Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gastritis di Sei Nyiri Stase

Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :
Febry Andika Dwa Permau
Nim : 102114068

Preceptor Akademik

Mawar Eka Putri, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak,ibu, adik, kakek, dan nenek. (Rainser dalam Jhonson R,2010:2)
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta
sosial dari setiap anggota keluarga. (Duval dalam Jhonson R, 2010 :3).

2. Tipe-tipe Keluarga
Menurut Frieman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga
tradisional dan keluarga non tradisional.
a. Tipe keluarga tradisonal terdiri dari :
1) Nuclear family atau keluarga ini adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi
2) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek,nenek,bibi dan paman
3) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
tinggal dalam satu rumah tanpa anak.
4) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua dan anak kandung (kandung atau angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian
5) Single adult adalah satu rumah tagga yang terdiri dari satu orang
dewasa
6) Kelurga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang sudah lanjut usia
b. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
1) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian
darah, hidup dalam satu rumah
2) Orang tua (ayah,ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga
3) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup
bersama dalam satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri.

3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ii
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir.
Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak
dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.
Tetapi dengan perubahannya zaman, fungsi keluarga dikembangakan
menjadi :

a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diaharapkan menjadi keluarga yang


produktif yang mampu menghasilkan nilai tambahan ekonomi dengan
memanfaatkan sumber daya keluarga.
b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat
dan dikategorikan setara sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda
disekitarnya.
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggung
jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk
menghadapi kehidupan dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu prang tua atau keluarga
diaharpkan mampu menciptakan kehidupan sosialnya yang mirip
dengan luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan
pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.
f. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang
agama dan mengamalkan ajaran agama.
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berda diluar
rumah.
h. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunn tetapi
juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara
menyeluruh, diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serta
pendidikan seks bagi anak-anak.
i. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di
luar rumah.

4. Perkembangan Keluarga
Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdarakan
siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang
insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada
tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina hubungan
dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosail dan
merencanakn anak atau KB.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing gamily), yaitu dimulai
dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi
peran dan tanggung jawab, adaptasi pola hubungan seksual,
pegetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu keluarga dengan anak
pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahu. Mempunyai
tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan,
merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggung
jawab dengan anggota kelurga yang lain.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama
berusia 13 tahun. Adapaun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama
dalam menyelesaikan masalah, mempertahankan kepuasan anggota
keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
e. Keluarga dengananak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13
tahun sampai 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan
keluarga dalam bertanggung jawab dan mempertahankan filosofi
hidup.
f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama,
meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu
menata kembali sumber fasilitas, penataan tanggung jawab antar anak,
mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan
mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapun tugas
perkembangan yaitu mempertahankan suasana yang menyenangkan,
bertanggung jawab pada semua tugas rumah tangga, membina
keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak
dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai
dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas
perkembangan keluarga ini, yaitu mengahadapi pensiun, saling rawat,
memberi arti hiudp, mempertahankan kontak dengan anak, cucu, dan
masyarakat.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa yang dapat bersifat kronis,
difus, atau lokal yang sering terjadi pada lansia. Gastritis adalah
inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar,
atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit (Brunner and Suddart 2011). Sedangkan menurut
Suyono Slamet 2011 Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung, secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.

2. Anatomi dan Fisiologi

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air,


dan elektrolit dari makanan yang kita telan kedalam lingkungan internal
tubuh. Sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaa dasar
yaitu: motilitas, sekresi, digesti, dan absorpsi (Guyton,2014). Ketika
tidak ada makanan, mukosa lambung berbentuk mukosa yang besar,
disebut rugae, dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada saat terisi
makanan, rugae menghilang dengan lancar seperti alat music akordion
dimainkan, mukosa lambung terdiri dari 3 sel sekresi: sel chief, sel
parietal, dan sel mucus (Rizzo, 2016).
Gaster bekerja dengan memperkecil partikel makanan menjadi larutan
yang dikenal dengan nama kimus. Kimus tersebut mengandung fragmen
molekul protein dan polisakarida, butiran lemak, garam, air, dan berbagai
molekul kecil lain yang masuk bersama makanan. Tidak ada molekul-
molekul tersebut yang dapat melewati epitel gaster kecuali air. Absorpsi
paling banyak terjadi di usus halus (Widmaier, Raff, dan Strang, 2014).
Faktor dilambung yang mempengaruhi laju pengosongan gaster yaitu
volume kimus dan derajat fluiditas. Faktor di duodenum yang
mempengaruhi laju pengosongan lambung antara lain: Respon saraf,
respon hormon, lemak, asam, hipertonisitas, peregangan.

