PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Oleh :
3.
Stabilitas
Suatu ekosistem dikatakan memiliki stabilitas ekologis (atau kesetimbangan ) jika ia
mampu kembali ke keadaan setimbang setelah gangguan (kapasitas yang dikenal
sebagai ketahanan) atau tidak mengalami perubahan besar yang tak terduga dalam
karakteristiknya sepanjang waktu.
Homeostatis
Homeostasis adalah pemeliharaan keadaan lingkungan internal yang stabil dinamik.
Dinamik bermakna perubahan yang menerus, sedangkan stabil mengisyaratkan bahwa
perubahan-perubahan ini tidak menyimpang jauh dari tingkat konstan, atau tetap.
Equilibrium
Equilibrium adalah teori yang mengusulkan bahwa sistem ekologi biasanya berada dalam
kesetimbangan yang stabil , yang dapat mengatakan bahwa perubahan kecil (ukuran
populasi tertentu, misalnya) akan diperbaiki oleh beberapa umpan balik negatif yang akan
membawa parameter kembali ke "titik keseimbangan" aslinya dengan seluruh sistem.
Resiliensi
Resiliensi kemampuan ekosistem untuk bangkit kembali setelah guncangan/gangguan.
Vulnearability
adalah sejauh mana organisme atau komunitas ekologis akan menderita dari proses atau
faktor yang mengancam jika terpapar, tanpa mempertimbangkan kemungkinan paparan.
Hukum toleransi minimum dan maksimum
Hukum toleransi minimum menyatakan bahwa pertumbuhan suatu tanaman akan
ditentukan oleh unsur hara esensial yang berada dalam jumlah minimum kritis, jadi
pertumbuhan tanaman tidak ditentukan oleh unsur hara esensial yang jumlahnya paling
sedikit. Dengan demikian unsur hara ini dikatakan sebagai faktor pembatas karena dapat
membatasi pertumbuhan tanaman.
Hukum toleransi maksimum menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan suatu
janis organisme mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang mampu
diterimanya, diantara kedua harga ekstrim tersebut merupakan kisaran toleransi dan
didalamnya terdapat sebuah kondisi yang optimum. Dengan demikian setiap organisme
hanya mampu hidup pada tempat-tempat tertentu saja, yaitu tempat yang cocok yang
dapat diterimanya.
4. Model ekosistem adalah representasi abstrak , biasanya matematis , dari sistem ekologis
(mulai dari skala populasi individu, komunitas ekologis , atau bahkan seluruh bioma ), yang
dipelajari untuk lebih memahami sistem nyata. Dengan menggunakan data yang
dikumpulkan dari lapangan, hubungan ekologis — seperti hubungan sinar matahari dan
ketersediaan air dengan laju fotosintesis , atau antara populasi predator dan mangsa —
diturunkan, dan ini digabungkan untuk membentuk model ekosistem . Model sistem ini
kemudian dipelajari untuk membuat prediksi tentang dinamika sistem nyata. Seringkali,
studi ketidakakuratan dalam model (bila dibandingkan dengan pengamatan empiris) akan
mengarah pada generasi hipotesis tentang kemungkinan hubungan ekologis yang belum
diketahui atau dipahami dengan baik. Model memungkinkan peneliti untuk mensimulasikan
percobaan skala besar yang terlalu mahal atau tidak etis untuk dilakukan pada ekosistem
nyata. Mereka juga memungkinkan simulasi proses ekologis selama periode waktu yang
sangat lama (yaitu mensimulasikan proses yang membutuhkan waktu berabad-abad dalam
kenyataan, dapat dilakukan dalam hitungan menit dalam model komputer). Model ekosistem
memiliki aplikasi dalam berbagai disiplin ilmu, seperti manajemen sumber daya alam ,
ekotoksikologi dan kesehatan lingkungan , pertanian , dan konservasi satwa liar . Pemodelan
ekologis bahkan telah diterapkan pada arkeologi dengan berbagai tingkat keberhasilan,
misalnya, menggabungkan dengan model arkeologis untuk menjelaskan keragaman dan
mobilitas alat-alat bantu.