan dan mencapai dengan cara yang tersendiri serta

anak juga menyadari kegagalan dalam mencapai sesuatu (Price dan Gwin,

2014; Hockenberry, 2016).


147

Perkembangan selanjutnya pada anak usia 3 tahun adalah anak mulai bisa

menggunakan sepeda beroda tiga, berdiri dengan satu kaki dalam beberapa

detik, melompat luas, dapat membangun atau menyusun menara dengan

menggunakan 9 sampai 10 kubus, melepaskan pakaian dan mengenakan baju

sendiri. Usia 4 tahun, anak dapat melompat dengan satu kaki, dapat menyalin

gambar persegi, mengetahui lagu yang mudah, eksplorasi seksual dan rasa

ingin tahu yang ditunjukkan dengan bermain seperti menjadi dokter atau

perawat. Anak usia 5 tahun dapat melempar dan menangkap bola dengan baik,

menyebutkan empat atau lebih warna, bicara mudah.

C. Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun

prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni :

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal).

Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan

berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan

kakinya.

2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.

Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak

tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan

jemarinya.
148

3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan

lain-lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif.

Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta

jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung

proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran

tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan

b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala

c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham

d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot

e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan

sebagainya

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis. Sebaliknya,

berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada tiap

bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses

pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala

penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan proses

pertumbuhan.
149

Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah

dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat

pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya

bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara lainnya yaitu dengan

pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi dan balita telah

dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University dan Wolanski. Penggunaan

standar tersebut di Indonesia telah dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak

Indonesia.

Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada

diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi)

kemampuan personal dan kemampuan sosial.

1. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat

penginderaan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya. Kemampuan

fungsi penginderaan meliputi :

a. Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan lain-

lain.

b. Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak

pembicaraan dan lain-lain

c. Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.

d. Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba benda,

dan lain-lain.
150

e. Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan

minuman.

Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :

a. Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar, mencoret-

coret, menulis dan lain-lain.

b. Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.

c. Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.

d. Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan lain-

lain.

e. Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia, percaya

diri, empati, rasa iba dan lain-lain.

f. Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami, mengerti,

membandingkan dan lain-lain.

g. Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat, merangkai,

menciptakan objek dan lain-lain.

2. Kemampuan sosial. Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari

kemampuan personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan

dengan beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar

berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang telah
151

berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika diajak

bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai dalam

berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-anak tersebut.

Dari sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas sedang

dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-temanya itu.

D. Kebutuhan utama proses tumbuh kembang

Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang Dalam proses tumbuh kembang,

anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a.

Kebutuhan akan gizi (asuh); b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c.

Kebutuhan stimulasi dini (asah) (PN.Evelin dan Djamaludin. N. 2010).

1. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang

merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan

kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran social, emosional dan

inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam

rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan

secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan

mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia.

Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh

kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik,

perkembangan otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun

akan berkembang sebagai dampak perkembangan bagian otak yang mengatur


152

sistem sensorik dan motoriknya. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang

baik, akan berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan

tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit.

2. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).

Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan

kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak.

Orang tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang ada pada anak.

Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan

menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam

kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang

tua harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya.

Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif,

jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat

diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.

3. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah)

Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan

tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak

masih dalam kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat

berjalan dengan optimal. Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui

sentuhansentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan

mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan

angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi
153

positif, kemandirian, kreativitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi

dini secara baik dan benar dapat merangsang kecerdasan majemuk (multiple

intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic,

kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik,

kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan

interpersonal, dan kecerdasan naturalis.

VII. Konsep Dasar Keluarga Berencana

A. Pengertian keluarga berencana dan alat kontrasepsi

Keluarga berencana adalah salah satu metode untuk mengendalikan

jumlah penduduk (Meihartati, 2017). Keluarga berencana (family planning/

planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau

merencanankan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

(Winarsih, 2015).

WHO mendefinisikan KB sebagai pola hidup/ cara berfikir yang ditetapkan

secara sukarela, berdasarkan pengetahuan, sikap dan keputusan serta

tanggung jawab dari individu pasangan tersebut, untuk mempromosikan

kesehatan dan kesejahtraan kelompok dan dengan demikian berkontribusi

secara aktif terhadap masalah sosial dan pembangunan sebuah negara (Saba,

2014).

Menurut Manuaba (2012), Keluarga Berencana dilaksanakan dengan

berbagai macam metode kontrasepsi diantaranya metode kontrasepsi


154

sederhana seperti: kondom, diafragma, pantang berkala, dan coitus interuptus.

Metode kontrasepsi efektif hormonal seperti : pil, susuk, dan suntikan. Metode

kontrasepsi mekanis seperti: AKDR/IUD. Serta metode kontrasepsi mantap

seperti Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP), hal ini

sesuai dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya (Winarsih,

2015).

Kontrasepsi metode hormonal telah tersedia dalam sejumlah bentuk yaitu:

pil (kombinasi dan hanya berisi progestin), kontrasepsi darurat, suntikan,

implan, cincin dalam vagina, kontrasepsi transdermal dan IUD hormonal

(Winarsih, 2015). Keluarga Berencana dianggap sebagai salah satu faktor

penting untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan kehidupan sosial dengan

mengoperasionalkan “pembatasan dan strategi merawat anak” yang tentunya

sangat bergantung pada ketersediaan dan aksebilitas metode kontrasepsi

modern seperti pil, kondom, injeksi IUD, sterilisasi dan lain-lain., di pusat

kesehatan terdekat.

B. Jenis dan cara kerja alat kontrasepsi

1. Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Pengertian

Metode Amenorea Laktasi (MAL) disebut juga metode

kontrasepsi alami dengan mengandalkan pemberian Air Susu


155

Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi. Bila dilakukan secara

benar, resiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 6

bulan setelah persalinan.

2) Cara kerja

Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu :

a) Menekan ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Mengentalkan lendir serviks

d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum

akan terganggu.

3) Keuntungan

Keuntungan menggunakan kontrasepsi ini diantaranya :

a) Selain biaya murah, mendorong pola menyusui yang benar

sehingga membawa manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi.

b) Tidak memerlukan pengawasan medik, ataupun obat/alat

c) Tidak mengganggu senggama

d) Tidak ada efek amping yang sistemik


156

e) Sebagai sumber gizi utama dalam tumbuh kembang bayi,

bayi dapat mendapat kekebalan aktif pasif melalui ASI

f) Mengurangi perdarahan pada ibu

g) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayinya.

b. Metode kalender

1) Pengertian

Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan

pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender

merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi alami dan

sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami

istri dengan cara tidak melakukan senggama pada masa subur.

2) Mekanisme kerja

Menggunakan 3 patokan yaitu ovulasi terjadi 14 hari

sebelum haid yang akan datang, sperma dapat hidup dan

membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi dan ovum hidup 24

jam setelah ovulasi. Jadi jika konsepsi ingin dicegah, koitus

harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3 hari yaitu 48 jam

sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi.

3) Teknik metode kalender


157

Haid hari pertama dihitung sebagai ke 1. Masa subur adalah

hari ke 12 hingga hari ke 16 dalam siklus haid. Seorang wanita

menentukan masa suburnya tidak teratur dengan :

a) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk

menentukan awal masa suburnya.

b) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk

menentukan akhir dari masa suburnya (Dewi, 2013:163).

4) Keuntungan

a) Dapat digunakan oleh setiap wanita.

b) Tidak membutuhkan alat/pemeriksaan khusus.

c) Tidak mengganggu saat hubungan seksual.

d) Menghindari resiko kesehatan yang berkaitan dengan

kontrasepasi.

e) Tidak memerlukan biaya

f) Tidak memerlukan tempat pelayanan

2. Metode Kontrasepsi Sederhana (Dengan Alat)

a. Kondom

1) Pengertian
158

Kondom adalah alat kontrasepsi berbentuk selubung karet

yang dapat terbuat dari bahan seperti: lateks (karet), plastik

(vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang dapat di pasang

pada penis saat berhubungan seksual.

2) Cara kerja

Kontrasepsi kondom bekerja dengan menghalangi

terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara

mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada

penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran

reproduksi perempuan. Efektivitasnya bila digunakan dengan

benar, resiko kehamilan adalah 2 diantara 100 ibu dalam 1

tahun.

3) Keuntungan

Keuntungan kontrasepsi ini diantaranya :

a) Dapat mencegah penularan penyakit menular seksual dan

konsekuensinya, seperti: kanker serviks.

b) Tidak ada efek samping hormonal dan mudah didapat

dapat digunakan sebagai metode sementara atau

cadangan (backup) sebelum menggunakan metode lain.


159

Kekuranagan dari metode ini yaitu keberhasilan sangat

dipengaruhi cara penggunaanya, sehingga harus disiapkan

sebaik mungkin sebelum berhubungan seksual. Selain itu

dampak lain yang ditimbulkan dari pemakaian kondom yaitu

dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang dengan alergi

lateks.

3. Metode Kontrasepsi Hormonal

a. Kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi Progesteron Asetat/

DMPA)

1) Pengertian kontrasepsi progestrin

Menurut Verney (2006), kontrasepsi progestin adalah

kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron saja dan

tidak mengandung hormon esterogen. Dosis yang diberikan 150

mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan

secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Susilawati, Endang:

2010). Memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan

per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian. Menurut

Baziad (2002) kegagalan yang terjadi pada penggunaan

kontrasepsi ini umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan

akseptor untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau

teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar

intragluteal (Susilawati, Endang: 2010).


160

2) Mekanisme Kerja

Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto

(2004) :

a) Primer : Mencegah ovulasi Kadar Folikel Stimulating

Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) menurun

serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian DMPA,

endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan

kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian

jangka lama endometrium bisa menjadi semakin sedikit

sehingga hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan

biopsi, tetapi perubahan tersebut akan kembali normal

dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA berakhir.

b) Sekunder

1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga

merupakan barier terhadap spermatozoa.

2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk

implantasi dari ovum yang telah dibuahi.

3) Mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam

tuba falopi.

3) Waktu Penggunaan Kontrasepsi


161

Waktu yang disarankan untuk menggunakan kontrasepsi ini

menurut Saifuddin (2003), yaitu :

a) Setiap saat selama siklus haid, asalkan ibu tidak

mengalami hamil

b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

c) Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan

tidak teratur, injeksi dapat diberikan setiap saat, asal

tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak

boleh melakukan hubungan seksual

d) Bagi ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal

lain secara benar dan tidak hamil kemudian ingin

mengganti dengan kontrasepsi DMPA, suntikan pertama

dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya

e) Bagi ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal

dan ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal,

suntikan pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak

hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid

berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid,

selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual (Sulistiawati, Endang, 2010).


162

4) Kelebihan Kontrasepsi

Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN

(2003) :

a) Sangat efektif penggunaannya

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah

e) Tidak mempengaruhi ASI

f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35

tahun sampai perimenopause

h) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik

i) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

j) Mencegah beberapa penyakit radang panggul

b. Pil Kombinasi
163

1) Pengertian

Pil kombinasi (combinated oral contraceptive, COC) berisi

hormone estrogen dan progesteron. Pil ini mencegah kehamilan.

2) Mekanisme kerja

a) Menghambat ovulasi

b) Membuat endometrium tidak mendukung untuk implantasi

c) Membuat serviks tidak dapat ditembus oleh sperma. pil

kombinasi 99% efektif mencegah kehamilan. Namun, pada

pemakaian yang kurang seksama efektivitasnya masih

mencapai 93%.

3) Keuntungan

a) Dapat diandalkan dan reversible

b) Meredakan dismenorea dan menoragi.

c) Mengurangi resiko anemia.

d) Mengurangi resiko penyakit payudara jinak.

e) Meredakan gejala prematuritas

f) Kehamilan ektopik lebih sedikit.

g) Penurunan kista ovarium.


164

h) Penyakit radang paggul lebih sedikit.

i) Melindungi terhadap kanker endometrium dan ovarium

c. Mini (Pil Progestin)

1) Pengertian

Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon

progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil progestin

disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-

0,05 mg per tablet (Lusa, 2010). Beberapa jenis pil mini yang

disarankan yaitu:

a) Pil dalam kemasan dengan isi 28 pil yang mengandung 75

mikro gram desogestrel.

b) Pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300

mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron

c) Contoh mini pil antara lain: Micrinor, NOR-QD, noriday,

norod mengandung 0,35 mg noretindron. Ada juga

microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg

levonogestrol.

2) Cara Kerja
165

Mini pil dapat menekan sekresi gonadotropin dan sintesis

steroid seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi

lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir

serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah

motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

Efektivitas bagus bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan

1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.

3) Kelebihan

Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai beberapa

kelebihan diantaranya:

a) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan

konsisten

b) Tidak mempengaruhi ASI, karena tidak mengandung

estrogen

c) Nyaman dan mudah digunakan, sehingga hubungan

seksual tidak terganggu

d) Kesuburan cepat kembali


166

e) Dapat dihentikan setiap saat

f) Mengurangi jumlah darah haid, kejadian anemia,

menurunkan pembekuan darah.

g) Mengurangi nyeri haid.

h) Mencegah kanker endometrium, melindungi dari penyakit

radang panggul, penderita endometriosis, kencing manis

yang belum mengalami komplikasi dapat menggunakan.

i) Tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri

kepala dan depresi.

j) Mengurangi gejala pre menstrual sindrom

4) Kekurangan

a) Memerlukan biaya. Dan harus selalu tersedia

b) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.

c) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis

atau epilepsi akan mengakibatkan efektifitas menjadi

rendah. Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu

yang sama. Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan

tidak benar dan konsisten.


167

d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk

HBV dan HIV/AIDS.

e) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium

bagi wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik.

d. Implant/ AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

1) Pengertian

Menurut Speroff & Darney (2005), Implan adalah metode

kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal yang

hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis

rendah, dan reversibel untuk wanita. Menurut Varney (1997),

Implan terdiri dari 6 skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat

dari bahan silastik, masing – masing kapsul berisi 36 mg

levonorgestrel dalam format kristal dengan masa kerja lima

tahun (Kumalasari, intan, 2015).

2) Mekanisme kerja

Implant bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks,

mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi, pergerakan sperma terhambat karena lendir

serviks yang mengental, dan menekan ovulasi. Waktu

pemasangan implan yang optimal yaitu :


168

a) Selama haid (7 hari sampai siklus haid)

b) Pasca persalinan antara 3-4 minggu, bila tidak menyusukan

bayinya

c) Ibu yang sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (> 6

minggu pascapersalinan dan sebelum enam bulan

pascapersalinan)

d) Pasca keguguran (segera atau dalam 7 hari pertama)

(Kumalasari, Intan, 2015).

3) Keuntungan

a) Mempunyai daya guna tinggi dengan efektivitas

penggunaan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.

b) Perlindungan jangka panjang hingga mencapai 3 tahun.

c) Mengembalikan kesuburan lebih cepat

d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam karena implant

dimasukkan lewat bagian subdermal (lengan atas)

e) Tidak mengandung hormon esterogen, implan mengandung

progestin dosis rendah.

f) Tidak mengganggu kegiatan senggama

g) Tidak mengganggu produksi ASI


169

h) Dapat dicabut setiap saat

i) Mengurangi jumlah darah menstruasi

j) Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah menstruasi

yang keluar, sehingga metode ini juga dapat memperbaiki

anemia pada wanita (Kumalasari, Intan: 280-281).

4) Kekurangan

a) Dapat menimbulkan efek samping nyeri kepala,

peningkatan berat badan, timbulnya jerawat, perubahan

perasaan (mood), dan gelisah.

b) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi

dan pencabutan, sehingga klien tidak dapat

memberhentikan sendiri pemakaiannya.

c) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual seperti HIV/AIDS

d) Efektivitas menurun bila penggunaan obat-obat tuberkulosis

atau epilepsi (Kumalasari, Intan: 282-283).

e. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

1) Pengertian
170

Menurut Hidayati (2009), AKDR/ IUD adalah alat

kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik

bentuk, ukuran, bahan, masa aktif dan fungsi kontrasepsinya),

diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,

menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi

dalam uterus. Menurut Handayani (2010), AKDR/ IUD atau spiral

merupakan benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,

mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan

dimasukkan kedalam rahim melalui vagina serta mempunyai

benang (Kumalasari, Intan, 2015).

2) Mekanisme kerja

Menurut WHO (1997), IUD bekerja dengan menimbulkan

reaksi radang di endometrium, disertai peningkatan produksi

prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan

dengan pengaruh enzim-enzim diendometrium, metabolisme

glikogen, dan penyerapan estrogen yang menghambat

transportasi sperma (Kumalasari, Intan, 2015). Efektivitas antara

0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun

pertama.
171

3) Keuntungan

a) Dapat bekerja efektif segera setelah pemasangan

b) Sebagai metode kontrasepsi jangka panjang

c) Meningkatkan kenyamanan seksual, sehingga tidak

mengganggu hubungan seksual

d) Dapat dipasang segera setelah melahirkan / pascaabortus

(jika tidak ada infeksi)

e) Tidak mempengaruhi kualitas ASI

f) Dapat membantu mencegah kehamilan ektopik

g) AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan

kesuburan berlangsung cepat (angka konsepsi 78-88%

setelah 12 bulan dan 92-97% pada tiga tahun setelah

pengeluaran).

4) Kekurangan

Efek samping yang umum terjadi seperti :

a) Perubahan siklus haid

b) Haid lebih lama dan banyak

c) Perdarahan (spotting) antar mentruasi


172

d) Saat haid lebih sakit (dismenore)

Komplikasi yang terjadi seperti:

a) Dapat menimbulkan sakit hingga kejang tiga sampai lima

hari setelah pemasangan

b) Perdarahan hebat waktu haid, hingga dapat memicu

penyebab anemia

c) Perforasi dinding uterus (jarang terjadi jika di pasangkan

dengan benar)

d) Tidak protektif mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

e) Tidak baik digunakan pada wanita yang suka berganti

pasangan, jika dipasangkan dapat memicu berbagai

penyakit salah satunya penyakit radang panggul pada

wanita dengan IMS, yang memicu terjadi infertilisasi.

f) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan

dalam pemasangannya

g) Menimbulkan sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi

dan menghilang selama 1-2 hari setelah pemasangan

(Kumalasari, Intan, 2015).

4. Metode Kontrasepsi Mantap


173

a. Tubektomi (MOW)

1) Pengertian

Tubektomi (MOW/ Metode Operasi Wanita) adalah

metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi

seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara

mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau

memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu

dengan ovum (BKKBN, 2011). Adapun syarat-syarat

menjadi akseptor (pengguna) tubektomi adalah berikut :

a) Sukarela terhadap keputusan menggunakan

kontrasepsi

b) Mendapatkan keterangan dari dokter atau petugas

pelayanan kontrasepsi

c) Pasangannya harus memberikan persetujuan secara

tertulis.

2) Cara kerja

a) Sebelum operasi, dokter akan memeriksa kesehatan

lebih dahulu, untuk memastikan cocok atau tidak

b) Operasi dilakukan oleh dokter


174

c) Saluran telur yang membawa sel telur dalam rahim

akan dipotong atau diikat. Setelah operasi yang

dihasilkan akan diserap kembali oleh tubuh tanpa

menimbulkan penyakit

d) Perawatan tubektomi hanya 6 jam setelah operasi

untuk menunggu reaksi anti bius saja

e) Luka yang diakibatkan sebaiknya tidak kena air selama

3-4 hari

f) Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter, setelah 1

minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun setelah

operasi dilakukan.

3) Waktu penggunaan

a) Idealnya dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan

b) Dapat dilakukan segera setelah persalinan/ setelah

operasi Caesar

c) Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah

persalinan, dapat ditunda 4-6 minggu.

4) Kelebihan

a) Tidak mengganggu ASI.


175

b) Jarang ada keluhan samping

c) Angka kegagalan hampir tidak ada, efektivitas

mencapai 99,5 %

d) Tidak mengganggu gairah seksual, dan tidak ada

perubahan fungsi seksual lainnya

b. Vasektomi (MOP)

1) Pengertian

Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang

terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vasektomi

adalah pemotongan sebagian (0,5cm-1cm) pada vasa

deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara

mengikat dan memotong vas deferen sehingga sperma

tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung

spermatozoa, sehingga tidak terjadi pembuahan, operasi

berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu

dirawat. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan

dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap dan dihancurkan oleh

tubuh (Mulyani dan Rinawati, 2013).

2) Mekanisme kerja
176

a) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel

Vasectomy)

Vasektomi tanpa pisau (diciptakan Key-Hole), di

mana hemostat tajam, untuk menusuk skrotum,

sehingga mampu mengurangi waktu penyembuhan

serta menurunkan kesempatan infeksi (sayatan).

b) Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)

Vasektomi dengan insisi skrotum, dimana

dilakukan pembedahan kecil pada deferensia vasa

manusia yang terputus, dan kemudian diikat / ditutup

dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari

memasuki aliran mani (ejakulasi).

c) Vasektomi semi permanen

Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen

yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi

secara normal kembali dan tergantung dengan lama

tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama

vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil,

sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati

sperma akan menganggap sperma adalah benda


177

asing dan akan menghancurkan benda asing (Mulyani

dan Rinawati, 2013).

3) Keuntungan

a) Jarang ada keluhan samping

b) Angka kegagalan hampir tidak ada, efektivitas

mencapai 99,5 %

c) Tidak mengganggu gairah seksual, dan tidak ada

perubahan fungsi seksual lainnya

C. Indikasi dan kontra indikasi alat kontrasepsi

1. Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Indikasi

Beberapa indikasi dari metode MAL, yaitu :

a) Ibu belum mengalami haid lagi setelah pasca persalinan

b) Bayi disusui secara ekslusif dan sering, sepanjang siang dan

malam.

c) Bayi berusia kurang dari 6 bulan (WHO. 2013).

2) Kontraindikasi
178

Beberapa kontraindikasi dari metode MAL yaitu :

a) Wanita pascasalin yang sudah mendapat haid

b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif

c) Wanita bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam

d) Wanita yang menggunakan obat-obatan sejenis ergotamine,

antimetabolisme, cyclosporine, obat radioaktif, antikoagulan,

bromocriptine, dan obat penenang lainya.

2. Metode Kontrasepsi Sederhana (Dengan Alat)

a. Kondom

1) Indikasi pemakaian

a) Baik digunakan wanita paska melahirkan

b) Jika pasangan ingin menggunakan metode kontrasepsi yang

reveisible.

c) Bagus digunakan selama masa latihan pemakaianan alat

kontrasepsi topi/ lainnya.

2) Kontraindikasi

Kontraindikasi kondom adalah alergi terhadap karet kondom

3. Metode Kontrasepsi Hormonal


179

a. Kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi Progesteron Asetat/

DMPA)

1) Indikasi

Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN

(2003):

a) Wanita usia reproduktif

b) Wanita yang telah memiliki anak

c) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan

memiliki efektifitas tinggi

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e) Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui

f) Wanita dengan riwayat abortus dan keguguran

g) Wanita yang memiliki banyak anak tetapi belum

menghendaki tubektomi

h) Wanita dengan masalah gangguan pembekuan darah

(Sulistiawati, Endang, 2010).

2) Kontraindikasi

Kontraindikasi pemakaian menurut BKKBN (2003), yaitu :


180

a) Wanita hamil atau dicurigai hamil

b) Wanita dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas

penyebabnya

c) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan

haid

d) Wanita yang pernah menderita kanker payudara atau ada

riwayat kanker payudara

e) Wanita penderita diabetes mellitus disertai komplikasi

(Sulistiawati, Endang, 2010).

b. Pil Kombinasi

1) Indikasi

a) Wanita dalam usia reproduksi

b) Wanita yang telah atau belum memiliki anak

c) Wanita yang gemuk atau kurus

d) Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui

e) Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan

efektifitas tinggi

f) Wanita pasca keguguran/abortus
181

g) Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga

menyebabkan anemiaWanita dengan siklus haid tidak teratur.

h) Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopikm

kelainan payudara jinak.

i) Wanita dengan diabetes melitus tanpa komplikasi pada ginjal,

pembuluh darah, mata dan saraf.

j) Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul,

endometriosis atau tumor

k) Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.

l) Wanita dengan varises vena.

2) Kontraindikasi

Kriteria yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi terbagi

dalam:

a) Kontraindikasi absolut

(1) Tromboplebitis atau tromboemboli

(2) Riwayat tromboplebitis atau tromboemboli

(3) Kelainan serebrovaskuler atau penyalit jantung coroner

(4) Diduga atau diketahui karsinoma mammae


182

(5) Diketahui atau diduga karsinoma endometrium

(6) Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung

(7) Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung

estrogen

(8) Diketahui atau diduga perdarahan abnormal genetalia

yang tidak diketahui penyebabnya

(9) Adenoma hepar

(10)Karsinoma

(11)Diketahui atau diduga hamil

(12)Gangguan fungsi hati

(13)Tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi

atau produk lain yang mengandung estrogen.

b) Kontraindikasi relative

(1) Sakit kepala / migraine

(2) Diabetes gestasional atau prediabetes

(3) Hipertensi

(4) Depresi
183

(5) Varises

(6) Perokok berat

(7) Fase akut mononucleosis

(8) Penyakit sickle cell

(9) Asma

(10)Riwayat hepatitis

c. Pil Mini (Pil Progestin)

1) Indikasi

a) Wanita usia reproduksi

b) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum

mempunyai anak

c) Wanita pasca persalinan dan tidak menyusui.

d) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa

menyusui, pasca keguguran

e) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan

masalah pembekuan darah

2) Kontraindikasi
184

Kriteria yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi pil

progestin atau mini pil antara lain:

a) Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui

penyebabnya

b) Wanita yang diduga hamil atau hamil

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

d) Riwayat kehamilan ektopik

e) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara

f) Wanita suka lupa sehingga sering tidak minum pil

g) Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau

mata)

h) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun

ganas

i) Wanita dengan miom uterus

j) Serta riwayat stroke.

d. Implant / AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

1) Indikasi

Kriteria yang dapat menggunakan implan yaitu :


185

a) Wanita usia produuktif

b) Wanita yang menghendaki kontasepsi jangka panjang

c) Wanita dalam masa menyusui

d) Wanita pascakeguguran (abortus)

e) Wanita yang tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak ingin

menggunakan kontrasepsi mantap (MOW)

f) Wanita dengan kontaindikasi hormon esterogen

g) Serta wanita yang sering lupa minum jika menggunakan

kontrasepsi pil.

2) Kontraindikasi

Kriteria yang tidak dapat menggunakan implan yaitu:

a) Wanita hamil/ di duga hamil

b) Wanita yang pernah mengalami perdarahan pervaginam

yang belum jelas penyebabnya

c) Wanita yang menderita kanker payudara

d) Wanita yang tidak dapat menerima perubahan pola

menstruasinya
186

e) Wanita dengan riwayat diabetes melitus, penyakit jantung

dan mengalami varises (Kumalasari, Intan, 2015).

e. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

1) Indikasi

Yang dapat menggunakan IUD menurut Handayani (2010),

yaitu :

a) Wanita usia reproduksi

b) Wanita keadaan multipara

c) Wanita yang ingin menggunakan metode kontrasepsi jangka

panjang

d) Perempuan menyusui dan ingin memakai kontrasepsi

e) Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya

f) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

g) Perempuan dengan resiko rendah IMS

h) Wanita yang tidak menyukai/ lupa minum pil

i) Serta tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari

senggama (Kumalasari, Intan, 2015)

2) Kontraindikasi
187

a) Wanita yang hamil/ dicurigai hamil

b) Wanita yang alergi terhadap tembaga

c) Wanita dengan riwayat penyakit IMS

d) Wanita dengan perdarahan abnormal yang belum di

diagnose

e) Rongga uterus mengalami distorsi hebat sehingga

pemasangan/ penempatan sulit dilakukan

f) Mempunyai riwayat penyakit trofoblas ganas, dan riwayat

penyakit TBC.

