Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degenerative, terdapat 422

juta orang dewasa mempunyai penyakit DM di seluruh dunia pada tahun 2014

dibandingkan pada tahun 1980 terdapat 108 juta. Prevalensi global diabetes

hamper 2 kali lipat meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang

dewasa. DM lebih cepat meningkat terutama di negara berpenghasilan rendah dan

menengah dari pada di negara berpenghasilan tinggi. Diabetes menyebabkan 1,5

juta kematian pada tahun 2012. Glukosa darah yang lebih tinggi dari optimal

menyebabkan tambhan 2,2, juta kematian dengan meningkatkan resiko penyakit

kardiovaskuler dan lainnya, empat koma tiga dari 3,7 juta kematian ini terjadi

sebelum usia 70 tahun (WHO, 2016)

Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2018) memperlihatkan angka prevalensi

diabetes yang signifikan yaitu dari 6,9 % di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun

2018, sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta

orang. Di Wilayah ASIA tenggara, Indonesia menempati peringkat ketiga dengan

prevalensi penderita diabetes tipe 2 sebesar 11,3 % (Diabetes Feseration

Internationalm 2019).

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian DM adalah umur,

keturunan, pola makan yang salah, aktifitas fisik kurang gerak, obesitas, stress,

dan pemakaian obat – obatan (Rusnoto, 2021). Stres merupakan suatu respon

fisik dan psikologis terhadap tekanan atau stresor dan menjadi faktor risiko yang

dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang yang disebabkan oleh berbagai

macam faktor seperti tekanan pekerjaan, menganggur, masalah keuangan,

1
penyakit, putus hubungan, kehadiran dan kehilangan anggota keluarga (Sukatin,

dkk, 2021). Kondisi stres yang terus berlangsung dalam rentang waktu yang lama

membuat pankreas tidak dapat mengendalikan produksi insulin sebagai hormon

pengendali gula darah sehingga menyebabkan rangkaian penyakit metabolik

seperti diabetes melitus. Hasil penelitian dari 30 pasien diabetes melitus tipe 2,

pasien yang mengalami stres tingkat rendah sebanyak 12 responden (40%), stres

tingkat sedang sebanyak 2 responden (6,7%) dan stres tingkat tinggi sebanyak 16

responden (53,3%) (Sofiana, dkk, 2012).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan dengan pasien diabetes

melitus tipe II.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien diabetes melitus tipe II.

b. Mampu melakukan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes

melitus tipe II.

c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien diabetes melitus

tipe II.

d. Mampu melakukan inovasi implementasi keperawatan pada pasien

diabetes melitus tipe II.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pasien diabetes melitus tipe II

f. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan

pada pasien diabetes melitus tipe II.

C. Manfaat

1. Penderita Diabetes Melitus Tipe II

2
Dapat menambah wawasan tentang diabetes melitus tipe II dan cara

penanganannya dengan menerapan relaksasi otot progresif.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Diharapkan dapat digunakan untuk menambah keluasan ilmu dan

teknologi terapan bidang keperawatan dalam penanganan stress atau

ansietas pada diabetes melitus tipe II.

Anda mungkin juga menyukai