Anda di halaman 1dari 15

Abstrak

Perbedaan standar akuntansi diberbagai negara mendorong dilakukannya standarisasi


internasional dan harmonisasi akuntansi keuangan yang mengacu pada IFRS yang
dikeluarkan oleh IASB dalam memahami laporan keuangan secara global. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh perbedaan budaya, agama, sistem hukum, kepemilikan usaha dan sistem
pembayaran, sitem pepajakan, kekuatan profesi akuntansi. Dalam melakuakan standardisasi
akuntansi internasional terdapat hamabatan yaitu perbedaan budaya internasional dan
kelembagaan yang menyebabkan akuntansi keuangan bervariasi. hambatan lebih lanjut untuk
harmonisasi adalah kurangnya pengembangan profesi akuntansi di beberapa negara.

Kata Kunci: Standar Akuntansi, Harmonisasi, Standarisasi


BABI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Globalisasi bisnis dari perdagangan bebas antar Negara yang sangat dinamis
mengakibatkan munculnya banyak perusahaan multinasional, hal ini berpengaruh pula pada
kebutuhan akan suatu standar akuntansi internasional yang berlaku kepada seluruh dunia.
Akuntansi internasional memperluas akuntansi yang bertujuan umum yang berorientasi
nasional, dalam arti luas untuk Analisa komparatif internasional, Pengukuran dari isu-isu
pelaporan akuntansi bagi transaksi-transaksi bisnis mulitnasional.
Konvergensi dalam standar akuntansi dan dalam konteks standar internasional berarti
nantinya hanya akan ada satu standar. Satu standar itulah yang kemudian berlaku
menggantikan standar yang tadinya dibuat dan dipakai oleh negara itu sendiri. Sebelum ada
konvergensi standar biasanya terdapat perbedaan antara standar yang dibuat dan dipakai di
negara tersebut dengan standar internasional
Kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional, dan harmonisasi
keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik, organisasi, profesi dan
pembuatan standar. Adanya upaya harmonisasi tersebut diharapkan menghasilkan satndar
pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten diseluriuh dunia yang
akan memperbaiki efesiensi alokasi modal perusahaan perusahaan yang dapat memperbaiki
proses pengambilan keputusan strategis. nantinya akan membat menyelaraskan perbedaan
dan memperlancar jalannya bisnis global.
BAB II
PEMBAHASAN

Akuntansi Internasional

Akuntansi internasional adalah akuntansi yang dilakukan untuk transaksi antar negara
dengan membandingkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di negara-negara yang
berlainan dan mengharmonisasikan standar akuntansi di seluruh dunia. (Iqbal, Melcher &
Elmallah, 1997:18)
Akuntansi internasional adalah akuntansi yang mencakup semua perbedaan prinsip,
metode dan standar akuntansi di semua negara, termasuk prinsip akuntansi (GAAP) yang
ditetapkan di tiap-tiap negara. Perbedaan akuntansi ini dikarenakan faktor perbedaan
geografi, politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Maka dari itu, mau tidak mau akuntan harus
mengusai semua prinsip akuntansi yang berlaku di semua negara. [pendekatan akuntansi
internasional menurut weirich (Belkaoui,1985)]
Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa akuntansi internasional merupakan
akuntansi yang dilakukan pada transaksi antara negara satu dengan negara lainnya, dengan
demikian seorang akuntan harus memahami prinsip-prinsip yang berlaku di semua negara
agar akuntan dapat memberikan informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu agar dapat
membantu para pengguna dalam pengambilan keputusan.