5. Metode Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi (MOW)

1) Indikasi

a) Menunda kehamilan

b) Mengakhiri kesuburan

c) Membatasi kehamilan dan setiap pria, suami dari suatu

pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup

dan tidak ingin menambah anak (Saifudin,2010).

2) Kontraindikasi
188

a) Infeksi kulit lokal misalnya scabies

b) Kelainan skrotum atau sekitarnya (varicocele,hydrocele

besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut

bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal)

c) Penyakit sistemik (penyakit-penyakit perdarahan, diabetes

mellitus, penyakit jantung koroner yang baru)

d) Riwayat perkawinan

e) Psikologi atau seksual yang tidak stabil menurut Hartanto

dalam Ambarawati (2012).

b. Vasektomi

1) Indikasi

Vasektomi dapat dilakukan setelah pasien menyadari

sepenuhnya bahwa dirinya tidak berkeinginan memiliki anak lagi

dan memilih kontrasepsi dengan cara vasektomi.

Cara kontrasepsi ini diminati pria yang menginginkan prosedur

kontrasepsi secara cepat dan tidak memerlukan perawatan di

rumah sakit. Kendati demikian, sebaiknya keputusan untuk

melakukan vasektomi merupakan kesepakatan bersama dengan

pasangan.

2) Kontraindikasi
189

a) Apabila ada peradangan kulit atau penyakit jamur didaerah

scrotum

b) Apabila ada tanda – tanda epididymis

c) Apabila menderita diabetes melitus yang tidak terkontrol.

d) Apabila menderita kelainan pembekuan darah (Handayani,

2010).

D. Efek samping dan penanganan alat kontrasepsi

1. Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Efek samping

Tidak ada efek samping secara sistematik dari penggunaan

KB MAL

2) Penanganan alat kontrasepsi MAL

Menurut (Setya & Sujiyatini, 2009) yaitu :

a) Seberapa sering harus menyusui

Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on demand).

Biarkan bayi menyelesaikan hisapan dari satu payudara

sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat

cukup banyak susu. Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI


190

dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan

lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain

pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara

memproduksi banyak susu.

b) Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam

c) Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas

hisapannya.

d) Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui waktu

malam membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.

e) Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.

f) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin

g) Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan

pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang

dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak

memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6

bulan. (Berat Badan naik sesuai umur, sebelum BB naik

minimal 0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari)

h) Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau

makanan lain, bayi akan menghisap kurang sering dan


191

akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode

kontrasepsi.

i) Haid, ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah

subur kembali dan harus segera mulai menggunakan metode

KB lainnya.

j) Untuk kontrasepsi dan kesehatan, bila menyusui tidak secara

eksklusif atau berhenti menyusui maka perlu ke klinik KB

untuk membantu memilihkan atau memberikan metode

kontrasepsi lain yang sesuai.

2. Metode Kontrasepsi Sederhana (Dengan Alat)

a. Kondom

1) Efek samping

a) Penggunaan setiap kali dipasang sebelum berhubungan

seksual

b) Perlu adanya komitmen yang kuat dari pasangan

c) Kesulitan ereksi kadang terjadi pada sebagian pria

d) Sedikit mengganggu hubungan seksual/ kurang memuaskan


192

e) Pada sebagian perempuan yang menggunakan kondom

wanita, terjadi ketidakcocokan/ alergi bahan kondom

sehingga dapat memicu iritasi bahkan infeksi.

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida

digabung kondom.

b) Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian

Morning After Pill.

c) Reaksi alergi, meskipun jarang,dapat sangat mengganggu

dan bisa berbahaya.jika keluhan menetap sesudah

berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom

alami (produk hewani : lamb skin atau gut) atau bantu klien

memilih metode lain.

d) Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun dengan

kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain.

3. Metode Kontrasepsi Hormonal

a. Kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi Progesteron Asetat/

DMPA)

1) Efek samping
193

a) Perdarahan tidak teratur

b) Bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat

badan

c) Acne (jerawat)

d) Fluor albus (keputihan)

e) Hipomenorea (Wiknjosastro, 2007)

2) Penanganan alat kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi

Progesteron Asetat/ DMPA)

Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin

(2003) :

a) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntik intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila

suntikan diberikan terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.

Suntikan diberikan tiap 90 hari.

b) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol

yang dibasahi etil/ isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit

kering sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik.


194

c) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan.

Bila terjadi endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.

b. Pil Kombinasi

1) Efek samping

a) Sering terjadi

(1) Mual

(2) Pengerasan payudara

(3) Terjadi perdarahan di antara dua siklus menstruasi

(metrorrhagia)

(4) Turunnya gairah seksual

(5) Peningkatan berat badan

(6) Perubahan mood dan emosi

b) Jarang terjadi

(1) Gangguan penglihatan

(2) Pembengkakan dan nyeri pada tungkai

(3) Terbentuknya gumpalan darah


195

(4) Sakit kepala hebat

(5) Nyeri perut hebat

(6) Nyeri dada

(7) Serangan jantung

(8) Stroke

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Amenore (tidak ada perdarahan atau spotting)

Lakukan tes kehamilan atau periksa dalam, bila tidak

hamil dan cara minum sudah benar (tidak masalah). Tidak

haid kemungkinan kurang adekuatnya efek estrogen

terhadap endometrium (tidak perlu pengobatan).

Berikan pil estrogen dosis 50 mikrogram atau dosis

estrogen tetap, dosis progestin dikurangi. Hentikan

penggunaan pil dan yakinkan pasien tidak ada efek samping

pada janin, bila kemungkinan hamil.

b) Perdarahan pervaginaan (Spotting)

Lakukan tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologik,

sarankan minum pil yang sama. Berikan penjelasan bahwa


196

perdarahan biasa terjadi pada penggunaan 3 bulan pertama

dan akan berhenti.

Bila perdarahan/spotting masih terjadi, berikan pin

estrogen dosis tinggi 50 mikrogram sampai perdarahan

teratasi, kemudian kembali ke dosis awal. Bila perdarahan

berlanjut, lanjutkan pil estrogen dosis tinggi 50 mikrogram

atau sarankan dengan metode kontrasepsi lain.

c. Pil Mini (Pil Progestin)

1) Efek samping

a) Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan

haid tidak teratur)

b) Peningkatan/penurunan berat badan

c) Payudara tegang

d) Mual

e) Pusing

f) Perubahan mood

g) Dermatitis atau jerawat

2) Penanganan alat kontrasepsi pil mini


197

a) Amenorea

Pastikan hamil atau tidak, jika tidak hamil tidak perlu

tindakan khusus (cukup konseling). Bila hamil, hentikan pil

dan berikan penjelasan bahwa mini pil tidak mengganggu

pertumbuhan janin. Bila diduga terjadi kehamilan ektopik,

rujuk pasien (jangan berikan obat-obatan hormonal).

b) Perdarahan tidak teratur / spotting

Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan, tidak perlu

tindakan khusus. Berikan alternatif kontrasepsi lain, bila

pasien tidak dapat menerima kondisi tersebut.

d. Implant / AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

1) Efek samping

Menurut Hartanto (2010) efek samping implant adalah

sebagai berikut :

a) Efek samping paling utama dari norplant adalah perubahan

pola haid, yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam

tahun pertama setelah insersi. Yang paling sering terjadi yaitu

(1) Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus


198

(2) Perdarahan bercak (spotting)

(3) Berkurangnya panjang siklus haid

(4) Amenorea, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan

perdarahan lama atau perdarahan bercak.

(5) Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak

mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor.

Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada

biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.

(6) Pada sebagian akseptor, perdarahan irregular akan

berkurang dengan jalannya waktu.

(7) Perdarahan yang hebat jarang terjadi.

2) Penanganan alat kontrasepsi AKBK / Implant

Menurut Handayani (2010) penanganan terhadap efek

samping seperti di bawah ini adalah sebagai berikut :

a) Amenorrhea

Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan

merupakan efek samping yang serius. Evaluasi untuk

mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi

amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak


199

ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang

perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.

b) Perdarahan bercak (spotting) ringan

Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama

penggunaan. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil,

tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat

diberikan :

(1) Kontrasepsi pil oral kombinasi (30-50mg EE) selama 1

siklus

(2) Ibuprofen (hingga 800mg 3 kali sehari x 5 hari)

Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan

setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih

banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi selama 3-7

hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.

c) Pertambahan atau kehilangan Berat Badan (perubahan nafsu

makan) informasikan bahwa kenaikan / penurunan BB

sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila

perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan

pemakaian dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.


