Nim :175020301111045
Metodologi Penelitian – CF
Bab 10
Desain Eksperimen
Desain ekperimen (experimental design) merupakan desain studi dimana peneliti dapat
menciptakan lingkungan/ kondisi tiruan, mengontrol beberapa variabel dan memanipulasi
variabel bebas untuk membuktikan hubungan sebab akibat.
Eksperimen Laboratorium
Ketika hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen, maka semua
variabel lain yang mungkin mencemari atau merancukan hubungan antara kedua variabel tersebut
harus dikontrol ketat. Dengan kata lain, kemungkinan pengaruh variabel lainnya terhadap variabel
dependen harus diperhitungkan dengan beberapa cara, sehingga efek kausal variabel independen
sebenarnya pada variabel dependen dapat ditentukan. Hal ini juga diperlukan untuk memanipulasi
variabel independen sehingga luasan efek kausal dapat dibentuk.
Kontrol
Ketika kita merumuskan hubungan sebab-akibat antara dua variabel X dan Y, adalah
mungkin bahwa suatu faktor, misalnya A, juga mempengaruhi variabel terikat Y. Dalam hal
tersebut, adalah mustahil untuk menentukkan tingkat di mana Y hanya terjadi karena X, karena
kita mengetahui seberapa besar total variasi Y disebabkan oleh kehadiran faktor A.
Manipulasi
Untuk menguji pengaruh kasusal dari variabel bebas terhadap variabel terikat, perlu dilakukan
manipulasi. Manupulasi berarti membuat tingkat variabel bebas yang berbeda untuk menilai
dampaknya pada variabel terikat.
b. Randomisasi
Dalam randomisasi, proses di mana orang yang ditarik (yaitu, setiap orang mempunyai
peluang yang sama dan diketahui untuk dipilih ) dan penempatan mereka dalam kelompok
mana pun (tiap orang bisa ditempatkan ke dalam kelompok manapun) adalah acak. Dengan
menempatkan anggota ke dalam kelompok secara acak, kita akan mendistribusikan variabel
pengacau di antara kelompok secara sama. Proses randomisasi secara ideal memastikan bahwa
setiap kelompok dapat dibandingkan dengan kelompok lain, dan bahwa semua variabel,
termasuk pengaruh usia, gender, dan pengalaman sebelumnya dikontrol.
Manfaat randomisasi
Randomisasi akan menyelesaikan semua faktor yang mungkin dapat mencemari
hubungan sebab akibat dalam situasi yang dihadapin, karena semua faktor pencemar akan
disebarkan ke seluruh kelompok. Selain itu, jika kita mengetahui variabel yang mengacaukan,
kita mungkin tidak mampu menemukan suatu kecocokan untuk semua variabel tersebut.
Dengan demikian desain eksperimen lab melibatkan control terhadap variabel pencemar
melalui proses pemadanan atau randomisasi dan manipulasi perlakuan.
Eksperimen Lapangan
Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami di mana
pekerjaan dilakuan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberikan perlakuan
tertentu.
Validitas Eksternal
Validitas Eksternal Mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil studi kasusal pasa situasi,
orang, atau peistiwa lain, dan Validitas Internal merujuk pada tingkat keyakinan kita dalam
pengaruh kausal ( yaitu variabel X menyebabkan variabel Y). Eksperimen lapanngan memunyai
validitas eksternal yang lebih tinggi (yaitu hasilnya dapat digeneralisasi pada situasi organisasi
yang sama) , namun memiliki validitas internal yang rendah ( yaitu tidak dapat yakin terkait
sejuah mana varibel x sendiri menyebabkan variabel Y.
Tedapat trade off antara validitas internal dan eksternal. Bila peneliti menginginkan
validitas internal yang tinggi maka sebaiknya bersedia menetukan validitas eksternal yang
lebih rendah dan sebaliknya. Untuk memastikan kedua jenis validitas, peneliti biasanya
mencoba menguji hubungan kausal dalam suatu situasi lab atau buatan yang dikontrol secara
ketat dan setelah hubungan dibuktikan dengan mencoba menguji hubungan kausal dalam
eksperimen lapangan.