Perbedaan Penerapan Akuntansi di Dunia Internasional

Sejak tahun 2005 banyak negara memilih untuk mengadopsi standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh IASB, Negara-negara dengan aturan akuntansi yang berbeda mengakibatkan
perbedaan hasil akuntansi sebelum upaya standarisasi akuntansi dilakukan, Perbedaan hasil
yang bervariasi tergantung pada standar akuntansi yang digunakan untuk berbagai transaksi
pada negara-negara tersebut. Negara-negara yang berbeda aturan akuntansi dapat
menghasilkan keuntungan atau kerugian yang berbeda secara signifikan perbedaan tersebut
adalah alasan untuk mengadopsi standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB.  Jika
berbagai negara mengadopsi aturan akuntansi yang sama perbedaan antara hasil yang akan
dilaporkan di berbagai negara tidak akan terjadi.
Nobes dan Parker (2004) membedakan antara 'harmonisasi' dan 'standarisasi'
akuntansi. 'harmonisasi' didefinisikan sebagai 'proses meningkatkan kesesuaian praktik
akuntansi dengan menetapkan batasan tingkat perbedaanya.  Standarisasi merupakan
penerapan dari seperangkat aturan yang lebih ketat dan lingkup yang sempit (dari
harmonisasi).  Harmonisasi bersifat lebih fleksibel daripada standarisasi, namun kedua istilah
tesebut sering diartikan sama dalam akuntansi internasional.
Nobes dan Parker (2004) menjelaskan bahwa alasan dalam upaya untuk standardisasi
internasional akuntansi keuangan untuk memungkinkan dalam memahami laporan keuangan
secara global dan memiliki dasar memadai untuk membandingkan angka akuntansi keuangan
dari berbagai negara yang dimengerti dan interpretasi informasi akuntansi keuangan lebih
efektif karena semua perkiraan disusun menggunakan asumsi yang mendasari dan aturan
akuntansi yang sama.

Gambaran Singkat IASB dan Globalisasi

Pada tahun 1967 Henry Benson sebagai presiden dari ICAEW, ICAEW bersama
Lembaga Akuntan Canada/Canadian Institute of Chartered Accountant (CICA) dan Lembaga
Akuntan Publik America/The American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)
mendirikan Kelompok Studi Akuntan International, yang mempublikasikan makalah tentang
topik akuntansi dan secara bertahap mengembangkan kerangka tersendiri. Yang kemudian
kemudian menjadi dasar untuk pembentukan Komite Standar Akuntansi
International/International Accounting Standards Committee (IASC) pada tahun 1973, yang
kemudian diikuti oleh Lembaga Akuntan dari Australia, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko,
dan Belanda.
Di akhir tahun 1990-an ada perubahan signifikan terhadap IASC dan operasinya.
Yayasan IASC dibentuk dan badan ini melalui kelompok perwakilan ditugaskan melakukan
supervisi terhadap operasi Dewan Standar Akuntansi Internasional/International Accounting
Standards Boards (IASB) yang baru dibentuk dan mulai beroperasi pada tahun 2001. Para
perwakilan dari Yayasan IASC bertanggung jawab atas tata kelola dan pengawasan IASB,
termasuk pendanaan. Namun, Para perwakilan tidak terlibat dalam hal-hal teknis yang
berkaitan dengan standar.  Tanggung jawab untuk hal-hal teknis yang terkait dengan standar
akuntansi merupakan tanggung jawab IASB.
Para Perwakilan yayasan IASC juga ditunjuk sebagai anggota IASB, Komite
Internasional Interpretasi Laporan Keuangan/International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) dan Dewan Penasehat Standar/Standards Advisory
Council. Secara singkat IASB, yang anggotanya merangkap IFRIC adalah badan interpretatif
dari yayasan IASC dan mandatnya adalah untuk meninjau isu-isu akuntansi secara tepat
waktu, yang saat ini telah muncul dalam konteks Standar Pelaporan Keuangan
Internasional/International Financial Reporting Standards (IFRC). 