3. Etiologi
Gastritis seringkali akibat dari stress.
a. Endoktrin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang
terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan agen-agen
penyebab yang sering.
b. Penyebab lain seperti obat-obatan seperti : sulfonamide, steroid.
c. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat
menyebabkan grejala yang mengarah pada gastritis.
d. Gastritis kronis umumnya disebabkan akibat minum alcohol
berlebihan, teh panas, merokok, merupakan predisposisi timbulnya
gastritis atropik.

4. Komplikasi
Komplikasi pada gastritis akut :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan
medis. Kadang-kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat
c. Jarang terjadi perforasi
Koplikasi pada gastritis kronis :
a. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama
terhadap vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12
selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang secara klinik hampir
sama dengan anemia pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan
memeriksa antibodi terhadap faktor intrinsic. Selain vitamin B12
penyerapan besi juga dapat terganggu.
b. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan peneyempitan
daerah antrum pilorum. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan
keganasan lambung, terutama gastritis kronik antrum pylorus.

5. Patofisiologi
Obat-obatan , alcohol, garam empedu atau enzim-enzim pancreas
dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu
pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali, asam
dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan
respons mukosa terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut dengan
regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali
menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus,
jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-
zat seperti asam dan basa yang bersifar korosif mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Gastritis kronis dapat
menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan
keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan waran abu-abu.
Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi
lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
6. Pathway

Sumber : Sudoyo Aru, dkk (2011)


7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dan keluhan
abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih
berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis.
Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuaki
merekan yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan
tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi,
pucat, keringat dingintakikardia sampai gangguan kesadaran klien juga
mengeluh kembung, rasa asam dimulut. Sedangkan manifestasi klinis dari
gastritis kronis : gejala devisiensi B12, sakit uluhati setelah makan,
bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Gastritis ero`sif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan
keadaan klinis yang berat atau pengguna aspirin dan anti inflamasi
nonsteroid. Diagnosa ini ditegakkan dengan pemeriksaan
gastroduadenoskopi. Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang
sembab, merah, muda berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi
mukosa yangbbervariasi dari yang menyembuh sampai tertutup oleh
bekuan darah dan kadang ulserasi. Pada gastritis kronis diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi. Untuk
pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi pada semua segmen
lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi
helicobacter pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung atau
pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu
hampir mencapai 100%. Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.
Pylori jika hasil PA positif.
9. Penatalaksanaan
Gastritis akut:
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai/ditemukan
c. Pemberian obat-obat H2 blocking, antacid atau obat-obat ulkus
lambung yang lain.

Gastritis kronis:
Pada umumnya gastritis kronis tidak memerlukan pengobatan, yang harus
diperhatikan ialah penyakit-penyakit lain yang keluhannya dapat
dihubungkan dengan gastritis kronik. Anemia yang disebabkan gastritis
kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12 atau
preparat besi, tergantung dari defisiensinya.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang
dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf
optimal melalui pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu
kebutuhan klien (Nursalam, 2016)
Dalam asuhan keperawatan pasien menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan (implementasi), dan evaluasi. Proses
keperawatan ini merupakan pedoman untuk melaksanakan asuhan
keperawatan dengan uraian masing-masing sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
dilakukan secara sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Adapun data yang diperlukan pada pasien yaitu sebagai berikut :
a. Identitas
1) Nama
2) Usia
3) Alamat
4) Suku
5) Agama
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tinggi badan
2) Berat badan
3) Postur tubuh dan gaya berjalan memberikan data dasar yang dapat
mengindikasi adanya kerusakan otot
4) Obesitas ataupun edema
c. Riwayat Pengobatan / Riwayat Kesehatan yang Lalu :
1) Cedera pada masa lalu, riwayat nyeri sendi, dan kekakuan,
kelemahan, atau keletihan sering dihubungkan dengan adanya
osteoartritid atau rheumatoid artritis (RA).
2) Aktivitas dan pola istirahat, dulu dan sekarang harus dicatat.
Seseorang yang tidak pernah berolahraga atau diikutsertakan
dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dlam memulai suatu
program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit
atau menyakitkan.
3) Asupan kalsium dan vitamin D. obesitas dan malnutrisi dapat
mempengaruhi mobilitas dan kekuatan otot. Obesitas menjadi
factor predisposisi pada lansia untuk mengalami ketidakstabilan
ligament, terutama pada daerah punggung bagian bawah dan
sendisendi lain yang menahan berat tubuh.
4) Obat-obatan yang dijual bebas dan pengobatan sendiri dirumah,
dapat membuat lansia lebih mudah mengalami keracunan obat dan
efek samping obat.
d. Riwayat kesehatan saat ini
1) Keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia
dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2) Mobilitas fisik, kekuatan otot dan keseimbangan menentukan
kemampuan fungsional klien tersebut.
3) Lingkungan sosial, tempat tinggal, keamanan dari berbagai bahaya
alat bantu, rekreasi dan olahraga

