Anda di halaman 1dari 12

Nama : Nancy Novita Theresia Pakpahan

Nim :175020301111045
Metodologi Penelitian – CF
Bab 10

Desain Eksperimen

Desain ekperimen (experimental design) merupakan desain studi dimana peneliti dapat
menciptakan lingkungan/ kondisi tiruan, mengontrol beberapa variabel dan memanipulasi
variabel bebas untuk membuktikan hubungan sebab akibat.

 Ada 2 kategori eksperimen :


1. Eksperimen laboratorium (lab experiments) : eksperimen yang dilakukan dalam
lingkungan buatan atau diatur,
2. Eksperimen Lapangan : eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami dimana
kegiatan sehari-hari berlangsung seperti biasanya.

Eksperimen Laboratorium

Ketika hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen, maka semua
variabel lain yang mungkin mencemari atau merancukan hubungan antara kedua variabel tersebut
harus dikontrol ketat. Dengan kata lain, kemungkinan pengaruh variabel lainnya terhadap variabel
dependen harus diperhitungkan dengan beberapa cara, sehingga efek kausal variabel independen
sebenarnya pada variabel dependen dapat ditentukan. Hal ini juga diperlukan untuk memanipulasi
variabel independen sehingga luasan efek kausal dapat dibentuk.

Kontrol
Ketika kita merumuskan hubungan sebab-akibat antara dua variabel X dan Y, adalah
mungkin bahwa suatu faktor, misalnya A, juga mempengaruhi variabel terikat Y. Dalam hal
tersebut, adalah mustahil untuk menentukkan tingkat di mana Y hanya terjadi karena X, karena
kita mengetahui seberapa besar total variasi Y disebabkan oleh kehadiran faktor A.
Manipulasi
Untuk menguji pengaruh kasusal dari variabel bebas terhadap variabel terikat, perlu dilakukan
manipulasi. Manupulasi berarti membuat tingkat variabel bebas yang berbeda untuk menilai
dampaknya pada variabel terikat.

Mengontrol Variabel “Pengganggu”


a. Memadankan Kelompok
Suatu cara untuk mengontrol variabel “pengganggu” atau yang mencemari adalah dengan
memadankan berbagai kelompk dengan memilikh karakteristik yang membuat rancu dan dengan
sengaja menyebarkannya ke semua kelompok.

b. Randomisasi

Dalam randomisasi, proses di mana orang yang ditarik (yaitu, setiap orang mempunyai
peluang yang sama dan diketahui untuk dipilih ) dan penempatan mereka dalam kelompok
mana pun (tiap orang bisa ditempatkan ke dalam kelompok manapun) adalah acak. Dengan
menempatkan anggota ke dalam kelompok secara acak, kita akan mendistribusikan variabel
pengacau di antara kelompok secara sama. Proses randomisasi secara ideal memastikan bahwa
setiap kelompok dapat dibandingkan dengan kelompok lain, dan bahwa semua variabel,
termasuk pengaruh usia, gender, dan pengalaman sebelumnya dikontrol.

Manfaat randomisasi
Randomisasi akan menyelesaikan semua faktor yang mungkin dapat mencemari
hubungan sebab akibat dalam situasi yang dihadapin, karena semua faktor pencemar akan
disebarkan ke seluruh kelompok. Selain itu, jika kita mengetahui variabel yang mengacaukan,
kita mungkin tidak mampu menemukan suatu kecocokan untuk semua variabel tersebut.
Dengan demikian desain eksperimen lab melibatkan control terhadap variabel pencemar
melalui proses pemadanan atau randomisasi dan manipulasi perlakuan.

c. Validitas Internal dari Eksperimen Laboratorium


Validitas internal mengacu pada keyakinan kita terhadap ubungan sebab akibat . dengan kata
lain , sejauh mana desain penelitian memungkinkan kita untuk mengatakan bahawa variabel bebas
A menyebabkan perubahan pada variabel terikat B. Dalam eksperimen laboratorium dimana
hubungan sebab akibat dibuktikan, validitas internal dikatakan tinggi.

d. Validitas Eksternal atau Generalisai Eksperimen Laboratorium


Hubungan sebab akibat yang ditemukan dalam eksperimen laboratorium berlaku juga dalam
situasi lapangan.