1. Pengaruh Sejarah : Historis mengacu pada peristiwa munculnya suatu kejadian atau
faktor tertentu yang bukan bagian dari perlakuan eksperimen dan dapat mempengaruhi
hubungan sabab – akibat antara kedua variabel.
2. Pengaruh Maturasi : Pengaruh maturasi merupakan sebuah fungsi dari proses-biologis dan
psikologis yang berlaku dalam responden selama suatu periode waktu. Proses maturasi
antara lain bisa meliputi usia,kelelahan,rasa lapar dan kebosanan.
3. Pengaruh Pengujian : Pengujian mengacu pada postes hasil dari prates (pretest misalnya
sebuah kuisioner singkat untuk mengungkapkan perasaan dan sikap mereka). Pengambilan
prates ini secara tidak langsung dapat meningkatkan performansi pada pengujian kedua
yang disebut pascates (postest).
4. Pengaruh Bias Seleksi : Seleksi dapat pula berinteraksi dengan faktor-faktor lain seperti
historis dan testing. Seleksi subjek yang tidak tepat atau tidak cocok untuk kelompok
eksperimen dan kontrol dapat mempengaruhi eksperimen.
5. Pengaruh Mortalitas : Faktor pengacau lain pada hubungan sebab-akibat adalah mortalitas
atau pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol atau keduanya, saat
eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok berubah sepanjang waktu di tiap
kelompok, perbandingan antara kelompok menjadi sulit, karena mereka yang keluar atau
absen dari eksperimen memiliki efek yang signifikan pada hasil penelitian.
6. Pengaruh Regresi Statistik : Regresi statistik biasanya muncul bila subjek yang terpilih
untuk kelompok eksperimen berdasarkan skor awal yang ekstrim pada variabel terikat
7. Pengaruh Instrumentasi : Cook & Campbell (dalam Sekaran, 2014:201) mendifinisikan
pengaruh Instrumentasi adalah ancaman lain untuk validitas internal. Hal tersebut bisa
muncul karena perubahan dalam instrumentasi pengukuran antara prates dan pascates, dan
bukan karena perbedaan dampak perlakuan pada akhirnya.
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Pengertian lain
bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan
Definisi Operasionalisasi
sesuatu terukur, dilakukan dengan melihat perilaku dimensi, aspek, atau properti dan
unsur yang dapat diamati dan terukur sehingga dapat mengembangkan indeks pengukuran
pertanyaan) sebagai pengukuran aktual dari konsep yang ingin diukur untuk
Sebuah contoh konsep yang memiliki lebih dari satu dimensi adalah agresi. Agresi
memiliki dua dimensi;agresi verbal dan agresi fisik. Karena itu agresi termasuk perilaku
seperti berteriak dan mengumpat ke orang (agresi verbal), juga melempar benda, memukul
tembok, dan melukai orang lain secara fisik (agresi fisik). Pengukuran yang valid tentang
agresi harus memasukkan item yang mengukur agresi verbal dan agresi fisik. Pengukuran
yang hanya memasukkan item agresi verbal atau hanya memasukkan item agresi fisik tidak
akan valid jika tujuan peneliti adalah mengukur agresi. Pengukuran yang valid memasukkan
pertanyaan kuantitatif yang dapat diukur atau item yang dapat merepresentasikan asal atau
keseluruhan konsep .Jika konsep memiliki lebih dari satu asal atau dimensi, maka peneliti
harus yakin bahwa pertanyaan atau item yang merepresentasikan dimensi ini dimasukkan
dalam pengukuran.
