Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang – Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dan aturan
pelaksanaannya merupakan instrument yang ada pada pemerintah untuk mewujudkan
kebijaksanaan dibidang lingkungan hidup nasional. Salah satu hal yang penting pada kebijakan
lingkungan adalah berperannya penilaian risiko (risk assement) dan penilaian manajemen (risk
manajemen) dalam mengambil keputusan di bidang lingkungan. Pemerintah Republik Indonesia
juga telah mengeluarkan peraturan tentang analisis mengenai dampak lingkungan dan pedoman
penetapan baku mutu lingkungan. Pada ketetapan baku mutu lingkungan sudah ditentukan batas
yang aman untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Di Indonesia hal tersebut
sudah ada dan sudah dimulai sejak 1982, yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 4 Tahun 1982
tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelelolaan Lingkungan Hidup, kemudian dikeluarkannya
UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengolahan lingkungan Hidup dan yang terbaru sekarang UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Analisis resiko lingkungan diatur dalam Pasal 47 yang berbunyi:
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan
keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup.
(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengkajian risiko.
b. pengelolaan risiko.
c. komunikasi risiko.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan hidup diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Yang dimaksud dengan "analisis risiko lingkungan" adalah prosedur yang antara lain
digunakan untuk mengkaji pelepasan dan peredaran produk rekayasa genetik dan
pemembersihan (clean up) limbah B3.
Mengenai maksud dari analisis risiko lingkungan ini, dijelaskan dalam Penjelasan UU
No 32 Tahun 2009 Ayat (2) yang berbunyi:
Huruf a
Dalam ketentuan ini "pengkajian risiko" meliputi seluruh proses mulai dari identifikasi
bahaya, penaksiran besarnya konsekuensi atau akibat, dan penaksiran kemungkinan munculnya
dampak yang tidak diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan manusia maupun
lingkungan hidup.
Huruf b
Dalam ketentuan ini "pengelolaan risiko" meliputi evaluasi risiko atau seleksi risiko
yang memerlukan pengelolaan, identifikasi pilihan pengelolaan risiko, pemilihan tindakan untuk
pengelolaan, dan pengimplementasian tindakan yang dipilih.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "komunikasi risiko" adalah proses interaktif dari pertukaran
informasi dan pendapat di antara individu, kelompok, dan institusi yang berkenaan dengan
risiko.
Penerapan pasal 47 UU No. 32 Tahun 2009 ini biasanya diterapkan dalam industry –
industry pabrik kimia yang menggunakan bahan beracun, alat angkut bahan berbahaya seperti
LNG, gas yang berpotensi meledak, radioaktif, dll, kemudian Industri Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir bahkan juga wajib dipenuhi oleh kegiatan atau usaha yang bergerak dibidang
rekayasa genetika yang menghasilkan produk rekayasa genetika karena pada prinsipnya seluruh
usaha atau kegiatan itu memiliki risiko, termasuk kegiatan rekayasa genetika. Oleh karena itu,
Produk Rekayasa Genetik yang hendak diedarkan atau dilepas ke lingkungan harus mendapatkan
sertifikat keamanan hayati terlebih dahulu, dari instasi yang berwewenang.
Risiko merupakan perkiraan kemungkinan terjadinya konsekuensi kepada manusia atau
lingkungan. Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai risiko kesehatan, sedangkan
risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai risiko ekologi. 
Risiko lingkungan (ekologi) merupakan risiko terhadap kesehatan manusia yang
disebabkan oleh karena faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, hayati, maupun social
ekonomi- budaya. Secara umum dapat dikatakan bahwa risiko lingkungan merupakan suatu
faktor atau proses dalam lingkungan yang mempunyai kemungkinan (probability) tertentu untuk
menyebabkan konsekuensi yang merugikan manusia dan lingkungannya. Berdasarkan penjelasan

2
tersebut risiko lingkungan mengandung unsur yang tidak pasti, kemungkinan terjadinya dapat
tinggi atau rendah dan tidak dapat dikatakan pasti terjadi.
Resiko lingkungan memperkirakan resiko terhadap organisme, sistem, atau populasi
dengan segala ketidakpastian yang menyertainya, setelah terpapar oleh agen tertentu, dengan
memperhatikan karakteristik agen dan sasaran yang spesifik. Menekankan proses keseimbangan
antara biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi risiko lingkungan dengan keuntungan yang
diperoleh dari berkurangnya risiko lingkungan tersebut. Jadi intinya Analisis risiko lingkungan
adalah proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai
akibat dari kegiatan tertentu.
Penggunaan Analisis Resiko Lingkungan ini, akan mempermudah pihak managemen
kegiatan atau usaha dalam pengelolaan audit atau evaluasi yang menjadi patokan dalam penilaian
ketaatan suatu usaha atau kegiatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ekologi
Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos berarti rumah atau ilmu tentang makhluk
hidup dan tempat hidupnya. logos artinya ilmu. Ekologi berarti ilmu pengetahuan rumahnya atau
ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup, ilmu yang mengkaji tentang hubungan antara
organisme dan lingkungannya mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia
dengan lingkungan hidupnya, bagaimana kehidupannya dan mengapa mereka ada di situ. jadi
ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap
lingkungannya yang ada dan yang terjadi di alam tanpa unsur percobaan.
Menurut Odum dan Cox (1971), ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur
dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur mencirikan
keadaan sistem tersebut. Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya. Jadi pokok utama
ekologi adalah ilmu dasar yang berkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang relevan
dengan kehidupan (peradaban).
Ekologi merupakan disiplin ilmu baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan
proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial
Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lain Ekologi dan ekonomi mempunyai banyak persamaan dan
perbedaan. Dalam ekologi, yang dipakai dalam transaksi adalah materi, energi dan informasi.
Manusia tidak cukup memperhatikan materi, energi dan sudut kepentingan manusia. Dalam
kehidupan modern, arus uang-lah yang lebih penting, tetapi bukan satu-satunya masukan untuk
mengambil keputusan dalam permasalahan LH. Faktor lainnya adalah ekonomi, teknologi,
politik, dan sosial budaya.
Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup yang
harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan yang seimbang.
Dalam hal ini, ekologilah yang menjadi titik pusat perhatian.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal-balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya; terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu

4
tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Unsur-unsur dalam ekosistem
tidak secara tersendiri, terintegrasi sebagai komponen yang berkaitan dalam suatu kesatuan.
Pendekatan ekositem/holistik, hubungan fungsional antara komponen yang mengikat dalam
kesatuan yang teratur.
Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah. Mempunyai daya kemampuan
yang optimal dalam keadaan berimbang. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur
lingkungan yang saling mempengaruhi dan bersifat timbal-balik. Interaksi terjadi antara :
komponen2 biotis dgn abiotis sesama komponen biotis sesama komponen abiotis. Setiap
ekositem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat, waktu dan masing-masing
perbedaan dari ekositem itu sendiri sebagai pencerminan sifat-sifat yang khas. Keterkaitan dan
ketergantungan dalam ekosistem dapat dipelajari dalam:
 Siklus/daur hidrologi.
 Siklus mineral / biogeokimia.
 Aliran energy.
 Rantai dan jaring makanan Makhluk hidup dan lingkungannya.
Kelentingan merupakan sifat suatu ekosistem yang memungkinkannya kembali kepada
stabilitas/keseimbangan semula, bahkan untuk menyerap dan memanfaatkan gangguan yang
menimbulkan dinamika / perubahan kecil. Sifat ini menunjukkan kemampuan suatu sistem untuk
pulih setelah ia terkena gangguan.

1. Daya Dukung Lingkungan


Batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi diatas mana jumlah populasi itu tidak lagi
dapat didukung oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada. Jumlah individu yang dapat
didukung oleh suatu habitat
2. Peranan Vegetasi Dalam Ekosistem
Sebagai perubah terbesar dari lingkungan, berfungsi sebagai perlindungan yang dapat
mengurangi radiasi matahari, mengurangi temperatur ekstrim, dll. Sebagai sumber hara mineral.
Sebagai pengikat energi untuk ekosistem.

5
3. Pengelolaan Lingkungan
Usaha secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar
kebutuhan dasar terpenuhi. Kelenturan dalam pengelolaan lingkungan tidak memberikan
akomodasi/tempat pada adaptasi yang buruk/tidak sehat . Bersifat lentur, untuk mendapatkan
mutu lingkungan yang baik memperbesar manfaat lingkungan dan atau memperkecil risiko
lingkungan.
2.2. Analisis Resiko Lingkungan (ARL)
Risiko merupakan perkiraan kemungkinan terjadinya konsekuensi kepada manusia atau
lingkungan. Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai risiko kesehatan, sedangkan
risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai risiko ekologi. 
Analisis Risiko Lingkungan (ARL) adalah proses memperkirakan resiko pada organisme,
sistem, atau populasi dengan segala ketidakpastian yang menyertainya, setelah terpapar oleh
agen tertentu, dengan memperhatikan karakteristik agen dan sasaran yang spesifik. Menekankan
proses keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi risiko lingkungan dengan
keuntungan yang diperoleh dari berkurangnya risiko lingkungan tersebut. Jadi intinya Analisis
risiko lingkungan adalah proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap
lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu.
Beragam permasalahan dalam lingkup sistem sosial, proses sosial,dan relasi sosial telah
memunculkan tiga macam risiko ekologis, yaitu:
1. Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk), yaitu aneka risiko kerusakan fisik pada
manusia dan lingkungannya.
2. Risiko mental (mental risk), yaitu aneka risiko kerusakan mental akibat perlakuan buruk pada
tatanan psikis.
3. Risiko sosial (social risk), yaitu aneka risiko yang menggiring pada rusaknya bangunan dan
lingkungan sosial (eco-social).
Resiko fisik-ekologis berupa kerusakan arsitektur homo humanus dan oikos, yang dapat
disebabkan oleh proses alam (seperti gempa, tsunami, letusan gunung) atau yang diakibatkan
oleh kegiatan manusia (man made risks). Banjir bandang merupakan kejadian yang paling sering
menimbulkan kerusakan fisik-ekologis. Aneka risiko biologis yang diproduksi melalui aneka
makanan, sayuran, hewan ternak, buah-buahan yang menciptakan aneka penyakit kanker, tumor
ganas, syaraf, kulit disebabkan oleh intervensi proses artifisial-kimiawi terhadap proses alam

6
yang melampaui batas. Misalnya, risiko akibat penggunaan zat kimia dalam proses reproduksi
hewan atau tanaman, atau zat kimia (seperti formalin dan boraks) pada makanan hyper-
artificiality.
Risiko mental berupa hancurnya bangunan psyche, berupa perkembangan aneka bentuk
abnormalitas, penyimpangan (deviance) atau kerusakan psikis lainnya, baik yang disebabkan
faktor eksternal maupun internal. Pembiaran berbagai bentuk kelainan psikis (seksual, kekerasan,
kriminalitas) dengan membiarkan berbagai risikonya telah menciptakan manusia-manusia yang
kehilangan rasa kemanusiaannya sendiri, yaitu manusia yang tanpa perasaan, rasa malu, empati,
simpati dan tanggung jawab. Kerusakan parah ekosistem mental disebabkan pembiaran aneka
risiko mental dari berbagai tindakan sosial, misalnya pembiaran kekerasan, korupsi, seks bebas
dalam waktu yang lama inhuman condition.
Risiko sosial berupa kerusakan bangunan sosial, sebagai akibat dari faktor-faktor
eksternal kondisi alam, teknologi, industri. Resiko fisik kecelakaan (lalu lintas jalan, pesawat
terbang, kecelakaan laut), bencana (banjir, longsor, kebakaran hutan, kekeringan) menciptakan
pula secara bersamaan risiko sosial, berupa tumbuhnya aneka penyakit sosial ketakpedulian,
ketakacuhan, indisipliner, fatalitas, selfishness, egoisme dan immoralitas. Risiko sosial paling
besar sebagai akibat dari berbagai risiko fisik lainnya adalah mulai terkikisnya rasa sosial itu
sendiri, yang menciptakan masyarakat tanpa rasa, kepekaan, kebersamaan dan tanggung jawab
sosial asocial
Tiga macam risiko ekologis tersebut di atas menciptakan sebuah kondisi ruang kehidupan
yang sarat ancaman, ketakutan, dan paranoia. Kondisi sarat risiko ini tidak dapat dibiarkan terus
membiak dan berlipat ganda secara eksponensial, yang dapat menggiring pada kerusakan total
fisik, mental dan sosial. Tidak saja diperlukan pikiran-pikiran reflexive dalam mengantisipasi,
mengurangi atau mengatasi dampak-dampak risiko, tetapi juga diperlukan renungan-renungan
reflective melalui sentuhan halus kemanusiaan dalam mencari pemecahan-pemecahan lebih
fundamental di balik aneka risiko yang dihadapi masyarakat, maka dari ini diperlukan analisis
lingkungan untuk menncegah atau mengurangi kerusakan lingkungan yang memang wajib kita
jaga keberadaan dan keberlangsungannya untuk penerus bangsa selanjutnya. Adapun tahapan
tahapannya yaitu:

7
A. Tahapan Analisis Resiko lingkungan
1. Tentukan batasan studi atau analisis.
2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi yang ingin di dapat.
3. Lakukan uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan pengkategorian data
yang telah dikumpulkan.
4. Evaluasi informasi yang diperoleh dari uji data, dengan melakukan uji aspek dan dampak
lingkungan lingkungan.   Indentifikasi dari kegiatan pada masa lalu, masa kini dan masa
yang akan datang memiliki potensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

B. Ada 4 langkah dalam menentukan aspek dan dampak lingkungan, yaitu :


1. Identifikasi secara menyeluruh aktifitas dari suatu kegiatan dengan menggunakan diagra
alir atau table.
2. Identifikasi aspek lingkungan dari kegiatan yang dilakukan sebanyak-banyaknya.
3. Identifikasi dampak yang ditimbulkan  berdasarkan aspek-aspek yang telah dibuat.
4. Evaluasi dampak yang signifikan.

Proses evalusi dapat dilakuakan dengan mengkombinasikan opini pribadi dengan matrik
evaluasi resiko. Matrik evaluasi resiko dapat dilakukan dengan analisis kulitatif dan kuatitatif.
1. Analisis kualitatif: menggolongkan tingkat resiko berdasarkan hirarki probabilitas risiko
dan tingkat risiko akibat dampat.
2. Analisis semi kuatitatif: konsepnya sama dengan yang kualitatif, tapi memakai angka
untuk menentukan tingkat potensial risiko. tujuan untuk mempermudah memberikan
detail tingkat resiko untuk lebih mempermudah dalam menentukan prioritas masalah.
3. Analisa kuantitatif: Menggunakan angka dan perhitungan matematis dalam menentukan
tingkat risiko. Data dapat diperoleh dari: Data base, pengalaman sebelumnya,
eksperimen, literature, pemodelan.

8
C. Cara Menganalisis Risiko Lingkungan
1. Analisis Risiko Lingkungan Pemukiman
 Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar hutan lindung, dapat berupa
perkotaan atau perdesaan. Berfungsi untuk tempat tinggal atau hunian tempat
melaksanakan kegiatan perikehidupan dang penghidupan.
 Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian yang dilengapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar
lingkungan fisik dan sarana lingkungan yaitu fasililitas penunjang yang mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan.
 Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah
ketentuan teknis yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni atau
masayrakat yang bermukim dan /atau masyarakat sekitar dari bahaya dan ganguan
kesehatan. ARL perumahan dan pemukiman dapat dialakukan berdasarkan
Persyaratan kesehatan pemukimannya Yang umum di analisa yaitu, berdasarkan 
Kepmenkes no 829/Menkes/SK/VII/1999 antara lain:
o Lokasi
o Kualitas Udara
o Kebisingan dan Getaran
o Kualitas tanah daerah pemukiman dan Perumahan
o Prasarana dan sarana Lingkungan
o Vektor Penyakit
o Penghijauan
2. Analisis Risiko Lingkungan  Perusahaan

ARL di perusahaan dilakukan pada proses dan kegiatan perusahaan yang berisiko
menimbulkan bahaya bagi lingkungan perusahaan dan lingkugan sekitarnya. Dapat dilakuakn
dengan menggunakan diagram alir ataupun audit lingkungan.
Fungsi Audit Lingkungan :
 Merupakan dokumen  suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan pengelolaan,
pemantauan, pelaporan atau rencana perubahan  peratuaran dan proses internal perusahaan.
 Alat untuk melakukan identifikasi masalah lingkungan internal.

9
 Alat untuk melakukan evaluasi kenerja organisasi dan divisi lingkungan.
Manfaat Audit Lingkungan intinya :
 untuk mengindentifikasi masalah lingkungan.
 menghindari sanksi karena kesalahan prosedur pengelolaan.
 menghindari kerugian materi.
 Mengindentifikasi potensi penghematan biaya.
 Sebagai dokumen perushaan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analiss resiko lingkungan merupakan kegiatan untuk mengkaji perkiraan kemungkinan
terjadinya konsekuensi kepada manusia atau lingkungan. Dimana resiko tersebut terbagi menjadi
dua, yakni Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai risiko kesehatan, sedangkan
risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai risiko ekologi. Ekologi merupakan cabang
dari ilmu biologi, dimana Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan
lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk mendapatkan
keputusan yang seimbang. Jd dalam hal ini, Ekologilah yang menjadi titik pusat perhatian.
Analisis Resiko Lingkungan (ARl) adalah proses prediksi kemungkinan dampak negatif
yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu. Analisis resiko
lingkungan (ARI) diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009. Dengan melakukam Analisis resiko
lingkunngan (ARL) diharapkan piihak manajemen akan lebih mudah untuk melakukan
pengelolaan lingkungannya dan akan sangat bermanfaat dalam audit lingkungan. Penerapan dari
ARI ini sendiri diperuntukkan kepada industri-industri yang banyak menggunakan bahan-bahan
kimia yag beracun.
Dalam hal yang berkaitan dengan aspek sosial, terdapat tiga macam risiko ekologis yang
dimnuculkan dari hal tersebut, yakni :
1. Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk), yaitu aneka risiko kerusakan fisik pada
manusia dan lingkungannya.
2. Risiko mental (mental risk), yaitu aneka risiko kerusakan mental akibat perlakuan buruk
pada tatanan psikis.
3. Risiko sosial (social risk), yaitu aneka risiko yang menggiring pada rusaknya bangunan
dan lingkungan sosial (eco-social).
Tiga macam resioko yng dirtimbulkan diatas, dapat menimblkan suatu keadaan yang tidak
baik, dimana resiko tersebut dapat enimbulkan keadaan yang berupa ketakutan, ancaman,
paranoia,. Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus, untuk itu diperlukan adanya

11
upaya analisis lingkungan untuk menncegah atau mengurangi kerusakan lingkungan yang
memang wajib kita jaga keberadaan dan keberlangsungannya untuk penerus bangsa selanjutnya
adabun tahapan tahapannya yaitu :
 Tahapan Analisis Resiko lingkungan
 Melakukan Proses evalusi dapat dilakuakan dengan mengkombinasikan opini pribadi
dengan matrik evaluasi resiko. Matrik evaluasi resiko dapat dilakukan dengan analisis
kulitatif dan kuatitatif.
 Analisis Risiko Lingkungan Pemukiman
 Analisis Risiko Lingkungan  Perusahaan

Ditambah lagi dengan maraknya kasus pengrusakan Lingkungan Hidup yang terjadi di
Indonesia, telah manyadarkan kita akan pentingnya menjaga Lingkungan Hidup. dengan adanya
Analisis resiko Lingkungan ini diharapkan dapat menjadi upaya untuk mendapatkan
lingkungkkungan yang lebih baik lagi, baik kini, maupun yang akan datang.

12
Contoh Perusahaan yang menerapkan Manajemen Risiko terutama Lingkungan.

Dengan banyaknya ketidakpastian dan cepatnya perubahan lingkungan usaha, baik


internal maupun eksternal, maka akan berdampak kepada makin kompleksnya risiko usaha yang
harus dihadapi perusahaan, sehingga penerapan manajemen risiko menjadi kebutuhan mutlak
untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kerugian perusahaan.

Untuk dapat mengelola risiko usaha dengan baik, PT Pupuk Indonesia (Persero) telah
menerapkan Manajemen Risiko sejak awal tahun 2006 sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
penerapan Good Corporate Governance, dengan Direksi PT Pupuk Indonesia (Persero) nomor
SK/DIR/184/2005 tanggal 14 Oktober 2005 dan adanya komitmen Direksi mengenai Kebijakan
Manajemen Risiko serta dibentuknya Komite Manajemen Risiko di tingkat manajemen dan Tim
Key Persons Unit Kerja Penerapan Manajemen Risiko sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
PT Pupuk Indonesia (Persero) nomor SK/DIR/63/2006 tanggal 20 April 2006.

Gas bumi adalah bahan baku utama industri pupuk. Kontinuitas pasokan gas bumi, harga
gas bumi yang terus naik dan harus dibayar dalam USD serta kebijakan mengenai gas bumi yang
belum berpihak kepada industri pupuk dan perbedaan harga pupuk yang cukup tinggi antara
pupuk untuk sektor pertanian (PSO) dengan sektor kebun, industri dan ekspor, merupakan risiko-
risiko yang dihadapi industri pupuk pada umumnya.

Dalam pengelolaan risiko yang berkaitan dengan bahan baku gas bumi, perusahaan telah
dan terus melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti BP Migas,
Pertamina dan produsen gas lainnya, Pemda Sumsel dan lain-lain. Sedangkan berkaitan dengan
risiko perbedaan harga pupuk yang cukup tinggi antara pupuk untuk sektor pertanian (PSO)
dengan sektor kebun, industri dan ekspor, perusahaan terus melakukan pembinaan terhadap
distributor dan penyalur pupuk serta melakukan pengawasan penyaluran pupuk sektor pertanian
bersama-sama dengan instansi terkait.

Selain risiko seperti tersebut diatas, perusahaan juga menghadapi risiko semakin tuanya
usia pabrik pupuk Pusri-II, Pusri-III dan Pusri-IV (sudah berusia diatas 30 tahun) serta risiko
teknologi pembuatan pupuk yang digunakan oleh 3 pabrik yang sudah tua tersebut adalah
teknologi tahun 1970an sehingga kurang efisien dalam penggunaan bahan baku gas bumi.
Berkaitan dengan risiko tersebut perusahaan telah merencanakan untuk melakukan revitalisasi

13
terhadap pabrik pupuk yang sudah tua dan tidak efisien dalam menggunaan bahan baku gas bumi
tersebut.

Pada tahun 2008 PT Pupuk Indonesia (Persero) telah melakukan 4 kali siklus proses
Manajemen Risiko mulai dari Identifikasi Risiko, Pengukuran/Pemetaan Risiko, Pengendalian
Risiko dan Pemantauan Risiko. Pengelolaan risiko di PT Pupuk Indonesia (Persero) dilakukan
terhadap 12 fungsi kegiatan perusahaan, yaitu Produksi, Pemasaran, Pengadaan, Perkapalan,
Pengembangan, Teknologi Informasi, Keuangan, Pengendalian Internal, SDM, Umum, Hukum
serta Lingkungan.

14
15

Anda mungkin juga menyukai