Anda di halaman 1dari 43

2.

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
ANALITIK EKSPERIMENTAL

PERTEMUAN KE -15
B Y : N O R R A H E N D A R N I W I J AYA ,
SKM., M.KES (EPID)
 BATASAN
Yang dimaksud penelitian eksperimen dalam epidemiologi adl salah
satu dari penelitian epidemiologi analitik yg membandingkan data
dari sekelompok manusia yg dengan sengaja di lakukan sesuatu
dengan sekelompok lainnya yg sama, tetapi tidak di lakukan apa-
apa.

Contoh :
Ingin mengetahui pengaruh penggunaan vitamin C terhadap
penyembuhan penyakit gusi berdarah. Pada penelitian ini para
penderita penyakit gusi berdarah di bagi menjadi dua kelompok.
Pertama yang di berikan vitamin C dan yang kedua tidak di berikan
vitamin C, kemudian di lihat hasilnya.
 EKSPERIMENTAL
Pada studi eksperimental peneliti melakukan manipulasi (intervensi)
terhadap satu atau lebih variabel penelitian kemudian mempelajari
efek perlakuan tersebut.
Intervensi dalam konteks ini adalah perlakuan yang dilakukan oleh
peneliti terhadap subyek penelitian, dan hasil perlakuan tersebut
diamati, diukur dan dianalisis.
Bila peneliti melakukan tindakan atau intervensi, namun efek intervensi
tersebut tidak diukur dan dianalisis maka hal tersebut bukan
merupakan suatu studi intervensi.
Pada studi eksperimental peneliti menentukan subyek mana yang akan
memperoleh perlakuan apa.
Eksperimen adl rancangan studi dimana peneliti atau
orang lain dengan sengaja mengalokasikan berbagai
tingkat variabel independen tertentu (faktor
penelitian) kepada subyek penelitian, dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh variabel independen itu
terhadap variabel dependen (status penyakit).
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu
perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.
Dari contoh ini terlihat bahwa penelitian epidemiologi eksperimen
tidak mudah di lakukan. Masalah yang di hadapi antara lain :
a. Apakah di benarkan untuk melakukan dan atau memberikan
sesuatu (misal obat baru) yang belum di ketaui kasiatnya
kepada manusia ?
b. Atau jika telah di ketahui sesuatu yg akan di lakukan tersebut
bermanfaat (misal obat baru yang baik) apakah di benarkan
untuk tidak melakukannya (memberikan obat baru yang
tidak baik tersebut) kepada sekelompok manusia lainnya ??
c. Bagaimana pengaruh si peneliti dalam mengamati hasil penelitian yang
sedang di lakukan ?? Apakah tidak terpengaruh dengan sesuatu yg di
lakukannya tersebut ?
d. Bagaimana pula jika kelompok masyarakat yg sedang di teliti sampai
mengetahui apa yg sedang di lakukan ?? Misalnya mengetahui bahwa ia
tidak mendapatkan pengobatan ??
Karena banyak masalah yg di hadapi pada eksperimen, maka telah
terdapat beberapa kesepakatan dalam melakukan eksperimen tersebut,
seperti misalnya :
a. Eksperimen tersebut harus di lakukan dahulu pada binatang baru
kemudian pada manusia. Hanya apabila telah di ketahui khasiat dan
manfaatnya, baru di cobakan pada manusia. Untuk ini di perlukan
semacam persetujuan dari yg bersangkutan, lazimnya dalam bentuk
mengisi dan menandatangani Informed Consent Form.
b. Dalam menguji suatu obat baru misalnya, harus dapat di yakini
bahwa obat baru tersebut lebih baik atau paling tidak sama dengan
obat sejenis yg telah di kenal sebelumnya.
c. Bila di gunakan plasebo, harus di yakini tidak ada risiko yg berarti
bagi orang yg kebetulan tidak mendapatkan pengobatan. Pedoman2
seperti ini adalah pokok sifatnya, yg semuanya tercantum dalam Kode
Etik Penelitian Kedokteran
Untuk menghindari ‘bias’ dari si peneliti dan ataupun orang yg di teliti,
di kembangkan teknik Randomized Double Blind Controlled Trial,
yang terutama di lakukan pada penelitian eksperimen di klinik
(clinical trial) daripada penelitian lapangan (field trial), karena sifat
penelitian lapangan yg lebih komplek dan majemuk.
Pada penelitian Randomized Double Blind Cotrolled Trial, baik si peneliti
maupun orang yg di teliti tidak tahu siapa mendapatkan apa
 KARAKTERISTIK PENELITIAN EKSPERIMEN
Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen,
antara lain:
(a) Variabel bebas yang dimanipulasi.
Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar
pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung-jawabkan secara
terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam variabel yang terkait.
(b) Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the
influence of any variable other than the independent variable that ought affect
performance on a dependent variable.
Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan
pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam
pelaksanaan eksperimen, group eksperimen dan group kontrol sebaiknya diatur
secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama.
(c) Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat
dan mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan
diantara dua group.
 TUJUAN PENELITIAN EKSPERIMEN
Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu
perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan
kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu
eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk
menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan
metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi
matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional.
Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan
sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan
dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak
terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment
yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat
signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika
dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang
berbeda.
 SYARAT-SYARAT PENELITIAN EKSPERIMEN
Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu.
Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan memberikan hasil yang valid
jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada.
Berkaitan dengan hal tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian
eksperimental, yaitu:(1) peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan
dan di mana ia akan melakukan penelitian;(2) penelitian terhadap hal yang
sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama;(3) peneliti harus dapat
memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai dengan
yang dikehendakinya;(4) diperlukan kelompok pembanding (control group)
selain kelompok yang diberi perlakukan (experimental group).
 PROSES PENELITIAN EKSPERIMEN
Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir sama dengan
penelitian lainnya.
Menurut Gay (1982 : 201) langkah-langkah dalam penelitian eksperimen yang perlu
ditekankan adalah sebagai berikut.
(a)Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti.
(b)Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
(c)Pembuatan atau pengembangan instrumen.
(d) Pemilihan desain penelitian.
(e)Eksekusi prosedur.
(f)Melakukan analisis data.
(g)Memformulasikan simpulan.
 BENTUK DESAIN EKSPERIMENTAL
(1) Kohort
(2) pre-experimental (non-design), yang meliputi one-shot case studi, one group pre
test post test, intec-group comparison;
(3) true-experimental, meliputi post test only control design, pretest-control group
design;
(4) Quasi experimental, meliputi time series design dan non equivalent control group
design.
(5) Uji klinis
1. KOHORT
Yang di maksud penelitian kohort adl penelitian epidemiologi analitik yg bersifat observasi
dimana di lakukan perbandingan antara sekelompok orang yg terkena penyebab
(terpapar) dengan sekelompok lainnya yg tidak terkena penyebab (tidak terpapar),
kemudian di lihat akibat yg di timbulkannya.
Dari sudut ini dapat di simpulkan bahwa dasar penelitian kohort adl unsur akibat terdapat
pada masa depan
Contoh : Membandingkan kelompok orang yg merokok dengan yg tidak merokok, kemudian
di lihat frekwensi kanker paru yg di timbulkan oleh kebiasaan merokok tersebut
Karena yg di ketahui adl penyebab (merokok) dan yg ingin di lihat adl akibatnya (penyakit
kanker paru), maka sifat penelitian kohort umumnya mengacu pada masa depan dan
karena itu di sebut sebagai penelitian yg prosektif (prospective study)
Selanjutnya karena pengukuran antara penyebab (merokok) dan akibat (kanker paru) tidak di
lakukan secara bersamaan, maka penelitian kohort ini di kenal pula sebagai penelitian
longitudinal (longitudinal study)
Pada penelitian kohort yang diidentifikasi lebih dulu adalah kausa atau
faktor risikonya, kemudian sekelompok subyek (yang disebut kohort)
diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk menentukan
terjadi atau tidaknya efek.
Pada penelitian kohort murni yang diamati adalah subyek yang belum
mengalami pajanan faktor risiko yang dipelajari serta belum
mengalami efek.
Sebagian subyek tersebut secara alamiah akan mengalami pajanan
terhadap faktor risiko tertentu, sebagian lainnya tidak.
Subyek yang terpajan faktor risiko menjadi kelompok yang diteliti, sedang
subyek yang tidak terpajan menjadi kelompok kontrol.
Karena kedua kelompok berasal dari populasi yang sama, maka biasanya
keduanya sebanding (comparable) kecuali dalam hal adanya pajanan terhadap
faktor risiko.
Kedua kelompok tersebut kemudian diikuti selama masa tertentu, untuk kemudian
ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit yang diteliti.
Hasil pengamatan studi kohort disusun dalam tabel 2x2 dan dapat ditentukan
insiden terjadinya efek pada kelompok terpajan dan kelompok kontrol.
Selanjutnya dapat dihitung risiko relatif (risiko insiden), yaitu perbandingan
antara insiden efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan insiden efek
pada kelompok tanpa faktor risiko.
Risiko relatif menunjukkan besarnya peran faktor risiko terhadap
terjadinya penyakit.
Selain studi kohort prospektif juga dikenal studi kohort
retrospektif.
Pada desain ini peneliti mengidentifikasi faktor risiko dan efek pada
kohort yang terjadi pada masa lalu (penelitian disebut
retrospektif bila pada saat penelitian dilakukan outcome yang
diteliti sudah terjadi).
Analisis yang digunakan sama dengan pada studi kohort prospektif.
Kesahihan hasil studi ini tergantung pada kualitas data pada rekam
medis atau sumber data lain.
Pada studi kohort prospektif, baik faktor risiko
maupun efek yang diteliti harus didefinisikan dengan
jelas.
Salah satu kelemahan studi kohort retrospektif adalah
terdapatnya kemungkinan bahwa berbagai
pengukuran yang dilakukan pada masa lampau tidak
memenuhi standar karena data yang ada adalah data
pelayanan, bukan data penelitian.
SKEMA DASAR PENELITIAN KOHORT PROSPEKTIF DENGAN KONTROL INTERNAL

Diikuti secara prospektif


Penelitian dimulai Apakah terjadi
disini efek ????

Ya

FR (+)
Tidak

Subyek tanpa FR
dan tanpa Efek

Ya

FR (-)
Tidak
 RELATIVE RISK (RR)
Pada penelitian kohort sederhana, besaran efek yang diperoleh
menggambarkan insidens kejadian masing-masing kelompok.
Perbandingan insidens penyakit antara kelompok dengan faktor
risiko dengan kelompok tanpa faktor risiko disebut risiko
relatif (relative risk) atau rasio risiko (risk ratio).

RR = a/(a+b) : c/(c+d)
 CONTOH

Bakteriuria

Ya Tidak Jumlah

Mandi di sungai Ya 30 970 1000


Tidak 12 988 1000
Jumlah 42 1958 2000

Analisis studi kohort untuk mencari hubungan anatara kebiasaan


mandi di sungai dengan bakteriuria pada anak 5-10 tahun.
 KEUNTUNGAN
1. Karena pengumpulan data masa kini, data cukup lengkap
2. Karena peristiwa belum terjadi, kemungkinan cara pencatatan sama sehingga mudah di
analisa
3. Hasil yang di peroleh dapat di percaya
4. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti.
5. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan temporal
antara faktor risiko dengan efek.
6. Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif.
7. Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor risiko
tertentu.
8. Karena pengamatan dilakukan kontinu dan longitudinal, studi kohort dianggap andal
untuk meneliti berbagai masalah kesehatan.
 KERUGIAN
1. Membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang besar
2. Di lakukan jika jumlah kasus banyak
3. Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama.
4. Sarana dan biaya biasanya mahal.
5. Studi kohort seringkali rumit.
6. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang.
7. Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor
risiko dapat mengganggu analisis hasil.
8. Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti
membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat
merugikan subyek.
EKSPERIMENTAL
Desain studi eksperimental :
a. Pre-experimental (non-design), yang meliputi one-shot
case studi, one group pre test post test, intec-group
comparison;
b. True-experimental, meliputi post test only control
design, pretest-control group design;
c. Quasi experimental, meliputi time series design dan
non equivalent control group design.
(A) PRE-EXPERIMENTS
Penjelasan mengenai bentuk-bentuk desain tersebut adalah sebagai berikut.
(a) pre-experiments Disebut pre-experiments karena desain ini belum
merupakan desain sungguh-sungguh.
Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variabel dependen.
Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independen.
Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih
secara random.
Dalam pre-experimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai
berikut :
(1) ONE-SHOT CASE STUDY
Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan
kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian.
Adapun bagan dari one-shot case study adalah sebagai berikut :

X 0

Perlakuan terhadap variabel Pengamatan atau pengukuran terhadap


independen (Treatment of independen variabel dependen (Observation or
variable) measurement of dependent variable)
X : kelompok yang akan diberi stimulus dalam
eksperimen dan
O : kejadian pengukuran atau pengamatan.
Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut : terdapat
suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan
selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X)
terhadap hasil belajar siswa (O).
(2) THE ONE GROUP PRETEST-POSTTEST DESIGN

Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pre
test-post test design, terdapat pre test sebelum diberi perlakuan,
hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.

01 X 02

Pre-test Treatment Post-test


Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan
menghasilkan beberapa ukuran perbandingan.
Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis
(tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation
(subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau
kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak
sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument
penelitian.
Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan
apapun.
(3) THE STATIC-GROUP COMPARISON
Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang
dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus
eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain
tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat
kontrol.
Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah
meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang
akan diteliti.
Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara
acak.
Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai
berikut : X O1
O2
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan,
dan
O2: hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi
perlakuan.
Pengaruh perlakuan : O1 – O2.
Ketiga bentuk desain pre-experiment itu jika
diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel
luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga
validitas internal penelitian menjadi rendah.
(B) TRUE EXPERIMENTS
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol
semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Jadi, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi.
Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 :
88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan
cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang
tidak diberi perlakuan.
True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu.
Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan
pengambilan sampel secara random.
Selanjutnya, jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments adalah : pre test post
test control group design, post test-only control group design, extensions of true
experimental design, multi group design, randomized block design, latin square
design, factorial design.
Adapun penjelasan mengenai jenis-jenis penelitian tersebut dapat dielaborasi sebagai
berikut.
(1) PRETEST-POSTTES CONTROL GROUP DESIGN

Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian
diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara
group eksperimen dan group kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda
secara signifikan.
Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan adalah: (O2 – O1) – (O4 – O3).

Group Pretest Intervention Posttest


A 01 X 02

B 03 04

Time
(2) POSTTEST-ONLY CONTROL GROUP DESIGN
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.

R X
O1

R O2

Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh


perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada
perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
C. QUASI EXPERIMENTS
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura.
Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit
dilaksanakan.
Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang
berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya.
Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan
maupun grup kontrol.
Bentuk-bentuk quasiexperiments antara lain:
(1) TIME SERIES DESIGN
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara
random.
Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali, dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan grup
sebelum diberi perlakuan.
Jika hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda,
berarti grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak konsisten.
Setelah kondisi tidak labil maka perlakuan dapat mulai diberikan.
(2) NON-EQUIVALENT CONTROL GROUP DESIGN
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group
design, tetapi pada desain ini group eksperimen maupun group
kontrol tidak dipilih secara random.

Contoh :
Penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajat
kesehatan karyawan.
UJI KINIS
Uji kinis (clinical trials) merupakan penelitian eksperimental terencana
yang dilakukan pada manusia.
Pada uji klinis peneliti memberikan perlakuan (intervensi) pada subyek
penelitian.
Kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis
Dibandingkan dengan studi observasional, uji klinis mempunyai kapasitas
yang lebih tinggi dalam memperlihatkan hubungan sebab-akibat.
Dalam desain ini berbagai bias dapat ditiadakan atau dikurangi,
termasuk bias akibat variabel perancu.
Uji klinis seringkali dilakukan untuk membandingkan efek satu jenis
pengobatan dengan pengobatan lainya.
DESAIN PARALEL UJI KLINIS
Efek (+)
Kelompok
Perlakuan
Efek (-)
Subyek yang
memenuhi R Efek (+)
kriteria
Kelompok
Kontrol
Efek (-)
Jenis desain ini paling banyak digunakan, baik pada penyakit akut maupun
kronik.
Pada desain ini disusun 2 kelompok (atau lebih) dan pengobatan pada
kelompok-kelompok tersebut dilakukan secara paralel atau simultan.
Jenis yang paling banyak dilakukan adalah desain paralel dengan 2
kelompok ; satu kelompok memperoleh pengobatan baru (disebut
kelompok eksperimental, kelompok perlakuan, kelompok terapi), sedang
kelompok lainnya menerima plasebo atau terapi standar, disebut kelompok
kontrol.
Agar memperoleh hasil shahih, maka karakteristik kelompok-kelompok yang
diperbandingkan harus seimbang, terutama dalam hal perjalanan alamiah
penyakit atau faktor prognosis yang penting.
SKEMA DESAIN UJI KLINIS MENYILANG (CROSS-OVER DESIGN)

Efek (+)
Kelompok
Kelompok Kontrol
Perlakuan
Efek (-)
R
Efek (+)
Kelompok Kelompok
Kontrol Perlakuan
Efek (-)

Perlakuan Wash Out Perlakuan


KELEBIHAN
Secara epidemiologis sebenarnya uji klinis terasa agak kaku, namun demikian uji klinis
mempunyai banyak keuntungan antaralain :
Dengan dilakukan randomisasi maka faktor bias dapat dikontrol secara efektif, karena
faktor confounding akan terbagi seimbang diantara kedua kelompok peserta.
Kriteria inklusi, perlakuan dan outcome telah ditentukan terlebih dahulu.
Dari segi statistika lebih efektif karena :
- Jumlah kelompok perlakuan dan kotrol sebanding.
- Kekuatan (power) statistika tinggi.
Uji klinis secara teori sangat menguntungkan karena banyak metode statistika harus
berdasarkan pemilihan peserta secara random.
Kelompok peserta merupakan kelompok sebanding sehingga intervensi dari luar setelah
proses randomisasi tidak banyak berpengaruh terhadap hasil penelitian selama
intervensi tersebut mengenai kedua kelompok peserta.
KEKURANGAN
Desain dan pelaksanaan uji klinis kompleks dan mahal.
Uji klinis mungkin harus dilakukan dengan seleksi
tertentu sehingga tidak representatif terhadap populasi
terjangkau atau populasi target.
Uji klinis sering dihadapkan pada masalah etika,
misalnya apakah etis bila kita memberikan
pengobatan pada kelompok perlakuan namun tidak
mengobati kelompok kontrol ?
Kadang-kadang uji klinis sangat tidak praktis.
TUGAS

Mencari contoh jurnal penelitian


menggunakan desain studi cross-
sectional, kasus-kontrol, kohort, dan uji
klinis (eksperimen).

Anda mungkin juga menyukai