Aturan Amerika Serikat Dalam Standarisasi Akuntansi Keuangan Internasional

Amerika serikat adalah negara yang belum mengadopsi global IFRS dikarenakan
terdapat pertimbangan dua badan utama yang bertanggung jawab untuk regulasi akuntansi di
AS. Komisi Sekuritas dan Pertukaran/Securities and Exchange Commission (SEC), dan
Dewan Standar Akuntansi Keuangan/Financial Accounting Standard Board (FASB). Profesi
akuntansi Amerika mengembangkan berbagai dokumen yang dikenal sebagai 'Prinsip
Akuntansi Yang Berlaku Umum/Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)'.
pada tahun 1973 SEC dipercayakan tugas untuk mengembangkan standar akuntansi
untuk Dewan Standar Akuntansi Keuangan/Financial Accounting Standards Board (FASB)
yang baru dibentuk.  FASB adalah lembaga swasta yang dibentuk untuk bertindak dalam
'kepentingan umum'. Ketika FASB ditetapkan sebagai lembaga independen, SEC memiliki
kuasa untuk mengesampingkan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh FASB.
Di Amerika Serikat ketergantungan masih ditempatkan pada standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh FASB bukan pada standar yang dikeluarkan oleh IASB, tidak seperti
banyak negara lain AS belum mengadopsi IFRS. Mengingat bahwa AS merupakan pasar
modal utama di dunia, non keterlibatannya merupakan pembatasan yang signifikan dalam
penerimaan global IFRS. AS sangat kuat bertekad untuk tidak mengadopsi IFRS. Namun,
ketetapan ini tampaknya berkurang sekitar tahun 2001-2002 dengan berbagai 'skandal
akuntansi' yang melibatkan organisasi seperti Enron.
Penjelasan Mengenai Perbedaan Dalam Akuntansi
Standarisasi akuntansi oleh banyak negara yang berbeda, dengan mekanisme yang
berbeda, bentuk pasar modal yang berbeda, budaya yang berbeda dan sebagainya, mungkin
dianggap mengarah pada standardisasi praktik akuntansi. Tentu ini tampaknya menjadi
asumsi utama dari IASB.  Ada berbagai alasan mengapa perbedaan internasional akan terus
bertahan setelah diperkenalkannya IFRS :
1.        Perbedaan sistem perpajakan
2.        Perbedaan pengaruh ekonomi dan politik pada pelaporan keuangan
3.        Modifikasi IFRS pada tingkat nasional
4.        Perbedaan dalam pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum
Banyak alasan yang menyebabkan perbedaan dalam metode akuntansi dari berbagai
negara. Mueller (1968) menunjukkan bahwa perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh
perbedaan dalam hukum yang mendasari negara, sistem politik, atau tingkat perkembangan
ekonomi suatu negara.  Faktor lain seperti sistem pajak, tingkat pendidikan dan tingkat
pembangunan ekonomi juga sebagai penjelasan atas perbedaan dalam sejarah praktek
akuntansi. Saat ini tidak ada teori yang menjelaskan mengapa, karena tidak adanya upaya
untuk membakukan akuntansi, kita akan berharap untuk menemukan perbedaan internasional
dalam praktik akuntansi. Banyak hal yang menjadi penyebab perbedaan tersebut yaitu
sebagai berikut.

1. Budaya
Budaya adalah suatu konsep umum yang akan diharapkan berdampak pada
sistem hukum, sistem perpajakan, cara bisnis dibentuk dan dibiayai, dan sebagainya.
budaya juga digunakan dalam literatur psikologi, antropologi, dan sosiologi sebagai
dasar untuk menjelaskan perbedaan dalam sistem sosial. Sistem nilai akuntansi
berasal dari dan terkait dengan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial yang juga dipegang
oleh akuntan berdampak pada perkembangan sistem akuntansi dalam skala nasional.
Takatera dan Yamamoto (1987) mendefinisikan budaya sebagai wujud norma,
nilai-nilai dan adat yang mencerminkan ciri perilaku yang khas.  Hofstede (1980)
mendefinisikan budaya sebagai pemikiran yang membedakan anggota satu kelompok
manusia dari yang lain. Gray (1988) menggambarkan budaya sebagai sistem nilai-
nilai sosial atau kolektif diselenggarakan dan bukan nilai-nilai pada tingkat individu.
Gray berpendapat bahwa kerangka metodologi penggabungan budaya dapat
digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi perbedaan internasional dalam
sistem dan pola pengembangan akuntansi internasional.  Setiap pertimbangan budaya
tentu membutuhkan pilihan yang sulit untuk aspek budaya yang penting bagi masalah
tersebut yang pada gilirannya bagaimana seseorang dapat mengukur sifat budaya
yang relevan.

