PUSKESMAS TUBAN
Oleh :
ADE WINDHIA L.
NIM. P27820517003
Laporan Keperawatan dengan Judul Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien “Ny. R”
dengan Diagnosa medis Asma di Desa Sidorejo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Telah
disahkan pada tanggal, …
2. Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga menurut ADP Gusti (2013) adalah sebagai berikut :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota.
3. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-Ciri Keluarga Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dikutip dari Setiadi
(2008), adalah sebagai berikut :
a. Merupakan hubungan perkawinan.
b. Berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis
keturunan.
d. Mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
4. Tipe-tipe Keluarga
Menurut ADP Gusti (2013) menjelaskan tipe-tipe keluarga sebagai berikut :
1. Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi, saudara sepupu, dll).
c. Keluarga bentukan kembali (Dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal (Single parent family)
Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orangtua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
e. The single adult living alone
Adalah orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah.
f. The unmarried teenage mother
Adalah ibu dengan anak tanpa perkawinan.
g. Keluarga usila (Niddle age / Aging couple)
Adalah suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja atau
tinggal di rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karir.
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. Commune family
Adalah satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.
b. Orangtua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homoseksual
Adalah dua individu yang sejenis hidup dalam satu rumah tangga.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam buku ADP Gusti (2013) secara umum fungsi
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif (the affective function), adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function), adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function), adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilkan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
Pencetus:
(Asthma, Bronkhitis kronis, Emfisema) PPOK
Obstruksi padapertukaran
Penumpukan lendir dan oksigen dan karbondioksida Jalan napas bronkial
sekresi yang sangat banyak terjadi akibat kerusakan menyempit dan membatasi
menyumbat jalan napas jumlah udara yang mengalir
dinding alveoli
ke dalam paru-paru
gas
Gagguan pemenuhan
ADL
3.1 Keperawatan
Pengkajian Keperawatan keluarga, meliputi komponen pengkajian yaitu:
A. Data Umum :
1) Identitas Kepala Keluarga
Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga. Komposisi keluarga terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin,
umur, hubungan dengan keluarga, pendidikan, status imunisasi, dan genogram dalam
tiga generasi (Gusti, 2013).
2) Tipe Keluarga
Tipe keluarga besar berisiko terhadap klien yang menderita Enfisema. Hal ini karena
kurangnya dukungan dari seluruh anggota keluarga dan dapat mengakibatkan
terjadinya peningkatan stress lingkungan yang dapat berisiko terjadinya kurang
pengetahuan pada klien PPOK (Gusti, 2013).
3) Suku bangsa (etnis)
Mengkaji asal suku bangsa kelurga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangs
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan (Muhtadi, 2012).
4) Agama
Penderita Engisema yang berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki jiwa
yang tabah dan tidak mudah putus asa. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakit
enfisema dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita enfisema dimana penderita
enfisema yang memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih patuh terhadap anjuran dan
larangan, sehingga dapat mencegah terjadinya kurang pengetahuan pada penderita
PPOK ( Ardiansyah, 2013).
5) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Pendapatan yang rendah disertai dengan pengeluaran yang tinggi, yang tidak sesuai
dengan pendapatan yang didapat, dapat menjadi stress lingkungan yang merupakan
salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kurang pengetahuan pada klien PPOK
(Ardiansyah,2013).
6) Aktivitas Rekreasi
Akivitas rekreasi atau hiburan seperti menonton TV, berjalan-jalan dapat mengurangi
pikiran yang stress pada klien enfisema. Dibandingkan dengan klien yang tidak
melakukan aktivitas rekreasi seperti menonton TV, berjalan-jalan lebih berisiko tinggi
terjadinya stress pada klien PPOK (Setiadi, 2008).
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. Karena
pada tahap ini perlu ditingkatkan komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua,
perlunya perhatian dalam gaya hidup antara lain, kebiasaan minum alkohol, merokok,
makanan. Yang apabila hal ini tidak mendapatkan perhatian dapat menjadi faktor
risiko terjadinya kekambuhan pada klien PPOK (Ali, 2010).
C. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Luas rumah yang sempit, rumah yang kotor, perabot rumah tangga yang tidak tertata
rapi, kondisi rumah yang kurang memadai, ini dapat menunjukkan kondisi sosial
ekonomi yang rendah. Hal ini dapat memicu terjadinya kurang pengetahuan pada klien
enfisema dengan faktor stress lingkungan (Ali, 2009).
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan rumah yang bersih dan tertata rapi dapat mengurangi stress lingkungan,
serta tingginya masyarakat dalam mengkonsumsi makanan mengandung garam seperti
penduduk yang bermukim disekitar pantai, dapat beresiko terjadinya kurang
pengetahuan pada klien PPOK (Ali, 2012).
3) Mobilitas geografis keluarga
Menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah tempat, bila daerah tersebut
berada didaerah berpolusi tinggi dapat memicu terjadinya penyakit PPOK (Muttaqin,
2009).
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga bersama membicarakan masalah yang sedang dialami, dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya stress yang dapat mengakibatkan PPOK. Interaksi dengan
masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana hiburan pada klien PPOK akibat stress
lingkungan (L Jhonson, 2010).
5) Sistem pendukung keluarga
Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas-fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat serta jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga
untuk meningkatkan upaya kesehatan (Askes, BPJS, Jamsostek, Jamkesmas, SPM)
dapat mengurangi kurang pengetahuan pada klien PPOK karena mendapatkan
pengobatan yang tepat (Gusti, 2013).
D. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang baik dan saling terbuka antar keluarga, membicarakan dan
memecahkan masalah keluarga secara bersama-sama dapat mengurangi stress yang
dapat mengakibatkan kurang pengetahuan pada klien PPOK (Setiadi, 2008).
2) Struktur kekuatan keluarga
Keluarga yang tidak mampu mengendalikan dan mempengaruhi gaya hidup sehat
penderita PPOK, sehingga penderita PPOK tetap melakukan gaya hidup yang tidak
sehat seperti merokok dan minum-minuman beralkohol dapat mengakibatkan kurang
pengetahuan pada penderita PPOK (L Jhonson, 2010).
3) Struktur peran
Peran dalam keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan peran yang seharusnya
dilakukan dapat mengurangi stress yang dialami sehingga dapat menurunkan risiko
kurang pengetahuan pada klien PPOK (Ali, 2010).
4) Nilai atau norma keluarga
Menerapkan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat, tidak minum alkohol yang
memabukkan, tidak mengkonsumsi narkoba, dan tidak merokok, ini dapat
menghindarkan terjadinya kurang pengetahuan pada klien PPOK (Gusti, 2013).
E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Keluarga pada penderita PPOK yang saling mendukung dalam proses penyembuhan,
memperhatikan apa yang sebaiknya dikonsumsi oleh penderita PPOK serta
memberikan kondisi lingkungan yang baik dapat mencegah terjadinya kurang
pengetahuan pada klien PPOK (Gusti, 2013).
2) Fungsi sosialisasi
Interaksi yang baik dalam keluarga dapat mendukung proses penyembuhan PPOK
agar tidak terjadi. Patuh terhadap norma serta disiplin pada anjuran yang diberikan
untuk mencegah terjadinya kurang pengetahuan pada klien PPOK (Gusti, 2013).
3) Fungsi perawatan kesehatan
Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga menurut Widyanto (2014) ada 5 tugas keluarga
di bidang kesehatan yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah PPOK dengan kurang
pengetahuan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta-
fakta dari masalah PPOK yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab serta persepsi keluarga terhadap PPOK dengan kurang pengetahuan.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Yang perlu di kaji:
1) Kemampuan keluarga memahami masalah PPOK dengan kurang pengetahuan
2) Masalah PPOK dengan kurang pengetahuan yang dirasakan keluarga
3) Keluarga merasa menyerah terhadap masalah PPOK
4) Keluarga merasa takut akan penyakit PPOK
5) Keluarga memiliki sikap negative terhadap PPOK dengan kurang pengetahuan
6) Keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7) Keluarga kurang percaya terhadap kesehatan yang ada
8) Keluarga dapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
PPOK dengan kurang pengetahuan
c. Merawat keluarga yang mengalami PPOK dengan kurang pengetahuan
1) Keluarga mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
untuk menanggulangi penyakit PPOK dengan kurang pengetahuan
2) Keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan penyakit PPOK dengan kurang pengetahuan
3) Ketrampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan untuk
penyakit PPOK dengan kurang pengetahuan memadai
4) Pengetahuan keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit PPOK dengan kurang pengetahuan
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengetahui sumber-sumber yang dimiliki keluarga, keuntungan atau
manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga yang dapat mencegah terjadinya kurang
pengetahuan pada klien PPOK.
e. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan dimasyarakat
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas yang ada
4) Keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas
kesehatan.
4) Fungsi reproduksi
Penggunaan kontrasepsi hormonal seperti KB suntik dan pil dapat meningkatkan
tekanan darah, hal ini juga dapat mengakibatkan pada penderita PPOK (Setiadi, 2008).
5) Fungsi ekonomi
Apabila kebutuhan sandang, pangan dan papan belum terpenuhi dengan baik serta
kebutuhan yang dikeluarkan melebihi pendapatan yang didapatkan ini dapat memicu
terjadinya stress yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah pada penderita
PPOK karena sulit dalam mengatasi faktor pencetusnya (Muttaqin, 2009).
F. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu ± 6 bulan dan jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih
dari 6 bulan. Dengan memberikan obat pada penderita PPOK dan menjaga
mempertahankan gaya hidup sehat pada klien PPOK untuk mencegah kurang
pengetahuan (Muhlisin, 2012).
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Keluarga berespon terhadap situasi atau stressor, seperti membicarakan bersama
masalah yang ada untuk mencari pemecahan dan menyerahkannya pada Tuhan serta
keluarga menganjurkan untuk meminum obat pada penderita PPOK (Gusti, 2013).
H. Harapan Keluarga
Keluarga berharap enfisema tidak terjadi lagi pada klien PPOK. Pencegahan kurang
pengetahuan pada klien PPOK dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat PPOK di
masyarakat (L Jhonson, 2010).
Kriteria Bobot
1) Sifat masalah 1
Skala : Ancaman kesehatan 2
Tidak /kurang sehat 3
Krisis 1
Skoring :
3. Jumlah skor untuk semua kriteria, dengan skor tertinggi adalah 5, sama dengan
seluruh bobot (Ali, 2010)