Misalkan peneliti tertarik untuk membangun hubungan antara gender dengan motivasi
Mengukur gender tidak akan sulit, namun mengukur motivasi berpencapaian akan cukup sulit,
karena konsep ini abstrak dan subjektif secara alamiah. Untuk Alasan ini peneliti harus
menduga motivasi berpencapaian dengan mengukur dimensi perilaku, aspek atau karakteristik
yang diharapkan akan ditemukan pada orang dengan motivasi berpencapaian yang tinggi.
Tanpa mengukur dimensi ini peneliti tidak akan sampai pada kesimpulan hubungan gender dan
motivasi berpencapaian.
a. Elemen Dimensi 1
Kita dapat menjelaskan perilaku seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang
semacam itu akan (1) bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, (3)
tekun, bahkan dalam menghadapi sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur.
Misalnya, kita dapat menghitung jumlah jam yang karyawan gunakan untuk melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja, di luar jam kerja di tempat
kerja, dan di rumah di mana sangat mungkin mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.
Dengan demikian, jumlah jam yang diberikan untuk pekerjaan akan menjadi sebuah indeks
b. Elemen Dimensi 2
seperti :
Berapa sering anda memikirkan tentang pekerjaan ketika tidak sedang berada di
tempat kerja ?
Mereka yang dapat bersantai akan menunjukkan bahwa biasanya tidak memikirkan
pekerjaan atau tempat kerja ketika di rumah, menghabiskan waktu melakukan hobi,
menikmati aktivitas saat senggang, serta menggunakan waktu libur bersama keluarganya,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau budaya, dan lainnya. Jadi, kita bisa menempatkan
karyawan pada sebuah kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat dapat bersantai
c. Elemen Dimensi 3
Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak
efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Meskipun orang bermotivasi pencapaian dalam
organisasi mungkin sangat tinggi dalam kecenderungan tersebut, ada kemungkinan orang di
organisasi yang tidak memiliki motivasi pencapaian. Orang pada kategori terakhir, bukannya
tidak efektif, entah dalam diri mereka sendiri atau menurut orang lain, dan mungkin cukup
ingin untuk bekerja dengan hampir semua orang. Jadi, ketidaksabaran terhadap
Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa diperoleh
dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Sejumlah deskripsi pekerjaan
yang berbeda dapat diberikan-beberapa mewakili pekerjaan yang bersifat rutin dan lainnya
dan mengandung gradasi tantangan tertentu di dalamnya. Preferensi karyawan terhadap jenis
pekerjaan yang berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kesatuan yang membentang
dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan tantangan yang
kian sulit.
e. Elemen Dimensi 5
Dengan menelusuri seberapa sering individu mencari umpan balik dari orang lain
ditempatkan dalam suatu kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat sering mencari
umpan balik hingga yang tidak pernah mengharapkan umpan balik dari siapapun pada waktu
apapun.
Kegunaannya adalah bahwa orang lain bisa menggunakan ukuran serupa, sehingga
semua definisi operasional sangat mungkin (1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen
penting yang terjadi karena kelalaian mengenali atau mengkonsepkannya, dan (2)
menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap relevan.
cara tertentu, bahkan jika hal tersebut cukup praktis, akan terlalu sulit dilakukan dan
meminta mereka menceritakan pola perilaku mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan
tepat yang bisa direspon pada skala tertentu yang telah disusun.
Dimensi Internasional tentang Operasionalisasi
tertentu memiliki arti dan konotasi yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Misalnya,
istilah “cinta” yang memunculkan beberapa penafsiran pada budaya yang berbeda dan
memiliki paling sedikit 20 interpretasi yang berbeda di bebepaa negara. Demikian pula,
konsep “pengetahuan” sama dengan “jnana” di beberapa budaya Timur dan ditafsirkan
sebagai “realisasi Maha Kuasa” Oleh karena itu, bijaksana bagi para peneliti yang berasal
dari suatu negara yang berbicara dengan bahasa yang berbeda untuk merekrut bantuan ahli -
ahli lokal untuk mengoperasionalkan konsep tertentu saat melakukan penelitian silang
budaya.