200

d) Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul

yang lain masih di tempat dan apakah terdapat tanda-tanda

infeksi daerah insersi.

e) Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada

tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi

yang berbeda.

f) Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang

kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti cara.

g) Infeksi pada daerah insersi Bila infeksi tanpa nanah :

bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik, berikan

antibiotic yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas

dan minta klien control 1 minggu lagi. Bila tidak membaik,

cabut implant dan pasang yang baru dilengan yang lain atau

ganti cara. Bila ada abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi

dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka

beri antibiotic oral 7 hari.

e. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

1) Efek samping

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

setelah itu akan berkurang)


201

b) Haid lebih lama dan lebih banyak,

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit.

d) Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk

HIV/AIDS.

e) Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-

ganti pasangan atau yang menderita IMS.

f) Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan

dengan IMS menggunakan AKDR.

g) Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik

dalam pemasangan AKDR.

h) Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah

pemasangan AKDR tetapi biasanya hilang dalam 1-2 hari

(Pinem, 2009).

2) Penanganan alat kontrasepsi IUD/AKDR

PERDARAHAN

a) Bentuk gejala / keluhan :

(1) Perdarahan haid yang lebih lama dari biasanya

(2) Perdarahan di luar haid


202

(3) Perdarahan

b) Penyebab gejala / keluhan

(1) Di perkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi

di jaringan selaput lendir rahim. Enzim ini bersifat

menghancurkan fibrin

(2) Penanganan

(a) KIE

i. Menjelaskan penyebab terjadinya.

ii. Gangguan haid berlebih memang akan terjadi

tiga bulan pertama pemakaian AKDR.

iii. Untuk menoragia segera hubungi petugas

kesehatan untuk pemeriksaan lanjut.

iv. Pada AKDR tembaga biasanya tidak

menimbulkan perdarahanlama atau banyak

c) Tindakan medis

(1) Memberikan vitamin, koaugulasia, zat besi dan lain-

lain. Dalam hal ini bisa di beri obat sebagai berikut :

Vitamin K: 3 x 1 tablet sehari


203

Vitamin C: 3 x 1 tablet sehari

Adona : 3 x 1 tablet sehari

d) Penggantian AKDR

Apabila tindakan dengan cara (a) dan (b) belum

menolong,lakukan pencabutan AKDR dan di ganti dengan

cara kontrasepsi lainnya.

e) Catatan

Khusus normalnya perdarahan haid 35 cc, pada

pemakaian AKDR bertambah 20-50 cc.

(Sulistyawati,ari.2014)

INFEKSI

a) Bentuk gejala/keluhan :

(1) Nyeri di daerah perut bawah

(2) Keputihan berbau

(3) Demam

(4) Nyeri pada waktu berhubungan seksual

b) Penyebab gejala/keluhan

(1) Peradangan akan terjadi jika pemasangan tidak steril


204

(2) Peradangan dapat terjadi pada waktu pemasangan

saja atau setiapsaat selama mengunakan AKDR.

c) Penangulangan dan pengobatan

(1) KIE

(a) Penjelasan penyebab terjadinya

(b) Segera menghubungi dokter untuk mendapatkan

pengobatan.

(2) Tindakan medis

1. Pengobatan dengan atibiotik

Penisilin 3 x 500 mg 3 -5 hari

Teramisin 3 x 500 mg 3 - 5 hari

Eritromisin 3 x 500 mg 3-5 hari, atau

Penisilin injeksi 800.000 per 3-5 hari.

Teramisin injeksi 500 mg 3-5 hari

Eritromisin 80 mg 3-5 hari.

2. Apabila telah melakukan pengobatan 5-7 hari

tidak berhasil. AKDR di cabut dan di gantikan

dengan kontraspsi yang lain


205

d) Catatan khusus infeksi dapat berupa hal sebagai berikut :

(1) Radang liang vagina

(2) Radang leher Rahim

(3) Radang selaput lendir Rahim

(4) Radang selaput sel telur

(5) Randang panggul

(6) Abses. (sulistyawati,ari.2014)

KEPUTIHAN

a. Bentuk gejala / keluhanan

(1) Dapat timbul setelah pemasangan AKDR

(2) Keluar cairan berwarna putih dari vagina.

b. Penyebab gejala/keluhan

(1) Reaksi dari endromertium karena ada benda asing.

(2) Adanya infeksi yang terbawa saat pemasangan AKDR.


206

c. Penangulangan dan pengobatan. (sulistyawati,ari.2014)

(1) KIE

(a) Keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya,

akan berkurang setelah 3 bulan.

(b) Jika ada bau, keruh, dan kekuningan harus di

periksa kepada dokter.

(2) Tindakan medis

(a) Periksa dalam

(b) Apabila keputihan banyak, berikan obat vagina

yang tersedia misal albotil

(c) Di lihat apakah ada erosi portio jika ada obati

dengan albotil

(d) Apabila dengan pengobatan tidak menolong

AKDR di cabut ganti dengan yang lain

(3) Catatan khusus

(a) Infeksi panggul

(b) Infeksi jamur candida

(c) Infeksi jamur tikomonas


207

(d) Infeksi liang vagina

(e) Gonore Dalam hal ini di berikan pengobatan

infeksi. (sulistyawati,ari.2014)
208

EKPULASI AKDR 

(a) Bentuk gejala/keluhan

i. Apabila AKDR terdapat dalam vagina, dapat terjadi

sewaktu-waktu biasanya waktu haid berikutnya setelah

pemasangan

ii. Dapat terjadi pada bulan pertama pemasangan

(b) Penyebab gajala/keluhan

(1) Karena bentuk AKDR terlalu kecil

(2) Karena telak AKDR tidak sempurna di dalam Rahim

(c) Penangulangan dan pengobatan

(1) Tindakan medis

i. AKDR di keluarkan dan di ganti AKDR yang baru

ii. Apabila AKDR terlalu kecil ganti ke ukuran yang lebih

besar

(d) Catatan khusus

(1) Semakin elastis bahan yang di gunakan makin besar

terjadinya ekpulasi
209

(2) Pada wanita muda dengan palitas rendah sering terjadi

ekpulasi.(slistyawati,ari.2014)

PERFORASI

(a) Bentuk Gejala/Keluhan

(1) Tanpa gejala

(2) Biasanya di sertai rasa nyeri dan perdarahan

(3) Benang tidak di temukan

(4) Benang di temukan dalam rahim. Perforasi terjadi hanya

pada 1% penguna AKDR

(b) Penyebab gejala/ keluhan

(1) Karena tindakan terlalu kasar saat pamasangan

(2) Melakukan pemasangan dengan paksaan

(3) Mendorong insertor ke dalam rongga rahim ke arah

yang salah

(c) Penangulangan dan pengobatan

(1) KIE

Apabila AKDR tembaga atau AKDR tertutup dan

berforasi sebaiknya segara angkat karena dapat


210

menimbulkan perlekatan sampai ileus.

(sulistyawati,ari.2014).

(2) Tindakan medis

i. Memastikan terjadinya perforasi dengan sonde

ii. Merujuk ke RS untuk pemeriksaan dan

penanganan lebih lanjut

iii. Mengangkat AKDR dengan cara laparastomi.

(sulistyawati,ari.2014)

NYERI SAAT HAID

(a) Bentuk gejala/keluhan

(1) Dismenore ( nyeri saat haid)

(b) Penyebab gejala/ keluhan

(1) Psikologi

i. Mungkin disebabkan letak AKDR yang salah atau

AKDR tidak sesuai dengan rongga rahim ( AKDR

yang terlalu besar)

ii. Kemungkinan lain disebabkan infeksi menaruh pada

alat kandungan
211

(c) Penanggulangan dan pengobatan

(1) KIE

i. Pemantapan agar tetap menggunakan IUD

ii. Memastikan penyebabnya dengan pemeriksaan

dalam

(2) Tindakan medis

Pengobatan simtomatis ( analgesic : anti nyeri dan

atau spasmolitik) apabila tidak berhasil, maka

pengobatan dilanjutkan sebagai berikut :

i. Mengganti AKDR yang baru dan cocok

ii. Pemberian antibiotic.

NYERI WAKTU MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL

(a) Bentuk gejala/ keluhan

(1) Nyeri waktu melakukan hubungan seksual

(dyspareunia)

(b) Penanggulangan dan pengobatan

(1) KIE
212

Penjelasan bahwa ada kemungkinan terjadi hal

tersebut, tetapi sering bersifat sementara dan tidak

pada semua wanita. Kejadian ini biasanya bersifat

psikis atau kejiwaan.

(c) Tindakan medis

(1) Apabila benang terlalu panjang, dipotong atau dilipat.

(2) Pengobatan dengan antibiotic kalau memang

ditemukan infeksi.(Sulistyawati Ari.2014)

MULAS-MULAS ATAU RASA NYERI

(a) Bentuk gejala/keluhan

Rasa mual diperut. Sesudah pemasangan dapat timbul

rasa nyeriseperti mulas, kadang-kadang dapat menjadi rasa

nyeri atau sakit pinggang terutama pada hari-hari pertama

pemasangan.

(b) Penyebab gejala/ keluhan

(1) Psikologis

(2) Mungkin disebabkan letak AKDR yang salah atau

AKDR tidaksesuai dengan rongga Rahim

(c) Penanggulangan dan pengobatan


213

(1) KIE

i. Pemantapan agar tetap menggunakan AKDR

ii. Memastikan penyebabnya dengan pemeriksaan

dalam.

(d) Tindakan medis

(1) Jika ringan diberi analgesic ( obat anti nyeri),

spasmolitik (obatanti mulas) atau kombinasi keduanya.