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan merupakan langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu
mengklasifikasi masalah kesehatan dalam lingkup keperawatan. Diagnosa
keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon seorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Tujuan pencatatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat
komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini
dan merupakan tanggung jawab seorang perawat terhadap masalah yang
diidentifikasi berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan
rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
b. volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
c. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
3. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan dalam
usaha membantu, meringankan, dan memecahkan masalah yang tertulis (Bulechek, 2016).

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan a. Berikan makanan a. Untuk menghundari
berhubungan tindakan keperawatan … lunak sedikit demi dilatasi gaster
dengan x24 jam diharapkan sedikit dan berikan b. Posisi yang tepat dan
inflamasi masalah nyeri dapat minuman hangat dirasa nyaman oleh klien
mukosa teratasi dengan kriteria b. Atur posisi yang dapat mengurangi resiko
lambung hasil: nyaman bagi klien klien terhadap nyeri
a. Nyeri klien c. Ajarkan teknik c. Dapat membuat klien jadi
berkurang atau distraksi dan lebih baik dan melipakan
hilang relaksasi nyeri
b. Skala nyeri 0 d. Kolaborasi dalam d. Analgetik dapat memblok
c. Klien dapat rileks pemberian reseptor nyeri pada
d. Keadaan umum analgetik. susunan saraf pusat
klien baik
2 volume cairan setelah dilakukan 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang
kurang dari tindakan keperawatan … individual. adekuat akan
kebutuhan x24 jam diharapkan Anjurkan klien mengurangi resiko
tubuh masalah kerusakan untuk minum dehidrasi pasien
berhubungan integritas kulit dapat 2. Awasi tanda-tanda 2. Menunjukkan status
dengan intake teratasi dengan kriteria vital, evaluasi dehidrasi atau
yang tidak hasil: turgor kulit, kemungkinan
adekuat mempertahankan volume pengisian kapiler, peningkatan
cairan adekuat dengan dan membrane kebutuhan
dibuktikan oleh mukosa mukosa 3. Aktivitas/muntah
bibir lembab, turgor kulit 3. Pertahankan tirah meningkatkan tekanan
baik, pengisian kapiler baring, mencegah intra abdominal dan
berwarna merah muda, muntah dan dapat mencetuskan
input dan output tegangan pada perdarahan berlanjut
seimbang defekasi 4. Ranitidine berfungsi
4. Kolaborasi untuk menghambat
pemberian sekresi asam lambung
ranitidine

3 nutrisi kurang Setelah dilakukan a. Anjarkan pasien untuk a. Menjaga nutrisi tetap
dari kebutuhan tindakan keperawatan makan sedikit demi terpenuhi dan mencegah
tubuh selama …x24 jam sedikit dengan porsi terjadintya mual dan
berhubungan diharapkan masalah kecil namun sering muntah yang berlanjut
dengan resiko infeksi dapat b. Berikan makanan yang b. Untuk mempermudah
anorexia teratasi dengan kriteria kunak dan makanan pasien dalam mengunyah
hasil: yang di sukai pasien makanan
a. Keadaan umum c. Lakukan oral hygiene c. Kebersihan mulut akan
cukup 2x sehari merangsang nafsu makan
b. Turgor kulit baik d. Timbang BB pasien pasien
c. Kesulitan menelan setiap hari dan pantau d. Mengetahui status nutrisi
berkurang turgor kulit, mukosa pasien
bibir
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang penulis
lakukan kepada pasien sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi (wilkinson, 2016).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
keperawatan (Nursalam, 2013).
Daftar Pustaka

Chayaning. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peyroni.


https://id.scribd.com/doc/248985455/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-peyroni (diakses pada tanggal 1 desember 2021, pukul 17.30 Wib)

Saraswati, Natasya. 2019. Referat peyriones disease.


https://www.scribd.com/document/422719213/Referat-Peyriones-Disease
(diakses pada tanggal 1 desember 2020 pukul 16.15 wib)

Anda mungkin juga menyukai