2. Agama
Hamid, Craig, dan Clarke (1993) menganggap salah satu unsur budaya yaitu
agama berpengaruh dalam praktek akuntansi. Mereka menunjukkan, agama
mengatasi batas-batas nasional. Budaya yang ada di berbagai negara Islam tercermin
pada bagaimana isu-isu agama dibahas dalam literatur akuntansi.  Hamid, Craig, dan
Clarke menunjukkan bahwa Islam memang memiliki pengertian tentang kepatuhan
kepada Tuhan dan bukan untuk kepentingan pemilik ekuitas atau pemberi pinjaman.
Orang muslim percaya bahwa mereka memiliki aset bukan untuk diri mereka sendiri
tetapi untuk kepentingan ibadah kepada Tuhan. Ada juga perbedaan mendasar
lainnya, misalnya Islam melarang pembiayaan utang dan pembayaran bunga, dan
larangan ini memiliki implikasi yang signifikan bagi proses harmonisasi standar
akuntansi internasional.  Hamid, Craig, dan Clarke memberikan argumen yang logis
bahwa agama memiliki dampak besar pada sistem akuntansi yang dipilih. Agama
berpotensi dapat mempengaruhi bagaimana orang melakukan bisnis dan bagaimana
mereka membuat Keputusan.

3. Sistem Hukum
Sistem hukum yang ada di dunia dapat dibagi menjadi dua kategori: sistem
hukum umum dan sistem hukum Romawi. Dalam sistem hukum umum berdasarkan
sudut pandang ketentuan perundang-undangan. Setiap keputusan hukum kemudian
menjadi contoh praktik hukum untuk kasus di masa yang akan datang. Dalam sistem
hukum Romawi, hukum parlementer cenderung sangat rinci dan mencakup sebagian
besar aspek kehidupan sehari-hari. Implikasinya terhadap akuntansi adalah bahwa
dalam negara yang menganut sistem hukum umum ditemukan relatif sedikit undang-
undang akuntansi yang mengatur praktik akuntansi, dan oleh karena itu secara
historis perkembangan praktik akuntansi akan ditinggalkan lebih pada penilaian
akuntan dan auditor profesional.
Dengan sistem hukum romawi sebaliknya kita akan mengharapkan untuk
menemukan badan hukum akuntansi yang menetapkan secara rinci bagaimana
masing-masing jenis transaksi atau peristiwa diperlakukan. Dalam sistem tersebut
membutuhkan penggunaan pertimbangan profesional yang lebih sedikit dalam
mempersiapkan atau mengembangkan praktik akuntansi.
Nobes dan Parker (2004) menjelaskan sistem hukum umum dikembangkan di
Inggris, sedangkan sistem hukum Romawi dikembangkan di negara-negara benua
Eropa.  Negara-negara dimana pengembangan sistem hukum yang praktek sangat
dipengaruhi oleh Inggris cenderung memiliki sistem hukum umum. sebaliknya
sebagian besar negara benua Eropa, dan negara yang sistem hukumnya di bawah
pengaruh negara-negara tersebut, cenderung memiliki sistem hukum Romawi.
4. Kepemilikan Usaha dan Sistem Pembiayaan
Terdapat faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi suatu negara dalam
kepemilikan usaha dan sitem pembiayaan.  Faktor ini dapat dibagi menjadi faktor
dari pihak luar sistem dan faktor dari pihak dalam sistem.  Pada faktor dari pihak luar
sistem, pemegang saham eksternal merupakan sumber utama pembiayaan untuk
kegiatan usaha. Sebagai pemegang saham eksternal tidak akan terlibat dalam
pengelolaan perusahaan, dan karena itu tidak akan memiliki akses terhadap informasi
akuntansi manajemen perusahaan, mereka perlu diberikan informasi akuntansi
keuangan tersendiri untuk membantu membuat keputusan investasi. 
Sebaliknya, dalam faktor dari pihak dalam sistem keuangan, penyediaan
pembiayaan oleh pemegang saham eksternal jauh lebih signifikan.  Bukannya telah
terjadi dominasi bisnis milik keluarga dan/atau penyedia dominan keuangan jangka
panjang secara historis baik bank atau pemerintah (Zysman, 1983).  Dengan bisnis
milik keluarga, pemilik akan cenderung memiliki akses ke informasi akuntansi
manajemen internal secara rinci dari usaha, sehingga tidak ada kebutuhan untuk
memberikan informasi laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan
investasi oleh pemegang saham.
Negara-negara yang secara historis telah didominasi oleh faktor insider
financed cenderung juga menjadi negara dengan sistem hukum Romawi, sementara
negara-negara outsider financed biasanya memiliki sistem hukum umum. sehingga
sebagian besar negara Eropa benua secara historis mengandalkan bentuk insider
financed, dengan hasil bahwa akuntansi keuangan di negara-negara ini tidak
berkembang untuk melayani kebutuhan keputusan investasi di pasar modal.
sebaliknya Inggris dan Irlandia telah mengandalkan pada tingkat yang jauh lebih
besar pada bentuk outsider financed, dengan peran utama akuntansi historis menjadi
untuk melayani kebutuhan informasi pasar modal dengan informasi yang adil,
seimbang dan berbobot.

5. Sistem Perpajakan.
Di negara-negara dengan sistem outsider finance, praktik akuntansi keuangan
dikembangkan untuk memberikan gambaran yang adil, seimbang dan objektif
tentang kinerja ekonomi yang mendasari bisnis untuk membantu meningkatkan
efektivitas keputusan alokasi investasi oleh pemegang saham eksternal. Sistem
tersebut mengharuskan akuntansi mencerminkan semacam realitas ekonomi,
misalnya bisnis memilih metode penyusutan yang paling dekat mencerminkan cara
yang menggunakan aset tetap.  Sebaliknya di negara yang mayoritas menggunakan
sistem insider finance, laporan keuangan yang telah dikembangkan untuk
menggambarkan beberapa bentuk realitas ekonomi yang mendasari ini tidak
disajikan. Meskipun laporan keuangan telah dikembangkan untuk tujuan yang
berbeda, dan satu tujuan penting adalah perhitungan pajak.
Di sebagian besar negara-negara benua eropa yang secara tradisional
bergantung pada sistem insider finance, bagi perusahaan tunjangan pajak ini harus
dimasukkan dalam laporan keuangannya. misalnya jika perusahaan ingin mengurangi
kewajiban pajaknya dengan mengambil keuntungan maksimum yang diijinkan dari
tunjangan penyusutan pajak, itu harus menyertakan tunjangan penyusutan pajak
dalam laporan keuangannya.  Di negara-negara dengan sistem outsider finance,
rekening pajak secara historis telah terpisah dari rekening keuangan. Sehingga jika
sebuah perusahaan ingin mengklaim tunjangan penyusutan pajak maksimum yang
diizinkan oleh hukum perpajakan tidak akan mempengaruhi perhitungan keuntungan
yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat mencerminkan biaya
penyusutan yang dan pemanfaatan aset yang wajar tanpa mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk mengklaim tunjangan penyusutan pajak maksimum dalam rekening
pajak, dan ketentuan hukum perpajakan belum memberikan banyak pengaruh
terhadap laporan keuangan.

6. Kekuatan Profesi Akuntansi


Kekuatan profesi akuntansi di negara manapun secara historis telah ditentukan
oleh faktor yang bersifat kelembagaan pada sistem akuntansi keuangan.  Di negara
sistem hukum umum, yang memiliki sistem didominasi sistem outsider finance di
mana undang-undang pajak memiliki sedikit pengaruh pada akuntansi keuangan,
akan relatif sedikit ketentuan undang-undang menentukan isi laporan keuangan.
Tujuan utama dari laporan keuangan akan telah memberikan penyajian yang wajar,
seimbang dan objektif tentang kinerja ekonomi yang mendasari bisnis, dan ini akan
diperlukan pertimbangan profesional untuk mengatasi setiap situasi yang berbeda. 
Sebaliknya di negara sistem hukum romawi yang didominasi sistem insider finance
di mana sesuai dengan rincian hukum pajak memberikan pengaruh besar pada bentuk
finansial, akan ada telah sedikit kebutuhan atau ruang untuk penggunaan
pertimbangan profesional ketika menyusun laporan akuntansi keuangan.
7. Riwayat Bencana
Nobes and parker (2004) menunjukkan pentingnya faktor tambahan yaitu
riwayat bencana, yang pengaruhnya akan terbatas pada sistem akuntansi dari masing-
masing negara yang terkena dampak bencana. Misalnya AS mendirikan undang-
undang bursa efek yang bertujuan untuk perlindungan investor.  Undang-undang ini
meliputi persyaratan akuntansi tertentu yang telah didelegasikan kepada lembaga
standar akuntansi sektor swasta yang menetapkan dan yang telah menghasilkan
serangkaian aturan akuntansi.

Alasan Harmonisasi Dan Standarisasi


Nobes and Parker (2004, p. 77) membedakan antara ‘harmonisasi’ dan ‘standarisasi’
dari akuntansi. Mereka mendefinisikan ‘harmonisasi’ sebagai: ‘Standardisasi’ dalam
akuntansi dijelaskan sebagai sebuah istilah yang ‘menyiratkan pembebanan aturan dari lebih
kaku dan sempit’ (lebih dari harmonisasi) (p. 77). Oleh Karena Itu, harmonisasi muncul
untuk memungkinkan fleksibilitas lebih dari standarisasi. Nobes dan Parker (2004)
menjelaskan bahwa alasan untuk meningkatkan standarisasi akuntansi keuangan internasional
serupa dengan alasan untuk standardisasi akuntansi keuangan dalam setiap masing-masing
negara. Jadi, misalnya, jika investor berinvestasi di perusahaan dari berbagai negara, dan
investor ini menggunakan laporan keuangan sebagai sumber informasi penting yang
mendasari keputusan investasi mereka, penting bagi mereka berdua untuk memahami laporan
keuangan dan memiliki dasar memadai untuk membandingkan angka akuntansi keuangan
perusahaan dari berbagai negara. diantara pengertian dan interpretasi informasi akuntansi
keuangan harus lebih efektif jika semua account dikompilasi menggunakan set yang sama
yang mendasari asumsi atau aturan akuntansi.
Jika kebutuhan keuangan jangka panjang dari sebuah perusahaan multinasional terlalu
besar untuk disimpan dalam satu negara, maka mungkin perlu untuk menambah simpanan
keuangan di bursa efek lebih dari satu negara. Dimana, seperti dalam kasus AstraZeneca,
perusahaan harus menghasilkan hasil akuntansi keuangan sesuai dengan aturan akuntansi dari
masing-masing bursa saham di mana sahamnya diperdagangkan, akuntansi prosedur akan
jauh disederhanakan jika ada satu set yang diakui secara internasional aturan akuntansi yang
dapat diterima oleh semua bursa saham di mana sahamnya diperdagangkan.
Alasan lebih lanjut untuk standardisasi internasional akuntansi yang disediakan oleh
Nobes dan Parker (2004) adalah bahwa hal itu akan memudahkan fleksibilitas yang lebih
besar dan efisiensi dalam penggunaan staf akuntan dan auditor pada perusahaan
multinasional, peraturan akuntansi yang berbeda tiap negara akan menjadi penghalang untuk
transfer staf yang kompeten khususnya dalam hal akuntansi.

Hambatan Dalam Harmonisasi Dan Standarisasi Akuntansi Keuangan

Salah satu kendala untuk pembentukan standardisasi akuntansi internasional adalah


perbedaan budaya internasional dan kelembagaan yang menyebabkan bahwa akuntansi
keuangan bervariasi.   Selanjutnya hambatan lebih lanjut untuk harmonisasi adalah kurangnya
pengembangan profesi akuntansi di beberapa negara, sehingga di negara-negara di mana
profesi akuntansi belum dikembangkan bahwa ada kemungkinan masalah pelaksanaan
akuntansi internasional berbasis Model anglo Akuntansi Anglo Amerika.  Potensi dan
kendala yang signifikan dalam standarisasi yang sedang berlangsung adalah peraturan
akuntansi yang memiliki konsekuensi ekonomi. Pemerintah masing-masing negara mungkin
menyesal memberikan kontrol terhadap proses pengaturan standar akuntansi yang memiliki
konsekuensi ekonomi nyata untuk sebuah badan internasional di mana mereka memiliki
pengaruh yang kecil.

PROSES DAN LEMBAGA INTERNASIONAL STANDARDISASI AKUNTANSI

Pemeriksaan proses dan lembaga-lembaga harmonisasi internasional dan standarisasi


akuntansi jauh lebih erat terkait dengan praktik akuntansi daripada teori akuntansi, dan
mungkin karena itu dianggap di luar lingkup teori akuntansi. Namun, mengingat pentingnya
perkembangan dalam harmonisasi dan standarisasi, pengetahuan akan proses standardisasi
akuntansi internasional saat ini harus membantu dalam memahami proses dari
perkembangan standarisasi itu sendiri. Lembaga utama yang terlibat dalam standardisasi
internasional akuntansi keuangan adalah International Accounting Standards Board (IASB)
dan pendahulunya Akuntansi Internasional Komite Standar (IASC). IASC didirikan pada
tahun 1973 dengan tujuan:

“Formulating and publishing in the public interest accounting standards to be observed in


the presentation of financial statements and promoting their worldwide acceptance and
observance; and working generally for the improvement and harmonisation of regulations,
accounting standards and procedures relating to the presentation of financial statements
(IASC, 1998, p. 6).”
Pendekatan regulasi akuntansi pada dasarnya mengikuti model Anglo-Amerika, tetapi
awalnya banyak Standar Akuntansi Internasional (IASs) diciptakan diberbagai negara
sehingga standarisasi sangat tidak efektif dalam praktik akuntansi oleh karena perbedaan
praktik akuntansi perusahaan intrnasional pada masing-masing negara dan berbeda negara,
sehingga kurang dimengerti dan tidak menjamin serta meningkatkan komparabilitas sistem
penyusunan dan pelaporan keuangan yang mendukung bursa saham diberbagai dunia.

Pada akhir 1980-an Organisasi Internasional Komisi Efek (IOSCO), suatu lembaga
yang mewakili regulator sekuritas pemerintah di seluruh dunia, mengakui bahwa untuk
meningkatkan perusahaan multinasional dan memiliki hubungan yang baik dalam proses
bisnis perusahaan multinasional tersebut perlu adanya standar akuntansi internasional yang
sesuai dan diterima disemua kalangan, hal ini akan mengurangi biaya yang harus dihasilkan
dari kesenjangan akan praktik akuntansi yang berbeda-beda disetiap negara. Oleh karena itu,
IASs dapat menerima hal ini dan mengizinkan satu sistem yang sama dari praktik akuntansi.

Dengan demikian, IASC (yang kemudian menjadi IASB) kemudian memulai


komparatif dan perbaikan untuk mengurangi berbagai pilihan yang diciptakan IASs
sebelumnya, dan membuat IOSCO diterima. Setelah itu setiap perusahaan yang menyusun
rekening yang sesuai dengan IASs direvisi bisa menggunakan satu set rekening ini berbasis
IAS untuk mendukung pencatatan di bursa diatur oleh anggota IOSCO di manapun di
berbagai dunia dengan pengecualian dari Amerika Serikat. Setelah selesai dari perbaikan ini,
IASC digantikan pada oleh IASB tahun 2001, yang mengadopsi semua IASs yang ada.

Pada tahun 2001, IASB telah menerbitkan peraturan baru dalam bentuk Standar
Pelaporan Keuangan Internasional (SAK) .19 IASB, memiliki struktur yang dipandang jauh
lebih mandiri dan ketat dari IASC terdahulu, yang terdiri dari 14 anggota penuh waktu dan
memutuskan hubungan mereka dengan organisasi lain. Mereka ditunjuk oleh dewan ’19
pengawas , yang telah berjanji untuk beroperasi demi kepentingan umum (Nobes and Parker,
2004, Hal. 102).

Sebagian dari 14 anggota IASB menyetujui IFRS (atau IAS direvisi), dan ini
dianggap sebagai mekanisme kemungkinan untuk memastikan bahwa IASB dapat
mengembangkan peraturan ketat yang berhubungan dengan isu-isu, terutama di mana standar
akuntansi yang dihasilkan mungkin masih belum populer di antara banyak perusahaan.
keanggotaan awal IASB didominasi oleh akuntan dari negara-negara akuntansi-jenis Anglo-
Amerika, dan ini bisa memperkuat kecenderungan untuk mengembangkan regulasi akuntansi
model Anglo-Amerika.

Meskipun reformasi ini ke IASB, SAK / IASs masih belum diterima oleh Exchange
Commission US Securities sebagai dasar yang memadai untuk mendukung listing di bursa
saham AS. Namun, IASB dan AS standar-setter (Financial Accounting Standards Board)
telah bekerja untuk mengurangi perbedaan antara standar internasional dan standar akuntansi
AS yang disebut sebagai proyek konvergensi (Nobes dan Parker, 2004).

Alasan utama mengapa Uni Eropa menjadi terlibat dalam regulasi akuntansi di tingkat
Uni Eropa adalah bahwa prinsip Uni Eropa adalah kebebasan bergerak dari orang, barang dan
modal dalam Uni Eropa. Prinsip akuntansi yang berbeda di negara yang berbeda bertindak
sebagai penghalang untuk investor memahami dan membandingkan perkiraan keuangan
perusahaan di negara-negara yang berbeda, dan dengan demikian bertindak sebagai
penghalang untuk mereka secara bebas menanamkan modalnya di perusahaan dari berbagai
anggota negara Uni Eropa (penghambatan terhadap pergerakan bebas modal). Pendekatan
menuju harmonisasi akuntansi di Uni Eropa secara historis berbeda dari pendekatan IASC /
IASB.

Mengingat bahwa sebagian besar negara di Uni Eropa, mengikuti sistem Eropa
kontinental akuntansi daripada model Anglo-Amerika dari IASC / IASB, oleh karena itu,
pendekatan Uni Eropa untuk suatu harmonisasi akuntansi secara historis telah melalui
legislasi. Undang-undang Uni Eropa ini menjadi bentuk arahan Uni Eropa hukum
perusahaan, yang harus disepakati oleh Uni Eropa dan kemudian diimplementasikan dalam
undang-undang domestik masing-masing negara anggota Uni Eropa. Ini adalah proses yang
sangat panjang, dan selama tahun 1990-an Uni Eropa mengakui bahwa itu tidak fleksibel
untuk menanggapi persyaratan lingkungan bisnis yang dinamis di mana praktik akuntansi
keuangan perlu beradaptasi secepat mungkin dalam perubahan Praktek-bisnis terutama untuk
perusahaan yang mengandalkan 'pihak luar' keuangan (termasuk peningkatan jumlah terbesar
perusahaan di banyak negara Eropa kontinental).

Tindakan Uni Eropa ini melalui perjalanan panjang didalam mempertahankan suatu
peraturan dan kebijakan yang baru dari lembaga-lembaga lain yang berusaha untuk melawan,
akhirnya setelah sekian lama Uni Eropa bergelut dalam mempertahankan prinsip itu, negara
salah satunya Australian mencoba menyelaraskan praktik akuntansi di negaranya dengan
praktik internasional yang berwujud pada suatu harmonisasi. Sejak tahun 1995 Australia
terlibat dalam proses harmonisasi standar akuntansi di Australia yang dirilis oleh IASC.
‘Proses harmonisasi’ memerlukan standar akuntansi Australia untuk menjadi kompatibel
dengan IASs, tapi masih memungkinkan beberapa perbedaan di mana perbaikan Australia itu
ditafsirkan menjadi lebih tepat
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Artikel: Makalah Akuntansi Internasional.


http://nobertisuwenti27.blogspot.co.id/2015/06/makalah-akuntansi-internasional_51.html

Anonim. 2011. Artikel: Harmonisasi Akuntansi Internasional. http://nunung-


nur.blogspot.co.id/2011/05/harmonisasi-akuntansi-internasional.html

Anonim. 2017. Artikel: Akuntansi Internasional.


https://yuniariani37.wordpress.com/2017/03/09/akuntansi-internasional/

Belkaoui, Ahmed. (1985).Accounting Theory, 2nd Edition, Harcourt Brace Jovanovich


Publishing Co.
Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. Australia: McGraw-Hill: Australia Pty
Limited

Gray, S. J. (1988), “Towards a theory of cultural influence on the development of accounting


systems internstionally’, ABACUS, 24(1), pp. 1-15.

Hamid, S., Craig, R. And Clarke, F. (1993), ‘Religion: a confonding cultural element in the
international harmonization of accounting, ABACUS, 29(2), pp. 131-148.

Hofstede, G. (1980), Culturee’s Consequences: International Differences in Work-Related


Values, Beverly Hills, CA: Sage Publications.

Mueller, G. G. (1968), Accounting principle generally accepted in the United States versus
those generally accepted elsewhere’, The International Journal of Accounting
Education and Research, 3(2), pp. 91-103

Nobes, C. and Parker, R. (2004), Comperative International Accounting, Harlow: pearson


Education Limited.

Takatera, S. and Yamamoto, M. (1987), “The cultural significance of accounting in Japan’,


Seminar on Accounting and Culture, European Institute for Advanced Studies in
Management, Brussels.

Zysman, J. (1983), Goverment, Markets and Growth: Financial Systems and the politics o
Change, USA: Cornell University Press.

Anda mungkin juga menyukai