Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA HAMBATAN FISIK TERHADAP

NY. W DENGAN KASUS DIABETES MELLITUS

Dosen Pembimbing :
Heri Triwibowo, S.Kep., Ns, M. Kes.

Disusun oleh :
Lilis Faiza Amaliati (202003078)

Program Studi Profesi Ners


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Tahun Ajaran 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Yuliana Elin, 2009 dalam buku [ CITATION Ami153 \l 2057 ]
diabetes militus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan dapat menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati.
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolic yang berlangsung kronik
dimana penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah
kelebihan gula di dalam darah [ CITATION Kha12 \l 2057 ]. Diabetes Melitus adalah
tingginya kadar gula darah akibat tubuh tidak memiliki hormon insulin atau insulin
tidak dapat bekerja semestinya[ CITATION Nir19 \l 1057 ].
Indonesia, berdasarkan peta prevalensi diabetes WHO pada tahun 2019
menempati urutan ke-6 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Secara
epidemiologi diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia
mencapai 21,3 juta orang (Delice Gan, 2003). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas
2018) menunjukkan prevalensi diabetes mellitus pada penduduk dewasa indonesia
sebesar 6,9% di tahun 2013, dan melonjak pesat ke angka 8,5% di tahun 2018.
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya
dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ
termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit
degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2006).
Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan
yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia.
Terjadi perubahan penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring
dengan bertambahnya umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004). Diabetes
Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi insulin pada usia
lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan komposisi tubuh,
komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%, sedangkan
tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang kedua adalah
turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin
yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi GLUT-4
(glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola makan
pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase
bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat adalah perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat multifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.
Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun (Gustaviani,
2006).

1.2 Tujuan Umum


Mampu memahami asuhan keperawatan gerontik dengan hambatan fisik serta untuk
melakukan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan Diabetes mellitus.

1.3 Tujuan Khusus


1.1.1 Mengidentifikasi kasus diabetes mellitus, pengkajian diagnosa, intervensi dan
penatalaksanaan pada lansia dengan diabetes mellitus.
1.1.2 Mengimplementasikan intervensi pada lanjut usia penderita diabetes mellitus.
BAB 2
ANALISIS KASUS

Asrama :-
No Rekam Medik :-
Tanggal Pengkajian : 25-10-2020

2.1 Pengkajian Keperawatan Psikososial


A. Identitas Diri
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 Tahun (Middle Age)
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kedungmaling
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan :-
Sumber pendapatan : Pensiunan suami di dapatkan tiap bulan
Kecukupan pendapatan : Cukup
Keluarga yang dapat dihubungi : Tinggal bersama anak
Riwayat Pekerjaan :-

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan yang dirasakan saat ini
Klien mengatakan 3 bulan terakhir mengalami diare frekuensi 5x dalam sehari
dengan tekstur cair agak kental berwarna kuning.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat DM sejak tahun 2012 dan pernah amputasi
bagian jempol kaki.
3. Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien mengatakan memiliki penyakit DM sejak tahun 2012 dan pernah amputasi
bagian jempol kaki. 3 bulan terakhir mengalami diare frekuensi 5x dalam sehari
dengan tekstur cair agak kental berwarna kuning. Gula darah terakhir 129 mg/dL,
suntik insulin 18 unit setiap malam.

C. Status Fisiologis
1. Postur tulang belakang pasien tegap.
2. Tanda-tanda vital dan status gizi :
1) Suhu : 36,5oC
2) Tekanan darah : 120/80 mmHg
3) Nadi : 89x/menit
4) Respirasi : 20x/menit
5) Berat badan : 70 Kg
6) Tinggi badan : 150 cm

D. Pengkajian Head To Toe


1. Rambut
Bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
2. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera anikterik, penglihatan tidak kabur,
tidak memiliki riwayat katarak, tidak menggunakan kacamata.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada peradangan, penciuman masih baik.
4. Mulut dan tenggorokan
Bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada peradangan gusi, tidak ada karies, tidak
ada ompong, tidak kesulitan mengunyah dan menelan.
5. Telinga
Bersih, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada kaku kuduk
7. Dada
Bentuk dada normal chest, tidak ada ronchi dan wheezing, tidak ada suara
jantung tambahan
8. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan, tidak kembung, tidak supel, bising usus 20x/menit, tidak
ada massa
9. Genetalia
Bersih, tidak ada hemoroid
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas : kekuatan otot tangan kanan dan kiri sama yaitu pada skala 5
Ekstremitas bawah : Kekuatan otot kaki kanan 4 dan kiri sama yaitu pada skala
5
Rentang gerak terbatas, adanya edema kaki, menggunakan alat bantu kursi roda
11. Integumen
Bersih, tidak pucat, lembab, tidak ada gangguan pada kulit

E. Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks


No. AKTIVITAS NILAI
BANTUAN MANDIRI
1. Makan 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 15
sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, menyisir, 5
mencukur dan mengosok gigi
4. Aktivitas toilet 10
5. Mandi 5
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 15
berjalan lakukan dengan kursi roda )
7. Naik turun tangga 5
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 10
9. Mengontrol defekasi 10
10. Mengontrol berkemih 10
JUMLAH 95
Interpretasi Hasil : skor 95 (ketergantungan ringan)

F. Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia (Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998)
KRITERIA NILAI
a.      Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
     bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0
     ** tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0
      ** menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
       bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup 0
      ** tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
      duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup 0
      **menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan
      menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata terbuka 0
      ** menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya
      menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata tertutup 0
      ** klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
      perputaran leher (klien sambil berdiri) 0
     ** menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki: keluhan
vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
          gerakan mengapai sesuatu 0
      ** tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk
dukungan       
          Membungkuk 0
      **tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-
usaha yang keras untuk bangun
b.      komponen gaya berjalan atau pergerakan
        minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan 1
     ** ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan
        ketinggian langkah kaki 1
     **  kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
        kontinuitas langkah kaki 1
     ** setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat
satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
        kesimetrisan langkah 1
      **langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit
        penyimpangan jalur pada saat berjalan 1
      **tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
        berbalik 1
     ** berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang
objek untuk dukungan
Jumlah 6
Interpretasi : 6 – 10 resiko jatuh sedang

2.2 Analisa dan Diagnosa [ CITATION Her18 \l 1057 ]


No Interprestasi Masalah
Data
. (Etiologi) (Problem)
1. DS: Diabetes Mellitus Resiko jatuh
Sirkulasi dara tidak lancar
Klien mengatakan 3 bulan terakhir diare
dan jempol kaki kanan diamputasi pada
tahun 2012 lalu. Edema kaki

Kekuatan otot menurun


DO :

- Klien menggunakan bantuan kursi Gangguan keseimbangan


roda

- Kekuatan otot ekstremitas bawah Resiko jatuh


kanan 4
- Skor keseimbangan 6 (resiko jatuh
sedang)

- Adanya edema kaki kanan klien

2.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan


No. Diganosa Keperawatan Paraf

1. Resiko jatuh b.d gangguan keseimbangan yang ditandai dengan


penurunan kekuatan otot, edema kaki, penggunaan alat bantu kursi
roda.
BAB 3
ANALISA KASUS

3.1 Intervensi Keperawatan [ CITATION Bul16 \l 1057 ]

Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,


1. 1. Ajarkan pasien bagimana jatuh untuk meminimalkan cidera
mampu menurunkan resiko jatuh klien dengan kriteria hasil:
2. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memsang
1. Tidak ada kejadian jatuh
pinggiran tempat tidur, lantai yang tidak licin, kunci roda dari
2. Gerakan terkoordinas : kemampuan otot untuk kursi roda selama transfer pasien)
bekerjasama secara volunter untuk melakukan gerakan
3. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan
yang bertujuan
pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur,
3. Perilaku pencegahan jatuh : tindakan individu atau menmpatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
pemberi asuhan untuk meminimalkan faktor resiko yang
4. Lembaga program latihan rutin fisik yang meliputi berjalan
dapat memicu jatuh di lingkungan individu
5. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan DM pada klien
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolic yang berlangsung kronik dimana
penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh
tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula di
dalam darah [ CITATION Kha12 \l 2057 ]. Diabetes Melitus adalah tingginya kadar gula
darah akibat tubuh tidak memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja
semestinya[ CITATION Nir19 \l 1057 ].
Asuhan keperawatan hambatan fisik pada gerontik dengan kasus DM dapat di
simpulkan bahwa lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya
dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ
termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit
degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi. Sehingga dari kasus di atas
memunculkan diagnosa keperawatan resiko jatuh dengan intervensi yang sudah
dilakukan terhadap klien.

4.2 Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
X

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (Nic) Edisi Keenam. Jakarta: Mocomedia.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008). Mengenal
Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Jakarta: Mocomedia.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai