Anda di halaman 1dari 6

A.

Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes melitus

kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat

menghentikan sama sekali produksi insulin (Wijaya, dkk : 2013).

Diabetes Melitus Tipe II, adalah gangguan yang melibatkan baik genetik, dan

faktor lingkungan. Diabetes melitus Tipe II adalah Tipe Diabetes Melitus yang paling

umum mengenai 90% orang yang memiliki penyakit diabetes melitus Tipe II, biasanya

terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa tua, dewasa obesitas,

dan etnik serta populasi ras tertentu (Black, dkk : 2009).

Data WHO pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita

diabetes melitus dan di perkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai

sekitar 330 juta jiwa. Bisa dimaklumi jika bayak orang yang khawatir dengan penyakit

Diabetes Melitus karena penyakit tersebut telah menjadi penyebab terbesar nomor lima di

seluruh dunia. WHO melaporkan, jumlah kematian akibat penyakit Diabetes Melitus di

seluruh dunia adalah 3,2 juta orang per tahun. Ini artinya, setiap menit, 6 orang

meninggal dunia akibat diabetes melitus (Pudiastuti : 2011).

Penyakit Diabetes Melitus yang sering terjadi di Amerika Serikat pada kaum

lanjut usia, di antaranya individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita

diabetes melitus Tipe II, angka ini akan mencangkup 15% populasi pada panti lansia. Di

Amerika Serikat, Diabetes merupakan penyebab utama kebutaan yang baru di antara

penduduk berusia 25 hingga 74 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi di luar

trauma kecelakaan, 30% pasien yang mulai mendapatkan terapi dialisis setiap tahun

menderita penyakit Diabetes. Diabetes berada dalam urutan ke 3 sebagai penyebab utama
kematian akibat penyakit dan hal ini sebagian besar di sebabkan oleh angka penyakit

arteri korener yang tinggi pada penderita Diabetes Melitus (Smeltzer, dkk : 2002)

Penderita Diabetes Melitus di Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar jumlah

penderita Diabetes Melitus di Dunia. Menurut Internasional Diabetes Federation tahun

2010 jumlah penderita Diabetes Melitus di Dunia semakin bertambah yaitu 317 juta jiwa

dan akan diperkirakn akan mencapai 500 juta jiwa pada tahun 2030, Sedangkan

berdasarkan penelitian epidemiologis di dapat kan prevelensi Diabetes Melitus sebesar

1,5 – 2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan didaerah urban prevalensi

tersebut meningkat 2-3 kali di bandingkan dengan negara maju, sehingga Diabetes

Melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, dan dapat terjadi pada

lansia (Hadisaputro : 2007).

Diabetes Melitus Tipe II terjadi akibat intoleransi glukosa pada lansia berkaitan

dengan obesitas, aktifitas fisik berkurang, kurangnya massa otot, penyakit serta

pengunaan obat-obatan, disamping pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan

insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan

hasil tes toleransi glukosa oral yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat

dikatakan sebagai Diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan kemampuan insulin

terutama pada post reseptor (Depkes RI , 2007).

Penyebab Diabetes Tipe II di sebelum NIDDM atau Diabetes Melitus dewasa,

adalah ganguan yang melibatkan, baik genetik maupun faktor lingkungan. Diabetes

Melitus Tipe II adalah Tipe Diabetes Melitus paling umum,mengenai 90% orang yang

memiliki penyakit, Diabetes Melitus Tipe II biasanya terdiagnosis setelah berusia 40

tahun dan lebih umum di antara dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik serta populasi ras

tertentu (Black, dkk : 2009).


Hasil Riset Kesehatan Dasar prevalensi nasional Diabetes Melitus berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah 1,1 % dengan proporsi kematiannya 5,7 %

provinsi Sumatera Barat memiliki prevalensi penyakit Diabetes Melitus Tipe II diatas

prevalensi nasional., sedangkan prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan pengukuran

gula darah pada penduduk perkotaan umur > 15 tahun adalah 5,7% dan angka Toleransi

Gula Terganggu (TGT) secara nasional pada penduduk umur > 15 tahun yang bertempat

tinggal di perkotaan sebesar 10% (Riskesdas : 2007).

Berdasarkan hasil data yang telah didapatkan oleh peneliti 3 tahun kebelakang di

RSI Ibnusina Padang, didapatkan Penderita Diabetes Melitus pada tahun 2019, penderita

Diabetes Melitus Tipe II, pada laki-laki sebanyak, 105 orang, dan pada perempuan

sebanyak, 240 orang (Rekam Medik, RSI Ibnusina Padang).

Berdasarkan hasil data Pada tahun 2020, didapatkan pada penderita Diabetes

Melitus Tipe II pada penderita laki-laki sebanyak, 168 orang, dan pada penderita

perempuan sebanyak, 220 orang, dan pada tahun 2020, penderita Diabetes Melitus Tipe

II, pada laki- laki dan perempuan bertambah meningkat, pada penderita laki-laki

sebanyak, 187 orang, dan pada perempuan sebnyak, 260 orang

(Ruangan Marwa RSI Ibnusina Padang).

Angka kematian pada penderita Diabetes Melitus laki-laki dan wanita pada tahun

2019, angka kematian pada pasien dengan Diabetes Melitus berjumlah sebanyak 42

orang (Rekam Medik, RSI Ibnusina Padang)

Penyakit Diabetes Melitus apa bila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya

komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang yaitu

mikroangiopati dan makroangiopati. Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi


insulin, ganguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Hasdianah : 2012).

Pelaksanaan pencegahan penyakit Diabetes Melitus Tipe II maka di butuhkan peran

perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetes Melitus

Tipe II.

Peran perawat terhadap penyakit Diabetes melitus memberikan asuhan keperawatan

berupa support system dan tindakan yang membantu pasien secara fisik maupun

psikologis sambil tetap memelihara martabat pasien, dengan peran perawat komunikator,

perawat berkomunikasi dalam mengidentifikasi masalah pasien dan kemudian

mengkomunikasikan ini secara verbal kepada anggota lain dan tim kesehatan dan juga

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian

pelayanan keperawatan. Perawat bisa konselor dalam mengenali dan menghadapi

masalah psikologis pada pasien dan membina hubungan interpersonal yang baik dengan

anggota keluarga dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah

dilakukan pendidikan kesehatan. Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada pasien

Diabetes melitus membantu pasien dalam penetralisir glukosa dalam darah sehingga

mencegah terjadinya komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka

panjang yaitu mikroangiopati dan makroangiopati.

Berdasarkan fenomena diatas maka sangat pentinglah peranan perawat dalam

mensosialisasikan pencegahan terjadinya penyakit Diabetes melitus dengan cara

mengadakan penyuluhan kesehatan dan memberikan pendidikan kesehatan berupa

asuhan keperawatan tentang diabetes melitus.


Dari data di atas peneli tertarik untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Melitus Tipe II, sehingga dengan demikian dapat di turunkannya

penderita dengan masalah Diabetes Melitus Tipe II.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka penulis ingin untuk

membahas tentang “ Kepatuhan Pola nutrisi Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe

II Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina Padang ? ” .

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk menerapakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe

II dan untuk mendapatkan gambaran nyata tentang penerapan “ Kepatuhan Pola

Nutrisi Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina

Padang”.

b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian pada pasien dengan

Diabetes Melitus Tipe II Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina Padang

2. Mahasiswa mampu merumuskan Kepatuhan Nutrisi yang di temukan pada pasien

dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina Padang.

3. Mahasiswa mampu merencanakan Penyuluhan Kesehatan tentang nutrisi pada

pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina

Padang.

4. Mahasiswa mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan pada pasien dengan

Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina Padang.

5. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan

Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina Padang.


6. Mahasiswa mampu Mendokumentasikan setiap pola Nutrisi pada pasien dengan

Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Rawat Inap RSI Ibnusina Padang.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Sebagai wadah bagi penulis untuk Menjelaskan pentingnya menjaga Pola Nutrisi

khususnya pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II.

b. Bagi Instiusi Pendidikan

Hasil Studi Kasus ini di harapkan dapat memberikan informasi baru bagi institusi

pendidikan penulis selanjutnya, khususnya bagi mahasiswa S1 Keperawatan STIKES

MERCUBAKTIJAYA Padang dalam hal yang sama.

c. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya para pelaksana pelayanan

keperawatan di RSI Ibnusina Padang dalam membantu meningkatkan status

kesehatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II, melalui pendekatan praktek

keperawatan dan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan dalam menangani penyakit

Diabetes Melitus Tipe II.

d. Bagi Pasien

Bagi pasien dan keluarga hasil dari Pola Nutrisi ini dapat digunakan sebagai ilmu

pengetahuan dalam merawat pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II.

Anda mungkin juga menyukai