Anda di halaman 1dari 11

KONSEP IPTEKS DAN KETERPADUANNYA DALAM AL-QUR’AN

SRI WUNDAYANTI
SRI WAHYUNI R. HASAN
sriwindayanti.uml2020@gmail.com
sriwahyunirhasan28@gmail.com
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK

ABSTRAK

Hakikat ilmu pengetahuan dari perspektif islam adalah penelitian objektif terhadap
sunnatullah, memberikan pemahaman kepada umat manusia, dan harus sejalan
dengan nilai-nilai keislaman. Allah SWT telah memberikan isyarat bijaksana tentang
ilmu, termasuk mukjizat para rasul, dan manusia dianjurkan untuk meningkatkan
keilmuannya. Transformasi teknologi menjadi teknologi manusia yang beriman
terjadi Ketika manusia mengambangkan potensi dan memahami fakta ilmiah yang
tetap relevan. Alquran menghadirkan arahan mengenai fakta-fakta ilmiah, seperti
asal usuk kehidupan dari air, pembentukan alam semesta dari gas, dimensi matahari
dan bulan yang sesuai, dan distribusi oksigen di udara. Manusia diberi tugas untuk
memecahkan tantangan ilmiah dengan merujuk pada ajaran Alquran.

Kata Kunci: Machine Learning, Ilmu pengetahuan dan teknologi, Alquran.


PENDAHULUAN
Alquran menyoroti faktanya pengamatan terhadap fenomena dan memikirkannya,
menggunakan contoh dari kosmologi, fisika, biologi, dan ilmu kedokteran sebagai
tanda kekuasaan Allah. Sekitar seperdelapan dari total ayat al-qur’an, sekitar 750
ayat mendorong orang beriman untuk menelaah alam, merenung, dan menyelidiki
dengan akal budi, mengupayakan pengetahuan alamiah sebagai bagian hidup.
Ilmuan muslim zaman klasik diinspirasi oleh ajaran al-qur’an dan karya-karya
Yunani, hindu, dan Persia. Meskipun demikian, pengaruh al-qur’an ini diakui oleh
ilmuan muslim dan bahkan sarjana barat seperti er.lei dan George Sarton. Pada era
sekarang, kemajuan iptek menciptakan kemakmuran, termasuk dalam pelaksanaan
ibadah haji dengan fasilitas yang diperoleh melalui eksplorasi iptek. Namun, dalam
konteks kekinian, sebagian umat islam hanya memandang al-qur’an sebagai
justifikasi kemajuan iptek, bukan sebagai pemicu untuk menciptakan yang baru,
mengubah citra umat islam terhadap perkembangan iptek.

Pembahasan
1. Pemahaman Dan Penerapan IPTEK Menjadi Dasar Penting Dalam
Perkembangan Dan Kemajuan Masyaratat
Pengetahuan ilmiah menjadi aspek yang sangat penting dari kandungan ayat
Alquran. Alquran secara khusus mengistilahkan “pengetahuan” sejumlah
seratus lima kali, dan atas variasi persamaannya, dikatakan tujuh ratus mepat
puluh empat kali. Dalam islam, dimana penentuan waktu dan tempat sangat
penting untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, awal bulan Ramadhan, dan
pelaksanaan haji, ilmu astronomi memiliki peran vital. Pada abad pertengahan
dalam konteks islam dikenal istilah sains yang berkaitan dengan penentuan
kesempatan yang ditentukan. Beberapa aspek keyakinan islam yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan, sebagai pelaksanaan ibadah dan berdakwa, yang
memerlukan kendaraan.
Tuhan sudah menyajikan dasar-dasar ilmiah dalam pengetahuan dalam alquran,
dan tugas umat adalah mencari serta mengambangkan konsep teori yang telah
disediakan, sebagaimana diungkapkan dalam ayat Arrahman:33. Pesan ayat
tersebut pada masa lalu telah memberikan petunjuk ilmiah pada jamaah jin dan
manusia bahwa mereka diizinkan Allah untuk menjelajah angkasa luar asal
memiliki kemampuan dan kekuatan (Sulthan). Keberhailsn dalam hal ini
diartikan oleh ulama sebagai ilmu pengetahuan. Fakta ini dibuktikan pada masa
sekarang, dimana kemajuan dalam sains dan teknologi memungkinkan
pembuatan kendaraan dapat batas luar angkasa merupakan prestasi lur biasa
bagi kaum yang telah mencapai kemajuan signifikan diberbagai bidang ini
bahkan berhasil mendarat di planet di luar bumi.
Perkembangan telah dicapai oleh kaum terdepan, terutama kaum luar, pada
pngetahuan, pada era sekarang adalah kalanjutan warisan ilmiah yang
diperkenalkan cendekiawan islam di masa pertangahan. Dengan ini,
cendekiawan islam masih melakukan kontribusi pada cendekiawan asing
disampaikan dari (yatim 1997) pada karyanya “riwayat peradaban muslim”
perkembangan bangsa eropa awalnya pengaruh peradaban islam yang masuk
ke eropa melalui spanyol. Fakta tersebut disetujui oleh Sebagian pihak. Sains
dan ilmu, yang ditemukan oleh cendekiawan islam atau cendekiawan asing
diamasa lalu, kini, mendatang, semuanya menjadi alquran telah memberikan
indikasi mengenai kebenaran informasi sebelum penemuan tersebut terjadi,
dengan hal ini menjadikan aspek dari keajaiban alquran faktanya yang terdapat
dalam selalu terbuka untuk dianalisi, diuji, dan diperiksa oleh siapapun.
Baiquni 1997 menyatakan bahwa ilmu dibutuhkan umat telah terdapat di
kandungan alquran. Salah satu keistimewaan utama alquran merupakan
keterkaitannya atas pengetahuan, mencerminkan utamanya pengetahuan oleh
karena itu diturunkan surat awal, ayat Alalaq :1 sampai 5. Ayat tersebut
menyuruh membaca dengan bacaan yang meciptakan orang oleh gumpalan
darah. Tuhan maha pengasih mengajar umat melalui firman, mengarahkan hal-
hal sebelumnya tanpa diketahui manusia.

a. Teori Ipteks Dalam Islam


Pemikiran umum mengenai agama sering dikaitkan dengan kesakralan dan
stagnansi yang dianggap, berlawanan dengan perkembangan cepat IPTEK.
Namun, perspektif ini berubah saat islam cuma dinilai segi ritual semata,
melainkan dilihat dari nilai-nilai spiritual yang sejati. Harun nasution
menyatakan bahwa ajaran islam tidak dapat diubah dan abadi tidak tepat.
Selain keyakinan berkarakter relatif dan misbi, mampu diubah dengan
ajaran agama, yang diwahyukan pada Muhammad memiliki beberapa aliran:
ajaran dasar dan kayakinan dalam dengan sempurna.
Tuhan mambuat universe sesuai karakter khusus untuk setiap ciptaan.
Pengetahuaan dalam perspektif muslim terletak pada penalaran yang
objektif yang sesuai dengan ajaran Tuhan, memberikan manfaat bagi semua
orang, dan yang terpenting, yang sesuai dengan nilai islam.
Tuhan dengan kebijaksanaan-Nya memberikan petunjuk tentang ilmu baik
melalui penjelasan maupun melalui peristiwa, seperti yang terjadi dalam
kelebihan nabi. Umat berupaya untuk memajukan pengetahuan dapat
menangkap dan memajukan kualitas tersebut.
Berdasarkan beragam keterampilan, pandangan cendekiawan bervariasi
saat memberikan pemahaman. Mayoritas ulama menyatakan bernyanyi dan
penggunaan alat music haram, namun abu mansyur al Baghdadi
berpendapat berbeda.

b. Fakta Ilmu Pengetahuan Dapat Diungkap Ulang Dengan Cara Lain


AlQuran, sebagai mukjizat abadi, tetap relevan sepanjang waktu dan
memiliki sifat universal bagi seluruh umat manusia. Berbeda dengan kitab
suci lainnya, Al-qur’an secara berulang-ulang mengilustrasikan kekuasaan
tuhan melalui keberagaman gejala alam, mencerminkan kebenaran alami
sesuai penemuan umat (Maurice Bucaille:1998, h:195).
Dari fakta-fakta ilmiah tersebut, terlihat faktanya Alquran memberi ajaran
pada umat. Dalam memahami lebih rinci, manusia diharapkan berupaya
memecahkan tantangan ilmiah kehidupan dengan merujuk pada ajaran al-
qur’an. Berlandaskan pada kitab suci ini, manusiaa dapat memeriksa
penelitiannya tentang alam dengan membandingkannya dengan alquran.
Selain kebenaran, alquran juga memberikan isyarat tentang teknologi pada
umat manusia. Meskipun bukan buku Teknik, kitab suci ini menyentuh
aspek-aspek penting teknologi dengan menggambarkaan beberaapa
peristiwa. Alquran bukan hanya kitab teknik, sejarah, atau ilmu tertentu,
tetapi merupakan ajaran kehidupan. Jika alquran membahas teknologi, itu
menyatakan perhatian terhadap masalah ini dan mendorong umat islam
untuk mempelajarinya. Berapa ayat terkait ilmu teknologi dapat ditemui
dalam kitab suci ini.
Tuhan menyuruh nabi Nuh menciptakan kapal didampingi pengawasan dan
petunjuk Ilahi, sehingga nuh dan umat islam yang memiliki keimanan dapat
bertahan di bencana banjir bandang datang. Ayat ini juga menyoroti
pentingnya ilmu perkapalan dalam kehidupan, sebagai alat vital untuk
transportasi dan perdagangan yang berkaitan erat dengan kemajuan
teknologi, menunjukan relevansi alquran dengan pengetahuan sekarang.

2. Dimensi Sains dan Teknologi dalam al-Qur’an


Dimensi sains dan teknologi dalam al-qur’an menggambarkan keterkaitan era
antara sains dan teknologi, diibaratkan sebagai dua aspek yang saling terkait.
Pengetahuan merujuk pada pemahaman umat mengenai alami, yang didapat
melalui pemikiran krikitis pada pengukuran data hasil penelitian. Sementara
itu, teknologi adalah pengetahuan tentang cara memanfaatkan alam yang
diperoleh melalui penerapan sains, dalam konteks kegiatan yang bersifat
produktif ekonomis (Baiquni, 1995:58-60).

Alquran, sebagai firman Allah, tidak diturunkan dengan tujuan praktis. Secara
objektif, Al-qur’an bukanlah ensiklopedia sains dan teknologi, dan tidak
menyatakan hal tersebut secara langsung. Namun, dalam perannya sebagai
petunjuk hidup bagi manusia, al-qur’an memberikan stimulus imformasi
tentang fenomena alam dalam sekitar 750 ayat. Pesan awal yang diterima oleh
Nabi SAW mencerminkan pentingnya proses investigasi. Ghulsyani menyatakan
bahwa informasi al-qur’an tentang fenomena alam bertujuan untuk menarik
perhatian manusia kepada pencipta alam, mendorong refleksi terhadap
kebesaran-Nya, dan menginspirasi usaha manusia untuk mendekat kepada
allah. Dalam visi Al-Qur’an, fenomena alam dianggap sebagai tanda kekuasaan
Allah, sehingga pemahaman terhadap alam dapat membawa manusia lebih
dekat terhadap tuhan. Pandangan AI-Qur’an terhadap sains dan teknologi dapat
dicermati melalui perspektifnya tentang ilmu, dengan menempatkan ilmu pada
posisi yang hampir setara dengan orang-orang beriman yang diberi
pengetahuan beberapa derajat.
Menurut Quraish Shibab, kata “iqra” berasal dari akar kata yang berarti
menghimpun, dengan beragam makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yeng tertulis
maupun tidak. Perintah” iqra” mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau
oleh manusia. Oleh karena itu, Ghulsiyani menolak dikotomi antara ilmu agama
dan ilmu non agama, karena agama sebagai pandangan dirinya yang paling
lengkap tidak dapat dipisahkan dari persoalan-pesoalan yang berperan penting
dalam meningkatkan kesejahteraan umat-Nya.
1. Pada Sebagian besar ayat alquran, konsep ilmu secara mutlak muncul dalam
maknanya yang umum, seperti yang terdapat dalam ayat 9 surat al-zumar
yang menyatakan “Katakanlah: Apakah orang-orang yang memiliki
pengetahuan sama dengan orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan.
2. Sebagian surah dalam alquran secara jelas menjelaskan factor pengetahuan
bukan hanya terbatas pada ajaran islam. Contohnya, ayat-ayat dalam surah
fathir 27 sampai 28 menyebutkan, “Bukankah kalian perhatikan bagaimana
Tuhan bisa memberikan air dari langit, dan dengan ini, Kami hasilkan
berbagai jenis buah-buahan. Diantara gunung-gunung terdapat garis yang
beraneka ragam warnanya, begitu juga diantara manusia, Binatang-binatang
melata, dan ternak yang memiliki berbagai warna dan jenis. Sesungguhnya
hanya ulama yang benar-benar takut kepada Allah. Allah maha perkasa lagi
maha pengampun.
3. Dalam al-qur’an, terdapat referensi pada kisah Qarun yang menyatakan,
“Qarun berkata: sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada
pada.” (QS Al-qashash:78).
Ghulsyani, 1993 :44-46). Selain itu, surah pertama Alalaq :1 sampai 5
menuntun umat sebagai subyek, untuk kualitas tersebut diberikan oleh
Allah. Untuk umat sebagai Khalifah Allah di muka bumi. Pemberian potensi
ini terkait dengan fungsi dan tanggung jawab manusia. Allah menundukan
bumi, langit, dan isinya untuk kepentingan manusia, sebagaimana
disampaikan pada surah al-jatsiah ayat menundukan.
Parapharaset: dalam al-qur’an, kata “sakhara” yang berarti menundukan
sering disebut, menekankan bahwa Allah SWT mengatur seluruh ciptan
sesuai dengan sunnatullah-Nya. Ini memungkinkan manusia untuk
memanfaatkan akal, pikiran, dan mengikuti prosedur dengan sunnatullah.
Sebagai contoh, Baiquni (1997:1516) menjelaskan bahwa tertiupnya sehelai
daun oleh angin disebabkan oleh aliran udara disekitarnya, yang dapat
dijelaskan dengan konsep aerodinamika dalam ilmu pengetahuan. Dengan
pemahaman tentang aerodinamika dan sifa-sifat material manusia dapat
mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk manciptakan pesawat tebang.
Agar dipahami ketertiban ajaran islam di bumi, umat diberikan oleh Tuhan
kemampuan krusial, adalah kemampuan fitriah (internal) dan potensi
sumber daya alam (eksternal). Al-qur’an memberikan panduan praktis
dalam memahami alam dan meraih manfaat maksimal melalui Langkah-
langkah yang dijelaskan dalam surat al-mulk ayat 3-4, yang melibatkan
proses kagum, observasi, dan pemahaman. Dalam konteks sains, Al-Qur’an
mengajarkan beberapa Langkah dan proses penting.
Pertama, Al-qur’an mendorong manusia untuk secara teliti mengamati
lingkungan sekitarnya dan memahami sifat-sifat serta proses alamiah
didalamnya. Misalnya, dalam surat yunus ayat 101, disampaikan perintah
untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi.
Dengan mengguanakan kata “Unzuruh” (amati), baiquni menyatakan bahwa
perhatian yang dimaksud bukanlah sekedar mengamati tanpa pemikiran,
tetapi melibatkan pengamatan yang cermat.
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran “
Dalam ayat 11-12 surat an-nahl, qur’an menyoroti kepentingan melakukan
analisis dengan penalaran kritis dan sehat. Ayat tersebut mengungkapkan
tumbuhnya tanaman seperti zaitun, kurma, anggur, dan berbagai buah-
buahan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang mau berpikir.
Selain itu, pengendalian malam, siang, matahari, bulan, dan bintang-bintang
juga diakui sebagai tanda-tanda kekusaan Allah bagi kaum yang berpikir.
Tiga Langkah yang diterapkan oleh ilmu hingga saat ini, yaitu pengamatan,
dan mengambil hasil akhir, sejalan dengan konsep yang dikembangkan oleh
al-qur’an. Meskipun demikian, dalam perspektif al-qur’an, tujuan sejati
bukanlah kesimpulal ilmiah rasioanal semata, melainkan menyadari
keberadaan Allah dengan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna sebagai
tujuan hakiki dibalik fakta-fakta alamiah. Pemahaman terhadap tanda-tanda
kekuasaan pencipta memerlukan pendiidikan, kebijaksanaan, dan upaya
untuk menggali rahasia-rahasia alam dengan ilmu pengetahuan, seperti
matematika, fisika, kimia, astronomi, biologi, dan geologi

3. Pandangan Alquran terhadap sains memiliki ampak besar Pada Proses


Pembelajaran
Berdasarkan perspektif mengenai hubungan antara islam dan ilmu,
terdapat empat pola biasa menggambarkan keterkaitan keduanya. Pola
tersebut mencakup konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Dalam
hubungan yang bersifat konflik, agama dan sains dianggap saling
bertentangan, menyebabkan agama terlihat menolak kebenaran-kebenaran
yang ditemukan dalam sains. Perspektif interdependensi melihat hubungan
keduanya sebagai distribusi wilayah kekuasaan yang berbeda dimana
keudanya tidak saling menolong. Sains memberikan jawaban terkait proses
penciptaan dengan mengandalkan data public dan obyektif, sementara
agama memiliki dominasi terhadap nilai-nilai dan makna yang besar dalam
kehidupan individu.
Kalimat ketiga menggambarkan pandangan yang menyatakan bahwa sains
dan agama saling terkait dalam suatu dialog. Model ini mencitrakan dimensi
Bersama diantara sains dan agama yang dapat dibandingkan, dengan
kemungkinan memecahkan pertanyaan sains melalui penelitian agama dan
sebaliknya.
Keempat, keterkaitan antara sains dan agama dijelaskan sebagai keterkaitan
yang menyatu. Kesatuan ini dapat diilustrasikan melalui dua perspektif,
yaitu teologi natural yang meyakini bahwa temuan ilmiah dapat menjadi
jalan menuju tuhan, danteologi alam yang memandang bahwa hubungan
dengan tuhan perlu terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu
Barbour, 2005.
Pada awal dianugerahkan, alquran menunjukan umumnya pengetahuan,
menjadikan pencarian ilmu sebagai ibadah, dengan menegaskan bahwa
satu-satunua nya siumber pengetahuan adalah Allah SWT. Ini menunjukan
bahwa al-qur’an tidak mengakui pemusaghan antara ilmu pengetahuan dan
agama. Dalam pandangan al-qur’an, sains dan agama terintegrasi proses
pembelajaran adalah pengamatan, pemahaman, dan aplikasi sunnatullah
untuk kemaslahatan manusia serta kesadaran akan keberadaan Allah
sebagai tujuan hakiki.
Maksudnya adalah tujuan tersebut akan membimbung peserta belajar untuk
menyadari adanya realitas supranatural diluar dunia nyata. Oleh karenanya,
pandanga atas aktivitas ilmu yang ditekankan oleh alquran, seperti
mencakup kesetiaan takdir dan hubungan yang era tantara manusia dengan
pencipta menjadi landasan dengan belajar berbagai subjek. Secara praktis,
proses belajar di institusi Pendidikan resmi baik dari SD sampai perguruan
tinggi masih memiliki masalah serius yang berkaitan dengan perpicahan
dalam Pendidikan.
Terdapat sejumlah konsekuensi signifikan dari pembagian Pendidikan ini,
seperti munculnya ambivalensi orientasi Pendidikan yang menyebabkan
kemunculan identitas ganda pada peserta didik selaim itu kesenjangan
antara system Pendidikan dan ajaran islam menghasilkan hasil Pendidikan
yang tidak sesuai dengan tujuan Pendidikan islam. Untuk mengatasi
permasalahan dikotomi ini, diperlukan usaha integrasi dalam Pendidikan,
sebagaimna yang telah dilakukan oleh sekelompok ahli Pendidikan atau
cendekiawan muslim yang prihatin terhadap masalah tersebut.
Terdapat tiga Langkah integrasi kerja yang telah dikembangkan, melibatkan
integrasi kurikulum, pemeblajaran, dan ilmu (islamisasi). Integrasi
kurikulum melibatkan pengintegrasian nilai-nilai Ilahiyah dari perumusan
standar kompetensi hingga ealuasi pembelajaran. Integrasi pembelajaran
focus dan perspektif Al-qur’an terhadap sains selama prose pembelajaran.
Langkah awal Integrasi kurikulum dan pembelajaran dianggap sebagai
sytrategi menuju integrsasi ilmu. Jiaka integrasi tersebut tidak dapat
dilakukan, pembelajaran sains diharapkan membawa peserta didik pada
kesadaran akan keberadaan Allah, sementara pembelajaran agama harus
memotiasi mereka untuk terus melakukan kegiatan ilmiah. Inti dari
pandangan al-qur’an tentang sains terletak pada hal ini.

KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu konsep utama yang terdapat dalam
al-qur’an. Al-qur’an menyebut kata “ilmu” sebanyak 105 kali, dan kata-kata
terkait lebih dari 744 kali. Ini menjadi bagian integral dari agama islam,
digunakan dalan penentuan waktu ibadah awal bulan Ramadhan, serta
pelaksanaan haji. Penggunaan ilmu astronomi menjadi krusial dalam
menentukan waktu yang tepat, dan pada abad pertanganhan, islam
mengenali sains terkait waktu tertentu. Sains dan teknoligi, baik yang
dikembangkan oleh ilmuan muslim maupun bae\ray, merupakan bukti
kebenaran informasi yang terkandung dalam al-qur’an. Kemukjizatan Al-
qur’an tercermin dalam kemampuannya untuk selalu diuji, disesuaikan, dan
diteliti secara ilmiah seiring waktu. Alquran adalah firman Tuhan, tidak
hanya diberikan secara sederhana, tapi juga memberikan informasi
stimulant tentang fenomena alam melalui sekitar 750 ayat.
Gulsiyani menyatakan bahwa informasi mengenai fenomena alam nertujuan
untuk mengundang pandangan umat pada Tuhan. Ini dilakukan untuk
dipikirkan keberadaan alam dan mendorong manusia untuk mendekat
kepada-Nya. Pandangan Al-qur’an terhadap sains dan teknologi dapat
dipahami melalui perspektifnya terhadap ilmu, yang ditempatkan pada
tingkat yang hamoir setara dengan iman, sebagaimana tercermin dalam
surat al-mujadalah ayat 11.
Pada awal diengkapkan, Alquran mengidentifikasikan signifikansi ilmu
pengetahua, menggambarkannya sebagai bentuk ibadah dalam upaya
pencariannya. Al-qur’qn juga menegaskan bahwa satu-satunya sumber
pengetahuan adalah Allah SWT.
Tidap terdapat ayat secara tegas disebutkan dalam alquran yang
memisahkan antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama. Dalam perspektif
al-qur’an, sains dan agama dianggap sebagai dua hal yang teritegrasi.
Pembelajaran pada dasarnya melibatkan pengamatan penemuan,
pemahaman, dan penghayatan terhadap sunnatullah, baik dalam maupun
sosial. Kemudian, pemahaman tersebut diterapkan sebagai panduan hidup
bagi manusian dengan keadaannya, yang menyadarkan alkan keberadaan
Tuhan dengan kesempurnaan-Nya sebagai maksud sejati. Di sisi alin,
pembelajaran agama juga harus memberikan motiasi pesrta didik ini untuk
terus melakukan kegiatan ilmiah. Intinya, pandangangan al-qur’an
menekankan integrasi antara sains dan agam dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Fakhri(2010) Eksplores the intersection of scince and technology in the
Qur’an and it’s implacitation for education.
Mukarromah (2016) Discusses the role of Islamic educational technology in
the global era.
Rusdiana. (2014) Fucuses on the integration of Islamic education with
science and technology.
Abdurrahman, (1991) Delfes into the artistic aspects of islam, including ocal
arts, music, and dance.
Hamruni (2009) Emphasizes the development of Islamic educational
technology.
Hasyim (2013) Explores the iflunce of scientific discoveries on islam.
Ilmi (2012) Discuses islam as a foundation for the development of science
and technology.
Noor (2011) Examines the utilization of science and technology in
community serice activities in higher education.
Purwanto (2017) Discuses the role of information technology in the
development of student out reach.
Qutub (2011) Explores the sources of knowledge in the qur’an and hadit.
Suhirman (2015) Focuses on the use of multimedia technology in Islamic
religious education.
Syaifullah (2006) Discusses the concept of science anf technology
integration in the qur’an.

Anda mungkin juga menyukai