Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

KETERAMPILAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Disusun oleh :

No Nim Nama
1 2109002 T. Ria Marriagewati M Adam
2 2109003 Erna Yuliana
3 2109004 Indry Tarawali
4 2109005 Petronela R. Bella Fernandez
5 2109006 Rilensye Agnes Haumahu
6 2109007 Selmiati Rambu Ngana

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2021/2022
BAB I

PELAKSANAAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Pengelolaan Pelayanan Kebidanan Komunitas di Kabupaten/Kota/Desa

1. Analisa Situasi

Secara geografis kelurahan Sambiroto terletak di kecematan Tembalang Kota

Semarang dengan luas wilayah ±318.33 Ha, Jumlah Penduduk keseluruhan

sebanyak 15.113 jiwa terbagi menjadi 11 Rw dan 96 Rt, Jumlah KK sebanyak

4.461 KK.

Batas wilayah kelurahan Sambiroto sebagai berikut:

Sebelah utara : kelurahan kedungmundu

Sebelah timur : kelurahan sendangmulyo

Sebelah selatan : kelurahan mangunharjo

Sebelah barat : kelurahan tandang

Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi balita dalam 3 bulan terakhir

sebanyak 29 orang. Warga kelurahan Sambiroto mayoritas bertempat tinggal di

perumahan, akses fasilitas kesehatan dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar dan

masyarakat aktif mengikuti program kegiatan yang diadakan oleh pihak puskesmas

seperti kelas ibu hamil.

2. Masalah, Penyelesaian dan Evaluasi

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di wilayah kelurahan

Sambiroto didapatkan masalah yang terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu ibu nifas dengan ASI tidak lancar, bendungan

ASI, ibu nifas Sakit pada badan serta otot-otot bagian bawah terasa tegang, bayi

balita dengan gagal nafas dan dehidrasi, dan ISPA.

5
Berdasarkan hasil pengkajian masalah yang didapatkan dapat diselesaikan

dengan memberikan asuhan kebidanan yakni mengadakan kelas ibu nifas dengan

memberikan edukasi tentang tentang teknik menyusui yang benar, ibu nifas

mengalami stres, perawatan bayi balita dalam pencegahan gagal nafas dan

dehidrasi.

Masalah yang terjadi pada masyarakat diharapkan dapat dipecahkan secara

bersama dengan petugas kesehatan di tempat, untuk mencari solusi dan

penanganan yang tepat sehingga tidak terjadi masalah yang lebih serius.

B. Asuhan Kebidanan Komunitas

1. PENGKAJIAN KOMUNITAS:

a. Core (inti) Komunitas:

Jenis Kelamin Pendidikan


Lk Pr Blm/ Blm SD SMP SMA D I/II D III S 1/D S2 S3
Total
tdk skl tamat IV
SD
7.454 7.659 3.571 2.437 717 1.630 3.809 53 651 1.977 252 16 15.113
Data yang di dapatkan dari kelurahan Sambiroto terdiri dari 15.113 jiwa

terdiri dari 7.454 laki-laki dan 7.659 perempuan. Dengan riwayat

pendidikan belum/tidak sekolah sebanyak 3.571 jiwa, belum tamat SD

sebanyak 2.437 jiwa, tamat SD sebanyak 717 jiwa, SLTP sebanyak 1.630

jiwa, SLTA sebanyak 3.809 jiwa, D I/II sebanyak 53 jiwa, D III sebanyak

651 jiwa, S1/D IV sebanyak 1.977 jiwa, S2 sebanyak 252 jiwa, S3

sebanyak 16 jiwa.

b. Dimensi biologis

1) Angka kesakitan dan kematian (Overall, age specific, cause specific):

Jumlah kematian ibu maternal di wilayah kerja puskesmas

kedungmundu selama 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016-2019 adalah

8 kasus, yaitu pada tahun 2016 sebanyak 3 kasus, tahun 2017 terdapat 1
kasus, tahun 2018 terdapat 2 kasus (nifas) dan tahun 2019 terdapat 2

kasus.

Jumlah kematian bayi di wilayah kerja puskesmas Kedungmundu

mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 sebanyak 12 kasus dan

menurun pada tahun 2017 sebanyak 3 kasus. Mengalami pengingkatan

pada tahun 2018 sebanyak 17 kasus dan tahun 2019 sebanyak 34 kasus.

2) Masalah kesehatan/penyakit (dalam 3 bulan terakhir):

Masalah kesehatan ibu dan bayi yang ditemukan di wilayah

kelurahan sambiroto dalam 3 bulan terakhir yaitu ibu nifas dengan

masalah ASI tidak lancar 12 kasus, ibu nifas dengan bendungan ASI 7

kasus, ibu nifas Sakit pada badan serta otot-otot bagian bawah terasa

tegang 5 kasus, gagal nafas pada bayi 1 kasus, dehidrasi pada bayi 1

kasus, infertilitas 1, dan ISPA 7 kasus.

3) Bagaimana angka kematian dan kesakitan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya (bandingkan dengan angka kabupaten/kota):

Jumlah kematian ibu maternal di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu selama 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016-2019 adalah

8, yaitu pada tahun 2016 sebanyak 3 kasus, tahun 2017 sebanyak 1 kasus,

tahun 2018 sebanyak 2 kasus dan tahun 2019 sebanyak 2 kasus.

Sedangkan, jumlah kematian bayi balita tahun 2016 sebanyak 12

kasus, tahun 2017 sebanyak 3 kasus, tahun 2018 sebanyak 17 kasus dan

tahun 2019 sebanyak 34 kasus.

4) Imunisasi komunitas (termasuk imunisasi dasar dan ulangan): cakupan

imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas kedungmundu sudah

mencapai 100%. Semua keseluruhan sudah UCI semua.


c. Dimensi Psikologis:

1) Nilai, keyakinan dan Agama yang dianut:

Mayoritas masyarakat di wilayah Kelurahan Sambiroto menganut

agama islam. Namun sebagian ada yang menganut agama kristen

protestan, budha, kristen katholik dan hindu Masyarakat sangat

mengamalkan nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan

keyakinan masing-masing.

2) Gambaran komunitas ke depan

Masyarakat mengharapkan kedepannya mampu mencapai tujuan bersama

untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, dengan cara mengatasi

bersama masalah yang ada dikomunitas semisalnya yang berkaitan dengan

kesehatan ataupun masalah lainnya.

3) Kejadian penting di komunitas:

10 Besar penyakit yang ada di puskesmas kedungmundu pada tahun 2019

yaitu :

No Penyakit Jumlah Kasus


1 Hypertensi esensial 7.700
2 Batuk 7.244
3 Kebutuhan akan vaksinasi 5.640
4 ISPA 5.026
5 Penelitian dan pemeriksaan umum 4.648
6 Gangguan jaringan lunak lainnya 3.590
7 DM 3.559
8 Demam yang tidak diketahui sebabnya 3.498
9 Faringitis akut 2.601
10 pengawasan nifas dengan resiko tinggi 2.040
Berdasarkan data dari puskesmas Kedungmundu didapatkan 10 besar

penyakit dengan kasus terbanyak adalah hypertensi esensial sebanyak


7.700 dan yang terendah adalah pengawasan nifas dengan resiko tinggi

sebanyak 2.040.

Masalah kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang ditemui :


No Kasus Jumlah
1 Ibu nifas dengan ASI tidak lancar 12
2 Ibu nifas dengan Bendungan ASI 7
3 Ibu nifas Sakit pada badan serta otot-otot 5
bagian bawah terasa tegang
4 Infertilitas 1
5 Gagal nafas pada bayi 1
6 Dehidrasi 1
7 ISPA 7
Kejadian yang berkaitan dengan masalah KIA yaitu ibu nifas

dengan ASI tidak lancar sebanyak 12 kasus, ibu nifas nifas dengan

Bendungan ASI 7 kasus, Ibu nifas Sakit pada badan serta otot-otot bagian

bawah terasa tegang sebanyak 5 kasus, infertilitas sebanyak 1 kasus, gagal

nafas pada bayi sebanyak 1 kasus, dehidrasi pada bayi sebanyak 1 kasus

dan ISPA sebanyak 7 kasus.

4) Interaksi/komunikasi antar anggota komunitas

Interaksi/komunikasi antar anggota komunitas: Masyarakat sekitar aktif

berinteraksi dengan yang lainnya, dilihat dari cara masyarakat dalam

memecahkan masalah yang terjadi secara bersama dan mengikuti berbagai

kegiatan di masyarakat salah satunya kegiatan PKK, arisan kelompok,

bakti sosial dan karang taruna.

5) Jaringan komunikasi (radio, TV, telepon, internet, dll):

Jaringan komunikasi yang sering digunakan oleh masyarakat setempat

untuk mendapatkan informasi adalah Televisi, telepon dan internet.


6) Sumber-sumber stress di komunitas:

Masyarakat tidak merasakan adanya sumber-sumber stress dalam hidup

berkomunitas. Seperti adanya masalah ekonomi, beban pekerjaan, tata

kota yang buruk, faktor lingkungan (lingkungan keluarga, lingkungan

kerja, dan lingkungan hidup), hubungan dengan masyarakat yang buruk

dan penyakit kronis.

7) Risiko gangguan jiwa di komunitas:

Masyarakat tidak ada yang mengalami resiko gangguan jiwa. Seperti

gangguan kecemasan (fobia, panik), gangguan kepribadian, gangguan

psikotik (penyakit skizofrenia), gangguan suasana hati (depresi, bipolar,

siklotimik), gangguan makan (anoreksia nervosa, bulimia nervosa, binge-

eating/makan berlebihan), gangguan pengendalian impuls dan kecanduan

(berjudi, mencuri, pyromania, kecanduan alkohol dan obat-obat terlarang,

dan aktivitas seks), gangguan obsesif kompulsif/OCD (ketakutan akan

sesuatu yang tidak masuk akal), dan gangguan stres pasca trauma (trauma

akibat pelecehan seksual, dll).

d. Dimensi Fisik:

1) Lokasi komunitas (batas wilayah, urban/rural):

-Sebelah Utara : Kelurahan Kedungmundu

-Sebelah Selatan : Kelurahan Mangunharjo

-Sebelah Barat : Kelurahan Tandang

-Sebelah Timur : Kelurahan Sendangmulyo

2) Luas wilayah dan kepadatan penduduk:

-Luas wilayah : ±318.33 Ha

-Jumlah Penduduk : 15.113 jiwa


-Jumlah KK : 4.461 KK

3) Iklim atau cuaca:

Wilayah kelurahan Sambiroto kecamatan Tembalang kota semarang

terletak di wilayah dataran tinggi/perbukitan dengan beriklim tropis dan

cuaca yang panas.

4) Perumahan (tipe, kondisi, jumlah anggota per-luas rumah, sanitasi):

Rata-rata tipe rumah yaitu bersifat permanen, kondisi bangunan baik dan

layak dijadikan sebagai hunian, rata-rata jumlah anggota tiap rumah 3-4

orang, sanitasi rumah baik dikarenakan tinggal dikawasan perumahan

sehingga selalu dijaga kebersihannya.

5) Safety hazards di lingkungan:

Keamanan di wilayah kelurahan Sambiroto dijaga dan dipantau oleh

satpam dan setiap malam diberlakukan jadwal ronda.

6) Sumber air (kuantitas dan kualitas):

Masyarakat di wilayah kelurahan Sambiroto 100% dapat mengakses

sumber air bersih.

7) Pembuangan limbah:

Masyarakat menggunakan jasa pembuangan sampah yang dibayar setiap

bulannya, yang dimana nantinya akan digunakan oleh petugas untuk di

olah kembali.

8) Kebisingan:

Wilayah kelurahan Sambiroto lebih banyak area perumahan dan jauh dari

keramaian sehingga tidak mengalami kebisingan.


e. Dimensi Sosial:

1) Pemerintahan (tipe, efektifitas, dll):

Masyarakat lebih mengutamakan tipe pemerintahan demokratis yang

dimana keputusan yang akan di ambil selalu dimusyawarahkan dengan

masyarakat sekitar terlebih dahulu.

2) Pemuka komunitas (Toga, Toma, dll):

Di kelurahan Sambiroto memiliki tokoh agama dan tokoh masyarakat

yang berperan penting dalam memberikan arahan serta memutuskan suatu

hal yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

3) Politik dan afiliasinya:

Masyarakat sekitar hidup berpolitik yang dapat dilihat dengan cara mereka

mengikuti peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah dan keputusan

dari tokoh masyarakat, serta mengikuti proses pemilihan yang ditentukan

pemerintah.

4) Status kelompok minoritas:

Di kelurahan Sambiroto tidak memiliki status kelompok minoritas

maupun mayoritas tertentu.

5) Bahasa yang digunakan komunitas:

Bahasa masyarakat di sekitar kelurahan Sambiroto yaitu menggunakan

bahasa jawa dan bahasa indonesia.