Eksperimen Lapangan
Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami di mana
pekerjaan dilakuan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberikan perlakuan
tertentu.
Validitas Eksternal
Validitas Eksternal Mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil studi kasusal pasa situasi,
orang, atau peistiwa lain, dan Validitas Internal merujuk pada tingkat keyakinan kita dalam
pengaruh kausal ( yaitu variabel X menyebabkan variabel Y). Eksperimen lapanngan memunyai
validitas eksternal yang lebih tinggi (yaitu hasilnya dapat digeneralisasi pada situasi organisasi
yang sama) , namun memiliki validitas internal yang rendah ( yaitu tidak dapat yakin terkait
sejuah mana varibel x sendiri menyebabkan variabel Y.

Titik Tengah antara Validitas Iinternal dan Eksternal

Tedapat trade off antara validitas internal dan eksternal. Bila peneliti menginginkan
validitas internal yang tinggi maka sebaiknya bersedia menetukan validitas eksternal yang
lebih rendah dan sebaliknya. Untuk memastikan kedua jenis validitas, peneliti biasanya
mencoba menguji hubungan kausal dalam suatu situasi lab atau buatan yang dikontrol secara
ketat dan setelah hubungan dibuktikan dengan mencoba menguji hubungan kausal dalam
eksperimen lapangan.

Faktor- Faktor yang Memengaruhi Validitas Internal

1. Pengaruh Sejarah : Historis mengacu pada peristiwa munculnya suatu kejadian atau
faktor tertentu yang bukan bagian dari perlakuan eksperimen dan dapat mempengaruhi
hubungan sabab – akibat antara kedua variabel.
2. Pengaruh Maturasi : Pengaruh maturasi merupakan sebuah fungsi dari proses-biologis dan
psikologis yang berlaku dalam responden selama suatu periode waktu. Proses maturasi
antara lain bisa meliputi usia,kelelahan,rasa lapar dan kebosanan.
3. Pengaruh Pengujian : Pengujian mengacu pada postes hasil dari prates (pretest misalnya
sebuah kuisioner singkat untuk mengungkapkan perasaan dan sikap mereka). Pengambilan
prates ini secara tidak langsung dapat meningkatkan performansi pada pengujian kedua
yang disebut pascates (postest).
4. Pengaruh Bias Seleksi : Seleksi dapat pula berinteraksi dengan faktor-faktor lain seperti
historis dan testing. Seleksi subjek yang tidak tepat atau tidak cocok untuk kelompok
eksperimen dan kontrol dapat mempengaruhi eksperimen.
5. Pengaruh Mortalitas : Faktor pengacau lain pada hubungan sebab-akibat adalah mortalitas
atau pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol atau keduanya, saat
eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok berubah sepanjang waktu di tiap
kelompok, perbandingan antara kelompok menjadi sulit, karena mereka yang keluar atau
absen dari eksperimen memiliki efek yang signifikan pada hasil penelitian.
6. Pengaruh Regresi Statistik : Regresi statistik biasanya muncul bila subjek yang terpilih
untuk kelompok eksperimen berdasarkan skor awal yang ekstrim pada variabel terikat
7.   Pengaruh Instrumentasi : Cook & Campbell (dalam Sekaran, 2014:201) mendifinisikan
pengaruh Instrumentasi adalah ancaman lain untuk validitas internal. Hal tersebut bisa
muncul karena perubahan dalam instrumentasi pengukuran antara prates dan pascates, dan
bukan karena perbedaan dampak perlakuan pada akhirnya.

Jenis Desain Eksperimen dan Validitas

1. Desain Eksperimen Kuasi


Desain yang memberikan perlakuan kepada sekelompok eksperimen dan mengukur
pengaruhnya adalah desain yang paling lemah diantara desain lain. Hal ini dikarenakan
tidak ada perbandingann antar kelompok, ataupun catatan mengenai status variabel terikat
sebelum perlakuan eksperimen dan bagaimana hal tersebut berubah setelah perlakuan.
Berikut adalah beberapa jenis desain eksperimen kuasi :
a. Desain Kelompok Eksperimen Prates dan Pascates
Tanpa kelompok kontrol kita bisa melakukan prates, memberi perlakuan, dan
kemudian melakukan pascates untuk mengukur perlakuan dengan mengukur perbedaan
antara prates dengan pascates.
b. Pascates Hanya dengan Kelompok Eksperimen ddan Kelompok Kontrol
Kelompok memiliki arti penting dalam suatu team, kelompok merupakan
kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung
(interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan
satu sama lain saling mempengaruhi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam desain
eksperimen.
c. Desain Rangkain Waktu
Desain ini mengumpulkan data pada variabel yang sama dengan interval reguler
(misalnya minggu, bulan, atau tahun). Sehingga desain rangkaian waktu membuat
penelitian dapat menilai pengaruh dari suatu perlakuan dari waktu ke waktu.
2. Desain Eksperimen Murni
Desain eksperimen, yang meliputi perlakuan, kelompok kontrol, dan merekam formasi
sebelum dan sesudah kelompok eksperimen diberi perlakuan, disebut sebagai desain
ekperimen ex post facto (ex post facto experimental designs). Hal tersebut dibahas
dibawah ini :
a. Desain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pra dan Pascates
Satu-satunya perbedaan antara kedua kelompok adalah bahwa yang pertama diberi
perlakuan, sedangkan yang terakhir tidak. Mengukur perbedaan antara skor prates dan
pascates kedua kelompok akan menunjukan pengaruh netto dari perlakuan.
Kedua kelompok diberi prates dan pascates, dan kedua kelompok telak diacak, dengan
demikian kita bisa berharap bahwa pengaruh sejarah, maturasi, pengujian, dan
instrumentasi telah dikontrol. Hal ini berdasarkan fakta bahwa apapun yang terjadi dengan
kelompok eksperimen (misalnya: maturasi, sejarah, pengujian, dan instrumentasi).
3. Desain Empat Kelompok Solomon
4. Studi Buta Berganda
Studi buta berganda merupakan sebuah penelitian suatu medis dimana kedua mata
pelajaran yang berpatisipasi dan melakukan penelitian menyadari ketika obat atau
prosedur eksperimental telah diberikan.

5. Desain Ex Post Facto


Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang
memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu
peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas yang
secara keseluruhan sudah terjadi.
BAB 11

VARIABEL PENGUKURAN – DEFINISI OPERASIONAL

Bagaimana Variabel Diukur

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Pengertian lain

bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki

atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu.

Pengukuran variabel adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi

mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan

masalah atau peluang bisnis.

Definisi Operasionalisasi

Operasionalisasi atau operasional didefinisikan sebuah konsep untuk membuat

sesuatu terukur, dilakukan dengan melihat perilaku dimensi, aspek, atau properti dan

dilambangkan dengan konsep. Sesuatu tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam unsur-

unsur yang dapat diamati dan terukur sehingga dapat mengembangkan indeks pengukuran

konsep. Operasional sederhananya didefinisikan sebagai serangkaian langkah.

 Tahapan-tahapan operasionalisasi yakni:

a. Menemukan definisi dari gagasan yang ingin diukur.


b. Memikirkan isi dari pengukuran yaitu instrument (satu atau beberapa item atau

pertanyaan) sebagai pengukuran aktual dari konsep yang ingin diukur untuk

pengembangan. Kemudian, format respon dibutuhkan.

c. Menilai keabsahan dan keandalan dari skala pengukuran

Sebuah contoh konsep yang memiliki lebih dari satu dimensi adalah agresi. Agresi

memiliki dua dimensi;agresi verbal dan agresi fisik. Karena itu agresi termasuk perilaku
seperti berteriak dan mengumpat ke orang (agresi verbal), juga melempar benda, memukul

tembok, dan melukai orang lain secara fisik (agresi fisik). Pengukuran yang valid tentang

agresi harus memasukkan item yang mengukur agresi verbal dan agresi fisik. Pengukuran

yang hanya memasukkan item agresi verbal atau hanya memasukkan item agresi fisik tidak

akan valid jika tujuan peneliti adalah mengukur agresi. Pengukuran yang valid memasukkan

pertanyaan kuantitatif yang dapat diukur atau item yang dapat merepresentasikan asal atau

keseluruhan konsep .Jika konsep memiliki lebih dari satu asal atau dimensi, maka peneliti

harus yakin bahwa pertanyaan atau item yang merepresentasikan dimensi ini dimasukkan

dalam pengukuran.

Operasionalisasi ( Multidimensional) Konsep Motivasi Berpencapaian

Misalkan peneliti tertarik untuk membangun hubungan antara gender dengan motivasi

berpencapaian. Peneliti harus mengukur baik gender maupun motivasi berpencapaian.

Mengukur gender tidak akan sulit, namun mengukur motivasi berpencapaian akan cukup sulit,

karena konsep ini abstrak dan subjektif secara alamiah. Untuk Alasan ini peneliti harus

menduga motivasi berpencapaian dengan mengukur dimensi perilaku, aspek atau karakteristik

yang diharapkan akan ditemukan pada orang dengan motivasi berpencapaian yang tinggi.

Tanpa mengukur dimensi ini peneliti tidak akan sampai pada kesimpulan hubungan gender dan

motivasi berpencapaian.

Dimensi dan Elemen Motivasi Pencapaian

a. Elemen Dimensi 1

Kita dapat menjelaskan perilaku seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang

semacam itu akan (1) bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, (3)

tekun, bahkan dalam menghadapi sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur.

Misalnya, kita dapat menghitung jumlah jam yang karyawan gunakan untuk melakukan

aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja, di luar jam kerja di tempat

kerja, dan di rumah di mana sangat mungkin mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.
Dengan demikian, jumlah jam yang diberikan untuk pekerjaan akan menjadi sebuah indeks

yang mengungkapkan seberapa pekerjaan “menggerakkan” mereka.

b. Elemen Dimensi 2

Tingkat ketidakinginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan

seperti :

 Berapa sering anda memikirkan tentang pekerjaan ketika tidak sedang berada di

tempat kerja ?

 Apa hobi anda ?

 Bagaimana anda menghabiskan waktu ketika tidak di tempat kerja ?

Mereka yang dapat bersantai akan menunjukkan bahwa biasanya tidak memikirkan

pekerjaan atau tempat kerja ketika di rumah, menghabiskan waktu melakukan hobi,

menikmati aktivitas saat senggang, serta menggunakan waktu libur bersama keluarganya,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau budaya, dan lainnya. Jadi, kita bisa menempatkan

karyawan pada sebuah kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat dapat bersantai

ke yang sedikit bersantai. Dimensi ini kemudian juga bisa diukur.

c. Elemen Dimensi 3

Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak

efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Meskipun orang bermotivasi pencapaian dalam

organisasi mungkin sangat tinggi dalam kecenderungan tersebut, ada kemungkinan orang di

organisasi yang tidak memiliki motivasi pencapaian. Orang pada kategori terakhir, bukannya

tidak efektif, entah dalam diri mereka sendiri atau menurut orang lain, dan mungkin cukup

ingin untuk bekerja dengan hampir semua orang. Jadi, ketidaksabaran terhadap

ketidakefektifan juga bisa diukur dengan mengamati perilaku.


d. Elemen Dimensi 4

Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa diperoleh

dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Sejumlah deskripsi pekerjaan

yang berbeda dapat diberikan-beberapa mewakili pekerjaan yang bersifat rutin dan lainnya

dan mengandung gradasi tantangan tertentu di dalamnya. Preferensi karyawan terhadap jenis

pekerjaan yang berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kesatuan yang membentang

dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan tantangan yang

kian sulit.

e. Elemen Dimensi 5

Dengan menelusuri seberapa sering individu mencari umpan balik dari orang lain

selama periode waktu tertentu-katakanlah, beberapa bulan-karyawan bisa kembali

ditempatkan dalam suatu kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat sering mencari

umpan balik hingga yang tidak pernah mengharapkan umpan balik dari siapapun pada waktu

apapun.

Kegunaannya adalah bahwa orang lain bisa menggunakan ukuran serupa, sehingga

memungkinkan pengulangan atau peniruan (replicability). Tetapi, perlu disadari bahwa

semua definisi operasional sangat mungkin (1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen

penting yang terjadi karena kelalaian mengenali atau mengkonsepkannya, dan (2)

menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap relevan.

Mendefinisikan konsep secara oprasional adalah cara terbaik untuk mengukurnya.

Tetapi benar-benar mengobservasi dan memperhitungkan seluruh perilaku individu dalam

cara tertentu, bahkan jika hal tersebut cukup praktis, akan terlalu sulit dilakukan dan

memakan waktu. Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu,peneliti bisa

meminta mereka menceritakan pola perilaku mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan

tepat yang bisa direspon pada skala tertentu yang telah disusun.
Dimensi Internasional tentang Operasionalisasi

Dalam melakukan penelitian transnasional, penting untuk mengingat bahwa variabel

tertentu memiliki arti dan konotasi yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Misalnya,

istilah “cinta” yang memunculkan beberapa penafsiran pada budaya yang berbeda dan

memiliki paling sedikit 20 interpretasi yang berbeda di bebepaa negara. Demikian pula,

konsep “pengetahuan” sama dengan “jnana” di beberapa budaya Timur dan ditafsirkan

sebagai “realisasi Maha Kuasa” Oleh karena itu, bijaksana bagi para peneliti yang berasal

dari suatu negara yang berbicara dengan bahasa yang berbeda untuk merekrut bantuan ahli -

ahli lokal untuk mengoperasionalkan konsep tertentu saat melakukan penelitian silang

budaya.

Anda mungkin juga menyukai