(2) Jika berat, dilihat apakah AKDR masih ada di dalam

rahim (sebaiknya dilakukan oleh dokter). Apabila

AKDR terlihat sedikit yang berarti sebagian sudah

keluar, maka keluarkanlah AKDRdang anti AKDR yang

baru.

KEGAGALAN PEMASANGAN AKDR

(a) Bentuk gejala

(1) Terjadi kehamilan

(2) Frekuensi kehamilan pada pemakaian AKDR 2-5%.

Makin lama AKDR terpasang makin berkurang

kemungkinan terjadi kehamilan.


214

(3) Pemasangan AKDR yang di liliti tembaga akan

mengurangi kegagalan ini.

(b) Penanggulangan

(1) KIE

Dianjurkan segera menghubungi dokter untuk

penanggulangan dan penjelasan tindakan selanjutnya.

(c) Tindakan medis

(1) Apabila benang dapat dilihat, lakukan pengikatan

AKDR (sebaiknya oleh dokter) dengan menarik

benangnya perlahan-lahan, sambil menjelaskan

kepada pasien bahwa 25% kemungkinan keguguran

spontan.

(2) Apabila pengangkatan sukar dilakukan, AKDR

dibiarkan di dalam rahim selama kehamilan, AKDR

berada diluar selaput ketuban, sedangkan bayi berada

di dalam selaput ketuban, oleh karena itu AKDR dan

bayi tidak pernah bersinggungan selama kehamilan

berlangsung, sehingga tidak perlu khawatir terjadinya

kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.


215

(3) Pada waktu persalinan, AKDR akan keluar bersamaan

dengan plasenta.

(4) Dilaporkan bahwa kehamilan dengan AKDR di dalam

rahim, kira-kira 50% akan mengalami keguguran

spontan, kemungkinan hamilektopik 5% dan 26% tetap

berlangsung cukup bulan.

(5) Apabila benang tidak terlihat, jangan coba untuk

diangkat, sebaiknya pasien dirujuk ke RS. Untuk

AKDR yang dililiti tembaga yaitu tipe COPPER-T dan

MULTI LOAD (ML) harus diangkat pada triwulan

pertama kehamilan.(Sulistyawati Ari.2014).

4. Metode Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi (MOW)

1) Efek samping

a) Trauma pada organ-organ di sekitar saluran tuba fallopi

secara tidak sengaja

b) Infeksi pasca-operasi. Biasanya ditandai dengan luka bekas

sayatan yang tidak sembuh-sembuh, demam, dan nyeri

pada perut.
216

c) Perdarahan. Perdarahan timbul apabila terjadi

kebocoran organ.

d) Komplikasi dari penggunaan obat anestesi. Pada setiap

orang, komplikasi yang dapat timbul dari obat anestesi

berbeda-beda, ada yang hanya berupa

reaksi alergi, gangguan pernafasan, sampai ada yang

mengalami gangguan serius.

e) Kehamilan ektopik merupakan kehamilan di luar

kandungan, sehingga proses kehamilan harus dihentikan.

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic

b) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

c) Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui

sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila

ditemukan pascaoperasi,dirujuk ke rumah sakit yang tepat

bila perlu.

d) Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut.

e) Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi

intensif, termasuk cairan I.V resusitasi kardio pulmonar, dan

tindakan penunjang kehidupan lainnya.


217

f) Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan

apa yang ditemukan.

g) Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang

ditemukan.

b. Vasektomi (MOP)

1) Efek samping

a) Infeksi kulit pada daerah operasi

b) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi

kesehatan klien.

c) Hidrokel atau varikokel yang besar

d) Hernia inguinalis

e) Filariasis

f) Undesensus testikularis

g) Massa intraskrotalis

h) Anemia berat,gangguan pembekuan darah

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Pertahankan band aid selama 3 hari


218

b) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan di tarik-tarik

atau di garuk.

c) Boleh mandi setekah 24 jam,asal daerah luka tidak basa.

Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air

d) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi

kering

e) Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti

parasetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam

f) Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3

hari

g) Boleh bersenggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk

mencegah kehamilan, pakailah kondom atau cara

kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-

20 kali

h) Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-

20 kali ejakulasi.
219

VIII. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi

A. Pengertian kesehatan reproduksi

Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit

atau kelemahan. Hal ini diharapkan agar adanya keseimbangan yang serasi

dalam interaksi antara individu dengan masyarakat dan makhluk hidup lain

serta lingkungannya (Mubarak, 2009).

Menurut WHO (1994), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan

kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang utuhberhubungan

dengan reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun

dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta

prosesnya. Individu yang sehat secara reproduksi memiliki cara pendekatan

yang positif dan penuh rasa hormat terhadap seksualitas dan hubungan

seksual, mereka juga berpotensi untuk merasakan kesenangan dan

pengalaman seksual yang aman, bebas dari paksaan, diskriminasi dan

kekerasan (Potter & Perry, 2009).

Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja

(Lestari, 2013). Program kesehatan reproduksi remaja bertujuan memberikan

pengetahuan yang memadahi kepada anak sehingga diharapkan mampu

menjalani masa remaja serta memelihara kesehatan dirinya guna memasuki

masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi yang sehat (Janiwarty, 2013).


220

Menurut Widyastuti (2009), pengetahuan yang dibutuhkan remaja meliputi:

1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja.

2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab.

3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta

kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan.

4. Persiapan pra nikah.

5. Kehamilan, persalinan, serta cara pencegahannya

B. Ruang lingkup kesehatan reproduksi

Menurut Lubis (2013), secara luas ruang lingkup kesehatan reproduksi

dalam siklus kehidupan meliputi :

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

2. Keluarga berencana

3. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),

termasuk Infeksi Menular Seksual (IMS)-HIV/AIDS

4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi

5. Kesehatan reproduksi remaja

6. Pencegahan dan penanganan infertilitas


221

7. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut seperti

kanker, osteoporosis, dan lain-lain.

C. Perubahan fisik yang mulai menandai kematangan reproduksi

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan,

sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai

dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut :

1. Perubahan seks primer

Perubahan seks primer ditandai dengan mulai berfungsinya alat-alat

reproduksi yaitu ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada

laki-laki.

2. Perubahan seks sekunder

Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan

vagina, payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar

kemaluan atau pubis. Pada remaja laki-laki yaitu terjadi perubahan suara,

tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya

ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis,

cabang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. (Depkes RI,2010)


222

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang

dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (dr.Taufan,2010,p.12)

yaitu :

1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat

pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentangperkembangan seksual

dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).

2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang

berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak

banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan

anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain,dsb).

3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi

karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita

terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi).

4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca

penyakit menular seksual).


223

E. Organ reproduksi

Kata “reproduksi” tersusun dari dua kata yakni kata “re” bermakna kembali

dan kata “produksi” bermakana perangkat / alat yang digunakan untuk

membuat generasi / keturunan (Yuntaq, 2009).

1. Organ reproduksi perempuan

a. Organ reproduksi eksternal perempuan

1)Mons pubis

Bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada perempuan

dewasa ditutup oleh rambut kemaluan. Berfungsi untuk

melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran.

2)Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada laki-laki.

Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga

sangat sensitif pada saat hubungan seks.

3)Labia mayora (bibir besar)

Berasal dari mons veneris bentuknya lonjong menjurus ke

bawah dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayor

terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat,

bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar


224

lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf sehingga

sensitif saat berhubungan seks. Berfungsi menutupi organ-organ

genetalia di dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada

saat menerima rangsangan seksual.

4)Labia minora (bibir kecil)

Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora.

Bagian depanya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai

pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan

seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada laki-

laki. Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di

dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung

pembuluh darah dan syaraf.

5)Vestibulum

Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan kiri dan

bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia

minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang

senggama), saluran kencing, kelenjar bartholini, dan kelenjar

skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada

rangsangan seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada

saat bersenggama.

6)Himen (selaput dara)


225

Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang

vagina luar, pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi

saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan

oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam

rahim). Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek

dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan himen merupakan

tonjolan kecil yang disebutkarunkule mirtiformis.

b. Organ reproduksi internal perempuan

1) Vagina

Saluran musculo-membranasea (selaput otot) yang

menghubungkan rahim dengan saluran luar, bagian ototnya

berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur)

sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Dinding depan vagina

berukuran 9 cm dan dinding belakangnya 11 cm. Berfungsi

sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan

seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi.

2) Rahim (uterus)

Bentuk uterus seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr.

Terletak di panggul kecil diantara rektum (bagian usus sebelum

dubur) dan di depanya terletak kandung kemih. Ruang rahim

berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya diatas. Bagian-


226

bagian dari rahim (uterus) yaitu servik uteri, korpus uteri, fundus

uteri. Secara histologis uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

endometrium yaitu lapisan uterus yang paling dalam yang tiap

bulan lepas sebagai darah menstruasi, miometrium yaitu lapisan

tengah, lapisan tengah ini terdiri dari otot polos, dan perimetrium

merupakan lapisan luar yang terdiri dari jaringan ikat. Fungsi

rahim adalah tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di

dalam rahim, janin makan melalui plasenta yang melekat pada

dinding rahim, tempat pembuatan hormon misal HCG (Human

Chorionic Gonadotropin).