6) Status Sosial Ekonomi:

Di wilayah kelurahan Sambiroto sebagian besar mempunyai kehidupan

ekonomi menengah, cukup untuk memenuhi kebutuhan masing-masing

anggota keluarga, namun masih ada keluarga yang tingkat ekonomi

rendah dan kebanyakan masyarakat bekerja.


7) Pekerjaan:

Di wilayah kelurahan Sambirotomasyarakat bekerja sebagai ibu rumah

tangga, pekerja pabrik, pegawai swasta dan wiraswasta.

8) Transportasi:

Transportasi yang digunakan oleh masyarakat yaitu umumnya terdiri dari

sepeda, motor pribadi dan mobil pribadi.

9) Pelayanan social:

Pelayanan sosial yang aktif dikelurahan Sambiroto adalah seperti program

bantuan bagi orang yang tidak mampu. Puskesmas Kedungmundu juga

memiliki kegiatan rutin setiap hari jumat untuk membagikan sembako dan

masker yang di rolling setiap minggunya di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu.

10) Fasilitas pertokoan:

Beberapa tempat tinggal warga terletak di dekat pertokoan (indomaret,

alfamart) dan pedagang kecil (warung sayur, atau warung makanan

ringan) sehingga akses perbelanjaan sangat mudah dicapai.

f. Dimensi perilaku:

1) Pola konsumsi:

a) Nutrisi:

Masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan,

serta mampu memenuhi kebutuhan nutrisi setiap harinya dengan

frekuensi 3 kali sehari, dikarenakan masyarakat di wilayah keluarahan

Sambiroto mayoritas status ekonominya menengah dan sudah banyak

yang sadar untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, susu

di tambah selingan berupa makanan kecil.


b) Alkohol:

Di wilayah kelurahan Sambiroto masih ada yang mengkonsumsi

alkohol meskipun hanya sebagian kecil.

c) Merokok:

Di wilayah kelurahan Sambiroto ditemukan masih banyak masyarakat

yang merokok. Hal ini sesuai dengan data profil Puskesmas Sambiroto

dimana penyakit batuk dan ISPA masuk dalam kategori 10 penyakit

tertinggi.

d) Penggunaan obat/zat adiktif (NAZA):

Masyarakat tidak ada yang mengonsumsi narkoba dan zat adiktif

lainnya. Dikarenakan masyarakat taat akan aturan dari pemerintah dan

takut terhadap hukuman yang berlaku.

2) Aktifitas Gerak dan rekreasi:

a) Gerak badan/olah raga:

Masyarakat sering melakukan aktivitas gerak badan atau olahraga di

tempat-tempat olahraga umum seperti citra grand dan kawasan

simpang lima.

b) Fasilitas rekreasi:

Di wilayah Kelurahan Sambiroto terdapat beberapa fasilitas untuk

rekreasi diantaranya kolam berenang, Mall, taman, pegunungan dan

tempat rekreasi lainnya.

3) Perilaku lain-lain:

a) Penggunaan alat pengaman: masyarakat di wilayah kelurahan

Sambiroto selalu menggunakan alat pengaman diri pada saat

berpergian maupun bekerja seperti selalu menggunakan helm pada


saat berkendara sepeda motor, sabuk pengaman ketika berkendara

dengan mobil dan alat pengaman seperti masker, sarung tangan, dll.

b) Penggunaan alat kontrasepsi:


Tahun Pus Iud Mop Mow Implant Suntik Pil Kondom
2020 2.259 248 13 193 81 720 548 92
Data yang tercantum dalam table tersebut merupakan data pengguna

KB di wilayah kelurahan Sambiroto. Mayoritas PUS lebih sering

menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 720 dan terendah pada

penggunaan kontrasepsi MOP sebanyak 13.

g. Dimensi Kesehatan (terkait tiga garis pertahanan flexible, normal and resistant

line):

1) Sikap komunitas terhadap kesehatan: Masyarakat sekitar mengerti dan

peduli dengan masalah kesehatan dibuktikan dengan antusiasme

masyarakat mengikuti kegiatan-kegiatan kesehatan seperti posyandu,

kelas ibu hamil, penyuluhan tentang kesehatan.

