Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny.

S DENGAN ARTHRITIS
GOUT PADA TAHAP PERKEMBANGAN USIA LANJUT
PUSKESMAS PUCANG SEWU SURABAYA

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Yessy Dessy Arna, M.Kep, Sp.Kom

DISUSUN OLEH :
Alief Nurdiana
P27820723003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Arthritis Gout di daerah


Puskesmas Pucang Sewu Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 8 Januari
sampai dengan 3 Februari 2024 telah disahkan sebagai Laporan Praktik Profesi
Keperawatan Komunitas Prodi Pendidikan Profesi Ners Semester 2.
Nama Mahasiswa : Alief Nurdiana
NIM : P27820823003

Surabaya, 3 Februari 2024


Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

Dr. Yessy Desy Arna.,M.Kep.,Sp. Kom ……………………………………...


NIP 19761204 200112 2 001 NIP.

Mengetahui
Kepala Puskesmas Pucang Sewu Surabaya

Drg. Ummi Latifah


NIP. 198105182016012001
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KELUARGA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1988).
Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.

Menurut Bailon dan Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih
individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi,
dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan


oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota dalam Harmoko (2012).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa


keluarga adalah sekumpulan manusia yang memiliki hubungan darah
perkawinan dan adopsi yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga
yang menempati suatu tempat dalam satu aatap dan saling bergantungan.

B. Tujuan Dasar Keluarga

a. Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi


kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat

b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat


biopsikososial spiritual

c. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat

d. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya


e. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi
anggotanya

C. Ciri-Ciri Keluarga

a. Diikat tali perkawinan

b. Ada hubungan darah

c. Ada ikatan batin

d. Tanggung jawab masing-masing

e. Ada pengambil keputusan

f. Kerjasama

g. Interaksi

D. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga:

a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)

Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki
keluarga baru. (Harmoko, hal 52; 2012).

b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family)

Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci
dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga
menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk
pertama kalinya (yaitu, sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir
dari pernikahan). ( McGoldrick, Heiman, & Carter, 1993 dalam Marilyn M.
Friedman, hal 108: 2010)

c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)

Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri
dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu,
putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih
kompleks dan berbeda ( Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman,
hal 111: 2010

d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)

Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-
masing akan memiliki aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua
yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. (Harmoko, hal 56; 2012)

e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam
atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan
keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia
lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak
usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah
melongarkan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri
menjadi seorang dewasa muda. (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M.
Friedman, hal 115: 2010)

f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap
ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepaskan anaknya untuk hidup sendiri. (Harmoko, hal 59; 2012)

g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan
pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan
dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak
meninggallkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan
kesehatan dengan berbagai aktifitas. (Harmoko, hal 60; 2012)
h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu
atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya.
(Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 122: 2010).

E. Tipe Keluarga

Tipe keluarga Suprajitno (2004) bergantung pada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokkan adalah:

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi maupun
keduanya.

b) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota


keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,
paman, bibi).

b. Secara Modern

Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang


mengikutinya, diantaranya menurut Mubarak, dkk. (2009) adalah:

a) Traditional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal disuatu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya
dapat bekerja diluar rumah.

b) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami


atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun dari hasil perkawinan baru.

c) Niddle Age atau Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja


dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan ataumeniti karir.
d) Sigle Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah

e) Dual Carier

Suami istri atau keduanya orang karir dan tana anak

f) Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu

g) Gay and lesbian Family

Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

F. Fungsi Keluarga

Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:

a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social


placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk


mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk


memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function).


Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan (Setyowati, 2008).

G. Tugas keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di


bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno,
2004)

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena


tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/ keluarga.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di
antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan untuk mengobati
sendiri.

3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi
keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

H. Tahap Perkembanngan Keluarga

1. Keluarga baru menikah (maried couple)

a. membina hubungan Intim

b. bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial

c. mendiskusikan rencana punya anak

2. Keluarga. Dengan anak baru lahir (Childbearing Family)

a. persiapan menjadi orang tua

b. adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga, hubungan Seksual

3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah (Preschool Children)

a. memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman

b. membantu anak untuk bersosialisasi

c. mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar

d. pembagian tanggung jawab

e. kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak

4. Keluarga dengan anak usia sekolah (School Age Children)

a. membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar

b. mempertahankan keintiman pasangan

c. memenuhi kebutuhan yang meningkat

5. Keluarga dengan anak remaja (Teenagers)

a. memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab

b. mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga

c. komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan

d. persiapan perubahan Sistem peran


6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa (Young Adult)

a. perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended

b. pertahnakan keintiman pasanagan

c. mabantu anak untuk mandiri sbg keluarga baru

d. penataan kembali peran orang tua

7. Keluarga usia pertengahan (Middle Aged Family)

a. pertahankan kesehatan Individu dan pasangan usia pertengahan

b. hubungan Serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya

c. meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia tua (Elderly Family)

a. pertahankan suasana saling menyenangkan

b. adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan

c. pertahankan keakraban pasangan

d. melakukan life review masa lalu

Konsep Medis Artritis Gout

A. Definisi
Gout Arthritis merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Penyakit Gout Arthritis merupakan penyakit akibat penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut Gout
Artritis (Wulandari, 2019). Menurut (Zarin Helmi, 2011) Gout adalah penyakit
yang diakibatkan gangguan metabolism purin yang ditandai dengan hiperurikemi
dan serangan sinovatis akut yang berulang-ulang. Penyakit ini sering menyerang
pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita menopause (Amin Huda
Nurarif, 2016).

B. Etiologi
Gangguan metabolic dengan meningkatkan konsentrasi asam urat ini
ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, Gout)
dan kalsium pirofostat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenarasi tulang rawan sendi (Amin Huda Nurarif, 2016).
Klasifikasi Gout dibagi 2 yaitu : a. Gout primer : dipengaruhi oleh factor genetic.
Terdapat produksi atau sekresi asam uart yang berlebih dan tidak diketahui
penyebabnya. b. Gout sekunder 1) Pembentukan asam urat yang berlebihan. 13 a)
Kelainan mieloprolife (polisitemia, leukemia, myeloma retikularis) b) Sindroma
Lench-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi hipoxantin guanine
fosforibosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang
dewasa. c) Gangguan penyimpanan glikogen d) Pada pengobatan anemia
pernisiosa oleh karena maturasi sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam
urat. 2) Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada : a) Kelainan ginjal
kronik b) Pemakaian obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic dan
sulfonamide c) Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidisme
dan pada mikesedema. Factor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu umur,
jenis kelamin lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter dan keadaankeadaan
yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia.
C. Patofosiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang
dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat
dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan
atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam
urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap
dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat
penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal
dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan
demikian, gout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan
temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya
kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki
dan tangan, dapat 11 menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan
pada kedua tempat tersebut. 16 Predileksi untuk pengendapan kristalmonosodium
urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan
yang berulang-ulang pada daerah tersebut.
D. Manifestasi Klinis
1. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam
urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam
urat serum.
2. Stadium kedua Artitis Gout akut awitan mendadak pembengkakan dan nyeri
yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsifalangeal.
3. Stadium ketiga setelah serangan gout artitis akut adalah tahap interkritis.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout
berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit
dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi bengkak (Amin Huda
Nurarif, 2016).
E. Pemeriksaan penunjang
Kadar asam urat meningkat
Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
Analisi cairan synovial dari sendi terinflamasi atau trodi menunjukkan Kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis
Sinar x sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi.
F. Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penangananhiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini :
1) Mengatasi serangan akut.
2) Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada
jaringan, terutama persendian.
3) Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik.
a) Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan gout.
Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin, modifikasi
diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada pasein yang
kelebihan berat badan terbukti efektif.
1) Terapi Komplementer Selain penatalaksanaan secara medik atau farmakologi,
mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan teknik nonfarmakologi yaitu dengan
menggunakan penatalaksanaan secara komplementer salah satunya dengan
menggunakan terapi herbal (Azwar, 2012), ada beberapa tanaman obat asli
indonesia (OAT) yang mempunyai indikasi kuat untuk mengatasi nyeri rematik
yang telah melalui prngujian klinis antara lain :
2) Sambiloto (Andrographis panilculata) Mengandung Flavonoid Andrografolid
mineral kalium dan zat pahit senyawa Lactone Andrografolid sebagai anti radang
dan analgetik.
3) Daun Salam (Syzghium Polyanthum) Berkhasiat sebagai Diuretika, Analgesik,
dan anti radang yang efektif.Tetapi dari sekian banyaknya tanaman herbal dalam
masyarakat biasanya jahe merahlah yang paling sering dijadikan alternative
pengobatan herbal untuk meredakan nyeri, karena khasiatnya lebihbaik
dibandingkan dengan tanaman obat yang lainnya yang digunakan untuk
pengobatan nyeri dan juga banyak penelitian mengenai manfaat jahe dan kelebihan
jahe untuk meredakan nyeri.
4) Jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum) jahe (zingiber officinale rosc)
termasuk dalam daftar prioritas WHO sebagai tanaman obat yang paling banyak
digunakan didunia, rimpangnya yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid
terbukti berkhasiat mengurangi peradangan dan nyeri sendi.Jahe menekan sintesis
prostagalandin melalui inhibisi cyclooxygenase – 1 dan cyclooxygenase – 2,hasil
penemuan selanjutnya menyatakan bahwa jahe juga menekan biosintesis leuktorin
dengan menghambat 5–lipoxygenase, dan dalam penelitian sebelumnya
dinyatakan bahwa dua inhibitor cyclooxygenase dan 5 – lipoxygenase memiliki
riwayat teraupetik lebih baik dan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
dengan NSAID (Grzanna dkk, 2005).
G. Komplikasi
Komplikasi yang muncul menurut (Diananti, 2015) antara lain :
a. Gout kronik bertophus, merupakan serangan gout yang disertai benjolan-
benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan
kristal monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi,
sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot
jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik, penyakit tersering yang ditimbulkan karena
hiperurisemia. terjadi akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus
ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan
merusak glomerulus.
c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal), terjadi pembentukan massa keras seperti
batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran
kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garamgaram yang dapat
membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit
(campuran magnesium, ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.
H. PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Hendriati. (2007). Tahap Perkembangan Keluarga. Bandung: Universitas


Padjajaran.
Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa dan Anak-.
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.
International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas Eighth Edition 2017.
International Diabetes Federation.

Kariadi, Sri Hartini. (2009). Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan lengkap untuk
Diabetisi, Keluarganya, dan Profesional Medis. Bandung: Mizan Pustaka.

Maria, Insiana. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dan Asuhan


Keperawatan Stroke. Yogyakarta: Deepublish.

Nurarif, A.H & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta: Medication.

PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


Dewasa di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni.

Rumahorbo, H. (2014). Mencegah Diabetes Melitus dengan Perubahan Gaya Hidup.


Bogor: In Media.

Tandar, H. (2013). Life Healthy With Diabetes. Yogyakarya: Rapha Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
I. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I
Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I
Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai