HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN DEMENSIA
PADA LANSIA DI POSBINDU
iTz Dzikry
Om Zikzik
FAKT OR-FAKT OR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SEKOLAH DASAR DESA S…
Put ra A P R I A D I Siregar
JURNAL
OLEH :
AFAH FUADAH
NIM : 4201.0118.B009
OLEH :
AFAH FUADAH
NIM : 4201.0118.B009
Penyakit demensia sering ditemukan pada lansia hal ini berkaitan dengan bertambahnya usia yang semakin
tua. Kejadian demensia pada lansia di Puskesmas Plumbon tahun 2029 paling tinggi yaitu sebesar 37,5%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga pada pasien lansia dengan demensia.Jenis
penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu lansia
yang berkunjung ke Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu pada bulan Maret 2020
sebanyak 63 orang denan teknik purposive sampling. Pengumpulan datanya menggunaan kuesioner dengan teknik
wawancara. Analisis datanya menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan signifikan antara dukungan keluarga pada pasien lansia dengan demensia di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Plumbon Indramayu Kabupaten Indramayu tahun 2020 dengan p value = 0,017. Petugas kesehatan agar
meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada keluarga tentang pentingnya memberikan dukungan kepada lansia yang
mengalami demensia baik moril maupun materil, mengoptimalkan kegiatan posbindu dengan kegiatan-kegiatan
untuk lansia seperti senam lansia, pengobatan, dan juga pemberian informasi kepada lansia mengenai demensia dan
cara penanganannya.
A. LATAR BELAKANG
Proses menua (menjadi tua) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu yang wajar. Proses
menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.1 Proses menua pada seseorang
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan dan berlangsung sampai saat kematian.2
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging
process atau proses penuaan.3 Batasan lansia yaitu batasan lansia (lanjut usia) yaitu kelompok yang
memasuki usia 60 tahun sampai dengan 69 tahun.2
Menurut laporan WHO, jumlah usia lanjut atau lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari
penduduk dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara berkembang.
Rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) di negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun. Jumlah
penduduk di 11 negara anggota WHO, untuk kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun
berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.3
Pertumbuhan penduduk lansia yang semakin meningkat (ledakan) diperkirakan akan menjadi
masalah baru bagi dunia kesehatan yang dihadapi oleh banyak negara termasuk di Indonesia. Indonesia
termasuk negara yang masuk ke penduduk struktur tua, karena persentase penduduk lansia yang telah
mencapai 7,6% dari total penduduk, dan diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun 2020-2035
seiring dengan Usia Harapan Hidup (UHH) yang diproyeksikan akan terus meningkat dari 69,8 tahun
(2010) menjadi 72,4 pada tahun 2035. Jumlah lansia di Indonesia tahun 2010 mencapai 18,01 juta dan
pada tahun 2017 menjadi 22,5 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan mancapai 36
juta jiwa.4
Seiring dengan bertambahnya usia, gangguan fungsional akan meningkat dengan ditunjukkan
terjadinya disabilitas. Dilaporkan bahwa disabilitas ringan yang diukur berdasarkan kemampuan
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dialami sekitar 51% lanjut usia, dengan distribusi prevalensi sekitar
51% pada usia 55-64 tahun dan 62% pada usia 65 ke atas; disabilitas berat dialami sekitar 7 % pada usia
55-64 tahun, 10% pada usia 65–74 tahun, dan 22 % pada usia 75 tahun ke atas. Salah satu kondisi yang
dapat meningkatkan disabilitas pada lansia adalah demensia. 4
Demensia adalah kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mana mengakibatkan perubahan
pada pasien dalam cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Seringkali, memori jangka pendek,
pikiran, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik terpengaruh. 5 Beberapa kasus yang sering
ditemukan pada penderita demensia diantaranya adalah mengalami gangguan daya ingat, umumnya
penderita demensia akan menanyakan hal yang sama terus-menerus dan lupa akan hal-hal sederhana
seperti lupa menaruh barang, lupa tanggal, atau lupa nama orang terdekat. Contoh lainnya sulit fokus
biasanya orang yang terkena demensia akan sulit memfokuskan dirinya dalam melakukan aktivitas
sehari-hari padahal biasanya ia lancar melakukannya. Misalkan kesulitan menghitung uang, memasak,
mengetik kalkulator, memakai baju, dan lain-lain.6
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demensia pada lansia dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk faktor yang tidak
dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, genetik, dan riwayat penyakit keluarga, disabilitas
intelektual dan sindroma down. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi,
asam folat dan vitamin B, terapi statin, dukungan keluarga, dan pola hidup sehat. 7
Penyakit demensia sering ditemukan pada lansia hal ini berkaitan dengan bertambahnya usia yang
semakin tua. Masalah demensia pada lansia tidak dapat dibiarkan begitu saja dan perlu mendapatkan
dukungan dari sekitarnya. Masalah yang dihadapi lansia harus diatasi dengan memberi dukungan
keluarga termasuk masalah demensia melalui perawatan home care. Sehingga lansia akan tahu bahwa ada
orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Dukungan keluarga menjadikan keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi
dalam melakukan aktivitas sehari-hari lansia.8
Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam mengatasi masalah lansia. Ikatan
kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika lansia menghadapi masalah, karena keluarga adalah
orang yang paling dekat hubunganya dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam
mengintensifkan perasaan sejahtera. Orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif,
kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memilikinya. Keluarga memiliki beberapa fungsi
dukungan antara lain dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan
emosional.9
Dukungan keluarga pada lansia demensia pada lansia meliputi dukungan informasional seperti
memberikan atau membantu lansia mendapatkan informasi tentang demensia dan pengobatannya,
mendampingi lansia ke posbindu untuk mendapatkan penyuluan dan lain sebagainya. Dukungan penilaian
diantaranya keluarga memberikan keyakinan kepada bahwa demensia merupakan penyakit yang wajar
dan akan sembuh jika mengikuti pengobatan dengan benar. Dukungan lainnya yaitu instrumen seperti
memberikan dukungan materi pada lansia dan dukungan emosional seperti memberikan perhatian,
mendengarkan keluhan dan memberikan kasih sayang pada lansia. 10
Berdasarkan data Dnas Kesehatan Kabupaten Indramayu pada tahun 2019, jumlah lansia di
Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 61.012 orang dan yang mengalami demensia sebanyak 2.656
lansia (4,3%). Salah satu puskesmas di Kabupaten Indramayu dengan jumlah lansia yang mengalami
demensia paling banyak terdapat di Puskesmas Plumbon Indramayu yaitu sebanyak 435 lansia (37,4%)
dari jumlah 1.161 lansia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 10 daftar puskesmas di Kabupaten Indramayu
dengan kejadian demensia pada lansia pada tahun 2019. Kejadian demensia pada lansia di Puskesmas
Plumbon paling tinggi sebesar 37,5%. Banyaknya lansia yang mengalami demensia di Puskesmas
Plumbon Indramayu perlu mendapatkan perhatian. Selanjutnya peneliti juga melakukan studi
pendahuluan pada 5 keluarga lansia yang mengalami demensia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Plumbon Indramayu. Sebanyak 4 dari 5 lansia mengalami gangguan kognitif seperti tidak ingat jalan
pulang ke rumah, lupa makan dan lupa minum obat. Juga didapatkan hasil sebanyak 3 keluarga kurang
memperhatikan kondisi lansia yang mengalami demensi, sedangkan 2 keluarga mengatakan sering
menjaga dan merawat lansia bahkan mengantarkan ke puskesmas untuk mengontrol kesehatanya.
Hasil penelitian Novandhori di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas
menunjukkan bahwa ada hubungan hubungan peran keluarga dengan demensia lansia dengan nilai =
0,014.12 Juga hasil penelitian Tumewah dan Kembuan pada lansia di Yayasan Manula Kecamatan
Kawangkoan menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian demensia
pada lansia dengan nilai = 0,010.13
Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Demensia pada Lansia di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu Tahun 2020.”
B. METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pendekatan
cross sectional (pendekatan silang) merupakan penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk
dependen dan independen diobservasi dalam waktu yang bersamaan.26 Variabel penelitian terdiri dari dua
jenis yakni variabel independen (bebas) dan dependen (terikat). Variabel independen yaitu variabel resiko
atau sebab, sementara yang dimaksud dengan variabel dependennya yaitu variabel akibat atau efek. 26
Variabel dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga sebagai variabel independen dan demensia pada
lansia sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia
yang berkunjung ke Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu pada bulan
Maret 2020 sebanyak 167 orang dan jumlah minimal yaitu 63 keluarga lansia yang berkunjung ke
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu pada bulan Maret 2020. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner untuk mengukur variabel dukungan keluarga dengan
teknik wawancara. Analisis datanya menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi
square.
C. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga pada pasien lansia
dengan demensia dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Plumbon Kabupaten Indramayu pada bulan Maret 2020. Hasil penelitian ini diuraikan ke dalam bentuk
tabel dan narasi sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
a. Gambaran Dukungan Keluarga Pada Lansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon
Kabupaten Indramayu Tahun 2020
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Lansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Plumbon Kabupaten Indramayu Tahun 2020
Berdasarkan data pada tabel 5.1, diketahui bahwa pasien lansia demensia yang dukungan
keluarganya tinggi sebanyak 36 orang (57,0%) dan pasien lansia demensia yang dukungan
keluarganya rendah sebanyak 27 orang (42,9%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
lansia demensia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu tahun 2020
dukungan keluarganya tinggi (57,1%).
b. Gambaran Demensia pada Pasien Lansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon
Kabupaten Indramayu Tahun 2020
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Demensia pada Pasien Lansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon
Kabupaten Indramayu Tahun 2020
Berdasarkan data pada tabel 2, diketahui bahwa pasien lansia yang mengalami demensia
stadium 1 sebanyak 32 orang (50,8%), stadium 2 sebanyak 18 orang (28,6%) dan stadium 3
sebanyak 13 orang (20,6%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien lansia demensia di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu tahun 2020 mengalami
demensia stadium 1 (50,8%).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Dukungan Keluarga pada Pasien Lansia dengan Demensia di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu tahun 2020
Tabel 3
Hubungan Dukungan Keluarga pada Pasien Lansia dengan Demensia di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu tahun 2020
Demensia
Jumlah
No Dukungan Keluarga Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 p value
n % n % n % n %
1 Tinggi 20 55,6 13 36,1 3 8,3 36 100
2 Rendah 12 44,4 5 18,5 10 37,0 27 100 0,017
Jumlah 32 50,8 18 28,6 13 20,6 63 100
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa pasien lansia demensia yang mengalami demensia
stadium 1 dengan dukungan keluarga tinggi sebanyak 50 orang (55,6%), lebih tinggi dibanding
pasien lansia yang mengalami demensia stadium 1 dengan dukungan keluarga rendah sebanyak 12
orang (44,4%). Perbedaan proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang bermakna,
terbukti dari hasil penghitungan statistik dengan uji chi square pada α = 0,05 diperoleh p value =
0,017 ( value < α), sehingga hipotesis terbukti yaitu bahwa ada hubungan signifikan antara
dukungan keluarga pada pasien lansia dengan demensia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Plumbon Kabupaten Indramayu tahun 2020.
D. PEMBAHASAN
E. SIMPULAN
Penelitian ini yang telah dilakukan mengenai hubungan dukungan keluarga pada pasien lansia
dengan demensia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu tahun 2020,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar pasien lansia demensia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten
Indramayu tahun 2020 dukungan keluarganya tinggi (57,1%).
2. Sebagian besar pasien lansia demensia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten
Indramayu tahun 2020 mengalami demensia stadium 1 (50,8%).
3. Ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga pada pasien lansia dengan demensia di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu tahun 2020 dengan p value = 0,017.
F. SARAN
1. Bagi Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu
Petugas kesehatan agar meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada keluarga tentang pentingnya
memberikan dukungan kepada lansia yang mengalami demensia baik moril maupun materil,
mengoptimalkan kegiatan posbindu dengan kegiatan-kegiatan untuk lansia seperti senam lansia,
pengobatan, dan juga pemberian informasi kepada lansia mengenai demensia dan cara penanganannya.
2. Bagi STIKes Cirebon
Perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
asuhan khususnya pada lansia yang mengalami demensia melalui kegiatan penyuluhan dan praktik asuhan
pada lansia.
3. Bagi Lansia dan Keluarga
Bagi lansia agar aktif mengikuti kegiatan posbindu dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan
kepada petugas kesehatan dan bagi keluarga agar selalu memberkan dukungannya kepada lansia untuk
menjaga kondisi kesehatannya.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dikembangkan dengan meneliti faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
seperti faktor tingkat ekonomi, jarak rumah ke tempat pelayanan dan faktor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2015.
2. Kementerian Kesehatan RI. Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
3. World Health Organization. 2016. Global Status Report on Noncommunicable Disease. Diakses: 22
Februari 2020. http://apps.who.int/iris15.2_eng.pdf.
4. Kementerian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2018.
5. Pratiwi. Faktor Risiko Lansia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2016.
6. Mubarak, W. I. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika. 2016.
7. Nugroho, W. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC. 2015.
8. Mariyam, S. R. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 2016.
9. Friedman, M. M. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan. Praktek. Jakarta : EGC. 2015.
10. Muhlisin, A. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 2015.
11. Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu. Data Posbindu dan Lansia Demensia di Kabupaten
Indramayu. 2019.
12. Novandhori. Hubungan Peran Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia yang Mengalami Gangguan
Fungsi Kognitif di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Naskah
Publikasi Jurnal Media Vol 2 tahun 2015. 2015.
13. Tumewah dan Kembuan. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kejadian Demensia pada
Lansia di Yayasan-Yayasan Manula Kecamatan Kawangkoan. Diakses pada tanggal 22 Maret
2019 pada pukul 08.30 di http://www.scribd.com. 2015.
14. Sarwono. Ilmu Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2016.
15. Soejono, S. Kamus Besar Sosiologi. Jakarta: Rajawali. 2016.
16. Sudarma. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. 2015.
17. Daryono. Studi tentang Pelayanan Lansia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2015.
18. Harmoko. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2016.
19. Manuaba, IBG. Buku Ajar: Patologi Obstetri-Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. 2016.
20. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2016.
21. Azizah. Perawatan Home Care Bagi Kesehatan Lansia. Jakarta : TIM. 2015.
22. Pathia. Hubungan Dukungan Sosial terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia di Kelurahan Ganting
Andalas Padang. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Diakses tanggal 12 Maret 2019. 2015.
23. Ridwansyah. Dukungan Keluarga dengan Demensia Dalam Keperawatan Home Care di Kecamatan
Cikedung Indramayu. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana. 2016.
24. Murti. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Demensia pada Lansia di Desa Dukuh Dempok
Wilayah Kerja Puskemas Wuluhan. Jurnal Publikasi Vol 2 tahun 22. 2017.
25. Tumewah dan Kembuan. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kejadian Demensia pada
Lansia di Yayasan-Yayasan Manula Kecamatan Kawangkoan. Jurnal Keperawatan, Vol 2
Nomor 4 tahun 2015.
26. Notoatmodjo S. Metodologi Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2015.
27. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. 2017.