2) Pelayanan kesehatan dan sumber-sumber (tipe, ketersediaan, harga,

adekuat, penggunaan): Pelayanan kesehatan yang sering digunakan adalah

puskesmas dan bidan dengan ketersediaan pelayanan memadai dengan

harga yang terjangkau oleh masyarakat dan masyarakat sudah

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia jika memngalami masalah

kesehatan

3) Pelayanan antenatal: Kelas bumil, penyuluhan / konseling, home care

dilakukan ada yang secara langsung maupun dengan mengumpulkan

masyarakat.

4) Pelayanan gawat darurat: Tersedia ambulance di puskesmas untuk

pelayanan kegawatdaruratan
5) Program promosi kesehatan:

Promosi kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas dengan berbagai

kegiatan yaitu penyuluhan tentang Pentingnya ASI Eksklusif, KB, dan

PHBS.

6) Jaminan pemeliharaan kesehatan komunitas:

Di wilayah Bangetayu Wetan biasanya menggunakan kartu Badan

Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) dan UHC (Unniversal Health

Confferens) yang merupakan program kesehatan dari kota semarang.

2. PENGKAJIAN KELOMPOK:

Target group:

a. Dimensi Biologis:

1) Usia, jenis kelamin, suku:

Jenis kelamin Suku


Usia Jumlah
L P Jawa Padang
0-24 bulan 4 3 6 1 7
2-12 tahun 4 4 8 - 8
13-20 tahun 2 8 10 - 10
21-30 Tahun 14 15 27 2 29
31-50 Tahun 15 12 27 - 27
>50 tahun 3 4 7 - 7
Data yang didapatkan di kelurahan Sambiroto dalam 3 bulan

terakhir yaitu dari bulan oktober-desember terdapat 88 orang dengan usia

0-24 bulan sebanyak 7 orang, usia 2-12 tahun sebanyak 8 orang, usia 13-

20 tahun sebanyak 10 orang, usia 21-30 tahun sebanyak 29 orang, usia 31-

50 tahun sebanyak 27 orang dan usia >50 tahun sebanyak 7 orang.


2) Tingkat tumbuh kembang/maturasi kelompok:

Sebagian besar masyarakat selalu memperhatikan masalah kesehatan

keluarga dan kelompok tinggal dirumah dan lingkungan yang sehat, serta

cepat meminta bantuan tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan

bila timbul masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga.

3) Masalah kesehatan utama yang lazim:

Masalah kesehatan yang lazim terjadi seperti ibu nifas dengan ASI tidak

lancar, Bendungan ASI dan ibu nifas Sakit pada badan serta otot-otot

bagian bawah terasa tegang, pada bayi terjadi gagal nafas dan dehidrasi.

b. Dimensi Psikologis:

1) Gambaran diri kelompok: Masyarakat sekitar mempunyai tujuan

kesehatan yang ingin dicapai dengan meningkatkan hubungan yang baik

terhadap petugas kesehatan yang ada

2) Ketrampilan koping: Masyarakat dalam memecahkan masalah selalu

melibatkan petugas kesehatan sehingga masyarakat terbiasa untuk

melaporkan secara cepat jika timbulnya masalah.

3) Insiden dan prevalen masalah psikologis: di wilayah kelurahan Sambiroto

tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan psikologis.

4) Stresor psikologis di dalam masyarakat: Masyarakat di wilayah kelurahan

Sambiroto tidak terdapat situasi dan keadaan yang dapat menimbulkan

stres psikologis.
c. Dimensi Fisik:

1) tempat target grup

Lokasi pengambilan data komunitas berada di kelurahan Sambiroto, yang

sebagian besar bertempat tinggal di perkampungan dan terdapat juga di

perumahan.

2) Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan (polusi, pertukaran cuaca,

risiko penyakit)

Kondisi lingkungan di sekitar kelurahan Sambiroto tidak dekat dengan

pabrik dan masuk dalam kawasan perkampungan sehingga tidak ada

polusi udara dan jauh dari resiko penyakit.

3) Perumahan:

Sebagian besar masyarakat dengan type rumah permanen, setiap rumah

terdiri dari 2-3 kamar dengan diberikan ventilasi di setiap rumah, setiap

rumah juga memiliki jamban sehat, serta kualitas air yang baik.

d. Dimensi Lingkungan Sosial:

1) Sikap komunitas terhadap target grup: Sikap masyarakat yang ada di

wilayah kelurahan Sambiroto yaitu turut aktif dalam meningkatkan

kesehatan dengan cara mendukung dalam mengikuti kegiatan yang

diadakan oleh tenaga kesehatan.

2) Status social & ekonomi target grup: Status sosial dan ekonomi

masyarakat di kelurahan Sambiroto yaitu menengah ke atas dengan

penghasilan perbulan sebesar Rp.2.300.000- Rp.4.500.000.

3) Pendidikan: di wilayah kelurahan Sambiroto berpendidikan SD, SMP, dan

SMA dan sarjana.


4) Pekerjaan: masyarakat di wilayah kelurahan Sambiroto memiliki beragam

pekerjaan yaitu sebagai karyawan swasta dan ibu rumah tangga.

5) Pelayanan kesehatan yang bersifat proteksi: Tersedianya fasilitas

kesehatan yang memadai seperti adanya puskesmas sebagai sarana

kesehatan dan diberlakukannya penggunaan asuransi kesehatan seperti

BPJS dan UHC.

6) Transportasi (termasuk khusus): di wilayah kelurahan Sambiroto

menggunakan transportasi seperti motor pribadi, sepeda, dan mobil.

e. Dimensi Perilaku

1) Kebutuhan nutrisi:

Sebagaian besar makan dengan gizi seimbang, frekuensi 3x sehari dan

tidak terdapat pantang makanan.

2) Merokok:

Masih banyak ditemukan masyarakat di kelurahan Sambiroto yang

merokok.

3) Gerak badan:

Gerak badan yang biasanya dilakukan yaitu berjalan di pagi hari,

melakukan pekerjaan rumah tangga (menyapu, memasak, mencuci baju

dll) atau sesekali berolah raga di tempat umum.

4) Aktifitas rekreasi:

Umumnya rekreasi dengan melihat TV, dan memanfaatkan wahana wisata

yang ada di semarang seperti belanja di pusat kota, wahana bermain anak

(kolam renang, dll).


5) Perlindungan khusus yang digunakan:

sebagian besar masyarakat menggunakan alat perlindungan diri saat

berpergian maupun saat bekerja seperti menggunakan helm, sarung tangan

ataupun masker.

6) Kontrasepsi:

Di Kelurahan Sambiroto terdapat ibu nifas sebanyak 5 orang dalam 3

bulan terakhir. Ibu nifas tersebut belum menggunakan alat kontrasepsi

namun berencana untuk menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan dan

kb kalender.

f. Dimensi Kesehatan

1) Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan:

Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat adalah pelayanan

puskesmas yang dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh

terutama pada rawat inap.

2) Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan:

Sikap kelompok masyarakat terhadap kesehatan adalah sangat

memperhatikan kesehatan, jika terjadi perubahan atau penurunan

kesehatan segera datang ke fasilitas kesehatan yang dipilihnya. Kelompok

dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

3) Jaminan pemeliharaan kesehatan:

Jaminan pemeliharaan kesehatan komunitas di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu menggunakan jaminan kesehatan BPJS (Jaminan

Peyelenggara Jaminan Sosial) dan UHC (universal health Conferens)


PERUMUSAN, PRIORITAS MASALAH DAN PENEGAKAN DIAGNOSA
KEBIDANAN
Sesuai data yang diperoleh saat pengkajian terhadap beberapa masalah – masalah kesehatannya
yaitu :
DIAGRAM VENN

ASI
tidak
lancar

MASALAH

Sakit pada
badan serta
otot-otot
bagian bawah
Bendunga
n ASI

Keterangan:

1. ASI tidak lancar (Tidak menular, meresahkan, mengganggu produktivitas)

2. Bendungan ASI (Tiak meresahkan, tidak menular, tidak mengganggu


produktivitas)

3. Sakit pada badan serta otot-otot bagian bawah terasa tegang (Tidak meresahkan, tidak
menular, tidak mengganggu produktivitas)
FAKTOR RESIKO MASALAH KESEHATAN

N Masalah Faktor resiko


o Perilaku Lingkungan
1 ASI tidak lancar 1. Pola Nutrisi 1. Kurangnya dukungan
2. Psikologis ibu suami dan keluarga
2 Bendungan ASI 1. Cara menyusui yang benar 1. Kurangnya pengetahuan
(posisi dan perlekatan) ibu tentang ASI
2. Frekuensi menyusui tidak 2 2. Kurangnya dukungan
jam sekali suami dan keluarga
3. Ibu nifas dengan 1. Faktor usia 1.
sakit pada badan 2. Faktor mobilisasi dini yang
serta otot-otot kurang
bagian bawah 3. Faktor psikologis ibu
terasa tegang

MEKANISME KESEPAKATAN RENCANA INTERVENSI MASALAH DAN FAKTOR

RESIKO KESEHATAN

Hasil Paparan Hasil Paparan Hasil Paparan


RW I RW II RW III

Disimpulkan

Faktor Resiko Suspect/Kasus Pelaksanaan


Intervensi

no Masalah kesehatan & Jenis Intervensi Jangka Intervensi Pelaksanaan


FR kesehanan yang (pendek, menengah, Intervensi
ditemukan panjang)
KESEPAKATAN RENCANA INTERVENSI MASALAH DAN FAKTOR RESIKO

KESEHATAN

RW…….. Desa…..

Kec. ...................Kab:..........................Tahun 2021.

no Masalah kesehatan Jenis Intervensi Jangka Intervensi Pelaksanaan


& FR kesehanan (pendek,menengah, Intervensi
yang ditemukan panjang)

1 ASI tidak Lancar 1. Melakukan penyuluhan Pendek Bidan &


mengenai natural terapi mahasiswa
untuk mengatasi ASI
Tidak Lancar
2. Memberikan asuhan
natural therapy berupa
pijat marmet, pijat
oksitosin

Pendek

2 Bendungan ASI 1. Melakukan penyuluhan Pendek Bidan &


tentang Natural mahasiswa
Therapy Bendungan
ASI
2. Mengajarkan kompres
hangat payudara dan
terapi daun kubis pada
ibu nifas
Pendek

3 Ibu hamil dengan 1. Memberikan Pendek Bidan &


sakit pada badan penyuluhan yang mahasiswa
serta otot-otot diberikan yaitu tentang
bagian bawah terasa totok vagina serta
tegang memberikan pemijatan
totok vagina
POA OF ACTION

N Masalah Rencana Sumber Daya


o Kegiatan Penanggung Waktu Alokasi Tempat
jawab pelaksanaan dana pelaksanaan
1 ASI tidak Membuat WA Bidan - Dana dari Balai desa
lancar group yang di isi GASURKAS Mahasiswa
oleh bidan , kader dan
koordinator, Mahasiswa
gasurkes dan
kader serta
seluruh ibu nifas
yang mengalami
ASI tidak lancar.

Memberikan
inovasi yaitu
natural therapy
berupa pijat
marmet, pijat
oksitosin
2 Bendungan Membuat WA Bidan - Dana dari Balai desa
ASI group yang di isi GASURKAS Mahasiswa
oleh bidan , Kader dan
koordinator, Mahasiswa
gasurkes dan
kader serta
seluruh ibu nifas
yang mengalami
Bendungan ASI
Memberikan
inovasi yaitu
natural therapy
berupa kompres
daun kubis

3. Ibu hamil Membuat kelas Bidan - Dana dari Balai desa


dengan sakit online melalui GASURKAS Mahasiswa
pada badan WA group yang , Kader dan
serta otot- di isi oleh bidan, Mahasiswa
otot bagian gasurkes dan
bawah terasa kader serta
tegang seluruh ibu nifas
sakit pada badan
serta otot-otot
bagian bawah
terasa tegang.
Penyuluhan yang
diberikan yaitu
tentang totok
vagina serta
memberikan
pemijatan totok
vagina
RENCANA ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Diagnosa Tujuan Rencana kegiatan Evaluasi


No
kebianan Umum Khusus Strategi Intervensi Kriteria Standar Evaluator
1 ASI Tidak Untuk Mampu Pendekatan 1. Melakukan Pengetahuan Sebelum dan Mahasiswi
Lancar menekan mengatasi dengan ibu penyuluhan dan Natural sesudah Provesi
kejadian kejadian ASI nifas dan mengenai Therapy perlakuan Kebidanan
ASI Tidak Tidak Lancar keluarga natural
Lancar pada ibu nifas dengann terapi untuk
memberikan mengatasi
Natural ASI Tidak
therapy Lancar
2. Memberikan
asuhan
natural
therapy
berupa pijat
marmet,
pijat
oksitosin

2 Bendungan Untuk Mampu Penyuluhan Pemberian Pengetahuan Pre test dan Mahasiswi
ASI menurunkan mencegah dan penyuluhan dan Natural post test Provesi
angka terjadinya pemberian dan pemberian Therapy sebelum dan Kebidanan
kejadian bendungan Natural Natural sesudah
bendungan ASI Therapy Therapy : perlakuan
ASI Mengajarkan
kompres
hangat
payudara dan
terapi daun
kubis pada ibu
nifas

3 Sakit pada Untuk Mampu Pemberian Penyuluhan Penyuluhan Pretest dan post Mahasiswi
badan serta menekan mencegah penyuluhan yang dan Natural test sebelum Provesi
otot-otot angka terjadinya serta Natural diberikan Therapy dan sesudah Kebidanan
bagian kejadian Sakit pada Therapy yaitu tentang penyuluhan
bawah Sakit pada badan serta totok vagina
terasa badan serta otot-otot serta
tegang otot-otot bagian bawah memberikan
bagian terasa tegang pemijatan
bawah totok vagina
terasa
tegang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implementasi Penatalaksanaan Asi tidak lancar


1. Puskesmas kedungmundu
Pengkajian yang dilakukan dari tanggal 05 juni 2021 di sambiroto di
dapatkan data bahwa dalam penanganan untuk kasus ASI tidak lancar ,
Bidan melakukan implementasi berupa :
a. Bidan melakukan penyuluhan mengenai natural terapi untuk mengatasi
ASI Tidak Lancar
b. Bidan memberikan asuhan natural therapy berupa pijat marmet dan
pijat oksitosin
Dari hasil evaluasi pernyataan bidan didapatkan kasus Asi tidak lancar
pada ibu nifas dengan jumlah 12 orang dalam 3 bulan terakhir (meret
sampai dengan juni )
c. Bidan menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi
d. Bidan menganjurkan pasien untuk tetap menyusui bayinya
e. Bidan menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
2. Program inovatif
Dalam praktek kebidanan komunitas ini mahasiswa membuat program
inovatif yaitu mencegah Ibu nifas dari Asi Tidak Lancar dengan program
dibawah ini :
a. Melakukan penyuluhan mengenai natural therapy
b. Asuhan yang dilakukan oleh bidan/kader pada individu, keluarga dan
masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
peneyembuhan dan pemulihan pada masa kehamilan, persalinan, masa
nifas, pada bayi baru lahir dan balita secara natural atau alami dalam
pemberian therapy yang berdasar pada bukti ilmiah.
c. Memberikan pijat marmet
Teknik Marmet mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk
membantu kunci reflek pengeluaran ASI. Teknik marmet
mengeluarkan ASI secara manual dan membantu reflex pengeluaran
susu (Milk Ejection Reflex) telah bekerja bagi ribuan ibu dengan cara
yang tidak dimiliki sebelumnya. Bahkan ibu menyusui berpengalaman
yang telah mampu mengeluarkan ASI diungkapkan akan
menghasilkan lebih banyak susu deng an metode ini Ibu yang
sebelumnya telah mampu mengeluarkannya hanya sedikit atau tidak
sama sekali, mendapatkan hasil yang sangat baik dengan teknik ini
Teknik Marmet mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk
membantu kunci reflek keluarnya ASI.
Keberhasilan dari teknik ini adalah kombinasi dari metode
pijat dan pengeluaran ASI. Teknik ini efektif dan tidak menimbulkan
masalah. Teknik marmet ini merupakan salah satu cara yang aman
yang dapat dilakukan untuk merangsang payudara untuk
memproduksi lebih banyak ASI (Nurdiansyah, 2011).
Beberapa penelitian tentang pijat marmet menunjukkan bahwa
terdapat hormon prolaktin dan kontrol laktasi serta penekanan
fungsi laktasi. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks
yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran
air susu refleks prolaktin dan refleks “Let down”
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Ira Titisari 2017 yang
membuktikan bahwa teknik marmet berpengaruh dalam meningkatkan
produksi ASI ibu post partum. Jika teknik marmet ini diterapkan
oleh ibu post partum maka masalah menyusui yang muncul
pada hari-hari pertama kelahiran seperti ASI tidak lancar, ASI belum
keluar yang menyebabkan ibu memutuskan untuk memberikan
susu formula kepada bayinya dapat diatasi sehingga dapat
meningkatkan angka cakupan pemberian ASI pada satu jam
pertama kelahiran bahkan pemberian ASI eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai