Anda di halaman 1dari 35

ANALISA MARGIN PEMASARAN PRODUK MARNING

JAGUNG (Zea mays) DI DESA BUKIT NAPUH KECAMATAN


MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh:
LIA ROHMATUL MAULA
(212.03.2.0014)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

ANALISA

MARGIN

PEMASARAN

PRODUK

MARNING JAGUNG (Zea mays) DI DESA BUKIT


NAPUH KECAMATAN MARTAPURA KABUPATEN
OKU TIMUR
Nama

: LIA ROHMATUL MAULA

NPM

: 212.03.2.0014

Program Studi

: AGRIBISNIS

Fakultas

: PERTANIAN

Mengesahkan,

Ir.Sri Hindarti,MP.

RINGKASAN

Dari hasil penelitian tentang pemasaran produk marning jagung di Desa


Bukit Napuh Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur membahas tentang
margin pemasaran, farmers share, dan saluran pemasaran. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan wawancara langsung dengan produsen dan pedagang yang
terpilih menjadi sampel. Data sekunder yang di pergunakan dalan penelitian ini
bersumber dari lembaga-lembaga yang terkait.
Analisa data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Metode ini
digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai saluran pemasaran produk
marning jagung di daerah penelitian. Dan pada penelitian ini terdapat lebih dari
satu saluran pemasaran pada produk marning jagung.
Saluran pemasaran marning jagung didaerah penelitian ada 4 saluran antara
lain:
a. Saluran pemasaran I : Produsen
Agen
Pengecer
Konsumen
b. Saluran pemasaran II : Produsen
Pengecer
Konsumen
c. Saluran pemasaran III : Produsen
Agen
Konsumen
d. Saluran pemasaran IV : Produsen
Konsumen
Aktivitas pemasaran yang dilakukan dalam saluran pemasaran ini antara lain:
pembelian, penjualan, transportasi, pengemasan, dan pembiayaan.
Saluran pemasaran produk marning jagung diketahui bahwa diantara saluran
pemasaran yang ada, saluran pemasaran IV merupakan saluran paling efisien
karena margin pemasarannya tidak ada dan share petani tinggi.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkah,rahmat,
hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul ANALISA MARGIN PEMASARAN PRODUK MARNING JAGUNG
( Zea mays)

DI DESA BUKIT NAPUH KECAMATAN MARTAPURA

KABUPATEN OKU TIMUR sebagai salah satu syarat memenuhi tugas Mata
Kuliah Pengantar Agribisnis.
Dalam kesmpatan ini penulis sampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil serta doa yang tiada hentinya.
2. Bapak Ir. Sunawan, MP. selaku Dekan Fakultas pertanian.
3. Ibu Ir. Sri Hindarti, MP. selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan dosen
pengampu Mata Kuliah Pengantar Agribisnis.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang, yang
telah mendidik penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.
5. Kakak dan adikku atas perhatian,motivasi dan doanya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
6. Semua teman-temanku khususnya angkatan 2012 SE, yang telah
memberikan dukungan penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu demi tersusunnya laporan ini.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih kurang dari
sempurna sehingga penulis mengharapkan saran dan kritiknya dalam rangka
kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat terutama bagi penulis dan para pembaca.
Amin.
Malang, Desember 2014
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................

ii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...............................................................................

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ...........................................................

2.2 Konsep Pemasaran .......................................................................

2.3 Saluran, Lembaga dan Fungsi Pemasaran ....................................

2.4 Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran .................................

III. METODE PENELITIAN


3.1 Penentuan Lokasi .........................................................................

3.2 Metode Pengambilan Sampel .......................................................

3.3 Metode Pengumpulan Data ..........................................................

3.4 Analisis Data ................................................................................

10

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN


4.1 Letak Geografi ..............................................................................

11

4.2 Luas Wilayah ................................................................................

12

4.3 Keadaan Tanah dan Iklim .............................................................

13

4.4 Keadaan Penduduk ........................................................................

16

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Karakteristik Produsen dan Lembaga Pemasaran .........................

17

5.1.1 Karakteristik produsen ...........................................................

17

5.1.2 Karakteristik Lembaga Pemasaran .........................................

18

5.2 Saluran Pemasaran ........................................................................

19

5.3 Mekanisme Penjualan Produk Marning ........................................

21

5.3.1 Daerah penjualan .....................................................................

21

5.3.2 Harga .......................................................................................

21

5.3.3 Cara penjualan .........................................................................

22

5.3.4 Cara pembayaran .....................................................................

22

5.4 Aktivitas Pemasaran .......................................................................

22

5.5 Analisis Margin Pemasaran............................................................

24

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ...................................................................................

26

6.2 Saran ..............................................................................................

26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

27

LAMPIRAN ...........................................................................................

28

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian
yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi
ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Dalam Keppres No. 68
tentang Ketahanan Pangan pasal 9 disebutkan bahwa diversifikasi pangan
diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan memperhatikan
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal (Hanafie 2010). Diversifikasi pangan
diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh
penambahan konsumsi bahan pangan non-beras diiringi dengan ditambahnya
makanan pendamping. Diversifikasi konsumsi pangan juga dapat didefinisikan
sebagai jumlah jenis makanan yang dikonsumsi, sehingga semakin banyak jenis
makanan yang dikonsumsi akan semakin beranekaragam.
Dimensi diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada pangan
pokok tetapi juga pangan jenis lainnya, karena konteks diversifikasi tersebut
adalah meningkatkan mutu gizi masyarakat secara kualitas dan kuantitas, sebagai
usaha

untuk

meningkatkan

kualitas

sumberdaya

manusia.

Kebijakan

swasemabada beras pada masa lalu telah menyebabkan terjadinya perubahan dan
pergeseran kebiasaan pangan (food habit) sebagian besar penduduk Indonesia
yang cenderung bergantung pada beras. Kondisi ketergantungan pada beras ini
telah menyebabkan memudarnya atau bahkan hilangnya kondisi pluralisme
dalam food habit dan pluralisme dalam diversifikasi pangan pokok. Tujuan
diversifikasi konsumsi pangan lebih ditekankan sebagai usaha untuk menurunkan
tingkat konsumsi beras, dan diversifikasi konsumsi pangan hanya diartikan pada
penganekaragaman pangan pokok, tidak pada keanekeragaman pangan secara
keseluruhan.
Indonesia dirasa mulai perlu menggeser bahan baku makanan sehari-hari
demi ketahanan jangka panjang. Saat ini lahan pertanian di Indonesia semakin
sempit akibat dari ledakan jumlah penduduk, dengan demikian bertambahnya

jumlah penduduk mengakibatkan konsumsi beras akan bertambah pula.


Kewalahan menghadapi situasi ini, pemerintah mengambil kebijakan untuk
mengimpor beras. Impor beras dalam jumlah besar saat ini mengakibatkan inflasi
pada perekonomian Indonesia dan nilai kurs mata uang rupiah akan dolar semakin
melemah. Sehingga yang diperlukan Indonesia saat ini adalah mengurangi atau
bahkan menghapus kebijakan impor beras demi peningkatan perekonomian
Indonesia. Yakni salah satunya dengan mengambil kebijakan diversifikasi pangan
untuk meminimalisasi konsumsi beras.
Bahan Pangan Pengganti Beras dalam Diversifikasi Pangan. Beberapa komoditi
yang cukup berperan sebagai komoditi unggulan yaitu jagung, sagu, dan
singkong.
Jagung merupakan salah satu serelia yang strategis dan bernilai ekonomis
serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai
sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Kandungan kerbohidrat dapat
mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Selain sebagai sumber utama
karbohidrat, jagung juga mengandung zat gizi lain seperti, energi, protein, lemak,
kalsium, fosfor, serat, besi, vitamin A, vitamin B1 dan air. (Djuwardi 2010)
Jagung memiliki potensi besar sebagai alternatif makanan pokok selain
beras. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan sumberdaya terutama lahan irigasi
yang menjadi permasalahan pada produksi beras, relatif tidak terjadi pada jagung.
Jagung merupakan tanaman yang relatif lebih tahan terhadap kekurangan air
daripada padi.
Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung
jagung, nasi jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning).
Didukung dengan keunggulan kandungan nutrisi serta keinginan masyarakat
untuk mencoba mengkonsumsi makanan yang baru, beras jagung juga memiliki
potensi yang baik sebagai alternatif makanan pokok selain beras. Dengan
demikian diharapkan beras jagung dapat menyukseskan program diversifikasi
pangan pemerintah dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap beras
sehingga menciptakan swasembada pangan dan mewujudkan ketahanan pangan.
Dalam rangka mendistribusikan produk marning jagung kepada konsumen

diperlukan adanya lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang terkait dengan


pemasaran produk marning jagung melakukan fungsi-fungsi pemasaran.
Pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran memerlukan biaya dan setiap lembaga
pemasaran akan mengambil keuntungan. Keseluruhan biaya dan keuntungan
(margin pemasaran) akan berpengaruh terhadap harga ditingkat konsumen dan
ditingkat produsen. Dalam hal ini tingginya margin pemasaran menyebabkan
harga yang dibayar konsumen tinggi serta yang diterima produsen rendah.
1.2 Perumusan Masalah
Adanya permintaan akan produk marning jagung mendorong produsen
untunk meningkatkan produksinya melalui pengembangan usaha marning jagung.
Namun faktor tersebut tidak cukup sebagai pendorong peningkatan produksi
marning jagung. Tambahan insentif bagi produsen melalui harga jual yang layak
merupakan salah satu faktor pendorong yang lainnya. Dalam hal ini akan didapat
jika saluran pemasaran yang akan mencapai kondisi yang efisien.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini diajukan
permasalahn-permasalahn sebagai berikut:
1. Berapa banyak saluran pemasaran produk marning jagung yang ada di
Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur?
2. Bagaimana aktivitas dari saluran pemasaran produk marning jagung
tersebut?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui banyaknya saluran pemasaran produk marning jagung
di kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur.
2. Untuk mengetahui aktivitas pemasaran
pemasaran.

