Anda di halaman 1dari 292

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pratek Belajar Lapangan (PBL) adalah mata kuliah praktek wajib bagi
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kegiatan pengalaman belajar
(PBL) memberikan pembelajaran pada mahasiswa FKM untuk
melaksanakan upaya-upaya siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle) kesehatan masyarakat khususnya masalah Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Gizi dan Peyakit Demam Berdarah (DBD) baik tingkat Yankes maupun
kelurahan melalui tahapan identifikasi masalah, penentuan prioritas
masalah, analisis faktor penghambat dan pendukung masalah dan
selanjutnya menyusun POA (Plan Of Action) untuk mengembangkan
kegiatan intervensinya.
Dalam menganalisa status dan kondisi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan konsep HL. Blum, meliputi empat faktor yaitu Perilaku,
Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, dan Genetik. Dengan dasar ini
selanjutnya dalam rangka meningkatkan kompetensi mahasiswa, maka
mahasiswa dilatih untuk menganalisis permasalahan dengan menggunakan
pendekatan pratisipatif atau fasilitatif, kualitatif maupaun kuantitatif.
Untuk memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa, maka mahasiswa
ditempatkan di daerah terpilih sebagai lokasi PBL FKM UNDIP, yaitu Kota
Semarang, Kecamatan Banyumanik, Kelurahan Tinjomoyo. Daerah Kota
Semarang mempunyai kompleksitas permasalahan yang unik dari lokasi
rural dan urban, dengan tingkat heterogenitas penduduk yang tinggi serta
tingkat mobilitas masyarakatnya yang cukup tinggi. Selain itu juga
mengalami transisi demografi dan transisi kesehatan.
Dalam menganalisis status dan kondisi kesehatan di masyarakat
dapat digunakan konsep HL Blum, yang meliputi empat faktor, 1)
Lingkungan, 2) Perilaku, 3) Pelayanan kesehatan, dan 4) Keturunan.
Berdasarkan konsep tersebut, diharapkan mahasiswa mendapatkan

1
kemampuan dalam menganalisis permasalahan dengan menggunakan
pendekatan parsitipatif atau fasilitatif, kuantitatif maupun kualitatif.1
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi prioritas
masalah kesehatan di Kota Semarang. Derajat kesehatan pada ibu dan anak
sangat menentukan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi yang akan
datang. Indikator masalah KIA dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Berdasarkan profil kesehatan Kota Semarang pada tahun 2015 Kota
Semarang menempati peringkat kedua kasus kematian ibu sebanyak 35
kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 27.334 orang atau 128,05
per 100.000 KH. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 8,37 per
1.000 KH dengan jumlah kasus sebanyak 229 dari 27.344 dan kematian
balita sebanyak 283 anak dari 27.334 kelahiran hidup meninggal sehingga
Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang diperoleh sebesar 10,4 per
1.000 KH.
Pada tahun 2015 ditemukan kasus di Puskesmas Ngesrep yaitu berat
badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 6 kasus, kematian neonatus 2 kasus,
kematian bayi 2 kasus dan kematian balita 3 kasus. Hingga bulan Mei 2016
ditemukan 2 kasus kematian bayi.
Penemuan kasus kematian neonatus di Kelurahan Tinjomoyo
sebanyak 2 kasus sedangkan untuk kematian ibu tidak ditemukan kasus
sampai Oktober 2016. Selain itu, juga ditemukan kasus berat badan lahir
rendah (BBLR) pada bayi sebanyak 3 kasus tahun 2015 dan 1 kasus hingga
bulan Oktober tahun 2016.
Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan
gizi menjadi penyebab dari sepertiga kematian anak di dunia. Gizi buruk dan
juga gizi lebih masih menjadi persoalan yang harus dihadapi. Masalah gizi
adalah hal yang sangat penting dan mendasar dari kehidupan manusia.
Kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas,
mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat
menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.2
Menurut Depkes RI (2007), Meski Posyandu sangat diperlukan dan
penting peranannya bagi pemerintah, namun kenyataannya secara nasional
2
hanya 27,3% rumah tangga yang telah memanfaatkannya. Sebanyak 62,5%
rumah tangga tidak memanfaatkan Posyandu karena tidak membutuhkan,
dan 10,3% rumah tangga tidak memanfaatkan Posyandu untuk alasan
lainnya. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ada hubungan antara
3
peran kader dengan tingkat kehadiran ibu balita ke posyand.
Ketidakpatuhan kehadiran ibu untuk melakukan pemantauan status gizi
balita dapat timbul jika tenaga kesehatan dan ibu memiliki keyakinan dan
cara komunikasi yang berbeda (Kaplan, 1997). Oleh karena itu, kepatuhan
orang tua terutama ibu dalam membawa balita ke posyandu sangat penting.
Faktor umur pada balita juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kunjungan ibu ke Posyandu. Semakin tinggi umur anak makin rendah
cakupan kunjungan rutin ke Posyandu. Balita dengan umur 12-35 bulan
merupakan umur yang paling berpengaruh pada kunjungan ke Posyandu.4

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini
sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun juga menyerang
orang dewasa.5 Gejala penyakit DBD adalah demam secara tiba-tiba disertai
sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia), ruam,
perdarahan, hepatomegali, trombositopeni, hemokonsentrasi dan shock.6,7
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada tahun 2015
jumlah kasus DBD di Kota Semarang sebanyak 1.737. Sedangkan pada
tahun 2016 terhitung sampai minggu ke-2 bulan November kasus DBD di
Kota Semarang mengalami peningkatan ddengan ditemukan sebanyak 1993
kasus. Incidence Rate (IR) pada tahun 2016 sampai bulan November
meningkat sebesar 15,71% dari tahun 2015 sebesar 98,61 menjadi 114,32.8
Di Kelurahan Tinjomoyo sendiri pada tahun 2016 sampai minggu ke-2
bulan November telah terjadi 12 kasus DBD dan 2 diantaranya adalah DSS
dengan satu kasus meninggal.
Selama kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan, mahasiswa ditempatkan
di Kelurahan Tinjomoyo dengan bekerja secara kelompok. Mahasiswa
dituntut menganalisis masalah KIA, Gizi, dan DBD kemudian menemukan
permasalahan dari kasus dan merancang intervensi untuk memecahkan
masalah kesehatan tersebut.

3
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, prioritas
penyebab masalah kesehatan berdasarkan data sekunder dan data
primer, serta memberikan alternative penyelesaian masalah dan
intervensi dengan metode Problem Solving Cycle di Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Kelurahan
Tinjomoyo,Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
2) Menentukan masalah kesehatan dan menetapkan prioritas masalah
kesehatan yang telah diidentifikasi di lingkungan Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa
Tengah.
3) Mengidentifikasi faktor penyebab masalah kesehatan dari segi
pelayan kesehatan dan masyarakat di lingkungan Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa
Tengah.
4) Menentukan prioritas penyebab masalah di lingkungan Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa
Tengah.
5) Menentukan priotitas solusi prioritas masalah kesehatan di
lingkungan Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang, Jawa Tengah.
6) Menyusun rencana kegiatan atau Plan of Action intervensi prioritas
masalah kesehatan di lingkungan Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan
Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
7) Implementasi intervensi masalah prioritas kesehatan di lingkungan
Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang,
Jawa Tengah.
8) Monitoring evaluasi intervensi prioritas masalah kesehatan di
lingkungan Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang, Jawa Tengah

4
C. MANFAAT
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Bagi Masyarakat dan Kelurahan Tinjomoyo:
a) Masyarakat dapat mengetahui masalah kesehatan yang ada di
Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang,
Jawa Tengah, sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku
masyarakat untuk hidup sehat
b) Membantu memberikan solusi penyelesaian terhadap prioritas
masalah kesehatan di Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang, Jawa Tengah.
c) Meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat dan meningkatkan
peran serta stakeholder dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada.
2) Bagi Puskesmas Ngesrep
a) Membantu merumuskan masalah prioritas kesehatan yang ada di
area Puskesmas Ngesrep khususnya Kelurahan Tinjomoyo.
b) Memberikan beberapa solusi bagi penyelsaian prioritas masalah
kesehatan di area kerja Puskesmas Ngesrep khususnya
Kelurahan Tinjomoyo.
3) Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
a) Mengenalkan Fakultas Masyarakat Universitas Dipoengoro kepada
masyarakat di Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang, Jawa Tengah.
b) Mempererat hubungan civitas akademika dengan masyarakat umum.
c) Menambah rekomendasi untuk penelitian selanjutnya di lokasi
berlangsungnya PBL.
d) Menambah lokasi untuk melaksanakan kegiatan pengabdian dan
pemberdayaan masyarakat.

5
4) Bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
a) Menambah pengalaman dalam bersosialisasi di lingkungan
masyarakat.
b) Memahami langkah menganalisis dan dalam memberikan solusi
terkait dengan prioritas masalah kesehatan.
c) Menambah pengalaman secara langsung dalam menghadapi
permasalahan kesehatan yang ada.
d) Memahami penyelesaian masalah dengan sistematika Problem
Solving Cycle.
e) Meningkatkan kemampuan advokasi dan fasilitasi yang merupakan
bekal soft skill bagi profesi di bidang kesehatan masyarakat.

6
BAB II

METODE KEGIATAN PBL

A. Tahapan Problem Solving Cycle

Latar Belakang
Pengambilan data
Identifikasi, Priotitas
sekunder (Deskriptif
dan Analisis
Analitik)-Fasilitasi-
Masalah
Advokasi

Pembuatan
Identifikasi, Analisis Instrument, Survey
dan Prioritas dan Analisis
Penyebab Masalah (Kuantitaif-Kualitatif;
Deskriptif-Analitik)-
Fasilitasi-Advokasi

Evaluasi Identifikasi,
Program Prioritas dan Analisis Solusi dan
Intervensi Analisis Kelayakan Kelayakan-Fasilitasi
Solusi

Fasilitas-Partisipatif;
Penyusunan POA Pembagian Tugas &
untuk Intervensi Tanggungjawab

Penyusunan Instrumen
Monev

Implementasi
Parisipasi-partisipasian,
Intervensi
Mobilisasi,dsb

Monitoring- Partisipasi-
Evaluasi Kegiatan Bekerjasama
Intervensi
Gambar 2.1 Tahapan Problem Solving Cycle

7
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data
dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat
dan cermat. Problem solving cycle (siklus pemecahan masalah) adalah
proses yang melibatkan penemuan masalah, analisis masalah, dan
pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk
mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan
masalah. Problem solving merupakan gabungan dari alat, keterampilan
(skills) dan proses. Disebut alat karena dapat membantu dalam
memecahkan
masalah, mendesak atau untuk mencapai tujuan, disebut skills karena sekali
mempelajarinya maka dapat menggunakannya berulang kali, disebut proses
karena melibatkan sejumlah langkah.1 Problem Solving Cycle merupakan
proses yang terdiri dari langkah-langkah berkesinambungan yang terdiri dari
identifikasi analisis dan prioritas masalah identifikasi analisis dan prioritas
penyebab masalah, identifikasi prioritas dan analisis kelayakan solusi,
penyusunan plan of action (PoA) untuk intervensi kegiatan, penyusunan
instrumen monitoring dan evaluasi, implementasi intervensi, dan monitoring-
evaluasi kegiatan intervensi.1

Problem Solving Cycle (siklus pemecahan masalah) ini diterapkan


sebagai metode dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan
permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), masalah Gizi dan masalah
Demam Berdarah (DBD).

1. Identifikasi, Analisis dan Prioritas Masalah KIA, Gizi dan DBD


Tahapan awal untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan
pada KIA, Gizi dan DBD di tengah masyarakat dilihat dari data baik
secara primer maupun sekunder, fakta dan informasi yang diambil secara
langsung maupun tidak langsung. Tahapan untuk mengidentifikasi
masalah KIA, Gizi dan DBD dapat dilakukan dengan cara menganalisis
kesenjangan (gap analysis) antara target suatu program yang diharapkan
(sesuai dengan standar yang telah ditetapkan) dengan capaian

8
pelaksanaan program sesuai dengan indikator yang ada. Selain itu, cara
yang digunakan selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi dan
menganalisis kecenderungan dari sebuah data informasi dengan rentang
waktu ke waktu (trend analysis) mengenai masalah kesehatan
khususnya pada KIA, Gizi dan DBD yang bisa saja mengalami
peningkatan yang lebih baik atau mengalami penurunan sehingga akan
berdampak buruk apabila tidak ditindaklanjuti. Permasalahan KIA, Gizi
dan DBD yang ada akan ditentukan dan dikonfirmasikan masalah
tersebut tidak melebar maupun terlalu umum sehingga akan
mempermudah dalam perumusannya.
Langkah pertama kali yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan KIA, Gizi dan DBD adalah mencari data sekunder
dari Puskesmas Ngesrep, Kelurahan Tinjomoyo, Gasurkes DBD dan KIA
Kelurahan Tinjomoyo, Bappermas KB Kelurahan Tinjomoyo, Pokja IV
PKK Kelurahan Tinjomoyo serta Ketua Kader Posyandu Kelurahan
Tinjomoyo. Untuk mendapatkan data sekunder KIA yang dilakukan
dengan upaya mendatangi langsung pusat pelayanan kesehatan (data
based on health service) sehingga mendapatkan data terbaru berupa
data laporan faktor risiko, risiko tinggi, komplikasi dan rujukan hamil dan
nifas obstetri secara bulanan, buku kohort ibu/bayi/balita, laporan data
kematian (bayi, balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas), laporan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA, data peserta KB aktif tahun
2014-2016, data ibu hamil, nifas dan menyusui kelurahan Tinjomoyo.
Data sekunder Gizi diperoleh pula dari pusat pelayanan kesehatan
berupa data cakupan pemberian PMT, data ibu hamil KEK, data
pemantauan garam yodium, data cakupan vitamin A bayi dan balita, serta
data cakupan SKDN. Sedangkan data sekunder untuk DBD berupa,
Pelaporan PE, Ketepatan PE, jumlah kasus DBD dan data Angka Bebas
Jentik dari Semantik dan Gasurkes.
Sehingga dari data sekunder yang didapatkan akan dilakukan
proses analisis sehingga menjadi informasi yang akurat terhadap
permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi dan DBD. Tahapan
selanjutnya adalah dari beberapa masalah yang ditemukan dari KIA, Gizi
dan DBD digunakan analisis trend, kegawatan dan besarnya kasus yang
9
terjadi dnegan menggunakan metode MCUA dari segi masyarakat dan
segi pelayanan kesehatan.
2. Identifikasi, Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah KIA, Gizi dan DBD
Permasalahan KIA, Gizi dan DBD telah didapatkan, namun faktor
penyebab masalah dari masing-masing program belum diketahui secara
spesifik. Upaya untuk mengidentifikasi faktor penyebab masalah KIA, Gizi
dan DBD diperlukan tahapan penelusuran akar penyebab masalah
dengan cara yang sistematis dan berdasar pada data dan fakta serta
logic thinking. Tahapan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan faktor-
faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya masalah Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Gizi dan Demam Berdarah Dengue (DBD) antara lain dengan
diagram pohon masalah atau why-why diagram, metode analisis diagram
tulang ikan (fish bone diagram), metode analisis diagram peta pikiran
(mind map diagram), maupun menggunakan analisis sebab akibat yang
didalamnya dikaitkan dengan konsep H.L.Blum. Dari H.L.Blum tersebut
kemudian dibuat pertanyaan sebagai instrumen kuesioner.
Metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab
dari masalah Kesehatan Ibu dan Anak dan Demam Berdarah Dengue
dalam PBL ini dengan menggunakan teori H.L. Blum yang meliputi 4
faktor, yaitu :
a) Lingkungan
b) Perilaku
c) Pelayanan kesehatan, dan
d) Genetik
Selanjutnya ditentukan prioritas penyebab masalah menggunakan
analisis trend, kegawatan, dan besarnya kasus yang terjadi dengan
menggunakan metode MCUA dari segi pelayanan kesehatan dan dari
segi masyarakat.
3. Identifikasi, Prioritas dan Analisis Kelayakan Solusi
Prioritas penyebab masalah KIA, Gizi dan DBD telah berhasil
diidentifikasi. Langkah selanjutnya adalah diperlukan alternatif
penyelesaian solusi masalah KIA, Gizi dan DBD. Dalam mengidentifikasi
dan menganalisis alternatif solusi, sebaiknya perlu melibatkan

10
masyarakat sehingga solusi yang muncul sesuai dengan keadaan di
lapangan.
Metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis alternatif solusi dari masalah KIA, Gizi dan DBD dalam PBL
adalah dengan cara brainstorming, penggunaan how-how diagram dan
tabel solusi. Metode brainstroming digunakan untuk mengidentifikasi
alternatif solusi berdasarkan atas bukti atau data/fakta, pengetahuan,
pengalaman praktis para peserta (stakeholder, kader) yang terlibat dan
informasi yang kuat.
Langkah selanjutnya dalam menilai prioritas solusi dan kelayakan solusi
(kekuatan yang mendukung dan menghambat sehingga alternatif rencana
solusi dapat berjalan atau tidak) dapat didekati dengan metode force field
analisis. Sehingga diharapkan solusi yang ditawarkan akan tepat dan
dapat dikerjakan dengan sumber daya yang tersedia
Tabel 2.1 Contoh diagram Force field analysis untuk menilai kelayakan
solusi

Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor


SOLUSI

Total Total

4. Penyusunan PoA untuk intervensi


Rencana aksi atau disebut Plan of Action (PoA) merupakan suatu
perencanaan kegiatan jangka pendek yang ditujukan guna penyelesaian
masalah KIA, Gizi, dan DBD berdasarkan pada penyelesaian masalah
yang telah dipilih dan layak.Untuk dapat membuat rencana tindak lanjut
maka program hasil analisis penyelesaian masalah KIA, Gizi dan DBD
tersebut harus diurai menjadi program/kegiatan-kegiatan yang diperlukan.
Metode pendekatan yang dapat dipergunakan guna menyusun
Plan of Action adalah dengan matriks PoA, melalui pendekatan fasilitatif.

11
Tabel 2.2 Contoh Matriks PoA
No Program Kegiatan Vol. Dana & Indikator PJ Waktu
Keg Sumbernya Kegiatan

5. Implementasi Intervensi
Rencana kegiatan intervensi yang telah disusun harus
dilaksanakan guna menyelesaikan permasalahan KIA, Gizi dan DBD.
Persiapan yang diperlukan menyangkut sumber daya (resources)
misalnya sarana dan prasaran yang diperlukan, identifikasi sumber dana,
sasaran intervensi, metode yang digunakan untuk intervensi, pihak yang
terlibat dalam kegiatan intervensi, perancang atau desain kegiatan atau
pertemuan (jika ada), pelaksanaan kegiatan intervensi yang diperlukan.
Metode pendekatan yang dapat dipergunakan guna menyusun
kebutuhan adalah dengan matriks kebutuhan dan desain atau metode
intervensi. Berikut adalah contoh matriks persiapan (kebutuhan dan
design/metode) kegiatan intervensi.
Tabel 2.3 Contoh matriks persiapan kegiatan intervensi
No Kegiatan Sasaran Target Kebutuhan Pihak Metode Deskripsi
terlibat Dibagi Metode

6. Monitoring, evaluasi kegiatan intervensi


Hal-hal yang menghambat kegiatan dan kemajuan yang telah
dicapai hendaknya dipantau dengan seksama. Monitoring dilakukan mulai
dari merencanakan sampai dengan akhir pelaksanaan kegiatan
intervensi. Hal yang paling mudah untuk melakukan monitoring adalah
dengan membuat daftar pantau dari kegiatan tersebut. Demikian halnya
dengan kegiatan evaluasi yang ditunjukan untuk mengetahui apakah
kegiatan telah berhasil sesuai target yang ditetapkan atau hasil yang
diharapakan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan
untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan (evaluasi) dapat dilakukan
dengan metode yaitu dengan membandingkan antara kegiatan yang

12
dicapai dengan hasil yang ditargetkan/diharapkan berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan.
Metode pendekatan yang dapat dipergunakan guna menyusun
monev adalah dengan matriks monitoring dan evaluasi.
Tabel 2.4 Contoh Matriks Monitoring Kegiatan Intervensi
Tahapan Ketersediaan Hambatan/Kemajuan Sumber Metode Waktu Petugas Ket.
Kegiatan Sumberdaya data monitor Upaya
Perbaikan

Tabel 2.5 Contoh Matriks Evaluasi Kegiatan Intervensi


No Kegiatan Indikator Sumber Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
data

B. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data


Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) Kelompok 27
Fakultas Kesehatan Masyarakat Tahun 2016 dilaksanakan di Kelurahan
Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Sebelum
dimulainya kegiatan PBL telah diadakan pembekalan yang dilaksanakan
pada hari Sabtu dan Minggu dimulai pada tanggal 24 September, 2, 8, 9
Oktober 2016. Pelaksanaan kegiatan PBL dimulai tanggal 10 Oktober
2016 sampai dengan 10 November 2016. Berikut rincian jadwal kegiatan
kelompok 27 :

13
KEGIATAN LOKASI WAKTU PELAKSANAAN
PENGAMBILA Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Ke 5
N INFORMASI Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4
Upacara Penyerahan Kecamatan
PBL di Kecamatan Banyumanik
Banyumanik
Melakukan perkenalan Kantor
dengan perangkat Kelurahan
Kelurahan Tinjomoyo Tinjomoyo

Melakukan kunjungan ke Rumah Ketua


masing-masing Ketua RW 01-08
RW untuk silaturahmi Kelurahan
dan menyerahkan surat Tinjomoyo
izin
Pengambilan data Puskesmas
sekunder pada program Ngesrep
Gizi, KIA dan DBD

Rekapitulasi data Posko


sekunder dan Identifikasi
data sekunder
Analisis data sekunder Posko
dan Identifikasi masalah
program Gizi, KIA dan
DBD
Pengambilan data
*Sesuai
primer* kesepakatan
kelompok*
Membuat MCUA untuk Posko

14
menentukan prioritas
masalah
Konsultasi dengan DPL
dan SPL
Melakukan fasilitasi Kelurahan
penyebab masalah Gizi, Tinjomoyo
KIA dan DBD
Pembuatan prioritas Posko
masalah dengan metode
fishbone terkait Gizi, KIA
dan DBD
Menentukan populasi Posko
dan sampel
Pembuatan kuesionerPosko
terkait intervensi Gizi, disesuaikan
KIA dan DBD dengan tim per
masing-masing
program
Konsultasi dengan DPL *Posko
terkait kuesioner
Penyebaran kuesioner
(DBD, Gizi, KIA)
Rekapitulasi data hasil Posko
kuesioner
Analisis hasil kuesioner Posko
(DBD, Gizi, KIA)
Fasilitasi solusi (DBD, Kelurahan
Gizi, KIA) Tinjomoyo
Menganalisis kelayakan Posko
solusi

15
Persiapan intervensi Posko
program DBD, Gizi, KIA
Melakukan kegiatan Posko
intervensi program DBD,
Gizi, KIA
Mengikuti kegiatan
*tergantung
Posyandu tempat dan
jadwal
pelaksanaan
Mengikuti kegiatan *tergantung
dengan masyarakat* tempat dan
jadwal
pelaksanaan
Pembuatan laporan Posko
Konsultasi DPL
Pengambilan *setiap kegiatan
Dokumentasi PBL
Tabel 2.6 Waktu Kegiatan PBL Kelompok 27 Kelurahan Tinjomoyo

16
C. Pengolahan dan Analisis data
1. Metode dan Desain
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional berdasarkan pada tahapan community diagnosis.
Metode survei dengan pendekatan cross sectional merupakan
rancangan penelitian dimana variabel diambil dalam periode waktu
yang sama. Metode yang digunakan pada Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Metode
kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka
dan dianalisis dengan teknik statistik, sedangkan metode kualitatif
adalah metode penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk
verbal dan dianalisis tanpa teknik statistik.
Pada metode kualitatif menggunakan teknik triangulasi. Teknik
triangulasi adalah teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan
yang sesuai dan tidak dilihat dari satu sudut pandang. Sedangkan
untuk metode kuantitatif menggunakan teknik chi-square. Teknik chi-
square merupakan salah satu jenis uji komparatif non parametris yang
dilakukan pada dua variabel, dimana skala data kedua variabel
adalah nominal.
2. Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama dalam metode kuantitatif adalah data. Jenis
data yang dikumpulkan dalam Pengalaman Belajar Lapangan adalah
data primer dan data sekunder. Adapun jenis data tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan survei
kuesioner pada responden dan observasi
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) ini
diperoleh berupa :
1) Data dari Kelurahan Tinjomoyo berupa Profil Kelurahan
Tinjomoyo Tahun 2015, Laporan Angka Bebas Jentik Tahun
2015-2016, Laporan Pokja IV PKK Kelurahan Tinjomoyo
2) Data Laporan Bulanan Puskesmas Ngesrep
17
3) Sumber lain dari institusi yang terkait dengan penelitian
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi dan Sampel KIA
Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu dua
populasi yang berbeda. Populasi target pertama adalah populasi
seluruh ibu hamil di Kelurahan Tinjomoyo dengan populasi
studinya adalah ibu hamil trisemester III, ibu nifas, dan ibu yang
masih menyusui secara ekslusif yang tinggal di Kelurahan
Tinjomoyo sejumlah 66 orang. Jenis sampel yang digunakan yaitu
total sampling sehingga seluruh ibu hamil trisemester III, ibu nifas,
dan ibu yang masih menyusui secara ekslusif yang berjumlah 66
orang yang mempunyai kriteria penelitian sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat
mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian. Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Ibu hamil pada trisemester III
2) Ibu nifas (40 hari setelah melahirkan)
3) Ibu masih menyusui secara ekslusif
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria Ekslusi yaitu criteria di luar kriteria inklusi (Hajijah,
2012). Kriteria eksklusi adalah kriteria yang apabila dijumpai
menyebabkan objek tidak dapat digunakan dalam penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1) Pihak ibu tidak bersedia untuk dilakukan penelitian
2) Pihak ibu berpindah tempat tinggal
3) Pihak ibu tidak bisa ditemui
Sedangkan populasi kedua adalah Penanggungjawab
Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Ngesrep dan
Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes) KIA Kelurahan
Tinjomoyo. Sampel kelompok kedua terpilih melalui total sampling,
yaitu penanggung jawab program Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Ngesrep dan Petugas Surveilans Kesehatan
(Gasurkes) KIA Kelurahan Tinjomoyo.
18
Teknik pengumpulan data dalam Pengalaman Belajar
Lapangan ini melalui kuesioner. Survei kuesioner dilakukan untuk
menggali penyebab masalah yang terjadi dengan menggunakan
instrumen. Dalam Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), survei
kuesioner ini dipilih untuk mendapat kesimpulan yang dapat
digeneralisir, instrumen yang digunakan diperoleh dari fishbone
diagram penyebab masalah. Instrumen penelitian ditujukan
kepada Penanggungjawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Ngesrep, Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes)
KIA Kelurahan Tinjomoyo dan sejumlah 66 orang yang
diantaranya ibu hamil trisemester III, ibu nifas, dan ibu yang masih
menyusui secara ekslusif yang tinggal di Kelurahan Tinjomoyo.
Tempat dan waktu wawancara ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara tim mahasiswa PBL dengan subjek penelitian
dan instrumen yang telah dibuat oleh tim mahasiswa PBL.
Penyusunan instrumen diawali dengan dibuatnya definisi
operasional untuk masing-masing variabel yang akan ditanyakan
di instrumen.
b. Populasi dan Sampel Gizi
Populasi adalah kumpulan atau keseluruhan anggota dari
objek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah
ditetapkan dalam penelitian. Populasi yang digunakan dalam
penelitian yaitu ibu yang mempunyai balita yang ada di Kelurahan
Tinjomoyo. Jumlah sampel yang digunakan dalam pengambilan
data berdasarkan perhitungan rumus slovin. Dengan perhitungan
sebagai berikut :

90
Keterangan :
N = populasi

19
n = jumlah sampel yang akan diambil
= derajat kesalahan (0,1)
Setelah uji kelayakan kuesioner, langkah selanjutnya
melakukan wawancara terhadap populasi sebagai objek
penelitian, yaitu ibu yang mempunyai balita di Kelurahan
Tinjomoyo. Dari wawancara tersebut didapatkan data yang
selanjutnya akan diolah. Proses selanjutnya yang dilakukan ialah
menganalisis data. Analisis data yang dilakukan ialah analisis
deskriptif, dimana ditentukan rasio, proporsi, serta persentase
dengan menggunakan alat bantu statistik yakni membuat tabel
distribusi frekuensi. Dan juga dilakukan analisis data primer yang
diolah dengan menggunakan program SPSS untuk
mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Untuk kemudian
selanjutnya memberikan gambaran tentang hubungan antara
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan dengan rendahnya
cakupan N/D di Kelurahan Tinjomoyo. Pengambilan data primer ini
dilakukan pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu tanggal 27-29
Oktober 2016. Metode pengambilan data primer yang kami
gunakan adalah wawancara langsung kepada responden. Setelah
pengambilan data primer selesai, kami melakukan entry data yang
sebelumnya dilakukan editing, coding, scoring, dan tabulating.
Aplikasi yang kami gunakan untuk memasukkan data adalah
SPSS.
c. Populasi dan Sampel DBD

Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu dua


populasi yang berbeda. Populasi pertama adalah seluruh
bangunan di Kelurahan Tinjomoyo yaitu sejumlah 1.536 unit
sedangkan populasi kedua adalah Penanggung jawab program
Kesling Puskesmas Ngesrep, Penanggung jawab program DBD
Puskesmas Ngesrep, dan Petugas Surveilans Kesehatan
(Gasurkes) DBD Kelurahan Tinjomoyo.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan


mampu mewakili populasi dalam penelitian. Sampel yang
20
digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 kelompok sampel yang
berbeda. Sampel kelompok pertama ditentukan dengan rumus
perhitungan Slovin sebagai berikut :

Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Maka diterapkan dalam perhitungan

Dari perhitungan diatas maka diketahui jumlah sampel


minimal pada penelitian ini adalah 94 bangunan dan kami
mengambil 95 bangunan. Sampel kelompok pertama terpilih
melalui teknik pengambilan cluster sampling, Pembagian klaster
berdasarkan jumlah RT yang terdapat di RW I-VIII sebanyak 46
RT. Sehingga satuan sampel di masing-masing RT sebanyak 2
bangunan rumah sedangkan sisanya 3 bangunan, yaitu : kantor
kelurahan, sekolah dan tempat ibadah. Pengambilan sampel
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu :
21
Kriteria inklusi :

a. Bertempat tinggal dan terdaftar sebagai penduduk setempat


b. Bersedia menjadi responden selama masa penelitian

Kriteria eksklusi :
a. Tidak berada di rumah pada saat masa penelitian
b. Tidak bersedia menjadi responden selama masa penelitian

Sedangkan untuk sampel kelompok kedua terpilih melalui


total sampling, yaitu Penanggungjawab program Kesling
Puskesmas Ngesrep, Penanggungjawab program DBD
Puskesmas Ngesrep, dan Petugas Surveilans Kesehatan
(Gasurkes) DBD Kelurahan Tinjomoyo.

Teknik pengumpulan data dalam Pengalaman Belajar Lapangan


ini melalui :

Kuesioner
Survei kuesioner dilakukan untuk menggali penyebab
masalah yang terjadi dengan menggunakan instrumen. Dalam
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), survei kuesioner ini dipilih
untuk mendapat kesimpulan yang dapat digeneralisir, instrumen
yang digunakan diperoleh dari fishbone diagram penyebab
masalah. Instrumen penelitian ditujukan kepada
Penanggungjawab program Kesling Puskesmas Ngesrep,
Penanggungjawab program DBD Puskesmas Ngesrep, dan
Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes) DBD Kelurahan
Tinjomoyo dan 95 bangunan di Kelurahan Tinjomoyo. Tempat dan
waktu wawancara ditentukan berdasarkan kesepakatan antara tim
mahasiswa PBL dengan subjek penelitian dan instrumen yang
telah dibuat oleh tim mahasiswa PBL. Penyusunan instrumen
diawali dengan dibuatnya definisi operasional untuk masing-
masing variabel yang akan ditanyakan di instrumen.

22
4. Pengolahan data
Pengolahan data adalah suatu proses pemasukan data (input),
transformasi data (recode, transform), penyajian data dan interpretasi
data (baik secara deskriptif maupun inferensial). Pengolahan data
menggunakan beberapa tahapan, yaitu:
1. Penyuntingan (Editing) dan Pembersihan (Cleaning)
Penyuntingan (editing) dan pembersihan (cleaning) adalah
suatu proses memeriksa kelengkapan kuesioner, urutan logis
pengisian kuesioner, konsistensi jawaban responden dan
melakukan perbaikan apabila ada kesalahan dalam pengisian yang
memerlukan perbaikan. Penyuntingan setelah kuesioner sudah diisi,
setelah kegiatan pengambilan data di lapangan.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode (coding) dilakukan dengan tujuan untuk
memudahkan proses pemasukan data. Dengan memberikan kode
maka proses pemasukan data hanya memasukkan kode-kode
jawaban kuesioner yang sudah matang.
3. Pemasukan Data (Entry Data)
Setelah kuesioner diteliti atau disunting dan diberi kode maka
proses pengolahan data yaitu memasukkan data kedalam aplikasi
komputer untuk dianalisis. Aplikasi komputer yang sering digunakan
yaitu SPSS.
4. Tabulasi (Tabulation)
Mengelompokkan data atau menyusun data secara deskriptif ke
dalam tabel yang telah dibuat sesuai tujuan.
5. Mendeskripsikan data
Membaca hasil dan mengubahnya menjadi bentuk yang mudah
dipahami baik berupa tabel, grafik, dan persentase.Analisis bisa
langsung disajikan ataupun diceritakan agar lebih mudah dipahami.
6. Interpretasi data
Menghubungkan hasil data frekuensi terbesar dengan teori H.L.
Blum (Pelayanan Kesehatan, Perilaku, Genetik, dan
Lingkungan).Terlihat adanya hubungan antara teori yang
dikemukakan H.L. Blum dengan penyebab yang ditemui dilapangan,
23
untuk selanjutnya dapat direncanakan alternatif penyelesaian
masalah kesehatan.

24
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PBL

Kondisi Geografi

Lokasi Kelurahan Tinjomoyo terletak di Kecamatan Banyumanik,


Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kelurahan
Tembalang 202,479 Ha. Secara administrasi Desa/Kelurahan Jangli
mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Gajah Mungkur
Sebelah Timur : Kecamatan Banyumanik
Sebelah Selatan : Kecamatan Banyumanik
Sebelah Barat : Kecamatan Gunung Pati
Keadaan Demografi
Desa/Kelurahan Tinjomoyo memiliki jumlah penduduk sampai
dengan bulan Agustus 2016 adalah 9536 jiwa. Jumlah laki-laki 4833 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4703 jiwa dengan kepala
keluarga terdiri dari 2873 KK.

Tabel 3.1 Keadaan Demografi Kelurahan Tinjomoyo


Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 285 280 565
5-9 277 283 560
10-14 262 261 523
15-19 316 349 565
20-24 432 405 837
25-29 420 434 854
30-34 427 437 864
35-39 412 457 869
40-44 443 442 885
45-49 411 452 863
50-54 422 343 765
55-59 375 245 620
60-64 184 138 322
65-69 72 85 157
70+ 95 92 187
Jumlah 4833 4703 9536
(Sumber : Data Monografi Kelurahan Tinjomoyo 2016)

25
Berdasarkan Tabel 3.1 Perbandingan jumlah laki-laki dan
perempuan di Kelurahan Tinjomoyo tidak terlalu besar dimana jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan.
Mata Pencaharian
Kelurahan Tinjomoyo memiliki jumlah penduduk sampai dengan
Agustus 2016 adalah 9536 jiwa. Jenis pekerjaan penduduk kelurahan
Tinjomoyo bermacam-macam Secara terperinci dapat dilihat pada tabel
3.2.
Tabel 3.2 Mata Pencaharian (Bagi Umur 10 Tahun Keatas)
No Jenis Kegiatan Banyaknya Orang
1 Petani sendiri 30
2 Buruh tani 30
3 Nelayan 0
4 Pengusaha 1
5 Buruh Industri 750
6 Buruh Bangunan 676
7 Pedagang 216
8 Pengangkutan 70
9 Pegawai Negeri Sipil 382
10 ABRI 162
11 Pensiunan 27
12 Lain-lain (jasa-jasa) 3568
(Sumber : Data Monografi Kelurahan Tinjomoyo 2016)

Berdasarkan Tabel 3.2 Jenis pekerjaan yang paling banyak


terdapat di kelurahan Tinjomoyo yaitu lain-lain (jasa) sebanyak 3568
orang, dan jenis pekerjaan paling sedikit jumlahnya yaitu nelayan dan
pengusaha dengan jumlah masing-masing 0 dan 1 orang.
Pendidikan
Penduduk Kelurahan Tinjomoyo memiliki latar belakang
pendidikan yang bermacam-macam. Jenis pendidikan penduduk
Kelurahan Tinjomoyo secara terperinci dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Penduduk menurut Pendidikan (Bagi Umur 5 Tahun
Keatas)
No Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sarjana 175 168 343
2 Sarjana Muda 112 98 210
3 Tamatan SLTA 1851 1874 3725
4 Tamatan SLTP 1072 992 2064
5 Tamatan SD 769 720 1489
26
6 Belum Tamat SD 319 322 641
7 Tidak Tamat SD 90 89 179
8 Belum Sekolah 400 395 795
9 Tidak Sekolah 45 45 90
Jumlah 4833 4703 9536
(Sumber : Data Monografi Kelurahan Tinjomoyo 2016)

Berdasarkan Tabel 3.3 tingkat pendidikan yang paling banyak


terdapat di kelurahan Tinjomoyo yaitu tamat SLTA sebanyak 3725 orang,
dan tingkat pendidikan paling sedikit jumlahnya yaitu tidak sekolah
dengan jumlah 90 orang.
Agama
Penduduk Kelurahan Tinjomoyo memiliki kepercayaan yang
berbeda-beda. Kepercayaan yang dianut oleh Kelurahan Tinjomoyo
secara terperinci dapat dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Banyaknya Pelaku Agama
No Jenis Agama Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Islam 4158 4057 8215
2 Kresten Katolik 425 419 844
3 Kresten Protestan 214 216 430
4 Budha 17 6 23
5 Hindu 19 5 24
Jumlah 4833 4703 9536
(Sumber : Data Monografi Kelurahan Tinjomoyo 2016)

Jumlah Bangunan
Tabel 3.5 Bangunan Jenis Komplek Pemukiman
No. Jenis Bangunan Jumlah
1. Permanen 1270
2. Semi Permanen 139
3. Non Permanen 96
Jumlah 1505

Tabel 3.6 Bangunan Lainnya


No. Jenis Bangunan Jumlah
1. PAUD 1
2. TK 3
3. SD 3
4. SMP 1

27
5. Masjid 6
6. Musholla 14
7. Gereja 3
Jumlah 31
Total bangunan seluruhnya yaitu jumlah bangunan jenis komplek
pemukiman ditambah jumlah bangunan lainnya sama dengan 1536
bangunan.

28
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
B 1. MASALAH KIA DI MASYARAKAT DAN YANKES
1. Identifikasi Masalah Kesehatan Ibu dan Anak

29
Tabel 3.7 Identifikasi Masalah Kesehatan Ibu dan Anak

2016 (Januari-
2013 2014 2015
NO Indikator SPM Target September) TREND
Capaian GAP Capaian GAP Capaian GAP Capaian GAP
1 Cakupan K1 100% 109% +9 100% 0 110% +10 23,2% -76,8 Turun Tajam
2 Cakupan K4 95% 110,8% +15,8 98,7% +3,7 100,0% +5 44,8% -50,2 Turun
3 Deteksi Risti Masyarakat 40% 7,5% -32,5 9,0% -31 18,6% -21,4 0,0% -40 Turun
4 Deteksi Risti Nakes 60% 11,3% -48,7 9,7% -50,7 42,5% -17,5 24,0% -36 Naik
5 Peserta KB Aktif 70% 80,0% +10 86,6% +16,6 49,6% +20,4 80,4% +10,4 Naik
Cakupan Persalinan Oleh
6 94% 94,3% +0,3 96,7% +2,7 100,0% +6 62,4% -31,6 Turun
Nakes

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual

2. RTP Puskesmas Ngesrep Tahun 2016. Indikator SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/spm2014/PENCAPAIAN_SPM%20_PROV_JATENG_TH

30
a. Cakupan Kunjungan K1

Gambar 3.1 Tren Cakupan K1 Akses Tahun 2013-2016


K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan trisemester ke I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
K1 di bagi menjadi dua yaitu K1 murni dan K1 akses. K1 akses adalah
jumlah kontak pertam ibu hamil dengan tenaga kesehatan tanpa melihat
umur kehamilan. Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil
yang telah melakukan kunjungan pertama ke sarana kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Berdasarkan data diatas diketahui
bahwa dalam kurun waktu 2013-2015 cakupan K1 mengalami adanya
peningkatan dan mencapai target, tetapi sampai September 2016 turun,
dimana cakupan hanya 23,2% dan jauh dari target yang ditetapkan.
Masih rendahnya cakupan K1, berarti masih banyak ibu hamil yang tidak
melakukan kunjunahn pertama pelayanan antenatal sehingga
kehamilannya tidak diketahui oleh petugas kesehatan yang nantinya
dapat menimbulkan terjadinya kematian pada ibu dan anak yang
dikandungnya.

31
b. Cakupan Kunjungan K4

Gambar 3.2 Tren Cakupan Kunjungan K4


Kunjungan K4 adalah kontak ibu haml yang keempat atau lebih
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan kesehatan pada trisemester III, dengan usia kehamilan
>24 minggu. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan hamil sesuai standar serta paling sedikit empat
kali kunjungan, denga satu kali kunjungan pada trisemester I dan II, dan
dua kali pada trisemsester ke III. Berdasarkan analisis trend, pada tahun
2013-2015 cakupan K4 konstan dan telah mencapai target, tetapi sampai
September 2016 mengalami penurunan dengan jumlah cakupan sebesar
44,8%.
c. Deteksi Risti Oleh Masyarakat

Gambar 3.3 Tren Deteksi Risti oleh Masyarakat Tahun 2013-2016

Kegiatan deteksi risiko tinggi ibu hamil merupakan salah satu


upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Deteksi dini

32
kehamilan berisiko tinggi berkaitan dengan klasifikasi atau kegiatan untuk
mendapatkan informasi mengenai ibu hamil yang terdeteksi sebagai
populasi berisiko tinggi. Informasi mengenai ibu hamil risti berasal dari
kader, tetangga dan tokoh masyarakat. Berdasarkan analisis trend, pada
tahun 2013-2015 cakupan deteksi risti oleh masyarakat mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Akan tetapi sampai September 2016 menurun
tajam, dimana cakupan masih 0% dan jauh dari target yang ditetapkan
sebesar 40%.
d. Deteksi Risti Oleh Nakes

Gambar 3.4 Tren Deteksi Risti oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2013-2016

Kegiatan deteksi risiko tinggi ibu hamil merupakan salah satu


upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Deteksi dini
kehamilam brerisiko tinggi berkaitan dengan klasifikasi atau kegiatan
untuk mendapatkan informasi mengenai ibu hamil yang terdeteksi
sebagai populasi berisiko tinggi. Informasi mengenai ibu hamil resiko
tinggi berasal tenaga kesehatan seperti bidan, dokter, gasurkes,
dll.Berdasarkan analisis trend, pada tahun 2013-2014 cakupan deteksi
risti oleh tenaga kesehatan mengalami penurunan dan kembali meningkat
pada tahun 2015 sebesar 42,5% dan menurun kembali sampai
September 2016 sebesar 24%.

33
e. Peserta KB Aktif

Gambar 3.5 Tren Peserta KB Aktif Tahun 2013-2016

KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk


meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu,
anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi,
pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat
merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak,
berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti
mempunyai anak. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur
(WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.Pasangan Usia Subur
(PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang
sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun.
Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi
kehamilan. Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru
pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau pasangan
usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah
melahirkan/keguguran. Berdasarkan analisis trend, pada tahun 2013-
2014 cakupanpeserta KB aktif mengalami peningkatan dan menurun
pada tahun 2015 sebesar 49,6% dan kembali meningkat sampai
September 2016 sebesar 80,4%.

34
f. Cakupan Persalinan Oleh Nakes

Gambar 3.6 Tren Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tahun


2013-2016

Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan


persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.
Cakupan Pn diukur dari jumlah persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam
setahun dikali 100%. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan
Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas
yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.Berdasarkan analisis trend,
pada tahun 2013-2015 cakupanpersalinan oleh tenaga kesehatan
mengalami peningkatan dan sampai September 2016 mengalami
penurunan sebesar 62,4%.

35
2. Prioritas Masalah Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak
Tabel 3.8 MCUA Prioritas Masalah KIA

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak

Deteksi Risti Cakupan


Bobot Cakupan Cakupan Deteksi Risti Oleh Persalinan Oleh
Kriteria Oleh Peserta KB
(%) Kunjungan K1 Kunjungan K4 Nakes Nakes
Masyarakat Aktif

Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB

Kegawatan 40% 3 1,2 4 1,6 3 1,2 4 1,6 3 1,2 4 1,6

Besar Masalah 30% 3 0,9 3 0,9 4 1,2 1 0,3 2 0,6 2 0,6

Trend 30% 4 1,2 3 0,9 3 0,9 3 0,9 1 0,3 3 0,9

Total 100% 3,3 3,4 3,3 2,8 2,1 3,1

36
Keterangan :
Kriteria digunakan untuk pembobotan dalam MCUA dari segi Masyarakat :
a. Kegawatan
Sangat Gawat :4
Gawat :3
Kurang gawat :2
Tidak gawat :1
b. Besar
Sangat Besar (76-100%) :4
Besar (51-75%) :3
Kurang besar (26-50%) :2
Tidak besar (0-25%) :1
c. Tren
Turun Tanjam :4
Turun :3
Konstan :2
Naik :1

Berdasarkan prioritas masalah pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di


Kelurahan Tinjomoyo tahun 2013-2016, diketahui bahwa masalah cakupan
kunjugan K4 menjadi prioritas utama yang harus ditangani terlebih dahulu.
Berikut rumusan masalahnya : Rendahnya cakupan kunjungan K4 di
Kelurahan Tinjomoyo pada tahun 2013-2016 sebesar 44,8%.

37
Masa Kerja
Nakes
3. Analisis Penyebab Masalah Kebijakan
Dukungan Dukungan Program K4 Beban Kerja
Monitoring
Gasurkes Masyarakat &Evaluasi
Dukungan Suami Peran Nakes Imbalan

Jam Kerja
Pelayanan Ketersediaan
Dukungan Keluarga
dana
Pendapatan Sosial Waktu Tempuh Jumlah Nakes Dukungan Nakes
Keluarga
Promosi K4
Akses ibu hamil Kinerja
terhadap pelayanan Jarak Nakes
Ekonomi Ruang
kesehatan
Pemeriksaan
Transportasi Rendahnya
LINGKUNGAN PELAYANAN Cakupan
KESEHATAN Kunjungan K4
PERILAKU sebesar 44,8%

Informasi yang Tingkat Pengetahuan Ibu


Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Hamil
didapatkan ibu Hamil
hamil dan ibu nifas
Sumber Pekerjaan Ibu Hamil
Umur Ibu Hamil

Media Jumlah Anak yang dilahirkan


Riwayat
Persalinan
Komplikasi Sikap Ibu Hamil
Gambar 3.7 Fishbone KIA
Kehamilan
Kegiatan
Riwayat
Pemeriksaan Ibu
Penyakit 38
Hamil
4. Definisi Operasional
Tabel 3.9 Definisi Operasional KIA

VARIABEL KUANTITATIF
No Variabel Definisi Operasional Kriteria Alat Ukur Skala
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah
cakupan Ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar paling sedikit 4 kali di
satu wilayah kerja pada kurun waktu
Cakupan tertentu. 1. Ya Wawancara dan melihat
1 Nominal
Kunjungan K4 Jumlah Ibu hamil yg memperoleh 2. Tidak buku KIA
pelayanan antenatal K4 di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu per
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama dikali
100%
Lama hidup responden dari tahun 1. < 20 tahun
Wawancara dan melihat
2 Umur Ibu wawancara dikurangi tahun kelahiran 2. 20 35 tahun Rasio
buku KIA
responden 3. > 35 tahun
1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat sekolah
Pendidikan formal terakhir yang telah 3. Tamat SD/ sederajat
Tingkat Wawancara, melihat buku
3 diselesaikan responden yang disertai 4. Tamat SMP/ sederajat Ordinal
Pendidikan Ibu KIA, dan ijazah terakhir
dengan ijazah. 5. Tamat SMU/ sederajat
6. Akademi/ Perguruan
Tinggi
4 Pekerjaan Ibu Kegiatan responden selain mengurus 1. Tidak bekerja (IRT) Wawancara dan melihat Ordinal

39
pekerjaan rumah tangga yang 2. Wiraswasta buku KIA
menghasilkan pendapatan tambahan 3. Karyawan swasta
(rupiah) baik pekerjaan yang utama 4. PNS/POLRI/TNI
maupun sampingan serta lamanya 5. Buruh
pekerjaan tersebut. 6. Lain-lain
Penghasilan rata-rata perbulan (dalam
Pendapatan 1. Rp 1.909.000,00
5 rupiah), baik yang dihasilkan oleh kepala Wawancara Nominal
Keluarga 2. > Rp 1.909.000,00
keluarga maupun anggota keluarga.
1. Nulipara ibu yang
belum pernah
melahirkan
2. Primipara ibu yang
pernah melahirkan 1
Jumlah anak dengan berat badan lebih kali
Jumlah anak Wawancara dan melihat
6 dari atau sama dengan 500 gram yang 3. Multipara ibu yang Ordinal
(Paritas) buku KIA
pernah dilahirkan hidup maupun mati pernah melahirkan
lebih dari 1 kali
4. Grandemultipara ibu
yang pernah
melahirkan 5 kali
atau lebih
Ada atau tidaknya penyakit yang pernah
diderita responden yang memiliki risiko
terhadap kehamilan dan persalinan saat
ini yang berpengatuh terhadap kehamilan
Riwayat tercantum dalam status ibu seperti: 1. Ya Wawancara dan melihat
7 Nominal
Penyakit a. TBC 2. Tidak buku KIA
b. Asma
c. Diabetes mellitus
d. Hipertensi
e. Lain-lain

40
Ada atau tidaknya pengalaman kegawat
daruratan sewaktu kehamilan berupa
Riwayat
hiperemesis Gravidarum, perdarahan per 1. Ya
8 Komplikasi Wawancara Nominal
vaginam, preeklampsia, eklampsia, 2. Tidak
Kehamilan
kehamilan lewat waktu, dan ketuban
pecah dini.
Ada atau tidaknya pengalaman kegawat
daruratan sewaktu persalinan berupa
Riwayat
kelainan letak/presentasi janin, partus 1. Ya
9 Komplikasi Wawancara Nominal
macet/ distosia, perdarahan pasca 2. Tidak
Persalinan
persalinan, Infeksi berat/ sepsis, kontraksi
dini/persalinan prematur.
Pemahaman ibu hamil terkait pengertian,
Pengetahuan 1. Baik, jika hasil 50%
tujuan dan manfaat kunjungan antenatal,
10 tentang 2. Kurang, jika hasil < Wawancara Ordinal
pengertian K1 dan K4, frekuensi dan
Kunjungan K4 50%
jadwal kunjungan kehamilan
Tanggapan atau respon ibu dalam 1. Baik, jika hasil 50%
Sikap terhadap
11 kunjungan K4 seperti tujuan dan frekuensi 2. Kurang, jika hasil < Wawancara Ordinal
Kunjungan K4
pemeriksaan kehamilan 50%
Seluruh aktivitas sehari-hari responden
Tindakan 1. Baik, jika hasil 50%
selama kehamilan terakhir yang berkaitan Wawancara dan croscek
12 terhadap 2. Kurang, jika hasil < Ordinal
dengan pemeriksaan kehamilan dan Buku KIA
Kunjungan K4 50%
kunjungan K4
Alat bantu yang digunakan dalam
mempermudah penyampaian materi
13 Media Informasi Wawancara
terkait kunjungan K4 seperti TV, Radio,
Majalah, Koran, Pamflet dan Leaflet
Darimana informasi pemeriksaan
Sumber kehamilan diperoleh responden seperti 1. Ya
14 Wawancara Nominal
Informasi tenaga kesehatan, keluarga, masyarakat 2. Tidak
dan media massa

41
1. Baik jika informasi
Banyaknya informasi pemeriksaan
Frekuensi yang diterima 4
15 kehamilan yang diperoleh reponden Wawancara Ordinal
Informasi 2. Buruk jika informasi
minimal 4 kali selama masa kehamilan
yang diterima 4
1. Dekat jika kurang dari
Jarak Menuju Jarak yang ditempuh responden dari
15 km Wawancara dan
16 Pelayanan rumah menuju pelayanan kesehatan
2. Jauh jika lebih dari 15 Pengukuran dengan GPS
Kesehatan dalam satuan kilometer
km
a. Dekat jika kurang dari
Lamanya waktu yang ditempuh
15 menit Wawancara dan
17 Waktu Tempuh responden dari rumah menuju pelayanan
b. Jauh jika lebih dari 15 Pengukuran dengan GPS
kesehatan dalam satuan menit
menit
Cara yang digunakan responden menuju
pelayanan kesehatan seperti
18 Transportasi Wawancara
menggunakan kendaraan pribadi, umum
dan jalan kaki
Peran yang diberikan suami untuk
melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilan misalkan, mengingatkan, 1. Mendukung, jika hasil
Dukungan mengantarkan, memberi izin, 50%
19 Wawancara Ordinal
Suami menyediakan dana, menanyakan hasil 2. Tidak Mendukung, jika
pemeriksaan dan memperhatikan hasil < 50%
kesehatan dan informasi kunjungan
kehamilan yang diperoleh responden/istri
Peran keluarga (orangtua, saudara)
1. Mendukung, jika hasil
dalam pemberian dukungan pada
Dukungan 50%
20 responden berupa nasihat/saran, Wawancara Ordinal
Keluarga 2. Tidak Mendukung, jika
perhatian, dan menemani dalam
hasil < 50%
pemeriksaan kehamilan/ kunjungn K4
Dukungan Peran orang-orang sekitar (tetangga, 1. Mendukung, jika hasil
21 Wawancara Ordinal
Masyarakat kader, teman dan toma) dalam melakukan 50%

42
kunjungan K4 berupa nasihat, perhatian 2. Tidak Mendukung, jika
dan kunjungan kader hasil < 50%
Anggapan masyarakat terhadap peran
1. Mendukung, jika hasil
yang diberikan oleh petugas surveilans
Dukungan 50%
22 KIA yang mampu menguatkan psikososial Wawancara Ordinal
Gasurkes 2. Tidak Mendukung, jika
dan tindakan kunjungan pemeriksaan
hasil < 50%
kehamilan
VARIABEL KUALITATIF
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Lama tenaga kesehatan bekerja terhitung sejak tahun penempatan di
1 Masa Kerja Wawancara mendalam
pelayanan kesehatan hingga penelitian dilakukan.
Rentang waktu pelayanan terhitung mulai dari dibuka hingga di
2 Jam Kerja Pelayanan Wawancara mendalam dan observasi
tutupnya loket pendaftaran dalam sehari
Jumlah Tenaga Banyaknya tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan
3 Wawancara mendalam
Kesehatan kehamilan di ruang KIA
Banyaknya tanggung jawab yang di tugaskan pada tenaga kesehatan
4 Beban Kerja Wawancara mendalam
selain tupoksi utama.
Insentif berupa uang yang didapatkan oleh tenaga kesehatan dalam
5 Imbalan Wawancara mendalam
melakukan pelayanan diluar gaji tetap.
Keadaan tempat yang digunakan untuk pemeriksaan kesehatan dan
standar ruangan sebagai berikut:
1. Minimal 3 X 4 m2
2. Ventilasi yang baik (jendela terbuka dan tersedia kipas angin)
3. Penerangan yang baik
6 Ruang Pemeriksaan 4. Tempat cuci tangan Wawancara mendalam dan Observasi
5. Meja kerja dan kursi untuk Nakes
6. Kursi untuk klien dan pendampingnya
7. Tempat tidur periksa dengan matras dan bantal
8. Terdapat Selimut/kain penutup
9. Tangga bangku untuk naik tempat tidur periksa

43
10. Terdapat lampu periksa dan sorot
11. Tirai
12. Lemari peralatan
13. Thermometer
14. Tensi meter
15. Timbangan berat badan
Kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang tenaga
KinerjaTenaga
7 kesehatan berupa pengetahuan, pelaksanaan pemeriksaan sesuai Wawancara mendalam dan Observasi
Kesehatan
dengan alur pemeriksaan kehamilan dan 19 T (minimal 10T)
Peran yang diberikan petugas kesehatan dalam melakukan kunjungan
Dukungan Tenaga
8 K4 oleh ibu misalnya pemberian informasi kunjungan kehamilan, Wawancara mendalam
Kesehatan
mengingatkan jadwal pemeriksaan
Kegiatan penyampaian informasi kepada responden yang dilakukan
9 Promosi K4 oleh pelayanan kesehatan mengenai K4 baik lisan ataupun melalui Wawancara mendalam
media.
Rangkaian konsep atau pedoman dan dasar rencana pelaksanaan
10 Kebijakan K4 program atau acara dalam penjaringan ibu hamil dalam melakukan Wawancara mendalam
kunjungan K4
Anggaran yang dialokasikan instansi dalam pelaksanaan suatu
11 Dana Wawancara mendalam
program atau acara untuk meningkatkan kunjungan K4 ibu hamil
Upaya penemuan kesalahan pada proses pelaksanaan untuk tindakan
Monitoring dan perbaikan dan penilaian keberjalanan proses pelaksanaan program
12 Wawancara mendalam
Evaluasi atau hasil monitoring dalam peningkatan kinerja dalam pelayanan
kehamilan

44
Data Hasil Kuesioner Prioritas Penyebab Masalah dari Segi
Masyarakat
a. Karakteristik Responden
1) Umur Ibu
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu
No Umur f Prosentase (%)
1 < 20 Tahun 2 4
2 20-35 Tahun 36 14
3 >35 Tahun 6 82
Jumlah 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi


umur responden terbanyak adalah pada kelompok umur 20-35
tahun yaitu sebanyak 36 responden (82%) dan dengan jumlah
terkecil yaitu pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 2
responden (4%).
2) Tingkat Pendidikan Ibu
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
No Tingkat Pendidikan f Prosentase (%)
1 Tidak Sekolah 0 0
2 Tidak Tamat Sekolah 1 2
3 Tamat SD/sederajat 2 5
4 Tamat SMP/sederajat 4 8
5 Tamat SMA/sederajat 32 73
6 Akademi/Perguruan Tinggi 5 11
Jumlah 44 100%

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan


dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu tidak sekolah, tidak
tamat sekolah, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat
SMA/sederajat, dan Akademi/Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan subjek penelitian
terbesar adalah tamat SMA/sederajat yaitu 32 responden (73%).

45
3) Pekerjaan Ibu
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Ibu
No Pekerjaan f Prosentase (%)
1 Tidak Bekerja (IRT) 26 59
2 Wiraswasta 9 21
3 Karyawan Swasta 2 5
4 PNS/POLRI/TNI 1 2
5 Buruh 5 11
6 Lain-lain 1 2
Jumlah 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi


responden menurut pekerjaan ibu menunjukkan sebagian besar
responden sebanyak 26 orang (59%) adalah Ibu Rumah Tangga.
4) Pendapatan Keluarga
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendapatan Keluarga
No Umur f Prosentase (%)
1 UMR (Rp 1.909.000,-) per bulan 15 34
2 >UMR (Rp 1.909.000,-) per bulan 29 66
Jumlah 44 100

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui


kategori pendapatan keluarga. Sebagian besar pendapatan
keluarga responden > UMR (Rp 1.909.000,-) per bulan sebanyak
66%.
5) Paritas/Jumlah anak yang dilahirkan
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
No Umur f Prosentase (%)
1 Nulipara 5 11
2 Primipara 17 39
3 Multipara 20 45
4 Grandemultipara 2 5
Jumlah 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa


karakteristik responden ditinjau dari paritas atau jumlah anak yang

46
dilahirkan, sebagian besar multipara (ibu yang pernah melahirkan
lebih dari 1 kali), yaitu 45%.

6) Riwayat Penyakit
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Penyakit
No Riwayat Penyakit f Prosentase (%)
1 TBC. 0 0
2 Asma 1 11
3 DM 0 0
4 Hipertensi 2 22
5 Lain-lain 6 67
Jumlah 9 90

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi


responden menurut riwayat penyakit ibu sebelum kehamilan
terakhir menunjukkan sebagian besar responden memiliki riwayat
penyakit lain-lain (anemia, alergi, varises, hipotensi, kolesterol,
kista dan tifus) sebesar 67%.

7) Riwayat Komplikasi Kehamilan


Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Komplikasi Kehamilan Ibu
No Riwayat komplikasi kehamilan f Prosentase (%)
1 HG 2 8
2 Perdarahan pervaginam 3 12
3 Preeklamsi 1 4
4 Eklamsi 0 0
5 Hamil lewat waktu 5 20
6 Ketuban pecah dini 5 20
7 Lain-lain 9 36
Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi


responden menurut riwayat komplikasi kehamilan selama ibu
hamil sebanyak 9 orang (36%) adalah lain-lain (abortus, flek,
edema, janin kecil, protein +1, plasenta menutupi jalan lahir), 3
47
orang (20%) ketuban pecah dini dan hamil lewat waktu, 2 orang
(8%) HG, dan 1 orang (4) perdarahan pervaginam.

8) Riwayat Komplikasi Persalinan


Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Komplikasi Persalinan Ibu
No Riwayat kompkikasi persalinan f Prosentase (%)
1 Kelainan letak 3 25
2 Partur macet 0 0
3 Perdarahan Pasca 1 8
4 Sepsis 0 0
5 prematur 1 8
6 Lain-lain 7 59
Jumlah 12

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi


responden menurut riwayat persalinan sebelumnya sebanyak 7
orang (59%) adalah lain-lain (pembukaam lama, rahim robek,
vacum, keracunan kehamilan, miopi), 3 orang (25%) ketuban
kelainan letak, 2 orang (8%) HG, dan 1 orang (4) perdarahan
pasca persalinan dan prematur.
9) Jarak Tempuh Ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak
Tempuh Ke Pelayanan Kesehatan
No Jarak Tempuh f Prosentase (%)
1 5 Km 33 75
2 >5 Km 11 25
Jumlah 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa


karakteristik responden ditinjau dari jarak tempuh ke pelayanan
kesehatan, sebagian besar jaraknya 5 Km, yaitu 75%.

48
10) Waktu Tempuh Ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu
Tempuh Ke Pelayanan Kesehatan
No Waktu Tempuh f Prosentase (%)
1 15 Menit 40 90,9
2 >15 Menit 4 9,1
Jumlah 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa


karakteristik responden ditinjau dari waktu tempuh ke pelayanan
kesehatan, sebagian besar 15 menit, yaitu 90,9%.

11) Transportasi Menju Pelayanan Kesehatan


Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Transportasi Ke Pelayanan Kesehatan
No Waktu Tempuh f Prosentase (%)
1 Motor 36 81,8
2 Mobil 5 11,4
3 Angkot 1 2,3
4 Jalan Kaki 2 4,5
Jumlah 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa


karakteristik responden ditinjau dari transportasi menuju
pelayanan kesehatan, sebagian besar ibu menggunakan motor,
yaitu 81,8%.

49
b. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kunjungan K4
Tabel 3.21 Tabulasi Silang (Crosstabs) Pengetahuan Ibu dengan
Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % f %
Baik 13 61,9 8 38,1 21 100
Pengetahuan
Kurang 10 43,5 13 56,5 23 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Ibu yang


tidak melakukan kunjungan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu
dengan pengetahuan kurang yaitu sebesar 56,5%. Sedangkan ibu
yang melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu dengan
pengetahuan baik yaitu sebesar 61,9%. Sesuai dengan pendapat
(Emilia, 2008) yang menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang
cukup akan memotivasi individu untuk bersifat positif dan berperilaku
sehat.9
Menurut pengamat peneliti di lapangan, pengetahuan cukup
ini tidak terlepas dari motivasi responden untuk mengumpulkan
informasi tentang kunjungan K4 terutama manfaat, tujuan dan kapan
kunjungan K4 tersebut dilakukan dengan cara menanyakan kepada
keluarga atau tetangga sekitar yang sudah berpengalaman hamil
sebelumnya, membaca majalah atau buku-buku yang didalamnya
memuat informasi kesehatan terutama kunjungan K4.9
c. Hubungan Sikap Ibu dengan Kunjungan K4
Tabel 3.22 Tabulasi Silang (Crosstabs) Sikap Ibu dengan Kunjungan
K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % f %
Baik 22 51,2 21 48,8 43 100
Sikap
Kurang 1 100 0 0 1 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

50
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Ibu yang
tidak melakukan kunjungan K4 sebesar 48,8% dengan sikap yang
baik, sedangkan ibu yang melakukan kunjungan K4 dengan sikap
yang baik sebesar 51,2%.
Menurut Berkotwits dalam Azwar (2005) jika sikap seseorang
tersebut positif maka akan cenderung muncul sebuah perilaku yang
positif, sebaliknya jika sikap seseorang tersebut negatif maka akan
cenderung muncul sebuah perilaku yang negatif pula. Dengan sikap
positif responden dapat merespon atau menilai pentingnya
pemeriksaan kehamilan sehingga sikap responden dalam melakukan
kunjungan K4 dapat meningkat.10
d. Hubungan Informasi dengan Kunjungan K4
Tabel 3.23 Tabulasi Silang (Crosstabs) Informasi Ibu dengan Kunjungan
K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % f %
Ya 20 57,1 15 42,9 35 100
Informasi
Tidak 3 33,3 6 66,7 9 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang


tidak melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang tidak
mendapatkan informasi yaitu sebesar 66,7%. Sedangkan ibu yang
melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang mendapatkan
informasi yaitu sebesar 57,1%.
Pengetahuan baik responden dipengaruhi oleh pernahnya
responden mendapatkan informasi dari petugas kesehatan, sehingga
dengan mendapatkan informasi tentang K4 responden yang
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, responden yang sebelumnya
belum mengerti menjadi mengerti dan memahami tentang ANC.
Berdasarkan teori perilaku, mendapat informasi salah satunya dapat
menjamin seseorang untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang didapat.11

51
e. Hubungan Frekuensi Informasi dengan Kunjungan K4
Tabel 3.24 Tabulasi Silang (Crosstabs) Frekuensi Informasi yang Didapat
Ibu dengan Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % F %
Frekuensi Ya 10 38,5 16 61,5 26 100
Informasi Tidak 13 72,2 5 27,8 18 100
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Ibu yang


tidak melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang mendapat
informasi dengan frekuensi > 4 sebesar 61,5%. Sedangkan ibu yang
melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang tidak mendapat
informasi dengan frekuensi < 4 sebesar 72,2%.
f. Hubungan Dukungan Suami dengan Kunjungan K4
Tabel 3.25 Tabulasi Silang (Crosstabs) Dukungan Suami dengan
Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % F % F %
Mendukung 21 56,8 16 43,2 37 100
Dukungan
Suami Tidak
2 28,6 5 71,4 7 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang


tidak melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang tidak
mendapat dukungan suami yaitu sebesar 71,4%. Sedangkan ibu yang
melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada yang mendapat
dukungan suami yaitu sebesar 56,8%.
Dukungan suami merupakan sistem pendukung utama untuk
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat ataupun
sakit. Kepala keluarga adalah seorang dari sekelompok anggota
rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari
rumah tangga atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai kepala
52
rumah tangga. Adapun dukungan suami yang dimaksud disini adalah
dukungan yang diberikan baik dalam moril maupun material kepada
anggota keluarga yang hamil berupa memberikan dorongan untuk
memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal. Jika seluruh keluarga
mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih
percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,
persalinan, dan nifas.12
Dukungan suami sangat berpengaruh terhadap kehamilan ibu,
jika kehamilan disertai dengan dukungan penuh dari keluarga maka
proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya (Taylor, 2001 dalam Komariyah, 2012).12

g. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan K4


Tabel 3.26 Tabulasi Silang (Crosstabs) Dukungan Keluarga dengan
Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % F %
Mendukung 9 56,3 7 43,8 16 100
Dukungan
Keluarga Tidak
14 50 14 50 28 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang


tidak melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang tidak
mendapat dukungan keluarga sebesar 50%. Sedangkan ibu yang
melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang mendapat
dukungan keluarga yaitu sebesar 56,3%.
Kurangnya dukungan keluarga tidak mengizinkan seorang
wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
Padahal dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam
menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga
mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
53
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih
percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,
persalinan dan nifas.13
Fungsi dukungan keluarga bagi ibu hamil yakni akan
mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, dan rasa
nyaman yang akan membuat ibu hamil akan merasa mendapat
dukungan secara emosional yang akan mempengaruhi kesehatan
jiwanya.13
h. Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Kunjungan K4
Tabel 3.27 Tabulasi Silang (Crosstabs) Dukungan Tokoh Masyarakat
dengan Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % F %
Mendukung 0 0 1 100 1 100
Dukungan
Toma Tidak
23 53,5 20 46,5 43 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Ibu yang melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang


tidak mendapat dukungan dari Tokoh Masyarakat yaitu sebesar
53,5%.
i. Hubungan Dukungan Kader dengan Kunjungan K4
Tabel 3.28 Tabulasi Silang (Crosstabs) Dukungan Kader dengan
Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % F %
Mendukung 5 83,3 1 16,7 6 100
Dukungan
Kader Tidak
18 47,4 20 52,6 38 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Ibu yang tidak melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu


yang tidak mendapat dukungan kader sebesar 52,6 %. Sedangkan

54
ibu yang melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang
mendapat dukungan kader sebesar 83,3%.

j. Hubungan Dukungan Tetangga dengan Kunjungan K4


Tabel 3.29 Tabulasi Silang (Crosstabs) Dukungan Tetangga dengan
Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % f %
Mendukung 2 100 0 0 2 100
Dukungan
Tetangga Tidak
21 50 21 50 42 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang


tidak melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang tidak
mendapat dukungan tetangga sebesar 50%. Sedangkan ibu yang
melakukan kunjungan k4 lebih banyak pada ibu yang mendapat
dukungan tetangga sebesar 100%.
k. Hubungan Dukungan Gasurkes dengan Kunjungan K4
Tabel 3.30 Tabulasi Silang (Crosstabs) Dukungan Gasurkes dengan
Kunjungan K4

Kunjungan K4
Total
Ya Tidak
f % f % f %
Mendukung 20 54,1 17 46,9 37 100
Dukungan
Gasurkes Tidak
3 42,9 4 57,1 7 100
Mendukung
Total 23 52,3 21 47,7 44 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang


tidak melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang tidak
mendapat dukungan Gasurkes sebesar 57,1%. Sedangkan ibu yang
melakukan kunjungan K4 lebih banyak pada ibu yang mendapatkan
dukungan dari Gasurkes yaitu sebesar 54,1%.

55
Dukungan petugas kesehatan (gasurkes) merupakan
dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan
subjek bahwa lingkungan (petugas kesehatan) memberikan informasi
yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.14
Data Hasil Kuesioner Prioritas Penyebab Masalah dari Segi Pelayanan
Kesehatan
Penyebab masalah dari sisi pelayanan kesehatan dilakukan dengan
metode kualitatif dengan pendekatan wawancara mendalam (indepth interview)
yang bersifat untuk menggali informasi lebih mendalam atau memperoleh
penjelasan terperinci kepada pemegang program KIA Puskesmas Ngesrep dan
petugas surveilans kesehatan. Untuk memperoleh data atau informasi yang
benar dan valid dilakukan cara triangulasi data, yaitu penggalian atau
penggabungan dari berbagai sumber di lapangan. Data primer dilakukan dengan
menggunakan kuesioner, wawancara mendalam, serta pengamatan atau
observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bagian pencatatan dan
pelaporan atau buku register di Puskesmas serta dengan tinjauan pustaka
lainnya.
Tabel 3.31 Matriks Wawancara dengan Pelayanan Kesehatan
No Variabel Informan 1 Informan 2
Identitas
a. Nama Sri Minarti Dewi Atika
1 Bidan Koordinator
b. Pekerjaan Gasurkes KIA
(PJ Program KIA)
c. Pendidikan Terakhir D4 D3
Sebagai tenaga surveilans
4 tahun 6 bulan di Puskesmas
kesehatan di Puskesmas
Ngesrep dan bekerja sebagai
2 Masa Kerja Ngesrep Kelurahan Tinjomoyo
bidan sudah 19 tahun sejak
selama 10 bulan dalam 1 tahun
tahun 1997
kontrak kerja.
Buka jam 7.00, mulai pelayanan
jam setengah 8.00 atau
Tidak terdapat jam kerja resmi
tergantung kedatangan pasien
untuk gasurkes tetapi setiap
3 Jam Kerja Pelayanan dan selesai pelayanan jam
hari diwajibkan untuk absen di
12.00, dan untuk administrasi
puskesmas dan kelurahan
jam 14.00

Untuk tenaga kesehatan ahli di


Jumlah tenaga surveilans
KIA ada 1 bidan kordinator (Bu
Jumlah Tenaga kesehatan untuk KIA di
4 Mimin) dan untuk tenaga
Kesehatan Kelurahan Tinjomoyo hanya
kesehatan ada 2 bidan (mba lala
ada 1
dan mba calista) serta obgyn
56
No Variabel Informan 1 Informan 2
residen dari RSUP Kariadi
setiap hari Senin dan Kamis.
5 Beban Kerja
Dalam 1 hari bekerja selama 7
jam dan bisa lembur saat musim Tidak ada jam kerja resmi
a. Lama waktu kerja
laporan (maksimal sampai jam untuk gasurkes
16.00)
Melakukan pemantaun secara
terus menerus untuk
menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI). Pemantaun dilakukan
dengan cara mengunjungi ibu
Untuk program yang dikerjakan
hamil dan ibu nifas di
sebagai bikor ada KB, imunisasi,
b. Program dan tugas Kelurahan Tinjomoyo,
antenatal care, membantu
yang dikerjakan kemudian melakukan
Ruang Bersalin saat RB tidak di
pendataan, pemetaan dan
tempat, MTBS, dll.
pendampingan. Selain itu juga
melakukan penyuluhan-
penyuluhan ke pada ibu hamil
dan nifas, dan juga membuat
cohort.
Kesulitan dalam menjalankan
tugas berupa :
- Pencatatan pelaporan
belum bisa lengkap (1
pasien bs dicatat dalam
beberapa buku)
- Tumpang tindih data
- Sebagai satu-satunya bikor
di puskesmas, saat tidak
bisa hadir/tugas luar
Kendalnya adalah alamat dari
khawatir akan pelayanan
c. Kesulitan dalam ibu hamilnya yang tidak jelas,
yang ditinggalkan
menjalankan ibu hamil susah ditemui atau
- Menjadi 2 orang PJ (ibu
tugas memang tidak mau ditemui
dan anak), bikor, hepatitis,
untuk dilakukan pendampingan.
PPIA
PJ ibu : khusus ke ibu
calon pengantin, ibu hamil,
ibu nifas, KB
PJ anak : imunisasi,
kunjungan balita, MTBS,
penyuluhan
Namun hal itu bisa dibantu
dengan adanya tim (mba lala
dan mba calista)
Sudah merasa pekerjaan
sebanding dengan kemampuan
d. Porsi kerja -
yang dimiliki dan sesuai dengan
tupoksi seorang bidan
57
No Variabel Informan 1 Informan 2
(educator, administrasi,
pengelola,dll)
lingkungan kerja sudah Lingkungan kerja mendukung
mendukung pekerjaan sebagai pekerjaan contohnya
bikor. Rasa jenuh pasti ada, masyarakat dapat menerima
cara meminimalisir dengan kedatangan gasurkes saat
e. Lingkungan Kerja ikhlas karena memang itu kunjungan ibu hamil sampai
pekerjaannya dan tidak bisa nifas, kelurahan dan
menghindar, refreshing. (hari puskesmas dapat diajak
minggu kadang ada penyuluhan, kerjasama dalam menjalankan
kelas bumil, dll) tugas.
Pendapatan sesuai dengan
UMR Kota Semarang dan
untuk punishment tidak ada jika
Untuk pendapatan yang diterima
target pendataan ibu hamil
setiap bulannya 5 juta (gaji
tidak memenuhi target. Reward
pokok 3 juta, sisanya insentif
dahulu ada saat rakor
6 Imbalan dari TPP dan JKN). Untuk
berdasarkan pendataan ibu
punishment berupa
hamil terbanyak (memenuhi
pengurangan insentif jika tidak
target) tetapi bukan untuk
hadir bekerja.
Kelurahan Tinjomoyo karena
pendataan ibu hamil masih
sedikit.
- Puskesmas Ngesrep untuk
ruang pemeriksaan kurang
memenuhi standar.
Berdasarkan fakta yang ada
ruangan terlalu sempit,
dimana 1 ruangan yang
seharusnya untuk pelayanan
KIA saja tetapi dibagi juga
dengan pelayanan KB dan
imunisasi.
- Untuk ventilasi sendiri masih
sangat kurang tetapi
penerangan di ruang
7 Ruang Pemeriksaan -
tersebut sudah cukup baik
dimana terdapat 3 buah
lampu yang mampu
menerangi ruang
pemeriksaan.
- Penataan meja dan kursi
untuk tenaga kesehatan
masih kurang sesuai dimana
terlihat memenuhi ruangan
dan menghambat gerak
tenaga kesehatan dalam
melakukan pemeriksaan.
Kursi untuk kliennya dan
58
No Variabel Informan 1 Informan 2
pendampingnya sudah
tersedia, tetapi diluar ruang
pemeriksaan.
- Untuk tempat tidurnya sendiri
sudah sesuai standar yaitu
sudah dengan matras, bantal
dan juga sudah terdapat
selimut/kain penutup. Selain
itu juga sudah tersedia
tangga bangku untuk ibu
naik ke tempat tidur periksa,
antara ruang periksa satu
dan lainnya sudah ada
pembatasnya (tirai).
- Lemari peralatan sendiri
sudah tersedia dan terpisah
untuk peralatan hamil dan
KB. Didalam ruang
pemeriksaan juga sudah
terdapat thermometer, tensi
meter untuk mengetahui
tekanan darah, dan
timbangan berat badan
untuk bayi dan untuk ibu.
Tetapi untuk lampu periksa
dan lampu sorot tidak ada di
ruangan pemeriksaan.
Di Puskesmas Ngesrep untuk
alur pemeriksaan sendiri sudah
sesuai dengan aturannya,
seperti memanggil pasien sesuai
nomor urutan, melakukan
pemeriksaan kartu status (buku
KIA), melakukan anamnesis
(menanyakan keluhan pada
ibu), pemeriksaan fisik dan
obstetric, melakukan
pemeriksaan penunjang saat
8 Alur Pemeriksaan
diperlukan dan setelah itu akan
membuat FP laborat. Setelah itu
akan ditetapkan diagnosa pada
ibu, apabila ibu akan melakukan
imunisasi TT, maka ibu akan
mengisi informed consent,
kemudian apabila ibu
membutuhkan rujukan akan
dibuatkan surat rujukan dan
diberikan terapi jika dibutuhkan
dan yang terakhir adanya

59
No Variabel Informan 1 Informan 2
dokumentasi.
9 Kinerja Tenaga Kesehatan
1) Pendataan dan pemetaan
ibu hamil dan nifas
2) Pendampingan ibu hamil
Sebagai bidan koordinator
normal dan risti dan ibu
bertanggung jawab akan 2
a. Program nifas
program, yakni: kesehatan ibu
3) Penyuluhan
dan kesehatan anak.
4) Koordinasi dengan
Puskesmas pembuatan
cohort
Indikator KIA adalah PWS KIA
yakni cakupan K1, K4, KF, dll
yang indikatornya ditentukan
DKK. Hingga saat ini, target
yang ditetapkan belum tercapai,
yakni cakupan K1 murni, K1
Target kinerja gasurkes KIA
akses, K4, dan lain-lain. Untuk
adalah terdampinginya 220 ibu
mempertahankan kinerja
hamil di Kelurahan Tinjomoyo.
dengan memperbaiki sistem
b. Target Hingga saat ini, capaian ibu
pencatatan dan pelaporan, serta
hamil yang telah didampingi
kerjasama dengan kader, tokoh
oleh gasurkes adalah sebanyak
masyarakat, tokoh agama, dan
144 ibu hamil.
Bidan Praktek Mandiri. Untuk
mencapai target kinerja dengan
melakukan monitoring dan
evaluasi setiap 6 bulan sekali
dan lokakarya minimal setiap 1
bulan sekali.
Selama menjadi tenaga
surveilans kesehatan telah
menerima pelatihan dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang
Pernah mendapatkan pelatihan
dengan materi sebagai berikut:
terkait kinerjanya adalah:
- Kebijakan Penurunan AKI
- Pelatihan PKD (Poliklinik
& AKB Dinas Kesehatan
Kesehatan Desa
Kota Semarang
- Pelatihan Desa Siaga
c. Kompetensi - Pemanfaatan BUku KIA
- Konselor HIV, IMS, IFE,
- Deteksi Dini Bumil Risti
KS
- Pencatatan dan
- Manajemen Asfiksi (bayi)
Pelaporan
- SDIDTK (pertumbuhan
- Teknik Penyuluhan
dan perkembangan), dll
- Kelas Bumil dan Bayi
- Kohort Bumil dan Bayi
- Pelatihan penyuluhan
yang baik
Dukungan dari tenaga Dukungan yang diberikan oleh
Dukungan Tenaga
10 kesehatan dapat berupa petugas surveilans kesehatan
Kesehatan
mengingatkan Ibu untuk berupa pendampingan ibu
60
No Variabel Informan 1 Informan 2
melakukan pemeriksaan hamil yang merupakan
kehamilan kembali secara lisan kegiatan kunjungan,
dan tertulis, selain itu dapat juga penyuluhan, motivasi,
mengantarkan pasien rujukan konseling kesehatan dan
jika dalam keadaan darurat, dan pencatatan data ibu hamil.
kunjungan ke rumah ibu hamil Kunjungan pendampingan ibu
dengan risiko tinggi. Akan tetapi hamil dilakukan sebulan sekali.
kunjungan ibu hamil oleh bidan Selain itu, dukungan dari
Puskesmas tidak lagi dilakukan petugas surveilans kesehatan
karena sudah dilakukan oleh dapat berupa pendampingan
petugas surveilans kesehatan. melalui SMS apabila ada
keluhan ataupun masalah
kehamilan tiba-tiba.

11 Promosi K4
Untuk promosi khusus mengenai
K4 belum ada di puskesmas,
yang ada hanya penyuluhan
oleh Bidan dan Gasurkes yang
biasanya dilakukan pada kelas
a. Penyuluhan Ibu hamil dan di posyandu. Penyuluhan sering dilakukan
mengenai Penyuluhan dapat menjadi saat kunjungan rumah ibu hami
pemeriksaan efektif apabila dilakukan pada ataupun ibu nifas dan kelas ibu
kehamilan ibu yang sama dibeberapa hamil
pertemuan, tetapi pada
kenyataannya disetiap
pertemuan ibu yang datang
berbeda-beda.

Selain penyuluhan juga terdapat


media cetak untuk promosi
pemeriksaan kehamilan seperti
lembar balik, stiker dan buku
b. Promosi
KIA. Tetapi semenjak
pemeriksaan
menggunakan buku KIA sebagai
kehamilan -
media penyuluhan puskesmas
menggunakan
tidak melakukan promosi
media cetak
dengan media cetak. Sasaran
dari media cetak itu sendiri
biasanya untuk ibu hamil sesuai
dengan situasi dan kondisi.
Untuk media elektronik,
puskesmas biasanya
c. Promosi
menayangkan film tentang alur
pemeriksaan
pemeriksaan kehamilan yang
kehamilan -
ditayangkan di TV Puskesmas
menggunakan
yang dibuat oleh Dinas
media elektronik
Kesehatan Kota. Penayangan
film setiap harinya berbeda-
61
No Variabel Informan 1 Informan 2
beda, dan tidak hanya terfokus
pada pemeriksaan kehamilan
sehingga sasarannya untuk
semua pengunjung puskesmas
tidak hanya terfokus pada ibu
hamil.
Terdapat kebijakan mengenai
pemeriksaan kehamilan, seperti
berobat gratis untuk ibu hamil
walaupun diluar jangkauan
puskesmas ngesrep dan hari
pelayanan antenatal yaitu hari
12 Kebijakan K4 -
senin dan kamis karena terdapat
resident dokter obgyn di
Puskesmas Ngesrep setiap hari
itu. Tetapi bulan ini dokter
tesebut tidak hadir ke
Puskesmas Ngesrep.
Dari pihak puskesmas sendiri
bekerja sama dengan petugas
surveilans kesehatan dalam
penyelenggaraan kelas ibu
Untuk meningkatkan cakupan
hamil. Kerja samanya berupa
K4 dari petugas surveilans
pembagian peran, yaitu:
kesehatan tidak tedapat dana
puskesmas sebagai penyedia
khusus yang dianggarkan
dana dan gasurkes sebagai
13 Dana kepada petugas surveilans
penyelenggara. Disini
kesehatan. Dana untuk
puskesmas memberikan dana
melakukan promosi pemberian
sebesar Rp250.000,00 yang
leaflet kepada ibu hamil berasal
berasal dari BOK untuk satu kali
dari biaya pribadi.
kegiatan kelas hamil.
Pembagian dana tersebut
ditujukan untuk 10 ibu hamil
yang mengikuti kelas hamil.
Khusus monev yang dilakukan
dari puskesmas lebih ke arah
Pada kegiatan pendampingan
ketercapaian dari masing-
ibu hamil dilakukan
masing indikator KIA. Selain itu,
pengawasan dan evaluasi oleh
juga terdapat monev yang
Kepala Puskesmas dan Bidan
dilakukan oleh koordinator
Koordinator KIA. Untuk monev
lapangan dari DKK Semarang.
Monitoring dan dari Kepala Puskesmas sudah
14 Monev dari DKK lebih ke arah
Evaluasi dilakukan 3 kali, dari kota
evaluasi penguasaan dan
sudah dilakukan monev 2 kali,
hambatan pendampingan ibu
kecamatan baru 1 kali (1 tahun
hamil sesuai wilayah kerja.
2 kali), dan kelurahan hampir
Kegiatan pengawasan dari DKK
setiap bulan memberikan
dilakukan 2 kali, di bulan
laporan (tidak formal)
Oktober dan sekali dibulan
sebelumnya.
62
Berdasarkan hasil indepth interview yang dilakukan pada kedua
responden, penyebab dari rendahnya cakupan kunjungan K4 di Puskesmas
Ngesrep disebabkan oleh promosi K4, kebijakan K4, pencatatan dan pelaporan
dan ruangan pemeriksaan. Promosi K4 di Puskesmas Ngesrep dirasakan belum
optimal karena hanya dilakukan dengan penyuluhan dan pemutaran film dengan
tema yang belum terfokus pada ibu hamil karena film berasal dari dinas
kesehatan kota. Sedangkan kebijakan K4 di Puskesmas Ngesrep belum terdapat
kebijakan khusus terkait K4 namun setelah dilakukan cross cek ulang didapatkan
bahwa terdapat kebijakan mengenai pemeriksaan kehamilan, seperti berobat
gratis untuk ibu hamil walaupun diluar jangkauan Puskesmas Ngesrep dan hari
pelayanan antenatal yaitu hari Senin dan Kamis karena terdapat resident dokter
obgyn di Puskesmas Ngesrep. Pada ruangan pemeriksaan kehamilan belum
sesuai standar berupa ketersediaan wastafel, penataan ruangan dan luas
ruangan yang tidak sesuai serta sulitnya pencatatan dan pelaopran yang
dirasakan oleh petugas kesehatan dalam mencakup ibu hamil di wilayah
kerjanya.

63
5. Prioritas Akar Penyebab Masalah dengan Metode MCUA
Tabel 3.32 MCUA Akar Penyebab Masalah di Masyarakat

Akar Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan Kunjungan K4


di Kelurahan Tinjomoyo Tahun 2013-2016
Bobot
Kriteria Pengetahuan Informasi yang Dukungan Dukungan Dukungan Dukungan
(%)
Ibu didapatkan Ibu Suami Keluarga Kader Gasurkes

Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB
Besar Penyebab
25% 1 0,25 3 0,75 3 0,75 1 0,25 1 0,25 2 0,5
Masalah
Seberapa Penting
Masalah harus 25% 3 0,75 3 0,75 4 1 2 0,5 2 0,5 3 0,75
Ditangani
Dampak dari
25% 3 0,75 4 1 3 0,75 2 0,5 3 0,75 4 1
Penyebab Masalah

Relevansi Program 25% 3 0,75 3 0,75 2 0,5 2 0,5 1 0,25 3 0,75

Total 100% 2,5 3,25 3 1,75 1,75 2,5

64
Kriteria digunakan untuk pembobotan dalam MCUA dari sege Masyarakat :
Besar penyebab masalah Dampak dari penyebab masalah
Sangat Besar :4 Sangat Berdampak :4
Besar :3 Berdampak :3
Kurang Besar :2 Kurang Berdampak :2
Tidak Besar :1 Tidak Berdampak :1

Seberapa penting masalah harus ditangani Relevansi Program


Sangat Penting :4 Sangat Relevan :4
Penting :3 Relevan :3
Kurang penting :2 Kurang Relevan :2
Tidak Penting :1 Tidak Relevan :1

Dari hasil pembobotan prioritas penyebab masalah diatas, dapat


disimpulkan faktor penyebab utama dari masalah kesehatan di masyarakat
adalah Informasi yang didapatkan Ibu mengenai K4 (pemeriksaan kehamilan
dari trisemester ke 1 sampai trisemester ke III).

65
Tabel 3.33 MCUA Akar Penyebab Masalah di Pelayanan Kesehatan

Akar Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan Kunjungan K4


di Pelayanan Kesehatan
Bobot
Kriteria Ruang Pencatatan dan
(%) Promosi K4 Kebijakan K4
Pemeriksaan Pelaporan

Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB

Seberapa Penting
Masalah harus 40% 3 1.2 3 1.2 2 0.8 3 1.2
Ditangani

Dampak dari
30% 2 0.6 4 1,2 2 0.6 4 0,9
Penyebab Masalah

Relevansi Program 30% 2 0.6 4 1.2 2 0.6 3 1.2

Total 100% 2.4 3,6 2 3,3

66
Kriteria digunakan untuk pembobotan dalam MCUA dari sege Masyarakat :
Besar penyebab masalah Dampak dari penyebab masalah
Sangat Besar :4 Sangat Berdampak :4
Besar :3 Berdampak :3
Kurang Besar :2 Kurang Berdampak :2
Tidak Besar :1 Tidak Berdampak :1

Seberapa penting masalah harus ditangani Relevansi Program


Sangat Penting :4 Sangat Relevan :4
Penting :3 Relevan :3
Kurang penting :2 Kurang Relevan :2
Tidak Penting :1 Tidak Relevan :1

Dari hasil pembobotan prioritas penyebab masalah diatas, dapat disimpulkan


faktor penyebab utama dari masalah rendahnya cakupan K4 di Pelayanan
Kesehatan adalah Kebijakan mengenai K4.

67
5. Identifikasi Alternatif Solusi Potensial dan Prioritas Solusi
a. Alternatif Solusi Potensial di Masyarakat
Setelah diketahui akar penyebab masalah rendahnya cakupan
K4 di Kelurahan Tinjomoyo, yaitu kurangnya informasi yang didapat
ibu mengenai pemeriksaan kehamilan khususnya kunjungan K4 maka
langkah selanjutnya dibuat rencana cara atau alternatif pemecahan
masalah atau solusi. Salah satu metode identifikasi alternatif solusi
yang dapat digunakan adalah how-how diagram. Dalam metode ini
pengidentifikasian solusi dinilai cepat dan sederhana. Berikut
identifikasi solusi berdasarkan prioritas informasi yang didapatkan ibu
mengenai K4 dengan metode how-how diagram :

Informasi yang
didapatkan oleh
IBU mengenai
Kunjungan K4

Pembuatan Poster Refreshing


& Leaflet Gerakan kader
SIK K4
Informasi K4 Masyarakat
Peduli K4

Gambar 3.8 Alternatif Penyelesaian Masalah Peningkatan Cakupan


Kunjungan K4 di Kelurahan Tinjomoyo menggunakan How-How
Diagram
Berdasarkan prioritas penyebab masalah, didapat bahwa
penyebab rendahnya cakupan K4 pada ibu hamil di Kelurahan
Tinjomoyo adalah kurangnya informasi yang didapatkan ibu hamil
mengenai kunjungan K4, sehingga dapat dilakukan beberapa
intervensi antara lain :

68
1) Refreshing kader
Peningkatan informasi kader kesehatan Kelurahan Tinjomoyo
dengan share and care antar kader didampingi oleh gasurkes
KIA dan Bikor Puskesmas Ngesrep. Tujuan dari refreshing
kader adalah meningkatkan pengetahuan kader tentang
kunjungan K4 dan kesehatan kehamilan ibu hamil karena usia
kader di Kelurahan Tinjomoyo sudah berusia 45 tahun keatas
yang jarang mendapatakan akses informasi kunjungan K4.
2) SIK K4
Jejaring informasi berupa pengertian, tujuan, manfaat dan
dampak dari kunjungan K4 dengan mengirimkan informasi
setiap minggunya dengan menggunakan HP sebagai media
yang dikoordinir oleh koordinator yaitu karung taruna. Sumber
informasi yang disebarkan berasal dari Bikor dan gasurkes
KIA. Dengan memberdayakan karang taruna Kelurahan
Tinjomoyo akan mengaktifkan organisasi masyarakat
dikalangan remaja serta meningkatkan kepedulian remaja
terhadap permasalahan kesehatan ibu hamil dan pengetahuan
remaja terhadap informasi K4 sebagai bekal masa yang akan
datang.
3) Gerakan Masyarakat Peduli K4 (Gemas Lipat)
Pembentukan gerakan masyarakat yang siap dan yang
mempunyai kemampuan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan di tingkat RT mulai dari pendataan,
pendampingan, dan tindakan kegawatdaruratan lainnya
dengan penggerakan kunjungan K4 ibu hamil ke pelayanan
kesehatan serta penjaringan ibu hamil baru (muda) lebih
mudah. Sasaran pelaksana program adalah ibu ketua RT
selaku tokoh masyarakat dilingkup RT yang lebih dekat
dengan ibu hamil sehingga memudahkan dalam proses
pendataan, kunjungan rumah, pemberian materi dan motivasi
dalam berkunjung ke pelayanan kesehatan uintuk
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali.
4) Pembuatan Poster dan Leaflet informasi KIA
69
Poster dan leaflet merupakan salah satu media cetak yang
menyajikan informasi dalam bentuk tulisan dan gambar
sebagai daya tarik yang dapat meningkatkan informasi
pembaca (ibu hamil) dengan kelebihan informasi bertahan
lama karena tercetak. Informasi yang disajikan adalah
informasi yang berupa pengertian, tujuan, manfaat dan
dampak dari kunjungan K4. Poster akan ditempel di tempat
umum, posyandu, balai kelurahan dan pelayan kesehatan
sedangkan leaflet dibagikan pada kader, ketua RW, Ketua RT,
Dawis, dan ibu hamil.

Tabel 3.34 MCUA Prioritas Alternatif Solusi di Masyarakat


Alternatif Solusi Kurangnya Informasi yang didapatkan
Ibu mengenai Kunjungan K4
Pembuatan
Bobot Gerakan
Kriteria Poster dan Refreshing
(%) Masyarakat SIK K4
Leaflet Kader
Peduli K4
Informasi K4
Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB
Ketersediaan
25% 3 0,75 3 0,75 2 0,5 3 0,75
Sumber Daya
Kemudahan 35% 3 1,05 2 0,7 4 1,4 3 1,05
Besar
40% 4 1,6 3 1,2 2 0,8 2 0,8
Pengaruhnya
Total 100% 3,4 2,65 2,7 2,6

70
Kriteria yang digunakan untuk pembobotan dalam MCUA segi pelayanan
kesehatan :
a. Ketersediaan Sumber Daya c. Besar Pengaruh
Banyak Tersedia :4 Sangat Berpengaruh :4
Tersedia :3 Berpengaruh :3
Kurang Tersedia :2 Kurang Berpengaruh :2
Tidak Tersedia :1 Tidak Berpengaruh :1
b. Kemudahan
Sangat Mudah :4
Mudah :3
Cukup Mudah :2
Tidak Mudah :1

Berdasarkan prioritas alternatif solusi kurangnya informasi yang


didapatkan ibu mengenai kunjungan K4 menggunakan metode MCUA
didapatkan Gerakan Masyarakat Peduli K4 sebagai alternatif solusi yang
dapat diterapkan di Kelurahan Tinjomoyo.

a. Alternatif Solusi Potensial di Pelayanan Kesehatan


Setelah penyebab masalah rendahnya cakupan kunjungan K4
di Kelurahan Tinjomoyo, Puskesmas Ngesrep tahun 2013-2016, maka
langkah selanjutnya dibuat rencana cara atau alternatif pemecahan
masalah atau solusi. Salah satu metode identifikasi alternatif solusi
yang dapat digunakan adalah how-how diagram. Dalam metode ini
pengidentifikasian solusi dinilai cepat dan sederhana. Berikut
identifikasi solusi berdasarkan prioritas adalah belum terdapatnya
kebijakan mengenai kunjungan K4 di Puskesmas Ngesrep dengan
metode how-how diagram:

71
Kebijakan K4

posyanduAdvokasi Advokasi Koordinasi


Advoksi Program
adanya Hari dengan Kader RT
Month For Mom
Pelayanan ANC

Gambar 3.9 Alternatif Penyelesaian Masalah Kebijakan K4 di


Puskesmas Ngesrep menggunakan How-How Diagram

Berdasarkan prioritas penyebab masalah, didapat bahwa


penyebab rendahnya cakupan K4 di Puskesmas Ngesrep adalah
belum terdapatnya kebijakan khusus mengenai K4, sehingga dapat
dilakukan beberapa intervensi, antara lain :
a. Advokasi Hari Pelayanan ANC
Layanan ANC merupakan pelayanan pemeriksaan kehamilan
yang memerlukan ketelitian dan tindakan khusus sehingga
memerlukan ruangan dan waktu yang intens, maka dari itu
layanan ANC sebaiknya dilakukan pada hari satu hari khusus
dalam 6 hari pelayanan. Dengan begitu pelayanan akan fokus
pada ANC ibu hamil serta memudahkan dalam pengaturan
jadwal ibu hamil dan tenaga ahli. Sehingga perlu dilakukannya
advokasi kebijakan hari pelayan ANC kepada Kepala
Puskesmas selaku pengambil kebijakan.
b. Advokasi Program Month For Mom
Program ini merupakan program dimana dalam satu bulan
terdapat serangkaian acara sebagai media penjaringan ibu
hamil dalam melakukan pemeriksaan dan peningkatan baik
pengetahuan dan praktik. Peningkatan pengetahuan dengan
penyebaran informasi melalui penyuluhan dalam kelas ibu
hamil, gerakan membaca buku KIA bersama serta interaksi
langsung antar ibu hamil dengan petugas kesehatan.
Sedangkan peningkatan praktik ibu hamil melalui aktifitas fisik
72
dengan senam dan jalan sehat, demo memasak makanan
sehat bagi ibu hamil dan sharing bersama. Kegiatan tersebut
dilaksanakan setiap minggu dan rangkaian acara dimulai awal
bulan dengan kelas ibu hamil, gerakan baca buku KIA, demo
memasak dan senam ibu hamil serta jalan sehat. Dengan
adanya program tersebut akan mebantu dalam penjariangan
ibu hamil dari tingkat kelurahan serta menimbulkan minat ibu
hamil dalam berkunjung ke Puskesmas.
c. Advokasi Koordinasi Kader Tingkat RT
Selama ini kader dalam penjaringan ibu hamil dan kesehatan
di masyaraka yang berhubungan langsung dengan puskesmas
adalah ketua kader posyandu yang berada pada tingkat RW
serta pelapopan ibu hamil terkait kunjungan pemeriksaan
kehamilan tidak terpantau oleh kader namun hanya dilakukan
oleh gasurkes KIA sehingga adanya kesalahan informasi dan
pencariaan alamat yang susah ditemukan. Dengan adanya
koordinasi dengan kader RT sebagai lingkup terkecil di
masyarakat akan memudahkan dalam penemuan ibu hamil,
pendataaan dan pendampingan oleh gasurkes sehingga
informasi dan motivasi dalam kunjungan K4 akan mudah
tersampaiakan dan didengar karena pendekatan langsung
oleh masyarakat.
Tabel 3.35 MCUA Alternatif Solusi Kebijakan K4 di Puskesmas Ngesrep
Alternatif Solusi Tidak Adanya Kebijakan Khusus mengenai
K4 di Puskesmas Ngesrep
Bobot Advokasi untuk Advokasi Advokasi adanya
Kriteria Koordinasi Program Month Hari Pemeriksaan
(%)
dengan Kader RT For Mom ANC
Skor SXB Skor SXB Skor SXB
Ketersediaan
25% 2 0,5 3 0,75 3 0,75
Sumber Daya

Kemudahan 35% 2 0,7 3 1,05 2 0,7


Besar
40% 3 1,2 3 1,2 3 1,2
Pengaruhnya
Total 100% 2,4 3 2,45
73
Kriteria yang digunakan untuk pembobotan dalam MCUA segi pelayanan
kesehatan :
c. Ketersediaan Sumber Daya c. Besar Pengaruh
Banyak Tersedia :4 Sangat Berpengaruh :4
Tersedia :3 Berpengaruh :3
Kurang Tersedia :2 Kurang Berpengaruh :2
Tidak Tersedia :1 Tidak Berpengaruh :1
d. Kemudahan
Sangat Mudah :4
Mudah :3
Cukup Mudah :2
Tidak Mudah :1

Berdasarkan prioritas alternatif solusi diatas menggunakan metode


MCUA didapatkan Advokasi Program Month for Mom sebagai alternatif solusi
yang dapat diterapkan di Puskesmas Ngesrep.

6. Analisis Kelayakan Solusi Kesehatan Ibu dan Anak menggunakan


metode Forced Field Analysis (FFA)
Untuk menilai kelayakan solusi yang akan diambil digunakan metode
Force Field Analysis dengan metode skoring. Untuk masing-masing point
dari faktor pendukung dan penghambat diberi skor (1-4). Jika skor besar
pada faktor pendukung, maka solusi tersebut layak untuk direkomendasikan
sedangkan jika skor lebih besar pada faktor penghambat berarti solusi
tersebut tidak layak/kurang tepat untuk direalisasikan karena hambatan
tinggi. Untuk pemberian kriteria skoring, pada faktor penghambat dan factor
pendukung sebagai berikut :
Faktor Penghambat Faktor Pendukung
Skor 1 = tidak menghambat Skor 1 = tidak mendukung
2 = tidak terlalu menghambat 2 = tidak terlalu mendukung
3 = menghambat 3 = mendukung
4 = sangat menghambat 4 = sangat mendukung

Berikut ini adalah diagram Force Field Analysis untuk masing-masing


solusi yang dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :

74
a. Force Field Analysis untuk menilai kelayakan solusi dari segi masyarakat
1) Gerakan Masyarakat Peduli K4 (GEMAS LIPAT)
Tabel 3.36 Force Field Anaysis Gerakan Masyarakat Peduli K4

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor

Gerakan Masyarakat
4 Komunikasi dua arah Waktu Ibu RT 3

peduli K4
Pendekatan lebih
3 Kesediaan Ibu RT 3
mudah
3 Keterjangkauan mudah
Dana yang dikeluarkan
3
sedikit
13 Jumlah Skor Jumlah Skor 6

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah gerakan masyarakat peduli
K4. Faktor penghambat diperoleh 6 poin, yaitu :
a) Waktu Ibu RT
Waktu Ibu RT dalam melakukan kunjungan ibu hamil untuk
memberikan informasi tidaklah mudah meluangkan waktu, apalagi
jika ibu RT diwilayah tesebut bekerja yang berangkat pagi dan pulang
sore atau malam, sehingga susah untuk melakukan kunjungan
kepada ibu hamil diwilayahnya. Ibu RT memiliki kegiatan lain yang
dapat menyita banyak waktu.
b) Kesediaan Ibu RT
Kesediaan ibu rt dalam melakukan kunjungan ibu hamil untuk
memberikan informasi juga menjadi salah satu faktor penghambat
dalam gerakan masyarakat peduli K4. Apabila ibu RT enggan atau
tidak mau untuk melakuakn kunjungan kepada ibu hamil program
tidak akan berjalan dan ibu hamil tidak mendapatkan informasi
seputar kehamilan.

Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan


diperoleh 13 poin, berikut penjelasannya :
a) Komunikasi dua arah
Komunikasi terjadi dua arah antara ibu RT dan ibu hamil sehingga
dapat dicerna lebih dalam dan dapat bertukar pikiran dan pendapat.

75
b) Pendekatan lebih mudah
Dengan ibu RT yang dijadikan penggerak akan memudahkan dalam
pendekatan ibu hamil diwilayahnya karena ibu RT juga merupakan
tokoh masyarakat dan juga sudah dekat dengan warganya.
c) Keterjangkauan mudah
Ibu RT dalam melakukan kunjungan ibu hamil sudah mengetahui
lokasi rumahnya dan karena cakupannya hanya yang berada
diwilayah RT saja sehingga mudah untuk dijangkau.
d) Dana yang dikeluarkan sedikit
Biaya yang dikeluarkan untuk gerakan masyarakat peduli K4 relatif
sedikt hanya untuk membuat modul pedoman ibu RT.
2) SIK K4
Tabel 3.37 Force Field Anaysis SIK K4

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor


Kemudahan Ketersediaan alat bantu
3 2
pelaksanaan komunikasi dan sinyal
SIK K4

2 Sumber daya manusia Minat baca 3


4 Cakupan sasaran luas Komunikasi searah 4
3 Waktu Dana 2
12 Jumlah Skor Jumlah Skor 11

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah SIK K4. Faktor penghambat
diperoleh 11 poin, yaitu
a) Ketersediaan alat bantu komunikasi dan sinyal
Pengiriman pesana singkat dengan mengunakan handphone
memerlukan jaringan atau sinyal dalam proses pengiriman. Jika
dalam proses pengiriman pesan singkat tidak adanya sinyal akan
berpenaruh terhadap waktu pengiriman atau kegagalan pengiriman
SMS dan juga mcam-macam operator yang digunakan baik sasaran
maupun koordinator.
b) Minat baca
Ketika pesan singkat telah terkirim tidak seluruh ibu hamil membuka
pesan dan mebaca karena minat seseorang dalam membaca

76
berbeda-beda dan tampilan pesanyang kurang menarik dapat
mempengaruhi minat baca ibu.

c) Komunikasi searah
Komunikasi dalam pesan singkat hanya dari koordiantor sehingga
tidak ada feedback dari ibu hamil dan kemungkinan salah persepsi
atas isi pesan lebih tinggi dari pada komunikasi langsung.
d) Dana
Dalam proses pengiriman pesan memerlukan dana yang dibagikan
ke coordinator dan pembuat pesan sebagai pendukung tersampainya
informasi selain itu jenis operator yang digunakan ibu hamil dan
koordinatyor mempengaruhi dana yang digunakan setiap pesan yang
terkirim atau berbeda operator maka biaya SMS lebih mahal.

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah SIK K4. Faktor pendorong
diperoleh 12 poin, yaitu :
a) Kemudahaan pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaannya hanya membutuhkan handphone
dimana di era modern ini sudah seluruh ibu hamil dan koordianator
memiliki dan paham dalam penggunaannya serta waktu yang
dibutuhkan relative singkat dengan sekali kirim dapat menyebarkan
informasi pada kontak group setiap minggunya.
b) Sumber daya manusia
Dalam setiap RT dan RW di Kelurfahan Tinjomoyo terbentuk
organisasi karang taruna dan terdapat satu orang Gasurkes KIA
sehingga u ntuk ketersedian SDM cukup dalam pelaksanaan SIK
K4.
c) Cakupan sasaran luas
Penggunaan media HP sebagai media penyampaian informasi akan
mempermudah dalam penyebaran karena dengan menyimpan
nomer HP ibu hamil dapat mengirim pesan ke seluruh sasaran dalm
satu waktu dan mencakup seluruh bumil di Kelurahan Tinjomoyo.

77
d) Waktu
Pengirim pesan hanya dilakukan satu minggu diakhir minggu
dimana coordinator dan sasaran memiliki waktu luang yang lebih
banyak disbanding hari biasa dalam proses pengiriman yang hanya
butuh waktu hitungan menit dan penerimaan serta membaca SMS
yang diterima bumil
3) Pembuatan Poster dan Leaflet Informasi K4
Tabel 3.38 Force Field Anaysis Pembuatan Poster dan Leaflet Informasi
K4

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor

Pembuatan Poster dan


3 Mudah dalam pembuatan Leaflet Informasi K4 Dana 3

2 Lebih Menarik Minat Baca Ibu 3

3 Dapat dibaca kembali Efektivitas 3

3 Efisiensi Waktu Komunikasi satu arah 3

11 Jumlah Skor Jumlah Skor 12

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah pembuatan poster dan leaflet.
Faktor penghambat diperoleh 12 poin, yaitu
a) Dana
Dalam proses pencetakan poster dan leaflet dengan sasarannya
yang luas akan membutuhkan biaya yang cukup besar karena
kisaran harga cetak poster Rp.5000/lembar dan Rp.3500/lembar
leaflet.
b) Minat baca Ibu
Ketika ibu hamil memperoleh media leaflet yang dibagikan ada
kemungkinan leaflet tidak akan dibaca bahkan leaflet hanya diterima
dan diabaikan begitu saja sama halnya dengan poster yang ditempel
sangat jarang dibaca karena waktu seseorang berda ditempat
penempelan poster terbilang singkat.
c) Efektivitas
Waktu yang diperlukan dalam proses pembuatan cukup lama
dimulaia dari konsep, desain dan pencetakan
78
d) Komunikasi satu arah
Komunikasi dalam pesan dalam bentuk tulisan dan gambar sehingga
tidak ada feedback dari ibu hamil dan kemungkinan salah persepsi
atas isi pesan lebih tinggi dari pada komunikasi langsung.

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah pembuatan poster dan leaflet.
Faktor pendorong diperoleh 11 poin, yaitu:
a) Mudah dalam pembuatan
Dalam proses pembuatan poster dan leaflet tidak membutuhka
proses yang panjang hanya memerlukan keterampilan dalam
pembuatan desain dan isi pesan yang disampaikan
b) Lebih menarik
Dalam Poster dan leaflet terdapat tagline dan gambar pendukung
serta perpaduan warna yang dapt menjadi daya tarik dalam informasi
yang disampaiakan.
c) Dapat dibaca kembali
Dengan Leaflet yang dibaguikan informasi dapt dibaca berulang-
ulang karena dalam bentuk media cetak dandapt dibawa kemana-
mana oleh ibu hamil Sedangkan poster dapat dibaca berulang di
tempat penempelan ketika sasarn berkunjung atau berada di tempat
penempelan poster.
d) Efisiensi waktu
Poster dan leaflet mempermudah dalam penyebaran informasi
karena penempelan dan penyebaran dilakukan sekali dalam satu
waktu.
4) Refreshing Kader
Tabel 3.39 Force Field Anaysis Refreshing Kader

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor


Refreshing Kader

3 Sasaran mudah Partisipasi Kader 3


Kurangnya informasi K4
2 Daya tarik kegiatan 3
pada kader
3 Komunikasi dua arah Efektifitas materi 3
3 Informasi bertahan lama Waktu kader 3

79
11 Jumlah Skor Jumlah Skor 12

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah Refreshing Kader. Faktor
penghambat diperoleh 12 poin, yaitu :
a) Partisipasi Kader
Dalam pelaksanaan program diperlukan kerjasama dan partisipasi
kader namun pada kenyataan kader lebih cenderung melakukan
pemberian informasi terkait posyandu dibandingkan kunjungan K4
pada ibu hamil serta kegiatan kader yang sudah padat di posyandu
mengurangi partisipasi kehadiran dan kemauan dalam penyampaian
informasi K4.
b) Daya tarik kegiatan
Refreshing kader dalam pengemasan acaranya hanya sekedar share
and care atau pertemuan kader setiap 3 bulan yang dirasa hampir
sama ketika kumpul FKK atau PKK seperti biasannya.
c) Efektifitas materi
Kader biasanya berperan dalam posyandu yang bahasa informasi
lebih sederhana dan mudah dicerna dibandingkan bahasa dan materi
dalam K4 yang lebih komplek dengan bahasa dan istilah medis dan
pemahaman yang lebih sehingga cenderung materi dipahami kader.
d) Waktu Kader
Jadwal refreshing kader yang memerlukan waktu kurang lebih 4 jam
akan membuat kader jenuh bahkan tidak hadir dengan alasan
kepenting lainnya.

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah refreshing kader. Faktor
pendorong diperoleh 11 poin, yaitu :
a) Sasaran mudah
Setiap RW di Kelurahan Tinjomoyo sudah memiliki kader kesehatan
yang aktif sehingga mudah dalam penjaringan sasaran refreshing serta
sudah terdapat forum kesehatan keluarga yang mendata kader aktif di
tingkat Kelurahan.

80
b) Kurangnya informasi K4 pada kader
Selama ini kader kesehatan di Kelurahan Tinjomoyo baru menerima
informasi terkait posyandu, tumbuh kembang anak, PHBS, KB dan ibu
risti dan belum terdapat informasi atau sosialisasi tentang kunjungan
K4 ibu hamil serta alurnya sehingga dengan adanya informasi K4
kader akan paham mengenai kunjungan K4 dan dapat memberi
informasi serta motivasi ke ibu hamil..
c) Komunikasi dua arah
Dengan refreshing kader share and care antara kader, gasurkes pihak
kelurahan dan pihak puskesmas dapat berkomunikasi secara langsung
sehingga terjadi tanya jawab dan pemahaman yang sama atas
informasi yang diberikan.
d) Informasi bertahan lama
Dengan komunikasi dua arah informasi tidak hanya dimengerti namun
juga dipahami sehingga menjadikan ingatan terkait informasi K4
bertahan lama karena adanya upaya persamaan persepsi antar pihak.

b. Force Field Analysis untuk menilai kelayakan solusi dari segi pelayanan
kesehatan
1) Advokasi Adanya Hari Pemeriksaan ANC
Tabel 3.40 Force Field Anaysis Advokasi Adanya Hari Pemeriksaan
ANC

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor


Hari Pemeriksaan
Advokasi adanya

Pasien yang lain dinomor


3 Pemeriksaan lebih optimal 3
duakan
ANC

Ibu tidak perlu menunggu


3 Sosialisasi relatif sulit 3
terlalu lama
2 Tenaga ahli lebih fokus Kejenuhan petugas 3
10 Jumlah Skor Jumlah Skor 9

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah Advokasi Hari Pemeriksaan
ANC. Faktor penghambat diperoleh 10 poin, yaitu :

81
a) Sosialisasi relatif sulit
Dengan adanya hari ANC memerlukan pemberitahuan sehingga
proses berjalanya program akan terhambat karena dalam sosialisasi
membutuhkan tenaga yang lebih dengan koordinasi antar pihak.
b) Pasien yang lain dinomor duakan
Hari ANC berarti dalam satu hari pelayanan KIA akan berfokus pada
ibu hamil sedangkan pasien yang berkunjung ke pelayanan KIA
buykan hanya bumil namun ada pelayanan imunisasi, KB dan anak.
c) Kejenuhan petugas
Dengan program hari ANC dalam seminggu mengakibatkan petugas
kesehatan melakukan kegiatan yang sam dalam satu hari sehingga
dapaty menimbulkan perasaan jenu dan bosan dan akan
meningkatkan stress pekerja,

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah Advokasi Hari Pemeriksaan
ANC. Faktor pendorong diperoleh 9 poin, yaitu :
a) Tenaga ahli lebih fokus
Dengan satu hari dalam pelayanan KIA tenaga ahli akan berfokus
pada pelayanan yang lebih intens tehadap ibu hamil dimana akan
meningkatnya pemberian informasi dan konseling ibu hamil
sehingga kunjungan ibu hamil setiap bulanya ke Puskesmas akan
meningkat karena adanya anjuran untuk kunjungan minimal 4 kali.
b) Pemeriksaan lebih optimal
Dengan keadaan ruangnya yang menjadi satu antara ruangan
pemeriksaan bumil dan pemeriksaan bayi/balita maka pemeriksaan
yang sifatnya mendalam akan terganggu. Dengan adanya hari ANC
ibu hamil akan merasa privasinya terjaga jika ingin konsultasi lebih
dalam masalah kehamilan karena tenaga kesehatan fokus pada ibu
hamil serta perasaan bahwa pasien yang datang sama halnya
dengannya.
c) Ibu tidak perlu menunggu lebih lama

82
Dengan adanya hari ANC ibu hamil hanya akan mengantri dengan
pengunjung yang sama tidak terdesak oleh pengunjung KB dan
bayi/ balita yang imunisasi.
2) Advokasi Koordinasi dengan Kader Tingkat RT
Tabel 3.41 Force Field Anaysis Advokasi Koordinasi dengan Kader Tingkat
RT

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor

Advokasi Koordinasi dengan


Perlu dilakukan
Penjaringan ibu hamil
3 sosialisasi disetiap 3

Kader Tingkat RT
lebih mudah
kelurahan
Memudahkan gasurkes
Perlu adanya komitmen
3 dalam menemukan 3
yang kuat
alamat
Pendekatan dengan ibu
3 Koordinasi yang sullit 3
hamil lebih mudah
Kesediaan Kader 3
9 Total Skor Total Skor 12

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah Advokasi Koordinasi dengan
Kader Tingkat RT. Faktor penghambat diperoleh 12 poin, yaitu:
a) Perlu dilakukan sosialisasi disetiap kelurahan
Dengan diadakanya koordinasi kader maka diperlukan persiapan serta
pembeitahuan awal pada seluruh kader yang akan dilibatkan sehingga
memerlukan waktu, kesesuain jadwal antar pihak dan tempat
penyelenggaraan sosialisasi.
b) Perlu adanya komitmen yang kuat
Koordinasi dengan kader memerlukan komitmen kuat karena
koordinasi akan berkesinambungan dalam waktu yang lama
memerluakan tenaga lebih dalam peningkatan kunjungan K4.
c) Koordinasi yang sulit
Penyesuaian jadwal dan kesediaan kader sebagai bagian pelaksanaan
peningkatan K4 menjadi penyebab sulitnya koordinasi baik antara
kader, ibu hamil dan pihak Puskesmas
d) Kesediaan kader

83
Dengan adanya koordinasi dengan kader maka beban kerja kader
dengan prinsip kesukarelaan akan meningkat karena di tingkat
Kelurahan peran kader sudah mencakup PHBS, posyandu, PKK,
kesehatan lansia dan KB.

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah Advokasi Koordinasi dengan
Kader Tingkat RT. Faktor pendorong diperoleh 9 poin, yaitu :
a) Penjaringan ibu hamil lebih mudah
Dengan adanya koordinasi kader tingkat RT maka dalam melakukan
penjaringan ibu hamil mudah karena sudah mengetahui lokasi
rumahnya dan cakupan pendataan/ sasaran yang berada diwilayah
RT dimana saling mengenal antara kader dan sasaran.
b) Memudahkan gasurkes dalam menemukan alamat
Dengan koordinasi kader RT maka proses penemuan dan pendataan
ibu hamil akan mempermudah Gasurkes dalam upaya pendampingan
ibu hamil serta pemberian motivasi dalam kunjungan K4
c) Pendekatan dengan ibu hamil lebih mudah
Dengan Penjaringan Bumil tingkat RT oleh kader maka akan
memberi kemnudahan dalam akses informasi K4 oleh b umil serta
meningkatkan motivasi bumil dalam melakukan kunjungan K4 dimana
yang mengingatkan adalah tetangga dari bumil tersebut dimana yang
dianggap
3) Advokasi Program Month For Mom
Tabel 3.42 Force Field Anaysis Advokasi Program Month For Mom

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor


Advokasi Program
Month For Mom

3 Terfokus kepada ibu hamil Partisipasi Ibu Hamil 3


3 Menarik Sumber Daya Manusia 2
Menambah pengetahuan
3 Tempat pelaksanaannya 2
ibu hamil
Koordinasi dengan pihak
2 Dana relatif kecil 1
lain
11 Jumlah Skor Jumlah Skor 8

84
Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil adalah Advokasi Program
Month For Mom. Faktor penghambat diperoleh 8 poin, yaitu
a) Partisipasi Ibu Hamil
Saat acara berlangsung partisipasi sasaran akan
berpengaruh terhadap program baik dalam penjaringan,
edukasi dan praktiknya. Biasanya ibu hamil yang mengikuti
acara akan mudah bosan dan lelah sehingga menurunkan
partisipasinya dalam acara tersebut.
b) Tempat Pelaksanaan
Dengan melihat kondisi Puskesmas Ngesrep tidak
memungkinkan pelaksanaannya di area Puskesmas jadi
memerlukan koordinasi dengan kelurahan di wilayah
kerjanya dalam keberlangsungan acara.
c) Sumber Daya Manusia
Program yang diadakan memerlukan banyak SDM
sedangkan di Puskesmas sendiri SDM yang tersedia
masih sedikit dan memiliki beban kerja yang besar
d) Koordinasi dengan pihak lain
Dengan acara yang membutuhkan banyak SDM maka
diperlukan koordinasi dengan banyak pihak baik pihak
puskesmas, kelurahan dan masyarakat

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil adalah Advokasi Program
Month For Mom. Faktor pendorong diperoleh 11 poin, yaitu :
a) Terfokus kepada Ibu hamil
Dengan adanya program Month For Mom ini akan
meningkatkan pelayanan ANC, edukasi kehamilan dan
praktik dalam menjaga kesehatan kehamiloan sehingga
petugas kesehatan akan berfokus pada pelayana ibu hamil
dan dapat meningkatkan minat bumil berkunjung ke
Puskesmas karena adanya rasa bangga dengan adan ya
acara khusus ibu hamil.

85
b) Menambah pengetahuan ibu hamil
Dengan informasi yang disampaikan secara berantai dan
terus menerus selama satu bulan dengan edukasi,
komunikasi 2 arah dan praktik langsung akan lebih
dimengerti, dipahami dan dilakukan ibu hamil di lain.
Sehingga pengetahuan mneingkat diiringi deng praktik
kunjungan K4 ditingkatkan pada kehamilan sekarang dan
yang akan datang.
c) Dana relatif kecil
Dana yang dikeluarkan dengan program ini tidak
memerlukan biaya yang cukup besar karena dengan
rangkaian acara yang sederhana serta
keberlangsungannya dapat menggunakan peralatan yang
terdapat di Puskesmas dan pihak kelurahan.
d) Menarik
Upaya peningkatan kunjungan K4 yang dikemas dengan
rangkaian acara yang belum pernah diselenggaraklan
pihak Puskesmas akan menarik perhatian ibu hamil untuk
mengikuti kegiatan yang simple dan mudah.
7. Penyusunan Rencana Tindak lanjut (PoA) Intervensi
Setelah membuat analisis kelayakan penyelesaian masalah, maka
adalah penyusunan rencana tindak lanjut (Plan of Action/ PoA). Tujuan
dari kegiatan ini yaitu untuk merencanakan kegiatan-kegiatan jangka
pendek yang dilakukan sebagai upaya penyelesaian /intervensi masalah
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari solusi yang telah dipilih dan layak
dilaksanakan. Pelaksanaan pembuatan PoA yaitu pada hari Jumat, 4
November 2016. Pada kegiatan ini, dilakukan melalui brainstorming
dengan masyarakat Kelurahan Tinjomoyo dengan persetujuan DPL dan
SPL. Kemudian dituangkan dalam matriks PoA sebagai berikut :

86
a. Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Masyarakat
Tabel 3.43 Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Masyarakat
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Koordinasi untuk
melakukan Ibu Ketua Seluruh sasaran telah
Dana 5 November
pertemuan dengan RT dan 1 Kali menerima undangan Vienda
Intervensi 2016
ibu ketua RT dan Lurah tertulis
Lurah Tinjomoyo
1. Terdapat materi
kunjungan K4 disertai
P refrensi
E 2. Terdapat informasi Ella
Pembuatan Modul
Gerakan R kesehatan ibu hamil
sebagai buku
Masyarakat S serta tips seputar
1 pedoman materi Ibu Ketua Dana 4 November
Peduli K4 I 1 Kali kehamilan
sebagai informasi RT Intervensi 2016
(Gemas A
kunjungan K4 dan
Lipat) P 3. Desain modul Gemas
kesehatan ibu hamil
A Lipas
Siska
N 4. 100% modul Gemas
Lipat tercetak

1. 100% form Gemas


Pembuatan Form Lipat tercetak
Ibu Ketua Dana 5 November
Gemas Lipat dan 1 Kali 2. Sasaran paham cara Erna
RT Intervensi 2016
stiker Kunjungan K4 pengisian Form
Gemas Lipat
Membuat Pakta Dana Terbentuknya pakta 5 November
Ibu Lurah 1 kali Siska
Integritas Intervensi integritas 2016
2 Gerakan Pemutaran film Ibu Ketua - 1 Kali Antusias sasaran dalam Siska 9 November

87
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Masyarakat P edukasi RT memperhatikan film yang 2016
Peduli K4 E perkembangan diputar Durasi 10
(Gemas L kehamilan ibu Menit
Lipat) A 1. Seluruh sasaran
K yang hadir menerima
S dan mengerjakan 9 November
A Ibu Ketua Dana pre-test 2016
Pre-test 1 Kali Vienda
N RT Intervensi 2. Seluruh sasaran Durasi 5
A yang hadir Menit
A mengumpulkan
N lembar pre-test
Sosialisasi dan
a. 50 % sasaran hadir 9 November
pembagian buku
Ibu Ketua Dana b. Sasaran yang hadir 2016
pedoman materi 1 Kali Ella
RT Intervensi menerima modul, Durasi 15
informasi kunjungan
stiker, dan form Menit
K4
9 November
Ibu Ketua
Adanya partisipasi dari 2016
Diskusi RT dan - 1 Kali Erna
sasaran minimal 2 orang Durasi 20
Lurah
Menit
1. Seluruh sasaran
yang hadir menerima
dan mengerjakan 9 November
Ibu Ketua post-test 2016
Post-test Vienda
RT 2. Seluruh sasaran Durasi 5
yang hadir Menit
mengumpulkan
lembar post-test
Penandatanganan Ibu Lurah Dana 1 kali Tertanda tangani pakta Vienda 9 November

88
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Pakta Integritas Intervensi integritas 2016

89
Berdasarkan perencanaan intervensi yang dibuat dalam Plan Of
Action diatas maka selanjutnya intervensi dilakukan sesuai jadwal yang
terdapat dalam Plan Of Action. Intervensi ini dilakukan untuk upaya
peningkatan informasi kunjungan K4 ibu hamil serta partisipasi masyarakat
dalam peningkatan kunjungan K4. Penjabaran dari masing-masing kegiatan
dalam intervensi adealah sebagi berikut:
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan terdapat lima kegiatan yaitu :
1) Koordinasi dengan Ibu Ketua RT dan Lurah
Adanya kesepakatan bersama dalam pelaksanaan acara
Gemas Lipat dengan cara berdiskusi dengan lurah dan
pemberitaahuan acara sosialisasi Gemas Lipat melalui
penyebaran surat undangan.
2) Pembuatan Modul Gemas Lipat
Pembutan modul sebagai sumber informasi dan pedoman
pengisian form Gemas Lipat bagi ibu ketua RT dalam
menyampaikan informasi K4 dan kesehatan kehamilan
kepeda ibu hamil.
3) Pembuatan Form Gemas Lipat
Form Gemas Lipat merupakan media pendataan dan
pencatatan pemberian informasi pada ibu hamil yang
dilakukan ibu Ketua RT serta pemantauan kunjungan
kehamilan ibu ke pelayanan kesehatan
4) Pembuatan Stiker Kunjungan K4
Sebagai media informasi dan motivasi kunjungan K4
5) Membuat Pakta Integritas
Untuk menentukan komitmen dari kelurahan agar setuju
menindak lanjuti program yang diasarankan
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima kegiatan yaitu:
1) Pemutaran Film

90
Media peningkatan informasi sasaran dalam perkembangan
kehamilan dan sebagai materi dalam kunjungan rumah ibu
hamil
2) Sosialisasi
Pemaparan materi dalam modul Gemas Lipat dan penjelasan
pengisian form Gemas Lipat
3) Diskusi
Tanya jawab terkait dengan isi modul, cara penyampaian
pada ibu hamil, cara penggunaan form dan alur pelaporan
pada gasurkes.
4) Pre-Test dan Post Test
Sasaran mengisi lembar pre-test dan post-test sebagai bahan
evaluasi dalam sosialisasi.
5) Penandatanganan Pakta Integritas
Menunjukkan pihak kelurahan telah menetujui program yang
disarankan untuk diterapkan diwilayahnya

91
b. Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.44 Matriks PoA Solusi Penyelesaian Masalah KIA Berbasis Pelayanan Kesehatan
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Koordinasi
dengan Kepala Kepala
Dana Sudah ditetapkan 5 November
Puskesmas untuk Puskesmas 1 kali Ella
Intervensi waktu untuk advokasi 2016
melakukan Ngesrep
pertemuan
Koordinasi
dengan PJ
PJ Program Dana Sudah ditetapkan 10 November
Program KIA 1 kali Erna
P KIA Intervensi waktu untuk advokasi 2016
untuk melakukan
E
pertemuan
R
Advokasi a. Terbentuknya
S
1 Program Membuat Kepala proposal advokasi
I Dana 4 November
Month For proposal advokasi Puskesmas 2 kali b. Tercetaknya Vienda
A Intervensi 2016
Mom Month For Mom Ngesrep proposal advokasi
P
sebanyak 2 buah
A
Membuat desain
N Dana Terbentuknya desain 4 November
proposal advokasi 1 kali Siska
Intervensi proposal 2016
Month For Mom

Membuat Pakta Kepala Dana Terbentuknya pakta 5 November


1 k Siska
Integritas Puskesmas Intervensi integritas 2016

Advokasi P Melakukan Kepala Dana 2 kTersampaikannya 5 November


2 Vienda
Program E Advokasi Program Puskesmas Intervensi amateri advokasi 2016

92
Dana dan Volume
No Program Tahapan Kegiatan Sasaran Indikator Kegiatan PJ Waktu
Sumbernya Kegiatan
Month For L Month For Mom l
Mom A i
K Melakukan
PJ Program Dana Tersampaikannya 15 November
S Advokasi Program 1 kali Siska
KIA Intervensi materi advokasi 2016
A Month For Mom
N Diskusi mengenai Terjadi kesepakatan
A Kepala 5 November
Program Month - 1 kali dengan Kepala Ella
A Puskesmas 2016
For Mom Puskesmas
N Diskusi mengenai
PJ Program Terjadi kesepakatan 15 November
Program Month 1 kali Erna
KIA dengan PJ Program 2016
For Mom
Penandatanganan Kepala Dana Tertandatanganinya
1 kali Vienda 5 November
Pakta Integritas Puskesmas Intervensi Pakta Integritas

93
Berdasarkan perencanaan intervensi yang dibuat dalam Plan Of
Action diatas maka selanjutnya intervensi dilakukan sesuai jadwal yang
terdapat dalam Plan Of Action. Intervensi ini dilakukan untuk upaya
peningkatan informasi kunjungan K4 ibu hamil serta partisipasi
masyarakat dalam peningkatan kunjungan K4. Penjabaran dari masing-
masing kegiatan dalam intervensi adealah sebagi berikut:
1) Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan terdapat tiga kegiatan yaitu:
a) Koordinasi dengan Kepala Pusksesmas
Adanya kesepakatan bersama dalam pelaksanaan acara
advokasi program Month For Mom dengan Kepala Puskesmas
Ngesrep
b) Pembuatan Proposal Advokasi Program Month For Mom
Pembutan proposal sebagai media advokasi program Month
For Mom yang didalamnya terdapat latar belakang, tujuan,
rincian kegiatan serta rincian dananya.
c) Pembuatan Desain Proposal Advokasi Month For Mom
Pembutaan desain dilakukan untuk membuat proposal
advokasi lebih menarik dan dapat mempengaruhi penentu
kebijakan untuk memutuskan.
d) Pembuatan Pakta Integritas
Untuk menentukan komitmen dari pelayanan kesehatan agar
setuju menindak lanjuti program yang diasarankan
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua kegiatan yaitu:
a) Menyampaikan Advokasi Program Month For Mom
Penyampaian advokasi dilakukan agar pembuat keputusan dapat
menerima dan melaksanakan program yang diusulkan
b) Diskusi mengenai Program Month For Mom dengan Kepala
Puskesmas dan Pemegang Program KIA
Diskusi dilakukan untuk menyamakan presepsi dan mencapai
adanya kesepakatan bersama
c) Penandatanganan Pakta Integritas
Pihak Puskesmas telah setuju untuk menindak lanjuti program yang
telah kami usulkan agar dapat diterapkan di Puskesmas
94
11. Monitoring dan Evaluasi
Tabel 3.45 Monitoring Kegiatan Intervensi Berbasis Masyarakat
Tahap Ketersedian
No Hambatan Sumber Data Metode/Cara Monitor Mulai Selesai PJ
Kegiatan Sumber Daya
1. Kesesuain jadwal
intervensi antara
pihak Puskesmas,
Kelurahan,
sasaran dan
1. Surat 1. Pihak 7
mahasiswa Konfirmasi kesedian 6
undangan Kelurahan Novem
1 Koordinasi 2. Komunikasi yang kehadiran dan tempat November Vienda
2. Komunikas 2. Masyaraka ber
kurang jelas pelaksanaan 2016
i t sekitar 2016
dalam
penyampaian
undangan
(miscom)

Pembuatan 1. Materi Pemilihan materi Literatur Materi 1 6


2 Modul kunjungan Penyesuaian kata-kata kunjungan K4 Chek List November Novem Ella
Gemas K4 dan Desain modul dan kesehatan 2016 ber

95
Lipat kesehatan kehamilan 2016
kehamilan
2. Gambar
pendukung
Pembuatan 6
1
Form Perbedaan persepsi isi Novem
3 Format form Check List November Erna
Gemas form ber
2016
Lipat 2016
Pembuatan 6
4
Stiker Novem
4 Desain stiker - - Check List November Erna
Kunjungan ber
2016
K4 2016
9
9
Novem
Film edukasi, November
Pemutaran ber
5 Laptop, LCD - Youtube Check List 2016 Siska
Film 2016
Proyektor Pukul
Pukul
16.00
16.10
2. Soal pre- 1. Tulisan yang Modul Gemas 9 9
6 Pre-Test Cheklist Vienda
test materi terlalu kecil Lipat november novemb

96
sosialisasi 2. Keterbatasan 2016 er 2016
3. Alat tulis peserta dalam Pukul Pukul
membaca soal 16.15 16.20
09
Membuat Format 05
Isi dalam pakta Novem
7 Pakta Pakta - Check list November Siska
integritas ber
Integritas Integritas 2016
2016
c. PPT materi
1. Kehadiran
kunjungan 9
sasaran kurang 9
Sosialisasi K4 dan Novem
dari 50% November
Modul kesehatan Modul Gemas ber
8 Check List 2016 Ella
Gemas kehamilan 2. Keadaan alam Lipat 2016
Pukul
Lipat d. Hasil Pukul
16.20
fasilitasi 16.50
e. Komunikasi
1. Materi 9 9
Modul Partisipasi sasaran November Novem
Modul Gemas
9 Diskusi Gemas dalam tanya jawab Check List 2016 ber Erna
Lipat
Lipat materi sosialisasi Pukul 2016
2. Form 17.00 Pukul

97
Gemas 17.20
Lipat
3. Stiker
4. Hasil
fasilitasi
9
1. Tulisan yang 9
Novem
Soal pos-test terlalu kecil November
Modul Gemas ber
10 Post-Test materi 2. Keterbatasan Check List 2016 Vienda
Lipat 2016
sosialisasi peserta dalam Pukul
Pukul
membaca soal 17.20
17.25
5
5
1. Lembar Novem
Penandata November
Pakta Tertandatanganinya ber
11 ngan Pakta - - 2016
Integritas Pakta Integritas 2016
Integritas Pukul
2. Pulpen pukul
11.00
11.05

98
Tabel 3.46 Check List Monitoring Berbasis Masyarakat
KEGIATAN PERSIAPAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
1 Koordinasi dengan Pihak Puskesmas
2 Koordinasi dengan Pihak Kelurahan
3 Koordinasi dengan Gasurkes
4 Koordinasi dengan 46 ibu ketua RT
5 Koordinasi perizinan lokasi sosialisasi
Pembuatan Media Sosialisasi
No Ketercapaian Check List
1 Pencarian materi tentang kunjungan K4
Pencarian materi tentang kesehatan
2
kehamiln
3 Pembuatan desain modul
4 Pencetakan modul
5 Pembuatan format form
7 Pencetakan form
8 Pembuatan desain stiker
9 Pencetakan desain stiker
10 Mengunduh video edukasi kehamilan
11 Membuat Pakta Integritas
KEGIATAN PELAKSANAAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
1 Persiapan Acara
2 Persiapan perlatan
3 Persiapan PPT presentasi
4 Persiapan Media sosialisai
5 Persiapan daftar hadir
6 Persiapan konsumsi
7 Briefing

99
No Ketercapaian Check List
Acara Inti
1 Absensi
2 Pemutaran video edukasi
3 Antusias peserta
4 Peserta mengobrol -
5 Pembukaan Mc
6 Pembacaan rundown acara
7 Sambutan
8 Antusias
9 Mengobrol
10 Pembagian soal pre-test
11 Pengumpulan jawaban pre-test
12 Pembagian Modul
13 Pembagian form
14 Pembagian stiker
15 Sosialisasi Isi Modul Gemas Lipat
16 Sosialisasi cara pengisian form
15 Sosialisasi fungsi Stiker
17 Diskusi
18 Tanya Jawab
19 Tanggapan
20 Peserta diam -
21 Pembagian lembar Post-test
22 Pengumpulan jawaban Post-test
23 Kesepakatan bersama
24 Penandatanganan Pakta Integritas
25 Penutup

100
Table 3.47 Monitoring Kegiatan Intervensi Berbasis Pelayanan Kesehatan

Tahap Ketersedian Metode/ Cara Penanggung


No Hambatan Sumber Data Mulai Selesai
Kegiatan Sumber Daya Monitor Jawab
Kesesuain jadwal
Koordinasi intervensi antara
Konfirmasi jadwal 5 5
dengan pihak Puskesmas
1 Handphone - dan tempat November November Ella
Kepala dan mahasiswa
intervensi 2016 2016
Puskesmas

Koordinasi Kesesuain jadwal


dengan intervensi antara Konfirmasi jadwal 10 15
2 Pemegang Handphone pihak Pemegang - dan tempat November November Erna
Program program dan intervensi 2016 2016
KIA mahasiswa
Pembuatan
Adanya data- Pemilihan
Proposal
data rancangan kegiatan Data sekunder 4 4
Advokasi
3 pendukung Penyesuaian kata- dan primer dari Check List November November Vienda
Program
untuk latar kata puskesmas 2016 2016
Month For
belakang
Mom
Pembuatan
desain
Desain proposal 4 4
proposal
4 Pemilihan gambar - Check List November November Siska
Program
Pemilihan warna 2016 2016
Month For
Mom
Pembuatan 5 5
Format Pakta
5 Pakta Isi Pakta Integritas - Check List November November Siska
Integritas
Integritas 2016 2016

101
Menyampa
ikan
5 5
Advokasi Proposal Komunikasi
6 - Check List November November Vienda
Program Advokasi Cara penyampaian
2016 2016
Month For
Mom
Menyampa
ikan
10 10
Advokasi Proposal Komunikasi Cara
7 - Check list November November Siska
Program Advokasi Penyampaian
2016 2016
Month For
Mom
Diskusi
Program
5 5
Month For
Penyampaian untuk November November
Mom Proposal
8 menyamakan - Check List 2016 2016 Ella
dengan Advokasi
pendapat Pukul Pukul
Kepala
16.00 16.10
Puskesma
s
Diskusi
Program
15 15
Month For
Penyampaian untuk November November
Mom Proposal
9 menyamakan - Check List 2016 2016 Erna
dengan Advokasi
pendapat pukul pukul
Pemegang
11.15 11.25
Program
KIA
10 Penandata 1. Lembar - - Tertandatanganiny 05 05 Vienda

102
nganan Pakta a Pakta Integritas November November
Pakta Integritas 2016 2016
Integritas 2. Pulpen

103
Tabel 3.48 Check List Monitoring Berbasis Pelayanan Kesehatan
KEGIATAN PERSIAPAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
Koordinasi dengan Pihak Puskesmas
1
(Kepala Puskesmas)
Koordinasi dengan Pemegang Program KIA
2
Puskesmas
3 Pembuatan Pakta Integritas
Pembuatan Media Advokasi
No Ketercapaian Check List
1 Pembuatan Proposal advokasi
2 Pembuatan desain proposal advokasi
3 Pencetakan proposal advokasi
KEGIATAN PELAKSANAAN INTERVENSI
No Ketercapaian Check List
1 Persiapan peralatan
2 Persiapan Media advokasi
3 Briefing
4 Penyampain advokasi ke Kepala
Puskesmas

5 Penyampain advokasi ke Pemegang


Program KIA
6 Diskusi mengenai program dengan Kepala
Puskesmas
7 Diskusi mengenai program dengan
Pemegang Program KIA
8 Penandatangan pakta integritas

104
Tabel 3.49 Evaluasi Kegiatan Intervensi Berbasais Masyarakat
Sumber
No Kegiatan Indikator Target Hasil Mulai Selesai Keterangan
Data
Undangan tersebar Undangan tersebar
ke: ke:
6 7
49 undangan Tabel 1. 46 Ibu RT 1. 46 Ibu RT
1 Koordinasi November November
tersebar check list 2. 1 Gasurkes KIA 2. 1 Gasurkes KIA
2016 206
3. 1 Pihak Kelurahan 3. 1 Pihak Kelurahan
4. 1 Pihak Puskesmas 4.1 Pihak Puskesmas
Jumlah
Pembuatan Modul Sebanyak 48 form Sebanyak 48 form 1 6
Tabel
2 Modul Gemas Gemas Lipat Gemas Lipat telah Gemas Lipat telah November November
check list
Lipat yang tercetak tercetak 2016 2016
tercetak
Sebanyak 48 form Sebanyak 96 form
Jumlah Form
Gemas Lipat telah Gemas Lipat telah
Pembuatan yang 1 6
Tabel tercetak tercetak
3 Form Gemas tercetak dan November November
check list 50 % sasaran yang 100 % sasaran yang
Lipat pemahaman 2016 2016
hadir paham cara hadir paham cara
peserta
mengisi form mengisi form

105
Pembuatan Jumlah stiker Sebanyak 48 stiker Sebanyak 48 stiker 4 6
Tabel
4 Stiker yang kunjungan K4 telah kunjungan K4 telah November November
check list
Kunjungan K4 tercetak tercetak tercetak 2016 2016
Tercetaknya Sebanyak satu
Pembuatan Sebanyak satu lembar 5 5
satu lembar Tabel lembar pakta
5 Pakta pakta integritas telah November November
Pakta check list integritas telah
Integritas tercetak 2016 2016
Integritas tercetak
Antusias 6 6
Tabel Sebanyak 50 % Sebanyak 100 %
peserta November November
Pemutaran check list peserta yang hadir peserta yang hadir
5 dalam 2016 2016
Film Observasi dan antusias dalam dan antusias dalam
menyaksikan Pukul Pukul
panitia menyaksikan film menyaksikan film
film 15.50 WiB 16.10 WIB
Sebanyak 50 % 6 6
Tabel 75% peserta yang
peserta yang hadir November November
Perhatian check list hadir dan antusias
6 Pembukaan dan antusias dalam 2016 2016
peserta Observasi dalam mendengarkan
mendengarkan Pukul Pukul
panitia sambutan
sambutan 16.10 WIB 16.25 WIB
Nilai hasil Seluruh Ibu ketua RT Seluiruh peserta 6 6
Hasil pre-
7 Pre-Test pre-test dapat menjawab soal yang hadir nili pre- November November
test
sama atau minimal 1 dan benar test leih dari 60 2016 2016

106
lebih dari 60 Pukul Pukul
16.25 WIB 16.30 WIB
1.Daftar
hadir Daftar hadir: 8 Ibu
6 6
2.Hasil ketua RT
Sosialisasi Jumlah November November
Sweeping Hasil Swepping: 20
8 Modul Gemas peserta yang 46 Ibu Ketua RT 2016 2016
3. Hasil ketua Ibu RT
Lipat hadir Pukul Pukul
Post-test
16.30 WIB 16.55 WIB
dan pre-
test
6
6
Jumlah November
20 % peserta yang 60% peserta yang November
sasaran Tabel 2016
9 Diskusi hadir bertanya dan hadir bertanya dan 2016
yang check list Pukul
memberi tanggapan memberi tanggapan Pukul
antusias 16.55
17.15 WIB
WIB
Nilai hasil Ibu ketua RT dapat 37,5 % sasaran yang 6 6
post-test Hasil menjawab soal hadir nilai hasil post- November November
10 Post-Test
diatas nilai post-test minimal 1 dan benar test meningkat dan 2016 2016
post-test dan hasil nilai 50% dengan nilai Pukul Pukul

107
melebihi 60 sebesar sam dengan 60 17.15 WIB 17.20 WIB
75%
Ibu Lurah setuju dan bu Lurah setuju dan
Penandatang Tertandatang menandatangani menandatangani 09 09
Tabel
11 an Pakta aninya Pakta pakta integritas pakta integritas November November
check list
Integritas Integritas program yang program yang 2016 2016
diusulkan diusulkan

108
Tabel 3.50 Evaluasi Kegiatan Intervensi Berbasais Pelayanan Kesehatan
Sumber
No Kegiatan Indikator Target Hasil Mulai Selesai Keterangan
Data
Koordinasi Sms dikirim ke Mendapatkan
5 5
dengan Tabel Kepala Puskesmas balasan dari Kepala
1 1 sms dikirim November November
Kepala check list Ngesrep Puskesmas Ngesrep
2016 2016
Puskesmas
Mendapatkan
Koordinasi Sms dikirim ke
balasan dari 10 10
dengan Tabel pemegang program
2 1 sms dikirim pemegang program Novemb November
Pemegang check list KIA
KIA er 2016 2016
Program KIA

Pembuatan
Proposal Jumlah
Sebanyak 2 proposal 4 5
Advokasi Proposal Tabel Sebanyak 2 proposal
3 advokasi telah November November
Program Advokasi check list advokasi tercetak
tercetak 2016 2016
Month For yang tercetak
Mom
Pembuatan satu desain Tabel satu desain proposal satu desain proposal 4 5
4
desain yang dibentuk check list advokasi telah advokasi telah November November

109
Proposal dibentuk dibentuk 2016 2016
Advokasi
Program
Month For
Mom
Pembuatan Jumlah pakta Satu pakta integritas 5 5
Tabel Satu pakta integritas
5 Pakta integritas telah tercetak dan November November
check list telah tercetak
Integritas yang dibentuk telah ditanda tangani 2016 2016
Menyampaika
n advokasi Advokasi dapat
Advokasi
Program Advokasi dapat tersampaikan dengan 5 5
dapat Tabel
6 Month For tersampaikan dengan baik dan telah November November
tersampaikan check list
Mom ke baik diterima untuk 2016 2016
dengan baik
Kepala ditindak lanjuti
Puskesmas
Menyampaika Advokasi dapat
Advokasi
n advokasi Advokasi dapat tersampaikan dengan 15 15
dapat Tabel
7 Program tersampaikan dengan baik dan telah November November
tersampaikan check list
Month For baik diterima untuk 2016 2016
dengan baik
Mom ke ditindak lanjuti

110
pemegang
program KIA
Diskusi
program Kepala puskesmas Kepala puskesmas
Antusiasme 5 5
Month For Tabel menanggapi dan menanggapi dan
8 kepala November November
Mom dengan check list bertanya mengenai bertanya mengenai
puskesmas 2016 2016
Kepala program program
Puskesmas
Diskusi
program Pemegang program Pemegang program
Antusiasme 15 15
Month For Tabel KIA menanggapi dan KIA menanggapi dan
9 pemegang November November
Mom dengan check list bertanya mengenai bertanya mengenai
progam KIA 2016 2016
Kepala program program
Puskesmas

111
B.2 MASALAH GIZI DARI SEGI MASYARAKAT DAN YANKES

Tahapan Problem Solving Cycle Masalah Gizi di Kelurahan Tinjomoyo

1. Identifikasi Masalah Gizi


Untuk mengidentifikasi masalah gizi yang ada di Kelurahan Tinjomoyo,
diperlukan data sekunder yang menggambarkan masalah gizi yang ada di
Kelurahan Tinjomoyo. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Ngesrep
dan ketua kader posyandu Kelurahan Tinjomoyo. Dari puskesmas mendapat
data berupa laporan PMT, ibu hamil KEK, dan pemantauan garam
beryodium, dan data dari ketua kader posyandu berupa data SKDN dan
pemberian vitamin A. Daftar Masalah gizi di Kelurahan Tinjomoyo tahun
2013-2015 berdasarkan pada data sekunder laporan Puskesmas Ngesrep
dan laporan ketua kader posyandu Kelurahan Tinjomoyo adalah sebagai
berikut :
a. Analisis Gap
Tabel 3.51 Analisis Gap Masalah Gizi di Kelurahan Tinjomoyo

112
Indikator 2013 2014 2015 Tren
No Target
Pelayanan Gizi Cakupan GAP Cakupan GAP Cakupan GAP
K/S (Cakupan
84% 73% -11% 100% +16% 99% +15% Naik
1. Program
Tajam
Penimbangan)*
D/S (Cakupan
Tingkat 82% 48% -34% 59% -23% 56% -26%
2. Naik
Partisipasi
Masyarakat)*
N/D
3. (Kecenderungan 82% 56% -26% 58% -24% 55% -27% Turun
Status Gizi)*
N/S (Cakupan
Efektifitas 60% 27% -33% 34% -26% 31% -29%
4. Naik
Kegiatan
Posyandu)*
Jumlah yang 100% 100% 0% 100% 0% 100% 0%
5. mendapat PMT** Konstan
Jumlah ibu hamil <4% 2,7% 0% 2,3% 0% 3,5% 0%
6. Naik
KEK**
Cakupan Vitamin 95% 65% -30% 69% -26% 92% -3% Naik
7.
A bayi/balita* Tajam
Pemantauan
8. Garam 95% 100% +5% 100% +5% 100% +5% Konstan
Beryodium**

Keterangan Sumber Indikator Pelayanan Gizi :


*)
Ketua Kader Posyandu Kelurahan Tinjomoyo : SKDN dan Vitamin A
**)
Puskesmas : PMT, KEK, dan Pemantauan Garam Beryodium

113
b. Analisis Trend
1) Cakupan K/S (Program Penimbangan)

Gambar 3.10 Grafik Jumlah Cakupan K/S Kelurahan


Tinjomoyo Tahun 2013-2015

Cakupan Program Penimbangan (K/S) adalah Jumlah Balita


yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita
yang ada di wilayah Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase
K/S disini, menggambarkan berapa jumlah balita di wilayah tersebut
yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan program di
daerah tersebut telah tercapai. Jumlah cakupan Program
Penimbangan (K/S) di Kelurahan Tinjomoyo mengalami peningkatan
setiap tahunnya.

2) Cakupan D/S (Tingkat Partisipasi Masyarakat)

Gambar 3.11 Grafik Jumlah Cakupan D/S Kelurahan


Tinjomoyo Tahun 2013-2015

114
Cakupan Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S) adalah Jumlah
Balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang
ada di wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase
D/S disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi
masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai. Jumlah cakupan
Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kelurahan Tinjomoyo
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
3) Cakupan N/D (Kecenderungan Status Gizi)

Gambar 3.12 Grafik Jumlah Cakupan N/D Kelurahan


Tinjomoyo Tahun 2013-2015

Cakupan Kecenderungan Status Gizi (N/D) adalah Rata rata


jumlah Balita yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah
balita yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase
N/D disini menggambarkan berapa besar hasil penimbangan
didaerah tersebut yang telah tercapai. Jumlah cakupan
Kecenderungan Status Gizi (N/D) di Kelurahan Tinjomoyo mengalami
penurunan setiap tahunnya. Hal tersebut tentunya perlu diketahui
faktor penyebabnya.

115
4) Cakupan N/S (Efektivitas Kegiatan Posyandu)

Gambar 3.13 Grafik Jumlah Cakupan N/S Kelurahan


Tinjomoyo Tahun 2013-2015

Cakupan Efektivitas Kegiatan Posyandu (N/S) adalah


keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai program posyandu.
Tingkat pencapaian program dapat di klasifikasikan menjadi dua
kategori Posyandu berhasil bila N/S kurang dari 4% dan Posyandu
kurang berhasil bilai nilai N/S lebih dari 4%. Jumlah cakupan
Efektivitas Kegiatan Posyandu (N/S) di Kelurahan Tinjomoyo
mengalami peningkatan setiap tahunnya.

5) Cakupan yang Mendapapat PMT

Gambar 3.14 Grafik Jumlah Yang Mendapat PMT Kelurahan


Tinjomoyo Tahun 2013-2015

116
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada
kelompok usia balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59
bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti
15
makanan utama sehari-hari. Tujuan dari program PMT adalah
mempertahankan dan meningkatkan status gizi balita dari
keluarga miskin.16
PMT yang diberikan oleh Puskesmas terhadap balita dari keluarga
miskin dengan status gizi rendah di Kelurahan Tinjomoyo dari tahun
ke tahun sudah berjalan dengan baik. PMT yang diberikan oleh
Puskesmas berupa biskuit dan susu.

6) Jumlah Ibu Hamil KEK

Gambar 3.15 Grafik Jumlah Ibu Hamil KEK Kelurahan


Tinjomoyo Tahun 2013-2015

Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa Kurang


Energi Kronik (KEK) merupakan keadaan dimana ibu penderita
kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur
(WUS) dan pada ibu hamil. Gizi kurang kronik disebabkan karena
tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau
makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk

117
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau
disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.17
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko
KEK pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar
lengan atas (LILA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15
sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, menyusui dan
pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA WUS dengan
resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan
18
akan melahirkan BBLR. Jumlah ibu hamil KEK di Kelurahan
Tinjomoyo mengalami peningkatan setiap tahunnya

7) Cakupan Vitamin A Bayi/Balita

Gambar 3.16 Grafik Jumlah Cakupan Vitamin A Bayi / Balita


Kelurahan Tinjomoyo Tahun 2013-2015

Cakupan bayi / balita mendapat kapsul Vitamin A adalah


jumlah balita mendapat kapsul Vitamin A dosis tinggi di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah
balita yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
kemudian dikali 100%.19 Jumlah cakupan Vitamin A Bayi / Balita di
Kelurahan Tinjomoyo mengalami peningkatan setiap tahunnya.

118
8) Cakupan Pemantauan Garam Beryodium

Gambar 3.17 Grafik Pemantauan Garam Beryodium Kelurahan


Tinjomoyo Tahun 2013-2015

Untuk mengetahui kualitas garam beryodium yang beredar


di masyarakat. Dinas Kesehatan telah melakukan kegiatan
pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan secara langsung
dengan memeriksa garam yang beredar di masyarakat melalui
anak sekolah yang diharuskan membawa garam beryodium ke
sekolah.20
Namun pada saat ini pemantauan garam beryodium
dilakukan dengan menguji sampel garam di Rumah Tangga yang
mewakili Kelurahan Tinjomoyo dengan menggunakan teknik
Titrasi dan Iodina Tes. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kandungan yodium dalam garam yang beredar di pasaran,
mengetahui jenis dan bentuk garam yang beredar di pasaran dan
mengetahui merek dagang garam yang beredar di pasaran.
Pemantauan garam beryodium di Kelurahan Tinjomoyo dari tahun
ke tahun sudah berjalan dengan baik.

119
2. Penentuan Prioritas Masalah Gizi di Kelurahan Tinjomoyo
Tabel 3.52 MCUA Penentuan Prioritas Masalah Gizi Kelurahan Tinjomoyo

Masalah Gizi
SKDN Jumlah
Cakupan Pemantauan
yang Jumlah ibu
Bobot Vitamin A Garam
Kriteria K/S D/S N/D N/S mendapat hamil KEK
(%) bayi/balita Beryodium
PMT
Sko Sx
Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB
r B

Gawat 40 3 1,2 3 1,2 3 1,2 3 1,2 3 1,2 4 1,6 3 1,2 3 1,2

Besar 35 1 0,35 4 1,4 4 1,4 4 1,4 1 0,35 1 0,35 2 0,7 1 0,35

Trend 25 1 0,25 2 0,5 4 1 2 0,5 3 0,75 2 0,5 1 0,25 3 0,75

Jumlah sxB 1,8 3,1 3,6 3,1 2,3 2,45 2,15 2,3

120
Dari beberapa masalah gizi yang telah disebutkan diatas selanjutnya
dipilih satu masalah. Masalah diprioritaskan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kegawatan masalah, besarnya masalah dan naik atau turunnya
trend. Dalam penentuan prioritas masalah digunakan metode Multiple
Criteria Utility Assessment (MCUA), dengan metode ini dapat ditentukan
satu masalah gizi yang menjadi prioritas. Tata cara penggunaan Matriks
MCUA dalam penentuan prioritas masalah, dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Menetapkan kriteria
Yang dimaksud dengan kriteria ialah sesuatu hal yang dianggap
sebagai akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari
suatu masalah terhadap subyek (masyarakat) sehingga dapat
membedakan masalah. Kriteria yang digunakan antara lain
kegawatan masalah, besarnya masalah dan trend (kecenderungan).
1) Kegawatan
Kegawatan ini mencakup derajat keparahan dari masing-masing
masalah gizi untuk menuju kondisi yang memburuk atau ke arah
kematian. Semakin besar dampak pada masalah gizi, maka
kegawatannya semakin tinggi, sehingga skor kegawatan yang
diberikan juga semakin tinggi.
2) Besar Masalah
Kriteria ini mengandung maksud seberapa besar terjadinya
masalah gizi. Semakin besar gap antara target dengan capaian,
maka skor semakin tinggi.
3) Analisis Trend
Kriteria ini mencakup kualitas atau keakuratan dari informasi atau
data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data
tersebut dikumpulkan. Sehingga dengan analisis trend ini dapat
diketahui bahwa kasus tersebut ditemukan dalam setiap tahunnya.
Semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya
semakin tinggi.
b. Melakukan pembobotan kriteria
Merupakan pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap masing-
masing yang ada. Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk
121
masalah gizi di Kelurahan Tinjomoyo merupakan hasil kesepakatan
anggota kelompok. Semakin kriteria dianggap penting, maka
bobotnya semakin besar. Adapun bobot yang telah diberikan pada
tiap kriteria berdasarkan kesepakatan kelompok sebagai berikut :
Kegawatan : 40%
Besar masalah : 35%
Trend : 25%

c. Mengalikan nilai skor dengan bobot


Masing-masing masalah yang ada diberikan nilai skor dengan
range nilai antara 1-4.. Apabila masalah kesehatan tersebut memiliki
kegawatan, besar masalah dan trend yang tinggi, maka diberikan
nilai yang besar pada setiap kriteria. Nilai skor dari masing-masing
masalah yang ada dikalikan dengan bobot untuk tiap-tiap kriteria
kemudian di jumlahkan dengan hasil perkalian tersebut.
Berikut adalah hasil MCUA penentuan prioritas masalah gizi di
Kelurahan Tinjomoyo :

122
Masalah Gizi
SKDN Jumlah
Cakupan Pemantauan
yang Jumlah ibu
Bobot Vitamin A Garam
Kriteria K/S D/S N/D N/S mendapat hamil KEK
(%) bayi/balita Beryodium
PMT

Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB

Gawat 40 3 1,2 3 1,2 3 1,2 3 1,2 3 1,2 4 1,6 3 1,2 3 1,2

Besar 35 1 0,35 4 1,4 4 1,4 4 1,4 1 0,35 1 0,35 2 0,7 1 0,35

Trend 25 1 0,25 2 0,5 4 1 2 0,5 3 0,75 2 0,5 1 0,25 3 0,75

Jumlah sxB 1,8 3,1 3,6 3,1 2,3 2,45 2,15 2,3

123
Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada meliputi:

1. Kegawatan : Semakin besar dampak pada masalah gizi, maka


kegawatannya semakin tinggi, sehingga skor kegawatan semakin tinggi

Sangat Gawat :4
Gawat :3
Cukup Gawat :2
Tidak Gawat :1

2. Besar Masalah : Semakin besar gap antara target dengan capaian, maka skor
semakin tinggi
Sangat Besar (21%-30%) :4
Besar (11%-20%) :3
Cukup Besar (1%-10%) :2
Tidak Besar (Sudah memenuhi target) :1

3. Trend : Semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, maka nilai bobot
semakin tinggi
Naik Tajam :1
Naik :2
Konstan :3
Turun :4

Berdasarkan perhitungan untuk penentuan prioritas masalah dengan


menggunakan metode MCUA, didapatkan bahwa prioritas masalah gizi di Kelurahan
Tinjomoyo adalah Cakupan N/D.

124
3. Akar Penyebab Masalah Gizi
Pada proses problem solving cycle setelah didapatkan prioritas masalah,
langkah berikutnya adalah identifikasi dan analisis akar penyebab masalah.
Penyebab masalah yang dimaksud adalah berbagai faktor yang terkait dengan
cakupan N/D di masyarakat Kelurahan Tinjomoyo.
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab dari masalah
cakupan N/D digunakan metode fish bone diagram yang mengacu pada konsep
H.L. Blum. Langkah-langkah dalam membuat fish bone diagram yaitu dimulai
dengan meletakkan masalah cakupan N/D tersebut di kepala ikan dengan ukuran
yang lebih besar dan selanjutnya ditulis empat unsur menurut konsep HL Blum
yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik. Faktor-faktor yang
mungkin menyebabkan rendahnya cakupan N/D dituliskan pada cabang-
cabangnya menjadi sebuah fish bone diagram. Berdasarkan fish bone tersebut
diperoleh berbagai faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya cakupan
N/D di Kelurahan Tinjomoyo.
Faktor penyebab tersebut adalah perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan
dan genetik. Faktor perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita
serta melihat dari umur ibu, pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan ibu dan
tingkat kepuasan ibu mengenai penimbangan balita di posyandu. Faktor
lingkungan meliputi dukungan orang sekitar dan akses terhadap posyandu. Faktor
pelayanan kesehatan meliputi tingkatan posyandu, peran tenaga kesehatan,
pelaksanaan kegiatan posyandu dan ketersediaan penyuluhan. Dan untuk faktor
genetik tidak memiliki hubungan dengan rendahnya cakupan N/D. Adapun fish
bone diagram yang telah dibuat adalah sebagai berikut :

125
Umur
Ibu
Pekerjaan Ibu

Pendapatan Keaktifan
Keluarga Perilaku Ibu
Ibu
Dukungan Dukungan Dukungan
Pola Konsumsi Balita Keluarga Masyarakat Toma
Tingkat Kepuasan Akses
Ibu Sikap Sumber
Ibu Informasi yang
Frekuensi Transportasi Jarak Dukungan
didapat
orang sekitar
Tingkat Pendidikan Ibu Media Informasi
Tingkat
Pengetahuan Ibu
u
Cakupan
Perilaku Lingkungan
Kecenderungan
Pelayanan Status Gizi (N/D)
Kesehatan (55 %)
Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
Jumlah Kader
Tingkatan Gambar 3.18 Fishbone Gizi
Ketersediaan Dana Posyandu
Pelaksanaan
Frekuensi Pelaksanaan
Kegiatan
Monitoring Posyandu Per Tahun
Posyandu

Evaluasi Materi

Reward
Pelatihan Kader Frekuensi
Peran Tenaga
Punishment Kesehatan Sistem
Pembinaan Kader
Metode Penyampaian
KetersediaanP
enyuluhan
Materi Frekuensi Sistem
Pelatihan Penyuluhan Kader
126
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala
Variabel Dependen
Cakupan Rata-rata jumlah balita yang naik berat badanya
1. Kecenderungan dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di
status Gizi (N/D ) Posyandu dikali 100%
Variabel Independen
2. Umur Ibu Lama hidup responden dihitung dari tahun Wawancara dengan Umur ibu dinyatakan Rasio
wawancara dikurangi tahun kelahiran. Kuesioner dalam tahun

127
3. Tingkat Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh Wawancara dengan 1. Tidak Ordinal
Pendidikan Ibu responden pada institusi pendidikan formal. Kuesioner sekolah

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. Akademi/Per
guruan Tinggi

Skoring :

1. Pendidikan Dasar
(1,2,3)

2. Pendidikan Lanjut
(4,5)

4. Pekerjaan Ibu Kegiatan responden selain mengurus pekerjaan Wawancara dengan 1. IRT Ordinal
rumah tangga yang menghasilkan pendapatan Kuesioner 2. Buruh
tambahan (rupiah) baik pekerjaan yang utama 3. Pedagang
maupun sampingan. 4. Swasta
5. PNS
6. ABRI/POLRI

Skoring :

128
1. Tidak bekerja (1)

2. Bekerja (2,3,4,5,6)
5. Pendapatan Penghasilan dalam bentuk rupiah yang dihasilkan Wawancara dengan Pendapatan dinyatakan
Keluarga oleh anggota keluarga (ayah, ibu dan anak). Kuesioner dalam :

1 : dibawah UMR Kota


Semarang ( < Rp
1.909.000,00)

2 : diatas UMR Kota


Semarang ( Rp
1.909.000,00)
6. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh Wawancara dengan Diukur dengan skoring Ordinal
Ibu ibu tentang pengertian posyandu, kegiatan Kuesioner jawaban pertanyaan
posyandu, manfaat menimbang balita di seputar pengetahuan
posyandu, kegunaan KMS, pertumbuhan dan yang dirangkum dalam
perkembangan balita dll. kuesioner.

Kategori skoring adalah


sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tertinggi = 32

129
Dikategorikan sebagai
:

a. Kurang : skor total


0-16

b. Baik : skor total 17-


32
7. J Sumber Sumber informasi yang didapatkan ibu mengenai Wawancara dengan
Informasi kegiatan Posyandu, pertumbuhan dan Kuesioner
perkembangan balita melalui tenaga kesehatan,
kader, tokoh masyarakat, keluarga, tetangga, dll.
8. Frekuensi Banyaknya responden menerima informasi Wawancara dengan
tentang pertumbuhan dan perkembangan balita di Kuesioner
Posyandu minimal 8x dalam satu tahun terakhir.
9. Media Informasi Alat yang digunakan untuk menyampaikan Wawancara dengan
informasi yang didapatkan ibu mengenai kegiatan Kuesioner
Posyandu dan tumbuh kembang balita seperti
media elektronik (TV,Radio, Internet, dll) dan
media cetak (Leaflet,majalah, brosur, dll).
10. Sikap Ibu Tanggap atau respon ibu terhadap kunjungan Wawancara dengan Diukur dengan skoring
posyandu berupa keaktifan berkunjung, mengikuti Kuesioner wawancara sikap ibu

130
kegiatan, dan mengetahui tumbuh kembang yang dirangkum dalam
balita. kuesioner.
Kategori skoring adalah
sebagai berikut :
Skor terendah = 1
Skor tertinggi = 40

Dikategorikan sebagai
:

a. Kurang baik : skor


total 1-20

b. Baik : skor total 21-


40
11. Keaktifan Ibu Aktif atau tidaknya ibu untuk ikut serta dalam Wawancara dengan Diukur dengan skoring
kegiatan Posyandu dan memantau tumbuh Kuesioner jawaban pertanyaan
kembang balita minimal 8 x dalam setahun. seputar keaktifan ibu
yang dirangkum dalam
kuesioner.

Kategori skoring adalah


sebagai berikut :

131
Skor terendah = 0

Skor tertinggi = 5

Dikategorikan sebagai
:

a. Kurang aktif : skor


total 0-2

b. Baik : skor total 3-5


12. Pola Konsumsi Kebiasaan makan balita berdasarkan jenis Wawancara dengan Diukur dengan skoring
Balita makanan dan frekuensi pemberiaan makanan Kuesioner jawaban pertanyaan
utama dan selingan yang sesuai pedoman seputar pola konsumsi
pemberian asupan gizi balita seperti pemberian balita yang dirangkum
makanan yang mengandung karbohidrat, protein. dalam kuesioner.
Vitamin secara teratur 3x sehari.
Kategori skoring adalah
sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tertinggi = 6

Dikategorikan sebagai
:

132
a. Kurang : skor total
0-3

b. Baik : skor total 4-6


13. Tingkat Perasaan yang dirasakan ibu terhadap pelayanan Wawancara dengan Diukur dengan skoring
Kepuasan yang diberikan oleh kader dan tenaga kesehatan Kuesioner jawaban pertanyaan
dimana perasaan tersebut sesuai dengan harapan seputar tingkat
ibu. kepuasan ibu yang
dirangkum dalam
kuesioner.

Kategori skoring adalah


sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tertinggi = 9

Dikategorikan sebagai
:

a. Kurang : skor total


0-4

b. Baik : skor total 5-9


14. Dukungan Peran keluarga yang mendorong ibu untuk Wawancara dengan Ordinal
Diukur dengan skoring

133
keluarga membawa balita ke posyandu berupa mengantar, Kuesioner wawancara dukungan
menjemput, memberikan informasi, keluarga yang
mengingatkan, mendampingi, menyarankan, dll. dirangkum dalam
kuesioner.

Kategori skoring adalah


sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tertinggi = 6

Dikategorikan sebagai
:

Ya = 1

Tidak = 0
15. Dukungan Peran masyarakat yang mendorong ibu untuk Wawancara dengan Diukur dengan skoring Ordinal
masyarakat membawa balita ke posyandu berupa Kuesioner wawancara dukungan
memberikan informasi, mengingatkan, masyarakat yang
mendampingi, menyarankan, dll. dirangkum dalam
kuesioner.

Kategori skoring adalah


sebagai berikut :

134
Skor terendah = 0

Skor tertinggi = 5

Dikategorikan sebagai
:

Ya = 1

Tidak = 0
16. Dukungan tokoh Peran tokoh masyarakat yang mendorong ibu Wawancara dengan Diukur dengan skoring Ordinal
masyarakat untuk membawa balita ke posyandu berupa Kuesioner wawancara dukungan
memberikan informasi, mengingatkan, tokoh masyarakat yang
mendampingi, menyarankan, dll. dirangkum dalam
kuesioner.

Kategori skoring adalah


sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tertinggi = 5

Dikategorikan sebagai
:

Ya = 1

135
Tidak = 0
17. Jarak Jauhnya perjalanan yang ditempuh responden Wawancara dengan Diukur dengan jawaban
dari tempat tinggal untuk menuju ke posyandu Kuesioner ibu terhadap jauhnya
dalam meter. jarak dari rumah menuju
posyandu.
Dikategorikan sebagai
:
> 500 m = 1
< 500 m = 2
18. Transportasi Jenis kendaraan yang digunakan responden untuk Wawancara dengan Diukur dengan jawaban
menuju ke posyandu. Kuesioner ibu terhadap jenis
kendaraan yang
digunakan ke posyandu.
Dikategorikan sebagai :
Jalan kaki = 1
Kendaraan pribadi = 2
Kendaraan umum = 3
19. Tingkatan Pengelompokan posyandu berdasarkan Indept Interview
Posyandu kemampuan pelaksanaan kegiatan posyandu
seperti Pratama. Madya, Purnama dan Mandiri.

136
20. Jumlah Kader Kuantitas kader aktif yang tersedia di setiap Indept Interview
posyandu.
21. FFrekuensi Banyaknya pelaksanaan kegiatan posyandu yang
Pelaksanaan dilakukan setiap posyandu dalam satu tahun.
Posyandu per
Tahun
22. Pelatihan Kader Upaya meningkatkan kemampuan kader Indept Interview
posyandu dalam mengelola dan menyampaikan
pelayanan kepada masyarakat.
23. Pembinaan Upaya untuk memberikan arahan dan Indept Interview
Kader pendampingan pada kader dalam menjalankan
kegiatan di posyandu.
24. v Ketersediaan Ada atau tidaknya sarana prasarana dalam proses
Sarana pelaksanaan posyandu, yang berfungsi untuk
Prasarana mewujudkan tujuan yang hendak dicapai, meliputi :
5 meja, alat ukur tinggi badan, alat timbang berat
badan dan PMT.
25. Ketersediaan Terdapatnya bantuan dana operasional yang dapat Indept Interview
Dana menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu.
26. Monitoring Aktivitas pemantauan kegiatan posyandu secara Indept Interview

137
Kegiatan sistematis dan kontinyu sehingga dapat dilakukan
Posyandu tindak lanjut dan koreksi untuk penyempurnaan
program kegiatan posyandu selanjutnya yang
meliputi kegiatan 5 meja pelayanan yaitu
penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan.
27. Evaluasi Penilaian terhadap kinerja keberjalanan pelayanan Indept Interview
Kegiatan posyandu di tiap bulan yang digunakan sebagai
Posyandu bahan perbaikan untuk kebejalanan Posyandu ke
depan.
28. Reward Bentuk apresiasi terhadap kinerja pelayanan
Pelaksanaan posyandu tertentu yang diberikan kepada kader
Kegiatan dalam bentuk material atau non material.
Posyandu
29. Punishment Cara untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan posyandu agar sesuai dengan aturan yang ada.
Kegiatan
Posyandu
30. Metode Cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan Indept Interview
Penyampaian oleh nakes kepada masyarakat berupa ceramah,
diskusi kelompok, FGD.

138
31. Pelatihan Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Indept Interview
Penyuluhan kemampuan kader posyandu dalam mengelola dan
Kader menyampaikan informasi penyuluhan kepada
masyarakat.
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Variabel Dependen
32. Cakupan Rata-rata jumlah balita yang naik berat badanya
Kecenderungan dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di
status Gizi (N/D ) Posyandu dikali 100%
Variabel Independen
33. Umur Ibu Lama hidup responden dihitung dari tahun Wawancara dengan Kuesioner Rasio
wawancara dikurangi tahun kelahiran.
34. Tingkat Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
Pendidikan Ibu responden pada institusi pendidikan formal.
35. Pekerjaan Ibu Kegiatan responden selain mengurus pekerjaan Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
rumah tangga yang menghasilkan pendapatan
tambahan (rupiah) baik pekerjaan yang utama
maupun sampingan.
36. Pendapatan Penghasilan dalam bentuk rupiah yang dihasilkan Wawancara dengan Kuesioner
Keluarga oleh anggota keluarga (ayah, ibu dan anak).

139
37. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
Ibu ibu tentang pengertian posyandu, kegiatan
posyandu, manfaat menimbang balita di
posyandu, kegunaan KMS, pertumbuhan dan
perkembangan balita dll.
38. J Sumber Sumber informasi yang didapatkan ibu mengenai Wawancara dengan Kuesioner
Informasi kegiatan Posyandu, pertumbuhan dan
perkembangan balita melalui tenaga kesehatan,
kader, tokoh masyarakat, keluarga, tetangga, dll.
39. Frekuensi Banyaknya responden menerima informasi
tentang pertumbuhan dan perkembangan balita di
Posyandu minimal 8x dalam satu tahun terakhir.
40. Media Informasi Alat yang digunakan untuk menyampaikan Wawancara dengan Kuesioner
informasi yang didapatkan ibu mengenai kegiatan
Posyandu dan tumbuh kembang balita seperti
media elektronik ( TV,Radio, Internet, dll) dan
media cetak (Leaflet,majalah, brosur, dll).
41. Sikap Ibu Tanggap atau respon ibu terhadap kunjungan Wawancara dengan Kuesioner
posyandu berupa keaktifan berkunjung, mengikuti
kegiatan, dan mengetahui tumbuh kembang

140
balita.
42. Keaktifan Ibu Aktif atau tidaknya ibu untuk ikut serta dalam
kegiatan Posyandu dan memantau tumbuh
kembang balita minimal 8 x dalam setahun.
43. Pola Konsumsi Kebiasaan makan balita berdasarkan jenis Wawancara dengan Kuesioner
Balita makanan dan frekuensi pemberiaan makanan
utama dan selingan yang sesuai pedoman
pemberian asupan gizi balita seperti pemberian
makanan yang mengandung karbohidrat, protein.
Vitamin secara teratur 3x sehari.
44. Tingkat Perasaan yang dirasakan ibu terhadap pelayanan Wawancara dengan Kuesioner
Kepuasan yang diberikan oleh kader dan tenaga kesehatan
dimana perasaan tersebut sesuai dengan harapan
ibu.
45. Dukungan Peran keluarga yang mendorong ibu untuk Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
keluarga membawa balita ke posyandu berupa mengantar,
menjemput, memberikan informasi,
mengingatkan, mendampingi, menyarankan, dll.
46. Dukungan Peran masyarakat yang mendorong ibu untuk Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
masyarakat membawa balita ke posyandu berupa

141
memberikan informasi, mengingatkan,
mendampingi, menyarankan, dll.
47. Dukungan tokoh Peran tokoh masyarakat yang mendorong ibu Wawancara dengan Kuesioner Ordinal
masyarakat untuk membawa balita ke posyandu berupa
memberikan informasi, mengingatkan,
mendampingi, menyarankan, dll.
48. Jarak Jauhnya perjalanan yang ditempuh responden Wawancara dengan Kuesioner
dari tempat tinggal untuk menuju ke posyandu
dalam meter.
49. Transportasi Jenis kendaraan yang digunakan responden untuk Wawancara dengan Kuesioner
menuju ke posyandu.
50. Tingkatan Pengelompokan posyandu berdasarkan Indept Interview
Posyandu kemampuan pelaksanaan kegiatan posyandu
seperti Pratama. Madya, Purnama dan Mandiri.
51. Jumlah Kader Kuantitas kader aktif yang tersedia di setiap Indept Interview
posyandu.
52. FFrekuensi Banyaknya pelaksanaan kegiatan posyandu yang
Pelaksanaan dilakukan setiap posyandu dalam satu tahun.
Posyandu per
Tahun

142
53. Pelatihan Kader Upaya meningkatkan kemampuan kader Indept Interview
posyandu dalam mengelola dan menyampaikan
pelayanan kepada masyarakat.
54. Pembinaan Upaya untuk memberikan arahan dan Indept Interview
Kader pendampingan pada kader dalam menjalankan
kegiatan di posyandu.
55. v Ketersediaan Ada atau tidaknya sarana prasarana dalam proses
Sarana pelaksanaan posyandu, yang berfungsi untuk
Prasarana mewujudkan tujuan yang hendak dicapai, meliputi :
5 meja, alat ukur tinggi badan, alat timbang berat
badan dan PMT.
56. Ketersediaan Terdapatnya bantuan dana operasional yang dapat Indept Interview
Dana menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu.
57. Monitoring Aktivitas pemantauan kegiatan posyandu secara Indept Interview
Kegiatan sistematis dan kontinyu sehingga dapat dilakukan
Posyandu tindak lanjut dan koreksi untuk penyempurnaan
program kegiatan posyandu selanjutnya yang
meliputi kegiatan 5 meja pelayanan yaitu
penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan.
58. Evaluasi Penilaian terhadap kinerja keberjalanan pelayanan Indept Interview

143
Kegiatan posyandu di tiap bulan yang digunakan sebagai
Posyandu bahan perbaikan untuk kebejalanan Posyandu ke
depan.
59. Reward Bentuk apresiasi terhadap kinerja pelayanan
Pelaksanaan posyandu tertentu yang diberikan kepada kader
Kegiatan dalam bentuk material atau non material.
Posyandu
60. Punishment Cara untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan posyandu agar sesuai dengan aturan yang ada.
Kegiatan
Posyandu
61. Metode Cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan Indept Interview
Penyampaian oleh nakes kepada masyarakat berupa ceramah, \
diskusi kelompok, FGD.
62. Pelatihan Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Indept Interview
Penyuluhan kemampuan kader posyandu dalam mengelola dan
Kader menyampaikan informasi penyuluhan kepada
masyarakat.
Tabel 3.54 Definisi Operasional

144
145
4. Identifikasi Penyebab Masalah Gizi
4.2 Identifikasi Penyebab Masalah Gizi di Masyarakat
Cakupan N/D di Kelurahan Tinjomoyo, Kota Semarang, merupakan
prioritas masalah gizi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berhubungan. Berikut adalah hasil pengumpulan data yang dilakukan
dengan wawancara ibu yang mempunyai balita berkaitan dengan
masalah cakupan N/D dan hasil pengolahan data menggunakan software
SPSS, dari hasil kuesioner diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut:
1) Karakteristik Responden
a) Umur Ibu Balita

Gambar 3.19 Presentase Umur Ibu Balita


Kisaran umur Ibu Balita yang paling banyak adalah 20-
35 tahun yaitu sebanyak 61%. Sedangkan jumlah Ibu Balita
yang memiliki umur <20 tahun sebanyak 1%, berumur 36-49
tahun sebanyak 31% dan berumur >50 tahun sebanyak 7%.

146
b) Pendidikan Ibu Balita

Gambar 3.20 Presentase Pendidikan Ibu Balita


Tingkat pendidikan terbesar Ibu Balita adalah SMA
sebanyak 51%. Ibu Balita yang tidak sekolah sebanyak 1%,
lulus SD sebanyak 16%, lulus SMP 21% dan perguruan tinggi
11%.

c) Pekerjaan Ibu Balita

Gambar 3.21 Presentase Pekerjaan Ibu Balita


Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar
Ibu Balita bekerja sebagai ibu rumah tangga 82%, sebanyak
6% sebagai buruh, 4% sebagai pedagang, 6% bekerja swasta
dan 2% sebagai PNS.

147
d) Pendapatan Keluarga

Gambar 3.22 Presentase Pendapatan Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara dengan responden,
diketahui kategori pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga
UMR Kota Semarang (Rp 1.909.000,-) sebanyak 27% dan
pendapatan keluarga >UMR Kota Semarang (>Rp.1.909.000,-
) sebanyak 73%.

2) Akar Penyebab Masalah dari Hasil Kuesioner


a) Pendapatan Keluarga dengan Berat Badan Balita
Tabel 3.55 Pendapatan Keluarga dengan Berat Badan Balita
Berat Badan Balita
Pendapatan Total
Turun Naik
Keluarga
f % f % f %
< UMR 10 41,7 14 58,3 24 100
> UMR 23 34,8 43 65,2 66 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100

Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada


keluarga yang pendapatannya > UMR yaitu sebesar 34,8%,
sedangkan balita yang berat badannya naik lebih banyak pada
keluarga yang pendapatannya > UMR yaitu sebesar 65,2%.

148
b) Pengetahuan Ibu balita dengan Berat Badan Balita
Tabel 3.56 Pengetahuan Ibu Balita dengan Berat Badan
Balita
Berat Badan Balita
Pengetahuan Total
Turun Naik
Ibu
f % f % f %
Baik 4 22,2 14 77,8 18 100
Kurang 29 40,3 43 59,7 72 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100
Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada ibu
yang pengetahuannya kurang yaitu sebesar 40,3%, sedangkan
balita yang berat badannya naik lebih banyak pada ibu yang
pengetahuannya baik yaitu sebesar 59,7%.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi
terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam
kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan gizi.21 Balita merupakan salah satu
kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan
lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat
diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikomotorik, mental dan social.22
Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang
tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin
tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka
akan semakin besar kemungkinan anak menderita KEP
(Kurang Energi Protein)23
Pengetahuan ibu tentang gizi balita secara tidak langsung
akan menentukan status gizi balita. Hal ini dikarenakan ibu
yang menjadi penanggung jawab dalam keluarga tentang
pemberian makan keluarga, terutama anak. Jadi semakin baik
pengetahuan ibu, maka pemberian makan akan baik pula
sehingga status gizi anak juga baik. 24

149
c) Informasi yang didapat Ibu dengan Berat Badan Balita
Tabel 3.57 Informasi yang didapat Ibu dengan Berat Badan
Balita

Berat Badan Balita


Informasi yang Total
B didapat Turun Naik
f % f % f %
Baik 8 21,6 29 78,4 37 100
Kurang
B 25 47,2 28 52,8 53 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100
a
Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada ibu
dengan informasi yang kurang mengenai tumbuh kembang
balita yaitu sebesar 47,2%, sedangkan balita yang berat
badannya naik lebih banyak pada ibu dengan informasi yang
baik mengenai tumbuh kembang balita yaitu sebesar 78,4%.
Adiyanti & Julia (2006) menyatakan bahwa Pemberian
konseling gizi secara individu dapat meningkatkan
pengetahuan gizi ibu balita dan konsumsi makanan anak balita
Penyuluhan gizi sangat penting peranannya dalam usaha
memperbaiki gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi anak-
anak balita. Dengan penyuluhan gizi diharapkan ibu
memperbaiki dan merubah tingkah laku terhadap masalah gizi.
25

d) Sikap Ibu Balita dengan Berat Badan Balita


Tabel 3.58 Sikap Ibu Balita dengan Berat Badan Balita
Berat Badan Balita
Total
Sikap Ibu Turun Naik
f % f % f %
Baik 33 36,7 57 63,3 90 100
Kurang 0 0 0 0 0 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100

Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada ibu


yang memiliki sikap baik terhadap pelaksanaan kegiatan
posyandu yaitu sebesar 36,7%, dan balita yang berat badannya
naik ada pada ibu yang memiliki sikap baik terhadap
pelaksanaan kegiatan posyandu yaitu sebesar 63,3%.

150
e) Keaktifan Ibu ke Posyandu dengan Berat Badan Balita
Tabel 3.59 Keaktifan Ibu ke Posyandu dengan Berat
Badan Balita
Berat Badan Balita
Total
Keaktifan Ibu Turun Naik
f % f % f %
Aktif 3 7,9 35 92,1 38 100
Kurang Aktif 30 57,7 22 42,3 52 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100

Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada ibu


yang kurang aktif membawa balita ke posyandu yaitu sebesar
57,7%, sedangkan balita yang berat badannya naik lebih
banyak pada ibu yang aktif membawa balitanya ke posyandu
yaitu sebesar 92,1%.
Apabila perilaku berkunjung ke Posyandu semakin
berkurang maka dapat mengakibatkan tahap tumbuh kembang
anak akan terganggu, status gizi anak tidak terpantau dengan
baik, dan tujuan dari Posyandu itu sendiri juga tidak akan
tercapai sehingga sampai menyebabkan angka kecacatan,
kematian, serta kesakitan balita akan meningkat.26

f) Pola Konsumsi Balita dengan Berat Badan Balita


Tabel 3.60 Pola Konsumsi Balita dengan Berat Badan
Balita
Berat Badan Balita
Pola Total
Turun Naik
Konsumsi
f % f % f %
Baik 33 39,8 50 60,2 83 100
Kurang 0 0 7 100 7 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100

Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada balita


dengan pola konsumsi baik yaitu sebesar 39,8%, sedangkan
balita yang berat badannya naik lebih banyak pada balita
dengan pola konsumsi kurang yaitu sebesar 100%. Hal ini bisa
saja dipengaruhi oleh kuantitas konsumsi yang diberikan

151
kepada balita yang belum sesuai dengan kebutuhan kalori
minimal bagi balita.

g) Kepuasan Ibu Terhadap Pelayanan Posyandu dengan Berat


Badan Balita
Tabel 3.61 Kepuasan Ibu Terhadap Pelayanan Posyandu
dengan Berat Badan Balita
Berat Badan Balita
Kepuasan Total
Turun Naik
Ibu
f % f % f %
Puas 28 35,0 52 65,0 80 100
Kurang Puas 5 50,0 5 50,0 10 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100

Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada ibu


yang kurang puas terhadap pelayanan posyandu yaitu sebesar
50%, sedangkan balita yang berat badannya naik lebih banyak
pada ibu yang sudah puas terhadap pelayanan posyandu yaitu
sebesar 65%.
h) Dukungan yang didapat Ibu Balita untuk ke Posyandu dengan
Berat Badan Balita
Tabel 3.62 Dukungan yang Didapat Ibu Balita dengan
Berat Badan Balita
Berat Badan Balita
Total
Dukungan Turun Naik
f % f % f %
Baik 13 36,1 23 63,9 36 100
Kurang 20 37,0 34 63,0 54 100
Total 33 36,7 57 63,3 90 100

Balita yang berat badannya turun lebih banyak pada ibu


yang kurang mendapatkan dukungan untuk ke posyandu yaitu
sebesar 37%, sedangkan balita yang berat badannya naik lebih
banyak pada ibu yang mendapatkan dukungan baik yaitu
sebesar 63,9%.
Faktor penguat untuk seseorang berperilaku sehat
27
berdasarkan dukungan keluarga. Ibu akan aktif ke Posyandu
jika ada dorongan dari orang terdekat termasuk keluarga.
152
Dukungan keluarga sangat berperan dalam memelihara dan
mempertahankan status gizi balita yang optimal.

4.2 Identifikasi Penyebab Masalah Gizi di Pelayanan Kesehatan


a) Tingkatan Posyandu
Tingkatan posyandu yang ada di Kelurahan Tinjomoyo adalah
Mandiri pada 7 RW dan Madya pada satu RW, yaitu RW 7 dimana
balitanya masih kurang dan fasilitasnya pun kurang. Jumlah kader di
tiap RW sudah cukup, rata-rata sudah 8 orang. Dalam satu tahun,
pelaksanaan posyandu sebanyak 12 kali. Pelayanan yang diberikan
di posyandu sudah menggunakan sistem 5 meja, yaitu meja 1
pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui, meja 2 penimbangan
balita, meja 3 pencatatan hasil penimbanga, meja 4 penyuluhan dan
pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui, dan meja
5 pelayanan kesehatan, kb, imunisasi dan pojok oralit serta tidak
boleh ada pengobatan.
b) Peran Tenaga Kesehatan
Bidan atau tenaga kesehatan biasanya memberikan pelatihan
kepada kader berupa refreshing 1 tahun 1x serta pembinaan setiap
bulan 1x. Bentuk pelatihan yang biasa diberikan berbentuk ceramah,
tanya jawab, dam simulasi. Materinya berupa teknis pelayanan 5
meja. Absensi kehadiran kader dalam pelatihan sebesar >90 %.
Dalam pelaksanaan pelatihan, kader dilatih oleh kader senior, apabila
membutuhkan bantuan dari pihak puskesmas bersedia untuk ikut
serta. Untuk pembinaan, ada refreshing juga yang diberikan bagi
kader setiap bulan 1x. Pembinaan dilakukan bagi tiga kelurahan yang
bertempat di puskesmas. Bentuk pembinaan yang lain dilakukan oleh
bidan atau tenaga kesehatan berupa pembimbingan langsung saat
posyandu dalam bentuk pengarahan dan penyuluhan.
c) Ketersediaan Penyuluhan Gizi
Di posyandu sudah tersedia adanya penyuluhan. Media yang
biasa digunakan yaitu brosur dan KMS dengan metode konsultasi
dan penyuluhan kelompok. Penyampaian materi penyuluhan 70%
sudah cukup efektif dan meningkatkan antusias masyarakat untuk ke
153
posyandu. materi yang disampaikan disesuaikan dengan keluhan dari
ibu balita. Materi yang diberikan berupa pertumbuhan, asupan
makanan, dan hasil penimbangan. Pelatihan penyuluhan bagi kader
diadakan setiap sebulan 1x dengan persentase kehadiran >90 %.
d) Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Program kegiatan posyandu antara lain pelayanan kesehatan
bagi balita dan lansia. Pelayanan kesehatan untuk balita meliputi
pelayanan 5 meja (meja 1 pendaftaran, meja 2 penimbangan balita,
meja 3 pencatatan hasil penimbanga, meja 4 penyuluhan dan
pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui, dan meja
5 pelayanan kesehatan, kb, imunisasi dan pojok oralit.), PMT, dan
konsultasi gizi. Sedangkan pelayanan kesehatan untuk lansia
meliputi pemeriksaan gula darah, tensi dan asam urat. Hasil
pelaksanaan kegiatan posyandu tersebut sudah bagus dan efektif.
Hal yang menghambat pelaksanaan posyandu yaitu keaktifan kader
dan juga kesibukan ibu untuk berkunjung ke posyandu karena
beberapa ibu balita memiliki pekerjaan, selain itu regenerasi kader
sulit untuk dilakukan.
e) Ketersediaan sarana dan prasarana
Di posyandu sudah tersedia sarana dan prasarana yang
mendukung diantaranya timbangan berat badan, timbangan injak,
alat pengukur tinggi badan dan panjang badan balita, pengukur
lingkar lengan dan lingkar kepala serta alat pemeriksaan kesehatan
untuk lansia. Sarana dan prasarana yang ada sudah dioperasikan
sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Hambatan yang dihadapai
dalam menggunakan sarana dan prasarana adalah kader yang
kadang kurang teliti dalam menggunakan alat, seperti contohnya
kurang teliti dalam melakukan pengukuran lingkar kepala karena
balita yang menangis sehingga dalam melakukan pengukurannya
terburu-buru.
f) Ketersediaan Dana
Program pokok posyandu yaitu pemantauan pertumbuhan
balita. Dana untuk pelaksanaan posyandu berasal dari swadaya
masyarakat yang diberikan secara sukarela. Dana yang ada dikelola
154
dari masyarakat dan untuk masyarakat. Namun, jumlahnya masih
terbatas sehingga menjadi hambatan.
g) Monitoring
Terdapat peraturan khusus untuk pelaksanaan posyandu, yaitu
untuk PKK yang berasal dari aturan pemkot berupa SOP Posyandu.
Peraturan ini telah diterapkan oleh PKK di Tinjomoyo. Biasanya
disampaikan setiap bulan pada pembinaan kader oleh PKK
kelurahan. Monitoring pelaksanaan posyandu dilakukan saat kegiatan
posyandu berlangsung dan dengan melihat laporan kader setiap
bulannya. Dari pihak puskesmas atau tenaga kesehatan memiliki
checklist pemantauan posyandu untuk melakukan monitoring
kegiatan posyandu. Monitoring dilakukan agar tercipta efektifitas
pelayanan posyandu. Hambatannya yaitu keterbatasan waktu untuk
pemantauan keberjalanan posyandu dan keterlambatan laporan dari
kader.
h) Evaluasi
Evaluasi program posyandu dilakukan dengan menanyakan
kepada kader dengan bantuan kuestioner. Setelah dilakukan
monitoring, terdapat perubahan pelaksanaan posyandu dari segi
pelayanannya, kader menjadi lebih terarah. Aspek yang
diperhatiakan saat evaluasi program yaitu pelaksanaan pelayanan
(teknis, peningkatan pengetahuan kader). Evaluasi kegiatan
posyandu dilakukan satu tahun sekali agar pelayanan lebih baik dan
efektif.
i) Reward Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Terdapat reward bagi kader terkait dengan kinerjanya di
posyandu yaitu berupa piknik dua tahun satu kali, pemberian hadiah
atau bingkisan bagi seluruh kader secara serentak. Aspek yang
dinilai sebagai indikator reward adalah pelayanan dari kader
(motivasi). Biasanya setelah adanya pemberian reward, kader lebih
aktif dalam memberikan pelayanan.
j) Punishment Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Punishment yang biasa diberikan kepada kader terkait dengan
kinerjanya yaitu berupa teguran, selanjutnya kader perlu dibina,
155
diarahkan, dan dimotivasi. Apabila kader melakukan kesalahan
dalam melaksanakan tugasnya, pihak puskesmas mengingatkan
kader dan memberikan arahan. Pemberian punishment berdasarkan
hasil turun lapangan dari checklist tiap bulan dan pemantauan
langsung. Aspek yang dinilai diantaranya pelayanan berdasarkan
standar pada SOP. Setelah adanya pemberian punishment kader
lebih bagus dalam pelayanan, pelayanan lebih efektif, dan
pengetahuan kader lebih meningkat.

5. Prioritas Penyebab Masalah Gizi


5.1 Prioritas Penyebab Masalah Gizi di Masyarakat
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat beberapa penyebab
utama rendahnya cakupan N/D di Kelurahan Tinjomoyo, yaitu :
a) Keaktifan ibu kurang
Selama ini, keaktifan ibu untuk membawa balita ke Posyandu
masih kurang, beberapa responden mengatakan bahwa tidak
membawa balita ke Posyandu dikarenakan tidak mengetahui manfaat
posyandu, karena merasa telah membawa anaknya ke dokter, faktor
pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor penghambat ibu
balita memanfaatkan penimbangan balita di Posyandu.
b) Pengetahuan ibu
Dari data yang diperoleh, terdapat beberapa ibu yang tidak
mengetahui mengenai cakupan N/D, sebagian besar dari responden
hanya mengetahui akibat atau bahaya yang ditumbulkan dari
rendahnya cakupan N/D tersebut.
c) Informasi yang didapat
Berdasarkan data yang ada, dari beberapa responden masih
kurang mendapatkan informasi yang jelas terkait dengan Posyandu,
dan beberapa tidak mendapatkan konseling gizi mengenai kesehatan
anak, sehingga membuat ibu masih memiliki pengetahuan yang
rendah terkait dengan pentingnya membawa balita ke Posyandu.

156
Berikut ini adalah MCUA Prioritas Penyebab Rendahnya Cakupan
N/D :
Tabel 3.63 MCUA Prioritas Penyebab Rendahnya Cakupan N/D di
Masyarakat

Akar Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan N/D

Bobot Pengetahuan Informasi Kepuasan Dukungan


Kriteria Keaktifan Ibu
(%) Ibu yang didapat Ibu yang didapat

Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB Skor SxB

Besar penyebab
25 3 0,75 3 0,75 4 1 2 0,5 2 0,5
masalah
Seberapa penting
penyebab harus 25 4 1 3 0,75 4 1 2 0,5 2 0,5
ditangani
Dampak dari
25 3 0,75 3 0,75 3 0,75 2 0,5 2 0,5
penyebab masalah

Relevansi program 25 3 0,75 3 0,75 4 1 2 0,5 2 0,5

Jumlah SxB 3,25 3 3,75 2 2

Keterangan skor:
1 : Tidak Besar / Tidak Penting / Tidak berdampak / Tidak Relevan
2 : Kurang Besar / Kurang Penting / Kurang berdampak / Kurang Relevan
3 : Cukup Besar / Cukup Penting / Cukup berdampak / Cukup Relevan
4 : Sangat Besar / Sangat Penting / Sangat berdampak / Sangat Relevan

Kriteria yang digunakan dalam menentukan prioritas penyebab


rendahnya cakupan N/D adalah besar penyebab masalah, seberapa
penting penyebab harus ditangi, dampak dari penyebab masalah dan
relevansi program.
1) Besar penyebab masalah
Semakin besar atau banyak suatu faktor menyebabkan masalah
rendahnya cakupan N/D, maka semakin besar skor yang diberikan.

157
2) Seberapa penting penyebab harus ditangani
Semakin penyebab tersebut bila tidak segera diatasi menjadikan
masalah rendahnya cakupan N/D maka semakin tinggi pula skor dan
bobot yang diberikan.
3) Dampak dari penyebab masalah
Semakin besar dampak yang diakibatkan dari masalah rendahnya
cakupan N/D, maka semakin besar skor yang diberikan.
4) Relevansi program
Semakin relevan/sesuai faktor penyebab dengan masalah rendahnya
cakupan N/D, maka semakin tinggi pula skor dan bobot yang
diberikan.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka diperoleh urutan faktor


penyebab rendahnya cakupan N/D, yaitu :
a) Prioritas I : Keatifan Ibu kurang dalam membawa balita ke Posyandu
dengan nilai 3,75
b) Prioritas II : Pengetahuan ibu kurang tentang Posyandu, pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan balita dan pemantauan status gizi
balita dengan nilai 3,25
c) Prioritas III : Informasi yang didapat ibu kurang tentang Posyandu,
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan
pemantauan status gizi balita dengan nilai 3

Dari hasil perhitungan dengan MCUA, didapatkan faktor keaktifan


ibu kurang dalam membawa balita ke Posyandu merupakan penyebab
masalah rendahnya cakupan N/D yang diprioritaskan untuk Kelurahan
Tinjomoyo, Kota Semarang.

5.2 Prioritas Penyebab Masalah Gizi di Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat beberapa penyebab
utama rendahnya cakupan N/D di Kelurahan Tinjomoyo dilihat dari sisi
pelayanan kesehatan yaitu:

158
a) Keaktifan kader kurang dalam mempromosikan kegiatan Posyandu
Dari data yang diperoleh, kader Posyandu yang ada di
Kelurahan Tinjomoyo sudah aktif dalam hari pelaksanaan kegiatan
Posyandu namun untuk mempromosikan kegiatan Posyandu
khususnya kegiatan menimbang. Hal ini dapat berpengaruh pada
keaktifan ibu balita ke Posyandu dikarenakan kurangnya informasi
yang didapat dan kurangnya motivasi dari kader.
b) Tidak ada regenerasi kader
Berdasarkan data yang diperoleh, pada Posyandu Kelurahan
Tinjomoyo belum terdapat regenerasi kader, dimana tidak adanya
penerus dari kalangan muda yang justru memiliki banyak inovasi
dalam mengembangkan kegiatan yang ada di posyandu.
c) Keterampilan kader kurang
Selama ini pelayanan di Posyandu masih sebatas pelayanan 5
Meja dan belum ada inovasi baru untuk menarik minat ibu balita
untuk datang ke Posyandu setiap bulannya. Hal ini disebabkan dari
kader sendiri kurang terampil dalam membuat ataupun menggunakan
media sebagai bahan penyuluhan bagi ibu balita.

Berikut ini adalah MCUA Penyebab Rendahnya Cakupan N/D di


Pelayanan Kesehatan:

Tabel 3.64 MCUA Penyebab Rendahnya Cakupan N/D di


Pelayanan Kesehatan

Akar Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan N/D


Keaktifan kader
Tidak ada
Bobot kurang dalam Keterampilan
Kriteria regenerasi
(%) pemantauan berat kader kurang
kader
badan balita
Skor SxB Skor SxB Skor SxB
Besar penyebab
25 4 1 2 0,5 3 0,75
masalah
Seberapa penting
penyebab harus 25 4 1 2 0,5 3 0,75
ditangani
Dampak dari
25 3 0,75 2 0,5 3 0,75
penyebab masalah
Relevansi program 25 3 0,75 2 0,5 3 0,75
Jumlah SxB 3,5 2 3
Keterangan skor:
159
1 : Tidak Besar/ Tidak Penting / Tidak berdampak/ Tidak Relevan
2 : Kurang Besar/ Kurang Penting / Kurang berdampak/ Kurang Relevan
3 : Cukup Besar/ Cukup Penting / Cukup berdampak/ Cukup Relevan
4 : Sangat Besar/ Sangat Penting / Sangat berdampak/ Sangat Relevan

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka diperoleh urutan


penyebab rendahnya cakupan N/D, yaitu:
a) Prioritas I : Keaktifan kader kurang dalam mempromosikan kegiatan
Posyandu dengan nilai 3,5
b) Prioritas II : Keterampilan kader kurang dengan nilai 3
c) Prioritas III : Tidak adanya regenerasi kader Posyandu dengan nilai 2

Dari hasil perhitungan dengan MCUA, didapatkan faktor keaktifan


kader kurang dalam pemantauan berat badan balita merupakan
penyebab masalah rendahnya cakupan N/D yang diprioritaskan untuk
Kelurahan Tinjomoyo, Kota Semarang.

160
6. Menyusun Saran

161
7. Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi
6.1 Menyusun Saran Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi di
Masyarakat
a. How-How Diagram

Peningkatan
pengetahuan
ibu tentang
posyandu
dengan cara
penyuluhan

Revitalisasi
kinerja Dawis
Kurangnya Pelatihan dan
untuk penjaringan
Keaktifan Ibu Pembinaan untuk
Penimbangan
membawa meningkatan
Berat Badan dan
balita ke peran kader
mendorong
keaktifan ibu ke
posyandu

Pemberian
informasi
dengan media
kreatif (poster,
lefleat, dan
stiker)

Gambar 3.23 How-How Diagram Alternatif Penyebab Masalah

Berdasarkan prioritas penyebab masalah, didapat bahwa penyebab


kurangnya keaktifan ibu membawa balita ke posyandu, sehingga dapat
dilakukan beberapa intervensi, antara lain:
1) Peningkatan pengetahuan ibu tentang posyandu dengan cara
penyuluhan
Sebagian besar responden tidak mengetahui akan pentingnya
posyandu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya

162
pengetahuan ibu tersebut berpengaruh terhadap tindakan ibu untuk
menimbang balitanya di posyandu. Sehingga ibu tidak
memperhatikan akan tanda bahaya yang terjadi apabila pertumbuhan
dan perkembangan anak tidak terpantau.
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan terdiri dari beberapa sub
kegiatan didalamnya, diantaranya sosialisasi pentingnya posyandu
bagi balita, pembagian materi sosialisasi, pemberian stiker, dan
mengadakan pretest sebelum penyuluhan serta posttest setelah
penyuluhan dilaksanakan.
2) Revitalisasi kinerja dawis untuk penjaringan berat badan balita
Dawis dimaksudkan sebagai perorganisasian setiap 10 KK
(Kepala Keluarga) untuk mempermudah jalannya suatu program.
Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk
menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali suatu program
kegiatan.
Revitalisasi kinerja dawis dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan fungsi dan kinerja dawis yang dalam hal ini
mempunyai peranan penting dalam penjaringan berat badan balita.
untuk mempermudah berjalannya sistem penjaringan berat badan
balita, setiap dawis diberikan satu form penjaringan berat badan
balita dan mempunyai tanggung jawab untuk setiap balita yang
terdapat dalam 10 KK, kegiatan ini mempunyai tujuan untuk
pencatatan dan pelaporan berat badan balita yang tidak hanya
ditimbang di posyandu saja, melainkan di fasilitas kesehatan lainnya
seperti Rumah Sakit, atau Puskesmas dengan tujuan agar berat bdan
balita setiap bulannya dapat dipantau.
3) Pemberian informasi dengan media kreatif
Media dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan untuk memperlancar komunikasi dan
penyebarluasan informasi. Pemberian informasi dengan media kreatif
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya
membawa balita ke posyandu.
Media-media yang digunakan dalam penyampaian informasi
berupa stiker, leaflet, dan poster. Stiker diberikan kepada ibu balita

163
yang membawa balitanya ke posyandu dan juga diberikan saat
penyuluhan berlangsung. Leaflet diberikan saat penyuluhan
berlangsung, leaflet terdiri dari informasi seputar posyandu dan juga
terdapat info kesehatan. Poster diberikan pada setiap perwakilan
warga pada masing-masing RW, yang nantinya poster tersebut dapat
dijadikan sebagai peningat akan pentingnya membawa balita ke
posyandu.
4) Pelatihan dan Pembinaan untuk meningkatan peran kader
Para kader kesehatan yang bekerja membutuhkan pembinaan
atau pelatihan dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka.
Pelatihan bagi kader Posyandu merupakan salah satu upaya dalam
rangka meningkatkan kapasitas dan kemampuan kader Posyandu.
Adapun pembinaan kader posyandu bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan wawasan kader agar dapat melakukan kegiatan
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat

b. Kelayakan Penyelesaian Masalah (Force Field Analysis)


1) Revitalisasi kinerja Dawis (Dasa Wisma)
Tabel 3.65 FFA Revitalisasi kinerja Dawis (Dasa Wisma)
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
Revitalisasi kinerja Dawis (Dasa Wisma)

Dawis sudah tersedia


3 Kesediaan Dawis 4
di tiap RT
Waktu yang dimiliki Dana relatif
2 3
Dawis terjangkau
4 Keaktifan Dawis Mudah diaplikasikan 3
Tidak menyita banyak
waktu dalam 3
pelaksanaan
Dukungan dari tenaga
4
kesehatan
Dukungan dari Tokoh
4
Masyarakat
Dawis menjangkau
3
seluruh lingkup RT
9 Jumlah Jumlah 24

Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil yaitu revitalisasi kinerja Dawis
(Dasa Wisma). Faktor penghambat diperoleh 9 poin, yaitu :

164
a) Kesediaan Dawis
Sebagai seorang kader dawis perlu meluangkan waktu
yang tidak sedikit untuk melakukan tugasnya, sehingga
kesediaan dawis menjadi faktor penghambat untuk dilakukannya
revitalisasi kinerja dawis.
b) Waktu yang dimiliki Dawis
Adanya kader dawis yang mempunyai pekerjaan lain selain
menjadi seorang kader dawis. Tak jarang kader dawis lebih
mementingkan pekerjaannya dibandingkan menjadi kader dawis,
sehingga dapat mempengaruhi revitalisasi kinerja dawis kurang
optimal.
c) Keaktifan Dawis
Kesibukan masing-masing dawis membuat minimnya
antusias dawis. Hal ini menjadikan partisipan rendah, sehingga
dapat menghambat tujuan dari diadakannya revitalisasi kinerja
dawis.

Dari faktor pendorong untuk alternatif yang disarankan


diperoleh 24 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan dalam pemilihan alternatif solusi, yaitu :
a) Dawis sudah tersedia di tiap RT
Pada setiap RT sudah tersedia dawis sebagai kelompok
terkecil dari PKK yang membawahi 10 KK (Kepala Keluarga).
b) Dana relatif terjangkau
Dana yang dibutuhkan untuk penjaringan berat badan
balita relatif terjangkau karena dalam pelaksanaannya hanya
membutuhkan form untuk pencatatan berat badan balita yang
terbuat dari kertas.
c) Mudah diaplikasikan
Sistem penjaringan berat badan balita ini mudah
diaplikasikan karena hanya mencatat berat badan balita yang
masuk kedalam lingkup dawisnya. Apabila dalam lingkup
dawisnya hanya terdapat 5 balita maka dawis hanya mencatat
berat badan dari 5 balita itu saja.

165
d) Tidak menyita banyak waktu dalam pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, balita melakukan penimbangan
setiap satu bulan sekali sehingga dalam pencatatannya juga
hanya dilakukan setiap satu bulan sekali.
e) Dukungan dari tenaga kesehatan
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tenaga
kesehatan setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tenaga kesehatan setempat.
f) Dukungan dari tokoh masyarakat
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tokoh masyarakat setempat.
g) Dawis menjangkau seluruh lingkup RT
Dawis merupakan kelompok terkecil dari PKK. Dalam
setiap RT terdapat beberapa dawis tergantung dari jumlah
kepala keluarga yang ada dalam satu RT tersebut sehingga
keberadaan dawis menjangkau seluruh lingkup RT.
2) Peningkatan pengetahuan ibu tentang posyandu dengan cara
penyuluhan
Tabel 3.66 FFA Peningkatan pengetahuan ibu tentang posyandu
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
Peningkatan pengetahuan

Kurangnya partisipasi Dapat dilakukan secara


ibu tentang posyandu

4 3
ibu lisan
Waktu yang dimiliki ibu Dukungan dari tenaga
4 2
kurang kesehatan
Persepsi ibu terhadap
3 pentingnya Posyandu Dukungan kader 2
bagi balita kurang baik
Dukungan tokoh
2
masyarakat
11 Jumlah Jumlah 9

Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa faktor


penghambat diperoleh 11 poin, yaitu :

166
a) Kurangnya partisipasi ibu
Kurangnya partisipasi ibu dalam ikut memajukan kegiatan
yang ada di posyandu, contohnya dalam hal menimbang balita
ke posyandu.
b) Waktu yang dimiliki ibu kurang
Adanya kesibukan ibu untuk berkunjung ke posyandu
karena beberapa ibu balita memiliki pekerjaan.
c) Persepsi ibu terhadap pentingnya Posyandu bagi balita kurang
baik
Dalam hal ini, masih ada beberapa ibu balita yang lebih
memilih untuk menimbangkan balitanya ke fasilitas kesehatan
lain seperti Rumah Sakit atau Puskesmas daripada ke
Posyandu.

Dari faktor pendorong untuk alternatif yang disarankan


diperoleh 9 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan dalam pemilihan alternatif solusi, yaitu :
a) Dapat dilakukan secara lisan
Penyuluhan tentang posyandu dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan ibu dapat dilakukan secara lisan
oleh mahasiswa pemberi materi. Penyuluhan dapat dilakukan di
balai Kelurahan Tinjomoyo.
b) Dukungan dari tenaga kesehatan
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tenaga
kesehatan setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tenaga kesehatan setempat.
c) Dukungan kader
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari kader
setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih mudah
diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan dukungan
dari kader setempat.
d) Dukungan tokoh masyarakat

167
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tokoh masyarakat setempat.

3) Peningkatan peran kader


Tabel 3.67 FFA Peningkatan peran kader
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
Program kesehatan

Peningkatan peran kader


Kesibukan masyarakat
4 terlaksana dengan 4
setempat
adanya bantuan kader
Tidak ada biaya Dukungan tokoh
3 2
operasional masyarakat
Membutuhkan banyak Dukungan tenaga
4 2
waktu kesehatan
Dibutuhkannya reward
Antusias dan
2 sebagai motivasi 3
kepedulian kader
keaktifan kader
13 Jumlah Jumlah 11

Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa faktor


penghambat diperoleh 13 poin, yaitu :
a) Kesibukan masyarakat setempat
Sebagai seorang kader perlu meluangkan waktu yang tidak
sedikit untuk melakukan tugasnya, sehingga kesibukan
masyarakat menjadi faktor penghambat untuk dilakukannya
penambahan kader.
b) Tidak ada biaya operasional
Minimnya biaya operasional membuat sebagian
masyarakat enggan menjadi kader.
c) Membutuhkan banyak waktu
Adanya beberapa kader yang mempunyai pekerjaan lain
disamping menjadi seorang kader sehingga menjadi hambatan
dalam peningkatan peran kader.
d) Dibutuhkan reward sebagai motivasi keaktifan kader
Dengan diberikan reward dapat meningkatkan kinerja
kader dalam melakukan tugasnya.

168
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang disarankan
diperoleh 11 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan dalam pemilihan alternatif solusi, yaitu :
a) Program kesehatan terlaksana dengan adanya bantuan kader
Dengan adanya kader, secara langsung dan tidak langsung
dapat membantu terlaksananya program kesehatan. Karena
kader dapat turun tangan secara langsung kepada masyarakat,
sehingga jika ada kendala di lapangan dapat dilaporkan pada
tingkat lebih tinggi dan masalah dapat dengan cepat
terselesaikan.
b) Dukungan tokoh masyarakat
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tokoh masyarakat setempat.
c) Dukungan tenaga kesehatan
Diadakannya penyuluhan mendapat dukungan dari tenaga
kesehatan setempat. Sehingga dengan demikian dapat lebih
mudah diterima oleh masyarakat sasaran dengan bantuan
dukungan dari tenaga kesehatan setempat.
d) Antusias dan kepedulian kader
Di setiap posyandu memiliki kader yang mempunyai
antusias dan kepedulian yang tinggi dalam hal memajukan
program posyandu.

4) Pemberian informasi dengan media kreatif


Tabel 3.68 FFA Pemberian informasi dengan media kreatif
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
dengan media kreatif
Pemberian informasi

4 Keterbatasan dana Mudah dipahami 3


Perbedaan persepsi
Dapat diaplikasikan
2 tentang informasi yang 3
secara langsung
didapat
Memerlukan persiapan Meningkatkan
3 4
yang matang ketertarikan ibu
Memerlukan waktu
4 yang banyak untuk
persiapan dan

169
pelaksanaan kegiatan
Memerlukan ide yang
3
kreatif
16 Jumlah Jumlah 10

Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa faktor


penghambat diperoleh 16 poin, yaitu :
a) Keterbatasan dana
Pencetakan informasi menggunakan media kreatif dalam
jumlah banyak membutuhkan dana yang banyak pula.
b) Perbedaan persepsi tentang informasi yang didapat
Pemberian informasi dapat menimbulkan persepsi yang
berbeda-beda karena tidak semua ibu dapat memiliki
pemahaman yang sama ketika menerima informasi.
c) Memerlukan persiapan yang matang
Pemberian informasi dengan media membutuhkan
persiapan yang matang seperti merancang media yang akan
digunakan, menentukan materi yang akan disampaikan dan
teknik pemberian informasinya.
d) Memerlukan waktu yang banyak untuk persiapan dan
pelaksanaan kegiatan
Pemberian informasi dengan media tentu saja
membutuhkan waktu yang banyak dalam proses pengembangan
ide maupun proses pencetakan.
e) Memerlukan ide yang kreatif
Pemberian informasi membutuhkan ide-ide yang kreatif
yang dapat membuat masyarakat tertarik.
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang disarankan
diperoleh 10 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan dalam pemilihan alternatif solusi, yaitu :
a) Mudah dipahami
Penggunaan kata-kata yang singkat dan tidak terlalu
panjang menjadikan ibu dapat memahami informasi dengan
mudah.
b) Dapat diaplikasikan secara langsung

170
Pemberian informasi dengan media kreatif dapat langsung
ditujukan kepada sasaran tanpa adanya perantara.
c) Meningkatkan ketertarikan ibu
Penggunaaan gambar-gambar menarik yang terdapat
dalam media tersebut dapat meningkatkan ketertarikan ibu.
Berdasarkan Force Field Analysis tersebut, dilihat dari faktor
penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah
revitalisasi kinerja Dawis untuk penjaringan Penimbangan Berat Badan
dan mendorong keaktifan ibu ke posyandu.

6.2 Menyusun Saran Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi di


Pelayanan Kesehatan
a. How-How Diagram

Keaktifan
Kader
Kurang
dalam
pemantauan
berat badan
Pelatihan dan balita
Sistem
Pembinaan penjaringan
untuk berat badan
meningkatan balita
peran kader
Penghargaan
bagi kader
yang aktif

Gambar 3.24 How- How Diagram Alternatif Solusi Penyelesaian


Masalah
Berdasarkan prioritas penyebab masalah, didapat bahwa penyebab
rendahnya cakupan N/D adalah kurangnya keaktifan kader dalam
mempromosikan kegiatan Posyandu, sehingga dapat dilakukan beberapa
intervensi antara lain:

171
1) Pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan peran kader
Pelatihan dan pembinaan diberikan kepada kader secara rutin.
Dengan adanya pelatihan dan pembinaan tersebut, kader yang
sudah memiliki keahlian dapat mengetahui perannya sebagai kader
dalam meningkatkan angka kunjungan ibu balita ke posyandu
sehingga meningkatkan angka cakupan N/D. Sehingga pertumbuhan
dan perkembangan balita dapat terpantau setiap bulannya.
2) Penghargaan bagi kader yang aktif
Dengan adanya pemberian penghargaan kepada kader yang
dinilai sudah aktif dalam meningkatkan keaktifan ibu membawa balita
ke posyandu, maka kader yang ada akan merasa termotivasi untuk
menjadi yang terbaik dalam memberikan pelayanan sebagai kader di
Posyandu.
3) Monitoring dan Evaluasi Sistem penjaringan berat badan
Dengan adanya Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan maka
keberlangsungan sistem penjaringan berat badan balita yang
dilakukan oleh kader dan dawis dapat selalu terpantau. Dengan
adanya sistem penjaringan berat badan ini maka setiap ibu akan
didampingi langsung oleh kader dan dawis sehingga memilki peluang
untuk memberikan motivasi kepada ibu balita untuk menimbang dan
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita di Posyandu.

How-How Diagram yang sudah dirancang selanjutnya dilakukan


fasilitasi. How-How Diagram berfungsi untuk memberikan atau
mengusulkan beberapa alternatif solusi yang memungkinkan untuk
dilakukan. Fasilitasi ini dilakukan bersama dengan pihak terkait. Pihak-
pihak yang terkait dalam fasilitasi ini adalah Kepala Puskesmas Ngesrep
dan Pemegang Program Gizi Puskesmas Ngesrep. Setelah memaparkan
beberapa alternatif solusi, selanjutnya dilakukan Tanya jawab mengenai
kelayakan solusi yang mungkin akan dilaksanakan sebagai bahan
intervensi.

b. Kelayakan Penyelesaian Masalah (Force Field Analysis)


1) Pelatihan dan Pembinaan untuk meningkatan peran kader

172
Tabel 3.69 FFA Pelatihan dan Pembinaan untuk
meningkatkan peran kader
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor

meningkatkan peran
4 Ketersediaan Dana

Pembinaan untuk
Dukungan kader 4

Pelatihan dan
Ketersediaan Waktu Dukungan dari
3 3
dari Pihak Puskesmas kelurahan

kader
Ketersediaan tenaga
3 pemberi pelatihan dan Nilai Kebermanfaatan 4
pembinaan
Teknis Pelaksanaan 2
10 Jumlah Jumlah 13

Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil yaitu pelatihan dan pembinaan
untuk meningkatkan peran kader. Faktor penghambat diperoleh 10
poin, yaitu:
a) Ketersediaan dana
Ketersediaan dana sangat berpengaruh pada pelaksanaan
pelatihan dan pembinaan kader yang akan dilakukan secara
rutin. Dengan dana yang minim, maka pelaksanaan pelatihan
dan pembinaan tidak dapat dilakukan secara maksimal.
b) Ketersediaan waktu dari pihak Puskesmas
Waktu yang dimiliki oleh pihak Puskesmas sangat
berpengaruh pada pelaksanaan pelatihan dan pembinaan kader
secara rutin. Dengan tugas dan kegiatan yang banyak dari pihak
Puskesmas menyebabkan waktu yang dimiliki untuk
mengadakan kegiatan bagi kader menjadi kurang .
c) Ketersediaan tenaga pemberi pelatihan dan pembinaan
Ketersediaan tenaga pemberi materi pelatihan dan
pembinaan sangat berpengaruh pada pelaksanaan pelatihan
dan pembinaan kader yang akan dilakukan secara rutin. Dengan
tenaga yang minim, maka pelaksanaan pelatihan dan pembinaan
tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Dari faktor pendorong untuk alternatif solusi yang disarankan


diperoleh 13 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
digunakan sebagi bahan pertimbangan bagi pelaksaannya yaitu :

173
a) Dukungan kader
Diadakannya pelatihan dan pembinaan ini mendapat
dukungan dari kader dan mereka antusias dengan adanya
kegiatan pelatihan dan pembinaan yang diberikam untuk
meningkatkan pelayanannya di Posyandu. Sehingga dengan
demikian dapat lebih mudah diterima oleh kader sebagai objek
sasaran.
b) Dukungan dari Kelurahan
Kegiatan pelatihan dan pembinaan bagi kader Posyandu ini
juga mendapat dukungan dari pihak Kelurahan karena dinilai
sangat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan di Posyandu.
Sehingga untuk pelaksanaannya dapat lebih mudah diterima
oleh kader dikarenakan adanya dukungan yang diperoleh dari
Kelurahan.
c) Nilai kebermanfaatan
Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan sangat
bermanfaat dalam peningkatan pengetahuan dan peran kader
dalam memaksimalkan pelayanan pada Posyandu.
d) Teknis pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan kader yang
dilakukan secara rutin sangat mudah untuk dilakukan
dikarenakan materi yang sama dan dengan kader sasaran
yang sama.
2) Penghargaan bagi kader yang aktif
Tabel 3.70 FFA Penghargaan bagi kader yang aktif
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
4 Ketersediaan dana Nilai kebermanfaatan 3
Penghargaan bagi
kader yang aktif

Waktu untuk melakukan


4 monitoring dan evaluasi Dukungan kader 4
kinerja kader
Ketersediaan indikator Program kesehatan di
3 3
penilaian posyandu terlaksana
Pelaksana monev
3
kinerja kader
14 Jumlah Jumlah 10

174
Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil yaitu pelatihan dan pembinaan
untuk meningkatkan peran kader. Faktor penghambat diperoleh 10
poin, yaitu:
a) Ketersediaan dana
Ketersediaan dana sangat berpengaruh pada pemberian
penghargaan bagi kader yang aktif. Dana dibutuhkan dalam
pemberian penghargaan tersebut secara material. Dengan dana
yang minim, maka pemberian penghargaan bagi kader yang aktif
tidak dapat dilakukan secara maksimal dikarenakan terdapat 8
Posyandu yang ada diwilayah Kelurahan Tinjomoyo.
b) Waktu untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader
Waktu yang dimiliki oleh pihak Puskesmas evaluasi kinerja
kader dalam memberikan penghargaan. Dengan waktu yang
sedikit maka penilaian kinerja kader tidak dapat dilakukan secara
maksimal.
c) Ketersediaan indikator penilaian
Indikator penilaian merupakan alat yang sangat penting
dalam menilai kinerja kader untuk memberikan penghargaan.
Namun dalam penyusunan indicator ini memerlukan waktu yang
banyak dan dalam penilaiannya dibutuhkan ketelitian.
d) Pelaksana monitoring dan evaluasi kinerja kader
Untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader
yang ada pada kegiatan posyandu tiap bulannya diperlukan
tenaga pelaksana yang terampil dan teliti dalam melakukan
penilaian tersebut.

Dari faktor pendorong untuk alternatif solusi yang disarankan


diperoleh 13 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
digunakan sebagi bahan pertimbangan bagi pelaksaannya yaitu :
a) Dukungan kader
Diadakannya pelatihan dan pembinaan ini mendapat
dukungan dari kader dan mereka antusias dengan adanya
kegiatan pelatihan dan pembinaan yang diberikam untuk

175
meningkatkan pelayanannya di Posyandu. Sehingga dengan
demikian dapat lebih mudah diterima oleh kader sebagai objek
sasaran.
b) Dukungan dari Kelurahan
Kegiatan pelatihan dan pembinaan bagi kader Posyandu ini
juga mendapat dukungan dari pihak Kelurahan karena dinilai
sangat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan di Posyandu.
Sehingga untuk pelaksanaannya dapat lebih mudah diterima
oleh kader dikarenakan adanya dukungan yang diperoleh dari
Kelurahan.
c) Nilai kebermanfaatan
Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan sangat
bermanfaat dalam peningkatan pengetahuan dan peran kader
dalam memaksimalkan pelayanan pada Posyandu.
d) Teknis pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan kader yang
dilakukan secara rutin sangat mudah untuk dilakukan
dikarenakan materi yang sama dan dengan kader sasaran yang
sama.

3) Monitoring dan Evaluasi Sistem penjaringan berat badan balita


Tabel 3.71 FFA Monitoring dan Evaluasi Sistem penjaringan
berat badan balita
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor
Sistem penjaringan berat
Monitoring dan Evaluasi

4 Waktu untuk monitoring Program kesehatan di


4
dan evaluasi posyandu terlaksana
badan balita

3 Indikator kegiatan Dukungan tokoh


2
masyarakat
3 Pelaksana monitoring
Dukungan kader 3
dan evaluasi kegiatan
Nilai kebermanfatan 4
Dukungan dawis 3
10 Jumlah Jumlah 16

Dari Force Field Analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil yaitu Monitoring dan Evaluasi

176
Sistem Penjaringan Berat Badan Balita. Faktor penghambat diperoleh
10 poin, yaitu:
a) Waktu untuk melakukan monitoring dan evaluasi
Waktu yang dimiliki oleh pihak Puskesmas untuk
melakukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan
sistem penjaringan berat badan. Dengan waktu yang sedikit
maka pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini tidak dapat
dilakukan secara maksimal.
b) Indikator kegiatan
Indikator kegiatan merupakan alat yang sangat penting
dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan
berat badan balita. Namun dalam penyusunan indikator kegiatan
ini memerlukan waktu yang banyak untuk menyesuaikan
indikator yang diharapkan dengan fakta yang terlaksana di
lapangan dan juga dibutuhkan ketelitian.
c) Pelaksana monitoring dan evaluasi kegiatan
Untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan yang
ada pada kegiatan posyandu tiap bulannya diperlukan tenaga
pelaksana yang terampil dan teliti dalam melakukan monev
tersebut.

Dari faktor pendorong untuk alternatif solusi yang disarankan


diperoleh 16 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
digunakan sebagi bahan pertimbangan bagi pelaksaannya yaitu :
a) Program kesehatan di posyandu terlaksana
Dengan adanya kegiatan monitoring dan evaluasi ini maka
program penjaringan berat badan balita yang ada di wilayah
kerja Posyandu dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan
monitoring dan evaluasi yang rutin dilakukan akan mendorong
kelancaran dalam pelaksaaan kegiatan
b) Dukungan tokoh masyarakat
Kegiatan monitoring dan evaluasi penjaringan berat badan
balita mendapat dukungan dari tokoh masyarakat karena dinilai
sangat bermanfaat bagi peningkatan kegiatan pemantauan

177
pertumbuhan dan perkembangan balita di wilayah Kelurahan
Tinjomoyo.
c) Dukungan Kader
Diadakannya Kegiatan monitoring dan evaluasi penjaringan
berat badan balita mendapat dukungan dari kader dan mereka
antusias dengan adanya kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pelayanannya di Posyandu khususnya dalam
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
d) Nilai Kebermanfaatan
Kegiatan monitoring dan evaluasi sangat bermanfaat untuk
menilai sejauhmana kegiatan ini berhasil dicapai dan juga untuk
menemukan dan memecahkan hambatan yang ditemui dalam
pelaksanaannya di lapangan.

e) Dukungan dawis
Adanya kegiatan monev ini mendapat dukungan dari dawis
sebagai pelaksana kegiatandi lapangan bersama dengan kader
posyandu. Kegiatan ini dapat membantu dawis dalam
memaksimalkan pelaksanaan kegatan penjaringan berat badan
balita dan melihat sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai
dari kegiatan yang sudah dilakukan.
Berdasarkan Force Field Analysis tersebut, dilihat dari
faktor penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang
diambil adalah melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan
sistem penjaringan berat badan balita. Dengan sub kegiatan
yaitu pembuatan proposal kepada pihak puskesmas dan
melakukan kegiatan advokasi untuk pelaksanaannya

178
7. Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA)
7.1 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Masyarakat
Tabel 3.72 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Masyarakat

Vol. Dana dan Penanggung


No Program Sasaran Kegiatan Indikator Kegiatan Waktu
Kegiatan Sumbernya Jawab
1. Revitalisasi 1. Lurah 1. Koordinasi internal 1 kali Rp 185.000,- 1. Adanya Herpina, Minggu ke
kinerja Dawis Tinjomoyo untuk menentukan Dari Fakultas kesepakatan untuk Zaedatul 2 bulan
Kelurahan 2. PKK konsep bersama-sama November
Tinjomoyo Kelurahan Optimalisasi berperan dalam
Tinjomoyo Kinerja Dawis peningkatan
3. Dawis (Dasa 2. Koordinasi keaktifan ibu ke
Wisma) eksternal dengan posyandu dan
Kelurahan stakeholder untuk mendukung
Tinjomoyo mengurus penjaringan berat
perizinan tempat badan balita
3. Advokasi pada 2. Adanya umpan
perangkat balik dari pihak
kelurahan untuk terkait dalam
mendapatkan pelaksanaan
dukungan peningkatan kerja
4. Fasilitasi dengan Dawis
pihak Dawis untuk 3. Setiap 1 kader
berdiskusi dalam Dawis menjadi
rencana pendamping bagi
pelaksanaan balita dari 10 KK
Revitalisasi Kinerja yang dibawahinya
Dawis 4. Setiap dawis RW
5. Pembuatan materi 8 mendapatkan

179
Revitalisasi Kinerja Form penjaingan
Dawis berat badan balita
6. Pembuatan Form dan keaktifan ibu
Penjaringan berat ke posyandu
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu
7. Persiapan bahan,
alat, tempat,
personil, logistik
8. Pelaksanaan
Revitalisasi Kinerja
Dawis
9. Pembagian Form
penjaringan berat
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu kepada
kader dawis
10. Pembuatan
laporan
2. Sosialisasi 1. Kader Dawi 1. Pembuatan konsep 1 kali Rp 165.000,- 1. Peningkatan Fina, Elvia Minggu ke
pentingnya 2. Kader sosialisasi Dari Fakultas pengetahuan bagi 2 bulan
Posyandu bagi Posyandu 2. Persiapan bahan kader dawis, kader November
Balita 3. Ibu yang dan materi posyandu dan ibu
mempunyai pentingnya balita tentang
balita Posyandu bagi pentingnya
balita Posyandu bagi
3. Pemberian balita >50%
informasi terkait 2. Kehadiran peserta
pentingnya sosialisasi >70 %
Posyandu serta
penimbangan berat
180
badan baita secara
rutin
4. Pembuatan laporan
3. Pembuatan 1. 8 RW yang 1. Koordinasi untuk 1 kali Rp 32.000,- 1. Semua RW yang Fina Minggu ke
poster dengan ada di mencari materi Dari Fakultas ada di Kelurahan 2 bulan
tema Ayo Kelurahan yang akan Tinjomoyo November
timbang balita Tinjomoyo digunakan pada mendapatkan
di Posyandu poster masing-masing 1
2. Kantor 2. Pembuatan desain poster sebagai
Kelurahan poster yang akan media informasi
Tinjomoyo digunakan untuk menimbang
3. Mencetak poster balita di Posyandu
4. Pemberian poster 2. Kantor Kelurahan
pada setiap ketua Tinjomoyo
RW kelurahan mendapatkan 1
Tinjomoyo buah poster untuk
5. Pemberian poster ditempelkan di
kepada pihak papan informasi
Kelurahan kelurahan sebagai
6. Pembuatan laporan media informasi
agar ibu yang
memiliki balita
menimbang
balitanya setiap
bulan di Posyandu

4 Pembuatan Ibu yang 1. Koordinasi untuk 1 kali Rp 40.000,- Semua ibu balita yang Elvia Minggu ke
stiker dengan mempunyai mencari materi Dari Fakultas datang ke Posyandu 2 bulan
tema Ayo balita yang akan RW 02 dan RW 08 November
timbang Balita digunakan pada mendapatkan masing-
Ke Posyandu stiker masing 1 stiker
2. Pembuatan desain sebagai pengingat
stiker untuk tetap datang ke
181
3. Mencetak stiker Posyandu tiap
4. Pemberian stiker bulannya
pada ibu balita
5. Pembuatan laporan
5 Pembuatan 1. Dawis 1. Koordinasi untuk 1 kali Rp 140.000,- 1. Semua kader Herpina, Minggu ke
leaflet dengan Kelurahan mencari materi Dari Fakultas dawis Zaedatul 2 bulan
tema Manfaat Tinjomoyo yang akan mendapatkan 1 November
Menimbang 2. Kader digunakan pada leaflet sebagai
Balita di Posyandu leaflet media informasi
Posyandu tiap RW 2. Pembuatan desain manfaat
leaflet menimbang balita
3. Mencetak leaflet di Posyandu
4. Pemberian leaflet 2. Semua kader
pada dawis Posyandu dari
perwakilan tiap
RW mendapatkan
1 leaflet sebagai
media informasi
manfaat
menimbang balita
di Posyandu

182
7.2 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.73 Penyusunan Rencana Kegiatan (Plan of Action/PoA) di Pelayanan Kesehatan

Vol. Dana dan Penanggung


No Program Sasaran Kegiatan Indikator Kegiatan Waktu
Kegiatan Sumbernya Jawab
1. Advokasi Kepala 1. Pembuatan 1 kali Rp 235.000,00 Adanya Herpina Minggu ke
Kegiatan Puskesmas konsep advokasi Fakultas kesepakatan 2 bulan
Monitoring dan kegiatan internal kelompok November
Evaluasi monitoring dan mengenai konsep
Sistem evaluasi Sistem advokasi kegiatan
Penjaringan Penjaringan Berat monitoring dan
Berat Badan Badan Balita di evaluasi Sistem
Balita di Posyandu Penjaringan Berat
Posyandu Badan Balita di
Posyandu

2. Pembuatan 1 kali Proposal sudah Elvia


proposal advokasi selesai 100 %
ke puskesmas
3. Pembuatan pakta 1 kali Pembuatan Pakta Elvia
integritas untuk integritas selesai
pelaksanaan 100 %
monitoring dan
evaluasi Sistem
Penjaringan Berat
Badan Balita di
Posyandu

183
4. Pencetakan contoh 1 kali Contoh poster, Fina
poster, stiker, dan stiker, dan leaflet
leaflet yang akan sudah tercetak
diberikan ke untuk dibawa saat
masyarakat Advokasi
Kelurahan
Tinjomoyo

5. Koordinasi dengan 1 kali Adanya Zaedatul


pihak kepala kesepakatan jadwal
puskesmas untuk untuk advokasi
jadwal advokasi dengan pihak
puskesmas
6. Pengadvokasian 1 kali 1. Advokasi Fina
kegiatan monitoring terlaksana dengan
dan evaluasi Sistem baik
Penjaringan Berat 2. Adanya
Badan Balita di penandatangan
Posyandu pakta integritas
pelaksanaan
monitoring dan
evaluasi Sistem
Penjaringan Berat
Badan Balita di
Posyandu oleh
kepala puskesmas

184
8. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
8.1 Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi di Masyarakat
a) Revitalisasi kinerja Dawis Kelurahan Tinjomoyo
Revitalisai kinerja Dawis Kelurahan Tinjomoyo dilaksanakan
pada hari Selasa, 8 November 2016 kegiatan dimulai pada pukul
15.30 18.00. jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini
merupakan ibu lurah Tinjomoyo, Ibu kader Dawis dari 46 RT yang
ada di Kelurahan Tinjomoyo dan perwakilan kader Posyandu
sebanyak 8 orang. Kegiatan ini diawali dengan pembagian soal
pre tes untuk mengetahui sejauhmana pemahaman ibu tentang
kinerja Dawis yang sebenarnya dan tentang Posyandu.
Selanjutnya dilakukan pemaparan materi tentang tugas dan fungsi
dawis dalam mendukung pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita, dilanjutkan dengan adanya sosialisasi
tentang pentingnya menimbang balita di Posyandu tiap bulannya.
Setelah semua materi diberikan maka selanjutnya dilakukan
diskusi untuk memberikan pemahaman tentang revitalisasi kinerja
dawis dalam pendampingan ibu balita dalam 10 KK yang
dibawahinya. Respon peserta yang hadir sangat antusias, terlihat
dari partisipasi peserta dalam menyampaikan saran, aktif dalam
Tanya Jawab, dan dilihat dari meningkatnya jumlah skor post test
yang diperoleh setelah kegiatan berlangsung. Dana kegiatan yang
diperlukan untuk kegiatan revitalisasi ini sebanyak Rp 185.000,-
b) Sosialisasi pentingnya Posyandu bagi Balita
Kegiatan sosialisasi pentingnya Posyandu bagi Balita
dengan sasaran kader dawisdan kader Posyandu dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan revitalisasi kinerja dawis di
Kelurahan Tinjomoyo pada hari Selasa, 8 November 2016.
Sedangkan kegiatan sosialisasi dengan sasaran ibu yang memiliki
balita dilakukan pada saat kegiatan posyandu di RW 02 dan RW
08 Kelurahan Tinjomoyo. Jumlah peserta pada sosialisasi ini yaitu
semua kader dawis dan kader posyandu yang hadir pada saat
kegiatan revitalisasi kinerja dawis Kelurahan Tinjomoyo dan juga
semua ibu balita yang hadir pada kegiatan Posyandu. Respon ibu-

185
ibu yang menjadi peserta sosialisasi ini sangat antusias dilihat dari
pastisipasi ibu dalam kegiatan Tanya jawab. Dana yang diperlukan
dalam kegiatan ini adalah sebanyak Rp 165.000,-
c) Poster dengan tema Ayo timbang balita di Posyandu
Pemberian poster Posyandu ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 8 November 2016 bertempat di balai Kelurahan Tinjomoyo
bersamaan dengan kegiatan Revitalisasi kinerja Dawis Kelurahan
Tinjomoyo. Penerima Poster ini yaitu perwakilan kader Posyandu
dari tiap RW dan 1 poster untuk Kelurahan. Poster ini berisi
informasi tentang kegiatan Posyandu, manfaat menimbang balita
rutin tiap bulan di Posyandu, dan ajakan untuk menimbang balita
di Posyandu tiap bulan. Respon kader terkait pemberian poster ini
tergolong baik mengingat tugas kader untuk memberikan informasi
dan motivasi bagi ibu untuk membawa balitanya ke Posyandu.
Dana yang diperlukan dalam pembuatan poster ini adalah
sebanyak Rp 32.000,
d) Stiker dengan tema Ayo timbang Balita Ke Posyandu
Pemberian stiker Posyandu ini dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan Posyandu di RW 02 pada hari Selasa, 8
November 2016 dan di RW 08 pada hari Rabu, 9 November 2016.
Penerima stiker ini yaitu semua ibu balita yang hadir dalam
kegiatan Posyandu. Stiker ini berisi motivasi agar ibu balita rutin
membawa balita ke Posyandu tiap bulannya. Respon ibu balita
terkait pemberian poster ini tergolong baik mengingat desain yang
dibuat dalam stiker sangat menarik. Dana yang diperlukan dalam
pembuatan stiker ini adalah sebanyak Rp 40.000,-
e) Leaflet dengan tema Manfaat Menimbang Balita di Posyandu
Pemberian leaflet Posyandu ini dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan revitalisasi kinerja dawis Kelurahan Tinjomoyo
bertempat di balai kelurahan. Penerima leaflet ini yaitu semua
kader Dawis dari 46 RT yang ada di kelurahan Tinjomoyo dan
kader Posyandu dari tiap RW. Leaflet ini berisi informasi tentang
posyandu, manfaat menimbang di Posyandu, informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan balita, dan informasi tentang

186
kesehatanbalita. Pemberian informasi ini bertujuan untuk motivasi
agar ibu balita rutin membawa balita ke Posyandu tiap bulannya.
Dana yang diperlukan dalam pembuatan leaflet ini adalah
sebanyak Rp 140.000,-

8.2 Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi di Pelayanan


Kesehatan
a) Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
Setelah membuat PoA (Plan of Action), maka langkah
selanjutnya adalah persiapan dan pelaksanaan kegiatan
intervensi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu mahasiswa bersama
stakeholder terkait dapat mengidentifikasi kebutuhan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan intervensi penyelesaian
masalah gizi. Persiapan intervensi dilaksanakan sebelum
pelaksanaan kegiatan intervensi.
1) Waktu dan tempat
Penyelenggaraan advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi
sistem penjaringan berat badan balita di posyandu akan
dilaksanakan pada :
Waktu : Sabtu, 5 November 2016
Pukul : 12.30 WIB
Tempat : Puskesmas Ngesrep
2) Sasaran
Sasaran advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi sistem
penjaringan berat badan balita di posyandu adalah Kepala
Puskesmas Ngesrep.
3) Alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam advokasi
kegiatan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat
badan balita di posyandu, adalah sebagai berikut :
- Proposal kegiatan monitoring dan evaluasi sistem
penjaringan berat badan balita di posyandu
- Lembar pakta integritas
- Contoh desain poster, stiker, dan leaflet

187
Tabel 3.74 Matriks Persiapan Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Pihak
Kegiatan Sasaran Target Kebutuhan Metode Deskripsi Metode
terkait
1. Pembuatan Kepala 100% 1. Laptop Mahasiswa Diskusi Mahasiswa membuat kesepakatan
konsep advokasi Puskesmas 2. Pedoman dengan saling bertukar pikiran untuk
kegiatan teknik menentukan konsep advokasi yang
monitoring dan advokasi dilakukan kepada kepala puskesmas
evaluasi Sistem
Penjaringan
Berat Badan
Balita di
Posyandu

2. Pembuatan Kepala 100% 1. Laptop Mahasiswa Diskusi Mahasiswa membahas dan


proposal Puskesmas 2. Aplikasi menyepakai konten yang akan
advokasi ke Corel dimasukkan ke dalam proposal
puskesmas Draw
3. Printer
3. Pembuatan Kepala 100% 1. Laptop Mahasiswa Diskusi Mahasiswa membahas dan
pakta integritas Puskesmas 2. Printer menyepakai konten yang akan
untuk dimasukkan ke dalam pakta integritas
pelaksanaan untuk pihak puskesmas
monitoring dan
evaluasi Sistem
Penjaringan
Berat Badan
Balita di
Posyandu
4. Pencetakan Kepala 100% 1. Softfile Mahasiswa Pengamatan Pengamatan pencetakan contoh poster,
contoh poster, Puskesmas poster, progress stiker dan leaflet dllakukan untuk
188
stiker, dan stiker, memantau sejauh mana
leaflet yang dan perkembangannya dan hasil sesuai
akan diberikan leaflet dengan yang diharapkan.
ke masyarakat 2. Aplikasi
Kelurahan Corel
Tinjomoyo Draw
5. Koordinasi Kepala 100% 1. Notebook Mahasiswa Diskusi Mahasiswa dan kepala puskesmas
dengan pihak Puskesmas 2. Ballpoint menentukan dan menyepakati jadwal
kepala diadakannya advokasi
puskesmas
untuk jadwal
advokasi
6. Pengadvokasian Kepala 100% 1. Pakta Mahasiswa Advokasi Mahasiswa mengajukan usulan adanya
kegiatan Puskesmas integritas monitoring dan evaluasi untuk sistem
monitoring dan 2. Proposal penjaringan berat badan balita di
evaluasi Sistem 3. Contoh posyandu agar disetujui oleh kepala
Penjaringan poster, puskesmas
Berat Badan stiker
Balita di dan
Posyandu leaflet

189
9. Monitoring Kegiatan Intervensi

9.1 Monitoring Kegiatan Intervensi di Masyarakat


Tabel 3.75 Monitoring Kegiatan Intervensi di Masyarakat

Keterangan dan
Ketersediaan Hambatan/ Sumber Metode/Cara
No Program Tahapan Kegiatan Waktu PJ Upaya
Sumber Daya Kemajuan Data Monitor
Perbaikan
1. Revitalisasi 1. Koordinasi internal - Panitia inti Kurangnya Daftar Lihat check list Dimulai Kelo Membuat forum
kinerja untuk menentukan - Tempat, koordinasi logistik dari H- mpo diskusi dengan
Dawis konsep meja, kursi internal 3 k kelompok untuk
Kelurahan Revitalisasi - Lembar dalam meminta saran
Tinjomoyo Kinerja Dawis absensi penentuan dan masukan
2. Koordinasi - Materi konsep dalam
eksternal dengan presentasi Revitalisasi penentuan
stakeholder untuk - Snack dawis konsep dan
mengurus - Kamera pelaksanaan
perizinan tempat - Rundown Revitalisasi
3. Advokasi pada acara dawis
perangkat - Undangan ke
kelurahan untuk dawis dan
mendapatkan kader
dukungan Posyandu
4. Fasilitasi dengan
pihak Dawis untuk
berdiskusi dalam
rencana
pelaksanaan
Revitalisasi
Kinerja Dawis

190
5. Pembuatan materi
Revitalisasi
Kinerja Dawis
6. Pembuatan Form
Penjaringan berat
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu
7. Persiapan bahan,
alat, tempat,
personil, logistic
8. Pelaksanaan
Revitalisasi
Kinerja Dawis
9. Pembagian Form
penjaringan berat
badan balita dan
keaktifan ibu ke
posyandu kepada
kader dawis
2. Sosialisasi 1. Pembuatan - Panitia inti - Daftar Lihat checklist Dimulai Kelo
pentingnya konsep sosialisasi - Tempat, Logistik daftar logistik dari H- mpo
Posyandu 2. Persiapan bahan meja, kursi 3 k
bagi Balita dan materi - Lembar
pentingnya absensi
Posyandu bagi - Materi
balita presentasi
3. Pemberian - Snack
informasi terkait - Kamera
pentingnya - Rundown

191
Posyandu serta acara
penimbangan
berat badan baita
secara rutin
3. Pembuatan 1. Koordinasi untuk - Penanggung - Daftar Check list Dimulai Kelo
poster mencari materi jawab logistik H-3 mpo
dengan yang akan - Desain k
tema Ayo digunakan pada Poster
timbang poster - Materi poster
balita di 2. Pembuatan desain - Daftar
Posyandu poster yang akan sasaran
digunakan pembagian
3. Mencetak poster poster
4. Pemberian poster
pada setiap ketua
RW kelurahan
Tinjomoyo
5. Pemberian poster
kepada pihak
Kelurahan

4. Pembuatan 1. Koordinasi untuk - Penanggung - Check list Dimulai Kelo


stiker mencari materi jawab H-3 mpo
dengan yang akan - Desain stiker k
tema Ayo digunakan pada - Materi stiker
timbang stiker - Daftar
Balita Ke 2. Pembuatan desain sasaran
Posyandu stiker pembagian
3. Mencetak stiker stiker
4. Pemberian stiker
pada ibu balita

192
5. Pembuatan 1. Koordinasi untuk - Penanggung - Check list Dimulai Kelo
leaflet mencari materi jawab H-3 mpo
dengan yang akan - Desain leaflet k
tema digunakan pada - Materi leaflet
Manfaat leaflet - Daftar
Menimban 2. Pembuatan desain sasaran
g Balita di leaflet pembagian
Posyandu 3. Mencetak leaflet leaflet
4. Pemberian leaflet
pada dawis

193
Apabila dilihat pada tabel, semua tahapan mulai dari persiapan
kegiatan hingga pada advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi
sistem penjaringan berat badan balita di posyandu sudah berjalan
dengan baik pada saat jalannya kegiatan berjalan dengan baik dan
lancar sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Tidak ada
hambatan saat pelaksanaan kegiatan ini.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian
dapat diihat dalam tabel 3.76 berikut :
Tabel 3.76 Capaian Program Intervensi Masyarakat

Program Target Capaian


Revitalisasi kinerja 1. Adanya kesepakatan 1. Adanya kesepakatan antara
Dawis kelurahan untuk bersama-sama kelurahan, kader dawis dan
Tinjomoyo berperan dalam kader posyandu Kelurahan
peningkatan keaktifan ibu Tinjomoyo
ke posyandu dan 2. Adanya umpan balik dari
mendukung penjaringan kelurahan dan kader dawis
berat badan balita untuk peningkatan kinerja
2. Adanya umpan balik dari dawis
pihak terkait dalam 3. Kader bersedia mendampingi
pelaksanaan balita dari 10 KK yang
peningkatan kerja Dawis dibawahinya
3. Setiap 1 kader Dawis 4. Pelaksanaan penjaringan
menjadi pendamping berat badan balita
bagi balita dari 10 KK melengkapi data pencatatan
yang dibawahinya hasil penimbangan di
4. Penjaringan berat badan Posyandu
balita oleh dawis dan 5. Dawis mendampingi ibu
kader posyandu dapat balita untuk ke posyandu
membantu dalam
pencatatan hasil
penimbangan di
Posyandu
5. Dengan adanya
pendampingan Dawis
pada ibu balita maka ibu
akan lebih termotivasi
untuk datang ke
Posyandu
Sosialisasi Peningkatan pengetahuan Kader dawis, kader
pentingnya bagi kader dawis, kader Posyandu dan ibu balita
posyandu bagi posyandu dan ibu balita mengerti dan paham tentang
balita tentang pentingnya pentingnya Posyandu bagi
Posyandu bagi balita balita

194
Pembuatan poster 1. 8 RW mendapatkan 1. 8 RW mendapatkan masing-
dengan tema Ayo masing-masing 1 poster masing 1 poster
timbang balita di 2. Kantor Kelurahan 2. Kantor kelurahan
Posyandu Tinjomoyo mendapatkan mendapatkan 1 buah poster
1 buah poster
Pembuatan stiker Semua ibu balita yang Semua ibu balita yang hadir
dengan tema Ayo datang ke Posyandu RW 02 pada kegiatan Posyandu rw
timbang Balita Ke dan RW 08 mendapatkan 02 dan RW 08 masing-
Posyandu masing-masing 1 stiker masing mendapatkan 1
sebagai pengingat untuk buah stiker.
tetap datang ke Posyandu
tiap bulannya
Pembuatan leaflet 1. Semua kader dawis 1. Semua kader dawis masing-
dengan tema mendapatkan 1 leaflet masing mendapatkan 1 buah
Manfaat sebagai media informasi leaflet
Menimbang Balita manfaat menimbang 2. Semua kader posyandu tiap
di Posyandu balita di Posyandu RW mendapatkan 1 buah
2. Semua kader Posyandu leaflet
dari perwakilan tiap RW
mendapatkan 1

Apabila dilihat dari capaian kegiatan intervensi di masyarakat,


semua target sudah terpenuhi. Dilihat dari pelaksanaan advokasi
yang sudah baik serta adanya penandatangan pakta integritas oleh
Lurah dari Kelurahan Tinjomoyo untuk kesepatan dalam peningkatan
kinerja kader Dawis kelurahan Tinjomoyo.
Kegiatan revitalisasi dawis kelurahan Tinjomoyo didahului
dengan pretest terlebih dahulu dengan beberapa pertanyaan
mengenai posyandu, manfaat menimbang balita di posyandu, kinerja
dawis dan penjaringan berat badan balita. Setelah pemberian
informasi, peserta diberi kembali dengan beberapa pertanyaanyang
sama (post test). Dan berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan
hasil yang sangat baik lebih dari hasil pada test sebelumnya.
Sesuai rencana kegiatan dan target yang telah dibuat
sebelumnya, revitalisasi kinerja dawis dalam penjaringan berat badan
balita dan memotivasi ibu agar aktif ke posyandu dapat dikatakan
berjalan dengan baik. Semua rencana kegaiatan dilakukan dengan
lancar dan sudah mencapai target.

195
9.2 Monitoring Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Kegiatan intervensi yang telah dikerjakan perlu dilihat,
apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak berjalan sama sekali, untuk itulah perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan monitoring
adalah untuk mahasiswa bersama masyarakat atau stakeholder
lain yang terkait dapat melakukan kegiatan pemantauan dan
penilaian dari kegiatan intervensi penyelesaian masalah gizi
yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dari intervensi yaitu terlaklsananya advokasi
kegiatan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat badan
balita di posyandu kepada Kepala Puskesmas Ngesrep. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya penandatangana pakta
integritas oleh Kepala Puskesmas Ngesrep. Berikut ini tabel
monitoring evaluasi kegiatan intervensi.

196
Tabel 3.77 Matriks Monitoring Kegiatan di Pelayanan Kesehatan

Tahapan Hambatan/ Metode/Cara Keterangan dan


No. Ketersediaan Sumber Daya Sumber Data Waktu
Kegiatan Kemajuan Monitor Upaya Perbaikan
1. Pembuatan - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
konsep - Tempat, meja, kursi checklist
advokasi - Laptop
kegiatan
monitoring
dan evaluasi
Sistem
Penjaringan
Berat Badan
Balita di
Posyandu
2. Pembuatan - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
proposal - Tempat, meja, kursi checklist
advokasi ke - Printer, kertas hvs
puskesmas - Laptop
3. Pembuatan - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
pakta - Tempat, meja, kursi checklist
integritas - Laptop
untuk - Printer, kertas hvs
pelaksanaan
monitoring
dan evaluasi
Sistem
Penjaringan

197
Berat Badan
Balita di
Posyandu
4. Pencetakan - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
contoh - Tempat, meja, kursi checklist
poster, stiker, - Laptop
dan leaflet - Softfile desain poster, stiker,
yang akan dan leaflet
diberikan ke
masyarakat
Kelurahan
Tinjomoyo
5. Koordinasi - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
dengan - Tempat, meja, kursi checklist
kepala
puskesmas
untuk jadwal
advokasi
6. Pengadvokas - Panitia inti - Daftar logistik Lihat Dimulai H-3
ian kegiatan - Tempat, meja, kursi checklist
monitoring - Hardfile proposal dan pakta
dan evaluasi integritas
Sistem - Hardfile poster, stiker, dan
Penjaringan leaflet
Berat Badan
Balita di
Posyandu

198
Apabila dilihat pada tabel 3.76 , semua tahapan mulai dari persiapan
kegiatan hingga pada advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi
sistem penjaringan berat badan balita di posyandu sudah berjalan
dengan baik. Pada saat jalannya kegiatan berjalan dengan lancar
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Tidak ada hambatan
saat pelaksanaan kegiatan ini.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian dapat
diihat dalam tabel 3.78 berikut :
Tabel 3.78 Capaian Kegiatan advokasi kegiatan monitoring dan
evaluasi sistem penjaringan berat badan balita di posyandu
Target Capaian
1. Terlaksananya advokasi 1. Terlaksananya advokasi
kepada pihak kepala kepada pihak kepala
puskesmas puskesmas
2. Adanya penandatanganan 2. Adanya penandatanganan
pakta integritas oleh kepala pakta integritas oleh kepala
puskesmas puskesmas

Apabila dilihat dari capaian advokasi kegiatan monitoring dan


evaluasi sistem penjaringan berat badan balita di posyandu, semua
target sudah terpenuhi. Dilihat dari pelaksanaan advokasi yang sudah
baik serta adanya penandatangan pakta integritas oleh Kepala
Puskesmas. Advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi sistem
penjaringan berat badan balita di posyandu sudah sesuai rencana
kegiatan dan target yang telah dibuat sebelumnya, advokasi kegiatan
monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat badan balita di
posyandu dapat dikatakan baik dan sudah mencapai target.

199
10. Evaluasi Kegiatan Intervensi
10.1 Evaluasi Kegiatan Intervensi di Masyarakat
Tabel 3.79 Evaluasi Kegiatan Intervensi di Masyarakat

Sumber
No Program Tahapan Kegiatan Indikator Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
Data

1. Revitalisasi 1. Koordinasi internal 1. Adanya Laporan hasil 1. Adanya 1. Adanya Minggu Minggu
kinerja untuk menentukan kesepakatan advokasi dan kesepakatan kesepakata
ke 2 ke 2
Dawis konsep untuk bersama- fasilitasi bersama n untuk
Kelurahan Optimalisasi sama berperan dalam bersama- bulan bulan
Tinjomoyo Kinerja Dawis dalam peningkatan sama
Novem Novem
2. Koordinasi peningkatan keaktifan ibu berperan
eksternal dengan keaktifan ibu ke ke posyandu dalam ber ber
stakeholder untuk posyandu dan dan peningkata
mengurus mendukung mendukung n keaktifan
perizinan tempat penjaringan berat penjaringan ibu ke
3. Advokasi pada badan balita berat badan posyandu
perangkat 2. Adanya umpan balita dan
kelurahan untuk balik dari pihak 2. Adanya mendukung
mendapatkan terkait dalam umpan balik penjaringan
dukungan pelaksanaan dari pihak berat
4. Fasilitasi dengan peningkatan terkait dalam badan
pihak Dawis untuk kerja Dawis pelaksanaan balita
berdiskusi dalam 3. Setiap 1 kader peningkatan 2. Adanya
rencana Dawis menjadi kerja Dawis umpan
pelaksanaan pendamping bagi 3. Setiap Dawis balik dari
Revitalisasi balita dari 10 KK menjadi pihak
Kinerja Dawis yang pendamping terkait

200
5. Pembuatan materi dibawahinya balita pada dalam
Revitalisasi 4. Setiap dawis RW tiap 10 KK pelaksanaa
Kinerja Dawis 8 mendapatkan yang n
6. Pembuatan Form Form penjaingan dipegangnya peningkata
Penjaringan berat berat badan 4. Setiap Dawis n kerja
badan balita dan balita dan di RW 8 Dawis
keaktifan ibu ke keaktifan ibu ke mendapatkan 3. Setiap 1
posyandu posyandu Form kader
7. Persiapan bahan, penjaingan Dawis
alat, tempat, berat badan menjadi
personil, logistic balita dan pendampin
8. Pelaksanaan keaktifan ibu g bagi
Revitalisasi ke posyandu balita dari
Kinerja Dawis 10 KK yang
9. Pembagian Form dibawahiny
penjaringan berat a
badan balita dan 4. Setiap
keaktifan ibu ke dawis RW
posyandu kepada 8
kader dawis mendapatk
an Form
penjaingan
berat
badan
balita dan
keaktifan
ibu ke
posyandu
2. Sosialisasi 1. Pembuatan 1. Peningkatan 1. Hasil pre 1. Peningkatan 1. Peningkata Minggu Minggu
pentingnya konsep sosialisasi pengetahuan dan post pengetahuan n
ke 2 ke 2
Posyandu 2. Persiapan bahan bagi kader dawis, test bagi bagi kader pengetahua
bagi Balita dan materi kader posyandu kader dawis, kader n bagi bulan bulan
pentingnya dan ibu balita dawis, posyandu dan kader
201
Posyandu bagi tentang kader ibu balita dawis, dan Novem Novem
balita pentingnya posyandu tentang kader
ber ber
3. Pemberian Posyandu bagi dan ibu pentingnya posyandu
informasi terkait balita >50% balita Posyandu tentang
pentingnya 2. Kehadiran tentang bagi balita pentingnya
Posyandu serta peserta pentingny >50% Posyandu
penimbangan sosialisasi >70 % a 2. Kehadiran bagi balita
berat badan baita Posyandu peserta mencapai
secara rutin bagi balita sosialisasi >60%.
2. Absensi >70 % Namun
Kehadiran untuk
tingkat
pengetahua
n ibu tidak
bisa dinilai
karena
pelaksanaa
n
sosialisasi
tidak
menggunak
an pre dan
post test,
tetapi jika
ditanyakan
kembali
mampu
untuk
menjawab
2. Kehadiran
peserta
sosialisasi
bagi kader
202
dawis, dan
kader
posyandu
>80 %
3. Pembuatan 1. Koordinasi untuk 1. Semua RW yang Jumlah 1. Semua RW 1. Semua RW Minggu Minggu
poster mencari materi ada di Kelurahan poster yang yang ada di yang ada di ke 2 ke 2
dengan yang akan Tinjomoyo terbagikan Kelurahan Kelurahan bulan bulan
tema Ayo digunakan pada mendapatkan Tinjomoyo Tinjomoyo Novem Novem
timbang poster masing-masing 1 mendapatkan mendapatk ber ber
balita di 2. Pembuatan desain poster sebagai masing- an masing-
Posyandu poster yang akan media informasi masing 1 masing 1
digunakan untuk poster poster
3. Mencetak poster menimbang sebagai media sebagai
4. Pemberian poster balita di informasi media
pada setiap ketua Posyandu untuk informasi
RW kelurahan 2. Kantor Kelurahan menimbang untuk
Tinjomoyo Tinjomoyo balita di menimbang
5. Pemberian poster mendapatkan 1 Posyandu balita di
kepada pihak buah poster 2. Kantor Posyandu
Kelurahan untuk Kelurahan 2. Kantor
ditempelkan di Tinjomoyo Kelurahan
papan informasi mendapatkan Tinjomoyo
kelurahan 1 buah poster mendapatk
sebagai media untuk an 1 buah
informasi agar ditempelkan di poster
ibu yang memiliki papan untuk
balita informasi ditempelka
menimbang kelurahan n di papan
balitanya setiap sebagai media informasi
bulan di informasi agar kelurahan
Posyandu ibu yang sebagai
memiliki balita media
menimbang informasi
203
balitanya agar ibu
setiap bulan di yang
Posyandu memiliki
balita
menimbang
balitanya
setiap
bulan di
Posyandu
4. Pembuatan 1. Koordinasi untuk Semua ibu balita Jumlah stiker Semua ibu balita Semua ibu Minggu Minggu
stiker mencari materi yang datang ke yang yang datang ke balita yang ke 2 ke 2
dengan yang akan Posyandu RW 02 terbagikan Posyandu RW 02 datang ke bulan bulan
tema Ayo digunakan pada dan RW 08 dan RW 08 Posyandu RW Novem Novem
timbang stiker mendapatkan mendapatkan 02 dan RW 08 ber ber
Balita Ke 2. Pembuatan desain masing-masing 1 masing-masing 1 mendapatkan
Posyandu stiker stiker sebagai stiker sebagai masing-masing
3. Mencetak stiker pengingat untuk pengingat untuk 1 stiker
4. Pemberian stiker tetap datang ke tetap datang ke sebagai
pada ibu balita Posyandu tiap Posyandu tiap pengingat
bulannya bulannya untuk tetap
datang ke
Posyandu tiap
bulannya
5. Pembuatan 1. Koordinasi untuk 1. Semua kader Jumlah 1. Semua kader 1. Semua Minggu Minggu
leaflet mencari materi dawis leaflet yang dawis kader ke 2 ke 2
dengan yang akan mendapatkan 1 terbagikan mendapatkan dawis bulan bulan
tema digunakan pada leaflet sebagai 1 leaflet mendapatk Novem Novem
Manfaat leaflet media informasi sebagai media an 1 leaflet ber ber
Menimban 2. Pembuatan desain manfaat informasi sebagai
g Balita di leaflet menimbang manfaat media
Posyandu 3. Mencetak leaflet balita di menimbang informasi
4. Pemberian leaflet Posyandu balita di manfaat

204
pada dawis 2. Semua kader Posyandu menimbang
Posyandu dari 2. Semua kader balita di
perwakilan tiap Posyandu dari Posyandu
RW perwakilan 2. Semua
mendapatkan 1 tiap RW kader
leaflet sebagai mendapatkan Posyandu
media informasi 1 leaflet dari
manfaat sebagai media perwakilan
menimbang informasi tiap RW
balita di manfaat mendapatk
Posyandu menimbang an 1 leaflet
balita di sebagai
Posyandu media
informasi
manfaat
menimbang
balita di
Posyandu
3. Semua ibu
yang
datang ke
posyandu
RW 8
mendapatk
an leaflet

205
10.1 Evaluasi Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.80 Matriks Evaluasi Kegiatan Intervensi di Pelayanan Kesehatan
Tahapan
No. Indikator Sumber Data Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
Kegiatan
1. Pembuatan Terbentuknya Draft advokasi Terdapatnya Terbentuknya Minggu ke 2 Minggu ke 2
konsep advokasi konsep advokasi konsep konsep bulan bulan
kegiatan 100 % mengenai mengenai November November
monitoring dan mekanisme mekanisme
evaluasi Sistem advokasi advokasi 100 %
Penjaringan Berat
Badan Balita di
Posyandu
2. Pembuatan Terbentuknya Draft proposal Proposal Terbentuknya Minggu ke 2 Minggu ke 2
proposal advokasi proposal terselesaikan proposal bulan bulan
ke puskesmas advokasi ke advokasi ke November November
puskesmas 100 puskesmas 100
% %
3. Pembuatan pakta Terbentuknya Draft pakta Pakta integritas Terbentuknya Minggu ke 2 Minggu ke 2
integritas untuk pakta integritas integritas terselesaikan pakta integritas bulan bulan
pelaksanaan 100 % 100 % November November
monitoring dan
evaluasi Sistem
Penjaringan Berat
Badan Balita di
Posyandu
4. Pencetakan Contoh poster, Softfile desain Contoh poster, Contoh poster, Minggu ke 2 Minggu ke 2
contoh poster, stiker dan leaflet poster, stiker, stiker, dan stiker dan leaflet bulan bulan
stiker, dan leaflet sudah dicetak dan leaflet leaflet tercetak sudah dicetak November November
yang akan 100 % 100 %

206
diberikan ke
masyarakat
Kelurahan
Tinjomoyo
5. Koordinasi dengan Adanya Adanya Adanya Minggu ke 2 Minggu ke 2
pihak kepala kesepakatan kesepakatan kesepakatan bulan bulan
puskesmas untuk jadwal untuk jadwal dengan jadwal untuk November November
jadwal advokasi melakukan kepala melakukan
advokasi puskesmas advokasi
6. Pengadvokasian 1. Terlaksananya Hasil indepth Advokasi 1. Terlaksanan Minggu ke 2 Minggu ke 2
kegiatan advokasi interview dan terlaksana dan ya advokasi bulan bulan
monitoring dan kepada pihak fasilitasi ada kepada pihak November November
evaluasi Sistem kepala dengan penandatangan kepala
Penjaringan Berat puskesmas puskesmas an pakta puskesmas
Badan Balita di 2. Adanya integritas oleh 2. Adanya
Posyandu penandatanga kepala penandatan
nan pakta puskesmas ganan pakta
integritas oleh integritas
kepala oleh kepala
puskesmas puskesmas

207
B.3 MASALAH DBD DARI SEGI MASYARAKAT DAN YANKES

A. Hasil dan Pembahasan Sesuai Tahapan Problem Solving Cycle


1. Identifikasi, Analisis dan Prioritas Masalah Demam Berdarah Dengue
di Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan Kelurahan Tinjomoyo
a. Pengumpulan Data
Sebelum melakukan identifikasi masalah kesehatan di
Kelurahan Tinjomoyo, terlebih dahulu diperlukan data sekunder untuk
mendapatkan gambaran keadaan dan permasalahan kesehatan yang
terjadi di Kelurahan Tinjomoyo. Data sekunder tersebut diperoleh dari
:
1) Puskesmas Ngesrep
Data dari Puskesmas Ngesrep berupa laporan mengenai
penyakit DBD yang berisi :
a) Laporan data kasus DBD Januari-September 2016
b) Laporan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) penderita DBD
Tahun 2011-2016
c) Laporan Angka Bebas Jentik
2) Kelurahan Tinjomoyo
Data sekunder berupa data monografi dan demografi
kependudukan Kelurahan Tinjomoyo Tahun 2015 serta Angka
Bebas Jentik hasil Pemantauan Jentik Rutin oleh Petugas
Surveilans Kesehatan (Gasurkes) dari bulan Januari 2015-
September 2016.
b. Identifikasi Penyebab Masalah
Berdasarkan laporan penyakit DBD tahun 2011-2016, telah
dianalisis beberapa indikator DBD yang ada dengan menggunakan
analisis kecenderungan (tren) dan gap yang terjadi. Berdasarkan
analisis tren dan jumlah kasus diperoleh beberapa indikator DBD di
Kelurahan Tinjomoyo itu sendiri yaitu Angka Bebas Jentik, Cakupan
Penyelidikan Epidemiologi, dan Ketepatan Pelaporan Kasus DBD.
Berikut ini adalah hasil dari masing-masing analisis tren dan gap dari
ketigas indikator DBD :

208
1) Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) DBD

Gambar 3.25 Tren Cakupan PE Kelurahan Tinjomoyo Tahun


2011-2016

Cakupan Penyelidikan Epidemiologi atau biasa disebut


cakupan PE DBD adalah persentase jumlah kasus DBD yang
dilakukan penyelidikan epidemiologi dari semua jumlah kasus
DBD yang ada. Berdasarkan grafik di atas, dapat kita lihat bahwa
trendline Cakupan Penyelidikan Epidemiologi untuk DBD di tahun
2011-2016 adalah naik. Hal ini berarti kecenderungan cakupan
PE DBD meningkat.

2) Ketepatan waktu Penyelidikan Epidemiologi (PE) DBD

Gambar 3.26 Tren Ketepatan PE Kelurahan Tinjomoyo Tahun


2011-2016

209
Ketepatan waktu Penyelidikan Epidemiologi DBD adalah
persentase jumlah kasus DBD yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi dalam waktu 1x24 jam setelah puskesmas
menerima laporan kasus DBD dari semua jumlah kasus DBD
yang ada. Berdasarkan grafik di atas, dapat kita lihat bahwa
trendline Ketepatan waktu Penyelidikan Epidemiologi untuk DBD
di tahun 2011-2016 adalah naik. Hal ini berarti kecenderungan
ketepatan waktu PE DBD meningkat.
3) Capaian Angka Bebas Jentik (ABJ)

Gambar 3.27 Tren Cakupan ABJ Kelurahan Tinjomoyo Tahun


2014-2016

Keberhasilan kegiatan PJR ditentukan oleh ABJ yang


didapat dengan cara membagi jumlah bangunan yang diperiksa
dengan jumlah bangunan positif jentik, dikalikan 100%. Kegiatan
PJR meliputi perhitungan ABJ dalam rumah dan ABJ luar rumah
yang akan menghasilkan ABJ Bangunan. Namun, capaian ABJ
Bangunan di Kelurahan Tinjomoyo belum mencapai target 95%
dan trennya naik.
c. Analisis Masalah

Selain dilihat dari kecenderungan, untuk menentukan penyebab


masalah juga bisa kita lihat dan pertimbangkan gap atau selisih

210
antara target dan capain/realita yang ada. Berikut merupakan analisis
masalah DBD berdasarkan gap dan tren yang ada.

211
Tabel 3.81 Analisis Tren dan Gap Indikator DBD di Kelurahan Tinjomoyo

2014 2015 2016


No. Masalah Target Tren
Capaian Gap Capaian Gap Capaian Gap
1. Cakupan Penyelidikan
90% 100% +10% 100% +10% 100% +10%
Epidemiologu (PE)*
2. Ketepatan PE* 95% 100% +5% 100% +5% 100% +5%
3. Capaian ABJ 95% 65.25%* -29.75%* 77.84%** -17.16% 73.88%** -26.12%**

Keterangan : *) : Data Puskesmas Ngesrep


**) : Data Kelurahan Tinjomoyo

Dari data di atas maka dapat dilihat bahwa masalah DBD di Kelurahan Tinjomoyo terdapat tiga masalah yang dapat dianalisis yang
selanjutnya akan dipilih menjadi prioritas masalah. Capaian ABJ di Kelurahan Tinjomoyo mempunyai gap yang terbanyak walaupun
tidak menunjukan tren yang menurun

212
d. Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan data sekunder dan konfirmasi kepada gasurkes
telah didapatkan tiga masalah Demam Berdarah yang muncul di
masyarakat Kelurahan Tinjomoyo dan diperlukan analisis untuk
menentukan prioritas masalah. Dalam penentuan prioritas masalah
digunakan metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA),
metode ini untuk menentukan satu masalah yang akan dijadikan
prioritas. Selanjutnya prioritas masalah dengan metode MCUA
adalah dengan melihat skor terbesar dari masalah-masalah yang
ada. Untuk menentukan masalah mana yang akan diambil maka
dilakukan penilaian dengan menggunakan kriteria.
Kriteria yang digunakan dalam matriks MCUA ini sebagai
berikut :
1) Besar Masalah
Kriteria ini mengandung maksud tinggi rendahnya frekuensi atau
jumlah kasus kejadian masalah DBD.
2) Kegawatan
Kegawatan ini mencakup derajat keparahan dari masing-masing
masalah DBD untuk menuju kondisi yang memburuk atau ke arah
kematian.
3) Analisis Tren
Kriteria ini mencakup kualitas atau keakuratan dari informasi atau
data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data
tersebut dikumpulkan. Sehingga dengan analisis tren ini dapat
diketahui bahwa kasus tersebut ditemukan dalam setiap
tahunnya.

Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk DBD di


Kelurahan Tinjomoyo merupakan hasil kesepakatan anggota
kelompok yang ditunjang dengan jurnal dan data. Semakin kriteria
dianggap penting, maka bobotnya semakin besar.

Adapun bobot yang telah diberikan pada tiap kriteria


berdasarkan kesepakatan kelompok sebagai berikut :
1) Kegawatan : 40%
213
2) Besar Masalah : 35%
3) Trend : 25%

Tabel 3.82 MCUA Penentuan Prioritas Masalah Demam


Berdarah Dengue Kelurahan Tinjomoyo

Masalah DBD di Kelurahan Tinjomoyo


Cakupan
Bobot Penyelidikan Ketepatan PE Capaian ABJ
Kriteria Epidemiologi (PE)
(%)
Skor SXB Skor SXB Skor SXB
Gawat 40 1 0.4 1 0.4 4 1.6
Besar 35 1 0.35 1 0.35 3 1.05
Tren 25 1 0.25 1 0.25 1 0.25
Jumlah
1 1 2.90
SXB

Kegawatan skoring :
1) Gawat
Skor Keterangan
1 Tidak gawat
2 Cukup gawat
3 Gawat
4 Sangat gawat

2) Besar

Skor Keterangan Besar Gap


1 Tidak besar 0 (%)
-12,5
2 Cukup besar 12,6 -25
3 Besar 25,1 -37,5
4 Sangat besar 37,6 -50

3) Tren
Skor Keterangan
1 Naik
2 Konstan
3 Turun
4 Turun Tajam

214
Berdasarkan penentuan masalah dengan metode MCUA
tersebut dihasilkan cakupan output prioritas masalah DBD di
Kelurahan Tinjomoyo adalah rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ)
dengan matriks MCUA kemudian dilakukan identifikasi dan analisis
masalah utama tersebut menjadi akar penyebab atau faktor risiko
yang lebih spesifik menggunakan metode fishbone yang mengacu
pada konsep HL. Blum. Adapun diagram fishbone adalah sebagai
berikut :

215
Ketersediaan Sarana Ketersediaan
dan prasarana Monitoring Evaluasi dana

Sumber
Peran Gasurkes Materi
Informasi
Kelurahan Pelaksanaan Pengendalian Informasi
Pendapatan
DBD
Analisis Data ABJ
Beban Praktik Ketersediaan
Jumlah Tingkat Pendidikan
Kerja Ikanisasi Usia Informasi
SDM
Ketersediaan Data
ABJ Sampah

Ketersediaan Tenaga Tingkat Pengetahuan


Peran Semantik Praktik 3M Plus
Masyarakat
Sampah
PELAYANAN
KESEHATAN PERILAKU Cakupan ABJ
Rendah 73,88%

LINGKUNGAN
Keberadaan
Resting Place
Gambar 3.28 Fishbone DBD
Biologi Keberadaan
Sumber Air
Breeding Place
Fisik
Tempat
Penampungan Air Penghargaan
Sosial Dukungan Tokoh
Budaya Masyarakat
Bentuk
Dukungan

Kerja Bakti Peran Kader

216
2.Akar Penyebab Masalah Demam Berdarah Dengue

Setelah menentukan prioritas penyebab permasalahan DBD di Kelurahan


Tinjomoyo, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengumpulan
data lapangan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui penyebab
masalah yang menjadi prioritas. Kuesioner dibuat berdasarkan pada fishbone
diagram yang sudah disusun secara sistematis dan berdasar pada teori, data
atau fakta logic thinking. Berikut adalah definisi operasional dari kuesioner yang
digunakan untuk mengetahui penyebab masalah DBD yang menjadi prioritas
baik di masyarakat maupun di pelayanan kesehatan.

217
Tabel 3.83 Definisi Operasional Demam Berdarah Dengue (DBD)

No. Variabel Definisi Skala Kategori Cara Ukur Alat Ukur


Data

VARIABEL KUANTITATIF

1. Umur Lama hidup responden dihitung Rasio Umur responden dinyatakan Wawancara Kuesioner
berdasarkan tahun, sejak tahun dalam tahun
dilahirkan hingga pada saat
dilakukan wawancara

2. Pendidikan Urutan pendidikan formal yang Ordinal 6. Tidak sekolah Wawancara Kuesioner
pernah ditempuh seseorang 7. SD
mulai dari pendidikan dasar
8. SMP
sampai dengan pendidikan tinggi,
9. SMA
yang dibuktikan dengan ijazah.
10. Perguruan Tinggi

Skoring :

1. Pendidikan Dasar (1,2,3)

2. Pendidikan Lanjut (4,5)

218
3. Pendapatan Sejumlah uang dan atau barang Ordinal Pendapatan dinyatakan Wawancara Kuesioner
yang dinilai dengan uang yang dalam :
dapat digunakan keluarga selama 1 : dibawah UMR Kota
satu bulan untuk pangan dan non Semarang (<Rp
pangan 1.909.000,00)

2 : diatas UMR Kota


Semarang ( Rp
1.909.000,00)

4. Tingkat Tingkat pengetahuan responden Diukur dengan skoring


Pengetahuan mengenai penyakit DBD jawaban pertanyaan seputar
Masyarakat (transmisi dan vektor, kegiatan pengetahuan yang dirangkum
3M Plus dan ABJ) yang dalam kuesioner.
didasarkan oleh informasi yang Kategori skoring adalah
dapat. Dengan melihat jumlah Nominal sebagai berikut : Wawancara Kuesioner
skor jawaban dari kuesioner yang
a. Skor 5 : skor tertinggi
ditanyakan kepada responden.
b. Skor 0 : skor terendah

Dikategorikan sebagai :

c. Kurang : skor total 0-16

219
d. Cukup : skor total 17-33

e. Baik : skor total 34-50

5. Materi Bahan yang di dapat oleh Wawancara


Informasi responden, meliputi DBD (vektor
dan transmisi penularan DBD),
3M Plus (definisi, pelaksana dan
alternatif 3M Plus), dan Angka
Bebas Jentik

6. Sumber Cara responden untuk mendapat Wawancara


Infromasi infromasi melalui narasumber
(pendidikan, penyuluhan) dan
media (cetak, elektronik). Peran
Kader dan Gasurkes dalam
memberikan penyuluhan akan
berpengaruh terhadap informasi
yang akan didapatkan oleh
masyarakat.

220
7. Praktik Tindakan yang dilakukan Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Ikanisasi responden untuk memberantas wawancara praktik ikanisasi dan
jentik nyamuk dengan cara dirangkum dalam kuesioner. observasi
memberikan ikan di tempat Kategori skoring adalah
penampungan air bersih. sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 5

Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


kategori:

0-2 = buruk

3-5 = baik

8. Praktik 3M Tindakan yang dilakukan Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Plus responden dalam kegiatan 3M wawancara praktik 3M Plus dan

221
Plus meliputi : Menguras, dirangkum dalam kuesioner. observasi
Menutup, Penggunaan obat anti Kategori skoring adalah
nyamuk, menggunakan kelambu, sebagai berikut :
pemasangan kawat kasa.
Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 7

Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


kategori :

0-3 = buruk

4-7 = baik

9. Sumber Air Sumber air bersih yang ada Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
disekitar lingkungan dan jawaban pertanyaan seputar
digunakan oleh masyarakat untuk sumber air yang dirangkum
memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam kuesioner.
meliputi : PAMSIMAS,PDAM dan Kategori skoring adalah

222
artetis. sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 5

Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


sumber air :

0-2 = buruk

3-5 = baik

10. Tempat Wadah yang digunakan untuk Nominal Diukur dengan skoring Observasi Kuesioner
Penampungan menampung air bersih didalam observasi seputar tempat
Air rumah meliputi : bak mandi, penampungan air yang
tempayan, ember, drum. dirangkum dalam kuesioner.

Kategori skoring adalah


sebagai berikut :

223
Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 4

Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


kategori :

0-1 = kurang berisiko

2-4 = berisiko

11. Resting Place Tempat yang disukai nyamuk Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Aedes aegypti untuk beristirahat observasi seputar resting dan
seperti : tempat yang gelap, place dan breeding place Observasi
lembab, dan tersembunyi didalam yang dirangkum dalam
rumah atau bangunan termasuk kuesioner.
kamar mandi dan dapur. Kategori skoring adalah
Tempat gelap yang dimaksud sebagai berikut :
adalah area yang kurang Skor terendah = 0

224
pencahayaan dan cenderung Skor tetinggi = 4
tersembunyi.
Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


kategori :

0-1 = kurang berisiko

2-4 = berisiko

12. Breeding Place Nyamuk Aedes aegypti suka Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
berkembangbiak di air yang observasi seputar resting dan
bersih yang tidak beralaskan place dan breeding place Observasi
tanah. Biasanya jentik nyamuk yang dirangkum dalam
tersebut berada pada bagian yang kuesioner.
berdekatan dengan permukaan Kategori skoring adalah
air, seperti : bak mandi, WC, sebagai berikut :
tempayan, dan drum air.
Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 4

Indikator skoring :

225
Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


kategori :

0-1 = kurang berisiko

2-4 = berisiko

13. Kerja Bakti Kegiatan gotong-royong yang Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
melibatkan seluruh warga wawancara seputar kerja
kampung setempat untuk bakti dirangkum dalam
membersihkan lingkungan kuesioner.
kampung meliputi kegiatan untuk
Kategori skoring adalah
mebersihkan saluran air.
sebagai berikut :

Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 5

Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

226
Total skor menentukan
sumber air :

0-2 = kurang baik

3-5 = baik

14. Peran Kader Kegiatan yang dilakukan oleh Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
kader setempat dalam wawancara seputar peran
melakukan pemantauan jentik dan kader dirangkum dalam
pemberian penyuluhan mengenai kuesioner.
PSN , yang dikonfirmasi dengan Kategori skoring adalah
cara memberikan pertanyaan sebagai berikut :
kepada responden.
Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 3

Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


sumber air :

0-1 = kurang baik

227
2-3 = baik

15. Dukungan Dukungan yang diberikan oleh Nominal Diukur dengan skoring Wawancara Kuesioner
Tokoh Ketua RT, Ketua RW, Lurah wawancara dukungan tokoh
Masyarakat meliputi bentuk dukungan (berupa masyarakat dirangkum dalam
ada tidaknya surat edaran atau kuesioner.
imbauan) serta penghargaan Kategori skoring adalah
kepada masyarakat yang sebagai berikut :
melakukan PSN.
Skor terendah = 0

Skor tetinggi = 5

Indikator skoring :

Ya = 1

Tidak = 0

Total skor menentukan


sumber air :

0-2 = kurang baik

3-5 = baik

VARIABEL KUALITATIF

228
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur

1. Jumlah SDM Banyaknya tenaga puskesmas yang berperan dalam melaksanakan program Indepth interview
DBD di puskesmas meliputi jumlah tenaga, lama kerja tenaga puskesmas
pemegang program DBD.

2. Beban Kerja Tanggungan yang harus dikerjakan oleh tenaga puskesmas seperti banyaknya Indepth interview
pekerjaan yang harus dilakukan, tanggungjawab pekerjaan, pencapaian target
kerja dan motivasi untuk bekerja.

3. Ketersediaan Ketersediaan rekap laporan terkait pelaksanaan program pengendalian DBD Indepth interview
Data ABJ secara rutin

4. Analisis Data Pengolahan laporan angka bebas jentik yang berasal dari data Puskesmas dan Indepth interview
ABJ Kelurahan di setiap bulan

5. Ketersediaan Kesiapan modal seperti dana untuk mendukung keberjalanan program Indepth interview
Dana pengendalian DBD.

6. Ketersediaan Kesiapan suatu sarana seperti keadaan alat atau barang yang dapat dioperasikan Indepth interview
Sarana untuk mendukung keberjalanan program pengendalian DBD
Prasarana

7. Monitoring Pengawasan yang dilakukan oleh responden terhadap kegiatan dan program Indepth interview
terkait penanggulangan DBD di masyarakat meliputi upaya monitoring, pelaksana
monitoring, upaya tindak lanjut kegiatan monitoring

229
8. Evaluasi Upaya yang dilakukan responden untuk memberikan penilaian terhadap Indepth interview
pelaksanaan program pengendalian DBD meliputi cara melaksanakan evaluasi
dan aspek yang perlu dilihat dalam evaluasi.

9. Peran Keaktifan Semantik dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik dan Indepth interview
Semantik memberikan laporan ke puskesmas

10. Peran Keaktifan Gasurkes dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik rutin (PJR) dan Indepth interview
Gasurkes memberikan laporan ke puskesmas

230
Hasil pengumpulan data lapangan yang diolah menggunakan
software excel dan SPSS adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik Responden
1) Usia Responden

Gambar 3.29 Karakteristik responden berdasarkan usia

Berdasarkan gambar 3. hasil distribusi frekuensi usia


responden dapat diketahui bahwa usia responden paling banyak
terdapat pada rentang usia 36-50 tahun (40%), sedangkan
responden paling sedikit terdapat pada rentang usia 20-35 tahun
(29%).
2) Pendidikan Responden

Gambar 3.30 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan


terakhir

231
Berdasarkan gambar 3. hasil distribusi frekuensi
pendidikan terakhir responden dapat diketahui bahwa pendidikan
terakhir responden paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu sebesar 49%, sedangkan responden yang tidak
sekolah sebesar 5%.

3) Pendapatan Responden

Gambar 3.31 Karakteristik responden berdasarkan


pendapatan
Berdasarkan gambar 3. hasil distribusi frekuensi
pendapatan responden dapat diketahui bahwa pendapatan
responden di atas UMR Semarang (>Rp 1.909.000) sebesar 55%,
sedangkan responden yang berpendapatan di bawah UMR
Semarang (( Rp 1.909.000) adalah sebesar 45%.
b. Perilaku
1) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Tingkat
Pengetahuan Responden
Tabel 3.84 Tingkat Pengetahuan Responden
Keberadaan Jentik
Total
Ada Jentik Tidak Ada Jentik
f % f % f %
Tingkat Kurang
18 54.54 15 45.46 33 100
Pengetahua Baik
n Baik
20 32.26 42 67.74 62 100
Responden
Total 38 40.00 57 60.00 95 100

232
Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa
bangunan yang terdapat jentik sebesar 54,54% terdapat pada
responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang. Sedangkan
bangunan yang tidak terdapat jentik sebesar 67,74% terdapat
pada responden dengan tingkat pengetahuan baik.
2) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Praktik ikanisasi
Tabel 3.85 Praktik ikanisasi
Keberadaan Jentik
Ada Jentik Tidak Ada Total
Jentik
f % f % f %
Praktik Buruk 28 48.30 30 51.70 58 100
Ikanisasi Baik 10 27.00 27 73.00 37 100
Total 38 40.00 57 60.00 95 100

Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa


bangunan yang terdapat jentik sebesar 48,30% berada pada
responden dengan praktik ikanisasi buruk. Sedangkan bangunan
yang tidak terdapat jentik sebesar 73% berada pada responden
dengan tingkat pengetahuan baik.
3) Praktik 3M Plus
Tabel 3.86 Praktik 3M Plus
Keberadaan Jentik
Ada Jentik Tidak Ada Total
Jentik
f % f % f %
Praktik 3M Buruk 7 33.33 14 66.67 21 100
Plus Baik 31 41.89 43 58.11 74 100
Total 38 75.22 57 124.78 95 100
Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa
bangunan yang terdapat jentik sebesar 33,33% berada pada
responden dengan praktik 3M Plus buruk. Sedangkan bangunan
yang tidak terdapat jentik sebesar 58,11% berada pada responden
dengan tingkat pengetahuan baik.

c. Lingkungan

233
1) Lingkungan Fisik
a) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Sumber Air
Tabel 3.87 Sumber Air
Keberadaan Jentik
Total
Ada Jentik Tidak Ada Jentik
F % f % f %
Sumber Buruk 4 25.00 12 75.00 16 100
Air Baik 34 43.04 45 56.96 79 100
Total 38 40.00 57 60.00 95 100

Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa


bangunan yang terdapat jentik sebesar 25,00% berada pada
responden dengan sumber air buruk. Sedangkan bangunan
yang tidak terdapat jentik sebesar 56,96% berada pada
responden dengan sumber air baik.
b) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Tempat
Penampungan Air
Tabel 3.88 Tempat penampungan air
Keberadaan Jentik
Total
Ada Jentik Tidak Ada Jentik
F % F % f %
Tempat Buruk 32 44.44 40 55.56 72 100
Penampu Baik
6 26.09 17 73.91 23 100
ngan Air
Total 38 40.00 57 60.00 95 100

Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa


bangunan yang terdapat jentik sebesar 44,44% berada pada
responden dengan tempat penampungan air yang buruk.
Sedangkan bangunan yang tidak terdapat jentik sebesar
73,91% berada pada responden dengan tempat
penampungan air baik.

2) Lingkungan Biologi
Tabel 3.89 Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan
Resting Place

234
Keberadaan Jentik
Total
Ada Jentik Tidak Ada Jentik
f % f % f %
Resting Place Buruk 5 33.33 10 66.67 15 100
Baik 33 41.25 47 58.75 80 100
Total 38 40.00 57 60.00 95 100

Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa


proporsi respoden yang terdapat jentik dengan resting place buruk
sebesar 33,33% lebih kecil dibandingkan dengan proporsi
responden yang tidak terdapat jentik dengan resting place baik
sebesar 58,75%.
3) Lingkungan Sosial Budaya
a) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Kegiatan Kerja
Bakti
Tabel 3.90 Kegiatan kerja bakti
Keberadaan Jentik
Total
Ada Jentik Tidak Ada Jentik
f % f % f %
Kegiatan Buruk 5 33.33 10 66.67 15 100
Kerja Baik
33 41.25 47 58.75 80 100
Bakti
Total 38 40.00 57 60.00 95 100

Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa


bangunan yang terdapat jentik sebesar 33,33% berada pada
responden dengan kegiatan kerja bakti yang buruk.
Sedangkan bangunan yang tidak terdapat jentik sebesar
58,75% berada pada responden dengan kegiatan kerja bakti
yang baik.
b) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Dukungan Tokoh
Masyarakat
Tabel 3.91 Dukungan Tokoh Masyarakat
Keberadaan Jentik
Ada Jentik Tidak Ada Total
Jentik
F % f % f %
Dukungan Buruk 7 41.18 10 58.82 17 100
235
Tokoh Baik
31 39.74 47 60.26 78 100
Masyarakat
Total 38 40.00 57 60.00 95 100

Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa


bangunan yang terdapat jentik sebesar 41,18% berada pada
responden dengan dukungan tokoh masyarakat yang buruk.
Sedangkan bangunan yang tidak terdapat jentik sebesar
60,26% berada pada responden dengan dukungan tokoh
masyarakat yang baik.
c) Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Peran Kader
Jumantik
Tabel 3. 92 Peran Kader Jumantik
Keberadaan Jentik
Ada Jentik Tidak Ada Total
Jentik
f % f % f %
Peran Kader Buruk 10
26 47.30 29 52.70 55
Jumantik 0
Baik 10
12 30.00 28 70.00 40
0
10
Total 38 40.00 57 60.00 95
0

Berdasarkan tabel silang diatas dapat diketahui bahwa


bangunan yang terdapat jentik sebesar 47,30% berada pada
responden dengan peran kader jumantik yang buruk.
Sedangkan bangunan yang tidak terdapat jentik sebesar
70,00% berada pada responden dengan peran kader jumantik
yang baik.

236
d. Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.93 Informan Triangulasi (Tenaga Kesehatan)

No Pertanyaan Informan Triangulasi (Tenaga Kesehatan) Kesimpulan


IT 1 IT 2 IT 3
1 IDENTITAS
a.Nama Hastuti Hendra Yeni
b.Umur 33 Tahun 23 Tahun
c.Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan
d.Pendidikan D1- Kesling S1-Kesmas D3-Kesling
Terakhir
2. PERTANYAAN AWAL
a. Jumlah SDM Kalau di Kesling untuk saat 1 PJ Program, dengan Setiap kelurahan hanya
ini hanya ada 1 tenaga bantuan gasurkes dapat ada 1 gasurkes DBD.
saja. Untuk upaya tersebut membantu untuk
makanya ada kerjasama optimalisasi
dengan petugas keberlangsungan program
puskesmas yang lainnya. DBD. Namun, belum ada
Jadi memang kalau epidemiolog di
dikatakan kurang ya Puskesmas, sehingga
kurang, setidaknya ada 2 program yang
sampai 3 orang. Di bagian dilaksanakan sering
kesling saya lebih sebagai tumpah tindih dengan
koordinator semantik. pekerjaan lain
b. Beban Kerja Saya mulai masuk di kantor Senin-kamis (7-15)/jumat Sudah berjalan selama
dari jam 7 pagi sampai (7-11.3)/sabtu (7-12), 10 bulan sedangkan
selesai jam 2 siang, caranya harus pintar bagi untuk jam kerjanya
kurangnya lebihnya 7 jam waktu. Memegang sendiri tidak ada

237
di kantor mbak. program DBD 1 tahun ketentuannya. Upaya
lebih ( PSN, PE, Kasus). untuk mengelola
Tugas lain : promkes, waktunya ya selama
BPJS. Namun pekerjaan seminggu bisa
terbagi-bagi dan melebihi melakukan pemantauan
kemampuan pemegang jentik ke 100 rumah.
program.
c. Ketersediaan Dana Untuk dana sendiri berasal Pengendalian program Untuk dana selama
dari BOK (Bantuan (PE, Fogging), ada dana melakukan pemantauan
Operasional Kesehatan). (BOK, JKN, APBD jentik hanya berupa dana
Namun untuk Pemerintah), lancar. transport
pembagiannya kurang
mengetahui karena sudah
langsung dibagi oleh
atasan.
d. Ketersediaan Ada sarprasnya seperti Membutuhkan sarpras Senter, lembar observasi
Sarana dan senter, lembar observasi, (senter, larvasida, media
Prasarana abate. Namun diusahakan penyuluhan)
untuk tidak memakai abate
terlalu sering kepada
masyarakat.
e. Monitoring Upaya untuk melihat Perda no 5 2010 Upaya monitoring
kegiatan yang dilakukan (diterapkan agustus 2016) langsung dilakukan oleh
oleh semantik ya dengan diterapkan dgn DKK dan LSM Kaliandra
saya kroscek rumahnya penyuluhan/sosialisasi ke terkait peran gasurkes.
lagi. Lalu untuk penerapan masyarakat namun masih Selain itu, untuk
perda no 5 tahun 2010 kurang berjalan karena penerapan perda nomor
perlu di sosialisasi lebih masyarakat belum sadar 5 tahun 2010 sebagai
gencar. Hambatannya akan pencegahan. salah satu upaya untuk
dalam melakukan Monitoring dilakukan melihat keberjalanan
monitoring adalah jika turun dengan bantuan gasurkes PSN di masyarakat.

238
ke lapangan kekurangan di setiap kelurahan
tenaga. dengan menjangkau
seluruh rumah di wilker
pus/kel. Kegiatan PSN
dilaksanakan dgn
pengawasan dari Dinas
dengan tujuan agar
kegiatan terpantau dan
berjalan dgn baik.
f. Evaluasi Upaya evaluasinya melalui Ada perubahan setelah Laporan disampaikan ke
dilakukan monitoring. PKK Kelurahan,
Evaluasi dilakukan dgn pertemuan kader per
rapat lintas program RW, RT.
(rutin/minggu) dan laporan
ke DKK.Pelaksanaan PE
sudah sesuai.
g. Peran Semantik Tugas dari semantik itu
sendiri adalah memantau
jentik ke 20 rumah di setiap
kelurahan secara acak.
Semantik sendiri
merupakan kader dan
setelah melakukan
pemantauan jentik harus
memberikan laporan ke
puskesmas. Hambatan
yang sering terjadi adalah
keterlambatan pemberian
laporan yang dilakukan
oleh kader.
h. Peran Gasurkes Utamanya adalah

239
melakukan pemantauan
jentik di wilayah
kelurahan dengan
targetnya 100 rumah per
minggu, selain itu
melakukan penyuluhan
kesehatan (4 sekolah, 7
masyarakat, 1 lintas
sektor). Namun juga
membantu melakukan
kegiatan PE
(puskesmas) dan PJB
secara berkala.
Harapannya adalah
dengan adanya gasurkes
dapat membantu
menurunkan atau
menekan kasus DBD
serta mendampingi
masyarakat yang
menjadi penderita DBD
hingga tertolong.
i. Ketersediaan Data Data ABJ yang di Data yang ada seperti
ABJ puskesmas berasal dari ABJ per RT yang
laporan gasurkes, laporan biasanya dilaporkan 3
semantik dan upaya bulan sekali, kemudian
pemantauan jentik berkala. rekap ABJ per RW yang
Tapi belum lengkap karena akan disampaikan di
sering adanya pergantian kelurahan.
tenaga.

240
Berdasarkan hasil uji hubungan menggunakan SPSS akar
penyebab masalah rendahnya ABJ di Kelurahan Tinjomoyo, didapatkan
bahwa pengetahuan, praktik ikanisasi, dan peran kader jumantik
berhubungan dengan rendahnya Angka Bebas Jentik di Kelurahan
Tinjomoyo.

Setelah didapatkan informasi dari kuesioner, maka selanjutnya


dilakukan pemilihan prioritas akar penyebab masalah DBD di Kelurahan
Tinjomoyo dengan MCUA, pemilihan alternatif solusi dengan how how
diagram, analisis kelayakan solusi, penyusunan PoA, persiapan
kegiatan, dan langkah monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi.
Berikut adalah langkah-langkah dalam pembuatan intervensi yang tepat
untuk menyelesaikan masalah DBD baik di masyarakat maupun di
pelayanan kesehatan.

a. Langkah-langkah pembuatan intervensi dalam penyelesaian masalah


DBD di masyarakat
1) Pemilihan prioritas akar penyebab masalah DBD di masyarakat
Tabel 3.94 Pemilihan prioritas akar penyebab masalah DBD di
masyarakat

Akar Penyebab Masalah Cakupan Angka


Bebas Jentik Rendah
Praktisk Peran Kader
Pengetahuan
Ikanisasi Jumantik
Bobot
S SXB S SXB S SXB
(%)
Urgensi 30 2 0,6 3 0,9 4 1,2
Besar 20 1 0,2 2 0,4 2 0,4
Relevansi
20 2 0,4 3 0,6 4 0,8
Program
Dampak 30 2 0,6 2 0,6 3 0,9
Total 1,8 2,5 3,3

241
Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk pemilihan
prioritas akar penyebab masalah DBD di Kelurahan Tinjomoyo
merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok yang ditunjang
dengan jurnal dan data. Semakin kriteria dianggap penting, maka
bobotnya semakin besar.

Adapun bobot yang telah diberikan pada tiap kriteria


berdasarkan kesepakatan kelompok sebagai berikut :
a) Kegawatan : 30%
b) Besar : 20%
c) Relevansi program : 20%
d) Dampak : 30%
2) Alternatif penyelesai masalah DBD di masyarakat dengan how
how diagram

Peran Kader
Jumantik

Optimalisasi Penerapan 1
Dawis Rumah 1
Jumantik

Pelatihan Kader PSN Bersama

Gambar 3.32 How how diagram


Berdasarkan solusi dari penyebab masalah maka
dilakukan prioritas solusi dari segi masyarakat dengan melakukan
diskusi bersama ketua RW, perangkat Kelurahan Tinjomoyo dan
Gasurkes DBD dan KIA Kelurahan Tinjomoyo. Pembahasan
alternatif solusi dari segi masyarakat diharapkan dapat digunakan
dan diimplementasikan di lapangan. Sehingga alternatif solusi
yang disepakati untuk menjadi solusi dari segi masyarakat adalah.

242
1. Optimalisasi Dawis
Upaya optimalisasi dawis bertujuan untuk mengaktifkan
kembali peran dawis sebagai kader kesehatan khususnya
pada pemantauan jentik.
2. Pelatihan Kader
Kegiatan pelatihan kader bertujuan untuk memberikan
pengalaman dan wawasan terbaru untuk kader mengenai
upaya pencegahan demam berdarah dengan kegiatan yang
sederhana seperti pembuatan ovitrap yang diharapkan dapat
diaplikasikan setelah dilaksanakan pelatihan
3. PSN Bersama
Kegiatan PSN bersama bertujuan untuk mengajak masyarakat
di Kelurahan Tinjomoyo rutin melakukan kegiatan kebersihan
lingkungan dan menggerakkan gerakan 3M Plus pada hari
tertentu yang sudah dijadwalkan dan disepakati bersama
4. Penerapan 1 Rumah 1 Jumantik
Gerakan pemberdayaan masyarakat untuk menjadi pemantau
jentik bagi rumahnya sendiri, sehingga seluruh anggota
keluarga mempunyai peran untuk melakukan kegiatan
pemantauan jentik dan PSN. Serta diharapkan setiap keluarga
mempunyai laporan secara mandiri dan tidak ketergantungan
oleh tenaga surveilans kesehatan.

3) Prioritas Alternatif Solusi dengan MCUA


Berdasarkan alternatif penyelesaian masalah pada segi
masyarakat telah didapatkan empat solusi dalam kasus demam
berdarah yang muncul di masyarakat Kelurahan Tinjomoyo dan
diperlukan analisis untuk menentukan prioritas alternatif solusi
dengan menggunakan metode Multiple Criteria Unit Assessment
(MCUA). Metode ini digunakan untuk menentukan satu solusi
yang akan dijadikan prioritas. Selanjutnya prioritas solusi dengan
metode MCUA adalah dengan melihat skor terbesar dari solusi-
solusi yang ada. Untuk menentukan solusi yang akan diambil
maka dilakukan penilaian dengan menggunakan kriteria.
243
Kriteria yang digunakan dalam matriks MCUA ini sebagai
berikut :
1) Daya ungkit
2) Relevansi
3) Sumber daya
Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk alternatif
solusi DBD di Kelurahan Tinjomoyo merupakan hasil kesepakatan
anggota kelompok yang ditunjang dengan hasil fasilitasi dari
masyarakat. Semakin kriteria dianggap penting, maka bobotnya
semakin besar.
Adapun bobot yang telah diberikan pada setiap kriteria
untuk alternatif solusi sebagai berikut :
1) Daya ungkit : 40%
2) Relevansi : 35%
3) Sumber daya : 25%

Tabel 3.95 MCUA Alternatif Solusi Masalah Demam Berdarah


Dengue Kelurahan Tinjomoyo
MCUA Alternatif Solusi
Penerapa PSN
Optimalisa Pelatihan n1 Bersam
si Dawis Kader Rumah 1 a
Jumantik
Bobot SX S SXB S SX
S S SXB
(%) B B
Daya Ungkit 40 3 1,2 3 1,2 2 0,8 3 1,2
Relevansi 35 2 0,7 3 1,05 3 1,05 2 0,7
Sumber 25 2 0,5 4 1,0 1 0,25 2 0,5
daya
Total 2,4 3,25 2,1 2,4

Berdasarkan penentuan alternatif solusi dengan metode


MCUA tersebuit dihasilkan bahwa pelatihan kader menjadi
alternatif solusi untuk masalah DBD di Kelurahan Tinjomoyo
dengan jumlah skor 3,25 . Langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis kelayakan penyelesaian masalah DBD dengan Force

244
Field Analysis untuk mengetahui terkait alternatif solusi tersebut
layak diaplikasikan atau tidak di masyarakat.
4) Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah Demam Berdarah
Dengue di Masyarakat dengan Force Field Analysis
Penentuan prioritas penyelesaian masalah yang dapat
dilakukan dalam fasilitasi menggunakan diagram Force Field
Analysis. Diagram ini digunakan untuk menilai kelayakan solusi
yang akan diambil dengan metode skoring. Untuk masing-masing
poin dari faktor pendukung dan penghambat diberi skor (1-4). Jika
skor besar pada faktor pendukung, maka solusi tersebut layak
untuk direkomendasikan sedangkan jika skor lebih besar pada
faktor penghambat, solusi tersebut tidak layak/kurang tepat untuk
direalisasikan karena memiliki hambatan tinggi.
Untuk pemberian kriteria skoring pada faktor penghambat
sebagai berikut
Skor 1 = tidak menghambat
2 = tidak terlalu menghambat
3 = menghambat
4 = sangat menghambat
Sedangkan pada skor faktor pendukung adalah sebagai
berikut :
Skor 1 = tidak mendukung
2 = tidak terlalu mendukung
3 = mendukung
4 = sangat mendukung
a) Optimalisasi Dawis
Tabel 3.96 FFA Optimalisasi Dawis

Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor


Optimalisasi

4 Keaktifan Dawis Sumber daya (tenaga) 4


Dawis

Adanya dukungan
2 Koordinasi 2
tokoh masyarakat
Adanya wadah yang
3 Sistematika pelaporan 3
menaungi dawis

245
Tidak adanya peraturan
3
yang mengikat Total 9
12 Total

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil dengan melakukan
kegiatan optimalisasi dawis. Kegiatan ini merupakan kegiatan
untuk mengaktifkan kembali peran dawis di sektor kesehatan
terutama di kegiatan pemantauan jentik. Dari faktor
penghambat terdapat 12 poin yaitu :

1) Keaktifan dawis

Anggota dawis dalam setiap rukun tetangga belum tentu


memiliki komitmen yang sungguh-sungguh dalam
menjalankan peranannya, sehingga akibat kurangnya
komitmen maka sifat partisipasi dawis dalam melakukan
kegiatan belum maksimal.

2) Koordinasi

Upaya untuk mengumpulkan dan berkoordinasi bersama


terkait kegiatan dawis kurang berjalan maksimal
dikarenakan berbagai kesibukan warga

3) Sistematika pelaporan

Alur pembuatan pelaporan untuk kegiatan dawis masih


berbeda-beda formatnya sehingga untuk menyatukan
laporan kegiatan menjadi hambatan bagi masing-masing
dawis

4) Tidak adanya peraturan yang mengikat

Setelah dasa wisma terbentuk, kurang adanya peraturan


atau penjelasan secara rinci terkait kinerja dawis, sehingga
komitmen untuk melakukan tugasnya belum berjalan
maksimal.
246
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan
diperoleh 9 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan :
1) Sumber daya (tenaga)
Adanya kader kesehatan di tingkat Rukun Tetangga yang
ditunjuk sebagai kader Dasa Wisma.
2) Adanya dukungan masyarakat
Peran serta masyarakat untuk menerapkan kinerja dasa
wisma ada imbauan dari kelurahan dan PKK
3) Adanya wadah yang menaungi dawis
Tempat untuk menaungi dasa wisma disamakan dengan
perkumpulan PKK
Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi
optimalisasi dawis tidak dapat dilakukan karena memiliki skor
faktor penghambat lebih besar yaitu 12 dibandingkan dengan
skor faktor pendukung yaitu 9

b) Pelatihan Kader

Tabel 3.97 FFA Pelatihan Kader

Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor


Keterbatasan akses Sumber daya
Pelatihan Kader

2 4
informasi (tenaga)
Kader menjadi
2 Pelatih/pemateri 4
terlatih

3 Dana Keaktifan kader 3

7 Total Total 11

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil dengan melakukan
kegiatan pelatihan kader.

Dari faktor penghambat terdapat 7 poin yaitu :

1) Keterbatasan akses informasi


247
Kader merasa bahwa keutamaan untuk mendapatkan
informasi terkait pelatihan tidak didapat secara merata
serta kader merasa bahwa pengalamannya lebih baik
sehingga tidak perlu mengikuti pelatihan kader jika
diadakan
2) Pelatih/Pemateri
Apabila akan diadakan pelatihan kader maka diperlukan
pelatih/pemateri namun karena keterbatasan biaya
operasional akan menjadi faktor penghambat untuk
dilakukan pelatihan kader.
3) Dana
Kurangnya biaya operasional untuk melakukan kegiatan
pelatihan kader secara mandiri
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan
diperoleh 11 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang
dapat menjadi pertimbangan :
1) Sumber daya (tenaga)
Setiap Rukun Tetangga memiliki kader kesehatan,
sehingga kader tersebut menjadi peserta pelatihan
2) Kader menjadi terlatih
Adanya pelatihan kader maka kader kesehatan menjadi
terlatih dan dapat menambah keterampilan kader
3) Keaktifan kader
Adanya pelatihan kader maka akan meningkatkan
partisipasi keaktfan kad
Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi
pelatihan kader dapat dilakukan t dilakukan karena memiliki
skor faktor penghambat lebih kecil yaitu 7 dibandingkan dengan
skor faktor pendukung yaitu 11.

248
c) Penerapan 1 Rumah 1 Jumantik

Tabel 3.98 FFA Penerapan 1 Rumah 1 Jumantik

Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor

Penerapan 1 Rumah 1
Kesibukan anggota Ada imbauan dari
3 1
keluarga pemerintah

Jumantik
Kesadaran Adanya sarana dan
4 2
prasarana
Kemandirian Kemudahan untuk
3 melakukan kegiatan 4
pemantauan
11 Total Total 7
Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil dengan melakukan
kegiatan penerapan 1 rumah 1 jumantik.

Dari faktor penghambat terdapat 11 poin yaitu :

1) Kesibukan anggota keluarga


Aktivitas sehari-hari anggota keluarga yang memiliki
kesibukan masing-masing sehingga merasa tidak
sempat untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk
di rumahnya sendiri.
2) Kesadaran
Sebagian besar masyarakat belum sepenuhnya
menyadari akan pentingnya pemeriksaan jentik
nyamuk di rumahnya sendiri.
3) Kemandirian
Masyarakat masih mengandalkan atau bergantung
pada kader atau tenaga surveilens kesehatan yang
datang memeriksa jentik nyamuk dari rumah ke rumah,
hal ini membuat masyarakat kurang mandiri dalam
memeriksa jentik nyamuk di rumahnya sendiri.
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan
diperoleh 7 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang
dapat menjadi pertimbangan :
249
1) Ada imbauan dari pemerintah
Pemerintah sudah memberikan imbauan terkait
pelaksanaan gerakan 1 rumah 1 jumantik. Gerakan ini
juga sebagai implementasi dari PSN 3 M Plus.
2) Adanya sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan untuk
memeriksa jentik nyamuk di rumah sangat mudah
didapatkan. Sarana prasarana tersebut yaitu senter,
kartu pemeriksaan jentik, dan alat tulis.
3) Kemudahan untuk melakukan kegiatan pemantauan
Kegiatan pemantauan jentik nyamuk ini mudah
dilakukan karena anggota keluarga hanya akan
memeriksan jentik nyamuk yang ada pada tempat
penampungan air di rumahnya sendiri.
Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi
penerapan 1 Rumah 1 Jumantik tidak dapat dilakukan
dilakukan karena memiliki skor faktor penghambat lebih besar
yaitu 11 dibandingkan dengan skor faktor pendukung yaitu 7.

d) PSN Bersama
Tabel 3.99 FFA PSN Bersama

Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor


Minat untuk Ada imbauan
PSN Bersama

4 melakukan PSN 3
kurang
4 Kesibukan warga Ada tenaga 2
Kurangnya informasi Tidak memerlukan
2 terkait PSN peralatan yang 2
rumit
10 Total Total 7

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa


penyelesaian masalah yang diambil dengan melakukan PSN Bersama.

Dari faktor penghambat terdapat 10 poin yaitu :

1) Minat untuk melakukan PSN Kurang

250
Peran serta warga setempat masih kurang dalam melakukan
kegiatan PSN bersama di lingkungan tempat tinggalnya.
2) Kesibukan warga
Aktivitas sehari-hari warga setempat yang memiliki kesibukan atau
kegiatan yang berbeda-beda sehingga tidak dapat melakukan
kegiatan PSN bersama.
3) Kurangnya informasi terkait PSN
Warga masih belum sepenuhnya memahami tentang kegiatan
PSN.
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan diperoleh 7
poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat menjadi
pertimbangan :
1) Ada imbauan
Terdapat imbauan untuk melakukan kegiatan PSN dari tokoh
masyarakat setempat. Tokoh masyarakat dapat memberikan
contoh kepada warga nya serta melakukan pengawasan dalam
kegiatan PSN bersama.
2) Ada tenaga
Tenaga untuk melakukan kegiatan PSN bersama sudah tersedia
yaitu warga setempat yang tinggal di lingkungan tersebut.
3) Tidak memerlukan peralatan yang rumit
Peralatan untuk melakukan kegiatan PSN bersama sangat mudah
didapatkan seperti peralatan yang biasa digunakan untuk kegiatan
kerja bakti, mayoritas setiap rumah memiliki peralatannya.
Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi PSN
Bersama tidak dapat dilakukan karena memiliki skor faktor
penghambat lebih besar yaitu 10 dibandingkan dengan skor
faktor pendukung yaitu 7

5) Penyusunan Rencana Tindakan ( Plan of Action/PoA)


Plan of Action (PoA) merupakan suatu perencanaan
kegiatan jangka pendek yang ditujukan guna penyelesaian
masalah DBD berdasarkan pada penyelesaian yang telah dipilih
dan layak. PoA mengurai program hasil analisis penyelesaian

251
masalah DBD menjadi kegiatan-kegiatan kecil yang diperlukan.
Dalam melakukan identifikasi dan analisis kegiatan serta sumber
daya yang ada, dilakukan dengan melihat program yang ada di
pelayanan kesehatan.
Dalam membuat PoA beberapa hal yang dimasukan
antara lain program, jenis kegiatan, jumlah dana yang diperlukan
serta sumber dana, waktu pelaksanaan, dan oleh siapa kegiatan
tersebut dikerjakan.

252
Tabel 3.100 Matriks Plan of Action
Dana dan
No Program Kegiatan Vol. Keg. Indikator kegiatan PJ Waktu
sumbernya
1 Pembuatan Ovitrap 1 kali Fakultas Jumlah undangan hadir Syarifah Selasa, 8
sebanyak 50% dan bisa November 2016
mempraktikkan pembuatan
ovitrap secara mandiri
Sosialisasi 1 Rumah 1 1 kali Fakultas Jumlah undangan hadir Maryam Selasa, 8
Jumantik dan sebanyak 50% dan undangan November 2016
Pembagian Form Kartu yang hadir mengetahui
Pelatihan Kader Pemantau Jentik tatacara pengisian form kartu
pemantau jentik
Sosialisasi Perda No. 5 1 kali Fakultas Jumlah undangan hadir Risma Selasa, 8
Tahun 2010 dan sebanyak 50% November 2016
Pembagian Stiker

253
Advokasi Kelurahan 1 kali Fakultas Adanya penandatanganan Kalit Selasa, 8
terkait pengaktifan MoU terkait pengaktifan kader November 2016
kader jumantik tingkat jumantik di tingkat RT antara
RT kelurahan dengan mahasiswa
PBL

254
6) Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
Setelah membuat PoA (Plan of Action), maka langkah
selanjutnya adalah persiapan dan pelaksanaan kegiatan
intervensi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu mahasiswa bersama
stakeholder terkait dapat mengidentifikasi kebutuhan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan intervensi penyelesaian
masalah DBD. Persiapan intervensi dilaksanakan sebelum
pelaksanaan kegiatan intervensi.
a) Waktu dan tempat
Penyelenggaraan acara Pelatihan Kader di Kelurahan
Tinjomoyo akan dilaksanakan pada :
Waktu : Hari Selasa, 8 November 2016. Pukul 16.00
Tempat : Balai Kelurahan Tinjomoyo
b) Peserta
Perserta acara Pelatihan Kader Kelurahan Tinjomoyo adalah
para kader kesehatan di setiap RT di Kelurahan Tinjomoyo.
c) Alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam Pelatihan Kader,
adalah sebagai berikut :
- Perangkat ovitrap
- Soal pre test dan post test
- Stiker penegakan Perda No. 5 Tahun 2010
- Materi sosialisasi
- Form pemantauan jentik untuk Kelurahan, Kader RW,
koordinator RT, dan setiap rumah

255
Tabel 3.101 Matriks Persiapan Kegiatan Intervensi

Kegiatan Sasaran Target Kebutuhan Pihak terkait Metode Deskripsi Metode


Pembuatan Ovitrap Ibu Kader 100% - Botol air mineral Mahasiswa Tutorial Para peserta akan diberikan contoh
kesehatan 1,5 L sejumlah 45 pembuatan ovitrap untuk selanjutnya
di setiap RT buah peserta akan mengikuti setiap tahapan
- Plastik hitam yang dilakukan oleh fasilitator.
- Cutter
- Gunting
- Lakban
- Gula Jawa
- Air Panas
- Ragi
Sosialisasi 1 Ibu Kader di 100% - materi sosialisasi Mahasiswa Sosialisasi Para peserta akan diberi pengarahan
Rumah 1 Jumantik setiap RT - form pemantuan mengenai praktik 1 rumah 1 jumantik
jentik dalam pengarahan tersebut peserta juga
akan diberikan contoh form yang
digunakan dalam tahap pemantauan
jentik.
Sosialisasi Perda Ibu Kader di 100% - materi sosialisasi Mahasiswa Sosialisasi Para peserta akan diberi pengarahan
No. 5 Tahun 2010 setiap RT - stiker mengenai Perda No. 5 Tahun 2010

256
dalam pengarahan tersebut peserta juga
akan diberikan stiker yang bisa
dgunakan sebagai pengingat penegakan
Perda No. 5 Tahun 2010.
Advokasi Kepala 100% -proposal advokasi Mahasiswa Pertemuan Stakeholder (Kelurahan) dapat
Kelurahan terkait Kelurahan menerbitkan imbauan atau surat edaran
pengaktifan kader kepada seluruh ketua RW untuk
jumantik per RT mengaktifkan kader jumantik di tingkat
RT serta ada penandatangan MoU
antara kelurahan dengan mahasiswa
PBL

257
1) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi
Kegiatan intervensi yang telah dikerjakan perlu dilihat,
apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak berjalan sama sekali, untuk itulah perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan monitoring adalah untuk
mahasiswa bersama masyarakat atau stakeholder lain yang
terkait dapat melakukan kegiatan pemantauan dan penilaian dari
kegiatan intervensi penyelesaian masalah DBD yang telah
dilaksanakan.
Evaluasi dari intervensi pelatihan kader yang telah
dilakukan yaitu dengan memberikan tes sederhana mengenai 1
rumah 1 jumantik dan perda No 5 Tahun 2010. Tes tersebut terdiri
dari 10 buah pertanyaan tertutup yang disajikan dalam bentuk pre
dan post test. Pelatihan kader ini di monitoring dengan memantau
para kader kesehatan dari setiap RT yang hadir dalam pelatihan.
Berikut ini tabel monitoring evaluasi kegiatan intervensi.

258
Tabel 3.102 Matriks Monitoring Kegiatan
No. Tahapan Ketersediaan Sumber Hambatan/ Sumber Metode/Cara Waktu PJ Keterangan
Kegiatan Daya Kemajuan Data Monitor dan Upaya
Perbaikan
1 Pelatihan - Panitia inti (-) -Daftar - Peserta Dimulai Seluruh OK
Pembuatan - Tempat, meja, kursi Penyampaia logistik dapat dari H-3 panitia
Ovitrap - Peralatan n materi dari persiapan mempraktekan 5
pembuatan ovitrap fasilitator - lembar pembuatan Novemb
- Lembar absensi kurang absensi ovitrap er 2016
- Materi presentasi interaktif - peserta
- Snack bersedia
- Kamera memasang
- Rundown acara ovitrap di
- Undangan ke kader rumah masing-
masing

2 Sosialisasi - Panitia inti (-) Antusias - Daftar - pengetahuan Dimulai Seluruh OK


1 Rumah 1 - Tempat, meja, kursi peserta untuk Logistik peserta dari H-2 panitia
Jumantik - Lembar absensi berdiskusi - lembar mengenai 1 6
- Materi presentasi dengan pre dan rumah 1 Novemb

259
- Kartu pemantau fasilitator post test jumantik er 2016
jentik masih rendah meningkat
- Snack 25%
- Kamera
- Rundown acara
- Buku pedoman
3 Sosialisasi - Panitia inti (-) - Daftar - pengetahuan Dimulai Seluruh OK
Perda No 5 - Tempat, meja, kursi Antusiasme logistic peserta H-2 panitia
Tahun - Lembar absensi peserta untuk - lembar mengenai 6
2010 - Materi presentasi berdiskusi pre dan Perda No. 5 Novemb
- Stiker sosialisasi dengan post test Tahun 2010 er 2016
- Snack fasilitator
- Kamera masih rendah
- Rundown acara
4 Advokasi - Panitia inti (+) Advokasi - proposal Adanya Dimulai Seluruh OK
Kelurahan - Tempat, meja, kursi yang advokasi kesepakatan H-1 panitia
terkait - Snack ditawarkan - pakta antara 6
pengaktifan - Kamera akan integritas fasilitator dan Novemb
kader - Rundown acara dilaksanakan stakeholder er 2016
jumantik - Proposal advokasi pada awal

260
per RT - tahun 2017

261
Apabila dilihat pada tabel 3.94 , semua tahapan mulai dari
persiapan kegiatan hingga pada kegiatan pelatihan kader sudah
berjalan dengan lancar dan pada saat keberjalanan kegiatan
sudah berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Namun, ada beberapa kendala dalam pelaksanaan intervensi
tersebut, seperti antusiasme peserta untuk berdiskusi dengan
fasilitator masih rendah dan fasilitator ketika menyampaikan materi
kurang interaktif.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian
dapat diihat dalam tabel 3. berikut :
Tabel 3.103 Capaian Kegiatan Pelatihan Kader
Target Capaian
Tingkat kehadiran peserta 50% Tingkat kehadiran peserta
59%
Peningkatan pengetahuan Peningkatan pengetahuan
peserta sebesar 25% peserta sebesar 39%

Apabila dilihat dari capaian kegiatan Pelatihan Kader,


semua target sudah terpenuhi. Dilihat dari tingkat kehadiran
peserta dari 46 undangan yang diberikan, 27 peserta yang hadir
(59%). Pada saat kegiatan berlangsung, peserta tampak antusias
untuk mendengarkan dan mempraktikan apa yang disampaikan
saat dilakukan pemaparan pelatihan kader.
Kegiatan pelatihan kader didahului dengan pretest terlebih
dahulu dengan beberapa pertanyaan mengenai 1 rumah 1
jumantik dan perda No 5 Tahun 2010. Berdasarkan test tersebut
diperoleh nilai rata-rata peserta adalah 70 . Setelah kegiatan
pelatihan kader, peserta diberi kembali dengan beberapa
pertanyaanyang sama (post test), dan diapatkan nilai rata-rata
sebesar 97.
Sesuai rencana kegiatan dan target yang telah dibuat
sebelumnya, kegiatan Pelatihan Kader dapat dikatakan berhasil.
Semua rencana kegaiatan dilakukan dengan lancar dan capaian

262
kegiatan Pelatihan Kader sudah melapaui target yang telah
ditetapkan.

263
Tabel 3.104 Matriks Evaluasi
No. Tahapan/Kegiatan Indikator Sumber Data Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
1. Pembuatan ovitrap 1. Peserta dapat Laporan hasil 5. Peserta yang Setengah H-3 8 November OK
membuat pelatihan hadir dapat peserta yang 5 November 2016
ovitrap mempraktika hadir membuat 2016
2. Peserta n pembuatan ovitrap
bersedia ovitrap
memasang 6. Setengah
ovitrap di peserta yang
rumah hadir
masing- memasang
masing ovitrap
2. Sosialisasi 1 1. Jumlah 1. Laporan 1. Peserta yang 50% peserta H-2 8 November OK
Rumah 1 Jumantik peserta yang hasil hadir hadir dan 6 November 2016
datang sosialisasi sebanyak pengetahuan 2016
2. Peningkatan 2. Hasil 50% peserta
pengetahuan perbanding 2. Peningkatan meningkat
ibu mengenai an nilai pengertahua sebesar 39%
sosialisasi 1 pretest dan n peserta
rumah 1 post test 25% dari

264
jumantik pengetahuan
awal
3. Sosialisasi Perda 1. Jumlah kader 1) Laporan 1. Peserta 50% peserta H-2 8 November OK
No. 5 Tahun 2016 yang datang hasil yang hadir hadir dan 6 November 2016
2. Peningkatan sosialisasi sebanyak pengetahuan 2016
pengetahuan 2) Hasil 50% peserta
ibu mengenai perbandin 2. Peningkata meningkat
sosialisasi gan nilai n sebesar 39%
Perda No.5 pretest pengertahu
Tahun 2016 dan post an peserta
test 25% dari
pengetahua
n awal
4 Advokasi Adanya Proposal Stakeholder Stakeholder H-1 6 7 November OK
Kelurahan terkait kesepakatan advokasi dan bersedia akan November 2016
pengaktifan kader antara fasilitator pakta melaksanakan melaksanakan 2016
jumantik per RT dan stakeholder integritas saran advokasi saran advokasi
yang ditawarkan pada awal tahun
2017

265
b. Langkah-langkah pembuatan intervensi dalam penyelesaian masalah DBD
di Pelayanan Kesehatan
e) Pemilihan prioritas akar penyebab masalah DBD di pelayanan
kesehatan
Tabel 3.105 MCUA Prioritas Akar Penyebab Masalah DBD Di
Pelayanan Kesehatan

Akar Penyebab Masalah Cakupan Angka


Bebas Jentik Rendah Segi Pelayanan
Kesehatan
Pelaksanaan
Ketersediaan Analisis
Pengendalian
Tenaga Data
DBD (Monitoring
(Jumlah SDM) ABJ
dan Evaluasi)
Kriteria Bobot
S SXB S SXB S SXB
(%)
Urgensi 25 2 0,5 2 0,5 3 0,75
Besar 25 1 0,25 3 0,75 1 0,25
Relevansi 25
2 0,5 1 0,25 2 0,5
Program
Dampak 25 3 0,75 3 0,75 4 1
Total 2 2,25 2,5

Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk pemilihan


prioritas akar penyebab masalah DBD di Kelurahan Tinjomoyo
merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok yang ditunjang dengan
jurnal dan data. Semakin kriteria dianggap penting, maka bobotnya
semakin besar.

Adapun bobot yang telah diberikan pada tiap kriteria


berdasarkan kesepakatan kelompok sebagai berikut :
a) Kegawatan : 30%
b) Besar : 20%
c) Relevansi program : 20%
d) Dampak : 30%

266
f) Alternatif penyelesai masalah DBD di pelayanan dengan how how
diagram

Analisis Data ABJ

Pelaporan stratifikasi
Perbaikan
(endemisitas)
metode
desa/kelurahan
sampling
dengan pemetaan

Gambar 3.33 Diagram How how

Berdasarkan solusi dari penyebab masalah maka dilakukan


prioritas solusi dari segi pelayanan kesehatan dengan melakukan
diskusi bersama pemegang program DBD Puskesmas Ngesrep dan
Gasurke DBD Kelurahan Tinjomoyo . Pembahasan alternatif solusi dari
pelayanan kesehatan diharapkan dapat digunakan dan
diimplementasikan di lapangan. Sehingga alternatif solusi yang
disepakati untuk menjadi solusi dari pelayanan kesehatan adalah :
1. Pelaporan stratifikasi (Endemisitas) desa/kelurahan dengan
pemetaa
Dimaksudkan untuk menganalisis data ABJ yg telah didapatkan
dengan cara membuat pemetaan wilayah di setiap RW di Kelurahan
Tinjomoyo berdasarkan berdasarkan perkembangan kasus dan ABJ
setiap bulan. Pemetaan ini dibuat untuk memudahkan masyarakat
ataupun stakeholder lain dalam melihat wilayah endemis DBD.
Ketersediaan data ABJ dapat menggambarkan tinggi rendahnya
perkembanganbiakan vektor DBD di suatu wilayah.

267
2. Perbaikan metode sampling
Upaya yang diharapkan adanya perbaikan dalam pengambilan
sampling terkait pengumpulan data ABJ di lapangan yang
disesuaikan dengan teori.

g) Prioritas Alternatif Solusi dengan MCUA


Berdasarkan alternatif penyelesaian masalah pada pelayanan
kesehatan didapatkan dua solusi dalam kasus demam berdarah dan
diperlukan analisis untuk menentukan prioritas alternatif solusi dengan
menggunakan metode Multiple Criteria Unit Assessment (MCUA).
Metode ini digunakan untuk menentukan satu solusi yang akan
dijadikan prioritas. Selanjutnya prioritas solusi dengan metode MCUA
adalah dengan melihat skor terbesar dari solusi-solusi yang ada. Untuk
menentukan solusi yang akan diambil maka dilakukan penilaian dengan
menggunakan kriteria.
Kriteria yang digunakan dalam matriks MCUA ini sebagai berikut
1) Daya ungkit
2) Relevansi
3) Sumber daya
Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk alternatif solusi
DBD merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok yang ditunjang
dengan hasil fasilitasi dari segi pelayanan kesehatan. Semakin kriteria
dianggap penting, maka bobotnya semakin besar.
Adapun bobot yang telah diberikan pada setiap kriteria untuk
alternatif solusi sebagai berikut :
1) Daya ungkit : 40%
2) Relevansi : 35%
3) Sumber daya : 25%

268
Tabel 3.106 MCUA Alternatif Solusi
MCUA Alternatif Solusi
Pelaporan
Stratifikasi Perbaikan
(Endemisitas) Metode Sampling
Desa/Kelurahan
Bobot
S SXB S SXB
(%)
Daya Ungkit 40 3 1,2 3 1,2
Relevansi 35 4 1,4 3 1,05
Sumber Daya 25 2 0,5 2 0,5
Total 3,1 2,75

Berdasarkan penentuan alternatif solusi dengan metode MCUA


tersebuit dihasilkan bahwa pelaporan stratifikasi (endemesitas)
desa/kelurahan menjadi alternatif solusi untuk masalah DBD dari segi
pelayanan kesehatan dengan jumlah skor 3,1 . Langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis kelayakan penyelesaian masalah DBD
dengan Force Field Analysis untuk mengetahui terkait alternatif solusi
tersebut layak diaplikasikan atau tidak di pelayanan kesehatan.

4) Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah Demam Berdarah


Dengue

Tabel 3.107 FFA Pelaporan Stratifikasi (Endemisitas)


Desa/Kelurahan

Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor


(Endemisitas) Desa/Kelurahan

Belum adanya tenaga


Pelaporan Stratifikasi

Adanya
2 yang mengikuti 4
pembaharuan kasus
pelatihan GIS

3 Waktu Tersedia data 3

Kemudahan
pemantauan kasus
2 Keakuratan informasi 3
dan ABJ di wilayah
kerja
7 Total Total 10

269
Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa
penyelesaian masalah yang diambil dengan melakukan kegiatan
pelaporan stratifikasi (endemisitas) desa/kelurahan. Dari faktor
penghambat terdapat 7 poin yaitu :

1) Belum adanya tenaga yang mengikuti pelatihan GIS

Kepadatan waktu dan pergantian tenaga kesehatan


khususnya pada pemegang program DBD mengakibatkan
belum sempat mengikuti pelatihan GIS

2) Waktu

Terbatasnya waktu dari tenaga kesehatan untuk mengikuti


pelatihan disebabkan karena tuntutan pekerjaan di kantor
maupun di lapangan

3) Keakuratan informasi

Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan


diperoleh 10 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan :
1) Adanya pembaharuan kasus dan persentase ABJ
Jumlah kasus dan persentase abj yg ada di setiap RW
kelurahan tsb dapat berbeda-beda setiap bulannya
2) Tersedia data
Data mengenai jumlah kasus dan abj sudah tersedia tiap
bulan
3) Kemudahan pemantauan kasus dan ABJ di wilayah kerja
Adanya pemetaan dapat memudahkan stakeholder dan
petugas kesehatan dapat memantau perkembangan kasus
dan abj di tiap RW

Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi pelaporan


stratifikasi (endemisitas) desa/kelurahan dapat dilakukan karena
memiliki skor faktor penghambat lebih kecil yaitu 7 dibandingkan
dengan skor faktor pendukung yaitu 10

270
Tabel 3.108 FFA Perbaikan Metode Sampling
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor

Perbaikan Metode
3 Waktu Sumber daya (tenaga) 3

Sampling
Tersedia populasi
4 Kondisi lapangan 2
jumlah bangunan
Tersedia rumus/cara
2 Dukungan masyarakat 2
pengambilan sampel
9 Total Total 7

Dari force field analysis tersebut dapat diketahui bahwa penyelesaian


masalah yang diambil dengan melakukan kegiatan perbaikan metode
sampling. Dari faktor penghambat terdapat 9 poin yaitu :

1) Waktu
Waktu yang dibutuhkan oleh tenaga surveilens kesehatan dalam
kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk di seluruh wilayah
kelurahan.
2) Kondisi lapangan
Keadaan lapangan atau tempat yang akan dilakukan
pemeriksaan jentik nyamuk oleh tenaga surveilens kesehatan,
lingkungan yang sulit dijangkau tidak memungkinkan untuk
dilakukan pemeriksaan.
3) Dukungan masyarakat
Ada tidaknya dukungan masyarakat di lingkungan setempat,
kemungkinan ada masyarakat yang enggan untuk diperiksa
tempat penampungan airnya
Dari faktor pendorong untuk alternatif yang kami sarankan
diperoleh 7 poin, berikut penjelasan dari setiap poin yang dapat
menjadi pertimbangan :
1) Sumber daya (tenaga)
Tersedianya sumber daya (tenaga) untuk melakukan sampling
ABJ
2) Tersedia populasi jumlah bangunan
Banyaknya jumlah populasi bangunan yang ada di lingkungan
setempat untuk diambil sampel.

271
3) Tersedia rumus/cara pengambilan sampel
Terdapat rumus atau cara untuk menghitung sampel dari
banyaknya populasi jumlah bangunan yang akan dilakukan
pemeriksaan jentik nyamuk.
Berdasarkan FFA diatas dapat diketahui bahwa solusi perbaikan
metode sampling tidak dapat dilakukan karena memiliki skor
faktor penghambat lebih besar yaitu 9 dibandingkan dengan skor
faktor pendukung yaitu 7.

272
5) Penyusunan Rencana Tindakan ( Plan of Action/PoA)
Tabel 3. 109 Matriks Plan of Action Pelayanan Kesehatan
Dana dan
No Program Kegiatan Vol. Keg. Indikator kegiatan PJ Waktu
sumbernya
1 Pemetaan penyebaran Peta dapat di baca dan Syarifah Senin, 7
vektor DBD dipahami oleh petugas November 2016
1 kali Fakultas
berdasarkan ABJ kesehatan
dengan aplikasi GIS
Pemetaan penyebaran Peta dapat di baca dan Maryam Senin, 7
kasus DBD dengan 1 kali Fakultas dipahami oleh petugas November 2016
Pemetaan aplikasi GIS kesehatan
stratifikasi Pembuatan pedoman Pedoman dapat membantu Risma, Kalit Senin, 7
penggunaan aplikasi penenggung jawab November 2016
GIS program DBD dalam
Briefing penggunaan 1 kali Fakultas pemetaan kasus dan
GIS ke penanggung vektor
jawab program DBD
Puskesmas Ngesrep

273
6) Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
Setelah membuat PoA (Plan of Action), maka langkah
selanjutnya adalah persiapan dan pelaksanaan kegiatan
intervensi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu mahasiswa bersama
stakeholder terkait dapat mengidentifikasi kebutuhan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan intervensi penyelesaian
masalah DBD. Persiapan intervensi dilaksanakan sebelum
pelaksanaan kegiatan intervensi.
4) Waktu dan tempat
Penyelenggaraan acara pemetaan stratifikasi DBD di
Puskesmas Ngesrep akan dilaksanakan pada :
Waktu : Hari Senin, 7 November 2016. Pukul 10.00
Tempat : Puskesmas Ngesrep
5) Sasaran
Sasaran pembuatan pemetaan distribusi kasus dan vektor DBD
adalah penanggung jawab program DBD di Puskesmas Ngesrep
dan Gasurkes DBD wilayah Kelurahan Tinjomoyo.
6) Alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam Pelatihan Kader,
adalah sebagai berikut :
- Software Arcgis
- Pedoman penggunaan software arcgis
- Hard file hasil pemetaan distibusi kasus dan vektor DBD
Kelurahan Tinjomoyo Januari hingga Oktober 2016

274
Tabel 3.110 Matriks Persiapan Kegiatan Intervensi

Kegiatan Sasaran Target Kebutuhan Pihak terkait Metode Deskripsi Metode


Pemetaan Penanggung 100% -Laptop Mahasiswa Tutorial Para peserta akan diberikan contoh
penyebaran vektor jawab Program -Aplikasi Arcgis pembuatan pemetaan untuk selanjutnya
DBD berdasarkan DBD dan -Buku peserta akan mengikuti setiap tahapan
ABJ dengan aplikasi Gasurkes pedoman yang dilakukan oleh fasilitator.
GIS
Pemetaan Penanggung 100% -Laptop Mahasiswa Tutorial Para peserta akan diberikan contoh
penyebaran kasus jawab Program -Aplikasi Arcgis pembuatan pemetaan untuk selanjutnya
DBD dengan DBD dan -Buku peserta akan mengikuti setiap tahapan
aplikasi GIS Gasurkes pedoman yang dilakukan oleh fasilitator.
Pembuatan Penanggung 100% -Buku Mahasiswa Tutorial Para peserta akan diberikan buku
pedoman jawab Program pedoman pedoman pembuatan pemetaan untuk
penggunaan DBD dan pembelajaran secara lebih lanjut.
aplikasi GIS Gasurkes

275
7) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi
Kegiatan intervensi yang telah dikerjakan perlu dilihat,
apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak berjalan sama sekali, untuk itulah perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan monitoring
adalah untuk mahasiswa bersama masyarakat atau stakeholder
lain yang terkait dapat melakukan kegiatan pemantauan dan
penilaian dari kegiatan intervensi penyelesaian masalah DBD
yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dari intervensi pemetaan stratifikasi penyakit
DBD berdasarkan jumlah kasus dan vektor dilakukan dengan
memantau para peserta dalam mempraktekan pembuatan peta
dengan aplikasi GIS. Pemantauan ini dilakukan ketika fasilitator
memaparkan setiap tahapan dalam pembuatan peta. Berikut ini
tabel monitoring kegiatan intervensi.

276
Tabel 3.111 Matriks Monitoring Kegiatan
No. Tahapan Ketersediaan Sumber Daya Hambatan/ Sumber Metode/Cara Monitor Waktu Keterangan dan
Kegiatan Kemajuan Data Upaya Perbaikan
1. Pemetaan - Panitia inti Peserta Absensi Kebersediaan peserta Dimulai H-3 OK
penyebaran - Tempat, meja, kursi mempunyai peserta untuk melihat proses 4 November
banyak
vektor DBD - Materi presentasi kesibukan pembuatan peta 2016
berdasarkan - Snack lain distribusi vektor DBD
ABJ dengan - Kamera
aplikasi GIS - Rundown acara
- Undangan ke petugas
kesehatan dan gasurkes
2 Pemetaan - Panitia inti Peserta Absensi Kebersediaan peserta Dimulai H-3 OK
penyebaran - Tempat, meja, kursi mempunyai peserta untuk melihat proses 4 November
kasus DBD - Snack banyak pembuatan peta 2016
dengan - Kamera kesibukan distribusi kasus DBD
aplikasi GIS - Rundown acara lain
Undangan ke petugas
kesehatan dan gasurkes
3 Pembuatan - Panitia inti - Absensi Keberasediaan Dimulai H-3 OK
pedoman - Tempat, meja, kursi peserta peserta untuk 4 November

277
penggunaan - Snack menggunakan buku 2016
aplikasi GIS - Kamera pedoman
- Rundown acara
- Undangan ke petugas
kesehatan dan gasurkes

278
Apabila dilihat pada tabel 3.99 , semua tahapan mulai dari
persiapan kegiatan hingga pada kegiatan pemetaan stratifikasi DBD
sudah berjalan dengan lancar pada saat jalannya kegiatan berjalan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Walaupun ada sedikit
hambatan saat pelaksanaan kegiatan ini.
Capaian yang didapatkan telah melampaui target, capaian dapat
diihat dalam tabel 3.112 berikut :
Tabel 3.112 Capaian Kegiatan pemetaan stratifikasi DBD
Target Capaian
100% peserta bersedia mengikuti 100% peserta bersedia mengikuti
kegiatan intervensi kegiatan intervensi
100% peserta bersedia 100% peserta bersedia
menggunakan buku pedoman menggunakan buku pedoman
pembuatan peta stratifikasi pembuatan peta stratifikasi

Apabila dilihat dari capaian kegiatan pemetaan stratifikasi,


semua target sudah terpenuhi. Dilihat dari tingkat kebersediaan peserta
dari 2 undangan yang diberikan, 2 peserta yang hadir (100%). Pada
saat kegiatan berlangsung, peserta tampak antusias mendengarkan dan
mempraktikan bahkan kadang peserta berdiskusi langsung dengan
fasilitator.
Sesuai rencana kegiatan dan target yang telah dibuat
sebelumnya, kegiatan pemetaan stratifikasi dapat dikatakan berhasil.
Semua rencana kegaiatan dilakukan dengan lancar dan capaian
kegiatan pemetaan stratifikasi sudah melapaui target.

279
Tabel 3.113 Matriks Evaluasi
No. Tahapan/Kegiatan Indikator Sumber Data Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan
1. Pemetaan Kebersediaan Absensi 100% peserta 100% peserta Dimulai H-3 7 November OK
penyebaran vektor peserta peserta bersedia bersedia 4 November 2016
DBD berdasarkan mengikuti mengikuti mengikuti 2016
ABJ dengan kegiatan kegiatan kegiatan
aplikasi GIS intervensi intervensi intervensi
2. Pemetaan Kebersediaan 1. Absensi 100% peserta 100% peserta Dimulai H-3 7 November OK
penyebaran kasus peserta peserta bersedia bersedia 4 November 2016
DBD dengan mengikuti mengikuti mengikuti 2016
aplikasi GIS kegiatan kegiatan kegiatan
intervensi intervensi intervensi
3. Pembuatan Peserta Absensi 100% peserta 100% peserta Dimulai H-3 7 November OK
pedoman bersedia peserta bersedia bersedia 4 November 2016
penggunaan menggunakan menggunakan menggunakan 2016
aplikasi GIS buku pedoman buku pedoman buku pedoman
pembuatan peta pembuatan peta pembuatan peta
stratifikasi stratifikasi stratifikasi

280
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1) KIA

1. Dalam penentuan prioritas masalah KIA digunakan metode Multiple


Criteria Utility Assessment (MCUA). Dari data sekunder yang diperoleh
dan hasil MCUA dari Prioritas Masalah didapatkan prioritas masalah
KIA di Kelurahan Tinjomoyo yaitu rendahnya cakupan kunjungan K4.
2. Prioritas penyebab masalah KIA di kelurahan Tinjomoyo dari segi
Masyarakat adalah Informasi yang didapatkan Ibu mengenai K4
(pemeriksaan kehamilan dari trisemester ke I sampai trisemester ke
III). Penyebab masalah KIA pada tenaga Kesehatan adalah belum
terdapatnya kebijakan mengenai kunjungan K4 di Puskesmas
Ngesrep.
3. Prioritas alternatif solusi rendahnya cakupan kunjungan K4 di
Kelurahan Tinjomoyo dengan menggunakan metode MCUA adalah
Gerakan Masyarakat Peduli K4. Prioritas alternatif solusi belum
terdapatnya kebijakan mengenai kunjungan K4 di Puskesmas Ngesrep
adalah kegiatan Month for Mom.
2) GIZI

1. Identifikasi masalah gizi di Kelurahan Tinjomoyo berdasarkan data


sekunder dari Puskesmas Ngesrep dan laporan ketua kader
posyandu Kelurahan Tinjomoyo. Berdasarkan analisis trend,
kegawatan, dan besar masalah diperoleh beberapa masalah gizi,
yaitu : cakupan K/S, cakupan D/S, cakupan N/D, cakupan N/S,
jumlah yang mendapat PMT, jumlah ibu hamil KEK, cakupan vitamin
A bayi/balita dan pemantauan garam ber- yodium.
2. Berdasarkan hasil MCUA didapatkan bahwa prioritas masalah gizi di
Kelurahan Tinjomoyo adalah cakupan N/D.

281
3. Identifikasi penyebab dari masalah cakupan N/D menggunakan
metode fish bone diagram yang mengacu pada konsep dan teori H.L.
Blum. Kemudian faktor yang mungkin menjadi penyebab tersebut
dituangkan dalam bentuk kuesioner. Berdasarkan data primer
dengan wawancara kepada responden didapatkan faktor penyebab
masalah cakupan N/D dari sisi masyarakat di Kelurahan Tinjomoyo
adalah kurangnya keaktifan ibu untuk membawa balita ke posyandu.
4. Sedangkan berdasarkan hasil indepth interview dengan pihak
pelayanan kesehatan didapatkan faktor penyebab masalah cakupan
N/D dari sisi institusi adalah kurangnya keaktifan kader dalam
pemantauan berat badan balita.
5. Alternatif penyelesaian masalah gizi (cakupan N/D) di masyarakat
dengan How-how Diagram didapatkan alternatif untuk melakukan
beberapa intervensi. Antara lain: revitalisasi kinerja dawis untuk
penjaringan penimbangan berat badan balita dan mendorong
keaktifan ibu ke posyandu, peningkatan pengetahuan ibu tentang
posyandu dengan cara penyuluhan, pelatihan dan pembinaan untuk
meningkatan peran kader, dan pemberian informasi dengan media
kreatif (Film pendek, lefleat, buku modul).
6. Alternatif penyelesaian masalah gizi (cakupan N/D) di institusi
(puskesmas) dengan How-how Diagram didapatkan alternatif untuk
melakukan beberapa intervensi. Antara lain: pelatihan dan
pembinaan untuk meningkatan peran kader, penghargaan bagi kader
yang aktif, dan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat
badan balita.
7. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah di masyarakat
menggunakan Force Field Analysis (FFA), dilihat dari faktor
penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah
revitalisasi kinerja dawis untuk penjaringan penimbangan berat
badan balita. Setiap dawis diberikan satu form penjaringan berat
badan balita dan mempunyai tanggung jawab untuk setiap balita
yang terdapat dalam 10 KK.
8. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah di institusi
(puskesmas) menggunakan Force Field Analysis (FFA), dilihat dari
282
faktor penghambat dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil
adalah monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat badan balita
di posyandu oleh puskesmas.
9. Plan of Action masalah gizi ialah dengan membuat perencanaan
kegiatan intervensi seperti sosialisiasi sistem penjaringan berat
badan balita dan mengadakan pretest sebelum sosialisasi serta
postest setelah sosialisasi dilaksanakan, pembagian poster untuk
setiap posyandu, pemberian sticker untuk ibu yang berkunjung ke
posyandu, serta pemberian leaflet serta advokasi kegiatan monitoring
dan evaluasi sistem penjaringan berat badan balita di posyandu oleh
puskesmas.
10. Implementasi intervensi masalah gizi dilakukan sesuai PoA yang
telah disusun yaitu seperti sosialisasi sistem penjaringan berat badan
balita, pembagian poster untuk setiap posyandu, pemberian sticker
untuk ibu yang berkunjung ke posyandu, pemberian leaflet serta
mengadakan pretest sebelum sosialisasi serta postest setelah
sosialisasi dilaksanakan sebagai alat ukur efektifitas sosialisasi serta
advokasi kegiatan monitoring dan evaluasi sistem penjaringan berat
badan balita di posyandu oleh puskesmas.
11. Monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi dapat dilihat hasilnya dari
indikator capaian yang terdapat pada tabel matriks monitoring dan
evaluasi. Pelaksanaan seluruh kegiatan yang telah dilakukan sudah
berjalan dengan baik, lancar dan sudah memenuhi target yang telah
ditentukan.
3) DBD

Kesimpulan masalah DBD di masyarakat


1. Identifikasi masalah kesehatan DBD di Kelurahan Tinjomoyo
berdasarkan data sekunder Laporan Demam Derdarah Dengue yang
berasal dari Puskesmas Ngesrep dan Laporan Kesehatan (Tenaga
Surveilans Kesehatan) Kelurahan Tinjomoyo Kota Semarang, data
Monografi dan Demografi Kependudukan Kelurahan Tinjomoyo.
Berdasarkan analisis trend, kegawatan, dan besar kasus diperoleh
beberapa masalah DBD, yaitu : Cakupan Penyelidikan Epidemiologi,

283
Ketepatan Penyelidikan Epidemiologi, dan Cakupan Angka Bebas
Jentik.
2. Berdasarkan hasil MCUA, bahwa prioritas masalah DBD di Kelurahan
Tinjomoyo adalah rendahnya cakupan Angka Bebas Jentik.
3. Identifikasi penyebab dari masalah rendahnya cakupan Angka Bebas
Jentik menggunakan metode fish bone diagram yang mengacu pada
konsep dan teori H.L. Blum. Kemudian faktor yang mungkin menjadi
penyebab tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner. Berdasarkan
data primer dengan wawancara kepada responden didapatkan faktor
penyebab masalah rendahnya cakupan angka bebas jentik di Kelurahan
Tinjomoyo adalah Peran Kader Jumantik.
4. Alternatif penyelesaian masalah DBD dengan How-how Diagram
didapatkan alternatif untuk melakukan beberapa intervensi, antara lain:
optimalisasi dawis, pelatihan kader, PSN bersama, penerapan 1 rumah
1 jumatik. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah menggunakan
Force Field Analysis (FFA), dilihat dari faktor penghambat dan
pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah melakukan pelatihan
Kader.
5. Plan of Action masalah DBD ialah dengan membuat perencanaan
kegiatan intervensi Pelatihan Kader yang dilakukan dengan beberapa
subkegiatan didalamnya, diantaranya pelatihan pembuatan ovitrap,
sosialisasi 1 rumah 1 jumantik dan pembagian form kartu pemantau
jentik, sosialisasi Perda No. 5 Tahun 2010 dan pembagian stiker,
advokasi Kelurahan terkait pengaktifan kader jumantik tingkat RT.
6. Implementasi intervensi masalah DBD dilakukan sesuai PoA yang telah
disusun yaitu seperti melakukan advokasi Kelurahan terkait pengaktifan
kader jumantik tingkat RT, pre test untuk kader, pembuatan ovitrap,
sosialisasi sosialisasi 1 rumah 1 jumantik dan pembagian form kartu
pemantau jentik, sosialisasi Perda No. 5 Tahun 2010 dan pembagian
stiker.
7. Monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi dapat dilihat hasilnya dari
tingkat pengetahuan masyarakat mengenai 1 rumah 1 jumantik dan
Perda No. 5 Tahun 2010 sebesar39% dan tingkat kehadiran peserta
sebanyak 59%.
284
Kesimpulan masalah DBD di pelayanan kesehatan
1. Identifikasi penyebab dari masalah rendahnya cakupan Angka Bebas
Jentik menggunakan metode fish bone diagram yang mengacu pada
konsep dan teori H.L. Blum. Kemudian faktor yang mungkin menjadi
penyebab tersebut dituangkan dalam bentuk indept interview dengan
penanggungjawab program DBD dan tenaga surveilens kesehatan DBD.
Berdasarkan data primer dengan indept interview kepada responden
didapatkan faktor penyebab masalah rendahnya cakupan angka bebas
jentik di pelayanan kesehatan adalah analisis data ABJ.
2. Alternatif penyelesaian masalah DBD dengan How-how Diagram
didapatkan alternatif untuk melakukan beberapa intervensi, antara lain:
Pelaporan stratifikasi (endemisitas desa/kelurahan) dan perbaikan
metode sampling. Berdasarkan kelayakan penyelesaian masalah
menggunakan Force Field Analysis (FFA), dilihat dari faktor penghambat
dan pendorong, solusi paling tepat yang diambil adalah pelaporan
stratifikasi (endemisitas desa/kelurahan).
3. Plan of Action masalah DBD ialah dengan membuat perencanaan
kegiatan intervensi pelaporan stratifikasi (endemisitas desa/kelurahan)
yang dilakukan dengan beberapa subkegiatan didalamnya, diantaranya
pemetaan penyebaran vektor DBD berdasarkan angka ABJ dengan
aplikasi GIS, pemetaan penyebaran kasus DBD dengan aplikasi GIS,
pembuatan pedoman penggunaan aplikasi GIS dan briefing
penggunaan GIS ke penanggung jawab program DBD Puskesmas
Ngesrep.
4. Implementasi intervensi masalah DBD dilakukan sesuai PoA yang telah
disusun yaitu seperti pemetaan penyebaran vektor DBD berdasarkan
angka ABJ dengan aplikasi GIS, pemetaan penyebaran kasus DBD
dengan aplikasi GIS, pembuatan pedoman penggunaan aplikasi GIS
dan briefing penggunaan GIS ke penanggung jawab program DBD
Puskesmas Ngesrep.
5. Monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi dapat dilihat hasilnya dari
kebersediaan peserta untuk mengikuti pembuatan pemetaan strtifikasi

285
sebesar 100% dan peserta yang menggunakan buku pedoman
pemetaan dengan aplikasi GIS sebesar 100%.

B. Saran

1) KIA

1. Bagi Masyarakat dan Kelurahan Tinjomoyo


a. Diharapkan masyarakat Kelurahan Tinjomoyo lebih antusias dalam
mengikuti serangkaian kegiatan yang kami lakukan, salah satunya
adalah penyuluhan tentang KIA, Gizi dan DBD
b. Diharapkan kegiatan yang telah dilaksanakan di Kelurahan
Tinjomoyo selama PBL dapat dilaksanakan terus di Kelurahan
Tinjomoyo oleh masyarakat dan Pemerintah Kelurahan Tinjomoyo
c. Para stakeholder, seperti Lurah, diharapkan dapat membantu dan
mendukung pelaksanaan kegiatan intervensi KIA, Gizi dan DBD
sehingga kegiatan tersebut tetap berkesinambungan.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
d. Diharapkan adanya koordinasi antara pihak pengelola PBL dan
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) agar informasi yang diberikan
kepada mahasiswa tidak simpang siur dan jelas.
e. Diharapkan pengkoordinasian administrasi tentang perizinan antara
pihak pengelola PBL dan Perangkat Kelurahan sebelum mahasiswa
diterjunkan ke lapangan,
1. Bagi Mahasiswa
a. Diharapkan sebelum dilakukan penerjunan ke masyarakat,
mahasiswa sudah memahami dan menguasai materi PBL dengan
matang.
b. Mahasiswa diharapkan memahami karakteristik masyarakat agar
intervensi yang dilakukan tepat dan berhasil sesuai target.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Ngesrep
a. Data mengenai profil kesehatan diharapkan untuk dilengkapi setiap
tahunnya agar data lengkap sesuai dengan di lapangan.
b. Pencatatan dan pelaporan data dilakukan secara rutin agar data
lengkap.

286
2) GIZI

1. Untuk Masyarakat
a. Perlunya kesadaran ibu balita mengenai pentingnya melakukan
penimbangan balita untuk mengetahui tumbuh kembang balita.
b. Perlunya peran aktif ibu balita dalam melakukan penimbangan berat
badan balita setiap bulannya.
c. Perlunya peran aktif dari kader, PKK RT, Dawis terhadap sistem
penjaringan penimbangan berat badan balita.
2. Untuk Puskesmas Ngesrep, Semarang
a. Perlunya pengawasan kepada kader, bidan desa dan petugas
kesehatan terhadap proses pendataan dan pengolahan data.
b. Perlunya peran aktif puskesmas dalam memonitoring dan
mengevaluasi pelaksanaan sistem penjaringan penimbangan berat
badan balita.
c. Peningkatan kerja sama dengan kader untuk memudahkan
monitoring dan evaluasi.
3. Untuk FKM UNDIP
a. Menyesuaikan waktu penyelenggaraan kegiatan PBL dengan
pelaporan semua data gizi di tingkat wilayah kerja Puskesmas.
b. Meningkatkan komunikasi kepada Puskesmas maupun stakeholder
terkait yang akan dilibatkan langsung dalam pelaksanaan PBL.
3) DBD

Bagi masyarakat dan Kelurahan Tinjomoyo


1. Perlunya peran aktif masyarakat dalam melakukan pemeriksaan
jentik rutin secara mandiri sehingga tidak hanya ketika kader
atau petugas yang datang ke rumah.
2. Perlunya kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeriksaan
jentik rutin secara mandiri.
3. Stakeholder kelurahan dapat menindaklanjuti program yang telah
ditawarkan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada di kelurahan Tinjomoyo.
Bagi puskesmas Ngesrep

287
1. Perlunya petugas puskesmas khusus pengolah data untuk
mengumpulkan dan mengolah data kesehatan di setiap
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.
2. Pihak puskesmas dapat menggunakan program pemetaan dan
modul pemetaan kasus serta ABJ yang telah diberikan oleh
mahasiswa sehingga dapat dilakukan perbaharuan informasi
melalui pemetaan.
Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
1. Diharapkan pengkoordinasian administrasi tentang perizinan
antara pihak pengelola PBL dan Perangkat Kelurahan serta
Puskesmas dapat berjalan dengan baik sebelum mahasiswa
diterjunkan ke lapangan.
2. Diharapkan adanya koordinasi antara pihak pengelola PBL dan
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) agar informasi yang
diberikan kepada mahasiswa tidak simpang siur dan jelas.
Bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro
1. Diharapkan sebelum dilakukan penerjunan ke masyarakat,
mahasiswa sudah memahami dan menguasai materi PBL dengan
matang.
2. Mahasiswa diharapkan memahami karakteristik masyarakat agar
intervensi yang dilakukan tepat dan berhasil sesuai target.
3. Melakukan konsultasi kepada Dosen Pembimbing Lapangan,
pihak kelurahan Tinjomoyo, dan pihak Puskesmas Ngesrep setiap
akan terjun ke masyarakat.

288
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim PBL FKM UNDIP. 2016. Buku Pedoman Pengalaman Belajar


Lapangan (PBL). FKM UNDIP
2. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
3. Ernoviana, M.H. 2005. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak di
Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. 2010.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.

5. Dinas kesehatan. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


Tahun 2012. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah

6. Depkes RI, 2005. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah


Dengue Di Indonesia. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.

7. Djafar, Sitri Ningsi Hastuty. 2014. Studi Pengetahuan Dan Sikap Tentang
3m Pada Penderita Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tilote, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, Tahun
2010-2011.http://eprints.ung.ac.id/1517/6/2012-2-13201-811408098-bab2
21012013111148.pdf. Diakses pada tanggal 13 November 2016.

8. Dinas Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Kota Semarang 2015. Dinas


Kesehatan

9. Astuti, AE. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Ekonomi


Ibu Hamil dengan Kunjungan K4 Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren
Kabupaten Semarang. STIKES Semarang

10. Azwar Saifudin. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar
11. S, Sumiati. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan
Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas dengan Tempat Perawatan
Sindangratu Kabupaten Garut Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia Jakarta. 2012
12. Romauli, Suryati. Buku Ajar Asuhan KebidananI : Konsep Dasar
Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2011.
289
13. Dewi, MS. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi
Kunjungan Antenatal Care Pada Komunitas Ibu Slumarea Kelurahan
Sepanjang Jaya Kota Tangerang. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14. Sarafino, E.P (2002). Health Psikology : BioPsychology Interactions.


Canada. John Willey Sons. Inc
15. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktoral Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu Anak. 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan
Operasional). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

16. Nasution, Duma Ratna Sari. 2009. Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi
Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan di
Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009 [Skripsi]. Medan : Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara

17. Depkes RI. 2002. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO.

18. Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Rhineka Cipta

19. Depkes RI. 2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta : Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyrakat

20. Dardjito, dkk. 2005. Pemantauan dan Evaluasi Garam Beryodium sebagai
Salah Satu Upaya untuk Meningkatkan Cakupan dan Kualitas Program
Penanggulangan GAKY di Kabupaten Banyumas. Panel Gizi Makan 2005,
28 (1). 16-22

21. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :


Rineka Cipta
22. Depkes. 2000. Makanan Pendamping ASI. Jakarta : Depkes RI.
23. Moehji, Sjahmein. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas
Sinar Sinanti

290
24. Mulyaningsih, Fitri. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Balita dan Pola Makan Balita Terhadap Status Gizi Balita di
Kelurahan Srihardono Kecamatan Pundong [Skripsi]. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
25. Adiyanti, M.G.& Julia, M. 2006. Pengaruh Konseling Gizi Individu
Terhadap Pengetahuan Gizi Ibu Dan Perbaikan Status Gizi Balita Gizi
Buruk Yang Mendapatkan PMT Pemulihan Di Kota Sorong Irian Jaya
Barat. Sains Kesehatan, Volume 19 No.2, April 2006 : 154- 165.
26. Handayani, Rahmi Nur Fitri. 2012. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan
Kesehatan Posyandu dengan Frekuensi Kunjungan Ibu Balita di Posyandu
XI Serangan Sidoluhur Godean Sleman Yogyakarta. Yogyakarta
27. Green, Lawrence W, dkk. 1980. Health Education Planning A Diagnotic
Approach. California : Mayfield Publishing Company.

291
LAMPIRAN

292

Anda mungkin juga menyukai