3) Tuba fallopi

Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan

kearah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Saluran ini bukan

merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar

sehingga membedakanya menjadi empat bagian. Di ujungnya

terbuka dan mempunyai fibriae, sehingga dapat menangkap

ovum saat menjadi pelepasan ovum (telur). Saluran telur ini

merupakan saluran hasil konsepsi menuju rahim. Berfungsi

sebagai saluran yang membawa ovum yang dilepaskan ovarium

ke dalam uterus, tempat terjadinya fertilisasi, fimbria mengangkat

ovum yang keluar dari ovarium.

4) Indung telur (ovarium)


227

Terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung

ke rahim oleh ligamentum ovarii properium dan kedinding

panggul oleh ligamentum nifudibulo-pelvikum. Indung telur

merupakan sumber hormon wanita yang paling utama. Saat lahir

bayi perempuan mempunyai sel telur 750.000, umur 6-15 tahun

sebanyak 439.000, umur 16-25 tahun sebanyak 169.000, umur

26-35 tahun sebanyak 59.000, umur 35-45 tahun sebanyak

34.000, dan masa menopause semua telur menghilang.

Berfungsi memproduksi ovum (sel telur), sebagai organ yang

menghasilkan hormon (estrogen dan progesteron).

5) Parametrium (penyangga rahim)

Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan,

yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan

atasnya mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga

indung telur. Bagian ini sensitive terhadap infeksi sehingga

mengganggu fungsinya. Berfungsi untuk mengikat atau menahan

organ-organ reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada

tempatnya, tidak bergerak dan berhubungan dengan organ

sekitarnya.

c. Alat reproduksi pria

1) Testis
228

Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma

yang dibungkus oleh lipatan kulit kantung yang disebut skrotum.

Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan

memproduksi sperma. Selain itu, testis juga menghasilkan

hormon testosteron. Di sisi belakang masing-masing testis

terdapat epididimis, yaitu tempat sperma mengalami

kematangan. Saluran selanjutnya adalah vas deferens, saluran

ini dan masuk ke vesika seminalis sebagai tempat penampungan

sperma.

2) Penis

Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani

ke dalam vagina. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di

dalam penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan seksual,

maka darah di dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis

menjadi tegang dan mengeras, lalu cairan semen yang

mengandung sperma keluar dari vesika seminalis dan melalui

uretra terpancar keluar. Proses tersebut dikenal dengan istilah

ejakulasi.

E. Tujuan kesehatan reproduksi

1. Tujuan utama (dr. Taufan,2010,p.12) yaitu:

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus

didahului oleh hubungan seksual, maka tujuan utama program kesehatan


229

reproduksi adalah meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dalam

mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan

seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi yang

pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidup.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan

fungsi reproduksinya.

b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam

menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.

c. Meningktnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat

dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan

kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.

d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang

berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi

dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai

kesehatan reproduksi secara optimal.

IX. Konsep Dasar Pengetahuan

A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,


230

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan di

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan

tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas

materi dapat mnejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di
231

sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.


232

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1. Faktor Internal

a. Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi

kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari

pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai

akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best

teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan

cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan

yang dihadapai pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

c. Pendidikan
233

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang

kurang akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut

Thomas 2007, dalam Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Frich 1996 dalam

Nursalam, 2011).

e. Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada

kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial

maupun kultural.

2. Faktor eksternal

a. Informasi

Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010)

informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi


234

rasa cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi

tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.

b. Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa pengalaman

dan hasil observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat) bahwa

perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku kesehatan, diawali

dengan pengalaman-pengalaman seseorang serta adanya faktor

eksternal (lingkungan fisik dan non fisik)

c. Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang

maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula.

C. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa cara memperoleh pengetahuan,

yaitu:

1. Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan

statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi:

a. Cara coba salah (trial and error)


235

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba

kemungkinan yang lain.

b. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan.

c. Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus

menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-

kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya

sebagai kebenaran yang mutlak.

2. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis,

logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer

disebut metodologi penelitian, yaitu:

a. Metode induktif
236

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan astu

diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.

b. Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.

D. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.


BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

I. Pengisian Format Pengkajian

A. DATA PUSKESMAS

IDENTITAS PUSKESMAS

1. Nama Puskesmas : Puskesmas Yoka

2. Alamat :

3. Sejarah berdirinya Puskesmas :

4. Status/Kedudukan Puskesmas : Puskesmas Terakreditasi

5. Batas Wilayah

a. Utara :

b. Selatan :

c. Timur :

d. Barat :

RUANG LINGKUP

Data Keterangan di Puskesmas

NO TENAGA JUMLAH

208
209

1 Dokter Umum

2 Dokter Gigi

3 Bidan

4 Perawat

5 Apoteker

6 Sanitarian

7 Gizi

8 SKM

9 Perawat SPK

10 Perawat Gigi

11 Analis
Sumber : Data Puskesmas Yoka tahun 2021

B. TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM KIA

TARGE
NO KEGIATAN CAKUPAN
T

1 K1

2 K4

3 Imunisasi TT pada Ibu Hamil

Pemberian Fe (minimal 90
4
tablet)

5 Persalinan oleh Nakes

6 KN1

7 KN2
210

8 d. Pemberian vitamin A Bayi

b. Pemberian vitamin A Balita

c. Pemberian vitamin A Ibu

Hamil

9 Akseptor KB

10 Deteksi dini resti oleh nakes

11 Deteksi dini oleh masyarakat

Deteksi ibu hamil dengan


12
malaria

Deteksi ibu hamil dengan


13
HIV/AIDS

JUMLAH
Sumber : Data Puskesmas Yoka Bulan Januari – Agustus 2020

C. SARANA PELAYANAN KESEHATAN

NO SARANA JUMLAH

1 Pustu

2 Posyandu

3 Polindes

4 RB. Swasta

5 UKS

6 Kesling

7 BPM

JUMLAH
Sumber : Data Puskesmas Yoka tahun 2021
211

D. TARGET SASARAN

1. Ibu hamil puskesmas Yoka

a. Jumlah (TM I, TM II, TM III)

1) Trimester 1 : … ibu

2) Trimester 2 : … ibu

3) Trimester 3 : … ibu

b. Jumlah (TM I, TM II, TM III) di BTN Matoa

1) Trimester 1 :

2) Trimester 2 :

3) Trimester 3 :

c. Masalah-masalah Ibu Hamil di puskesmas Yoka

N Kehamilan Jumlah Presenta

o si

1 Normal

2 Masalah :

KEK

Total
212

Sumber : Data Primer, 2021

N Pengetahuan Tentang KEK Jumlah Presentas

o i

1 Pengetahuan baik (>17 benar)

2 Pengetahuan kurang baik (<17

benar)

Total

Sumber : Data Primer, 2019

N Kehamilan Jumlah Presentas

o i

1 Normal

2 Masalah :

Kurangnya pengetahuan perawatan

payudara

Sumber : Data Primer, 2019

N Pengetahuan Tentang Perawatan Jumlah Presentas

o Payudara i

1 Pengetahuan baik (>7 benar) … ibu

2 Pengetahuan kurang baik (<7 benar) … ibu

Total … ibu

Sumber : Data Primer, 2021


213

2. Ibu Bersalin (selama praktik kebidanan komunitas komprehensif)

N Jenis persalinan Jumlah Presentasi

1 Normal … ibu

2 Rujuk … ibu

Total …ibu 100%

Sumber : Data Primer, 2019

3. Bayi Baru Lahir Selama Praktik Komunitas Kebidanan

Jenis Penilaian Tidak Normal

Normal

Apgar Skor … bayi

BB/PB … bayi

Lingkar Dada .... bayi

Lingkar perut … bayi

Lingkar Kepala … bayi

Pemberian Vitamin K … bayi

Pemberian HB0 - … bayi

Sumber : Data Primer, 2021

4. Ibu Nifas di puskesmass Yoka


214

a. Jumlah :…

b. Masalah

No Kehamilan Jumlah Presentas

1 Normal

2 Masalah :

Kurangnya pengetahuan

perawatan bayi baru lahir dan

tanda bahaya selama nifas

Sumber : Data Primer, 2021

5. Bayi Di BTN Matoa

a. Jumlah :7

b. Masalah

No. Pertumbuhan dan Jumlah Presentasi

Perkembangan

1. Normal

2. Bermasalah

Total

Sumber : Data primer, 2021


215

6. Balita di puskesmas Yoka

a. Jumlah : … balita

b. Masalah

No. Pertumbuhan dan Jumlah Presentasi

Perkembangan

1. Normal

2. Bermasalah

Total

Sumber : Data primer, 2021

7. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

a. Keluarga Berencana di puskesmas Yoka

1) Jumlah

Masalah
N Jumla Present
Jenis Normal Kenaikan
o h asi
berat badan

1. KB pil

2. KB suntik … ibu … ibu … ibu

3. KB …ibu … ibu

implant

4. KB IUD

5. KB MAL

Total …ibu …ibu …ibu 100%


216

Sumber : Data primer, 2019

b. Kesehatan Reproduksi di puskesmas Yoka

1) Remaja : … orang

Remaja Jumla
N Pengetahu %
Putra Putri h
o an
jml % jml %

1 Kurang

2 Baik

Total

Sumber : Data primer, 2021

2) Premenopause : … orang

3) Menopause : … orang

II. Prioritas Masalah

A. Kehamilan

1. KEK pada ibu hamil

2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang KEK

B. Persalinan

Nyeri saat persalinan

C. Nifas
217

Kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya selama nifas dan perawatan bayi

baru lahir

D. Bayi Baru Lahir, Bayi dan Balita

...

