Anda di halaman 1dari 16

MODUL KEPERAWATAN KOMUNITAS 1

(NSA 525)

MODUL SESI 13
MASALAH KESEHATAN PENDUDUK DI INDONESIA: PENYAKIT
MENULAR

DISUSUN OLEH
Ns. Abdurrasyid, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 16
SUBTOPIK 1
STRATEGI INTERVENSI DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Modul 13 akan memberikan ulasan mengenai topik ke 13 (tiga belas)
mengenai masalah kesehatan penduduk di Indonesia terkait Penyakit
Menular dalam Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 1 (satu).
Penyakit menural adalah sebuah kondisi yang tidak terlepas dari
keterkaitan anatara pathogen penyebab penyakit, kondisi lingkungan,
dan kondisi manusia. Pemahaman terhadap kondisi penyakit menular
yang cenderung terjadi pada masyarakat di Indoenesia, diharapkan
membuat mahasiswa memiliki pemahaman yang mumpuni dalam
mendukung pelaksanakan asuhan keperawatan yang sesuai bagi
populasi atau masyarakat.

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa masalah


kesehatan penduduk di Indonesia terkait penyakit menular, dengan
kriteria mahasiswa mampu memahami:
1. Konsep Ekosistem
2. Analisis Spasial
3. Teori Simpul
4. Prinsip Manajemen Penyakit Menular
5. Langkah-langkah Manajemen Penyakit Menular

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 16
B. Uraian
1. KONSEP EKOSISTEM
Ekosistem adalah penggabungan dari tiap-tiap unit biosistem
yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara
organisme dengan lingkungan fisik sehingga aliran energi
mengarah ke struktur biotik tertentu yang mengakibatkan
terjadinya siklus materi organisme dengan
anorganisme.Komponen abiotic dan biotik saling berhubungan
dalam sebuah ekosistem.
1) Komponen Biotik
Komponen biotik adalah sesuatu yang hidup (organisme) di
dalam ekosistem dan mengatur suatu ekosistem selain
komponen abiotik. Komponen biotik ini terdiri dari beberapa
macam, yaitu;
a. Produsen, yaitu mahluk hidup atau organisme yang
memiliki kemampuan untuk memproduksi makanan
sendiri melalui proses fotosintesis. Beberapa organisme
yang termasuk dalam kelompok produsen diantaranya;
tumbuhan hijau, tumbuhan lain yang mempunyai klorofil.
b. Konsumen (heterotrof), yaitu organisme yang memakan
berbagai bahan organik yang dihasilkan oleh organisme
lainnya. Komponen konsumen disebut juga dengan
konsumen makro (fagotrof) karena mengonsumsi
makanan yang berukuran lebih kecil. Beberapa yang
termasuk dalam konsumen; manusia, hewan, jamur,
mikroba.
c. Pengurai (dekomposer), yaitu organisme yang memiliki
peran sebagai pengurai berbagai bahan organis yang
berasal dari organisme lain yang telah mati ataupun sisa
pencernaan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 16
d. Penghancur (detivritor), yaitu organisme yang dapat
menghancurkan bahan-bahan organik yang berasal dari
sisa-sisa organisme lainnya yang telah mati.

2) Komponen Abiotik
Komponen abiotik adalah komponen fisik dan kimia yang
berperan sebagai medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan organisme. Komponen abiotik ini
terdiri dari senyawa organik, anorganik, dan berbagai faktor
yang mempengaruhi distribusi organisme, seperti;
a. Suhu, yaitu suatu proses biologis yang mempengaruhi
suhu tubuh organisme. Misalnya mamalia dan unggas
yang membutuhkan energi untuk mengatur suhu
tubuhnya.
b. Air, yaitu komponen kimia yang dibutuhkan setiap
organisme untuk bertahan hidup.
c. Garam, yaitu komponen kimia yang dapat
mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
melalui proses osmosis sehingga dapat beradaptasi
dengan lingkungannya.
d. Cahaya Matahari, yaitu komponen kimia yang
dibutuhkan organisme untuk melakukan fotosintesis.
e. Tanah dan Batu, yaitu komponen fisik yang digunakan
oleh organisme sebagai tempat tinggal dan berkembang
biak.
f. klim, yaitu kondisi cuaca pada suatu daerah dalam waktu
yang cukup lama

Komponen abiotik adalah komponen tak hidup yang


menyusun suatu ekosistem. Komponen abiotik meliputi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 16
tanah, udara, sinar matahari, dan air. ... Hubungan antara
komponen abiotik dan biotik sangat erat dan membentuk
hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik antara abiotik
dan biotik contohnya antara lain adalah siklus air.

Keperawatan kesehatan masyarakat, adalah Ilmu dan kiat


(art) untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia
harapan hidup (UHH), meningkatkan kesehatan dan
efisiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk sanitasi (kesehatan) lingkungan,
pengendalian penyakit menular, pendidikan higiene
perseorangan, mengorganisasikan pelayanan medis dan
perawatan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan
pengobatan pencegahan, serta membangun mekanisme
sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar
kehidupan yang cukup baik. untuk dapat memelihara
kesehatan. Definisi ini mengungkapkan tujuan kesehatan
masyarakat, dan tujuan tersebut dapat dicapai melalui usaha
masyarakat yang terorganisir, dimana salah satunya adalah
usaha sanitasi lingkungan atau Kesehatan Lingkungan.

2. ANALISIS SPASIAL
1) Pengertian analisis spasial
Analisis spasial merupakan kumpulan- kumpulan dari teknik
yang dapat digunakan untuk melakukan pengolahan data
SIG. Hasil dari analisis data spasial sangat bergantung dari
lokasi atau tempat di mana objek sedang dianalisis. Selain
itu, analisis spasial juga bisa diartikan sebagai teknik – teknik
yang dapat digunakan untuk meneliti dan juga
mengeksplorasi dari dari sudut pandang keruangan. Semua
teknik ataupun pendekatan perhitungan secara matematis

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 16
yang berhubungan dengan data keruangan atau spasial
dilakukan dengan menggunakan fungsi analisis spasial.
2) Penyakit dalam konteks analisis spasial
Analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG) sangat mendukung untuk pengambilan keputusan
dalam penanggulangan penyakit berbasis lingkungan.
Prinsip dasar dari konsep ini adalah pemanfaatan SIG untuk
mengkonversi data populasi, data penyakit, data lingkungan,
fasilitas kesehatan, dll menjadi bentuk visual seperti peta dan
grafik guna memudahkan interpretasi data penyakit serta
mendukung pengambilan keputusan terkait program
penanggulangan penyakit berbasis lingkungan. Fungsi
analisis spasial dari SIG termasuk antara lain klasifikasi,
penilaian, tumpang susun, dan fungsi-fungsi lingkungan.
Integrasi SIG dan penginderaan jauh mempermudah analisis
spasial karena kenampakan yang mendekati dunia nyata.
Produk luaran yang dihasilkan dari analisis spasial adalah:
identifikasi wilayah berisiko tinggi, persebaran kasus, tren
waktu, populasi berisiko, memantau kegiatan surveilans dan
penanggulangan penyakit, penilaian aksesibilitas terhadap
fasilitas kesehatan serta memperkirakan terjadinya kasus di
masa datang.

Pengaruh Iklim,topografi, terhadap penyakit


Ada berbagai cara bagaimana perubahan iklim dapat
memengaruhi kesehatan manusia. Misalnya, pada beberapa
aspek berikut ini:
a. Pemadaman listrik pada cuaca ekstrem bisa
melumpuhkan rumah sakit dan sistem transportasi saat
kita sangat membutuhkannya.
b. Menurunnya jumlah tanaman bisa menyebabkan
kekurangan gizi, kelaparan, dan harga pangan yang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 16
lebih tinggi. Lebih banyak CO2 di udara bisa membuat
tanaman pokok seperti jelai dan kedelai kurang bergizi.
c. Hari yang lebih panas, lebih banyak hujan, dan
kelembapan yang lebih tinggi akan menghasilkan lebih
banyak kutu, yang menyebarkan penyakit menular
seperti penyakit Lyme. Kutu bisa ditemukan pada
sebagian besar wilayah timur AS pada tahun 2080.
d. Trauma dari banjir, kekeringan, dan gelombang panas
dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti
kegelisahan, depresi, dan bunuh diri.
e. Lebih banyak panas bisa berarti lebih lama musim alergi
dan lebih banyak penyakit pernapasan. Lebih banyak
hujan akan meningkatkan jamur dan polusi udara dalam
ruangan.
f. Demam berdarah juga telah meningkat 30 kali lipat
dalam 50 tahun terakhir. Tiga perempat dari mereka
yang terpapar sejauh ini tinggal di kawasan Asia Pasifik.
g. Orang tua dan anak-anak miskin, terutama mereka yang
sudah menderita malaria, kurang gizi, dan diare,
cenderung paling rentan terhadap penyakit terkait
panas.
h. Kekeringan dan kekurangan air kronis membahayakan
daerah pedesaan dan 150 juta penduduk kota. Jika kita
tidak membuat penyesuaian dengan cepat, jumlah itu
bisa hampir mencapai satu miliar pada tahun 2050.
i. Naiknya permukaan air laut dapat mengancam pasokan
air tawar bagi orang-orang yang tinggal di dataran
rendah. Badai yang lebih parah bisa menyebabkan
sistem pembuangan kota meluap

3. TEORI SIMPUL I-IV


1) Teori Simpul I: Sumber Penyakit

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 16
Sumber Penyakit adalah titik mengeluarkan atau meng-
emisikan agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen
lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit
melalui kontak secara langsung atau melalui media
perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya
melalui produk bahan beracun yang dihasilkannya ketika
berada dalam tubuh, atau secara langsung dapat
mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh manusia,
sehingga menimbulkan gangguan fungsi maupun morfologi
(bentuk organ tubuh). Agent penyakit di bagi menjadi 3
kelompok besar :
a. Mikroorganisme, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri,
parasit dan lain-lain.
b. Kelompok Fisik, misalnya kekuatan radiasai,energi
kebisingan, kekuatan cahaya.
c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida,
merkuri, cadmium, CO, H2S
Secara ekosistem, penyakit dibagi 2 yaitu:
a. Penyakit menular, adalah penyakit yang umumnya
disebabkan oleh mikroba yang dapat dipindahkan
secara langsung maupun melalui perantara binatang.
b. Penyakit tidak menular, Penyakit tidak menular
disebabkan oleh berbagai bahan atau komponen
lingkungan berupa bahan kimia maupun zat dengan
kekuatan fisik
2) Teori simpul II: Media Transisi Penyakit
Mengacu pada gambar skema, komponen lingkungan yang
dapat memindahkan agent penyakit pada hakikatnya hanya
ada lima komponen lingkungan yang lazim yang kita kenal
sebagai media transmisi penyakit, yakni :
a. Udara

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 16
Udara bisa dikatakan sehat apabila tidak mengandung
satu atau lebih agent penyakit.
b. Air
Dikatakan memiliki potensi menimbulkan penyakit kalau
didalamnya terdapat bakteri atau bahan kimia beracun
seperti pestisida.
c. Tanah/pangan
Agent penyakit dapat berpindah-pindah dari satu media
ke media lain. Dapat pula mengendap di dalam tanah
dan berbagai bahan beracun tersebut dapat terserap
akar tanaman pangan.
d. Serangga/ Binatang
Misalnya penyebaran penyakit malaria dari keluarga
Anopheles
e. Manusia/ Langsung.
Dari kelima media transmisi di atas, ada agent penyakit
tidak menular seperti bahan kimia toksik juga berasal
dari sebuah sumber, misalnya knalpot mobil, cerobong
asap industri dan lain – lain.

3) Teori simpul III: Pemajanan (Behavioural Exposure)


a. Agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang
komponen lingkungan, masuk kedalam tubuh melalui
proses yang kita kenal sebagai proses Hubungan
interaktif.
b. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan
dengan penduduk berikut perilakunya, dapat diukur
dalam konsep yang disebut sebagai perilaku
pemajanan atau behavioural exposure.
c. Perilaku Pemajanan adalah jumlah kontak antara
manusia dengan komponen lingkunganyang
mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 16
Misalnya jumlah pestisida yang mengenai kulit seorang
petani ketika sedang menyemprot tanaman di sawah.
d. Masing-masing agent penyakit yang masuk kedalam
tubuh dengan cara-cara yang khas ada tiga jalan atau
route of entry yakni :
a) Sistem Pernapasan
b) Sistem Pencernaan
c) Masuk melalui permukaan kulit
4) Teori simpul IV: Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif
antara penduduk dengan lingkungan yang memilikki potensi
bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit
kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan
dibandingkan rata-rata penduduk lainnya.bisa kelainan
bentuk atau kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi Dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial.
5) Simpul V
Kejadian penyakit itu sendiri masih dipengaruhi oleh
kelompok variabel simpul 5, yakni:
1) Iklim variabel yang membentuk cuaca dan iklim adalah
suhu, kelembaban, angin serta kondisi spasia.
Misalnya pegunungan, pantai, daerah tropis.
2) Topografi
3) Temporal. Pola penyakit pada sebuah komunitas dan
sekaligus masalah kesehatan, berubah dari waktu
kewaktu, dari musim ke musim serta berbeda satu
tempat ke tempat yang lain. Perubahan ini sejalan
dengan perubahan berbagai faktor resiko kesehatan
seperti kependudukan, sosial ekonomi dan geografi
atau ekosistem. Pemberantasan penyakit menular
disamping memiliki universalitas global, mengandung

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 16
makna pendekatan manajemen berdasar kondisi
spesifik lokal temporal pula.
4) Suprasystem lainnya. Yakni keputusan politik berupa
kebijakan mikro yang bisa mempengaruhi semua
simpul. Kebijakan makro yang merupakan keputusan
pengambil kebijakan yang dapat atau memang
ditujukan untuk mempengaruhi kondisi lingkungan
strategis lainnya juga harus diperhitungkan. Kebijakan
makro yang sifatnya dapat mempengaruhi simpul 1
hingga 4 sekaligus, misalnya kebijakan pembangunan
berwawasan kesehatan yang dapat mempengaruhi
simpul 1 hingga 4. paradigma atau model kesehatan
lingkungan juga dapat dipengaruhi oleh topografi, suhu
lingkungan, kelembaban dan lain sebagainya.

4. PRINSIP MANAJEMEN PENYAKIT MENULAR


1) Manajemen penyakit berbasis wilayah adalah salah satu
pendekatan ilmu kesehatan masyarakat yang senantiasa
berbasis komunitas.
2) Komunitas adalah sekelompok orang yang memiliki satu
atau lebih kesamaan variabel.
3) Kesamaan variabel tidak harus berupa kesamaan wilayah
namun juga bisa hobi. Setiap pendekatan kesehatan
masyarakat harus memiliki beberapa ciri atau prinsip-prinsip,
antara lain :
a) Kesehatan masyarakat senantiasa berbasis komunitas
dalam satu wilayah atau juga kesamaan risiko
kesehatan yang sama. Komunitas juga sering disebut
dengan istilah masyarakat.
b) Kesehatan masyarakat senantiasa berorientasi
pencegahan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 16
c) Community involvement atatu community participation.
Keterlibatan masyarakat dalam mencapai berbagai
tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
d) Ilmu dan metode kesehatan masyarakat, juga
mengutamakan kerja sama lintas ilmu, lintas sektor dan
kemitraan
e) Terorganisir. Semua keempat hal diatas hendaknya
diorganisasi dengan baik.
Kegiatan manajemen penyakit menular dapat dilakukan
dengan melakukan orientasi penycegahan dan
pengendalian pada sumber penyakit. Langkah yang dapat
ditempuh untuk melakukan hal tersebut yaitu:
a) Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM
b) Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko
PTM melalui pemberdayaan masyarakat
c) Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan
kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta dan
profesional
d) Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM
Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan yaitu Kerjasama
lintas sekotr-lintas batas wilayah kemitraan. Penyakit
menular tidak mengenal batas wilayah administrasi. Dua
wilayah berbatasan antarkabupaten yang memiliki problem
penyakit sejenis harus melakukan sinkronisasi program-
program pemberantasan penyakit yang sama dengan
sumber daya masing masing kabupaten/kota. Kerjasama
tidak hanya antar wilayah namun bisa pula dengan negara
lain sekitar.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 16
5. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN PENYAKIT
Untuk melaksanakan Manajemen Penyakit Menular atau Manajemen
Penyakit Berbasis Wilayah pada sebuah wilayah administratif tertentu,
maka secara umum perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Tentukan wilayah administratif, apakah wilayah puskesmas atau
wilayah kabupaten
2) Tentukan prioritas penyakit atau faktor risiko berkenaan yang
hendak dikendalikan
3) Pengumpulan evidences, data atau fakta dengan tujuan
penggambaran proses kejadian penyakit atau patogenesis penyakit
atau dalam kejadian penyakit menular
Pengumpulan Informasi
1) Pertemuan Awal
Pertemuan awal bertujuan mengikat para mitra atau stakeholders,
medapatkan kesamaan platform atau pemahaman yang sama
terhadap suatu permasalahan penyakit dan faktor risikonya serta
menyepakati terhadap sebuah Rencana Kegiatan Surveilans yang
akan dilaksanakan.
2) Pertemuan periodik
Pertemuan ini bisa dilakukan setiap 6 bulan sekali, atau
sekurangkurangnya setahun sekali. Tujuannya adalah untuk
menilai kinerja kegiatan surveilans itu sendiri serta menilai
kemajuan pengendalian penyakit beserta faktor risiko berkenaan.
3) Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpul kan adalah data epidemiologi yang jelas,
tepat, dan ada hubungannya dengan penyakit yang
bersangkutan, kejadian penyakit secara keseluruhan serta
faktor risikopenyakit berkenaan. Untuk menjalankan
surveilans yang baik, pengumpulan data harus dilaksanakan
secara terus menerus.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 16
b. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi 13 analisis data harus
dilakukan secara baik, tergantung tujuannya. Variabel-
variabel diolah harus dapat menggambarkan suatu
permasalahan dan faktor risiko yang mempengaruhi serta
bagaimana data yang ada dapat menjelaskan tujuan dari suatu
kegiatan surveilans. Dalam melakukan analisis dan
interpretasi data, yang harus dilakuakan adalah:
a) Memahami kualitas data dan mencari metode terbaik untuk
menarik kesimpulan.
b) Menarik kesimpulan dari suatu rangkaian data deskriptif.
Penyajian hasil analisis data surveilans epidemiologi dapat
digunakan :
a. Teks, yaitu gambaran dari variabel-variabel yang ada
dituangkan dalam bentuk tulisan atau uraian dalam bentuk
kalimat-kalimat
b. tabel, yang menggambarkan satu variabel atau lebih. Bisa
mengunakan tabulasi silang apabila menggambarkan dua
variabel atau lebih.
c. Grafik, dibuat untuk membantu membaca mengerti dengan
cepat perbedaan yang ada pada data. Analisis data surveilans
epidemiologi diawali dengan membuat pola penyakit menurut
orang, tempat/wilayah, dan waktu.
4) Pertemuan Periodik Lintas Sektor Pertemuan ini bisa dilakukan setiap
6 bulan sekali, atau sekurangkurangnya setahun sekali. Tujuannya
adalah untuk menilai kinerja kegiatan surveilans itu sendiri serta
menilai kemajuan pengendalian penyakit beserta faktor risiko
berkenaan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 16
C. Latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan ekosistem?
2. Apakah yang dimaksud komponen abiotik?
3. Teori simpul IV menjelaskan tentang?

D. Kunci Jawaban
1. Ekosistem adalah penggabungan dari tiap-tiap unit biosistem yang di
dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara organisme dengan
lingkungan fisik sehingga aliran energi mengarah ke struktur biotik
tertentu yang mengakibatkan terjadinya siklus materi organisme
dengan anorganisme.Komponen abiotic dan biotik saling berhubungan
dalam sebuah ekosistem.
2. Komponen abiotik adalah komponen fisik dan kimia yang berperan
sebagai medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan
organisme. Komponen abiotik ini terdiri dari senyawa organik,
anorganik, dan berbagai faktor yang mempengaruhi distribusi
organisme, seperti suhu, udara, caraha, air, atau suara.
3. Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara
penduduk dengan lingkungan yang memilikki potensi bahaya gangguan
kesehatan. Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama
mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk lainnya.bisa
kelainan bentuk atau kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi Dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 16
E. Daftar Pustaka
1. Allender, Rector, & Warner. (2014). Community and Public
Heatlh Nursing. Promoting the Public’s Health. 8th Edition.
Philadelphia: Lipincot
2. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. (2014). Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
3. International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas. 8th
edition. Online version of IDF Diabetes Atlas.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Materi
evaluai progam Indonesia Sehat. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Petunjuk
teknis pos pebindaan penyakit tidak menular (POSBINDU PTM).
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
6. https://www.online-
journal.unja.ac.id/kedokteran/article/view/3593
7. https://www.researchgate.net/profile/Rully_Roesli3/publication/3
22155463_Kesiapan_Masyarakat_dalam_Melaksanakan_dan_
Memanfaatkan_Posyandu_Penyakit_Tidak_Menular_di_Desa_
Cilayung_dan_Cipacing_Kecamatan_Jatinangor/links/5a51fc86
0f7e9bbc10549043/Kesiapan-Masyarakat-dalam-
Melaksanakan-dan-Memanfaatkan-Posyandu-Penyakit-Tidak-
Menular-di-Desa-Cilayung-dan-Cipacing-Kecamatan-
Jatinangor.pdf

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 16

Anda mungkin juga menyukai