yang dilakukan lembaga

1.3.2 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian diharapkan dapat berguna dalam hal:
1. Sebagai bahan untuk pertimbangan dan informasi bagi produsen marning
jagung dalam mengelola usaha marning jagung khususnya aspek
pemasaran sehingga lebih menguntungkan.
2. Sebagai bahan pustaka bagi kalangan akademis lain yang ingin meneliti
yang berkaitan dengan pemasran produk marning jagung.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian Intan Ayu Purnamasari (2010) dalam skripsi yang
berjudul analisis pemasaran jeruk Di kabupaten Bangli yang bertujuan untuk
mengetahui pola saluran pemasaran, menganalisis biaya, marjin dan keuntungan
serta efisiensi ekonomi dari masing-masing saluran pemasaran jeruk di Kabupaten
Bangli. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Daerah
penelitian diambil secara sengaja (purposive) yaitu Kabupaten Bangli dan sampel
kecamatan dipilih yaitu Kecamatan Kintamani. Metode penentuan jumlah pada
masing-masing desa menggunakan proportional random sampling sedangkan
penentuan sampel masing-masing desa menggunakan metode systematic sampling
serta sampel pedagang secara snowball sampling. Data yang diambil baik berupa
data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, pencatatan dan
observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat tipe saluran pemasaran
jeruk di Kabupaten Bangli yaitu, saluran I:PetaniPenebasPedagang
BesarPedagang KecilPedagang PengecerKonsumen, saluran II: Petani
Pedagang besarPedagang KecilPedagang PengecerKonsumen,saluran III:
PetaniPedagang BesarPedagang PengecerKonsumen dan saluran IV:
PetaniPedagang PengumpulPedagang BesarPedagang KecilPedagang
PengecerKonsumen. Pada saluran I memiliki total biaya pemasaran Rp 1.713,4
per kg, marjin pemasaran Rp 5.485,1 per kg dan keuntungan pemasaran Rp
3.771,7 per kg. Pada saluran II total biaya pemasaran Rp 1.582,8 per kg, marjin
pemasaran Rp 4.999,9 per kg dan keuntungan pemasaran Rp 3.658,7 per kg. Pada
saluran III total biaya pemasaran Rp 1.405,9 per kg, marjin pemasaran Rp
4.000,00 per kg dan keuntungan pemasaran Rp 2.840,5 per kg. Pada saluran IV
total biaya pemasaran Rp 1.550,2 per kg, marjin pemasaran Rp 5.267,8 per kg dan
keuntungan pemasaran Rp 3.717,5 per kg.
Dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari keempat saluran yang ada di
Kabupaten Bangli maka saluran III adalah saluran pemasaran jeruk yang paling

efisien karena memiliki marjin pemasaran terendah yaitu Rp 4.000,00 per kg dan
memiliki nilai Farmers Share tertinggi yaitu super besar sebesar 60%, super
sebesar 55,55%, king sebesar 50%, bom sebesar 42,85%, dan AA sebesar 33,33%.

2.2 Konsep Pemasaran


Menurut Soekartawi (1989), pemasaran adalah penyampaian barang dan
jasa dari produsen ke konsumen. Pengertian pemasaran yang lebih populer adalah
memperoleh barang dan jasa dengan jalan membayar dengan alat tukar. Sistem
pertukaran ini dapat berhasil apabila didukung oleh faktoor pendukung seperti
transportasi, perbankan, peraturan-peraturan pemerintah. Lembaga pemasaran
seperti pedagang, tengkulak, pengecer, eksportir, importir dan lain sebagainya.
Menurut Rasyaf (1996), menyatakan bahwa penyampaian hasil pertanian
ke konsumen akhir melibatkan pihak lain yang ikut berperan. Pemasaran yang
semakin panjang akan membuat posisi petani atau produsen semakin lemah.
Pemasaran dapat dikatakan efisien bila mampu menyampaikan hasil pertanian
dari pihak produsen ke konsumen dengan biaya murah dan pembagian
keuntungan yang adil kepada semua pihak, yang besarnya sesuai peranannya
dalam kegiatan pemasaran dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen
akhir.

2.3 Saluran, Lembaga dan Fungsi Pemasaran


Saluran pemasaran adalah jejak penyaluran barang dari produsen
kekonsumen akhir (Downey dan Erickson, 1992). Panjang pendeknya saluran
pemasaran suatu komoditi diduga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
ada pada kondisi sistem pemasaran tersebut berlaku. Faktor- faktor tersebut dapat
berupa jarak antara produsen dengan konsumen, skala produk, skala ekonomi,
kendala keuangan, luasnyausaha dagang dan perlu tidaknya menggunakan
fasilitas khusus untuk mengusahakan barang tersebut ( kotler, 1989).
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang relatif
sederhana yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi
dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha

atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan
bentuk yang diinginkan oleh konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah
menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen
semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga
pemasaran berupa margin pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan
menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan bentuk usahanya
( Sudiono, 2001).
Fungsi pemasaran dapat dikelompokkan dalam tiga fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Pertukaran
Fungsi pertukaran meliputi semua tindakan untuk memperlancar
pemindahan hak milik atas barang dan jasa yang terdiri dari: a) fungsi
penjualan, dan 2) fungsi pembelian.
2. Fungsi Fisik
Fungsi fisik meliputi semua tindakan atau perlakuan terhadap
barang sehingga memperoleh kegunaan tempat dan waktu yang terdiri
dari: a) fungsi penyimpanan, dan b) fungsi pengangkutan.
3. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas meliputi semua tindakan unutuk menunjang
kelancaran pelaksanaan fungsi-fungsi pertukaran dan fisik yang terdiri
dari: a) fungsi standarisasi dan grading, b) fungsi penanggungan resiko, c)
fungsi pembiayaan, dan d) fungsi informasi pasar ( Soekartawi, 1991).
2.4 Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran
Menurut Soekartawi (2002), biaya pemasaran adalah biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya
transportasi, biaya pungutan retribusi, dan lain-lain.
Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu sama lain tergantung pada:
a. Macam komoditi
b. Lokasi pemasaran
c. Macam lembaga pemasaran dan efektifitas pemasaran yang dilakukan.

Menurut Saefudin (1982), dalam Kusumadewi (2003), keuntungan


lembaga pemasaran sering dikatakan sebagai unsur pokok yang
menyebabkan tingginya margin pemasaran sebagai akibat terlalu banyak
dan tidak efisiennya lembaaga pemasaran yang ada didalam ssaluran
pemasaran. Namun apabila dilihat lebih lanjut, besarnya keuntungan
tersebut sebenarnya mencerminkan berbagai jasa langsung maupun tidak
langsung yang diberikan oleh lembaga pemasaran.
Keuntungan lembaga pemasaran yang merupakan sebagian dari
margin pemasaran ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Harga modal dari barang
b. Jumlah barang yang dijual
c. Laba yang diperhitungkan sebagai cadangan penanggungan resiko.
Menurut Sudiono (2001), margin pemasaran didefinisikan sebagai
perbedaan harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga ditingkat
pengecer, yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer
(primery demand curve) dengan kurva penawaran turunan (derived supply
curve). Sedangkan harga tingkat petani merupakan perpotongan antara
kurva permintaan turunan (derived demand curve) dengan kurva
penawaran primer (primery supply curve).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Napuh Kecamatan Martapura
Kabupaten OKU Timur. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa Desa Bukit Napuh Kecamatan Martapura merupakan salah
satu daerah yang terdapat usaha marning jagung.

3.2 Metode Pengambilan Sampel


Dalam penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan komoditas atau produk yang menelusuri saluran pemasaran produk
marning jagung dari produsen sampai ke konsumen yaitu dengan menggunakan
metode snowball sampling. Dalam sampel ini penelitian dimulai dari produsen
yang diminta menunjukkan kawan masing-masing. Kemudian kawan diminta pula
untuk menunjukkan kawan masing-masing dan seterusnya sehingga kelompok itu
senantiasa bertambah besar bagaikan bola salju.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan produsen
dan pedagang yang terpilih menjadi sampel. Kegiatan wawancara dibantu dengan
daftar pertanyaan (Kuisioner) yang dibuat sebelumnya. Data primer yang
dikumpulkan meliputi identitas produsen dan pedagang, produksi marning jagung,
harga jual marning jagung, lembaga pemasaran yang terlibat serta data lain yang
berkaitan dengan penelitian.

Data sekunder yang di pergunakan dalan penelitian ini bersumber dari


lembaga-lembaga yang terkait. Data sekunder yang dikumpulkan berupa keadaan
umum lokasi,demografi lokasi serta data penunjang lainnya.

3.4 Analisa Data


Analisa data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Metode ini
digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai saluran pemasaran produk
marning jagung di daerah penelitian. Dan pada penelitian ini terdapat lebih dari
satu saluran pemasaran pada produk marning jagung.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografi


Sesuai dengan UU Nomor 37 Tahun 2003 luas wilayah Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur(OKU TIMUR) adalah 3.370 Km, dimana
sebagian besar dari wilayah tersebut adalah dataran rendah dan cenderung
rata kecuali di wilayah Kecamatan Martapura dan sekitarnya yang cenderung
berbukit.
Kabupaten OKU TIMURsecara geografis terletak pada 1030 40 Bujur
Timur 1040 33 Bujur Timur dan 30 45 Lintang Selatan 40 55 Lintang
Selatan.
Adapun secara administrasi wilayah Kabupaten OKU TIMUR

memiliki

batas-batas sebagai berikut:


Sebelah Utara

: Kabupaten

Ogan

Komering

Ilir(Kecamatan

Tanjung Lubuk dan Lempuing) dan Kabupaten


Ogan Ilir (Kecamatan Muara Kuang)
Sebelah Timur

: Kabupaten

Ogan

Komering

Ilir(Kecamatan

Lempuing dan Kecamatan Mesuji)


Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Provinsi Lampung (Kabupaten


Way

Kanan) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu

Selatan (Kecamatan Simpang).

Sebelah Barat

Berbatasan dengan

Kabupaten

Ogan

Komering Ulu (Kecamatan Lengkti,Sosoh Buay


Rayap,

Baturaja

Timur

dan Peninjauan)

4.2 Luas Wilayah


Berdasarkan kondisi

eksisting

Tahun 2010

Jumlah Penduduk

Kabupaten OKU TIMUR tercatat 609.982 jiwa dengan jumlah penduduk

terbanyak di Kecamatan di Kecamatan Buay Madang Timur yakni 53.450


jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah Kecamatanberada di Kecamatan
Buay Pemuka Bangsa Raja dengan jumlah penduduk 11.055 jiwa. Pada
Tabel 1 di bawah ini dapat dilihat luas dan jumlah desa/kelurahan yang ada
di Kabupaten OKU TIMUR.

TABEL 1. NAMA, LUAS WILAYAH DAN JUMLAH KELURAHAN


KABUPATEN OKU TIMUR

No

Kecamatan

Jumlah
Desa/Kel

Luas
(Km2)

Martapura

16

102,16

Bunga Mayang

113,54

Jayapura

230,17

BP Peliung

13

154,13

Buay Madang

17

114,36

Buay Madang Timur

27

156,25

192,95

Buay Pemuka Bangsa


Raja
Madang Suku I

12

129,34

Madang Suku II

17

195,32

10

Madang Suku III

211,25

11

Belitang

22

163,59

12

Belitang II

24

354,50

13

Belitang III

20

91,97

14

Belitang Madang Raya

15

153,87

Luas Wilayah
Luas
Persentas
(Ha)
e
(%)
3,03
10.216
3,37
11.354
6,83
23.017
4,57
15.413
3,39
11.436
4,64
15.625
5,73
19.295
3,84
12.934
5,79
19.532
6,27
21.125
4,85
16.359
10,53
35.450
2,73
9.197
4,56
15.387

No
15

Kecamatan
Belitang Mulya

Jumlah
Desa/Kel
12

153,59

16

Luas Wilayah

Belitang Jaya

13

45,97

17

Semendawai Suku III

19

297,77

18

Semendawai Timur

17

183,27

19

Semendawai Barat

12

101,00

20

Cempaka

13

225,00

4,56
15.359
1,36
4.597
8,83
29.777
5,44
18.327
3,00
10.100

301
Jumlah
3.370,00
Sumber : BPS Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2011

6,68
22.500
337.000 100 .00

4.3 Keadaan Tanah dan Iklim


4.3.1 Keadaan Tanah
Topografi dan ketinggian di wilayah Kabupaten OKU TIMUR
berkisar antara 35 67 meter di atas permukaan laut. Bentuk lapangan
(topografi), keadaan tanah di wilayah Kabupaten dapat digolongkan ke
dalam wilayah datar (peneplain zone), bergelombang (piedmont zone)
dan berbukit (hilly zone. Wilayah Kabupaten OKU TIMUR termasuk
dalam cekungan Sumatera Selatan (Gafur dkk, 1994 Cekungan
sedimentasi ini kaya akan endapan batu bara. Batuan yang yang mengisi
Sumatera Selatan ini dapat dikelompokkkan kedalam formasi talangkar,
formasi baturaja,formasi gumai,formasi air benakat,formasi muara enim
dan formasi kasai (Dinas Pertambangan 2010).
A. Formasi Baturaja
Yang termasuk dalam formasi ini terdiri dari batu gamping
terumbu, kalkarenit,napal dan serpih gampingan.
B. Formasi Gumai

Formasi Gumai terdiri dari serpih, napal, batu lempung yang


berselingan dengan batu pasir dan batu lanau. Batu pasir
umumnya terdapat dalam lapisan-lapisan tipis antara 20-50 cm.
C. Formasi Air Benakat
Terdiri dari perselingan antara batu lempung, batu pasir tufaan,
napal dan serpih. Lapisan batuan pada umumnya tipis-tipis
antara 20 - 30 cm.
D. Formasi Muara Enim
Terdiri dari batu lempung berlapis tipis, batu lanau, batu pasir
tufaan dengan sisipan lapisan batu bara.
E. Formasi Kasai
Batuan ini terdiri dari konglomerat batu pasir kuarsa, batu
lempung tufaan dan tufa batu apung. Batuan pada umumnya
bersifat lepas dan mudah diremas. Pada tempat-tempat tertentu
dijumpai lapisan liknig dan kumpulan sisa daun dan tumbuhan.
F. Endapan Teras Komering
Dalam dataran ini mengalir sungai yang relatif kering sebagian
besar berhulu pada dataran tersebut. Sebaran satuan ini
umumnya searah dengan aliran Sungai Komering.

G. Endapan Komering Tua


Dataran Komering tua dibatasi oleh Sungai Belitang disebelah
Timur dan Sungai Muncak disebelah Baratnya. Bekas Sungai
Komering Tua diperlihatkan oleh jejak alur yang bermiander
yang sekarang dipakai sebagai lahan permukiman. Sebagian
besar dataran rendah terdiri dari lempung kecuali bekas dari
aliran sungai yang terdiri dari pasir dan kerikil.
H. Endapan Sungai Purba
Jejak aliran sungai Purba ditemui di dataran Komering Tua dan
dataran Alluvial Komering Muda. Di dataran Komering Tua
yang hampir seluruhnya dimanfaatkan sebagai lahan usaha

bekas aliran sungai ini dipakai sebagai daerah permukiman. Hal


ini disebabkan karena peduduk lebih mudah mendapatkan air
bersih dengan membuat sumur gali dari bekas alur sungai
tersebut disamping itu daerah ini tidak banjir karena relatif lebih
tinggi dari daerah sekitarnya.
I.

Endapan Alluvial Komering Muda


Dataran rendah ini merupakan dataran banjir yang disebabkan
oleh erosi kesamping (lateral) dari sungai. Dibagian hulu
dataran berukuran sempit, makin kehilir makin melebar.
Dibagian Hilir dataran Komering Muda berupa rawa-rawa yang
diisi oleh endapan lempung yang dibawa oleh aliran sungai.

J. Tubuh Intrusi
Batuan intrusi ini oleh penduduk digunakan sebagai bahan
bangunan disamping berfungsi sebagai sumber air yang muncul
dari rekahannya.
K. Satuan Vulkanik Ranau
Terdiri dari endapan Piroklastik bersusunan Riolit, Tufa dengan
sisipan batu lempung.

4.3.2 Iklim
Curah hujan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim,
kondisi geografis dan perputaran arus udara. Akibatnya jumlah curah
hujan yang tercatat dimasing-masing stasiun pengamatan ataupun
BPP/BIP tidak sama. Sebagai akibat dari letak geografis dan kondisi
topografis wilayah yang berbukitbukit, maka berdasarkan klasifikasi
iklim menurut Schmidt dan Ferguson, daerah Kabupaten OKU TIMUR
tergolong tipe iklim C dengan tingkat kelembapan 60 70 %. Jumlah
bulan basah 3,6 dan bulan kering 3,2 dengan rata rata dimulai dari
bulan Oktober dan berakhir pada bulan Juli.
Kondisi iklim di Kabupaten OKU TIMUR termasuk tropis basah
dengan variasi curah hujan antara 2.554 3.329 mm/tahun. Bulan

terkering adalah bulan Juli dengan curah hujan sekitar 280 mm. Periode
kering antara bulan Mei Agustus dengan curah hujan antara 113 175
mm. Suhu bervariasi dengan rata-rata 22 31oC. Angin bertiup antara 15
20 km/jam.

Ditinjau dari jumlah hari hujan menurut data yang

diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten OKU


TIMUR pada tahun 2010 jumlah hari hujan berkisar anatara satu hingga
11 hari, dengan rata rata setiap bulannya sebanyak 5,67 hari.

4.4 Keadaan Penduduk


Jumlah penduduk Kabupaten OKU TIMUR selalu mengalami
penigkatan sejalan dengan kemajuan pembangunan yang juga semakin pesat.
Percepatan dan kemajuan pembangunan di Kabupaten OKU TIMUR juga
telah menjadi daya tarik bagi penduduk daerah lain untuk migrasi.
Jumlah penduduk Kabupaten OKU TIMUR pada tahun 2009 adalah
599.904 jiwa, yang terdiri dari 307.124 jiwa laki-laki dan 292.780 jiwa
perempuan yang tersebar di 20 kecamatan atau 293 desa/kelurahan.
Penyebaran penduduk di Kabupaten OKU TIMUR cenderung tidak
merata yang disebabkan karena sebagian besar penduduk lebih memilih
tinggal di kecamatan yang secara ekonomi lebih potensial serta memiliki
infrastruktur fasilitas umum lebih lengkap. Kecamatan Buay Madang Timur
ditempati penduduk terbesar di Kabupaten OKU TIMUR yaitu 52.637 jiwa,
begitu pula Kecamatan Belitang dan Kecamatan Martapura dengan penduduk
49.585 jiwa dan 47.352 jiwa. Sedangkan Kecamatan Jayapura mempunya
penduduk paling sedikit yaitu 11.446 jiwa.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Produsen dan Lembaga Pemasaran


5.1.1 Karakteristik Produsen
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik produsen marning jagung
dilihat

dari

umur,

pendidikan,

tahun

usaha,

pekerjaan,

produk,

dan

volume/produksi (kg). Dari karakteristik tersebut dapat diketahui kemampuan


produsen terutama dalam pemasaran produk marning jagung. Adapun
karakteristik produsen marning jagung tertera pada tabel 1.
Tabel 2. Karakteristik Produsen Marning Jagung di Desa Bukit Napuh Kecamatan
Martapura Kabupaten OKU Timur Tahun 2014.
No. Nama

Umur

Pendidikan Tahun

(thn)
1.

M. Tolkah

46

Pekerjaan

Produk

usaha
MTs

10

Volume
(kg)

Wirausaha Marning
dan tani

Jagung

Sumber: Data primer


Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa umur produsen 46 tahun.
Sedangkan tingkat pendidikan yang cukup baik, sehingga proses masuknya
informasi dan teknologi baru ke produsen mudah diterima.

5.1.2 Karakteristik Lembaga Pemasaran ( Agen dan Pengecer)


a. Karakteristik Agen, Pengecer Berdasarkan Umur dan Pendidikan
Adanya usaha marning jagung yang berkembang, akan merangsang
timbulnya lembaga-lembaga pemasaran yang menyalurkan produk marning
jagung dari produsen sampai ke konsumen. Dari hasil penelitiaan ini, ternyata

ditemui 5 agen dan 2 pengecer. Karakteristik tersebut meliputi umur dan


pendidikan. Adapun karakteristik tersebut secara lengkap tertera pada tabel 2.
Tabel 3. Karakteristik Agen dan Pengecer Berdasarkan Umur dan tingkat
Pendidikan di Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur.
No

Keterangan

Umur

Jumlah (Orang)

a. 30 38

57,14

b. 39 - 47

14,29

c. 48 56

28,57

100

a. SD

14,29

b. SLTP

14,29

c. SLTA

71,42

100

Jumlah
2

Prosentase

Pendidikan

Jumlah
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahawa agen dan pengecer berumur


30 38 sebanyak 4 orang atau 57,14% dan 48 56 sebanyak 2 orang atau 28,57%
sedangkan umur 39 47 sebanyak 1 orang atau 14,29%. Dari tingkat pendidikan
agen dan pengecer diketahui 71,42% lulusan SLTA, 14, untuk lulusan SD dan
SLTP sama yaitu sebesar 14,29%. Sehingga dapat lihat ternyata agen dan
pengecer mempunyai tingkat pendidikan yang cukup baik untuk melakukan
pemasaran produk marning jagung, karena semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin mudah menyerap informasikhususnya yang berkaitan dengan pemasaran.
b. Karakteristik Agen dan Pengecer Berdasarkan Jenis Usaha yang dilakukan
Pada umumnya agen dan pengecer tidak berkonsentrasi pada satu produk
saja, melainkan banyak produk makanan ringan lainnya dan ada pula yang
bergerak dalam bidang pertanian, serta hanya sebagai sampingan.

5.2 Saluran Pemasaran


Lembaga pemasaran menyelenggarakan penyaluran komoditas/produk
dari produsen ke konssumen. Arus komoditas/produk tersebut melalui suatu
saluran yang disebut saluran pemasaran. Jadi, saluran pemasaran adalah suatu
saluran yang dipergunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang dari
produsen ke konsumen. Suatu lembaga penyaluran sebenarnya mulai berfungsi
sejak mulai barang atau jasa yang dihasilkan selesai diproduksi itu dikonsumsi.
Panjang pendeknya saluran pemasaran tertgantung pada banyak sedikitnya
lembaga

pemasaran

yang

terlibat

didalamnya.

Dalam

hasil

penelitian

menunjukkan bahwa saluran pemasaran produk marning jagung dari produsen


sampai konsumen ada 4 macam bentuk saluran pemasaran seperti terlihat pada
gamabar dibawah ini.
Produsen

IV
Agen
II

III

Pengecer

Konsumen
I
Gambar 1. Saluran Pemasaaran Produk Marning Jagung di Kecamatan Martapura
Kabupaten OKU Timur.

Dari gambar diatas terdapat 4 pola saluran pemasaran produk marning


jagung yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan hasil produksinya. Pola
saluran pemasaran tersebut yaitu:
1. Pola saluran pemasaran I
Produsen

Agen

Pengecer

Konsumen

2. Pola saluran pemasaran II


Produsen

Pengecer

Konsumen

3. Pola saluran pemasaran III


Produsen

Agen

Konsumen

4. Pola saluran pemasaran IV


Produsen

Konsumen

Kegiatan pemasaran marning jagung di keempat saluran pemasaran


yang ada melibatkan lembaga pemasaran. Pada saluran pemasaran I,
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran marning jagung adalah
agen. Pada saluran pemasaran II, lembaga pemasaran yang berperan
adalah pengecer. Pada saluran pemasaran III, lembaga pemasaran yang
berperan adalah agen. Dan pada saluran pemasaran IV, disini langsung
konsumen yang mendatangi produsen.

5.3 Mekanisme Penjualan Produk Marning


5.3.1 Daerah penjualan
Pada umumnya, produk marning jagung dari Kecamatan Martapura
sudah dikenal oleh masyarakat luas. Daerah pengiriman dan penjualan
biasanya di daerah OKU, OKU Timur, OKU Selatan dan sampai daerah
Lampung, dan sekitarnya.

5.3.2 Harga
Produk marning jagung merupakan produk/ komoditas yang diatur
oleh tataniaganya. Harga yang terjadi merupakan harga yang ditentukan oleh
produsen. Perbedaan tingkat harga berdasarkan pada lembaga pemasaran
yang terlibat.
5.3.3 Cara penjualan
Cara penjualan produk marning jagung tidak jauh berbeda dengan
produk atau komoditas lain. Di kecamatan Martapura produsen marning
jagung menjual hasil produksinya dengan harga per kg dan per pak. Adapun
penentuan per pak nya yaitu berisi 20 bungkusan kecil-kecil.
5.3.4 Cara pembayaran
Cara pembayaran produk marning biasanya dilakukan secara cash
dan ada pula yang membayar setelah marning jagung dijual. Akan tetapi
untuk pengecer biasanya langsung membayar secara cash baik pengecar dari
produsen, tetapi biasanya ada yang membayar setelah dijual ataupun saat
mengambil produk marning jagung lagi. Kecuali dari agen yaitu langsung
dibayar cash.

5.4 Aktivitas Pemasaran


Proses penyaluran produk lebah madu dari produsen sampai
konsumen memerlukan aktivitas-aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh
lembaga pemasaran. Berbagai aktivitas yang dilakuan oleh lembaga
pemasaran dalam rangka menyampaikan produk/ komoditi dari produsen ke
konsumen disebut fungsi pemasaran. Aktivitas pemasaran ini dilakukan oleh
lembaga pemasaran (agen, pengecer) dan produsen yang menjual sendiri di
rumahnya. Adapun Aktivitas pemasaran yang dilakukan sebagai berikut:

1. Pembelian
Aktivitas pembelian dilakukan oleh semua lembaga pemasaran.
Aktivitas ini dilakuakan oleh agen dengan datang langsung ke rumah
produsen dan ada sebagian pengecer dan konsumen juga membeli langsung
ke produsen. Pembelian dilakukan apabila memerlukan barang tersebut dan
pembelian ini di lakukan dengan sistem harga per kg ataupun pakan.
2. Penjualan
Aktivitas penjualan dilakukan oleh produsen kepada pengecer,
konsumen langsung ataupun dari produsen ke agen, kemudian dijual ke
pengecer dan konsumen. Penjualan ke pengecer dilakukan oleh agen dengan
cara pengecer datang ke agen ataupun agen yang menyebarkan pada
pengecer- pengecer.
3. Transportasi
Dalam pemasaran produk marning jagung, transfortasi adalah
faktor penentu dalam penyampaian barang dari produsen ke konsumen.
Pengangkutan biasanya dilakukan dengan menggunakan mobil dan sepeda
motor yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran.
4. Pengemasan
Pengemasan merupakan usaha untuk membuat barang kelihatan
menarik dimata konsumen. Aktivitas pengemasan ini dilakukan oleh
produsen dengan menggunakan plastik dengan diberi label.
5. Pembiayaan
Aktivitas pembiayaan dilakukan oleh produsen dalam rangka
memperlancar usahanya. Produsen mendapat biaya dari pribadi atau pinjam
dari lembaga keuangan ataupun perbankan. Produsen harus mengeluarkan

biaya dari mulai mempersiapkan tempat penjemuran, pengolahan, sampai


pengemasan.
5.5 Analisis Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan selisih antara harga produk yang
dibayarkan oleh konsumen dengan harga produk yang di terima oleh
produsen. Definisi lain yaitu margin pemasaran merupakan biaya untuk
melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran
yang

terlibat

dalam

aktivitas

pemasaran

suatu

komoditi/

produk

(Sudiono,2001). Alokasi biaya margin pemasaran kedalam biaya-biaya untuk


melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga
pemasaran ini membentuk distribusi margin pemasaran. Berikut ini adalah
analisis margin pemasaran produk marning jagung dari saluran-saluran yang
terbentuk.

Tabel 4. Perkembangan Harga, Biaya, Keuntungan, dan Margin Produk Marning


Jagung Dari Produsen Sampai ke Konsumen, Melalui Saluran Pemasaran, I, II,
III, dan IV.
No

Jenis Kegiatan
I

Produsen
- Harga Jual(Rp/kg)
Agen
- Harga beli(Rp/kg)
- Bongkar muat(Rp/kg)
- Transportasi(Rp/kg)
- Keuntungan(Rp/kg)
- Margin(Rp/kg)
- Harga Jual(Rp/kg)
Pengecer
- Harga beli(Rp/kg)
- Karcis(Rp/kg)
- Keuntungan(Rp/kg)
- Margin(Rp/kg)
- Harga jual(Rp/kg)
Konsumen
- Harga Beli

Share
(%)

Saluran Pemasaran
Share
III
Share
(%)
(%)

II

17.000

68 17.000

17.000
100
500
2.400
3.000
20.000

12
-

20.000
5.000
5.000
25.000

- 17.000
500
- 4.500
20 5.000
- 22.000

25.000

- 22.000

Total Margin
Sumber: Data Primer Diolah

100

77,27 17.000
- 17.000
100
500
- 3.400
- 4.000
- 21.000
22,73
-

- 21.000
100

IV

Share
(%)

80,95 20.000
19,05
-

100

- 20.000
100

Biaya pemasaran merupakan biayayang harus dikeluarkan untuk keperluan


pemasaran. Secara keseluruhan biaya pemasaran produk marning jagung secara
keseluruhan berupa transportasi. Besarnya biaya yang dikeluarkan bagi saluran I,
II, III, dan IV berbeda-beda. Dengan demikian, semakin panjang saluran
pemasaran maka jumlah biaya yang dikeluarkan akan semakin bertambah. Pada
tabel 4 dapat dilihat besarnya biaya yang dikeluarkan pedagang perantara pada
berbagai saluran pemasaran.
Dari keempat saluran pemasaran marning jagung yang ada di Desa Bukit
Napuh, maka besar margin yang diterima produsen yaitu untuk saluran pemasaran
I memperoleh margin pemasaran Rp 8.000/kg, dari harga yang diterima produsen
sebesar 68%(Rp 17.000/kg). Untuk saluran pemasaran II memperoleh margin
pemasaran sebesar Rp 5.000/kg, dari harga yang diterima produsen sebesar

100

77,27% (Rp 17.000/kg). Saluran pemasaran III memperoleh margin pemasaran


sebesar Rp 4.500/kg, dari harga yang diterima produsen sebesar 80,95% ( Rp
17.000/kg). Dan untuk saluran pemasaran IV dari harga yang diterima produsen
sebesar 100% (R20.000/kg).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang pemasaran produk marning jagung di
Desa Bukit Napuh Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Saluran pemasaran marning jagung didaerah penelitian ada 4 saluran
antara lain:
e. Saluran pemasaran I : Produsen
f. Saluran pemasaran II : Produsen

Agen

Pengecer

Pengecer

Konsumen

Konsumen

g. Saluran pemasaran III : Produsen

Agen

Konsumen

h. Saluran pemasaran IV : Produsen

Konsumen

2. Aktivitas pemasaran yang dilakukan dalam saluran pemasaran ini antara


lain: pembelian, penjualan, transportasi, pengemasan, dan pembiayaan.
3. Saluran pemasaran produk marning jagung diketahui bahwa diantara
saluran pemasaran yang ada, saluran pemasaran IV merupakan saluran
paling efisien karena margin pemasarannya tidak ada dan share petani
tinggi.

6.2 Saran
1. Produsen
a. Perlu meningkatkan produksinya baik secara kuantitas maupun secara kualitas,
karena sampai saat ini pasar masih mampu menyerap produksinya dengan baik.
b. Untuk meningkatkan keuntungan sebaiknya produsen berusaha meningkatkan
penjualan langsung ke konsumen akhir.
2. Pedagang
- Sudah semestinya pedagang meningkatkan harga jualnya, karena melihat pasar
yang relatif ramai dan relatif tidak berubah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2013. Diversifikasi Pangan. From:


http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/07/14/sebuah-pengantaruntuk-anda-tentang-diversifikasi-pangan-573357.html
Armand Sudiono, 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Djuwardi, A. 2010. Cassava: Solusi Pemberagaman Kemandirian Pangan. Jakarta:
Grasindo.
Downey dan Erickson, 1992. Manajemen Agribisnis. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Eva Kusuma Dewi, 2003. Analisa Pemasaran Bunga Mawar (Rosa sp). Di Desa
Sidomulyo Kota Batu.
Kotler,P dan Gery Amstrong. 1998. Dasar-dasar Pemasaran. Prenhallindo.
Jakarta.
Rasyaf, M. 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali
Press.
Soekartawi, 1991. Agribisnis dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta.
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Grafindo Persada.

Lampiran I. Data Responden


KUESIONER BAGI PRODUSEN

Data Responden
1

Nomor Sampel

001

Nama

M. Tolkah

Alamat Desa

Bukit Napuh

Kecamatan

Martapura

Kabupaten

OKU Timur

Tempat Tanggal Lahir

OKU Selatan, 22 Desember 1968

Pendidikan Terakhir

Tlp/Hp

Siapa nama Istri?

10

Berapa jumlah anaknya?

11

Pekerjaan Istri

12

Berapa lama menjalankan


usahanya?
Apa pekerjaan utama?

SMP/MTs
a.
081273573611
Bu Sri Murni
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Lainnya...........
Ibu Rumah Tangga dan bantu suami

13

10
wirausaha

14
15

Adakah pekerjaan selain


berwirausaha?
Bagaimana cara menjualnya?

16

Berapa harga jualnya?

17

Berapa volume penjualan per


produksi?
Penghasilan rata-rata per bulan?

Tani
Diambil

18

17.000 20.000 perkg


100 kg
Rp 8.000.000

Lampiran 2. Dokumentasi Produksi


Proses perebusan pertama

Proses setelah perebusan ke-2

Penjemuran

Produk Siap dipasarkan

Anda mungkin juga menyukai