E. Akseptor Keluarga Berencana

Kenaikan berat badan

F. Remaja

Kurangnya pengetahuan tentang IMS dan kesehatan reproduksi


218

III. Pengisian POA

PENANG
SASARA RENCANA
NO MASALAH TUJUAN IMPLEMENTASI GUNG EVALUASI
N ASUHAN
JAWAB
1

2.

3.
BAB IV

PEMBAHASAN

Penatalaksanaan Praktik Komunitas Kebidanan Komprehensif selama 32 hari

sejak tanggal 01 februari – 10 maret 2021 di puskesmas Yoka

Setelah melakukan pengkajian data yang diperoleh melalui data Puskesmas

Yoka dengan melakukan pendataan, analisis masalah, merencanakan perumusan

masalah dan penentuan prioritas masalah.

I. Kehamilan

Berdasarkan data primer yang diambil dari data Puskesmas, kami

menemukan sebanyak 19 ibu hamil dengan KEK.

Menurut teori, KEK dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan …

Pada tanggal 11 Februari 2021 Kami melakukan kegiatan pembagian PMT

dan susu pada ibu hamil.

Kami melakukan perencanaan …..

II. Persalinan

Pada persalinan, didapatkan 1 ibu merasakan nyeri saat kontraksi. Sehingga

kelompok kami melakukan pengkajian tingkat rasa nyeri dan melakukan teknik

relaksasi pernapasan dan pijat punggung.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,

bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal

skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan

atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015). Skala Analogi Visual

(VAS). Skala analogi visual sangat berguna dalam mengkaji intensitas nyeri. Skala
220

tersebut adalah berbentuk garishorizontal sepanjang 10 cm, dan ujungnya

mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis

yang menunjukkan letak nyeri terjadi di sepanjang rentang tersebut.ujung kiri

biasanya menunjukkan “tidak ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan

biasanya menandakan “berat” atau nyeri yang paling buruk. Untuk menilai hasil,

sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada

garis dari “tidak ada nyeri “ diukur dan ditulis dalam sentimeter (Nursalam, 2008).

Pada pengkajian, didapatkan tingkatan rasa nyeri ibu saat kontraksi

persalinan yaitu skala 6 nyeri sedang. Massage yang lembut membatu otot untuk

rileks, juga membantu klien cameringankan rasa nyeri saat persalinan. Metode

counter pressure dapat diterapkan pada saat klien merasa nyeri pinggang akibat

adanya kontraksi saat kan melahirkan (Basset Helthcare, 2008).

Pelatihan relaksasi bertujuan untuk melatih pasien penghilangan nyeri serta

kecemasan yang dialami seseorang (Tetti Solehati, 2015). Relaksasi otot skeletal

dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang

menunjang nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nifas abdomen

dengan frekuensi lambat,berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan

bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat diperlukan

dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap

inhalasi(“hirup,dua,tiga”) dan ekhal (hembuskan,dua,tiga).

III. Keluarga Berencana

Pada kasus KB, kami mendapati ibu mengalami kenaikan berat badan saat

menggunakan KB suntik dengan presentase 52%. Selanjutnya kami mengkaji efek


221

samping tersebut pada setiap ibu. Sehingga kami menjelaskan pada ibu tentang

efek samping dan jenis-jenis alat kontrasepsi, lalu menganjurkan ibu untuk

merubah jenis kontrasepsinya. Terdapat 3 ibu yang bersedia mengganti jenis

kontrasepsi atas izin suami, dan sisanya 7 ibu merasa cocok dengan KB suntik

dan tidak ingin berganti jenis kontrasepsi.

IV. Remaja

Pada kasus remaja, kami melakukan pengkajian pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi dan infeksi menular seksual (IMS). Dalam hal ini, kami

melakukan penyuluhan dimana terdapat tes untuk mengetahui tingkat

pengetahuan remaja dengan menggunakan kuisioner pre dan post conference.

Terdapat 8 responden remaja putra dan 7 responden remaja putri, didapatkan

hasil presentase remaja dengan pengetahuan kurang yaitu, remaja putra 3 orang

(37,5%) dan remaja putri 2 orang (28,5%). Remaja yang memiliki kurang

pengetahuan disebabkan kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan

infeksi menular seksual. Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan

reproduksi dan infeksi menular seksual maka kami melakukan test post

conference dengan pengetahuan baik, terdapat jumlah peningkatan pengetahuan

yaitu remaja putra sebanyak 5 orang (62,5%) dan remaja putri sebanyak 5 orang

(71,4%). Jadi hasil post confrence menunjukkan tingkat pengetahuan remaja

meningkat setelah dilakukannya penyuluhan tentang IMS dan kesehatan produksi.

Salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu melalui

informasi. Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa


222

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal. (Nursalam dan Pariani, 2010)


BAB V

PENUTUP

I. Kesimpulan

II. Saran

Berdasarkan pada uraian kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan

penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagi Institusi

Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah referensi dan bahan

bacaan yang berkaitan dengan evidence based (berdasarkan fakta) terbaru

mengenai kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB untuk

meningkatkan wawasan mahasiswa.

2. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan fasilitas dan mutu pelayanan

dalam memberikan asuhan kebidanan selama masa kehamilan, bersalin, nifas

dan pada BBL sesuai prosedur standar yang berlaku.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat,

terutama ibu hamil tentang anemia dan bagaimana cara pencegahannya

sehingga masyarakat dapat lebih menjaga kesehatannya.


224

DAFTAR PUSTAKA
225

LAMPIRAN
226

Lampiran 1 : Undangan Presentasi Kelompok Untuk Kepala Puskesmas Yoka


227

Lampiran 2 : Undangan Presentasi Kelompok Untuk Bidan Koordinator


228

Lampiran 3 : Undangan Presentasi Kelompok Untuk Pembimbing Lahan


229

Lampiran 6 : Lembar Bimbingan Pembimbing Institusi


230

Lampiran 7 : Lembar Revisi Pembimbing Institusi


231

Lampiran 8 : SAP KEK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ANEMIA PADA KEHAMILAN

Judul Penyuluhan : KEK Pada Ibu Hamil

Penyuluh : Mahasiswa D-IV Kebidanan Komunitas Komprehensif Kelompok

Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Yoka

Hari/tanggal :

Waktu :

Sasaran : Ibu hamil

A. Pokok Bahasan

KEK pada ibu hamil

B. Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian KEK pada ibu hamil

2. Penyebab KEK pada ibu hamil

3. Tanda dan gejala KEK pada ibu hamil


232

4. Akibat KEK terhadap kehamilan

5. Pencegahan KEK pada kehamilan

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah mengikuti penyuluhan, ibu memperoleh informasi mengenai KEK

pada ibu hamil dan cara mengatasinya serta dapat diterapkan dalam keseharian

ibu.

2. Tujuan khusus

a. Ibu mengerti apa pengertian KEK

b. Ibu mengetahui apa yang menjadi penyebab KEK pada masa kehamilan

c. Ibu memahami tanda dan gejala KEK

d. Ibu memahami akibat dari KEK terhadap kehamilan

e. Ibu memahami cara pencegahan KEK pada masa kehamilan

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Media dan alat bantu


233

Leaflet

F. Materi

Terlampir

G. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 Pembukaan 5 menit
1. Memberi Salam 1. Membalas

salam
2. Memperkenalkan diri

2. Memperhatikan
3. Menjelaskan cakupan

materi 3. Memperhatikan

4. Melakukan kontrak waktu 4. Memperhatikan


2 Penyajian 15 menit
1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan
Materi
KEK
2. Memperhatikan

2. Menjelaskan penyebab
3. Memperhatikan
KEK

4. Memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan

gejala KEK 5. Memperhatikan

4. Menjelaskan dampak

yang dapat timbul akibat

KEK pada kehamilan


234

5. Menjelaskan cara

pencegahan KEK dalam

kehamilan
3 Diskusi 5 Menit Menjawab pertanyaan Mengajukan

pertanyaan &

melakukan Tanya

jawab

4 Penutup 5 Menit Mendengarkan dan


1. Menutup pertemuan
menjawab salam
dengan menyimpulkan

materi yang telah dibahas

2. Memberikan salam

penutup

H. Evaluasi

1. Peserta mampu menjelaskan dan memahami pengertian KEK pada ibu hamil

2. Peserta mengetahui penyebab KEK

3. Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala KEK

4. Peserta mengetahui dampak yang timbul akibat KEK

5. Peserta mengetahui cara pencegahan KEK dalam kehamilan


235

Materi

1. Pengertian KEK pada Ibu Hamil

Ciri-Ciri Ibu Hamil dengan KEK

2. Penyebab KEK pada Ibu Hamil

3. Akibat KEK pada Ibu Hamil

4. Penatalaksanaan dan Pencegahan KEK pada Ibu Hamil


236

DAFTAR PUSTAKA
237

Lampiran 9 : Kuesioner Pengetahuan Tentang Anemia

KUESIONER GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEK DI

PUSKESMAS YOKA

Nama (Inisial) :

Usia :

Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar !
238
239
240

Lampiran 23 : Foto-foto Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai