PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pratek Belajar Lapangan (PBL) adalah mata kuliah praktek wajib bagi
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kegiatan pengalaman belajar
(PBL) memberikan pembelajaran pada mahasiswa FKM untuk
melaksanakan upaya-upaya siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle) kesehatan masyarakat khususnya masalah Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Gizi dan Peyakit Demam Berdarah (DBD) baik tingkat Yankes maupun
kelurahan melalui tahapan identifikasi masalah, penentuan prioritas
masalah, analisis faktor penghambat dan pendukung masalah dan
selanjutnya menyusun POA (Plan Of Action) untuk mengembangkan
kegiatan intervensinya.
Dalam menganalisa status dan kondisi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan konsep HL. Blum, meliputi empat faktor yaitu Perilaku,
Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, dan Genetik. Dengan dasar ini
selanjutnya dalam rangka meningkatkan kompetensi mahasiswa, maka
mahasiswa dilatih untuk menganalisis permasalahan dengan menggunakan
pendekatan pratisipatif atau fasilitatif, kualitatif maupaun kuantitatif.
Untuk memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa, maka mahasiswa
ditempatkan di daerah terpilih sebagai lokasi PBL FKM UNDIP, yaitu Kota
Semarang, Kecamatan Banyumanik, Kelurahan Tinjomoyo. Daerah Kota
Semarang mempunyai kompleksitas permasalahan yang unik dari lokasi
rural dan urban, dengan tingkat heterogenitas penduduk yang tinggi serta
tingkat mobilitas masyarakatnya yang cukup tinggi. Selain itu juga
mengalami transisi demografi dan transisi kesehatan.
Dalam menganalisis status dan kondisi kesehatan di masyarakat
dapat digunakan konsep HL Blum, yang meliputi empat faktor, 1)
Lingkungan, 2) Perilaku, 3) Pelayanan kesehatan, dan 4) Keturunan.
Berdasarkan konsep tersebut, diharapkan mahasiswa mendapatkan
1
kemampuan dalam menganalisis permasalahan dengan menggunakan
pendekatan parsitipatif atau fasilitatif, kuantitatif maupun kualitatif.1
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi prioritas
masalah kesehatan di Kota Semarang. Derajat kesehatan pada ibu dan anak
sangat menentukan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi yang akan
datang. Indikator masalah KIA dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Berdasarkan profil kesehatan Kota Semarang pada tahun 2015 Kota
Semarang menempati peringkat kedua kasus kematian ibu sebanyak 35
kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 27.334 orang atau 128,05
per 100.000 KH. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 8,37 per
1.000 KH dengan jumlah kasus sebanyak 229 dari 27.344 dan kematian
balita sebanyak 283 anak dari 27.334 kelahiran hidup meninggal sehingga
Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang diperoleh sebesar 10,4 per
1.000 KH.
Pada tahun 2015 ditemukan kasus di Puskesmas Ngesrep yaitu berat
badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 6 kasus, kematian neonatus 2 kasus,
kematian bayi 2 kasus dan kematian balita 3 kasus. Hingga bulan Mei 2016
ditemukan 2 kasus kematian bayi.
Penemuan kasus kematian neonatus di Kelurahan Tinjomoyo
sebanyak 2 kasus sedangkan untuk kematian ibu tidak ditemukan kasus
sampai Oktober 2016. Selain itu, juga ditemukan kasus berat badan lahir
rendah (BBLR) pada bayi sebanyak 3 kasus tahun 2015 dan 1 kasus hingga
bulan Oktober tahun 2016.
Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan
gizi menjadi penyebab dari sepertiga kematian anak di dunia. Gizi buruk dan
juga gizi lebih masih menjadi persoalan yang harus dihadapi. Masalah gizi
adalah hal yang sangat penting dan mendasar dari kehidupan manusia.
Kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas,
mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat
menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.2
Menurut Depkes RI (2007), Meski Posyandu sangat diperlukan dan
penting peranannya bagi pemerintah, namun kenyataannya secara nasional
2
hanya 27,3% rumah tangga yang telah memanfaatkannya. Sebanyak 62,5%
rumah tangga tidak memanfaatkan Posyandu karena tidak membutuhkan,
dan 10,3% rumah tangga tidak memanfaatkan Posyandu untuk alasan
lainnya. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ada hubungan antara
3
peran kader dengan tingkat kehadiran ibu balita ke posyand.
Ketidakpatuhan kehadiran ibu untuk melakukan pemantauan status gizi
balita dapat timbul jika tenaga kesehatan dan ibu memiliki keyakinan dan
cara komunikasi yang berbeda (Kaplan, 1997). Oleh karena itu, kepatuhan
orang tua terutama ibu dalam membawa balita ke posyandu sangat penting.
Faktor umur pada balita juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kunjungan ibu ke Posyandu. Semakin tinggi umur anak makin rendah
cakupan kunjungan rutin ke Posyandu. Balita dengan umur 12-35 bulan
merupakan umur yang paling berpengaruh pada kunjungan ke Posyandu.4
3
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, prioritas
penyebab masalah kesehatan berdasarkan data sekunder dan data
primer, serta memberikan alternative penyelesaian masalah dan
intervensi dengan metode Problem Solving Cycle di Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Kelurahan
Tinjomoyo,Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
2) Menentukan masalah kesehatan dan menetapkan prioritas masalah
kesehatan yang telah diidentifikasi di lingkungan Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa
Tengah.
3) Mengidentifikasi faktor penyebab masalah kesehatan dari segi
pelayan kesehatan dan masyarakat di lingkungan Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa
Tengah.
4) Menentukan prioritas penyebab masalah di lingkungan Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa
Tengah.
5) Menentukan priotitas solusi prioritas masalah kesehatan di
lingkungan Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang, Jawa Tengah.
6) Menyusun rencana kegiatan atau Plan of Action intervensi prioritas
masalah kesehatan di lingkungan Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan
Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
7) Implementasi intervensi masalah prioritas kesehatan di lingkungan
Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang,
Jawa Tengah.
8) Monitoring evaluasi intervensi prioritas masalah kesehatan di
lingkungan Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang, Jawa Tengah
4
C. MANFAAT
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Bagi Masyarakat dan Kelurahan Tinjomoyo:
a) Masyarakat dapat mengetahui masalah kesehatan yang ada di
Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang,
Jawa Tengah, sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku
masyarakat untuk hidup sehat
b) Membantu memberikan solusi penyelesaian terhadap prioritas
masalah kesehatan di Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang, Jawa Tengah.
c) Meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat dan meningkatkan
peran serta stakeholder dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada.
2) Bagi Puskesmas Ngesrep
a) Membantu merumuskan masalah prioritas kesehatan yang ada di
area Puskesmas Ngesrep khususnya Kelurahan Tinjomoyo.
b) Memberikan beberapa solusi bagi penyelsaian prioritas masalah
kesehatan di area kerja Puskesmas Ngesrep khususnya
Kelurahan Tinjomoyo.
3) Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
a) Mengenalkan Fakultas Masyarakat Universitas Dipoengoro kepada
masyarakat di Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang, Jawa Tengah.
b) Mempererat hubungan civitas akademika dengan masyarakat umum.
c) Menambah rekomendasi untuk penelitian selanjutnya di lokasi
berlangsungnya PBL.
d) Menambah lokasi untuk melaksanakan kegiatan pengabdian dan
pemberdayaan masyarakat.
5
4) Bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
a) Menambah pengalaman dalam bersosialisasi di lingkungan
masyarakat.
b) Memahami langkah menganalisis dan dalam memberikan solusi
terkait dengan prioritas masalah kesehatan.
c) Menambah pengalaman secara langsung dalam menghadapi
permasalahan kesehatan yang ada.
d) Memahami penyelesaian masalah dengan sistematika Problem
Solving Cycle.
e) Meningkatkan kemampuan advokasi dan fasilitasi yang merupakan
bekal soft skill bagi profesi di bidang kesehatan masyarakat.
6
BAB II
Latar Belakang
Pengambilan data
Identifikasi, Priotitas
sekunder (Deskriptif
dan Analisis
Analitik)-Fasilitasi-
Masalah
Advokasi
Pembuatan
Identifikasi, Analisis Instrument, Survey
dan Prioritas dan Analisis
Penyebab Masalah (Kuantitaif-Kualitatif;
Deskriptif-Analitik)-
Fasilitasi-Advokasi
Evaluasi Identifikasi,
Program Prioritas dan Analisis Solusi dan
Intervensi Analisis Kelayakan Kelayakan-Fasilitasi
Solusi
Fasilitas-Partisipatif;
Penyusunan POA Pembagian Tugas &
untuk Intervensi Tanggungjawab
Penyusunan Instrumen
Monev
Implementasi
Parisipasi-partisipasian,
Intervensi
Mobilisasi,dsb
Monitoring- Partisipasi-
Evaluasi Kegiatan Bekerjasama
Intervensi
Gambar 2.1 Tahapan Problem Solving Cycle
7
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data
dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat
dan cermat. Problem solving cycle (siklus pemecahan masalah) adalah
proses yang melibatkan penemuan masalah, analisis masalah, dan
pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk
mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan
masalah. Problem solving merupakan gabungan dari alat, keterampilan
(skills) dan proses. Disebut alat karena dapat membantu dalam
memecahkan
masalah, mendesak atau untuk mencapai tujuan, disebut skills karena sekali
mempelajarinya maka dapat menggunakannya berulang kali, disebut proses
karena melibatkan sejumlah langkah.1 Problem Solving Cycle merupakan
proses yang terdiri dari langkah-langkah berkesinambungan yang terdiri dari
identifikasi analisis dan prioritas masalah identifikasi analisis dan prioritas
penyebab masalah, identifikasi prioritas dan analisis kelayakan solusi,
penyusunan plan of action (PoA) untuk intervensi kegiatan, penyusunan
instrumen monitoring dan evaluasi, implementasi intervensi, dan monitoring-
evaluasi kegiatan intervensi.1
8
pelaksanaan program sesuai dengan indikator yang ada. Selain itu, cara
yang digunakan selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi dan
menganalisis kecenderungan dari sebuah data informasi dengan rentang
waktu ke waktu (trend analysis) mengenai masalah kesehatan
khususnya pada KIA, Gizi dan DBD yang bisa saja mengalami
peningkatan yang lebih baik atau mengalami penurunan sehingga akan
berdampak buruk apabila tidak ditindaklanjuti. Permasalahan KIA, Gizi
dan DBD yang ada akan ditentukan dan dikonfirmasikan masalah
tersebut tidak melebar maupun terlalu umum sehingga akan
mempermudah dalam perumusannya.
Langkah pertama kali yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan KIA, Gizi dan DBD adalah mencari data sekunder
dari Puskesmas Ngesrep, Kelurahan Tinjomoyo, Gasurkes DBD dan KIA
Kelurahan Tinjomoyo, Bappermas KB Kelurahan Tinjomoyo, Pokja IV
PKK Kelurahan Tinjomoyo serta Ketua Kader Posyandu Kelurahan
Tinjomoyo. Untuk mendapatkan data sekunder KIA yang dilakukan
dengan upaya mendatangi langsung pusat pelayanan kesehatan (data
based on health service) sehingga mendapatkan data terbaru berupa
data laporan faktor risiko, risiko tinggi, komplikasi dan rujukan hamil dan
nifas obstetri secara bulanan, buku kohort ibu/bayi/balita, laporan data
kematian (bayi, balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas), laporan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA, data peserta KB aktif tahun
2014-2016, data ibu hamil, nifas dan menyusui kelurahan Tinjomoyo.
Data sekunder Gizi diperoleh pula dari pusat pelayanan kesehatan
berupa data cakupan pemberian PMT, data ibu hamil KEK, data
pemantauan garam yodium, data cakupan vitamin A bayi dan balita, serta
data cakupan SKDN. Sedangkan data sekunder untuk DBD berupa,
Pelaporan PE, Ketepatan PE, jumlah kasus DBD dan data Angka Bebas
Jentik dari Semantik dan Gasurkes.
Sehingga dari data sekunder yang didapatkan akan dilakukan
proses analisis sehingga menjadi informasi yang akurat terhadap
permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi dan DBD. Tahapan
selanjutnya adalah dari beberapa masalah yang ditemukan dari KIA, Gizi
dan DBD digunakan analisis trend, kegawatan dan besarnya kasus yang
9
terjadi dnegan menggunakan metode MCUA dari segi masyarakat dan
segi pelayanan kesehatan.
2. Identifikasi, Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah KIA, Gizi dan DBD
Permasalahan KIA, Gizi dan DBD telah didapatkan, namun faktor
penyebab masalah dari masing-masing program belum diketahui secara
spesifik. Upaya untuk mengidentifikasi faktor penyebab masalah KIA, Gizi
dan DBD diperlukan tahapan penelusuran akar penyebab masalah
dengan cara yang sistematis dan berdasar pada data dan fakta serta
logic thinking. Tahapan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan faktor-
faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya masalah Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Gizi dan Demam Berdarah Dengue (DBD) antara lain dengan
diagram pohon masalah atau why-why diagram, metode analisis diagram
tulang ikan (fish bone diagram), metode analisis diagram peta pikiran
(mind map diagram), maupun menggunakan analisis sebab akibat yang
didalamnya dikaitkan dengan konsep H.L.Blum. Dari H.L.Blum tersebut
kemudian dibuat pertanyaan sebagai instrumen kuesioner.
Metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab
dari masalah Kesehatan Ibu dan Anak dan Demam Berdarah Dengue
dalam PBL ini dengan menggunakan teori H.L. Blum yang meliputi 4
faktor, yaitu :
a) Lingkungan
b) Perilaku
c) Pelayanan kesehatan, dan
d) Genetik
Selanjutnya ditentukan prioritas penyebab masalah menggunakan
analisis trend, kegawatan, dan besarnya kasus yang terjadi dengan
menggunakan metode MCUA dari segi pelayanan kesehatan dan dari
segi masyarakat.
3. Identifikasi, Prioritas dan Analisis Kelayakan Solusi
Prioritas penyebab masalah KIA, Gizi dan DBD telah berhasil
diidentifikasi. Langkah selanjutnya adalah diperlukan alternatif
penyelesaian solusi masalah KIA, Gizi dan DBD. Dalam mengidentifikasi
dan menganalisis alternatif solusi, sebaiknya perlu melibatkan
10
masyarakat sehingga solusi yang muncul sesuai dengan keadaan di
lapangan.
Metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis alternatif solusi dari masalah KIA, Gizi dan DBD dalam PBL
adalah dengan cara brainstorming, penggunaan how-how diagram dan
tabel solusi. Metode brainstroming digunakan untuk mengidentifikasi
alternatif solusi berdasarkan atas bukti atau data/fakta, pengetahuan,
pengalaman praktis para peserta (stakeholder, kader) yang terlibat dan
informasi yang kuat.
Langkah selanjutnya dalam menilai prioritas solusi dan kelayakan solusi
(kekuatan yang mendukung dan menghambat sehingga alternatif rencana
solusi dapat berjalan atau tidak) dapat didekati dengan metode force field
analisis. Sehingga diharapkan solusi yang ditawarkan akan tepat dan
dapat dikerjakan dengan sumber daya yang tersedia
Tabel 2.1 Contoh diagram Force field analysis untuk menilai kelayakan
solusi
Total Total
11
Tabel 2.2 Contoh Matriks PoA
No Program Kegiatan Vol. Dana & Indikator PJ Waktu
Keg Sumbernya Kegiatan
5. Implementasi Intervensi
Rencana kegiatan intervensi yang telah disusun harus
dilaksanakan guna menyelesaikan permasalahan KIA, Gizi dan DBD.
Persiapan yang diperlukan menyangkut sumber daya (resources)
misalnya sarana dan prasaran yang diperlukan, identifikasi sumber dana,
sasaran intervensi, metode yang digunakan untuk intervensi, pihak yang
terlibat dalam kegiatan intervensi, perancang atau desain kegiatan atau
pertemuan (jika ada), pelaksanaan kegiatan intervensi yang diperlukan.
Metode pendekatan yang dapat dipergunakan guna menyusun
kebutuhan adalah dengan matriks kebutuhan dan desain atau metode
intervensi. Berikut adalah contoh matriks persiapan (kebutuhan dan
design/metode) kegiatan intervensi.
Tabel 2.3 Contoh matriks persiapan kegiatan intervensi
No Kegiatan Sasaran Target Kebutuhan Pihak Metode Deskripsi
terlibat Dibagi Metode
12
dicapai dengan hasil yang ditargetkan/diharapkan berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan.
Metode pendekatan yang dapat dipergunakan guna menyusun
monev adalah dengan matriks monitoring dan evaluasi.
Tabel 2.4 Contoh Matriks Monitoring Kegiatan Intervensi
Tahapan Ketersediaan Hambatan/Kemajuan Sumber Metode Waktu Petugas Ket.
Kegiatan Sumberdaya data monitor Upaya
Perbaikan
13
KEGIATAN LOKASI WAKTU PELAKSANAAN
PENGAMBILA Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Ke 5
N INFORMASI Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4
Upacara Penyerahan Kecamatan
PBL di Kecamatan Banyumanik
Banyumanik
Melakukan perkenalan Kantor
dengan perangkat Kelurahan
Kelurahan Tinjomoyo Tinjomoyo
14
menentukan prioritas
masalah
Konsultasi dengan DPL
dan SPL
Melakukan fasilitasi Kelurahan
penyebab masalah Gizi, Tinjomoyo
KIA dan DBD
Pembuatan prioritas Posko
masalah dengan metode
fishbone terkait Gizi, KIA
dan DBD
Menentukan populasi Posko
dan sampel
Pembuatan kuesionerPosko
terkait intervensi Gizi, disesuaikan
KIA dan DBD dengan tim per
masing-masing
program
Konsultasi dengan DPL *Posko
terkait kuesioner
Penyebaran kuesioner
(DBD, Gizi, KIA)
Rekapitulasi data hasil Posko
kuesioner
Analisis hasil kuesioner Posko
(DBD, Gizi, KIA)
Fasilitasi solusi (DBD, Kelurahan
Gizi, KIA) Tinjomoyo
Menganalisis kelayakan Posko
solusi
15
Persiapan intervensi Posko
program DBD, Gizi, KIA
Melakukan kegiatan Posko
intervensi program DBD,
Gizi, KIA
Mengikuti kegiatan
*tergantung
Posyandu tempat dan
jadwal
pelaksanaan
Mengikuti kegiatan *tergantung
dengan masyarakat* tempat dan
jadwal
pelaksanaan
Pembuatan laporan Posko
Konsultasi DPL
Pengambilan *setiap kegiatan
Dokumentasi PBL
Tabel 2.6 Waktu Kegiatan PBL Kelompok 27 Kelurahan Tinjomoyo
16
C. Pengolahan dan Analisis data
1. Metode dan Desain
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional berdasarkan pada tahapan community diagnosis.
Metode survei dengan pendekatan cross sectional merupakan
rancangan penelitian dimana variabel diambil dalam periode waktu
yang sama. Metode yang digunakan pada Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Metode
kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka
dan dianalisis dengan teknik statistik, sedangkan metode kualitatif
adalah metode penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk
verbal dan dianalisis tanpa teknik statistik.
Pada metode kualitatif menggunakan teknik triangulasi. Teknik
triangulasi adalah teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan
yang sesuai dan tidak dilihat dari satu sudut pandang. Sedangkan
untuk metode kuantitatif menggunakan teknik chi-square. Teknik chi-
square merupakan salah satu jenis uji komparatif non parametris yang
dilakukan pada dua variabel, dimana skala data kedua variabel
adalah nominal.
2. Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama dalam metode kuantitatif adalah data. Jenis
data yang dikumpulkan dalam Pengalaman Belajar Lapangan adalah
data primer dan data sekunder. Adapun jenis data tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan survei
kuesioner pada responden dan observasi
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) ini
diperoleh berupa :
1) Data dari Kelurahan Tinjomoyo berupa Profil Kelurahan
Tinjomoyo Tahun 2015, Laporan Angka Bebas Jentik Tahun
2015-2016, Laporan Pokja IV PKK Kelurahan Tinjomoyo
2) Data Laporan Bulanan Puskesmas Ngesrep
17
3) Sumber lain dari institusi yang terkait dengan penelitian
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi dan Sampel KIA
Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu dua
populasi yang berbeda. Populasi target pertama adalah populasi
seluruh ibu hamil di Kelurahan Tinjomoyo dengan populasi
studinya adalah ibu hamil trisemester III, ibu nifas, dan ibu yang
masih menyusui secara ekslusif yang tinggal di Kelurahan
Tinjomoyo sejumlah 66 orang. Jenis sampel yang digunakan yaitu
total sampling sehingga seluruh ibu hamil trisemester III, ibu nifas,
dan ibu yang masih menyusui secara ekslusif yang berjumlah 66
orang yang mempunyai kriteria penelitian sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat
mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian. Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Ibu hamil pada trisemester III
2) Ibu nifas (40 hari setelah melahirkan)
3) Ibu masih menyusui secara ekslusif
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria Ekslusi yaitu criteria di luar kriteria inklusi (Hajijah,
2012). Kriteria eksklusi adalah kriteria yang apabila dijumpai
menyebabkan objek tidak dapat digunakan dalam penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1) Pihak ibu tidak bersedia untuk dilakukan penelitian
2) Pihak ibu berpindah tempat tinggal
3) Pihak ibu tidak bisa ditemui
Sedangkan populasi kedua adalah Penanggungjawab
Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Ngesrep dan
Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes) KIA Kelurahan
Tinjomoyo. Sampel kelompok kedua terpilih melalui total sampling,
yaitu penanggung jawab program Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Ngesrep dan Petugas Surveilans Kesehatan
(Gasurkes) KIA Kelurahan Tinjomoyo.
18
Teknik pengumpulan data dalam Pengalaman Belajar
Lapangan ini melalui kuesioner. Survei kuesioner dilakukan untuk
menggali penyebab masalah yang terjadi dengan menggunakan
instrumen. Dalam Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), survei
kuesioner ini dipilih untuk mendapat kesimpulan yang dapat
digeneralisir, instrumen yang digunakan diperoleh dari fishbone
diagram penyebab masalah. Instrumen penelitian ditujukan
kepada Penanggungjawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Ngesrep, Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes)
KIA Kelurahan Tinjomoyo dan sejumlah 66 orang yang
diantaranya ibu hamil trisemester III, ibu nifas, dan ibu yang masih
menyusui secara ekslusif yang tinggal di Kelurahan Tinjomoyo.
Tempat dan waktu wawancara ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara tim mahasiswa PBL dengan subjek penelitian
dan instrumen yang telah dibuat oleh tim mahasiswa PBL.
Penyusunan instrumen diawali dengan dibuatnya definisi
operasional untuk masing-masing variabel yang akan ditanyakan
di instrumen.
b. Populasi dan Sampel Gizi
Populasi adalah kumpulan atau keseluruhan anggota dari
objek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah
ditetapkan dalam penelitian. Populasi yang digunakan dalam
penelitian yaitu ibu yang mempunyai balita yang ada di Kelurahan
Tinjomoyo. Jumlah sampel yang digunakan dalam pengambilan
data berdasarkan perhitungan rumus slovin. Dengan perhitungan
sebagai berikut :
90
Keterangan :
N = populasi
19
n = jumlah sampel yang akan diambil
= derajat kesalahan (0,1)
Setelah uji kelayakan kuesioner, langkah selanjutnya
melakukan wawancara terhadap populasi sebagai objek
penelitian, yaitu ibu yang mempunyai balita di Kelurahan
Tinjomoyo. Dari wawancara tersebut didapatkan data yang
selanjutnya akan diolah. Proses selanjutnya yang dilakukan ialah
menganalisis data. Analisis data yang dilakukan ialah analisis
deskriptif, dimana ditentukan rasio, proporsi, serta persentase
dengan menggunakan alat bantu statistik yakni membuat tabel
distribusi frekuensi. Dan juga dilakukan analisis data primer yang
diolah dengan menggunakan program SPSS untuk
mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Untuk kemudian
selanjutnya memberikan gambaran tentang hubungan antara
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan dengan rendahnya
cakupan N/D di Kelurahan Tinjomoyo. Pengambilan data primer ini
dilakukan pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu tanggal 27-29
Oktober 2016. Metode pengambilan data primer yang kami
gunakan adalah wawancara langsung kepada responden. Setelah
pengambilan data primer selesai, kami melakukan entry data yang
sebelumnya dilakukan editing, coding, scoring, dan tabulating.
Aplikasi yang kami gunakan untuk memasukkan data adalah
SPSS.
c. Populasi dan Sampel DBD
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Kriteria eksklusi :
a. Tidak berada di rumah pada saat masa penelitian
b. Tidak bersedia menjadi responden selama masa penelitian
Kuesioner
Survei kuesioner dilakukan untuk menggali penyebab
masalah yang terjadi dengan menggunakan instrumen. Dalam
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), survei kuesioner ini dipilih
untuk mendapat kesimpulan yang dapat digeneralisir, instrumen
yang digunakan diperoleh dari fishbone diagram penyebab
masalah. Instrumen penelitian ditujukan kepada
Penanggungjawab program Kesling Puskesmas Ngesrep,
Penanggungjawab program DBD Puskesmas Ngesrep, dan
Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes) DBD Kelurahan
Tinjomoyo dan 95 bangunan di Kelurahan Tinjomoyo. Tempat dan
waktu wawancara ditentukan berdasarkan kesepakatan antara tim
mahasiswa PBL dengan subjek penelitian dan instrumen yang
telah dibuat oleh tim mahasiswa PBL. Penyusunan instrumen
diawali dengan dibuatnya definisi operasional untuk masing-
masing variabel yang akan ditanyakan di instrumen.
22
4. Pengolahan data
Pengolahan data adalah suatu proses pemasukan data (input),
transformasi data (recode, transform), penyajian data dan interpretasi
data (baik secara deskriptif maupun inferensial). Pengolahan data
menggunakan beberapa tahapan, yaitu:
1. Penyuntingan (Editing) dan Pembersihan (Cleaning)
Penyuntingan (editing) dan pembersihan (cleaning) adalah
suatu proses memeriksa kelengkapan kuesioner, urutan logis
pengisian kuesioner, konsistensi jawaban responden dan
melakukan perbaikan apabila ada kesalahan dalam pengisian yang
memerlukan perbaikan. Penyuntingan setelah kuesioner sudah diisi,
setelah kegiatan pengambilan data di lapangan.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode (coding) dilakukan dengan tujuan untuk
memudahkan proses pemasukan data. Dengan memberikan kode
maka proses pemasukan data hanya memasukkan kode-kode
jawaban kuesioner yang sudah matang.
3. Pemasukan Data (Entry Data)
Setelah kuesioner diteliti atau disunting dan diberi kode maka
proses pengolahan data yaitu memasukkan data kedalam aplikasi
komputer untuk dianalisis. Aplikasi komputer yang sering digunakan
yaitu SPSS.
4. Tabulasi (Tabulation)
Mengelompokkan data atau menyusun data secara deskriptif ke
dalam tabel yang telah dibuat sesuai tujuan.
5. Mendeskripsikan data
Membaca hasil dan mengubahnya menjadi bentuk yang mudah
dipahami baik berupa tabel, grafik, dan persentase.Analisis bisa
langsung disajikan ataupun diceritakan agar lebih mudah dipahami.
6. Interpretasi data
Menghubungkan hasil data frekuensi terbesar dengan teori H.L.
Blum (Pelayanan Kesehatan, Perilaku, Genetik, dan
Lingkungan).Terlihat adanya hubungan antara teori yang
dikemukakan H.L. Blum dengan penyebab yang ditemui dilapangan,
23
untuk selanjutnya dapat direncanakan alternatif penyelesaian
masalah kesehatan.
24
BAB III
Kondisi Geografi
25
Berdasarkan Tabel 3.1 Perbandingan jumlah laki-laki dan
perempuan di Kelurahan Tinjomoyo tidak terlalu besar dimana jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan.
Mata Pencaharian
Kelurahan Tinjomoyo memiliki jumlah penduduk sampai dengan
Agustus 2016 adalah 9536 jiwa. Jenis pekerjaan penduduk kelurahan
Tinjomoyo bermacam-macam Secara terperinci dapat dilihat pada tabel
3.2.
Tabel 3.2 Mata Pencaharian (Bagi Umur 10 Tahun Keatas)
No Jenis Kegiatan Banyaknya Orang
1 Petani sendiri 30
2 Buruh tani 30
3 Nelayan 0
4 Pengusaha 1
5 Buruh Industri 750
6 Buruh Bangunan 676
7 Pedagang 216
8 Pengangkutan 70
9 Pegawai Negeri Sipil 382
10 ABRI 162
11 Pensiunan 27
12 Lain-lain (jasa-jasa) 3568
(Sumber : Data Monografi Kelurahan Tinjomoyo 2016)
Jumlah Bangunan
Tabel 3.5 Bangunan Jenis Komplek Pemukiman
No. Jenis Bangunan Jumlah
1. Permanen 1270
2. Semi Permanen 139
3. Non Permanen 96
Jumlah 1505
27
5. Masjid 6
6. Musholla 14
7. Gereja 3
Jumlah 31
Total bangunan seluruhnya yaitu jumlah bangunan jenis komplek
pemukiman ditambah jumlah bangunan lainnya sama dengan 1536
bangunan.
28
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
B 1. MASALAH KIA DI MASYARAKAT DAN YANKES
1. Identifikasi Masalah Kesehatan Ibu dan Anak
29
Tabel 3.7 Identifikasi Masalah Kesehatan Ibu dan Anak
2016 (Januari-
2013 2014 2015
NO Indikator SPM Target September) TREND
Capaian GAP Capaian GAP Capaian GAP Capaian GAP
1 Cakupan K1 100% 109% +9 100% 0 110% +10 23,2% -76,8 Turun Tajam
2 Cakupan K4 95% 110,8% +15,8 98,7% +3,7 100,0% +5 44,8% -50,2 Turun
3 Deteksi Risti Masyarakat 40% 7,5% -32,5 9,0% -31 18,6% -21,4 0,0% -40 Turun
4 Deteksi Risti Nakes 60% 11,3% -48,7 9,7% -50,7 42,5% -17,5 24,0% -36 Naik
5 Peserta KB Aktif 70% 80,0% +10 86,6% +16,6 49,6% +20,4 80,4% +10,4 Naik
Cakupan Persalinan Oleh
6 94% 94,3% +0,3 96,7% +2,7 100,0% +6 62,4% -31,6 Turun
Nakes
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual
2. RTP Puskesmas Ngesrep Tahun 2016. Indikator SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/spm2014/PENCAPAIAN_SPM%20_PROV_JATENG_TH
30
a. Cakupan Kunjungan K1
31
b. Cakupan Kunjungan K4
32
kehamilan berisiko tinggi berkaitan dengan klasifikasi atau kegiatan untuk
mendapatkan informasi mengenai ibu hamil yang terdeteksi sebagai
populasi berisiko tinggi. Informasi mengenai ibu hamil risti berasal dari
kader, tetangga dan tokoh masyarakat. Berdasarkan analisis trend, pada
tahun 2013-2015 cakupan deteksi risti oleh masyarakat mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Akan tetapi sampai September 2016 menurun
tajam, dimana cakupan masih 0% dan jauh dari target yang ditetapkan
sebesar 40%.
d. Deteksi Risti Oleh Nakes
Gambar 3.4 Tren Deteksi Risti oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2013-2016
33
e. Peserta KB Aktif
34
f. Cakupan Persalinan Oleh Nakes
35
2. Prioritas Masalah Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak
Tabel 3.8 MCUA Prioritas Masalah KIA
Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB
36
Keterangan :
Kriteria digunakan untuk pembobotan dalam MCUA dari segi Masyarakat :
a. Kegawatan
Sangat Gawat :4
Gawat :3
Kurang gawat :2
Tidak gawat :1
b. Besar
Sangat Besar (76-100%) :4
Besar (51-75%) :3
Kurang besar (26-50%) :2
Tidak besar (0-25%) :1
c. Tren
Turun Tanjam :4
Turun :3
Konstan :2
Naik :1
37
Masa Kerja
Nakes
3. Analisis Penyebab Masalah Kebijakan
Dukungan Dukungan Program K4 Beban Kerja
Monitoring
Gasurkes Masyarakat &Evaluasi
Dukungan Suami Peran Nakes Imbalan
Jam Kerja
Pelayanan Ketersediaan
Dukungan Keluarga
dana
Pendapatan Sosial Waktu Tempuh Jumlah Nakes Dukungan Nakes
Keluarga
Promosi K4
Akses ibu hamil Kinerja
terhadap pelayanan Jarak Nakes
Ekonomi Ruang
kesehatan
Pemeriksaan
Transportasi Rendahnya
LINGKUNGAN PELAYANAN Cakupan
KESEHATAN Kunjungan K4
PERILAKU sebesar 44,8%
VARIABEL KUANTITATIF
No Variabel Definisi Operasional Kriteria Alat Ukur Skala
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah
cakupan Ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar paling sedikit 4 kali di
satu wilayah kerja pada kurun waktu
Cakupan tertentu. 1. Ya Wawancara dan melihat
1 Nominal
Kunjungan K4 Jumlah Ibu hamil yg memperoleh 2. Tidak buku KIA
pelayanan antenatal K4 di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu per
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama dikali
100%
Lama hidup responden dari tahun 1. < 20 tahun
Wawancara dan melihat
2 Umur Ibu wawancara dikurangi tahun kelahiran 2. 20 35 tahun Rasio
buku KIA
responden 3. > 35 tahun
1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat sekolah
Pendidikan formal terakhir yang telah 3. Tamat SD/ sederajat
Tingkat Wawancara, melihat buku
3 diselesaikan responden yang disertai 4. Tamat SMP/ sederajat Ordinal
Pendidikan Ibu KIA, dan ijazah terakhir
dengan ijazah. 5. Tamat SMU/ sederajat
6. Akademi/ Perguruan
Tinggi
4 Pekerjaan Ibu Kegiatan responden selain mengurus 1. Tidak bekerja (IRT) Wawancara dan melihat Ordinal
39
pekerjaan rumah tangga yang 2. Wiraswasta buku KIA
menghasilkan pendapatan tambahan 3. Karyawan swasta
(rupiah) baik pekerjaan yang utama 4. PNS/POLRI/TNI
maupun sampingan serta lamanya 5. Buruh
pekerjaan tersebut. 6. Lain-lain
Penghasilan rata-rata perbulan (dalam
Pendapatan 1. Rp 1.909.000,00
5 rupiah), baik yang dihasilkan oleh kepala Wawancara Nominal
Keluarga 2. > Rp 1.909.000,00
keluarga maupun anggota keluarga.
1. Nulipara ibu yang
belum pernah
melahirkan
2. Primipara ibu yang
pernah melahirkan 1
Jumlah anak dengan berat badan lebih kali
Jumlah anak Wawancara dan melihat
6 dari atau sama dengan 500 gram yang 3. Multipara ibu yang Ordinal
(Paritas) buku KIA
pernah dilahirkan hidup maupun mati pernah melahirkan
lebih dari 1 kali
4. Grandemultipara ibu
yang pernah
melahirkan 5 kali
atau lebih
Ada atau tidaknya penyakit yang pernah
diderita responden yang memiliki risiko
terhadap kehamilan dan persalinan saat
ini yang berpengatuh terhadap kehamilan
Riwayat tercantum dalam status ibu seperti: 1. Ya Wawancara dan melihat
7 Nominal
Penyakit a. TBC 2. Tidak buku KIA
b. Asma
c. Diabetes mellitus
d. Hipertensi
e. Lain-lain
40
Ada atau tidaknya pengalaman kegawat
daruratan sewaktu kehamilan berupa
Riwayat
hiperemesis Gravidarum, perdarahan per 1. Ya
8 Komplikasi Wawancara Nominal
vaginam, preeklampsia, eklampsia, 2. Tidak
Kehamilan
kehamilan lewat waktu, dan ketuban
pecah dini.
Ada atau tidaknya pengalaman kegawat
daruratan sewaktu persalinan berupa
Riwayat
kelainan letak/presentasi janin, partus 1. Ya
9 Komplikasi Wawancara Nominal
macet/ distosia, perdarahan pasca 2. Tidak
Persalinan
persalinan, Infeksi berat/ sepsis, kontraksi
dini/persalinan prematur.
Pemahaman ibu hamil terkait pengertian,
Pengetahuan 1. Baik, jika hasil 50%
tujuan dan manfaat kunjungan antenatal,
10 tentang 2. Kurang, jika hasil < Wawancara Ordinal
pengertian K1 dan K4, frekuensi dan
Kunjungan K4 50%
jadwal kunjungan kehamilan
Tanggapan atau respon ibu dalam 1. Baik, jika hasil 50%
Sikap terhadap
11 kunjungan K4 seperti tujuan dan frekuensi 2. Kurang, jika hasil < Wawancara Ordinal
Kunjungan K4
pemeriksaan kehamilan 50%
Seluruh aktivitas sehari-hari responden
Tindakan 1. Baik, jika hasil 50%
selama kehamilan terakhir yang berkaitan Wawancara dan croscek
12 terhadap 2. Kurang, jika hasil < Ordinal
dengan pemeriksaan kehamilan dan Buku KIA
Kunjungan K4 50%
kunjungan K4
Alat bantu yang digunakan dalam
mempermudah penyampaian materi
13 Media Informasi Wawancara
terkait kunjungan K4 seperti TV, Radio,
Majalah, Koran, Pamflet dan Leaflet
Darimana informasi pemeriksaan
Sumber kehamilan diperoleh responden seperti 1. Ya
14 Wawancara Nominal
Informasi tenaga kesehatan, keluarga, masyarakat 2. Tidak
dan media massa
41
1. Baik jika informasi
Banyaknya informasi pemeriksaan
Frekuensi yang diterima 4
15 kehamilan yang diperoleh reponden Wawancara Ordinal
Informasi 2. Buruk jika informasi
minimal 4 kali selama masa kehamilan
yang diterima 4
1. Dekat jika kurang dari
Jarak Menuju Jarak yang ditempuh responden dari
15 km Wawancara dan
16 Pelayanan rumah menuju pelayanan kesehatan
2. Jauh jika lebih dari 15 Pengukuran dengan GPS
Kesehatan dalam satuan kilometer
km
a. Dekat jika kurang dari
Lamanya waktu yang ditempuh
15 menit Wawancara dan
17 Waktu Tempuh responden dari rumah menuju pelayanan
b. Jauh jika lebih dari 15 Pengukuran dengan GPS
kesehatan dalam satuan menit
menit
Cara yang digunakan responden menuju
pelayanan kesehatan seperti
18 Transportasi Wawancara
menggunakan kendaraan pribadi, umum
dan jalan kaki
Peran yang diberikan suami untuk
melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilan misalkan, mengingatkan, 1. Mendukung, jika hasil
Dukungan mengantarkan, memberi izin, 50%
19 Wawancara Ordinal
Suami menyediakan dana, menanyakan hasil 2. Tidak Mendukung, jika
pemeriksaan dan memperhatikan hasil < 50%
kesehatan dan informasi kunjungan
kehamilan yang diperoleh responden/istri
Peran keluarga (orangtua, saudara)
1. Mendukung, jika hasil
dalam pemberian dukungan pada
Dukungan 50%
20 responden berupa nasihat/saran, Wawancara Ordinal
Keluarga 2. Tidak Mendukung, jika
perhatian, dan menemani dalam
hasil < 50%
pemeriksaan kehamilan/ kunjungn K4
Dukungan Peran orang-orang sekitar (tetangga, 1. Mendukung, jika hasil
21 Wawancara Ordinal
Masyarakat kader, teman dan toma) dalam melakukan 50%
42
kunjungan K4 berupa nasihat, perhatian 2. Tidak Mendukung, jika
dan kunjungan kader hasil < 50%
Anggapan masyarakat terhadap peran
1. Mendukung, jika hasil
yang diberikan oleh petugas surveilans
Dukungan 50%
22 KIA yang mampu menguatkan psikososial Wawancara Ordinal
Gasurkes 2. Tidak Mendukung, jika
dan tindakan kunjungan pemeriksaan
hasil < 50%
kehamilan
VARIABEL KUALITATIF
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Lama tenaga kesehatan bekerja terhitung sejak tahun penempatan di
1 Masa Kerja Wawancara mendalam
pelayanan kesehatan hingga penelitian dilakukan.
Rentang waktu pelayanan terhitung mulai dari dibuka hingga di
2 Jam Kerja Pelayanan Wawancara mendalam dan observasi
tutupnya loket pendaftaran dalam sehari
Jumlah Tenaga Banyaknya tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan
3 Wawancara mendalam
Kesehatan kehamilan di ruang KIA
Banyaknya tanggung jawab yang di tugaskan pada tenaga kesehatan
4 Beban Kerja Wawancara mendalam
selain tupoksi utama.
Insentif berupa uang yang didapatkan oleh tenaga kesehatan dalam
5 Imbalan Wawancara mendalam
melakukan pelayanan diluar gaji tetap.
Keadaan tempat yang digunakan untuk pemeriksaan kesehatan dan
standar ruangan sebagai berikut:
1. Minimal 3 X 4 m2
2. Ventilasi yang baik (jendela terbuka dan tersedia kipas angin)
3. Penerangan yang baik
6 Ruang Pemeriksaan 4. Tempat cuci tangan Wawancara mendalam dan Observasi
5. Meja kerja dan kursi untuk Nakes
6. Kursi untuk klien dan pendampingnya
7. Tempat tidur periksa dengan matras dan bantal
8. Terdapat Selimut/kain penutup
9. Tangga bangku untuk naik tempat tidur periksa
43
10. Terdapat lampu periksa dan sorot
11. Tirai
12. Lemari peralatan
13. Thermometer
14. Tensi meter
15. Timbangan berat badan
Kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang tenaga
KinerjaTenaga
7 kesehatan berupa pengetahuan, pelaksanaan pemeriksaan sesuai Wawancara mendalam dan Observasi
Kesehatan
dengan alur pemeriksaan kehamilan dan 19 T (minimal 10T)
Peran yang diberikan petugas kesehatan dalam melakukan kunjungan
Dukungan Tenaga
8 K4 oleh ibu misalnya pemberian informasi kunjungan kehamilan, Wawancara mendalam
Kesehatan
mengingatkan jadwal pemeriksaan
Kegiatan penyampaian informasi kepada responden yang dilakukan
9 Promosi K4 oleh pelayanan kesehatan mengenai K4 baik lisan ataupun melalui Wawancara mendalam
media.
Rangkaian konsep atau pedoman dan dasar rencana pelaksanaan
10 Kebijakan K4 program atau acara dalam penjaringan ibu hamil dalam melakukan Wawancara mendalam
kunjungan K4
Anggaran yang dialokasikan instansi dalam pelaksanaan suatu
11 Dana Wawancara mendalam
program atau acara untuk meningkatkan kunjungan K4 ibu hamil
Upaya penemuan kesalahan pada proses pelaksanaan untuk tindakan
Monitoring dan perbaikan dan penilaian keberjalanan proses pelaksanaan program
12 Wawancara mendalam
Evaluasi atau hasil monitoring dalam peningkatan kinerja dalam pelayanan
kehamilan
44
Data Hasil Kuesioner Prioritas Penyebab Masalah dari Segi
Masyarakat
a. Karakteristik Responden
1) Umur Ibu
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu
No Umur f Prosentase (%)
1 < 20 Tahun 2 4
2 20-35 Tahun 36 14
3 >35 Tahun 6 82
Jumlah 44 100
45
3) Pekerjaan Ibu
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Ibu
No Pekerjaan f Prosentase (%)
1 Tidak Bekerja (IRT) 26 59
2 Wiraswasta 9 21
3 Karyawan Swasta 2 5
4 PNS/POLRI/TNI 1 2
5 Buruh 5 11
6 Lain-lain 1 2
Jumlah 44 100
46
dilahirkan, sebagian besar multipara (ibu yang pernah melahirkan
lebih dari 1 kali), yaitu 45%.
6) Riwayat Penyakit
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Penyakit
No Riwayat Penyakit f Prosentase (%)
1 TBC. 0 0
2 Asma 1 11
3 DM 0 0
4 Hipertensi 2 22
5 Lain-lain 6 67
Jumlah 9 90
48
10) Waktu Tempuh Ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu
Tempuh Ke Pelayanan Kesehatan
No Waktu Tempuh f Prosentase (%)
1 15 Menit 40 90,9
2 >15 Menit 4 9,1
Jumlah 44 100
49
b. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kunjungan K4
Tabel 3.21 Tabulasi Silang (Crosstabs) Pengetahuan Ibu dengan
Kunjungan K4
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % f %
Baik 13 61,9 8 38,1 21 100
Pengetahuan
Kurang 10 43,5 13 56,5 23 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % f %
Baik 22 51,2 21 48,8 43 100
Sikap
Kurang 1 100 0 0 1 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
50
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Ibu yang
tidak melakukan kunjungan K4 sebesar 48,8% dengan sikap yang
baik, sedangkan ibu yang melakukan kunjungan K4 dengan sikap
yang baik sebesar 51,2%.
Menurut Berkotwits dalam Azwar (2005) jika sikap seseorang
tersebut positif maka akan cenderung muncul sebuah perilaku yang
positif, sebaliknya jika sikap seseorang tersebut negatif maka akan
cenderung muncul sebuah perilaku yang negatif pula. Dengan sikap
positif responden dapat merespon atau menilai pentingnya
pemeriksaan kehamilan sehingga sikap responden dalam melakukan
kunjungan K4 dapat meningkat.10
d. Hubungan Informasi dengan Kunjungan K4
Tabel 3.23 Tabulasi Silang (Crosstabs) Informasi Ibu dengan Kunjungan
K4
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % f %
Ya 20 57,1 15 42,9 35 100
Informasi
Tidak 3 33,3 6 66,7 9 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
51
e. Hubungan Frekuensi Informasi dengan Kunjungan K4
Tabel 3.24 Tabulasi Silang (Crosstabs) Frekuensi Informasi yang Didapat
Ibu dengan Kunjungan K4
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % F %
Frekuensi Ya 10 38,5 16 61,5 26 100
Informasi Tidak 13 72,2 5 27,8 18 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % F %
Mendukung 21 56,8 16 43,2 37 100
Dukungan
Suami Tidak
2 28,6 5 71,4 7 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % F %
Mendukung 9 56,3 7 43,8 16 100
Dukungan
Keluarga Tidak
14 50 14 50 28 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % F %
Mendukung 0 0 1 100 1 100
Dukungan
Toma Tidak
23 53,5 20 46,5 43 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % F %
Mendukung 5 83,3 1 16,7 6 100
Dukungan
Kader Tidak
18 47,4 20 52,6 38 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
54
ibu yang melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang
mendapat dukungan kader sebesar 83,3%.
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % f %
Mendukung 2 100 0 0 2 100
Dukungan
Tetangga Tidak
21 50 21 50 42 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % f %
Mendukung 20 54,1 17 46,9 37 100
Dukungan
Gasurkes Tidak
3 42,9 4 57,1 7 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100
55
Dukungan petugas kesehatan (gasurkes) merupakan
dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan
subjek bahwa lingkungan (petugas kesehatan) memberikan informasi
yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.14
Data Hasil Kuesioner Prioritas Penyebab Masalah dari Segi Pelayanan
Kesehatan
Penyebab masalah dari sisi pelayanan kesehatan dilakukan dengan
metode kualitatif dengan pendekatan wawancara mendalam (indepth interview)
yang bersifat untuk menggali informasi lebih mendalam atau memperoleh
penjelasan terperinci kepada pemegang program KIA Puskesmas Ngesrep dan
petugas surveilans kesehatan. Untuk memperoleh data atau informasi yang
benar dan valid dilakukan cara triangulasi data, yaitu penggalian atau
penggabungan dari berbagai sumber di lapangan. Data primer dilakukan dengan
menggunakan kuesioner, wawancara mendalam, serta pengamatan atau
observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bagian pencatatan dan
pelaporan atau buku register di Puskesmas serta dengan tinjauan pustaka
lainnya.
Tabel 3.31 Matriks Wawancara dengan Pelayanan Kesehatan
No Variabel Informan 1 Informan 2
Identitas
a. Nama Sri Minarti Dewi Atika
1 Bidan Koordinator
b. Pekerjaan Gasurkes KIA
(PJ Program KIA)
c. Pendidikan Terakhir D4 D3
Sebagai tenaga surveilans
4 tahun 6 bulan di Puskesmas
kesehatan di Puskesmas
Ngesrep dan bekerja sebagai
2 Masa Kerja Ngesrep Kelurahan Tinjomoyo
bidan sudah 19 tahun sejak
selama 10 bulan dalam 1 tahun
tahun 1997
kontrak kerja.
Buka jam 7.00, mulai pelayanan
jam setengah 8.00 atau
Tidak terdapat jam kerja resmi
tergantung kedatangan pasien
untuk gasurkes tetapi setiap
3 Jam Kerja Pelayanan dan selesai pelayanan jam
hari diwajibkan untuk absen di
12.00, dan untuk administrasi
puskesmas dan kelurahan
jam 14.00
59
No Variabel Informan 1 Informan 2
dokumentasi.
9 Kinerja Tenaga Kesehatan
1) Pendataan dan pemetaan
ibu hamil dan nifas
2) Pendampingan ibu hamil
Sebagai bidan koordinator
normal dan risti dan ibu
bertanggung jawab akan 2
a. Program nifas
program, yakni: kesehatan ibu
3) Penyuluhan
dan kesehatan anak.
4) Koordinasi dengan
Puskesmas pembuatan
cohort
Indikator KIA adalah PWS KIA
yakni cakupan K1, K4, KF, dll
yang indikatornya ditentukan
DKK. Hingga saat ini, target
yang ditetapkan belum tercapai,
yakni cakupan K1 murni, K1
Target kinerja gasurkes KIA
akses, K4, dan lain-lain. Untuk
adalah terdampinginya 220 ibu
mempertahankan kinerja
hamil di Kelurahan Tinjomoyo.
dengan memperbaiki sistem
b. Target Hingga saat ini, capaian ibu
pencatatan dan pelaporan, serta
hamil yang telah didampingi
kerjasama dengan kader, tokoh
oleh gasurkes adalah sebanyak
masyarakat, tokoh agama, dan
144 ibu hamil.
Bidan Praktek Mandiri. Untuk
mencapai target kinerja dengan
melakukan monitoring dan
evaluasi setiap 6 bulan sekali
dan lokakarya minimal setiap 1
bulan sekali.
Selama menjadi tenaga
surveilans kesehatan telah
menerima pelatihan dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang
Pernah mendapatkan pelatihan
dengan materi sebagai berikut:
terkait kinerjanya adalah:
- Kebijakan Penurunan AKI
- Pelatihan PKD (Poliklinik
& AKB Dinas Kesehatan
Kesehatan Desa
Kota Semarang
- Pelatihan Desa Siaga
c. Kompetensi - Pemanfaatan BUku KIA
- Konselor HIV, IMS, IFE,
- Deteksi Dini Bumil Risti
KS
- Pencatatan dan
- Manajemen Asfiksi (bayi)
Pelaporan
- SDIDTK (pertumbuhan
- Teknik Penyuluhan
dan perkembangan), dll
- Kelas Bumil dan Bayi
- Kohort Bumil dan Bayi
- Pelatihan penyuluhan
yang baik
Dukungan dari tenaga Dukungan yang diberikan oleh
Dukungan Tenaga
10 kesehatan dapat berupa petugas surveilans kesehatan
Kesehatan
mengingatkan Ibu untuk berupa pendampingan ibu
60
No Variabel Informan 1 Informan 2
melakukan pemeriksaan hamil yang merupakan
kehamilan kembali secara lisan kegiatan kunjungan,
dan tertulis, selain itu dapat juga penyuluhan, motivasi,
mengantarkan pasien rujukan konseling kesehatan dan
jika dalam keadaan darurat, dan pencatatan data ibu hamil.
kunjungan ke rumah ibu hamil Kunjungan pendampingan ibu
dengan risiko tinggi. Akan tetapi hamil dilakukan sebulan sekali.
kunjungan ibu hamil oleh bidan Selain itu, dukungan dari
Puskesmas tidak lagi dilakukan petugas surveilans kesehatan
karena sudah dilakukan oleh dapat berupa pendampingan
petugas surveilans kesehatan. melalui SMS apabila ada
keluhan ataupun masalah
kehamilan tiba-tiba.
11 Promosi K4
Untuk promosi khusus mengenai
K4 belum ada di puskesmas,
yang ada hanya penyuluhan
oleh Bidan dan Gasurkes yang
biasanya dilakukan pada kelas
a. Penyuluhan Ibu hamil dan di posyandu. Penyuluhan sering dilakukan
mengenai Penyuluhan dapat menjadi saat kunjungan rumah ibu hami
pemeriksaan efektif apabila dilakukan pada ataupun ibu nifas dan kelas ibu
kehamilan ibu yang sama dibeberapa hamil
pertemuan, tetapi pada
kenyataannya disetiap
pertemuan ibu yang datang
berbeda-beda.
63
5. Prioritas Akar Penyebab Masalah dengan Metode MCUA
Tabel 3.32 MCUA Akar Penyebab Masalah di Masyarakat
Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB
Besar Penyebab
25% 1 0,25 3 0,75 3 0,75 1 0,25 1 0,25 2 0,5
Masalah
Seberapa Penting
Masalah harus 25% 3 0,75 3 0,75 4 1 2 0,5 2 0,5 3 0,75
Ditangani
Dampak dari
25% 3 0,75 4 1 3 0,75 2 0,5 3 0,75 4 1
Penyebab Masalah
64
Kriteria digunakan untuk pembobotan dalam MCUA dari sege Masyarakat :
Besar penyebab masalah Dampak dari penyebab masalah
Sangat Besar :4 Sangat Berdampak :4
Besar :3 Berdampak :3
Kurang Besar :2 Kurang Berdampak :2
Tidak Besar :1 Tidak Berdampak :1
65
Tabel 3.33 MCUA Akar Penyebab Masalah di Pelayanan Kesehatan
Seberapa Penting
Masalah harus 40% 3 1.2 3 1.2 2 0.8 3 1.2
Ditangani
Dampak dari
30% 2 0.6 4 1,2 2 0.6 4 0,9
Penyebab Masalah
66
Kriteria digunakan untuk pembobotan dalam MCUA dari sege Masyarakat :
Besar penyebab masalah Dampak dari penyebab masalah
Sangat Besar :4 Sangat Berdampak :4
Besar :3 Berdampak :3
Kurang Besar :2 Kurang Berdampak :2
Tidak Besar :1 Tidak Berdampak :1
67
5. Identifikasi Alternatif Solusi Potensial dan Prioritas Solusi
a. Alternatif Solusi Potensial di Masyarakat
Setelah diketahui akar penyebab masalah rendahnya cakupan
K4 di Kelurahan Tinjomoyo, yaitu kurangnya informasi yang didapat
ibu mengenai pemeriksaan kehamilan khususnya kunjungan K4 maka
langkah selanjutnya dibuat rencana cara atau alternatif pemecahan
masalah atau solusi. Salah satu metode identifikasi alternatif solusi
yang dapat digunakan adalah how-how diagram. Dalam metode ini
pengidentifikasian solusi dinilai cepat dan sederhana. Berikut
identifikasi solusi berdasarkan prioritas informasi yang didapatkan ibu
mengenai K4 dengan metode how-how diagram :
Informasi yang
didapatkan oleh
IBU mengenai
Kunjungan K4
68
1) Refreshing kader
Peningkatan informasi kader kesehatan Kelurahan Tinjomoyo
dengan share and care antar kader didampingi oleh gasurkes
KIA dan Bikor Puskesmas Ngesrep. Tujuan dari refreshing
kader adalah meningkatkan pengetahuan kader tentang
kunjungan K4 dan kesehatan kehamilan ibu hamil karena usia
kader di Kelurahan Tinjomoyo sudah berusia 45 tahun keatas
yang jarang mendapatakan akses informasi kunjungan K4.
2) SIK K4
Jejaring informasi berupa pengertian, tujuan, manfaat dan
dampak dari kunjungan K4 dengan mengirimkan informasi
setiap minggunya dengan menggunakan HP sebagai media
yang dikoordinir oleh koordinator yaitu karung taruna. Sumber
informasi yang disebarkan berasal dari Bikor dan gasurkes
KIA. Dengan memberdayakan karang taruna Kelurahan
Tinjomoyo akan mengaktifkan organisasi masyarakat
dikalangan remaja serta meningkatkan kepedulian remaja
terhadap permasalahan kesehatan ibu hamil dan pengetahuan
remaja terhadap informasi K4 sebagai bekal masa yang akan
datang.
3) Gerakan Masyarakat Peduli K4 (Gemas Lipat)
Pembentukan gerakan masyarakat yang siap dan yang
mempunyai kemampuan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan di tingkat RT mulai dari pendataan,
pendampingan, dan tindakan kegawatdaruratan lainnya
dengan penggerakan kunjungan K4 ibu hamil ke pelayanan
kesehatan serta penjaringan ibu hamil baru (muda) lebih
mudah. Sasaran pelaksana program adalah ibu ketua RT
selaku tokoh masyarakat dilingkup RT yang lebih dekat
dengan ibu hamil sehingga memudahkan dalam proses
pendataan, kunjungan rumah, pemberian materi dan motivasi
dalam berkunjung ke pelayanan kesehatan uintuk
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali.
4) Pembuatan Poster dan Leaflet informasi KIA
69
Poster dan leaflet merupakan salah satu media cetak yang
menyajikan informasi dalam bentuk tulisan dan gambar
sebagai daya tarik yang dapat meningkatkan informasi
pembaca (ibu hamil) dengan kelebihan informasi bertahan
lama karena tercetak. Informasi yang disajikan adalah
informasi yang berupa pengertian, tujuan, manfaat dan
dampak dari kunjungan K4. Poster akan ditempel di tempat
umum, posyandu, balai kelurahan dan pelayan kesehatan
sedangkan leaflet dibagikan pada kader, ketua RW, Ketua RT,
Dawis, dan ibu hamil.
70
Kriteria yang digunakan untuk pembobotan dalam MCUA segi pelayanan
kesehatan :
a. Ketersediaan Sumber Daya c. Besar Pengaruh
Banyak Tersedia :4 Sangat Berpengaruh :4
Tersedia :3 Berpengaruh :3
Kurang Tersedia :2 Kurang Berpengaruh :2
Tidak Tersedia :1 Tidak Berpengaruh :1
b. Kemudahan
Sangat Mudah :4
Mudah :3
Cukup Mudah :2
Tidak Mudah :1
71
Kebijakan K4
74
a. Force Field Analysis untuk menilai kelayakan solusi dari segi masyarakat
1) Gerakan Masyarakat Peduli K4 (GEMAS LIPAT)
Tabel 3.36 Force Field Anaysis Gerakan Masyarakat Peduli K4
Gerakan Masyarakat
4 Komunikasi dua arah Waktu Ibu RT 3
peduli K4
Pendekatan lebih
3 Kesediaan Ibu RT 3
mudah
3 Keterjangkauan mudah
Dana yang dikeluarkan
3
sedikit
13 Jumlah Skor Jumlah Skor 6
75
b) Pendekatan lebih mudah
Dengan ibu RT yang dijadikan penggerak akan memudahkan dalam
pendekatan ibu hamil diwilayahnya karena ibu RT juga merupakan
tokoh masyarakat dan juga sudah dekat dengan warganya.
c) Keterjangkauan mudah
Ibu RT dalam melakukan kunjungan ibu hamil sudah mengetahui
lokasi rumahnya dan karena cakupannya hanya yang berada
diwilayah RT saja sehingga mudah untuk dijangkau.
d) Dana yang dikeluarkan sedikit
Biaya yang dikeluarkan untuk gerakan masyarakat peduli K4 relatif
sedikt hanya untuk membuat modul pedoman ibu RT.
2) SIK K4
Tabel 3.37 Force Field Anaysis SIK K4
76
berbeda-beda dan tampilan pesanyang kurang menarik dapat
mempengaruhi minat baca ibu.
c) Komunikasi searah
Komunikasi dalam pesan singkat hanya dari koordiantor sehingga
tidak ada feedback dari ibu hamil dan kemungkinan salah persepsi
atas isi pesan lebih tinggi dari pada komunikasi langsung.
d) Dana
Dalam proses pengiriman pesan memerlukan dana yang dibagikan
ke coordinator dan pembuat pesan sebagai pendukung tersampainya
informasi selain itu jenis operator yang digunakan ibu hamil dan
koordinatyor mempengaruhi dana yang digunakan setiap pesan yang
terkirim atau berbeda operator maka biaya SMS lebih mahal.
77
d) Waktu
Pengirim pesan hanya dilakukan satu minggu diakhir minggu
dimana coordinator dan sasaran memiliki waktu luang yang lebih
banyak disbanding hari biasa dalam proses pengiriman yang hanya
butuh waktu hitungan menit dan penerimaan serta membaca SMS
yang diterima bumil
3) Pembuatan Poster dan Leaflet Informasi K4
Tabel 3.38 Force Field Anaysis Pembuatan Poster dan Leaflet Informasi
K4
79
11 Jumlah Skor Jumlah Skor 12
80
b) Kurangnya informasi K4 pada kader
Selama ini kader kesehatan di Kelurahan Tinjomoyo baru menerima
informasi terkait posyandu, tumbuh kembang anak, PHBS, KB dan ibu
risti dan belum terdapat informasi atau sosialisasi tentang kunjungan
K4 ibu hamil serta alurnya sehingga dengan adanya informasi K4
kader akan paham mengenai kunjungan K4 dan dapat memberi
informasi serta motivasi ke ibu hamil..
c) Komunikasi dua arah
Dengan refreshing kader share and care antara kader, gasurkes pihak
kelurahan dan pihak puskesmas dapat berkomunikasi secara langsung
sehingga terjadi tanya jawab dan pemahaman yang sama atas
informasi yang diberikan.
d) Informasi bertahan lama
Dengan komunikasi dua arah informasi tidak hanya dimengerti namun
juga dipahami sehingga menjadikan ingatan terkait informasi K4
bertahan lama karena adanya upaya persamaan persepsi antar pihak.
b. Force Field Analysis untuk menilai kelayakan solusi dari segi pelayanan
kesehatan
1) Advokasi Adanya Hari Pemeriksaan ANC
Tabel 3.40 Force Field Anaysis Advokasi Adanya Hari Pemeriksaan
ANC
81
a) Sosialisasi relatif sulit
Dengan adanya hari ANC memerlukan pemberitahuan sehingga
proses berjalanya program akan terhambat karena dalam sosialisasi
membutuhkan tenaga yang lebih dengan koordinasi antar pihak.
b) Pasien yang lain dinomor duakan
Hari ANC berarti dalam satu hari pelayanan KIA akan berfokus pada
ibu hamil sedangkan pasien yang berkunjung ke pelayanan KIA
buykan hanya bumil namun ada pelayanan imunisasi, KB dan anak.
c) Kejenuhan petugas
Dengan program hari ANC dalam seminggu mengakibatkan petugas
kesehatan melakukan kegiatan yang sam dalam satu hari sehingga
dapaty menimbulkan perasaan jenu dan bosan dan akan
meningkatkan stress pekerja,
82
Dengan adanya hari ANC ibu hamil hanya akan mengantri dengan
pengunjung yang sama tidak terdesak oleh pengunjung KB dan
bayi/ balita yang imunisasi.
2) Advokasi Koordinasi dengan Kader Tingkat RT
Tabel 3.41 Force Field Anaysis Advokasi Koordinasi dengan Kader Tingkat
RT
Kader Tingkat RT
lebih mudah
kelurahan
Memudahkan gasurkes
Perlu adanya komitmen
3 dalam menemukan 3
yang kuat
alamat
Pendekatan dengan ibu
3 Koordinasi yang sullit 3
hamil lebih mudah
Kesediaan Kader 3
9 Total Skor Total Skor 12
83
Dengan adanya koordinasi dengan kader maka beban kerja kader
dengan prinsip kesukarelaan akan meningkat karena di tingkat
Kelurahan peran kader sudah mencakup PHBS, posyandu, PKK,
kesehatan lansia dan KB.
84
Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil adalah Advokasi Program
Month For Mom. Faktor penghambat diperoleh 8 poin, yaitu
a) Partisipasi Ibu Hamil
Saat acara berlangsung partisipasi sasaran akan
berpengaruh terhadap program baik dalam penjaringan,
edukasi dan praktiknya. Biasanya ibu hamil yang mengikuti
acara akan mudah bosan dan lelah sehingga menurunkan
partisipasinya dalam acara tersebut.
b) Tempat Pelaksanaan
Dengan melihat kondisi Puskesmas Ngesrep tidak
memungkinkan pelaksanaannya di area Puskesmas jadi
memerlukan koordinasi dengan kelurahan di wilayah
kerjanya dalam keberlangsungan acara.
c) Sumber Daya Manusia
Program yang diadakan memerlukan banyak SDM
sedangkan di Puskesmas sendiri SDM yang tersedia
masih sedikit dan memiliki beban kerja yang besar
d) Koordinasi dengan pihak lain
Dengan acara yang membutuhkan banyak SDM maka
diperlukan koordinasi dengan banyak pihak baik pihak
puskesmas, kelurahan dan masyarakat
85
b) Menambah pengetahuan ibu hamil
Dengan informasi yang disampaikan secara berantai dan
terus menerus selama satu bulan dengan edukasi,
komunikasi 2 arah dan praktik langsung akan lebih
dimengerti, dipahami dan dilakukan ibu hamil di lain.
Sehingga pengetahuan mneingkat diiringi deng praktik
kunjungan K4 ditingkatkan pada kehamilan sekarang dan
yang akan datang.
c) Dana relatif kecil
Dana yang dikeluarkan dengan program ini tidak
memerlukan biaya yang cukup besar karena dengan
rangkaian acara yang sederhana serta
keberlangsungannya dapat menggunakan peralatan yang
terdapat di Puskesmas dan pihak kelurahan.
d) Menarik
Upaya peningkatan kunjungan K4 yang dikemas dengan
rangkaian acara yang belum pernah diselenggaraklan
pihak Puskesmas akan menarik perhatian ibu hamil untuk
mengikuti kegiatan yang simple dan mudah.
7. Penyusunan Rencana Tindak lanjut (PoA) Intervensi
Setelah membuat analisis kelayakan penyelesaian masalah, maka
adalah penyusunan rencana tindak lanjut (Plan of Action/ PoA). Tujuan
dari kegiatan ini yaitu untuk merencanakan kegiatan-kegiatan jangka
pendek yang dilakukan sebagai upaya penyelesaian /intervensi masalah
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari solusi yang telah dipilih dan layak
dilaksanakan. Pelaksanaan pembuatan PoA yaitu pada hari Jumat, 4
November 2016. Pada kegiatan ini, dilakukan melalui brainstorming
dengan masyarakat Kelurahan Tinjomoyo dengan persetujuan DPL dan
SPL. Kemudian dituangkan dalam matriks PoA sebagai berikut :
86
a. Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Masyarakat
Tabel 3.43 Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Masyarakat
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Koordinasi untuk
melakukan Ibu Ketua Seluruh sasaran telah
Dana 5 November
pertemuan dengan RT dan 1 Kali menerima undangan Vienda
Intervensi 2016
ibu ketua RT dan Lurah tertulis
Lurah Tinjomoyo
1. Terdapat materi
kunjungan K4 disertai
P refrensi
E 2. Terdapat informasi Ella
Pembuatan Modul
Gerakan R kesehatan ibu hamil
sebagai buku
Masyarakat S serta tips seputar
1 pedoman materi Ibu Ketua Dana 4 November
Peduli K4 I 1 Kali kehamilan
sebagai informasi RT Intervensi 2016
(Gemas A
kunjungan K4 dan
Lipat) P 3. Desain modul Gemas
kesehatan ibu hamil
A Lipas
Siska
N 4. 100% modul Gemas
Lipat tercetak
87
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Masyarakat P edukasi RT memperhatikan film yang 2016
Peduli K4 E perkembangan diputar Durasi 10
(Gemas L kehamilan ibu Menit
Lipat) A 1. Seluruh sasaran
K yang hadir menerima
S dan mengerjakan 9 November
A Ibu Ketua Dana pre-test 2016
Pre-test 1 Kali Vienda
N RT Intervensi 2. Seluruh sasaran Durasi 5
A yang hadir Menit
A mengumpulkan
N lembar pre-test
Sosialisasi dan
a. 50 % sasaran hadir 9 November
pembagian buku
Ibu Ketua Dana b. Sasaran yang hadir 2016
pedoman materi 1 Kali Ella
RT Intervensi menerima modul, Durasi 15
informasi kunjungan
stiker, dan form Menit
K4
9 November
Ibu Ketua
Adanya partisipasi dari 2016
Diskusi RT dan - 1 Kali Erna
sasaran minimal 2 orang Durasi 20
Lurah
Menit
1. Seluruh sasaran
yang hadir menerima
dan mengerjakan 9 November
Ibu Ketua post-test 2016
Post-test Vienda
RT 2. Seluruh sasaran Durasi 5
yang hadir Menit
mengumpulkan
lembar post-test
Penandatanganan Ibu Lurah Dana 1 kali Tertanda tangani pakta Vienda 9 November
88
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Pakta Integritas Intervensi integritas 2016
89
Berdasarkan perencanaan intervensi yang dibuat dalam Plan Of
Action diatas maka selanjutnya intervensi dilakukan sesuai jadwal yang
terdapat dalam Plan Of Action. Intervensi ini dilakukan untuk upaya
peningkatan informasi kunjungan K4 ibu hamil serta partisipasi masyarakat
dalam peningkatan kunjungan K4. Penjabaran dari masing-masing kegiatan
dalam intervensi adealah sebagi berikut:
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan terdapat lima kegiatan yaitu :
1) Koordinasi dengan Ibu Ketua RT dan Lurah
Adanya kesepakatan bersama dalam pelaksanaan acara
Gemas Lipat dengan cara berdiskusi dengan lurah dan
pemberitaahuan acara sosialisasi Gemas Lipat melalui
penyebaran surat undangan.
2) Pembuatan Modul Gemas Lipat
Pembutan modul sebagai sumber informasi dan pedoman
pengisian form Gemas Lipat bagi ibu ketua RT dalam
menyampaikan informasi K4 dan kesehatan kehamilan
kepeda ibu hamil.
3) Pembuatan Form Gemas Lipat
Form Gemas Lipat merupakan media pendataan dan
pencatatan pemberian informasi pada ibu hamil yang
dilakukan ibu Ketua RT serta pemantauan kunjungan
kehamilan ibu ke pelayanan kesehatan
4) Pembuatan Stiker Kunjungan K4
Sebagai media informasi dan motivasi kunjungan K4
5) Membuat Pakta Integritas
Untuk menentukan komitmen dari kelurahan agar setuju
menindak lanjuti program yang diasarankan
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima kegiatan yaitu:
1) Pemutaran Film
90
Media peningkatan informasi sasaran dalam perkembangan
kehamilan dan sebagai materi dalam kunjungan rumah ibu
hamil
2) Sosialisasi
Pemaparan materi dalam modul Gemas Lipat dan penjelasan
pengisian form Gemas Lipat
3) Diskusi
Tanya jawab terkait dengan isi modul, cara penyampaian
pada ibu hamil, cara penggunaan form dan alur pelaporan
pada gasurkes.
4) Pre-Test dan Post Test
Sasaran mengisi lembar pre-test dan post-test sebagai bahan
evaluasi dalam sosialisasi.
5) Penandatanganan Pakta Integritas
Menunjukkan pihak kelurahan telah menetujui program yang
disarankan untuk diterapkan diwilayahnya
91
b. Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.44 Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Pelayanan Kesehatan
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Koordinasi
dengan Kepala Kepala
Dana Sudah ditetapkan 5 November
Puskesmas untuk Puskesmas 1 kali Ella
Intervensi waktu untuk advokasi 2016
melakukan Ngesrep
pertemuan
Koordinasi
dengan PJ
PJ Program Dana Sudah ditetapkan 10 November
Program KIA 1 kali Erna
P KIA Intervensi waktu untuk advokasi 2016
untuk melakukan
E
pertemuan
R
Advokasi a. Terbentuknya
S
1 Program Membuat Kepala proposal advokasi
I Dana 4 November
Month For proposal advokasi Puskesmas 2 kali b. Tercetaknya Vienda
A Intervensi 2016
Mom Month For Mom Ngesrep proposal advokasi
P
sebanyak 2 buah
A
Membuat desain
N Dana Terbentuknya desain 4 November
proposal advokasi 1 kali Siska
Intervensi proposal 2016
Month For Mom
92
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Month For L Month For Mom l
Mom A i
K Melakukan
PJ Program Dana Tersampaikannya 15 November
S Advokasi Program 1 kali Siska
KIA Intervensi materi advokasi 2016
A Month For Mom
N Diskusi mengenai Terjadi kesepakatan
A Kepala 5 November
Program Month - 1 kali dengan Kepala Ella
A Puskesmas 2016
For Mom Puskesmas
N Diskusi mengenai
PJ Program Terjadi kesepakatan 15 November
Program Month 1 kali Erna
KIA dengan PJ Program 2016
For Mom
Penandatanganan Kepala Dana Tertandatanganinya
1 kali Vienda 5 November
Pakta Integritas Puskesmas Intervensi Pakta Integritas
93
Berdasarkan perencanaan intervensi yang dibuat dalam Plan Of
Action diatas maka selanjutnya intervensi dilakukan sesuai jadwal yang
terdapat dalam Plan Of Action. Intervensi ini dilakukan untuk upaya
peningkatan informasi kunjungan K4 ibu hamil serta partisipasi
masyarakat dalam peningkatan kunjungan K4. Penjabaran dari masing-
masing kegiatan dalam intervensi adealah sebagi berikut:
1) Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan terdapat tiga kegiatan yaitu:
a) Koordinasi dengan Kepala Pusksesmas
Adanya kesepakatan bersama dalam pelaksanaan acara
advokasi program Month For Mom dengan Kepala Puskesmas
Ngesrep
b) Pembuatan Proposal Advokasi Program Month For Mom
Pembutan proposal sebagai media advokasi program Month
For Mom yang didalamnya terdapat latar belakang, tujuan,
rincian kegiatan serta rincian dananya.
c) Pembuatan Desain Proposal Advokasi Month For Mom
Pembutaan desain dilakukan untuk membuat proposal
advokasi lebih menarik dan dapat mempengaruhi penentu
kebijakan untuk memutuskan.
d) Pembuatan Pakta Integritas
Untuk menentukan komitmen dari pelayanan kesehatan agar
setuju menindak lanjuti program yang diasarankan
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua kegiatan yaitu:
a) Menyampaikan Advokasi Program Month For Mom
Penyampaian advokasi dilakukan agar pembuat keputusan dapat
menerima dan melaksanakan program yang diusulkan
b) Diskusi mengenai Program Month For Mom dengan Kepala
Puskesmas dan Pemegang Program KIA
Diskusi dilakukan untuk menyamakan presepsi dan mencapai
adanya kesepakatan bersama
c) Penandatanganan Pakta Integritas
Pihak Puskesmas telah setuju untuk menindak lanjuti program yang
telah kami usulkan agar dapat diterapkan di Puskesmas
94
11. Monitoring dan Evaluasi
Tabel 3.45 Monitoring Kegiatan Intervensi Berbasis Masyarakat
Tahap Ketersedian
No Hambatan Sumber Data Metode/Cara Monitor Mulai Selesai PJ
Kegiatan Sumber Daya
1. Kesesuain jadwal
intervensi antara
pihak Puskesmas,
Kelurahan,
sasaran dan
1. Surat 1. Pihak 7
mahasiswa Konfirmasi kesedian 6
undangan Kelurahan Novem
1 Koordinasi 2. Komunikasi yang kehadiran dan tempat November Vienda
2. Komunikas 2. Masyaraka ber
kurang jelas pelaksanaan 2016
i t sekitar 2016
dalam
penyampaian
undangan
(miscom)
95
Lipat kesehatan kehamilan 2016
kehamilan
2. Gambar
pendukung
Pembuatan 6
1
Form Perbedaan persepsi isi Novem
3 Format form Check List November Erna
Gemas form ber
2016
Lipat 2016
Pembuatan 6
4
Stiker Novem
4 Desain stiker - - Check List November Erna
Kunjungan ber
2016
K4 2016
9
9
Novem
Film edukasi, November
Pemutaran ber
5 Laptop, LCD - Youtube Check List 2016 Siska
Film 2016
Proyektor Pukul
Pukul
16.00
16.10
2. Soal pre- 1. Tulisan yang Modul Gemas 9 9
6 Pre-Test Cheklist Vienda
test materi terlalu kecil Lipat november novemb
96
sosialisasi 2. Keterbatasan 2016 er 2016
3. Alat tulis peserta dalam Pukul Pukul
membaca soal 16.15 16.20
09
Membuat Format 05
Isi dalam pakta Novem
7 Pakta Pakta - Check list November Siska
integritas ber
Integritas Integritas 2016
2016
c. PPT materi
1. Kehadiran
kunjungan 9
sasaran kurang 9
Sosialisasi K4 dan Novem
dari 50% November
Modul kesehatan Modul Gemas ber
8 Check List 2016 Ella
Gemas kehamilan 2. Keadaan alam Lipat 2016
Pukul
Lipat d. Hasil Pukul
16.20
fasilitasi 16.50
e. Komunikasi
1. Materi 9 9
Modul Partisipasi sasaran November Novem
Modul Gemas
9 Diskusi Gemas dalam tanya jawab Check List 2016 ber Erna
Lipat
Lipat materi sosialisasi Pukul 2016
2. Form 17.00 Pukul
97
Gemas 17.20
Lipat
3. Stiker
4. Hasil
fasilitasi
9
1. Tulisan yang 9
Novem
Soal pos-test terlalu kecil November
Modul Gemas ber
10 Post-Test materi 2. Keterbatasan Check List 2016 Vienda
Lipat 2016
sosialisasi peserta dalam Pukul
Pukul
membaca soal 17.20
17.25
5
5
1. Lembar Novem
Penandata November
Pakta Tertandatanganinya ber
11 ngan Pakta - - 2016
Integritas Pakta Integritas 2016
Integritas Pukul
2. Pulpen pukul
11.00
11.05
98
Tabel 3.46 Check List Monitoring Berbasis Masyarakat
KEGIATAN PERSIAPAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
1 Koordinasi dengan Pihak Puskesmas
2 Koordinasi dengan Pihak Kelurahan
3 Koordinasi dengan Gasurkes
4 Koordinasi dengan 46 ibu ketua RT
5 Koordinasi perizinan lokasi sosialisasi
Pembuatan Media Sosialisasi
No Ketercapaian Check List
1 Pencarian materi tentang kunjungan K4
Pencarian materi tentang kesehatan
2
kehamiln
3 Pembuatan desain modul
4 Pencetakan modul
5 Pembuatan format form
7 Pencetakan form
8 Pembuatan desain stiker
9 Pencetakan desain stiker
10 Mengunduh video edukasi kehamilan
11 Membuat Pakta Integritas
KEGIATAN PELAKSANAAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
1 Persiapan Acara
2 Persiapan perlatan
3 Persiapan PPT presentasi
4 Persiapan Media sosialisai
5 Persiapan daftar hadir
6 Persiapan konsumsi
7 Briefing
99
No Ketercapaian Check List
Acara Inti
1 Absensi
2 Pemutaran video edukasi
3 Antusias peserta
4 Peserta mengobrol -
5 Pembukaan Mc
6 Pembacaan rundown acara
7 Sambutan
8 Antusias
9 Mengobrol
10 Pembagian soal pre-test
11 Pengumpulan jawaban pre-test
12 Pembagian Modul
13 Pembagian form
14 Pembagian stiker
15 Sosialisasi Isi Modul Gemas Lipat
16 Sosialisasi cara pengisian form
15 Sosialisasi fungsi Stiker
17 Diskusi
18 Tanya Jawab
19 Tanggapan
20 Peserta diam -
21 Pembagian lembar Post-test
22 Pengumpulan jawaban Post-test
23 Kesepakatan bersama
24 Penandatanganan Pakta Integritas
25 Penutup
100
Table 3.47 Monitoring Kegiatan Intervensi Berbasis Pelayanan Kesehatan
101
Menyampa
ikan
5 5
Advokasi Proposal Komunikasi
6 - Check List November November Vienda
Program Advokasi Cara penyampaian
2016 2016
Month For
Mom
Menyampa
ikan
10 10
Advokasi Proposal Komunikasi Cara
7 - Check list November November Siska
Program Advokasi Penyampaian
2016 2016
Month For
Mom
Diskusi
Program
5 5
Month For
Penyampaian untuk November November
Mom Proposal
8 menyamakan - Check List 2016 2016 Ella
dengan Advokasi
pendapat Pukul Pukul
Kepala
16.00 16.10
Puskesma
s
Diskusi
Program
15 15
Month For
Penyampaian untuk November November
Mom Proposal
9 menyamakan - Check List 2016 2016 Erna
dengan Advokasi
pendapat pukul pukul
Pemegang
11.15 11.25
Program
KIA
10 Penandata 1. Lembar - - Tertandatanganiny 05 05 Vienda
102
nganan Pakta a Pakta Integritas November November
Pakta Integritas 2016 2016
Integritas 2. Pulpen
103
Tabel 3.48 Check List Monitoring Berbasis Pelayanan Kesehatan
KEGIATAN PERSIAPAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
Koordinasi dengan Pihak Puskesmas
1
(Kepala Puskesmas)
Koordinasi dengan Pemegang Program KIA
2
Puskesmas
3 Pembuatan Pakta Integritas
Pembuatan Media Advokasi
No Ketercapaian Check List
1 Pembuatan Proposal advokasi
2 Pembuatan desain proposal advokasi
3 Pencetakan proposal advokasi
KEGIATAN PELAKSANAAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
1 Persiapan peralatan
2 Persiapan Media advokasi
3 Briefing
4 Penyampain advokasi ke Kepala
Puskesmas
104
Tabel 3.49 Evaluasi Kegiatan Intervensi Berbasais Masyarakat
Sumber
No Kegiatan Indikator Target Hasil Mulai Selesai Keterangan
Data
Undangan tersebar Undangan tersebar
ke: ke:
6 7
49 undangan Tabel 1. 46 Ibu RT 1. 46 Ibu RT
1 Koordinasi November November
tersebar check list 2. 1 Gasurkes KIA 2. 1 Gasurkes KIA
2016 206
3. 1 Pihak Kelurahan 3. 1 Pihak Kelurahan
4. 1 Pihak Puskesmas 4.1 Pihak Puskesmas
Jumlah
Pembuatan Modul Sebanyak 48 form Sebanyak 48 form 1 6
Tabel
2 Modul Gemas Gemas Lipat Gemas Lipat telah Gemas Lipat telah November November
check list
Lipat yang tercetak tercetak 2016 2016
tercetak
Sebanyak 48 form Sebanyak 96 form
Jumlah Form
Gemas Lipat telah Gemas Lipat telah
Pembuatan yang 1 6
Tabel tercetak tercetak
3 Form Gemas tercetak dan November November
check list 50 % sasaran yang 100 % sasaran yang
Lipat pemahaman 2016 2016
hadir paham cara hadir paham cara
peserta
mengisi form mengisi form
105
Pembuatan Jumlah stiker Sebanyak 48 stiker Sebanyak 48 stiker 4 6
Tabel
4 Stiker yang kunjungan K4 telah kunjungan K4 telah November November
check list
Kunjungan K4 tercetak tercetak tercetak 2016 2016
Tercetaknya Sebanyak satu
Pembuatan Sebanyak satu lembar 5 5
satu lembar Tabel lembar pakta
5 Pakta pakta integritas telah November November
Pakta check list integritas telah
Integritas tercetak 2016 2016
Integritas tercetak
Antusias 6 6
Tabel Sebanyak 50 % Sebanyak 100 %
peserta November November
Pemutaran check list peserta yang hadir peserta yang hadir
5 dalam 2016 2016
Film Observasi dan antusias dalam dan antusias dalam
menyaksikan Pukul Pukul
panitia menyaksikan film menyaksikan film
film 15.50 WiB 16.10 WIB
Sebanyak 50 % 6 6
Tabel 75% peserta yang
peserta yang hadir November November
Perhatian check list hadir dan antusias
6 Pembukaan dan antusias dalam 2016 2016
peserta Observasi dalam mendengarkan
mendengarkan Pukul Pukul
panitia sambutan
sambutan 16.10 WIB 16.25 WIB
Nilai hasil Seluruh Ibu ketua RT Seluiruh peserta 6 6
Hasil pre-
7 Pre-Test pre-test dapat menjawab soal yang hadir nili pre- November November
test
sama atau minimal 1 dan benar test leih dari 60 2016 2016
106
lebih dari 60 Pukul Pukul
16.25 WIB 16.30 WIB
1.Daftar
hadir Daftar hadir: 8 Ibu
6 6
2.Hasil ketua RT
Sosialisasi Jumlah November November
Sweeping Hasil Swepping: 20
8 Modul Gemas peserta yang 46 Ibu Ketua RT 2016 2016
3. Hasil ketua Ibu RT
Lipat hadir Pukul Pukul
Post-test
16.30 WIB 16.55 WIB
dan pre-
test
6
6
Jumlah November
20 % peserta yang 60% peserta yang November
sasaran Tabel 2016
9 Diskusi hadir bertanya dan hadir bertanya dan 2016
yang check list Pukul
memberi tanggapan memberi tanggapan Pukul
antusias 16.55
17.15 WIB
WIB
Nilai hasil Ibu ketua RT dapat 37,5 % sasaran yang 6 6
post-test Hasil menjawab soal hadir nilai hasil post- November November
10 Post-Test
diatas nilai post-test minimal 1 dan benar test meningkat dan 2016 2016
post-test dan hasil nilai 50% dengan nilai Pukul Pukul
107
melebihi 60 sebesar sam dengan 60 17.15 WIB 17.20 WIB
75%
Ibu Lurah setuju dan bu Lurah setuju dan
Penandatang Tertandatang menandatangani menandatangani 09 09
Tabel
11 an Pakta aninya Pakta pakta integritas pakta integritas November November
check list
Integritas Integritas program yang program yang 2016 2016
diusulkan diusulkan
108
Tabel 3.50 Evaluasi Kegiatan Intervensi Berbasais Pelayanan Kesehatan
Sumber
No Kegiatan Indikator Target Hasil Mulai Selesai Keterangan
Data
Koordinasi Sms dikirim ke Mendapatkan
5 5
dengan Tabel Kepala Puskesmas balasan dari Kepala
1 1 sms dikirim November November
Kepala check list Ngesrep Puskesmas Ngesrep
2016 2016
Puskesmas
Mendapatkan
Koordinasi Sms dikirim ke
balasan dari 10 10
dengan Tabel pemegang program
2 1 sms dikirim pemegang program Novemb November
Pemegang check list KIA
KIA er 2016 2016
Program KIA
Pembuatan
Proposal Jumlah
Sebanyak 2 proposal 4 5
Advokasi Proposal Tabel Sebanyak 2 proposal
3 advokasi telah November November
Program Advokasi check list advokasi tercetak
tercetak 2016 2016
Month For yang tercetak
Mom
Pembuatan satu desain Tabel satu desain proposal satu desain proposal 4 5
4
desain yang dibentuk check list advokasi telah advokasi telah November November
109
Proposal dibentuk dibentuk 2016 2016
Advokasi
Program
Month For
Mom
Pembuatan Jumlah pakta Satu pakta integritas 5 5
Tabel Satu pakta integritas
5 Pakta integritas telah tercetak dan November November
check list telah tercetak
Integritas yang dibentuk telah ditanda tangani 2016 2016
Menyampaika
n advokasi Advokasi dapat
Advokasi
Program Advokasi dapat tersampaikan dengan 5 5
dapat Tabel
6 Month For tersampaikan dengan baik dan telah November November
tersampaikan check list
Mom ke baik diterima untuk 2016 2016
dengan baik
Kepala ditindak lanjuti
Puskesmas
Menyampaika Advokasi dapat
Advokasi
n advokasi Advokasi dapat tersampaikan dengan 15 15
dapat Tabel
7 Program tersampaikan dengan baik dan telah November November
tersampaikan check list
Month For baik diterima untuk 2016 2016
dengan baik
Mom ke ditindak lanjuti
110
pemegang
program KIA
Diskusi
program Kepala puskesmas Kepala puskesmas
Antusiasme 5 5
Month For Tabel menanggapi dan menanggapi dan
8 kepala November November
Mom dengan check list bertanya mengenai bertanya mengenai
puskesmas 2016 2016
Kepala program program
Puskesmas
Diskusi
program Pemegang program Pemegang program
Antusiasme 15 15
Month For Tabel KIA menanggapi dan KIA menanggapi dan
9 pemegang November November
Mom dengan check list bertanya mengenai bertanya mengenai
progam KIA 2016 2016
Kepala program program
Puskesmas
111
B.2 MASALAH GIZI DARI SEGI MASYARAKAT DAN YANKES
112
Indikator 2013 2014 2015 Tren
No Target
Pelayanan Gizi Cakupan GAP Cakupan GAP Cakupan GAP
K/S (Cakupan
84% 73% -11% 100% +16% 99% +15% Naik
1. Program
Tajam
Penimbangan)*
D/S (Cakupan
Tingkat 82% 48% -34% 59% -23% 56% -26%
2. Naik
Partisipasi
Masyarakat)*
N/D
3. (Kecenderungan 82% 56% -26% 58% -24% 55% -27% Turun
Status Gizi)*
N/S (Cakupan
Efektifitas 60% 27% -33% 34% -26% 31% -29%
4. Naik
Kegiatan
Posyandu)*
Jumlah yang 100% 100% 0% 100% 0% 100% 0%
5. mendapat PMT** Konstan
Jumlah ibu hamil <4% 2,7% 0% 2,3% 0% 3,5% 0%
6. Naik
KEK**
Cakupan Vitamin 95% 65% -30% 69% -26% 92% -3% Naik
7.
A bayi/balita* Tajam
Pemantauan
8. Garam 95% 100% +5% 100% +5% 100% +5% Konstan
Beryodium**
113
b. Analisis Trend
1) Cakupan K/S (Program Penimbangan)
114
Cakupan Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S) adalah Jumlah
Balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang
ada di wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase
D/S disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi
masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai. Jumlah cakupan
Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kelurahan Tinjomoyo
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
3) Cakupan N/D (Kecenderungan Status Gizi)
115
4) Cakupan N/S (Efektivitas Kegiatan Posyandu)
116
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada
kelompok usia balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59
bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti
15
makanan utama sehari-hari. Tujuan dari program PMT adalah
mempertahankan dan meningkatkan status gizi balita dari
keluarga miskin.16
PMT yang diberikan oleh Puskesmas terhadap balita dari keluarga
miskin dengan status gizi rendah di Kelurahan Tinjomoyo dari tahun
ke tahun sudah berjalan dengan baik. PMT yang diberikan oleh
Puskesmas berupa biskuit dan susu.
117
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau
disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.17
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko
KEK pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar
lengan atas (LILA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15
sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, menyusui dan
pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA WUS dengan
resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan
18
akan melahirkan BBLR. Jumlah ibu hamil KEK di Kelurahan
Tinjomoyo mengalami peningkatan setiap tahunnya
118
8) Cakupan Pemantauan Garam Beryodium
119
2. Penentuan Prioritas Masalah Gizi di Kelurahan Tinjomoyo
Tabel 3.52 MCUA Penentuan Prioritas Masalah Gizi Kelurahan Tinjomoyo
Masalah Gizi
SKDN Jumlah
Cakupan Pemantauan
yang Jumlah ibu
Bobot Vitamin A Garam
Kriteria K/S D/S N/D N/S mendapat hamil KEK
(%) bayi/balita Beryodium
PMT
Sko Sx
Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB
r B
Jumlah sxB 1,8 3,1 3,6 3,1 2,3 2,45 2,15 2,3
120
Dari beberapa masalah gizi yang telah disebutkan diatas selanjutnya
dipilih satu masalah. Masalah diprioritaskan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kegawatan masalah, besarnya masalah dan naik atau turunnya
trend. Dalam penentuan prioritas masalah digunakan metode Multiple
Criteria Utility Assessment (MCUA), dengan metode ini dapat ditentukan
satu masalah gizi yang menjadi prioritas. Tata cara penggunaan Matriks
MCUA dalam penentuan prioritas masalah, dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Menetapkan kriteria
Yang dimaksud dengan kriteria ialah sesuatu hal yang dianggap
sebagai akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari
suatu masalah terhadap subyek (masyarakat) sehingga dapat
membedakan masalah. Kriteria yang digunakan antara lain
kegawatan masalah, besarnya masalah dan trend (kecenderungan).
1) Kegawatan
Kegawatan ini mencakup derajat keparahan dari masing-masing
masalah gizi untuk menuju kondisi yang memburuk atau ke arah
kematian. Semakin besar dampak pada masalah gizi, maka
kegawatannya semakin tinggi, sehingga skor kegawatan yang
diberikan juga semakin tinggi.
2) Besar Masalah
Kriteria ini mengandung maksud seberapa besar terjadinya
masalah gizi. Semakin besar gap antara target dengan capaian,
maka skor semakin tinggi.
3) Analisis Trend
Kriteria ini mencakup kualitas atau keakuratan dari informasi atau
data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data
tersebut dikumpulkan. Sehingga dengan analisis trend ini dapat
diketahui bahwa kasus tersebut ditemukan dalam setiap tahunnya.
Semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya
semakin tinggi.
b. Melakukan pembobotan kriteria
Merupakan pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap masing-
masing yang ada. Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk
121
masalah gizi di Kelurahan Tinjomoyo merupakan hasil kesepakatan
anggota kelompok. Semakin kriteria dianggap penting, maka
bobotnya semakin besar. Adapun bobot yang telah diberikan pada
tiap kriteria berdasarkan kesepakatan kelompok sebagai berikut :
Kegawatan : 40%
Besar masalah : 35%
Trend : 25%
122
Masalah Gizi
SKDN Jumlah
Cakupan Pemantauan
yang Jumlah ibu
Bobot Vitamin A Garam
Kriteria K/S D/S N/D N/S mendapat hamil KEK
(%) bayi/balita Beryodium
PMT
Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB
Jumlah sxB 1,8 3,1 3,6 3,1 2,3 2,45 2,15 2,3
123
Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada meliputi:
Sangat Gawat :4
Gawat :3
Cukup Gawat :2
Tidak Gawat :1
2. Besar Masalah : Semakin besar gap antara target dengan capaian, maka skor
semakin tinggi
Sangat Besar (21%-30%) :4
Besar (11%-20%) :3
Cukup Besar (1%-10%) :2
Tidak Besar (Sudah memenuhi target) :1
3. Trend : Semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, maka nilai bobot
semakin tinggi
Naik Tajam :1
Naik :2
Konstan :3
Turun :4
124
3. Akar Penyebab Masalah Gizi
Pada proses problem solving cycle setelah didapatkan prioritas masalah,
langkah berikutnya adalah identifikasi dan analisis akar penyebab masalah.
Penyebab masalah yang dimaksud adalah berbagai faktor yang terkait dengan
cakupan N/D di masyarakat Kelurahan Tinjomoyo.
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab dari masalah
cakupan N/D digunakan metode fish bone diagram yang mengacu pada konsep
H.L. Blum. Langkah-langkah dalam membuat fish bone diagram yaitu dimulai
dengan meletakkan masalah cakupan N/D tersebut di kepala ikan dengan ukuran
yang lebih besar dan selanjutnya ditulis empat unsur menurut konsep HL Blum
yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik. Faktor-faktor yang
mungkin menyebabkan rendahnya cakupan N/D dituliskan pada cabang-
cabangnya menjadi sebuah fish bone diagram. Berdasarkan fish bone tersebut
diperoleh berbagai faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya cakupan
N/D di Kelurahan Tinjomoyo.
Faktor penyebab tersebut adalah perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan
dan genetik. Faktor perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita
serta melihat dari umur ibu, pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan ibu dan
tingkat kepuasan ibu mengenai penimbangan balita di posyandu. Faktor
lingkungan meliputi dukungan orang sekitar dan akses terhadap posyandu. Faktor
pelayanan kesehatan meliputi tingkatan posyandu, peran tenaga kesehatan,
pelaksanaan kegiatan posyandu dan ketersediaan penyuluhan. Dan untuk faktor
genetik tidak memiliki hubungan dengan rendahnya cakupan N/D. Adapun fish
bone diagram yang telah dibuat adalah sebagai berikut :
125
Umur
Ibu
Pekerjaan Ibu
Pendapatan Keaktifan
Keluarga Perilaku Ibu
Ibu
Dukungan Dukungan Dukungan
Pola Konsumsi Balita Keluarga Masyarakat Toma
Tingkat Kepuasan Akses
Ibu Sikap Sumber
Ibu Informasi yang
Frekuensi Transportasi Jarak Dukungan
didapat
orang sekitar
Tingkat Pendidikan Ibu Media Informasi
Tingkat
Pengetahuan Ibu
u
Cakupan
Perilaku Lingkungan
Kecenderungan
Pelayanan Status Gizi (N/D)
Kesehatan (55 %)
Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
Jumlah Kader
Tingkatan Gambar 3.18 Fishbone Gizi
Ketersediaan Dana Posyandu
Pelaksanaan
Frekuensi Pelaksanaan
Kegiatan
Monitoring Posyandu Per Tahun
Posyandu
Evaluasi Materi
Reward
Pelatihan Kader Frekuensi
Peran Tenaga
Punishment Kesehatan Sistem
Pembinaan Kader
Metode Penyampaian
KetersediaanP
enyuluhan
Materi Frekuensi Sistem
Pelatihan Penyuluhan Kader
126
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala
Variabel Dependen
Cakupan Rata-rata jumlah balita yang naik berat badanya
1. Kecenderungan dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di
status Gizi (N/D ) Posyandu dikali 100%
Variabel Independen
2. Umur Ibu Lama hidup responden dihitung dari tahun Wawancara dengan Umur ibu dinyatakan Rasio
wawancara dikurangi tahun kelahiran. Kuesioner dalam tahun
127
3. Tingkat Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh Wawancara dengan 1. Tidak Ordinal
Pendidikan Ibu responden pada institusi pendidikan formal. Kuesioner sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Akademi/Per
guruan Tinggi
Skoring :
1. Pendidikan Dasar
(1,2,3)
2. Pendidikan Lanjut
(4,5)
4. Pekerjaan Ibu Kegiatan responden selain mengurus pekerjaan Wawancara dengan 1. IRT Ordinal
rumah tangga yang menghasilkan pendapatan Kuesioner 2. Buruh
tambahan (rupiah) baik pekerjaan yang utama 3. Pedagang
maupun sampingan. 4. Swasta
5. PNS
6. ABRI/POLRI
Skoring :
128
1. Tidak bekerja (1)
2. Bekerja (2,3,4,5,6)
5. Pendapatan Penghasilan dalam bentuk rupiah yang dihasilkan Wawancara dengan Pendapatan dinyatakan
Keluarga oleh anggota keluarga (ayah, ibu dan anak). Kuesioner dalam :
Skor terendah = 0
Skor tertinggi = 32
129
Dikategorikan sebagai
:
130
kegiatan, dan mengetahui tumbuh kembang yang dirangkum dalam
balita. kuesioner.
Kategori skoring adalah
sebagai berikut :
Skor terendah = 1
Skor tertinggi = 40
Dikategorikan sebagai
:
131
Skor terendah = 0
Skor tertinggi = 5
Dikategorikan sebagai
:
Skor terendah = 0
Skor tertinggi = 6
Dikategorikan sebagai
:
132
a. Kurang : skor total
0-3
Skor terendah = 0
Skor tertinggi = 9
Dikategorikan sebagai
:
133
keluarga membawa balita ke posyandu berupa mengantar, Kuesioner wawancara dukungan
menjemput, memberikan informasi, keluarga yang
mengingatkan, mendampingi, menyarankan, dll. dirangkum dalam
kuesioner.
Skor terendah = 0
Skor tertinggi = 6
Dikategorikan sebagai
:
Ya = 1
Tidak = 0
15. Dukungan Peran masyarakat yang mendorong ibu untuk Wawancara dengan Diukur dengan skoring Ordinal
masyarakat membawa balita ke posyandu berupa Kuesioner wawancara dukungan
memberikan informasi, mengingatkan, masyarakat yang
mendampingi, menyarankan, dll. dirangkum dalam
kuesioner.
134
Skor terendah = 0
Skor tertinggi = 5
Dikategorikan sebagai
:
Ya = 1
Tidak = 0
16. Dukungan tokoh Peran tokoh masyarakat yang mendorong ibu Wawancara dengan Diukur dengan skoring Ordinal
masyarakat untuk membawa balita ke posyandu berupa Kuesioner wawancara dukungan
memberikan informasi, mengingatkan, tokoh masyarakat yang
mendampingi, menyarankan, dll. dirangkum dalam
kuesioner.
Skor terendah = 0
Skor tertinggi = 5
Dikategorikan sebagai
:
Ya = 1
135
Tidak = 0
17. Jarak Jauhnya perjalanan yang ditempuh responden Wawancara dengan Diukur dengan jawaban
dari tempat tinggal untuk menuju ke posyandu Kuesioner ibu terhadap jauhnya
dalam meter. jarak dari rumah menuju
posyandu.
Dikategorikan sebagai
:
> 500 m = 1
< 500 m = 2
18. Transportasi Jenis kendaraan yang digunakan responden untuk Wawancara dengan Diukur dengan jawaban
menuju ke posyandu. Kuesioner ibu terhadap jenis
kendaraan yang
digunakan ke posyandu.
Dikategorikan sebagai :
Jalan kaki = 1
Kendaraan pribadi = 2
Kendaraan umum = 3
19. Tingkatan Pengelompokan posyandu berdasarkan Indept Interview
Posyandu kemampuan pelaksanaan kegiatan posyandu
seperti Pratama. Madya, Purnama dan Mandiri.
136
20. Jumlah Kader Kuantitas kader aktif yang tersedia di setiap Indept Interview
posyandu.
21. FFrekuensi Banyaknya pelaksanaan kegiatan posyandu yang
Pelaksanaan dilakukan setiap posyandu dalam satu tahun.
Posyandu per
Tahun
22. Pelatihan Kader Upaya meningkatkan kemampuan kader Indept Interview
posyandu dalam mengelola dan menyampaikan
pelayanan kepada masyarakat.
23. Pembinaan Upaya untuk memberikan arahan dan Indept Interview
Kader pendampingan pada kader dalam menjalankan
kegiatan di posyandu.
24. v Ketersediaan Ada atau tidaknya sarana prasarana dalam proses
Sarana pelaksanaan posyandu, yang berfungsi untuk
Prasarana mewujudkan tujuan yang hendak dicapai, meliputi :
5 meja, alat ukur tinggi badan, alat timbang berat
badan dan PMT.
25. Ketersediaan Terdapatnya bantuan dana operasional yang dapat Indept Interview
Dana menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu.
26. Monitoring Aktivitas pemantauan kegiatan posyandu secara Indept Interview
137
Kegiatan sistematis dan kontinyu sehingga dapat dilakukan
Posyandu tindak lanjut dan koreksi untuk penyempurnaan
program kegiatan posyandu selanjutnya yang
meliputi kegiatan 5 meja pelayanan yaitu
penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan.
27. Evaluasi Penilaian terhadap kinerja keberjalanan pelayanan Indept Interview
Kegiatan posyandu di tiap bulan yang digunakan sebagai
Posyandu bahan perbaikan untuk kebejalanan Posyandu ke
depan.
28. Reward Bentuk apresiasi terhadap kinerja pelayanan
Pelaksanaan posyandu tertentu yang diberikan kepada kader
Kegiatan dalam bentuk material atau non material.
Posyandu
29. Punishment Cara untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan posyandu agar sesuai dengan aturan yang ada.
Kegiatan
Posyandu
30. Metode Cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan Indept Interview
Penyampaian oleh nakes kepada masyarakat berupa ceramah,
diskusi kelompok, FGD.
138
31. Pelatihan Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Indept Interview
Penyuluhan kemampuan kader posyandu dalam mengelola dan
Kader menyampaikan informasi penyuluhan kepada
masyarakat.
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Variabel Dependen
32. Cakupan Rata-rata jumlah balita yang naik berat badanya
Kecenderungan dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di
status Gizi (N/D ) Posyandu dikali 100%
Variabel Independen
33. Umur Ibu Lama hidup responden dihitung dari tahun Wawancara dengan Kuesioner Rasio
wawancara dikurangi tahun kelahiran.
34. Tingkat Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
Pendidikan Ibu responden pada institusi pendidikan formal.
35. Pekerjaan Ibu Kegiatan responden selain mengurus pekerjaan Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
rumah tangga yang menghasilkan pendapatan
tambahan (rupiah) baik pekerjaan yang utama
maupun sampingan.
36. Pendapatan Penghasilan dalam bentuk rupiah yang dihasilkan Wawancara dengan Kuesioner
Keluarga oleh anggota keluarga (ayah, ibu dan anak).
139
37. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
Ibu ibu tentang pengertian posyandu, kegiatan
posyandu, manfaat menimbang balita di
posyandu, kegunaan KMS, pertumbuhan dan
perkembangan balita dll.
38. J Sumber Sumber informasi yang didapatkan ibu mengenai Wawancara dengan Kuesioner
Informasi kegiatan Posyandu, pertumbuhan dan
perkembangan balita melalui tenaga kesehatan,
kader, tokoh masyarakat, keluarga, tetangga, dll.
39. Frekuensi Banyaknya responden menerima informasi
tentang pertumbuhan dan perkembangan balita di
Posyandu minimal 8x dalam satu tahun terakhir.
40. Media Informasi Alat yang digunakan untuk menyampaikan Wawancara dengan Kuesioner
informasi yang didapatkan ibu mengenai kegiatan
Posyandu dan tumbuh kembang balita seperti
media elektronik ( TV,Radio, Internet, dll) dan
media cetak (Leaflet,majalah, brosur, dll).
41. Sikap Ibu Tanggap atau respon ibu terhadap kunjungan Wawancara dengan Kuesioner
posyandu berupa keaktifan berkunjung, mengikuti
kegiatan, dan mengetahui tumbuh kembang
140
balita.
42. Keaktifan Ibu Aktif atau tidaknya ibu untuk ikut serta dalam
kegiatan Posyandu dan memantau tumbuh
kembang balita minimal 8 x dalam setahun.
43. Pola Konsumsi Kebiasaan makan balita berdasarkan jenis Wawancara dengan Kuesioner
Balita makanan dan frekuensi pemberiaan makanan
utama dan selingan yang sesuai pedoman
pemberian asupan gizi balita seperti pemberian
makanan yang mengandung karbohidrat, protein.
Vitamin secara teratur 3x sehari.
44. Tingkat Perasaan yang dirasakan ibu terhadap pelayanan Wawancara dengan Kuesioner
Kepuasan yang diberikan oleh kader dan tenaga kesehatan
dimana perasaan tersebut sesuai dengan harapan
ibu.
45. Dukungan Peran keluarga yang mendorong ibu untuk Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
keluarga membawa balita ke posyandu berupa mengantar,
menjemput, memberikan informasi,
mengingatkan, mendampingi, menyarankan, dll.
46. Dukungan Peran masyarakat yang mendorong ibu untuk Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
masyarakat membawa balita ke posyandu berupa
141
memberikan informasi, mengingatkan,
mendampingi, menyarankan, dll.
47. Dukungan tokoh Peran tokoh masyarakat yang mendorong ibu Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
masyarakat untuk membawa balita ke posyandu berupa
memberikan informasi, mengingatkan,
mendampingi, menyarankan, dll.
48. Jarak Jauhnya perjalanan yang ditempuh responden Wawancara dengan Kuesioner
dari tempat tinggal untuk menuju ke posyandu
dalam meter.
49. Transportasi Jenis kendaraan yang digunakan responden untuk Wawancara dengan Kuesioner
menuju ke posyandu.
50. Tingkatan Pengelompokan posyandu berdasarkan Indept Interview
Posyandu kemampuan pelaksanaan kegiatan posyandu
seperti Pratama. Madya, Purnama dan Mandiri.
51. Jumlah Kader Kuantitas kader aktif yang tersedia di setiap Indept Interview
posyandu.
52. FFrekuensi Banyaknya pelaksanaan kegiatan posyandu yang
Pelaksanaan dilakukan setiap posyandu dalam satu tahun.
Posyandu per
Tahun
142
53. Pelatihan Kader Upaya meningkatkan kemampuan kader Indept Interview
posyandu dalam mengelola dan menyampaikan
pelayanan kepada masyarakat.
54. Pembinaan Upaya untuk memberikan arahan dan Indept Interview
Kader pendampingan pada kader dalam menjalankan
kegiatan di posyandu.
55. v Ketersediaan Ada atau tidaknya sarana prasarana dalam proses
Sarana pelaksanaan posyandu, yang berfungsi untuk
Prasarana mewujudkan tujuan yang hendak dicapai, meliputi :
5 meja, alat ukur tinggi badan, alat timbang berat
badan dan PMT.
56. Ketersediaan Terdapatnya bantuan dana operasional yang dapat Indept Interview
Dana menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu.
57. Monitoring Aktivitas pemantauan kegiatan posyandu secara Indept Interview
Kegiatan sistematis dan kontinyu sehingga dapat dilakukan
Posyandu tindak lanjut dan koreksi untuk penyempurnaan
program kegiatan posyandu selanjutnya yang
meliputi kegiatan 5 meja pelayanan yaitu
penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan.
58. Evaluasi Penilaian terhadap kinerja keberjalanan pelayanan Indept Interview
143
Kegiatan posyandu di tiap bulan yang digunakan sebagai
Posyandu bahan perbaikan untuk kebejalanan Posyandu ke
depan.
59. Reward Bentuk apresiasi terhadap kinerja pelayanan
Pelaksanaan posyandu tertentu yang diberikan kepada kader
Kegiatan dalam bentuk material atau non material.
Posyandu
60. Punishment Cara untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan posyandu agar sesuai dengan aturan yang ada.
Kegiatan
Posyandu
61. Metode Cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan Indept Interview
Penyampaian oleh nakes kepada masyarakat berupa ceramah, \
diskusi kelompok, FGD.
62. Pelatihan Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Indept Interview
Penyuluhan kemampuan kader posyandu dalam mengelola dan
Kader menyampaikan informasi penyuluhan kepada
masyarakat.
Tabel 3.54 Definisi Operasional
144
145
4. Identifikasi Penyebab Masalah Gizi
4.2 Identifikasi Penyebab Masalah Gizi di Masyarakat
Cakupan N/D di Kelurahan Tinjomoyo, Kota Semarang, merupakan
prioritas masalah gizi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berhubungan. Berikut adalah hasil pengumpulan data yang dilakukan
dengan wawancara ibu yang mempunyai balita berkaitan dengan
masalah cakupan N/D dan hasil pengolahan data menggunakan software
SPSS, dari hasil kuesioner diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut:
1) Karakteristik Responden
a) Umur Ibu Balita
146
b) Pendidikan Ibu Balita
147
d) Pendapatan Keluarga
148
b) Pengetahuan Ibu balita dengan Berat Badan Balita
Tabel 3.56 Pengetahuan Ibu Balita dengan Berat Badan
Balita
Berat Badan Balita
Pengetahuan Total
Turun Naik
Ibu
f % f % f %
Baik 4 22,2 14 77,8 18 100
Kurang 29 40,3 43 59,7 72 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100
Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada ibu
yang pengetahuannya kurang yaitu sebesar 40,3%, sedangkan
balita yang berat badannya naik lebih banyak pada ibu yang
pengetahuannya baik yaitu sebesar 59,7%.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi
terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam
kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan gizi.21 Balita merupakan salah satu
kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan
lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat
diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikomotorik, mental dan social.22
Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang
tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin
tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka
akan semakin besar kemungkinan anak menderita KEP
(Kurang Energi Protein)23
Pengetahuan ibu tentang gizi balita secara tidak langsung
akan menentukan status gizi balita. Hal ini dikarenakan ibu
yang menjadi penanggung jawab dalam keluarga tentang
pemberian makan keluarga, terutama anak. Jadi semakin baik
pengetahuan ibu, maka pemberian makan akan baik pula
sehingga status gizi anak juga baik. 24
149
c) Informasi yang didapat Ibu dengan Berat Badan Balita
Tabel 3.57 Informasi yang didapat Ibu dengan Berat Badan
Balita
150
e) Keaktifan Ibu ke Posyandu dengan Berat Badan Balita
Tabel 3.59 Keaktifan Ibu ke Posyandu dengan Berat
Badan Balita
Berat Badan Balita
Total
Keaktifan Ibu Turun Naik
f % f % f %
Aktif 3 7,9 35 92,1 38 100
Kurang Aktif 30 57,7 22 42,3 52 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100
151
kepada balita yang belum sesuai dengan kebutuhan kalori
minimal bagi balita.
156
Berikut ini adalah MCUA Prioritas Penyebab Rendahnya Cakupan
N/D :
Tabel 3.63 MCUA Prioritas Penyebab Rendahnya Cakupan N/D di
Masyarakat
Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB
Besar penyebab
25 3 0,75 3 0,75 4 1 2 0,5 2 0,5
masalah
Seberapa penting
penyebab harus 25 4 1 3 0,75 4 1 2 0,5 2 0,5
ditangani
Dampak dari
25 3 0,75 3 0,75 3 0,75 2 0,5 2 0,5
penyebab masalah
Keterangan skor:
1 : Tidak Besar / Tidak Penting / Tidak berdampak / Tidak Relevan
2 : Kurang Besar / Kurang Penting / Kurang berdampak / Kurang Relevan
3 : Cukup Besar / Cukup Penting / Cukup berdampak / Cukup Relevan
4 : Sangat Besar / Sangat Penting / Sangat berdampak / Sangat Relevan
157
2) Seberapa penting penyebab harus ditangani
Semakin penyebab tersebut bila tidak segera diatasi menjadikan
masalah rendahnya cakupan N/D maka semakin tinggi pula skor dan
bobot yang diberikan.
3) Dampak dari penyebab masalah
Semakin besar dampak yang diakibatkan dari masalah rendahnya
cakupan N/D, maka semakin besar skor yang diberikan.
4) Relevansi program
Semakin relevan/sesuai faktor penyebab dengan masalah rendahnya
cakupan N/D, maka semakin tinggi pula skor dan bobot yang
diberikan.
158
a) Keaktifan kader kurang dalam mempromosikan kegiatan Posyandu
Dari data yang diperoleh, kader Posyandu yang ada di
Kelurahan Tinjomoyo sudah aktif dalam hari pelaksanaan kegiatan
Posyandu namun untuk mempromosikan kegiatan Posyandu
khususnya kegiatan menimbang. Hal ini dapat berpengaruh pada
keaktifan ibu balita ke Posyandu dikarenakan kurangnya informasi
yang didapat dan kurangnya motivasi dari kader.
b) Tidak ada regenerasi kader
Berdasarkan data yang diperoleh, pada Posyandu Kelurahan
Tinjomoyo belum terdapat regenerasi kader, dimana tidak adanya
penerus dari kalangan muda yang justru memiliki banyak inovasi
dalam mengembangkan kegiatan yang ada di posyandu.
c) Keterampilan kader kurang
Selama ini pelayanan di Posyandu masih sebatas pelayanan 5
Meja dan belum ada inovasi baru untuk menarik minat ibu balita
untuk datang ke Posyandu setiap bulannya. Hal ini disebabkan dari
kader sendiri kurang terampil dalam membuat ataupun menggunakan
media sebagai bahan penyuluhan bagi ibu balita.
160
6. Menyusun Saran
161
7. Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi
6.1 Menyusun Saran Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi di
Masyarakat
a. How-How Diagram
Peningkatan
pengetahuan
ibu tentang
posyandu
dengan cara
penyuluhan
Revitalisasi
kinerja Dawis
Kurangnya Pelatihan dan
untuk penjaringan
Keaktifan Ibu Pembinaan untuk
Penimbangan
membawa meningkatan
Berat Badan dan
balita ke peran kader
mendorong
keaktifan ibu ke
posyandu
Pemberian
informasi
dengan media
kreatif (poster,
lefleat, dan
stiker)
162
pengetahuan ibu tersebut berpengaruh terhadap tindakan ibu untuk
menimbang balitanya di posyandu. Sehingga ibu tidak
memperhatikan akan tanda bahaya yang terjadi apabila pertumbuhan
dan perkembangan anak tidak terpantau.
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan terdiri dari beberapa sub
kegiatan didalamnya, diantaranya sosialisasi pentingnya posyandu
bagi balita, pembagian materi sosialisasi, pemberian stiker, dan
mengadakan pretest sebelum penyuluhan serta posttest setelah
penyuluhan dilaksanakan.
2) Revitalisasi kinerja dawis untuk penjaringan berat badan balita
Dawis dimaksudkan sebagai perorganisasian setiap 10 KK
(Kepala Keluarga) untuk mempermudah jalannya suatu program.
Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk
menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali suatu program
kegiatan.
Revitalisasi kinerja dawis dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan fungsi dan kinerja dawis yang dalam hal ini
mempunyai peranan penting dalam penjaringan berat badan balita.
untuk mempermudah berjalannya sistem penjaringan berat badan
balita, setiap dawis diberikan satu form penjaringan berat badan
balita dan mempunyai tanggung jawab untuk setiap balita yang
terdapat dalam 10 KK, kegiatan ini mempunyai tujuan untuk
pencatatan dan pelaporan berat badan balita yang tidak hanya
ditimbang di posyandu saja, melainkan di fasilitas kesehatan lainnya
seperti Rumah Sakit, atau Puskesmas dengan tujuan agar berat bdan
balita setiap bulannya dapat dipantau.
3) Pemberian informasi dengan media kreatif
Media dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan untuk memperlancar komunikasi dan
penyebarluasan informasi. Pemberian informasi dengan media kreatif
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya
membawa balita ke posyandu.
Media-media yang digunakan dalam penyampaian informasi
berupa stiker, leaflet, dan poster. Stiker diberikan kepada ibu balita
163
yang membawa balitanya ke posyandu dan juga diberikan saat
penyuluhan berlangsung. Leaflet diberikan saat penyuluhan
berlangsung, leaflet terdiri dari informasi seputar posyandu dan juga
terdapat info kesehatan. Poster diberikan pada setiap perwakilan
warga pada masing-masing RW, yang nantinya poster tersebut dapat
dijadikan sebagai peningat akan pentingnya membawa balita ke
posyandu.
4) Pelatihan dan Pembinaan untuk meningkatan peran kader
Para kader kesehatan yang bekerja membutuhkan pembinaan
atau pelatihan dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka.
Pelatihan bagi kader Posyandu merupakan salah satu upaya dalam
rangka meningkatkan kapasitas dan kemampuan kader Posyandu.
Adapun pembinaan kader posyandu bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan wawasan kader agar dapat melakukan kegiatan
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
164
a) Kesediaan Dawis
Sebagai seorang kader dawis perlu meluangkan waktu
yang tidak sedikit untuk melakukan tugasnya, sehingga
kesediaan dawis menjadi faktor penghambat untuk dilakukannya
revitalisasi kinerja dawis.
b) Waktu yang dimiliki Dawis
Adanya kader dawis yang mempunyai pekerjaan lain selain
menjadi seorang kader dawis. Tak jarang kader dawis lebih
mementingkan pekerjaannya dibandingkan menjadi kader dawis,
sehingga dapat mempengaruhi revitalisasi kinerja dawis kurang
optimal.
c) Keaktifan Dawis
Kesibukan masing-masing dawis membuat minimnya
antusias dawis. Hal ini menjadikan partisipan rendah, sehingga
dapat menghambat tujuan dari diadakannya revitalisasi kinerja
dawis.
165
d) Tidak menyita banyak waktu dalam pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, balita melakukan penimbangan
setiap satu bulan sekali sehingga dalam pencatatannya juga
hanya dilakukan setiap satu bulan sekali.
e) Dukungan dari tenaga kesehatan
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tenaga
kesehatan setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tenaga kesehatan setempat.
f) Dukungan dari tokoh masyarakat
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tokoh masyarakat setempat.
g) Dawis menjangkau seluruh lingkup RT
Dawis merupakan kelompok terkecil dari PKK. Dalam
setiap RT terdapat beberapa dawis tergantung dari jumlah
kepala keluarga yang ada dalam satu RT tersebut sehingga
keberadaan dawis menjangkau seluruh lingkup RT.
2) Peningkatan pengetahuan ibu tentang posyandu dengan cara
penyuluhan
Tabel 3.66 FFA Peningkatan pengetahuan ibu tentang posyandu
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
Peningkatan pengetahuan
4 3
ibu lisan
Waktu yang dimiliki ibu Dukungan dari tenaga
4 2
kurang kesehatan
Persepsi ibu terhadap
3 pentingnya Posyandu Dukungan kader 2
bagi balita kurang baik
Dukungan tokoh
2
masyarakat
11 Jumlah Jumlah 9
166
a) Kurangnya partisipasi ibu
Kurangnya partisipasi ibu dalam ikut memajukan kegiatan
yang ada di posyandu, contohnya dalam hal menimbang balita
ke posyandu.
b) Waktu yang dimiliki ibu kurang
Adanya kesibukan ibu untuk berkunjung ke posyandu
karena beberapa ibu balita memiliki pekerjaan.
c) Persepsi ibu terhadap pentingnya Posyandu bagi balita kurang
baik
Dalam hal ini, masih ada beberapa ibu balita yang lebih
memilih untuk menimbangkan balitanya ke fasilitas kesehatan
lain seperti Rumah Sakit atau Puskesmas daripada ke
Posyandu.
167
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tokoh masyarakat setempat.
168
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang disarankan
diperoleh 11 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan dalam pemilihan alternatif solusi, yaitu :
a) Program kesehatan terlaksana dengan adanya bantuan kader
Dengan adanya kader, secara langsung dan tidak langsung
dapat membantu terlaksananya program kesehatan. Karena
kader dapat turun tangan secara langsung kepada masyarakat,
sehingga jika ada kendala di lapangan dapat dilaporkan pada
tingkat lebih tinggi dan masalah dapat dengan cepat
terselesaikan.
b) Dukungan tokoh masyarakat
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tokoh masyarakat setempat.
c) Dukungan tenaga kesehatan
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tenaga
kesehatan setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tenaga kesehatan setempat.
d) Antusias dan kepedulian kader
Di setiap posyandu memiliki kader yang mempunyai
antusias dan kepedulian yang tinggi dalam hal memajukan
program posyandu.
169
pelaksanaan kegiatan
Memerlukan ide yang
3
kreatif
16 Jumlah Jumlah 10
170
Pemberian informasi dengan media kreatif dapat langsung
ditujukan kepada sasaran tanpa adanya perantara.
c) Meningkatkan ketertarikan ibu
Penggunaaan gambar-gambar menarik yang terdapat
dalam media tersebut dapat meningkatkan ketertarikan ibu.
Berdasarkan Force Field Analysis tersebut, dilihat dari faktor
penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah
revitalisasi kinerja Dawis untuk penjaringan Penimbangan Berat Badan
dan mendorong keaktifan ibu ke posyandu.
Keaktifan
Kader
Kurang
dalam
pemantauan
berat badan
Pelatihan dan balita
Sistem
Pembinaan penjaringan
untuk berat badan
meningkatan balita
peran kader
Penghargaan
bagi kader
yang aktif
171
1) Pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan peran kader
Pelatihan dan pembinaan diberikan kepada kader secara rutin.
Dengan adanya pelatihan dan pembinaan tersebut, kader yang
sudah memiliki keahlian dapat mengetahui perannya sebagai kader
dalam meningkatkan angka kunjungan ibu balita ke posyandu
sehingga meningkatkan angka cakupan N/D. Sehingga pertumbuhan
dan perkembangan balita dapat terpantau setiap bulannya.
2) Penghargaan bagi kader yang aktif
Dengan adanya pemberian penghargaan kepada kader yang
dinilai sudah aktif dalam meningkatkan keaktifan ibu membawa balita
ke posyandu, maka kader yang ada akan merasa termotivasi untuk
menjadi yang terbaik dalam memberikan pelayanan sebagai kader di
Posyandu.
3) Monitoring dan Evaluasi Sistem penjaringan berat badan
Dengan adanya Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan maka
keberlangsungan sistem penjaringan berat badan balita yang
dilakukan oleh kader dan dawis dapat selalu terpantau. Dengan
adanya sistem penjaringan berat badan ini maka setiap ibu akan
didampingi langsung oleh kader dan dawis sehingga memilki peluang
untuk memberikan motivasi kepada ibu balita untuk menimbang dan
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita di Posyandu.
172
Tabel 3.69 FFA Pelatihan dan Pembinaan untuk
meningkatkan peran kader
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
meningkatkan peran
4 Ketersediaan Dana
Pembinaan untuk
Dukungan kader 4
Pelatihan dan
Ketersediaan Waktu Dukungan dari
3 3
dari Pihak Puskesmas kelurahan
kader
Ketersediaan tenaga
3 pemberi pelatihan dan Nilai Kebermanfaatan 4
pembinaan
Teknis Pelaksanaan 2
10 Jumlah Jumlah 13
173
a) Dukungan kader
Diadakannya pelatihan dan pembinaan ini mendapat
dukungan dari kader dan mereka antusias dengan adanya
kegiatan pelatihan dan pembinaan yang diberikam untuk
meningkatkan pelayanannya di Posyandu. Sehingga dengan
demikian dapat lebih mudah diterima oleh kader sebagai objek
sasaran.
b) Dukungan dari Kelurahan
Kegiatan pelatihan dan pembinaan bagi kader Posyandu ini
juga mendapat dukungan dari pihak Kelurahan karena dinilai
sangat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan di Posyandu.
Sehingga untuk pelaksanaannya dapat lebih mudah diterima
oleh kader dikarenakan adanya dukungan yang diperoleh dari
Kelurahan.
c) Nilai kebermanfaatan
Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan sangat
bermanfaat dalam peningkatan pengetahuan dan peran kader
dalam memaksimalkan pelayanan pada Posyandu.
d) Teknis pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan kader yang
dilakukan secara rutin sangat mudah untuk dilakukan
dikarenakan materi yang sama dan dengan kader sasaran
yang sama.
2) Penghargaan bagi kader yang aktif
Tabel 3.70 FFA Penghargaan bagi kader yang aktif
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
4 Ketersediaan dana Nilai kebermanfaatan 3
Penghargaan bagi
kader yang aktif
174
Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil yaitu pelatihan dan pembinaan
untuk meningkatkan peran kader. Faktor penghambat diperoleh 10
poin, yaitu:
a) Ketersediaan dana
Ketersediaan dana sangat berpengaruh pada pemberian
penghargaan bagi kader yang aktif. Dana dibutuhkan dalam
pemberian penghargaan tersebut secara material. Dengan dana
yang minim, maka pemberian penghargaan bagi kader yang aktif
tidak dapat dilakukan secara maksimal dikarenakan terdapat 8
Posyandu yang ada diwilayah Kelurahan Tinjomoyo.
b) Waktu untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader
Waktu yang dimiliki oleh pihak Puskesmas evaluasi kinerja
kader dalam memberikan penghargaan. Dengan waktu yang
sedikit maka penilaian kinerja kader tidak dapat dilakukan secara
maksimal.
c) Ketersediaan indikator penilaian
Indikator penilaian merupakan alat yang sangat penting
dalam menilai kinerja kader untuk memberikan penghargaan.
Namun dalam penyusunan indicator ini memerlukan waktu yang
banyak dan dalam penilaiannya dibutuhkan ketelitian.
d) Pelaksana monitoring dan evaluasi kinerja kader
Untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader
yang ada pada kegiatan posyandu tiap bulannya diperlukan
tenaga pelaksana yang terampil dan teliti dalam melakukan
penilaian tersebut.
175
meningkatkan pelayanannya di Posyandu. Sehingga dengan
demikian dapat lebih mudah diterima oleh kader sebagai objek
sasaran.
b) Dukungan dari Kelurahan
Kegiatan pelatihan dan pembinaan bagi kader Posyandu ini
juga mendapat dukungan dari pihak Kelurahan karena dinilai
sangat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan di Posyandu.
Sehingga untuk pelaksanaannya dapat lebih mudah diterima
oleh kader dikarenakan adanya dukungan yang diperoleh dari
Kelurahan.
c) Nilai kebermanfaatan
Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan sangat
bermanfaat dalam peningkatan pengetahuan dan peran kader
dalam memaksimalkan pelayanan pada Posyandu.
d) Teknis pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan kader yang
dilakukan secara rutin sangat mudah untuk dilakukan
dikarenakan materi yang sama dan dengan kader sasaran yang
sama.
176
Sistem Penjaringan Berat Badan Balita. Faktor penghambat diperoleh
10 poin, yaitu:
a) Waktu untuk melakukan monitoring dan evaluasi
Waktu yang dimiliki oleh pihak Puskesmas untuk
melakukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan
sistem penjaringan berat badan. Dengan waktu yang sedikit
maka pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini tidak dapat
dilakukan secara maksimal.
b) Indikator kegiatan
Indikator kegiatan merupakan alat yang sangat penting
dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan
berat badan balita. Namun dalam penyusunan indikator kegiatan
ini memerlukan waktu yang banyak untuk menyesuaikan
indikator yang diharapkan dengan fakta yang terlaksana di
lapangan dan juga dibutuhkan ketelitian.
c) Pelaksana monitoring dan evaluasi kegiatan
Untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan yang
ada pada kegiatan posyandu tiap bulannya diperlukan tenaga
pelaksana yang terampil dan teliti dalam melakukan monev
tersebut.
177
pertumbuhan dan perkembangan balita di wilayah Kelurahan
Tinjomoyo.
c) Dukungan Kader
Diadakannya Kegiatan monitoring dan evaluasi penjaringan
berat badan balita mendapat dukungan dari kader dan mereka
antusias dengan adanya kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pelayanannya di Posyandu khususnya dalam
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
d) Nilai Kebermanfaatan
Kegiatan monitoring dan evaluasi sangat bermanfaat untuk
menilai sejauhmana kegiatan ini berhasil dicapai dan juga untuk
menemukan dan memecahkan hambatan yang ditemui dalam
pelaksanaannya di lapangan.
e) Dukungan dawis
Adanya kegiatan monev ini mendapat dukungan dari dawis
sebagai pelaksana kegiatandi lapangan bersama dengan kader
posyandu. Kegiatan ini dapat membantu dawis dalam
memaksimalkan pelaksanaan kegatan penjaringan berat badan
balita dan melihat sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai
dari kegiatan yang sudah dilakukan.
Berdasarkan Force Field Analysis tersebut, dilihat dari
faktor penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang
diambil adalah melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan
sistem penjaringan berat badan balita. Dengan sub kegiatan
yaitu pembuatan proposal kepada pihak puskesmas dan
melakukan kegiatan advokasi untuk pelaksanaannya
178
7. Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA)
7.1 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Masyarakat
Tabel 3.72 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Masyarakat
179
Revitalisasi Kinerja Form penjaingan
Dawis berat badan balita
6. Pembuatan Form dan keaktifan ibu
Penjaringan berat ke posyandu
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu
7. Persiapan bahan,
alat, tempat,
personil, logistik
8. Pelaksanaan
Revitalisasi Kinerja
Dawis
9. Pembagian Form
penjaringan berat
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu kepada
kader dawis
10. Pembuatan
laporan
2. Sosialisasi 1. Kader Dawi 1. Pembuatan konsep 1 kali Rp 165.000,- 1. Peningkatan Fina, Elvia Minggu ke
pentingnya 2. Kader sosialisasi Dari Fakultas pengetahuan bagi 2 bulan
Posyandu bagi Posyandu 2. Persiapan bahan kader dawis, kader November
Balita 3. Ibu yang dan materi posyandu dan ibu
mempunyai pentingnya balita tentang
balita Posyandu bagi pentingnya
balita Posyandu bagi
3. Pemberian balita >50%
informasi terkait 2. Kehadiran peserta
pentingnya sosialisasi >70 %
Posyandu serta
penimbangan berat
180
badan baita secara
rutin
4. Pembuatan laporan
3. Pembuatan 1. 8 RW yang 1. Koordinasi untuk 1 kali Rp 32.000,- 1. Semua RW yang Fina Minggu ke
poster dengan ada di mencari materi Dari Fakultas ada di Kelurahan 2 bulan
tema Ayo Kelurahan yang akan Tinjomoyo November
timbang balita Tinjomoyo digunakan pada mendapatkan
di Posyandu poster masing-masing 1
2. Kantor 2. Pembuatan desain poster sebagai
Kelurahan poster yang akan media informasi
Tinjomoyo digunakan untuk menimbang
3. Mencetak poster balita di Posyandu
4. Pemberian poster 2. Kantor Kelurahan
pada setiap ketua Tinjomoyo
RW kelurahan mendapatkan 1
Tinjomoyo buah poster untuk
5. Pemberian poster ditempelkan di
kepada pihak papan informasi
Kelurahan kelurahan sebagai
6. Pembuatan laporan media informasi
agar ibu yang
memiliki balita
menimbang
balitanya setiap
bulan di Posyandu
4 Pembuatan Ibu yang 1. Koordinasi untuk 1 kali Rp 40.000,- Semua ibu balita yang Elvia Minggu ke
stiker dengan mempunyai mencari materi Dari Fakultas datang ke Posyandu 2 bulan
tema Ayo balita yang akan RW 02 dan RW 08 November
timbang Balita digunakan pada mendapatkan masing-
Ke Posyandu stiker masing 1 stiker
2. Pembuatan desain sebagai pengingat
stiker untuk tetap datang ke
181
3. Mencetak stiker Posyandu tiap
4. Pemberian stiker bulannya
pada ibu balita
5. Pembuatan laporan
5 Pembuatan 1. Dawis 1. Koordinasi untuk 1 kali Rp 140.000,- 1. Semua kader Herpina, Minggu ke
leaflet dengan Kelurahan mencari materi Dari Fakultas dawis Zaedatul 2 bulan
tema Manfaat Tinjomoyo yang akan mendapatkan 1 November
Menimbang 2. Kader digunakan pada leaflet sebagai
Balita di Posyandu leaflet media informasi
Posyandu tiap RW 2. Pembuatan desain manfaat
leaflet menimbang balita
3. Mencetak leaflet di Posyandu
4. Pemberian leaflet 2. Semua kader
pada dawis Posyandu dari
perwakilan tiap
RW mendapatkan
1 leaflet sebagai
media informasi
manfaat
menimbang balita
di Posyandu
182
7.2 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.73 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Pelayanan Kesehatan
183
4. Pencetakan contoh 1 kali Contoh poster, Fina
poster, stiker, dan stiker, dan leaflet
leaflet yang akan sudah tercetak
diberikan ke untuk dibawa saat
masyarakat Advokasi
Kelurahan
Tinjomoyo
184
8. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
8.1 Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi di Masyarakat
a) Revitalisasi kinerja Dawis Kelurahan Tinjomoyo
Revitalisai kinerja Dawis Kelurahan Tinjomoyo dilaksanakan
pada hari Selasa, 8 November 2016 kegiatan dimulai pada pukul
15.30 18.00. jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini
merupakan ibu lurah Tinjomoyo, Ibu kader Dawis dari 46 RT yang
ada di Kelurahan Tinjomoyo dan perwakilan kader Posyandu
sebanyak 8 orang. Kegiatan ini diawali dengan pembagian soal
pre tes untuk mengetahui sejauhmana pemahaman ibu tentang
kinerja Dawis yang sebenarnya dan tentang Posyandu.
Selanjutnya dilakukan pemaparan materi tentang tugas dan fungsi
dawis dalam mendukung pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita, dilanjutkan dengan adanya sosialisasi
tentang pentingnya menimbang balita di Posyandu tiap bulannya.
Setelah semua materi diberikan maka selanjutnya dilakukan
diskusi untuk memberikan pemahaman tentang revitalisasi kinerja
dawis dalam pendampingan ibu balita dalam 10 KK yang
dibawahinya. Respon peserta yang hadir sangat antusias, terlihat
dari partisipasi peserta dalam menyampaikan saran, aktif dalam
Tanya Jawab, dan dilihat dari meningkatnya jumlah skor post test
yang diperoleh setelah kegiatan berlangsung. Dana kegiatan yang
diperlukan untuk kegiatan revitalisasi ini sebanyak Rp 185.000,-
b) Sosialisasi pentingnya Posyandu bagi Balita
Kegiatan sosialisasi pentingnya Posyandu bagi Balita
dengan sasaran kader dawisdan kader Posyandu dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan revitalisasi kinerja dawis di
Kelurahan Tinjomoyo pada hari Selasa, 8 November 2016.
Sedangkan kegiatan sosialisasi dengan sasaran ibu yang memiliki
balita dilakukan pada saat kegiatan posyandu di RW 02 dan RW
08 Kelurahan Tinjomoyo. Jumlah peserta pada sosialisasi ini yaitu
semua kader dawis dan kader posyandu yang hadir pada saat
kegiatan revitalisasi kinerja dawis Kelurahan Tinjomoyo dan juga
semua ibu balita yang hadir pada kegiatan Posyandu. Respon ibu-
185
ibu yang menjadi peserta sosialisasi ini sangat antusias dilihat dari
pastisipasi ibu dalam kegiatan Tanya jawab. Dana yang diperlukan
dalam kegiatan ini adalah sebanyak Rp 165.000,-
c) Poster dengan tema Ayo timbang balita di Posyandu
Pemberian poster Posyandu ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 8 November 2016 bertempat di balai Kelurahan Tinjomoyo
bersamaan dengan kegiatan Revitalisasi kinerja Dawis Kelurahan
Tinjomoyo. Penerima Poster ini yaitu perwakilan kader Posyandu
dari tiap RW dan 1 poster untuk Kelurahan. Poster ini berisi
informasi tentang kegiatan Posyandu, manfaat menimbang balita
rutin tiap bulan di Posyandu, dan ajakan untuk menimbang balita
di Posyandu tiap bulan. Respon kader terkait pemberian poster ini
tergolong baik mengingat tugas kader untuk memberikan informasi
dan motivasi bagi ibu untuk membawa balitanya ke Posyandu.
Dana yang diperlukan dalam pembuatan poster ini adalah
sebanyak Rp 32.000,
d) Stiker dengan tema Ayo timbang Balita Ke Posyandu
Pemberian stiker Posyandu ini dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan Posyandu di RW 02 pada hari Selasa, 8
November 2016 dan di RW 08 pada hari Rabu, 9 November 2016.
Penerima stiker ini yaitu semua ibu balita yang hadir dalam
kegiatan Posyandu. Stiker ini berisi motivasi agar ibu balita rutin
membawa balita ke Posyandu tiap bulannya. Respon ibu balita
terkait pemberian poster ini tergolong baik mengingat desain yang
dibuat dalam stiker sangat menarik. Dana yang diperlukan dalam
pembuatan stiker ini adalah sebanyak Rp 40.000,-
e) Leaflet dengan tema Manfaat Menimbang Balita di Posyandu
Pemberian leaflet Posyandu ini dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan revitalisasi kinerja dawis Kelurahan Tinjomoyo
bertempat di balai kelurahan. Penerima leaflet ini yaitu semua
kader Dawis dari 46 RT yang ada di kelurahan Tinjomoyo dan
kader Posyandu dari tiap RW. Leaflet ini berisi informasi tentang
posyandu, manfaat menimbang di Posyandu, informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan balita, dan informasi tentang
186
kesehatanbalita. Pemberian informasi ini bertujuan untuk motivasi
agar ibu balita rutin membawa balita ke Posyandu tiap bulannya.
Dana yang diperlukan dalam pembuatan leaflet ini adalah
sebanyak Rp 140.000,-
187
Tabel 3.74 Matriks Persiapan Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Pihak
Kegiatan Sasaran Target Kebutuhan Metode Deskripsi Metode
terkait
1. Pembuatan Kepala 100% 1. Laptop Mahasiswa Diskusi Mahasiswa membuat kesepakatan
konsep advokasi Puskesmas 2. Pedoman dengan saling bertukar pikiran untuk
kegiatan teknik menentukan konsep advokasi yang
monitoring dan advokasi dilakukan kepada kepala puskesmas
evaluasi Sistem
Penjaringan
Berat Badan
Balita di
Posyandu
189
9. Monitoring Kegiatan Intervensi
Keterangan dan
Ketersediaan Hambatan/ Sumber Metode/Cara
No Program Tahapan Kegiatan Waktu PJ Upaya
Sumber Daya Kemajuan Data Monitor
Perbaikan
1. Revitalisasi 1. Koordinasi internal - Panitia inti Kurangnya Daftar Lihat check list Dimulai Kelo Membuat forum
kinerja untuk menentukan - Tempat, koordinasi logistik dari H- mpo diskusi dengan
Dawis konsep meja, kursi internal 3 k kelompok untuk
Kelurahan Revitalisasi - Lembar dalam meminta saran
Tinjomoyo Kinerja Dawis absensi penentuan dan masukan
2. Koordinasi - Materi konsep dalam
eksternal dengan presentasi Revitalisasi penentuan
stakeholder untuk - Snack dawis konsep dan
mengurus - Kamera pelaksanaan
perizinan tempat - Rundown Revitalisasi
3. Advokasi pada acara dawis
perangkat - Undangan ke
kelurahan untuk dawis dan
mendapatkan kader
dukungan Posyandu
4. Fasilitasi dengan
pihak Dawis untuk
berdiskusi dalam
rencana
pelaksanaan
Revitalisasi
Kinerja Dawis
190
5. Pembuatan materi
Revitalisasi
Kinerja Dawis
6. Pembuatan Form
Penjaringan berat
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu
7. Persiapan bahan,
alat, tempat,
personil, logistic
8. Pelaksanaan
Revitalisasi
Kinerja Dawis
9. Pembagian Form
penjaringan berat
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu kepada
kader dawis
2. Sosialisasi 1. Pembuatan - Panitia inti - Daftar Lihat checklist Dimulai Kelo
pentingnya konsep sosialisasi - Tempat, Logistik daftar logistik dari H- mpo
Posyandu 2. Persiapan bahan meja, kursi 3 k
bagi Balita dan materi - Lembar
pentingnya absensi
Posyandu bagi - Materi
balita presentasi
3. Pemberian - Snack
informasi terkait - Kamera
pentingnya - Rundown
191
Posyandu serta acara
penimbangan
berat badan baita
secara rutin
3. Pembuatan 1. Koordinasi untuk - Penanggung - Daftar Check list Dimulai Kelo
poster mencari materi jawab logistik H-3 mpo
dengan yang akan - Desain k
tema Ayo digunakan pada Poster
timbang poster - Materi poster
balita di 2. Pembuatan desain - Daftar
Posyandu poster yang akan sasaran
digunakan pembagian
3. Mencetak poster poster
4. Pemberian poster
pada setiap ketua
RW kelurahan
Tinjomoyo
5. Pemberian poster
kepada pihak
Kelurahan
192
5. Pembuatan 1. Koordinasi untuk - Penanggung - Check list Dimulai Kelo
leaflet mencari materi jawab H-3 mpo
dengan yang akan - Desain leaflet k
tema digunakan pada - Materi leaflet
Manfaat leaflet - Daftar
Menimban 2. Pembuatan desain sasaran
g Balita di leaflet pembagian
Posyandu 3. Mencetak leaflet leaflet
4. Pemberian leaflet
pada dawis
193
Apabila dilihat pada tabel, semua tahapan mulai dari persiapan
kegiatan hingga pada advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi
sistem penjaringan berat badan balita di posyandu sudah berjalan
dengan baik pada saat jalannya kegiatan berjalan dengan baik dan
lancar sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Tidak ada
hambatan saat pelaksanaan kegiatan ini.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian
dapat diihat dalam tabel 3.76 berikut :
Tabel 3.76 Capaian Program Intervensi Masyarakat
194
Pembuatan poster 1. 8 RW mendapatkan 1. 8 RW mendapatkan masing-
dengan tema Ayo masing-masing 1 poster masing 1 poster
timbang balita di 2. Kantor Kelurahan 2. Kantor kelurahan
Posyandu Tinjomoyo mendapatkan mendapatkan 1 buah poster
1 buah poster
Pembuatan stiker Semua ibu balita yang Semua ibu balita yang hadir
dengan tema Ayo datang ke Posyandu RW 02 pada kegiatan Posyandu rw
timbang Balita Ke dan RW 08 mendapatkan 02 dan RW 08 masing-
Posyandu masing-masing 1 stiker masing mendapatkan 1
sebagai pengingat untuk buah stiker.
tetap datang ke Posyandu
tiap bulannya
Pembuatan leaflet 1. Semua kader dawis 1. Semua kader dawis masing-
dengan tema mendapatkan 1 leaflet masing mendapatkan 1 buah
Manfaat sebagai media informasi leaflet
Menimbang Balita manfaat menimbang 2. Semua kader posyandu tiap
di Posyandu balita di Posyandu RW mendapatkan 1 buah
2. Semua kader Posyandu leaflet
dari perwakilan tiap RW
mendapatkan 1
195
9.2 Monitoring Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Kegiatan intervensi yang telah dikerjakan perlu dilihat,
apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak berjalan sama sekali, untuk itulah perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan monitoring
adalah untuk mahasiswa bersama masyarakat atau stakeholder
lain yang terkait dapat melakukan kegiatan pemantauan dan
penilaian dari kegiatan intervensi penyelesaian masalah gizi
yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dari intervensi yaitu terlaklsananya advokasi
kegiatan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat badan
balita di posyandu kepada Kepala Puskesmas Ngesrep. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya penandatangana pakta
integritas oleh Kepala Puskesmas Ngesrep. Berikut ini tabel
monitoring evaluasi kegiatan intervensi.
196
Tabel 3.77 Matriks Monitoring Kegiatan di Pelayanan Kesehatan
197
Berat Badan
Balita di
Posyandu
4. Pencetakan - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
contoh - Tempat, meja, kursi checklist
poster, stiker, - Laptop
dan leaflet - Softfile desain poster, stiker,
yang akan dan leaflet
diberikan ke
masyarakat
Kelurahan
Tinjomoyo
5. Koordinasi - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
dengan - Tempat, meja, kursi checklist
kepala
puskesmas
untuk jadwal
advokasi
6. Pengadvokas - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
ian kegiatan - Tempat, meja, kursi checklist
monitoring - Hardfile proposal dan pakta
dan evaluasi integritas
Sistem - Hardfile poster, stiker, dan
Penjaringan leaflet
Berat Badan
Balita di
Posyandu
198
Apabila dilihat pada tabel 3.76 , semua tahapan mulai dari persiapan
kegiatan hingga pada advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi
sistem penjaringan berat badan balita di posyandu sudah berjalan
dengan baik. Pada saat jalannya kegiatan berjalan dengan lancar
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Tidak ada hambatan
saat pelaksanaan kegiatan ini.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian dapat
diihat dalam tabel 3.78 berikut :
Tabel 3.78 Capaian Kegiatan advokasi kegiatan monitoring dan
evaluasi sistem penjaringan berat badan balita di posyandu
Target Capaian
1. Terlaksananya advokasi 1. Terlaksananya advokasi
kepada pihak kepala kepada pihak kepala
puskesmas puskesmas
2. Adanya penandatanganan 2. Adanya penandatanganan
pakta integritas oleh kepala pakta integritas oleh kepala
puskesmas puskesmas
199
10. Evaluasi Kegiatan Intervensi
10.1 Evaluasi Kegiatan Intervensi di Masyarakat
Tabel 3.79 Evaluasi Kegiatan Intervensi di Masyarakat
Sumber
No Program Tahapan Kegiatan Indikator Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
Data
1. Revitalisasi 1. Koordinasi internal 1. Adanya Laporan hasil 1. Adanya 1. Adanya Minggu Minggu
kinerja untuk menentukan kesepakatan advokasi dan kesepakatan kesepakata
ke 2 ke 2
Dawis konsep untuk bersama- fasilitasi bersama n untuk
Kelurahan Optimalisasi sama berperan dalam bersama- bulan bulan
Tinjomoyo Kinerja Dawis dalam peningkatan sama
Novem Novem
2. Koordinasi peningkatan keaktifan ibu berperan
eksternal dengan keaktifan ibu ke ke posyandu dalam ber ber
stakeholder untuk posyandu dan dan peningkata
mengurus mendukung mendukung n keaktifan
perizinan tempat penjaringan berat penjaringan ibu ke
3. Advokasi pada badan balita berat badan posyandu
perangkat 2. Adanya umpan balita dan
kelurahan untuk balik dari pihak 2. Adanya mendukung
mendapatkan terkait dalam umpan balik penjaringan
dukungan pelaksanaan dari pihak berat
4. Fasilitasi dengan peningkatan terkait dalam badan
pihak Dawis untuk kerja Dawis pelaksanaan balita
berdiskusi dalam 3. Setiap 1 kader peningkatan 2. Adanya
rencana Dawis menjadi kerja Dawis umpan
pelaksanaan pendamping bagi 3. Setiap Dawis balik dari
Revitalisasi balita dari 10 KK menjadi pihak
Kinerja Dawis yang pendamping terkait
200
5. Pembuatan materi dibawahinya balita pada dalam
Revitalisasi 4. Setiap dawis RW tiap 10 KK pelaksanaa
Kinerja Dawis 8 mendapatkan yang n
6. Pembuatan Form Form penjaingan dipegangnya peningkata
Penjaringan berat berat badan 4. Setiap Dawis n kerja
badan balita dan balita dan di RW 8 Dawis
keaktifan ibu ke keaktifan ibu ke mendapatkan 3. Setiap 1
posyandu posyandu Form kader
7. Persiapan bahan, penjaingan Dawis
alat, tempat, berat badan menjadi
personil, logistic balita dan pendampin
8. Pelaksanaan keaktifan ibu g bagi
Revitalisasi ke posyandu balita dari
Kinerja Dawis 10 KK yang
9. Pembagian Form dibawahiny
penjaringan berat a
badan balita dan 4. Setiap
keaktifan ibu ke dawis RW
posyandu kepada 8
kader dawis mendapatk
an Form
penjaingan
berat
badan
balita dan
keaktifan
ibu ke
posyandu
2. Sosialisasi 1. Pembuatan 1. Peningkatan 1. Hasil pre 1. Peningkatan 1. Peningkata Minggu Minggu
pentingnya konsep sosialisasi pengetahuan dan post pengetahuan n
ke 2 ke 2
Posyandu 2. Persiapan bahan bagi kader dawis, test bagi bagi kader pengetahua
bagi Balita dan materi kader posyandu kader dawis, kader n bagi bulan bulan
pentingnya dan ibu balita dawis, posyandu dan kader
201
Posyandu bagi tentang kader ibu balita dawis, dan Novem Novem
balita pentingnya posyandu tentang kader
ber ber
3. Pemberian Posyandu bagi dan ibu pentingnya posyandu
informasi terkait balita >50% balita Posyandu tentang
pentingnya 2. Kehadiran tentang bagi balita pentingnya
Posyandu serta peserta pentingny >50% Posyandu
penimbangan sosialisasi >70 % a 2. Kehadiran bagi balita
berat badan baita Posyandu peserta mencapai
secara rutin bagi balita sosialisasi >60%.
2. Absensi >70 % Namun
Kehadiran untuk
tingkat
pengetahua
n ibu tidak
bisa dinilai
karena
pelaksanaa
n
sosialisasi
tidak
menggunak
an pre dan
post test,
tetapi jika
ditanyakan
kembali
mampu
untuk
menjawab
2. Kehadiran
peserta
sosialisasi
bagi kader
202
dawis, dan
kader
posyandu
>80 %
3. Pembuatan 1. Koordinasi untuk 1. Semua RW yang Jumlah 1. Semua RW 1. Semua RW Minggu Minggu
poster mencari materi ada di Kelurahan poster yang yang ada di yang ada di ke 2 ke 2
dengan yang akan Tinjomoyo terbagikan Kelurahan Kelurahan bulan bulan
tema Ayo digunakan pada mendapatkan Tinjomoyo Tinjomoyo Novem Novem
timbang poster masing-masing 1 mendapatkan mendapatk ber ber
balita di 2. Pembuatan desain poster sebagai masing- an masing-
Posyandu poster yang akan media informasi masing 1 masing 1
digunakan untuk poster poster
3. Mencetak poster menimbang sebagai media sebagai
4. Pemberian poster balita di informasi media
pada setiap ketua Posyandu untuk informasi
RW kelurahan 2. Kantor Kelurahan menimbang untuk
Tinjomoyo Tinjomoyo balita di menimbang
5. Pemberian poster mendapatkan 1 Posyandu balita di
kepada pihak buah poster 2. Kantor Posyandu
Kelurahan untuk Kelurahan 2. Kantor
ditempelkan di Tinjomoyo Kelurahan
papan informasi mendapatkan Tinjomoyo
kelurahan 1 buah poster mendapatk
sebagai media untuk an 1 buah
informasi agar ditempelkan di poster
ibu yang memiliki papan untuk
balita informasi ditempelka
menimbang kelurahan n di papan
balitanya setiap sebagai media informasi
bulan di informasi agar kelurahan
Posyandu ibu yang sebagai
memiliki balita media
menimbang informasi
203
balitanya agar ibu
setiap bulan di yang
Posyandu memiliki
balita
menimbang
balitanya
setiap
bulan di
Posyandu
4. Pembuatan 1. Koordinasi untuk Semua ibu balita Jumlah stiker Semua ibu balita Semua ibu Minggu Minggu
stiker mencari materi yang datang ke yang yang datang ke balita yang ke 2 ke 2
dengan yang akan Posyandu RW 02 terbagikan Posyandu RW 02 datang ke bulan bulan
tema Ayo digunakan pada dan RW 08 dan RW 08 Posyandu RW Novem Novem
timbang stiker mendapatkan mendapatkan 02 dan RW 08 ber ber
Balita Ke 2. Pembuatan desain masing-masing 1 masing-masing 1 mendapatkan
Posyandu stiker stiker sebagai stiker sebagai masing-masing
3. Mencetak stiker pengingat untuk pengingat untuk 1 stiker
4. Pemberian stiker tetap datang ke tetap datang ke sebagai
pada ibu balita Posyandu tiap Posyandu tiap pengingat
bulannya bulannya untuk tetap
datang ke
Posyandu tiap
bulannya
5. Pembuatan 1. Koordinasi untuk 1. Semua kader Jumlah 1. Semua kader 1. Semua Minggu Minggu
leaflet mencari materi dawis leaflet yang dawis kader ke 2 ke 2
dengan yang akan mendapatkan 1 terbagikan mendapatkan dawis bulan bulan
tema digunakan pada leaflet sebagai 1 leaflet mendapatk Novem Novem
Manfaat leaflet media informasi sebagai media an 1 leaflet ber ber
Menimban 2. Pembuatan desain manfaat informasi sebagai
g Balita di leaflet menimbang manfaat media
Posyandu 3. Mencetak leaflet balita di menimbang informasi
4. Pemberian leaflet Posyandu balita di manfaat
204
pada dawis 2. Semua kader Posyandu menimbang
Posyandu dari 2. Semua kader balita di
perwakilan tiap Posyandu dari Posyandu
RW perwakilan 2. Semua
mendapatkan 1 tiap RW kader
leaflet sebagai mendapatkan Posyandu
media informasi 1 leaflet dari
manfaat sebagai media perwakilan
menimbang informasi tiap RW
balita di manfaat mendapatk
Posyandu menimbang an 1 leaflet
balita di sebagai
Posyandu media
informasi
manfaat
menimbang
balita di
Posyandu
3. Semua ibu
yang
datang ke
posyandu
RW 8
mendapatk
an leaflet
205
10.1 Evaluasi Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.80 Matriks Evaluasi Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Tahapan
No. Indikator Sumber Data Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
Kegiatan
1. Pembuatan Terbentuknya Draft advokasi Terdapatnya Terbentuknya Minggu ke 2 Minggu ke 2
konsep advokasi konsep advokasi konsep konsep bulan bulan
kegiatan 100 % mengenai mengenai November November
monitoring dan mekanisme mekanisme
evaluasi Sistem advokasi advokasi 100 %
Penjaringan Berat
Badan Balita di
Posyandu
2. Pembuatan Terbentuknya Draft proposal Proposal Terbentuknya Minggu ke 2 Minggu ke 2
proposal advokasi proposal terselesaikan proposal bulan bulan
ke puskesmas advokasi ke advokasi ke November November
puskesmas 100 puskesmas 100
% %
3. Pembuatan pakta Terbentuknya Draft pakta Pakta integritas Terbentuknya Minggu ke 2 Minggu ke 2
integritas untuk pakta integritas integritas terselesaikan pakta integritas bulan bulan
pelaksanaan 100 % 100 % November November
monitoring dan
evaluasi Sistem
Penjaringan Berat
Badan Balita di
Posyandu
4. Pencetakan Contoh poster, Softfile desain Contoh poster, Contoh poster, Minggu ke 2 Minggu ke 2
contoh poster, stiker dan leaflet poster, stiker, stiker, dan stiker dan leaflet bulan bulan
stiker, dan leaflet sudah dicetak dan leaflet leaflet tercetak sudah dicetak November November
yang akan 100 % 100 %
206
diberikan ke
masyarakat
Kelurahan
Tinjomoyo
5. Koordinasi dengan Adanya Adanya Adanya Minggu ke 2 Minggu ke 2
pihak kepala kesepakatan kesepakatan kesepakatan bulan bulan
puskesmas untuk jadwal untuk jadwal dengan jadwal untuk November November
jadwal advokasi melakukan kepala melakukan
advokasi puskesmas advokasi
6. Pengadvokasian 1. Terlaksananya Hasil indepth Advokasi 1. Terlaksanan Minggu ke 2 Minggu ke 2
kegiatan advokasi interview dan terlaksana dan ya advokasi bulan bulan
monitoring dan kepada pihak fasilitasi ada kepada pihak November November
evaluasi Sistem kepala dengan penandatangan kepala
Penjaringan Berat puskesmas puskesmas an pakta puskesmas
Badan Balita di 2. Adanya integritas oleh 2. Adanya
Posyandu penandatanga kepala penandatan
nan pakta puskesmas ganan pakta
integritas oleh integritas
kepala oleh kepala
puskesmas puskesmas
207
B.3 MASALAH DBD DARI SEGI MASYARAKAT DAN YANKES
208
1) Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) DBD
209
Ketepatan waktu Penyelidikan Epidemiologi DBD adalah
persentase jumlah kasus DBD yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi dalam waktu 1x24 jam setelah puskesmas
menerima laporan kasus DBD dari semua jumlah kasus DBD
yang ada. Berdasarkan grafik di atas, dapat kita lihat bahwa
trendline Ketepatan waktu Penyelidikan Epidemiologi untuk DBD
di tahun 2011-2016 adalah naik. Hal ini berarti kecenderungan
ketepatan waktu PE DBD meningkat.
3) Capaian Angka Bebas Jentik (ABJ)
210
antara target dan capain/realita yang ada. Berikut merupakan analisis
masalah DBD berdasarkan gap dan tren yang ada.
211
Tabel 3.81 Analisis Tren dan Gap Indikator DBD di Kelurahan Tinjomoyo
Dari data di atas maka dapat dilihat bahwa masalah DBD di Kelurahan Tinjomoyo terdapat tiga masalah yang dapat dianalisis yang
selanjutnya akan dipilih menjadi prioritas masalah. Capaian ABJ di Kelurahan Tinjomoyo mempunyai gap yang terbanyak walaupun
tidak menunjukan tren yang menurun
212
d. Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan data sekunder dan konfirmasi kepada gasurkes
telah didapatkan tiga masalah Demam Berdarah yang muncul di
masyarakat Kelurahan Tinjomoyo dan diperlukan analisis untuk
menentukan prioritas masalah. Dalam penentuan prioritas masalah
digunakan metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA),
metode ini untuk menentukan satu masalah yang akan dijadikan
prioritas. Selanjutnya prioritas masalah dengan metode MCUA
adalah dengan melihat skor terbesar dari masalah-masalah yang
ada. Untuk menentukan masalah mana yang akan diambil maka
dilakukan penilaian dengan menggunakan kriteria.
Kriteria yang digunakan dalam matriks MCUA ini sebagai
berikut :
1) Besar Masalah
Kriteria ini mengandung maksud tinggi rendahnya frekuensi atau
jumlah kasus kejadian masalah DBD.
2) Kegawatan
Kegawatan ini mencakup derajat keparahan dari masing-masing
masalah DBD untuk menuju kondisi yang memburuk atau ke arah
kematian.
3) Analisis Tren
Kriteria ini mencakup kualitas atau keakuratan dari informasi atau
data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data
tersebut dikumpulkan. Sehingga dengan analisis tren ini dapat
diketahui bahwa kasus tersebut ditemukan dalam setiap
tahunnya.
Kegawatan skoring :
1) Gawat
Skor Keterangan
1 Tidak gawat
2 Cukup gawat
3 Gawat
4 Sangat gawat
2) Besar
3) Tren
Skor Keterangan
1 Naik
2 Konstan
3 Turun
4 Turun Tajam
214
Berdasarkan penentuan masalah dengan metode MCUA
tersebut dihasilkan cakupan output prioritas masalah DBD di
Kelurahan Tinjomoyo adalah rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ)
dengan matriks MCUA kemudian dilakukan identifikasi dan analisis
masalah utama tersebut menjadi akar penyebab atau faktor risiko
yang lebih spesifik menggunakan metode fishbone yang mengacu
pada konsep HL. Blum. Adapun diagram fishbone adalah sebagai
berikut :
215
Ketersediaan Sarana Ketersediaan
dan prasarana Monitoring Evaluasi dana
Sumber
Peran Gasurkes Materi
Informasi
Kelurahan Pelaksanaan Pengendalian Informasi
Pendapatan
DBD
Analisis Data ABJ
Beban Praktik Ketersediaan
Jumlah Tingkat Pendidikan
Kerja Ikanisasi Usia Informasi
SDM
Ketersediaan Data
ABJ Sampah
LINGKUNGAN
Keberadaan
Resting Place
Gambar 3.28 Fishbone DBD
Biologi Keberadaan
Sumber Air
Breeding Place
Fisik
Tempat
Penampungan Air Penghargaan
Sosial Dukungan Tokoh
Budaya Masyarakat
Bentuk
Dukungan
216
2.Akar Penyebab Masalah Demam Berdarah Dengue
217
Tabel 3.83 Definisi Operasional Demam Berdarah Dengue (DBD)
VARIABEL KUANTITATIF
1. Umur Lama hidup responden dihitung Rasio Umur responden dinyatakan Wawancara Kuesioner
berdasarkan tahun, sejak tahun dalam tahun
dilahirkan hingga pada saat
dilakukan wawancara
2. Pendidikan Urutan pendidikan formal yang Ordinal 6. Tidak sekolah Wawancara Kuesioner
pernah ditempuh seseorang 7. SD
mulai dari pendidikan dasar
8. SMP
sampai dengan pendidikan tinggi,
9. SMA
yang dibuktikan dengan ijazah.
10. Perguruan Tinggi
Skoring :
218
3. Pendapatan Sejumlah uang dan atau barang Ordinal Pendapatan dinyatakan Wawancara Kuesioner
yang dinilai dengan uang yang dalam :
dapat digunakan keluarga selama 1 : dibawah UMR Kota
satu bulan untuk pangan dan non Semarang (<Rp
pangan 1.909.000,00)
Dikategorikan sebagai :
219
d. Cukup : skor total 17-33
220
7. Praktik Tindakan yang dilakukan Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Ikanisasi responden untuk memberantas wawancara praktik ikanisasi dan
jentik nyamuk dengan cara dirangkum dalam kuesioner. observasi
memberikan ikan di tempat Kategori skoring adalah
penampungan air bersih. sebagai berikut :
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 5
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
0-2 = buruk
3-5 = baik
8. Praktik 3M Tindakan yang dilakukan Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Plus responden dalam kegiatan 3M wawancara praktik 3M Plus dan
221
Plus meliputi : Menguras, dirangkum dalam kuesioner. observasi
Menutup, Penggunaan obat anti Kategori skoring adalah
nyamuk, menggunakan kelambu, sebagai berikut :
pemasangan kawat kasa.
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 7
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
0-3 = buruk
4-7 = baik
9. Sumber Air Sumber air bersih yang ada Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
disekitar lingkungan dan jawaban pertanyaan seputar
digunakan oleh masyarakat untuk sumber air yang dirangkum
memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam kuesioner.
meliputi : PAMSIMAS,PDAM dan Kategori skoring adalah
222
artetis. sebagai berikut :
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 5
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
0-2 = buruk
3-5 = baik
10. Tempat Wadah yang digunakan untuk Nominal Diukur dengan skoring Observasi Kuesioner
Penampungan menampung air bersih didalam observasi seputar tempat
Air rumah meliputi : bak mandi, penampungan air yang
tempayan, ember, drum. dirangkum dalam kuesioner.
223
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 4
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
2-4 = berisiko
11. Resting Place Tempat yang disukai nyamuk Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Aedes aegypti untuk beristirahat observasi seputar resting dan
seperti : tempat yang gelap, place dan breeding place Observasi
lembab, dan tersembunyi didalam yang dirangkum dalam
rumah atau bangunan termasuk kuesioner.
kamar mandi dan dapur. Kategori skoring adalah
Tempat gelap yang dimaksud sebagai berikut :
adalah area yang kurang Skor terendah = 0
224
pencahayaan dan cenderung Skor tetinggi = 4
tersembunyi.
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
2-4 = berisiko
12. Breeding Place Nyamuk Aedes aegypti suka Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
berkembangbiak di air yang observasi seputar resting dan
bersih yang tidak beralaskan place dan breeding place Observasi
tanah. Biasanya jentik nyamuk yang dirangkum dalam
tersebut berada pada bagian yang kuesioner.
berdekatan dengan permukaan Kategori skoring adalah
air, seperti : bak mandi, WC, sebagai berikut :
tempayan, dan drum air.
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 4
Indikator skoring :
225
Ya = 1
Tidak = 0
2-4 = berisiko
13. Kerja Bakti Kegiatan gotong-royong yang Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
melibatkan seluruh warga wawancara seputar kerja
kampung setempat untuk bakti dirangkum dalam
membersihkan lingkungan kuesioner.
kampung meliputi kegiatan untuk
Kategori skoring adalah
mebersihkan saluran air.
sebagai berikut :
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 5
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
226
Total skor menentukan
sumber air :
3-5 = baik
14. Peran Kader Kegiatan yang dilakukan oleh Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
kader setempat dalam wawancara seputar peran
melakukan pemantauan jentik dan kader dirangkum dalam
pemberian penyuluhan mengenai kuesioner.
PSN , yang dikonfirmasi dengan Kategori skoring adalah
cara memberikan pertanyaan sebagai berikut :
kepada responden.
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 3
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
227
2-3 = baik
15. Dukungan Dukungan yang diberikan oleh Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Tokoh Ketua RT, Ketua RW, Lurah wawancara dukungan tokoh
Masyarakat meliputi bentuk dukungan (berupa masyarakat dirangkum dalam
ada tidaknya surat edaran atau kuesioner.
imbauan) serta penghargaan Kategori skoring adalah
kepada masyarakat yang sebagai berikut :
melakukan PSN.
Skor terendah = 0
Skor tetinggi = 5
Indikator skoring :
Ya = 1
Tidak = 0
3-5 = baik
VARIABEL KUALITATIF
228
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
1. Jumlah SDM Banyaknya tenaga puskesmas yang berperan dalam melaksanakan program Indepth interview
DBD di puskesmas meliputi jumlah tenaga, lama kerja tenaga puskesmas
pemegang program DBD.
2. Beban Kerja Tanggungan yang harus dikerjakan oleh tenaga puskesmas seperti banyaknya Indepth interview
pekerjaan yang harus dilakukan, tanggungjawab pekerjaan, pencapaian target
kerja dan motivasi untuk bekerja.
3. Ketersediaan Ketersediaan rekap laporan terkait pelaksanaan program pengendalian DBD Indepth interview
Data ABJ secara rutin
4. Analisis Data Pengolahan laporan angka bebas jentik yang berasal dari data Puskesmas dan Indepth interview
ABJ Kelurahan di setiap bulan
5. Ketersediaan Kesiapan modal seperti dana untuk mendukung keberjalanan program Indepth interview
Dana pengendalian DBD.
6. Ketersediaan Kesiapan suatu sarana seperti keadaan alat atau barang yang dapat dioperasikan Indepth interview
Sarana untuk mendukung keberjalanan program pengendalian DBD
Prasarana
7. Monitoring Pengawasan yang dilakukan oleh responden terhadap kegiatan dan program Indepth interview
terkait penanggulangan DBD di masyarakat meliputi upaya monitoring, pelaksana
monitoring, upaya tindak lanjut kegiatan monitoring
229
8. Evaluasi Upaya yang dilakukan responden untuk memberikan penilaian terhadap Indepth interview
pelaksanaan program pengendalian DBD meliputi cara melaksanakan evaluasi
dan aspek yang perlu dilihat dalam evaluasi.
9. Peran Keaktifan Semantik dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik dan Indepth interview
Semantik memberikan laporan ke puskesmas
10. Peran Keaktifan Gasurkes dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik rutin (PJR) dan Indepth interview
Gasurkes memberikan laporan ke puskesmas
230
Hasil pengumpulan data lapangan yang diolah menggunakan
software excel dan SPSS adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik Responden
1) Usia Responden
231
Berdasarkan gambar 3. hasil distribusi frekuensi
pendidikan terakhir responden dapat diketahui bahwa pendidikan
terakhir responden paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu sebesar 49%, sedangkan responden yang tidak
sekolah sebesar 5%.
3) Pendapatan Responden
232
Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa
bangunan yang terdapat jentik sebesar 54,54% terdapat pada
responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang. Sedangkan
bangunan yang tidak terdapat jentik sebesar 67,74% terdapat
pada responden dengan tingkat pengetahuan baik.
2) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Praktik ikanisasi
Tabel 3.85 Praktik ikanisasi
Keberadaan Jentik
Ada Jentik Tidak Ada Total
Jentik
f % f % f %
Praktik Buruk 28 48.30 30 51.70 58 100
Ikanisasi Baik 10 27.00 27 73.00 37 100
Total 38 40.00 57 60.00 95 100
c. Lingkungan
233
1) Lingkungan Fisik
a) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Sumber Air
Tabel 3.87 Sumber Air
Keberadaan Jentik
Total
Ada Jentik Tidak Ada Jentik
F % f % f %
Sumber Buruk 4 25.00 12 75.00 16 100
Air Baik 34 43.04 45 56.96 79 100
Total 38 40.00 57 60.00 95 100
2) Lingkungan Biologi
Tabel 3.89 Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan
Resting Place
234
Keberadaan Jentik
Total
Ada Jentik Tidak Ada Jentik
f % f % f %
Resting Place Buruk 5 33.33 10 66.67 15 100
Baik 33 41.25 47 58.75 80 100
Total 38 40.00 57 60.00 95 100
236
d. Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.93 Informan Triangulasi (Tenaga Kesehatan)
237
di kantor mbak. program DBD 1 tahun ketentuannya. Upaya
lebih ( PSN, PE, Kasus). untuk mengelola
Tugas lain : promkes, waktunya ya selama
BPJS. Namun pekerjaan seminggu bisa
terbagi-bagi dan melebihi melakukan pemantauan
kemampuan pemegang jentik ke 100 rumah.
program.
c. Ketersediaan Dana Untuk dana sendiri berasal Pengendalian program Untuk dana selama
dari BOK (Bantuan (PE, Fogging), ada dana melakukan pemantauan
Operasional Kesehatan). (BOK, JKN, APBD jentik hanya berupa dana
Namun untuk Pemerintah), lancar. transport
pembagiannya kurang
mengetahui karena sudah
langsung dibagi oleh
atasan.
d. Ketersediaan Ada sarprasnya seperti Membutuhkan sarpras Senter, lembar observasi
Sarana dan senter, lembar observasi, (senter, larvasida, media
Prasarana abate. Namun diusahakan penyuluhan)
untuk tidak memakai abate
terlalu sering kepada
masyarakat.
e. Monitoring Upaya untuk melihat Perda no 5 2010 Upaya monitoring
kegiatan yang dilakukan (diterapkan agustus 2016) langsung dilakukan oleh
oleh semantik ya dengan diterapkan dgn DKK dan LSM Kaliandra
saya kroscek rumahnya penyuluhan/sosialisasi ke terkait peran gasurkes.
lagi. Lalu untuk penerapan masyarakat namun masih Selain itu, untuk
perda no 5 tahun 2010 kurang berjalan karena penerapan perda nomor
perlu di sosialisasi lebih masyarakat belum sadar 5 tahun 2010 sebagai
gencar. Hambatannya akan pencegahan. salah satu upaya untuk
dalam melakukan Monitoring dilakukan melihat keberjalanan
monitoring adalah jika turun dengan bantuan gasurkes PSN di masyarakat.
238
ke lapangan kekurangan di setiap kelurahan
tenaga. dengan menjangkau
seluruh rumah di wilker
pus/kel. Kegiatan PSN
dilaksanakan dgn
pengawasan dari Dinas
dengan tujuan agar
kegiatan terpantau dan
berjalan dgn baik.
f. Evaluasi Upaya evaluasinya melalui Ada perubahan setelah Laporan disampaikan ke
dilakukan monitoring. PKK Kelurahan,
Evaluasi dilakukan dgn pertemuan kader per
rapat lintas program RW, RT.
(rutin/minggu) dan laporan
ke DKK.Pelaksanaan PE
sudah sesuai.
g. Peran Semantik Tugas dari semantik itu
sendiri adalah memantau
jentik ke 20 rumah di setiap
kelurahan secara acak.
Semantik sendiri
merupakan kader dan
setelah melakukan
pemantauan jentik harus
memberikan laporan ke
puskesmas. Hambatan
yang sering terjadi adalah
keterlambatan pemberian
laporan yang dilakukan
oleh kader.
h. Peran Gasurkes Utamanya adalah
239
melakukan pemantauan
jentik di wilayah
kelurahan dengan
targetnya 100 rumah per
minggu, selain itu
melakukan penyuluhan
kesehatan (4 sekolah, 7
masyarakat, 1 lintas
sektor). Namun juga
membantu melakukan
kegiatan PE
(puskesmas) dan PJB
secara berkala.
Harapannya adalah
dengan adanya gasurkes
dapat membantu
menurunkan atau
menekan kasus DBD
serta mendampingi
masyarakat yang
menjadi penderita DBD
hingga tertolong.
i. Ketersediaan Data Data ABJ yang di Data yang ada seperti
ABJ puskesmas berasal dari ABJ per RT yang
laporan gasurkes, laporan biasanya dilaporkan 3
semantik dan upaya bulan sekali, kemudian
pemantauan jentik berkala. rekap ABJ per RW yang
Tapi belum lengkap karena akan disampaikan di
sering adanya pergantian kelurahan.
tenaga.
240
Berdasarkan hasil uji hubungan menggunakan SPSS akar
penyebab masalah rendahnya ABJ di Kelurahan Tinjomoyo, didapatkan
bahwa pengetahuan, praktik ikanisasi, dan peran kader jumantik
berhubungan dengan rendahnya Angka Bebas Jentik di Kelurahan
Tinjomoyo.
241
Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk pemilihan
prioritas akar penyebab masalah DBD di Kelurahan Tinjomoyo
merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok yang ditunjang
dengan jurnal dan data. Semakin kriteria dianggap penting, maka
bobotnya semakin besar.
Peran Kader
Jumantik
Optimalisasi Penerapan 1
Dawis Rumah 1
Jumantik
242
1. Optimalisasi Dawis
Upaya optimalisasi dawis bertujuan untuk mengaktifkan
kembali peran dawis sebagai kader kesehatan khususnya
pada pemantauan jentik.
2. Pelatihan Kader
Kegiatan pelatihan kader bertujuan untuk memberikan
pengalaman dan wawasan terbaru untuk kader mengenai
upaya pencegahan demam berdarah dengan kegiatan yang
sederhana seperti pembuatan ovitrap yang diharapkan dapat
diaplikasikan setelah dilaksanakan pelatihan
3. PSN Bersama
Kegiatan PSN bersama bertujuan untuk mengajak masyarakat
di Kelurahan Tinjomoyo rutin melakukan kegiatan kebersihan
lingkungan dan menggerakkan gerakan 3M Plus pada hari
tertentu yang sudah dijadwalkan dan disepakati bersama
4. Penerapan 1 Rumah 1 Jumantik
Gerakan pemberdayaan masyarakat untuk menjadi pemantau
jentik bagi rumahnya sendiri, sehingga seluruh anggota
keluarga mempunyai peran untuk melakukan kegiatan
pemantauan jentik dan PSN. Serta diharapkan setiap keluarga
mempunyai laporan secara mandiri dan tidak ketergantungan
oleh tenaga surveilans kesehatan.
244
Field Analysis untuk mengetahui terkait alternatif solusi tersebut
layak diaplikasikan atau tidak di masyarakat.
4) Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah Demam Berdarah
Dengue di Masyarakat dengan Force Field Analysis
Penentuan prioritas penyelesaian masalah yang dapat
dilakukan dalam fasilitasi menggunakan diagram Force Field
Analysis. Diagram ini digunakan untuk menilai kelayakan solusi
yang akan diambil dengan metode skoring. Untuk masing-masing
poin dari faktor pendukung dan penghambat diberi skor (1-4). Jika
skor besar pada faktor pendukung, maka solusi tersebut layak
untuk direkomendasikan sedangkan jika skor lebih besar pada
faktor penghambat, solusi tersebut tidak layak/kurang tepat untuk
direalisasikan karena memiliki hambatan tinggi.
Untuk pemberian kriteria skoring pada faktor penghambat
sebagai berikut
Skor 1 = tidak menghambat
2 = tidak terlalu menghambat
3 = menghambat
4 = sangat menghambat
Sedangkan pada skor faktor pendukung adalah sebagai
berikut :
Skor 1 = tidak mendukung
2 = tidak terlalu mendukung
3 = mendukung
4 = sangat mendukung
a) Optimalisasi Dawis
Tabel 3.96 FFA Optimalisasi Dawis
Adanya dukungan
2 Koordinasi 2
tokoh masyarakat
Adanya wadah yang
3 Sistematika pelaporan 3
menaungi dawis
245
Tidak adanya peraturan
3
yang mengikat Total 9
12 Total
1) Keaktifan dawis
2) Koordinasi
3) Sistematika pelaporan
b) Pelatihan Kader
2 4
informasi (tenaga)
Kader menjadi
2 Pelatih/pemateri 4
terlatih
7 Total Total 11
248
c) Penerapan 1 Rumah 1 Jumantik
Penerapan 1 Rumah 1
Kesibukan anggota Ada imbauan dari
3 1
keluarga pemerintah
Jumantik
Kesadaran Adanya sarana dan
4 2
prasarana
Kemandirian Kemudahan untuk
3 melakukan kegiatan 4
pemantauan
11 Total Total 7
Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil dengan melakukan
kegiatan penerapan 1 rumah 1 jumantik.
d) PSN Bersama
Tabel 3.99 FFA PSN Bersama
4 melakukan PSN 3
kurang
4 Kesibukan warga Ada tenaga 2
Kurangnya informasi Tidak memerlukan
2 terkait PSN peralatan yang 2
rumit
10 Total Total 7
250
Peran serta warga setempat masih kurang dalam melakukan
kegiatan PSN bersama di lingkungan tempat tinggalnya.
2) Kesibukan warga
Aktivitas sehari-hari warga setempat yang memiliki kesibukan atau
kegiatan yang berbeda-beda sehingga tidak dapat melakukan
kegiatan PSN bersama.
3) Kurangnya informasi terkait PSN
Warga masih belum sepenuhnya memahami tentang kegiatan
PSN.
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan diperoleh 7
poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat menjadi
pertimbangan :
1) Ada imbauan
Terdapat imbauan untuk melakukan kegiatan PSN dari tokoh
masyarakat setempat. Tokoh masyarakat dapat memberikan
contoh kepada warga nya serta melakukan pengawasan dalam
kegiatan PSN bersama.
2) Ada tenaga
Tenaga untuk melakukan kegiatan PSN bersama sudah tersedia
yaitu warga setempat yang tinggal di lingkungan tersebut.
3) Tidak memerlukan peralatan yang rumit
Peralatan untuk melakukan kegiatan PSN bersama sangat mudah
didapatkan seperti peralatan yang biasa digunakan untuk kegiatan
kerja bakti, mayoritas setiap rumah memiliki peralatannya.
Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi PSN
Bersama tidak dapat dilakukan karena memiliki skor faktor
penghambat lebih besar yaitu 10 dibandingkan dengan skor
faktor pendukung yaitu 7
251
masalah DBD menjadi kegiatan-kegiatan kecil yang diperlukan.
Dalam melakukan identifikasi dan analisis kegiatan serta sumber
daya yang ada, dilakukan dengan melihat program yang ada di
pelayanan kesehatan.
Dalam membuat PoA beberapa hal yang dimasukan
antara lain program, jenis kegiatan, jumlah dana yang diperlukan
serta sumber dana, waktu pelaksanaan, dan oleh siapa kegiatan
tersebut dikerjakan.
252
Tabel 3.100 Matriks Plan of Action
Dana dan
No Program Kegiatan Vol. Keg. Indikator kegiatan PJ Waktu
sumbernya
1 Pembuatan Ovitrap 1 kali Fakultas Jumlah undangan hadir Syarifah Selasa, 8
sebanyak 50% dan bisa November 2016
mempraktikkan pembuatan
ovitrap secara mandiri
Sosialisasi 1 Rumah 1 1 kali Fakultas Jumlah undangan hadir Maryam Selasa, 8
Jumantik dan sebanyak 50% dan undangan November 2016
Pembagian Form Kartu yang hadir mengetahui
Pelatihan Kader Pemantau Jentik tatacara pengisian form kartu
pemantau jentik
Sosialisasi Perda No. 5 1 kali Fakultas Jumlah undangan hadir Risma Selasa, 8
Tahun 2010 dan sebanyak 50% November 2016
Pembagian Stiker
253
Advokasi Kelurahan 1 kali Fakultas Adanya penandatanganan Kalit Selasa, 8
terkait pengaktifan MoU terkait pengaktifan kader November 2016
kader jumantik tingkat jumantik di tingkat RT antara
RT kelurahan dengan mahasiswa
PBL
254
6) Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
Setelah membuat PoA (Plan of Action), maka langkah
selanjutnya adalah persiapan dan pelaksanaan kegiatan
intervensi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu mahasiswa bersama
stakeholder terkait dapat mengidentifikasi kebutuhan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan intervensi penyelesaian
masalah DBD. Persiapan intervensi dilaksanakan sebelum
pelaksanaan kegiatan intervensi.
a) Waktu dan tempat
Penyelenggaraan acara Pelatihan Kader di Kelurahan
Tinjomoyo akan dilaksanakan pada :
Waktu : Hari Selasa, 8 November 2016. Pukul 16.00
Tempat : Balai Kelurahan Tinjomoyo
b) Peserta
Perserta acara Pelatihan Kader Kelurahan Tinjomoyo adalah
para kader kesehatan di setiap RT di Kelurahan Tinjomoyo.
c) Alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam Pelatihan Kader,
adalah sebagai berikut :
- Perangkat ovitrap
- Soal pre test dan post test
- Stiker penegakan Perda No. 5 Tahun 2010
- Materi sosialisasi
- Form pemantauan jentik untuk Kelurahan, Kader RW,
koordinator RT, dan setiap rumah
255
Tabel 3.101 Matriks Persiapan Kegiatan Intervensi
256
dalam pengarahan tersebut peserta juga
akan diberikan stiker yang bisa
dgunakan sebagai pengingat penegakan
Perda No. 5 Tahun 2010.
Advokasi Kepala 100% -proposal advokasi Mahasiswa Pertemuan Stakeholder (Kelurahan) dapat
Kelurahan terkait Kelurahan menerbitkan imbauan atau surat edaran
pengaktifan kader kepada seluruh ketua RW untuk
jumantik per RT mengaktifkan kader jumantik di tingkat
RT serta ada penandatangan MoU
antara kelurahan dengan mahasiswa
PBL
257
1) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi
Kegiatan intervensi yang telah dikerjakan perlu dilihat,
apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak berjalan sama sekali, untuk itulah perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan monitoring adalah untuk
mahasiswa bersama masyarakat atau stakeholder lain yang
terkait dapat melakukan kegiatan pemantauan dan penilaian dari
kegiatan intervensi penyelesaian masalah DBD yang telah
dilaksanakan.
Evaluasi dari intervensi pelatihan kader yang telah
dilakukan yaitu dengan memberikan tes sederhana mengenai 1
rumah 1 jumantik dan perda No 5 Tahun 2010. Tes tersebut terdiri
dari 10 buah pertanyaan tertutup yang disajikan dalam bentuk pre
dan post test. Pelatihan kader ini di monitoring dengan memantau
para kader kesehatan dari setiap RT yang hadir dalam pelatihan.
Berikut ini tabel monitoring evaluasi kegiatan intervensi.
258
Tabel 3.102 Matriks Monitoring Kegiatan
No. Tahapan Ketersediaan Sumber Hambatan/ Sumber Metode/Cara Waktu PJ Keterangan
Kegiatan Daya Kemajuan Data Monitor dan Upaya
Perbaikan
1 Pelatihan - Panitia inti (-) -Daftar - Peserta Dimulai Seluruh OK
Pembuatan - Tempat, meja, kursi Penyampaia logistik dapat dari H-3 panitia
Ovitrap - Peralatan n materi dari persiapan mempraktekan 5
pembuatan ovitrap fasilitator - lembar pembuatan Novemb
- Lembar absensi kurang absensi ovitrap er 2016
- Materi presentasi interaktif - peserta
- Snack bersedia
- Kamera memasang
- Rundown acara ovitrap di
- Undangan ke kader rumah masing-
masing
259
- Kartu pemantau fasilitator post test jumantik er 2016
jentik masih rendah meningkat
- Snack 25%
- Kamera
- Rundown acara
- Buku pedoman
3 Sosialisasi - Panitia inti (-) - Daftar - pengetahuan Dimulai Seluruh OK
Perda No 5 - Tempat, meja, kursi Antusiasme logistic peserta H-2 panitia
Tahun - Lembar absensi peserta untuk - lembar mengenai 6
2010 - Materi presentasi berdiskusi pre dan Perda No. 5 Novemb
- Stiker sosialisasi dengan post test Tahun 2010 er 2016
- Snack fasilitator
- Kamera masih rendah
- Rundown acara
4 Advokasi - Panitia inti (+) Advokasi - proposal Adanya Dimulai Seluruh OK
Kelurahan - Tempat, meja, kursi yang advokasi kesepakatan H-1 panitia
terkait - Snack ditawarkan - pakta antara 6
pengaktifan - Kamera akan integritas fasilitator dan Novemb
kader - Rundown acara dilaksanakan stakeholder er 2016
jumantik - Proposal advokasi pada awal
260
per RT - tahun 2017
261
Apabila dilihat pada tabel 3.94 , semua tahapan mulai dari
persiapan kegiatan hingga pada kegiatan pelatihan kader sudah
berjalan dengan lancar dan pada saat keberjalanan kegiatan
sudah berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Namun, ada beberapa kendala dalam pelaksanaan intervensi
tersebut, seperti antusiasme peserta untuk berdiskusi dengan
fasilitator masih rendah dan fasilitator ketika menyampaikan materi
kurang interaktif.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian
dapat diihat dalam tabel 3. berikut :
Tabel 3.103 Capaian Kegiatan Pelatihan Kader
Target Capaian
Tingkat kehadiran peserta 50% Tingkat kehadiran peserta
59%
Peningkatan pengetahuan Peningkatan pengetahuan
peserta sebesar 25% peserta sebesar 39%
262
kegiatan Pelatihan Kader sudah melapaui target yang telah
ditetapkan.
263
Tabel 3.104 Matriks Evaluasi
No. Tahapan/Kegiatan Indikator Sumber Data Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
1. Pembuatan ovitrap 1. Peserta dapat Laporan hasil 5. Peserta yang Setengah H-3 8 November OK
membuat pelatihan hadir dapat peserta yang 5 November 2016
ovitrap mempraktika hadir membuat 2016
2. Peserta n pembuatan ovitrap
bersedia ovitrap
memasang 6. Setengah
ovitrap di peserta yang
rumah hadir
masing- memasang
masing ovitrap
2. Sosialisasi 1 1. Jumlah 1. Laporan 1. Peserta yang 50% peserta H-2 8 November OK
Rumah 1 Jumantik peserta yang hasil hadir hadir dan 6 November 2016
datang sosialisasi sebanyak pengetahuan 2016
2. Peningkatan 2. Hasil 50% peserta
pengetahuan perbanding 2. Peningkatan meningkat
ibu mengenai an nilai pengertahua sebesar 39%
sosialisasi 1 pretest dan n peserta
rumah 1 post test 25% dari
264
jumantik pengetahuan
awal
3. Sosialisasi Perda 1. Jumlah kader 1) Laporan 1. Peserta 50% peserta H-2 8 November OK
No. 5 Tahun 2016 yang datang hasil yang hadir hadir dan 6 November 2016
2. Peningkatan sosialisasi sebanyak pengetahuan 2016
pengetahuan 2) Hasil 50% peserta
ibu mengenai perbandin 2. Peningkata meningkat
sosialisasi gan nilai n sebesar 39%
Perda No.5 pretest pengertahu
Tahun 2016 dan post an peserta
test 25% dari
pengetahua
n awal
4 Advokasi Adanya Proposal Stakeholder Stakeholder H-1 6 7 November OK
Kelurahan terkait kesepakatan advokasi dan bersedia akan November 2016
pengaktifan kader antara fasilitator pakta melaksanakan melaksanakan 2016
jumantik per RT dan stakeholder integritas saran advokasi saran advokasi
yang ditawarkan pada awal tahun
2017
265
b. Langkah-langkah pembuatan intervensi dalam penyelesaian masalah DBD
di Pelayanan Kesehatan
e) Pemilihan prioritas akar penyebab masalah DBD di pelayanan
kesehatan
Tabel 3.105 MCUA Prioritas Akar Penyebab Masalah DBD Di
Pelayanan Kesehatan
266
f) Alternatif penyelesai masalah DBD di pelayanan dengan how how
diagram
Pelaporan stratifikasi
Perbaikan
(endemisitas)
metode
desa/kelurahan
sampling
dengan pemetaan
267
2. Perbaikan metode sampling
Upaya yang diharapkan adanya perbaikan dalam pengambilan
sampling terkait pengumpulan data ABJ di lapangan yang
disesuaikan dengan teori.
268
Tabel 3.106 MCUA Alternatif Solusi
MCUA Alternatif Solusi
Pelaporan
Stratifikasi Perbaikan
(Endemisitas) Metode Sampling
Desa/Kelurahan
Bobot
S SXB S SXB
(%)
Daya Ungkit 40 3 1,2 3 1,2
Relevansi 35 4 1,4 3 1,05
Sumber Daya 25 2 0,5 2 0,5
Total 3,1 2,75
Adanya
2 yang mengikuti 4
pembaharuan kasus
pelatihan GIS
Kemudahan
pemantauan kasus
2 Keakuratan informasi 3
dan ABJ di wilayah
kerja
7 Total Total 10
269
Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil dengan melakukan kegiatan
pelaporan stratifikasi (endemisitas) desa/kelurahan. Dari faktor
penghambat terdapat 7 poin yaitu :
2) Waktu
3) Keakuratan informasi
270
Tabel 3.108 FFA Perbaikan Metode Sampling
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
Perbaikan Metode
3 Waktu Sumber daya (tenaga) 3
Sampling
Tersedia populasi
4 Kondisi lapangan 2
jumlah bangunan
Tersedia rumus/cara
2 Dukungan masyarakat 2
pengambilan sampel
9 Total Total 7
1) Waktu
Waktu yang dibutuhkan oleh tenaga surveilens kesehatan dalam
kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk di seluruh wilayah
kelurahan.
2) Kondisi lapangan
Keadaan lapangan atau tempat yang akan dilakukan
pemeriksaan jentik nyamuk oleh tenaga surveilens kesehatan,
lingkungan yang sulit dijangkau tidak memungkinkan untuk
dilakukan pemeriksaan.
3) Dukungan masyarakat
Ada tidaknya dukungan masyarakat di lingkungan setempat,
kemungkinan ada masyarakat yang enggan untuk diperiksa
tempat penampungan airnya
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan
diperoleh 7 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan :
1) Sumber daya (tenaga)
Tersedianya sumber daya (tenaga) untuk melakukan sampling
ABJ
2) Tersedia populasi jumlah bangunan
Banyaknya jumlah populasi bangunan yang ada di lingkungan
setempat untuk diambil sampel.
271
3) Tersedia rumus/cara pengambilan sampel
Terdapat rumus atau cara untuk menghitung sampel dari
banyaknya populasi jumlah bangunan yang akan dilakukan
pemeriksaan jentik nyamuk.
Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi perbaikan
metode sampling tidak dapat dilakukan karena memiliki skor
faktor penghambat lebih besar yaitu 9 dibandingkan dengan skor
faktor pendukung yaitu 7.
272
5) Penyusunan Rencana Tindakan ( Plan of Action/PoA)
Tabel 3. 109 Matriks Plan of Action Pelayanan Kesehatan
Dana dan
No Program Kegiatan Vol. Keg. Indikator kegiatan PJ Waktu
sumbernya
1 Pemetaan penyebaran Peta dapat di baca dan Syarifah Senin, 7
vektor DBD dipahami oleh petugas November 2016
1 kali Fakultas
berdasarkan ABJ kesehatan
dengan aplikasi GIS
Pemetaan penyebaran Peta dapat di baca dan Maryam Senin, 7
kasus DBD dengan 1 kali Fakultas dipahami oleh petugas November 2016
Pemetaan aplikasi GIS kesehatan
stratifikasi Pembuatan pedoman Pedoman dapat membantu Risma, Kalit Senin, 7
penggunaan aplikasi penenggung jawab November 2016
GIS program DBD dalam
Briefing penggunaan 1 kali Fakultas pemetaan kasus dan
GIS ke penanggung vektor
jawab program DBD
Puskesmas Ngesrep
273
6) Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
Setelah membuat PoA (Plan of Action), maka langkah
selanjutnya adalah persiapan dan pelaksanaan kegiatan
intervensi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu mahasiswa bersama
stakeholder terkait dapat mengidentifikasi kebutuhan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan intervensi penyelesaian
masalah DBD. Persiapan intervensi dilaksanakan sebelum
pelaksanaan kegiatan intervensi.
4) Waktu dan tempat
Penyelenggaraan acara pemetaan stratifikasi DBD di
Puskesmas Ngesrep akan dilaksanakan pada :
Waktu : Hari Senin, 7 November 2016. Pukul 10.00
Tempat : Puskesmas Ngesrep
5) Sasaran
Sasaran pembuatan pemetaan distribusi kasus dan vektor DBD
adalah penanggung jawab program DBD di Puskesmas Ngesrep
dan Gasurkes DBD wilayah Kelurahan Tinjomoyo.
6) Alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam Pelatihan Kader,
adalah sebagai berikut :
- Software Arcgis
- Pedoman penggunaan software arcgis
- Hard file hasil pemetaan distibusi kasus dan vektor DBD
Kelurahan Tinjomoyo Januari hingga Oktober 2016
274
Tabel 3.110 Matriks Persiapan Kegiatan Intervensi
275
7) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi
Kegiatan intervensi yang telah dikerjakan perlu dilihat,
apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak berjalan sama sekali, untuk itulah perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan monitoring
adalah untuk mahasiswa bersama masyarakat atau stakeholder
lain yang terkait dapat melakukan kegiatan pemantauan dan
penilaian dari kegiatan intervensi penyelesaian masalah DBD
yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dari intervensi pemetaan stratifikasi penyakit
DBD berdasarkan jumlah kasus dan vektor dilakukan dengan
memantau para peserta dalam mempraktekan pembuatan peta
dengan aplikasi GIS. Pemantauan ini dilakukan ketika fasilitator
memaparkan setiap tahapan dalam pembuatan peta. Berikut ini
tabel monitoring kegiatan intervensi.
276
Tabel 3.111 Matriks Monitoring Kegiatan
No. Tahapan Ketersediaan Sumber Daya Hambatan/ Sumber Metode/Cara Monitor Waktu Keterangan dan
Kegiatan Kemajuan Data Upaya Perbaikan
1. Pemetaan - Panitia inti Peserta Absensi Kebersediaan peserta Dimulai H-3 OK
penyebaran - Tempat, meja, kursi mempunyai peserta untuk melihat proses 4 November
banyak
vektor DBD - Materi presentasi kesibukan pembuatan peta 2016
berdasarkan - Snack lain distribusi vektor DBD
ABJ dengan - Kamera
aplikasi GIS - Rundown acara
- Undangan ke petugas
kesehatan dan gasurkes
2 Pemetaan - Panitia inti Peserta Absensi Kebersediaan peserta Dimulai H-3 OK
penyebaran - Tempat, meja, kursi mempunyai peserta untuk melihat proses 4 November
kasus DBD - Snack banyak pembuatan peta 2016
dengan - Kamera kesibukan distribusi kasus DBD
aplikasi GIS - Rundown acara lain
Undangan ke petugas
kesehatan dan gasurkes
3 Pembuatan - Panitia inti - Absensi Keberasediaan Dimulai H-3 OK
pedoman - Tempat, meja, kursi peserta peserta untuk 4 November
277
penggunaan - Snack menggunakan buku 2016
aplikasi GIS - Kamera pedoman
- Rundown acara
- Undangan ke petugas
kesehatan dan gasurkes
278
Apabila dilihat pada tabel 3.99 , semua tahapan mulai dari
persiapan kegiatan hingga pada kegiatan pemetaan stratifikasi DBD
sudah berjalan dengan lancar pada saat jalannya kegiatan berjalan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Walaupun ada sedikit
hambatan saat pelaksanaan kegiatan ini.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian dapat
diihat dalam tabel 3.112 berikut :
Tabel 3.112 Capaian Kegiatan pemetaan stratifikasi DBD
Target Capaian
100% peserta bersedia mengikuti 100% peserta bersedia mengikuti
kegiatan intervensi kegiatan intervensi
100% peserta bersedia 100% peserta bersedia
menggunakan buku pedoman menggunakan buku pedoman
pembuatan peta stratifikasi pembuatan peta stratifikasi
279
Tabel 3.113 Matriks Evaluasi
No. Tahapan/Kegiatan Indikator Sumber Data Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
1. Pemetaan Kebersediaan Absensi 100% peserta 100% peserta Dimulai H-3 7 November OK
penyebaran vektor peserta peserta bersedia bersedia 4 November 2016
DBD berdasarkan mengikuti mengikuti mengikuti 2016
ABJ dengan kegiatan kegiatan kegiatan
aplikasi GIS intervensi intervensi intervensi
2. Pemetaan Kebersediaan 1. Absensi 100% peserta 100% peserta Dimulai H-3 7 November OK
penyebaran kasus peserta peserta bersedia bersedia 4 November 2016
DBD dengan mengikuti mengikuti mengikuti 2016
aplikasi GIS kegiatan kegiatan kegiatan
intervensi intervensi intervensi
3. Pembuatan Peserta Absensi 100% peserta 100% peserta Dimulai H-3 7 November OK
pedoman bersedia peserta bersedia bersedia 4 November 2016
penggunaan menggunakan menggunakan menggunakan 2016
aplikasi GIS buku pedoman buku pedoman buku pedoman
pembuatan peta pembuatan peta pembuatan peta
stratifikasi stratifikasi stratifikasi
280
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1) KIA
281
3. Identifikasi penyebab dari masalah cakupan N/D menggunakan
metode fish bone diagram yang mengacu pada konsep dan teori H.L.
Blum. Kemudian faktor yang mungkin menjadi penyebab tersebut
dituangkan dalam bentuk kuesioner. Berdasarkan data primer
dengan wawancara kepada responden didapatkan faktor penyebab
masalah cakupan N/D dari sisi masyarakat di Kelurahan Tinjomoyo
adalah kurangnya keaktifan ibu untuk membawa balita ke posyandu.
4. Sedangkan berdasarkan hasil indepth interview dengan pihak
pelayanan kesehatan didapatkan faktor penyebab masalah cakupan
N/D dari sisi institusi adalah kurangnya keaktifan kader dalam
pemantauan berat badan balita.
5. Alternatif penyelesaian masalah gizi (cakupan N/D) di masyarakat
dengan How-how Diagram didapatkan alternatif untuk melakukan
beberapa intervensi. Antara lain: revitalisasi kinerja dawis untuk
penjaringan penimbangan berat badan balita dan mendorong
keaktifan ibu ke posyandu, peningkatan pengetahuan ibu tentang
posyandu dengan cara penyuluhan, pelatihan dan pembinaan untuk
meningkatan peran kader, dan pemberian informasi dengan media
kreatif (Film pendek, lefleat, buku modul).
6. Alternatif penyelesaian masalah gizi (cakupan N/D) di institusi
(puskesmas) dengan How-how Diagram didapatkan alternatif untuk
melakukan beberapa intervensi. Antara lain: pelatihan dan
pembinaan untuk meningkatan peran kader, penghargaan bagi kader
yang aktif, dan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat
badan balita.
7. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah di masyarakat
menggunakan Force Field Analysis (FFA), dilihat dari faktor
penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah
revitalisasi kinerja dawis untuk penjaringan penimbangan berat
badan balita. Setiap dawis diberikan satu form penjaringan berat
badan balita dan mempunyai tanggung jawab untuk setiap balita
yang terdapat dalam 10 KK.
8. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah di institusi
(puskesmas) menggunakan Force Field Analysis (FFA), dilihat dari
282
faktor penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil
adalah monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat badan balita
di posyandu oleh puskesmas.
9. Plan of Action masalah gizi ialah dengan membuat perencanaan
kegiatan intervensi seperti sosialisiasi sistem penjaringan berat
badan balita dan mengadakan pretest sebelum sosialisasi serta
postest setelah sosialisasi dilaksanakan, pembagian poster untuk
setiap posyandu, pemberian sticker untuk ibu yang berkunjung ke
posyandu, serta pemberian leaflet serta advokasi kegiatan monitoring
dan evaluasi sistem penjaringan berat badan balita di posyandu oleh
puskesmas.
10. Implementasi intervensi masalah gizi dilakukan sesuai PoA yang
telah disusun yaitu seperti sosialisasi sistem penjaringan berat badan
balita, pembagian poster untuk setiap posyandu, pemberian sticker
untuk ibu yang berkunjung ke posyandu, pemberian leaflet serta
mengadakan pretest sebelum sosialisasi serta postest setelah
sosialisasi dilaksanakan sebagai alat ukur efektifitas sosialisasi serta
advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat
badan balita di posyandu oleh puskesmas.
11. Monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi dapat dilihat hasilnya dari
indikator capaian yang terdapat pada tabel matriks monitoring dan
evaluasi. Pelaksanaan seluruh kegiatan yang telah dilakukan sudah
berjalan dengan baik, lancar dan sudah memenuhi target yang telah
ditentukan.
3) DBD
283
Ketepatan Penyelidikan Epidemiologi, dan Cakupan Angka Bebas
Jentik.
2. Berdasarkan hasil MCUA, bahwa prioritas masalah DBD di Kelurahan
Tinjomoyo adalah rendahnya cakupan Angka Bebas Jentik.
3. Identifikasi penyebab dari masalah rendahnya cakupan Angka Bebas
Jentik menggunakan metode fish bone diagram yang mengacu pada
konsep dan teori H.L. Blum. Kemudian faktor yang mungkin menjadi
penyebab tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner. Berdasarkan
data primer dengan wawancara kepada responden didapatkan faktor
penyebab masalah rendahnya cakupan angka bebas jentik di Kelurahan
Tinjomoyo adalah Peran Kader Jumantik.
4. Alternatif penyelesaian masalah DBD dengan How-how Diagram
didapatkan alternatif untuk melakukan beberapa intervensi, antara lain:
optimalisasi dawis, pelatihan kader, PSN bersama, penerapan 1 rumah
1 jumatik. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah menggunakan
Force Field Analysis (FFA), dilihat dari faktor penghambat dan
pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah melakukan pelatihan
Kader.
5. Plan of Action masalah DBD ialah dengan membuat perencanaan
kegiatan intervensi Pelatihan Kader yang dilakukan dengan beberapa
subkegiatan didalamnya, diantaranya pelatihan pembuatan ovitrap,
sosialisasi 1 rumah 1 jumantik dan pembagian form kartu pemantau
jentik, sosialisasi Perda No. 5 Tahun 2010 dan pembagian stiker,
advokasi Kelurahan terkait pengaktifan kader jumantik tingkat RT.
6. Implementasi intervensi masalah DBD dilakukan sesuai PoA yang telah
disusun yaitu seperti melakukan advokasi Kelurahan terkait pengaktifan
kader jumantik tingkat RT, pre test untuk kader, pembuatan ovitrap,
sosialisasi sosialisasi 1 rumah 1 jumantik dan pembagian form kartu
pemantau jentik, sosialisasi Perda No. 5 Tahun 2010 dan pembagian
stiker.
7. Monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi dapat dilihat hasilnya dari
tingkat pengetahuan masyarakat mengenai 1 rumah 1 jumantik dan
Perda No. 5 Tahun 2010 sebesar39% dan tingkat kehadiran peserta
sebanyak 59%.
284
Kesimpulan masalah DBD di pelayanan kesehatan
1. Identifikasi penyebab dari masalah rendahnya cakupan Angka Bebas
Jentik menggunakan metode fish bone diagram yang mengacu pada
konsep dan teori H.L. Blum. Kemudian faktor yang mungkin menjadi
penyebab tersebut dituangkan dalam bentuk indept interview dengan
penanggungjawab program DBD dan tenaga surveilens kesehatan DBD.
Berdasarkan data primer dengan indept interview kepada responden
didapatkan faktor penyebab masalah rendahnya cakupan angka bebas
jentik di pelayanan kesehatan adalah analisis data ABJ.
2. Alternatif penyelesaian masalah DBD dengan How-how Diagram
didapatkan alternatif untuk melakukan beberapa intervensi, antara lain:
Pelaporan stratifikasi (endemisitas desa/kelurahan) dan perbaikan
metode sampling. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah
menggunakan Force Field Analysis (FFA), dilihat dari faktor penghambat
dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah pelaporan
stratifikasi (endemisitas desa/kelurahan).
3. Plan of Action masalah DBD ialah dengan membuat perencanaan
kegiatan intervensi pelaporan stratifikasi (endemisitas desa/kelurahan)
yang dilakukan dengan beberapa subkegiatan didalamnya, diantaranya
pemetaan penyebaran vektor DBD berdasarkan angka ABJ dengan
aplikasi GIS, pemetaan penyebaran kasus DBD dengan aplikasi GIS,
pembuatan pedoman penggunaan aplikasi GIS dan briefing
penggunaan GIS ke penanggung jawab program DBD Puskesmas
Ngesrep.
4. Implementasi intervensi masalah DBD dilakukan sesuai PoA yang telah
disusun yaitu seperti pemetaan penyebaran vektor DBD berdasarkan
angka ABJ dengan aplikasi GIS, pemetaan penyebaran kasus DBD
dengan aplikasi GIS, pembuatan pedoman penggunaan aplikasi GIS
dan briefing penggunaan GIS ke penanggung jawab program DBD
Puskesmas Ngesrep.
5. Monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi dapat dilihat hasilnya dari
kebersediaan peserta untuk mengikuti pembuatan pemetaan strtifikasi
285
sebesar 100% dan peserta yang menggunakan buku pedoman
pemetaan dengan aplikasi GIS sebesar 100%.
B. Saran
1) KIA
286
2) GIZI
1. Untuk Masyarakat
a. Perlunya kesadaran ibu balita mengenai pentingnya melakukan
penimbangan balita untuk mengetahui tumbuh kembang balita.
b. Perlunya peran aktif ibu balita dalam melakukan penimbangan berat
badan balita setiap bulannya.
c. Perlunya peran aktif dari kader, PKK RT, Dawis terhadap sistem
penjaringan penimbangan berat badan balita.
2. Untuk Puskesmas Ngesrep, Semarang
a. Perlunya pengawasan kepada kader, bidan desa dan petugas
kesehatan terhadap proses pendataan dan pengolahan data.
b. Perlunya peran aktif puskesmas dalam memonitoring dan
mengevaluasi pelaksanaan sistem penjaringan penimbangan berat
badan balita.
c. Peningkatan kerja sama dengan kader untuk memudahkan
monitoring dan evaluasi.
3. Untuk FKM UNDIP
a. Menyesuaikan waktu penyelenggaraan kegiatan PBL dengan
pelaporan semua data gizi di tingkat wilayah kerja Puskesmas.
b. Meningkatkan komunikasi kepada Puskesmas maupun stakeholder
terkait yang akan dilibatkan langsung dalam pelaksanaan PBL.
3) DBD
287
1. Perlunya petugas puskesmas khusus pengolah data untuk
mengumpulkan dan mengolah data kesehatan di setiap
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.
2. Pihak puskesmas dapat menggunakan program pemetaan dan
modul pemetaan kasus serta ABJ yang telah diberikan oleh
mahasiswa sehingga dapat dilakukan perbaharuan informasi
melalui pemetaan.
Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
1. Diharapkan pengkoordinasian administrasi tentang perizinan
antara pihak pengelola PBL dan Perangkat Kelurahan serta
Puskesmas dapat berjalan dengan baik sebelum mahasiswa
diterjunkan ke lapangan.
2. Diharapkan adanya koordinasi antara pihak pengelola PBL dan
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) agar informasi yang
diberikan kepada mahasiswa tidak simpang siur dan jelas.
Bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro
1. Diharapkan sebelum dilakukan penerjunan ke masyarakat,
mahasiswa sudah memahami dan menguasai materi PBL dengan
matang.
2. Mahasiswa diharapkan memahami karakteristik masyarakat agar
intervensi yang dilakukan tepat dan berhasil sesuai target.
3. Melakukan konsultasi kepada Dosen Pembimbing Lapangan,
pihak kelurahan Tinjomoyo, dan pihak Puskesmas Ngesrep setiap
akan terjun ke masyarakat.
288
DAFTAR PUSTAKA
7. Djafar, Sitri Ningsi Hastuty. 2014. Studi Pengetahuan Dan Sikap Tentang
3m Pada Penderita Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tilote, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, Tahun
2010-2011.http://eprints.ung.ac.id/1517/6/2012-2-13201-811408098-bab2
21012013111148.pdf. Diakses pada tanggal 13 November 2016.
16. Nasution, Duma Ratna Sari. 2009. Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi
Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan di
Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009 [Skripsi]. Medan : Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
18. Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Rhineka Cipta
19. Depkes RI. 2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta : Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyrakat
20. Dardjito, dkk. 2005. Pemantauan dan Evaluasi Garam Beryodium sebagai
Salah Satu Upaya untuk Meningkatkan Cakupan dan Kualitas Program
Penanggulangan GAKY di Kabupaten Banyumas. Panel Gizi Makan 2005,
28 (1). 16-22
290
24. Mulyaningsih, Fitri. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Balita dan Pola Makan Balita Terhadap Status Gizi Balita di
Kelurahan Srihardono Kecamatan Pundong [Skripsi]. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
25. Adiyanti, M.G.& Julia, M. 2006. Pengaruh Konseling Gizi Individu
Terhadap Pengetahuan Gizi Ibu Dan Perbaikan Status Gizi Balita Gizi
Buruk Yang Mendapatkan PMT Pemulihan Di Kota Sorong Irian Jaya
Barat. Sains Kesehatan, Volume 19 No.2, April 2006 : 154- 165.
26. Handayani, Rahmi Nur Fitri. 2012. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan
Kesehatan Posyandu dengan Frekuensi Kunjungan Ibu Balita di Posyandu
XI Serangan Sidoluhur Godean Sleman Yogyakarta. Yogyakarta
27. Green, Lawrence W, dkk. 1980. Health Education Planning A Diagnotic
Approach. California : Mayfield Publishing Company.
291
LAMPIRAN
292