Anda di halaman 1dari 133

Pertemuan 3-4-5

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

EKOLOGI SEBAGAI
DASAR ILMU LINGKUNGAN

By Asmuliani R., S.P., M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN WILAYAH


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS POHUWATO
EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU
LINGKUNGAN

• DEFINISI EKOLOGI
• RUANG LINGKUP EKOLOGI
• KONSEP EKOSISTEM
• PIRAMIDA EKOlogi
• KELESTARIAN EKOSISTEM
• ORGANISASI EKOSISTEM
• SUKSESI
• PRINSIP DASAR ILMU LINGKUNGAN
DEFINISI EKOLOGI

 Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869),


berasal dari bahasa Yunani, yaitu :
“oikos” berarti “rumah” atau rumah tangga atau tempat
tinggal, dan “logos” berarti “ilmu”
 Secara harfiah EKOLOGI adalah ilmu yang mempelajari
organisme di tempat hidupnya dengan menggunakan
pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
 Secara tradisional EKOLOGI adalah ilmu yang
mempelajari interaksi organisme dengan lingkungannya.
DEFINISI EKOLOGI (lanjutan)

 Menurut Odum (1971), EKOLOGI adalah ilmu


yang membahas mengenai struktur dan fungsi
alam serta interaksi antara sesama makhluk
hidup dan lingkungannya.
 EKOLOGI merupakan ilmu yang membahas
mengenai rumah tangga bumi termasuk flora,
fauna, mikroorganisme serta manusia yang hidup
bersama dan saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya.
DEFINISI EKOLOGI (lanjutan)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat


disimpulkan bahwa :
 Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
 Ekologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dalam
habitatnya.
 Ekologi adalah ilmu tentang struktur dan fungsi
ekosistem.
RUANG LINGKUP EKOLOGI

Individu merupakan organisme tunggal. Seperti, seekor tikus, seorang manusia.


Populasi adalah sekumpulan dari individu sejenis yang hidup pada suatu daerah
dan waktu tertentu. misalnya, populasi padi di sawah, populasi ikan di
dalam kolam dsb.
Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang saling berinteraksi
pada tempat dan waktu yang sama.Misalnya, komunitas sawah.
Ekosistem adalah kumpulan beberapa komunitas beserta lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik yang ada didalamnya.
Biosfer adalah kesatuan dari berbagai ekosistem, meliputi semua organisme dan
lingkungannya yang berinteraksi untuk kelangsungan sistem pendayagunaan
energi dan daur ulang materi.
RUANG LINGKUP EKOLOGI (lanjutan)

 Kajian ekologi tidak terlepas dari kajian mengenai


sistem makhluk hidup atau biosistem.
 Biosistem tersusun atas komponen biotik dan
komponen abiotik.
 Setiap komponen biotik membutuhkan semua
komponen abiotik yang meliputi materi, energi,
ruang, waktu, dan keanekaragaman untuk
membentuk biosistem secara utuh.
RUANG LINGKUP EKOLOGI (lanjutan)

Organisasi dalam Biosistem


RUANG LINGKUP EKOLOGI (lanjutan)

 Odum (1971) menggambarkan secara hirarkis komponen biotik


dan komponen abiotik yang membentuk biosistem (tingkat
organisasi dalam biosistem).
 Gen sebagai komponen biotik dapat membentuk sistem gen
apabila memiliki materi, energi, ruang, waktu, dan
keanekaragaman. Demikian pula komponen biotik yang lain.
 Ruang lingkup kajian serta ruang gerak ekologi berkisar pada
ujung kanan dari spektrum biosistem ini, yang dimulai dari tingkat
populasi sebagai komponen biotiknya, dan sistem populasi pada
tingkat biosistemnya, selanjutnya tingkat komunitas dan
ekosistem.
RUANG LINGKUP EKOLOGI (lanjutan)

Ekologi digolongkan menurut bidang kajiannya yaitu :


 Autekologi yaitu ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies)
organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya
ditekankan pada aspek siklus hidup, adaptasi terhadap
lingkungan, sifat parasit atau non parasit, dll. Umpamanya
seseoarng hanya mengkaji seluk beluk orang di alam asli dan
sebagainya.
 Sinekologi yaitu ekologi yang mengkaji berbagai kelompok
organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinterkasi dalam
suatu daerah tertentu. Sering pula didengar istilah lain seperti
ekologi jenis, ekologi pupulasi, ekologi komunitas, dan ekologi
ekosistem.
Konsep ekosistem

PENGERTIAN EKOSISTEM
 Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 1997, EKOSISTEM adalah tatanan
unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh
dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
 EKOSISTEM adalah kesatuan atau totalitas komunitas biotik dengan
lingkungan fisik yang saling berinteraksi atau berfungsi bersama-
sama.
 Prinsip yang ditekankan dalam ekosistem adalah prinsip kesatuan,
totalitas (keseluruhan), serta prinsip interelasi dan interaksi atau
saling ketergantungan antara komponen-komponen yang ada.
Konsep ekosistem (lanjutan)

PENGERTIAN EKOSISTEM
 Organisme hidup baik hewan mapun tumbuhan
membentuk suatu komunitas dan berinteraksi dengan
lingkungan fisik di sekelilingnya, sebagai satu kesatuan.
Antara komunitas biotik dan abiotik terdapat hubungan
(relasi) timbal balik. Antara unsur-unsur dalam lingkungan
seluruhnya terdapat pengaruh yang sifatnya timbal balik
atau suatu interaksi. Interaksi itu antara komponen biotik
dengan komponen abiotik, komponen biotik itu sendiri,
dan sesama komponen abiotik.
Konsep ekosistem (lanjutan)

KOMPONEN EKOSISTEM
Pembagian ekosistem berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Komponen autotrofik (autos = sendiri ; trophikkos = menyediakan
makanan) yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik dari bahan-bahan
anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil (zat hijau daun).
Oleh karena itu semua organisme yang mengandung klorofil disebut
organisme aututrofik.
2. Komponen heterotrofik (hetero = berbeda, lain) yaitu organisme yang
mampu memanfaatkan hanya bahan-bahan organik sebagai bahan
makanannya dan bahan tersebut disintesis dan disediakan oleh organisme
lain. Hewan, jamur, dan jasad renik (mikroorganisme) termasuk dalam
kelompok ini.
Konsep ekosistem (lanjutan)

KOMPONEN EKOSISTEM
Pembagian ekosistem berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu :
1. Komponen abiotik terdiri atas :
a. Energi (faktor iklim), terdiri atas radiasi sinar matahari, suhu,
panas bumi dan faktor fisik lain.
b. Zat-zat anorganik, terdiri atas tanah, air, udara, garam-garam
biogenik seperti nitrat, fosfat dll.
c. Zat-zat organik, terdiri atas protein, karbohidrat, lemak (lipid),
dan zat-zat humus, yang merupakan penghubung antara
komponen biotik dan abiotik.
Konsep ekosistem (lanjutan)

KOMPONEN EKOSISTEM
Pembagian ekosistem berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu :
2. Komponen biotik terdiri atas :
a. Produsen, terdiri atas organisme autotrofik yaitu tumbuhan
hijau, yang dapat mengikat energi matahari dengan membentuk
zat-zat organik mempergunakan zat-zat organik melalui proses
fotosintesis atau dengan kata lain dapat membuat makanan
sendiri dari zat-zat anorganik.
Konsep ekosistem (lanjutan)

KOMPONEN EKOSISTEM
Pembagian ekosistem berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu :
2. Komponen biotik terdiri atas :
b. Konsumen, terdiri atas organisme heterotrofik, yaitu hewan-hewan
yang memakan tumbuhan hijau atau hewan lain, kadang-kadang
disebut makrokonsumen atau pagotroph.
Konsumen dibedakan atas :
- Konsumen primer (karnivor)
- Konsumen sekunder (karnivor pertama)
- Konsumsen tertier (karnivor kedua)
- dan seterusnya
Konsep ekosistem (lanjutan)

KOMPONEN EKOSISTEM
Pembagian ekosistem berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu :
2. Komponen biotik terdiri atas :
c. Pengurai, disebut juga mikroorganisme atau saprotrofik,
yaitu organisme heterotrofik, terutama bakteri pembusuk
dan jamur (fungi), yang menguraikan bahan organik dan
persenyawaan-persenyawaan organik yang kompleks dari
hewan dan tumbuhan mati menjadi zat-zat anorganik
sederhana yang dapat dipergunakan kembali oleh
organisme produsen.
Konsep ekosistem (lanjutan)

BENTUK-BENTUK EKOSISTEM
Secara garis besar ekosistem dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Ekosistem Daratan, yang termasuk didalamnya :
a. Bioma Tundra
b. Bioma Taiga
c. Hutan Hujan Tropik
d. Hutan Sabana
e. Hutan Mangrove
f. Hutan Rawa
Konsep ekosistem (lanjutan)

a. Bioma Tundra
Bioma ini terdapat di sekitar kutub utara. Bioma ini terletak di
bagian selatan laut kutub yang tertutup es. Karena sudut arah
jatuhnya sinar matahari tidak pernah besar maka setia waktu
tundra hanya menerima sedikit cahaya matahari. Perubahan
dari musim panas ke musim dingin berlangsung sangat cepat.
Pada musim panas, vegetasi utama bioma ini adalah rumput.
Tidak banyak jenis hewan yang tahan hidup dalam kondisi
lingkungan yang demikian, kecuali burung-burung air tawar
dan hewan-hewan yang dorman.
Konsep ekosistem (lanjutan)

b. Bioma Taiga
Bioma ini terletak di bagian selatan kutub utara, yaitu
sekitar Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Karena bioma
ini terletak lebih dekat dengan khatulistiwa, maka
bioma ini lebih didominasi oleh pohon-pohon konifer
(pohon cemara berdaun jarum)
Konsep ekosistem (lanjutan)

c. Hutan Hujan Tropik


Bioma ini terdapat di sepanjang khatulistiwa, meliputi tanah Amazon Amerika
Selatan, Indonesia, India Barat, Asia Tenggara, Australia Timur Laut dan
Lembah Kango di Afrika. Pada siang hari matahari bersinar penuh, hujan turun
hampir setiap hari dan kelembaban selalu tinggi. Curah hujan sangat tinggi
dan tersebar sepanjang tahun. Beraneka ragam kehidupan terdapat di bioma
ini, sehingga hutan-hutan tropik dikenal sebagai bioma darat yang paling
mantap. Di bawah pohon-pohon yang tinggi dan daunnya lebar yang
mencapai ketinggian 80 meter, terdapat pohon-pohon yang lebih rendah dan
lebih toleran terhadap bayang-bayang pohon yang tinggi dan terdapat semak
belukar serta berbagai jenis rerumputan. Berbagai jenis hewan menyusui baik
herbivora, omnivora maupun safrofit dapat hidup dengan baik di sini.
Konsep ekosistem (lanjutan)

d. Hutan Sabana
Hutan sabana terdapat di daerah-daerah dengan musim kemarau tropik
yang sangat panjang dan kering. Pohon-pohon tumbuh dengan jarak
yang berjauhan. Di antara pohon-pohon yang tidak terlalu tinggi itu
terdapat yang tinggi yang menutupi tanah. Sabana biasanya merupakan
daerah peralihan antara hutan dan padang rumput. Di Indonesia hutan
sabana ditemukan di pulau Bali dan Timor. Hutan sabana di Baluran
telah dikelola menjadi daerah cagar alam yang dilindungi beberapa jenis
hewan seperti kijang dan banteng. Sabana juga terdapat di wilayah
Amerika Selatan dan Afrika. Dibeberapa daerah yang tidak begitu kering
sabana mungkin terjadi karena keadaan tanah dan kebakaran yang
berulang. Jadi bukan disebabkan oleh keadaan iklim.
Konsep ekosistem (lanjutan)

e. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang
didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu
tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah
intertidal dan supraidal yang cukup mendapat aliran air, dan
terlindungi dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.
Karena itu hutan magrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk
yang dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai yang terlindung.
Penyebaran hutan mangrove ditentukan oleh berbagai faktor
lingkungan, salah satu diantaranya adalah salinitas.
Konsep ekosistem (lanjutan)

f. Hutan Rawa
Hutan rawa terbentuk karena keadaan tanah yang sangat basah. Rawa
sfagnum merupakan rawa yang terbentuk di daerah yang beriklim sedang.
Jenis-jenis rawa yang lain terbentuk bukan karena keadaan iklim, tetapi
karena keadaan air dalam tanah yang berlebihan. Hutan-hutan rawa
terbesar di pantai-pantai di Kepulauan Indonesia seperti Kalimantan Selatan,
Sumatera Selatan, dan delta Sungai Citaduy serta rawa pening di Jawa
Tengah. Vegetasi yang dominan adalah enceng gondok (Eichhornia
crassipes), teratai (Nymphaea sp.), pohon bungur (Langerstromia sp.), dan
dadap (Erythrina sp.). Pohon-pohon yang tumbuh di sini tinggi kurus dan
tidak berdaun lebat. Keanekaragaman hewan sangat rendah, hanya
ditemukan babi hutan, macam-macam ular air, ikan-ikan dan burung
pencakar ular (Anhinga malanogaster).
Konsep ekosistem (lanjutan)

BENTUK-BENTUK EKOSISTEM
Secara garis besar ekosistem dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
2. Ekosistem Perairan Dalam
Ekosistem ini terletak beberapa ratus meter di bawah
permukaan laut, sehingga tidak banyak menerima
cahaya matahari langsung. Oleh karena makhluk hidup
yang ditemui hanya kelompok detrivor sedangkan
semua jenis produsen tidak dapat hidup.
Konsep ekosistem (lanjutan)

BENTUK-BENTUK EKOSISTEM
Secara garis besar ekosistem dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
3. Ekosistem Perairan Dangkal
Ekosistem ini terletak di pantai yang tertutup air laut dan
terletak sangat jauh dari sungai yang besar. Di Indonesia,
ekosistem pantai seperti ini terdapat di Pantai Utara Jawa,
Bali, Sumbawa, dan Sulawesi.
Ekosistem ini termasuk juga danau, kolam, sungai, dan
sebagainya.
Konsep ekosistem (lanjutan)

ENERGI DALAM EKOSISTEM


1. Manifestasi Energi
2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
3. Aliran Energi dalam Ekosistem
Konsep ekosistem (lanjutan)

1. Manifestasi Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi dapat
memanifestasi dalam berbagai bentuk yaitu bentuk radiasi cahaya, bentuk
energi panas, energi ikat kimia (energi potensial), energi mekanis, dan
energi listrik. Prilaku energi di alam bebas mengikuti hukum
termodinamika sebagai berikut :
a. Hukum Termodinamika I disebut Hukum Kekekalan Energi I atau
Hukum Konservasi Energi, yang mengemukakan bahwa energi dapat
dirubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak pernah terjadi
yang baru atau hilang/ditiadakan begitu saja. Misalnya cahaya adalah satu
bentuk energi yang dapat dirubah ke dalam bentuk energi panas, atau
energi ikat kimia dalam bahan makanan tetapi tidak ada yang hilang atau
ditiadakan begitu saja.
Konsep ekosistem (lanjutan)

1. Manifestasi Energi
Prilaku energi di alam bebas mengikuti hukum termodinamika sebagai berikut
:
b. Hukum Termodinamika II disebut Hukum Kekekalan Energi II atau Hukum
Entropi / Hukum Degradasi Energi, yang mengemukakan bahwa tidak satu
pun proses perubahan energi yang terjadi tanpa adanya degradasi sebagian
kecil energi itu ke dalam bentuk panas. Dengan kata lain, tidak ada perubahan
energi yang 100% efisien. Misalnya energi cahaya yang dirubah ke dalam
bentuk energi ikat kimia dalam proses fotosintesis, sedikit daripada energi itu
terbuang dalam bentuk energi panas yang tidak dapat digunakan lagi. Energi
kimia bahan bakar yang dirubah ke dalam energi gerak mekanis dalam mesin-
mesin sebagian terbuang sebagai energi panas.
Konsep ekosistem (lanjutan)

1. Manifestasi Energi
Pada hakikatnya manifestasi kehidupan yang
dinyatakan dalam rangkaian perubahan-perubahan
seperti membuat makanan (sintesis bahan organik),
bernafas, tumbuh, berkembang, bergerak, semuanya
hanya dimungkinkan oleh adanya pemindahan dan
perubahan energi. Dapat dikatakan bahwa manifestasi
kehidupan adalah salah satu daripada berbagai bentuk
manisfestasi energi.
Konsep ekosistem (lanjutan)

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan


RANTAI MAKANAN (FOOD CHAIN)
• Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam
tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang
dimakan.
• Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui memakan
dan dimakan antarorganisme dalam suatu ekosistem yang
berlangsung secara teratur dan membentuk suatu pola urutan atau
garis tertentu.
• Rantai makanan yaitu perpindahan energi makanan dari sumber
daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan
(tumbuhan-herbivora-carnivora-omnivora).
Konsep ekosistem (lanjutan)

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan


• Rantai makanan ialah perjalanan makan-memakan antar makhluk
hidup yang terdapat beberapa komponen yang keberadaannya
saling mempengaruhi satu sama lain.
• Pada setiap tahap pemindahan energi, 80-90% energi potensial
hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai
makanan terbatas 4-5 langkah saja.
• Semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang
tersedia.
• Misal: Rumput-Ulat-Burung Kecil-Kucing.
Konsep ekosistem (lanjutan)

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan


• Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanan sendiri yang
berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
• Heterotrof (konsumen) merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai
makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
• Pengurai (dekomposer) adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian
hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan
kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
• Herbivora adalah pemakan tumbuhan, misalnya kambing, kerbau, kelinci dan sapi.
• Karnivora adalah pemakan daging, misalnya harimau, burung elang, dan serigala.
• Omnivora adalah pemakan tumbuhan dan daging, misalnya ayam, itik, dan orang hutan.
Konsep ekosistem (lanjutan)

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan


Ada dua tipe dasar rantai makanan yaitu :
• Rantai makanan rerumputan (grazing food chain atau).
Misalnya : Tumbuhan – Herbivora – Carnivora - Omnivora.
• Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati
mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa) predator
dan bangkai.
Misalnya : Bahan Organik Mati – Mikroorganisme –
Mikroorganisme Pemakan Detritus (Bahan Organik hancur) –
Predator.
Konsep ekosistem (lanjutan)

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan


Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai
parasit, dan rantai saprofit.
• Rantai Pemangsa. Landasan utama dari Rantai Pemangsa adalah tumbuhan hijau
sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai
konsumen ke-1, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai
konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora
sebagai konsumen ke-3.
• Rantai Parasit. Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang
hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
• Rantai Saprofit. Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya
jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu
dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
RANTAI MAKANAN
RANTAI MAKANAN
RANTAI
MAKANAN
Konsep ekosistem (lanjutan)

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan


JARING-JARING MAKANAN (FOOD WEB)
• Rantai makanan tersebut tidak berjalan sendiri dan terpisah, tetapi
berhubungan satu sama lain membentuk jaring makanan.
• Jaring-jaring makanan yaitu peristiwa makan dan dimakan yang sangat
kompleks saling berkaitan dan bercabang dalam suatu ekosistem sehingga
terjadi perpindahan energi tanpa pola urutan tertentu atau sekumpulan rantai
makanan yang saling berhubungan.
• Jaring-jaring makanan adalah rantai-rantai makanan yang saling berhubungan
satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring.
• Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Konsep ekosistem (lanjutan)

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan


JARING MAKANAN
JARING MAKANAN
JARING MAKANAN
JARING MAKANAN
Konsep ekosistem (lanjutan)

3. Aliran Energi dalam Ekosistem


 Banyak sekali energi yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas kehidupan
dalam satu ekosistem banyaknya energi yang diperoleh dalam bentuk panas yang
tidak dapat digunakan lagi.
 Tiap ekosistem yang terbatas kemampuan untuk memberi makan maka energi
berproduksi juga terbatas. Oleh karena itu jika populasi konsumen melampaui
batas-batas kemampuan ekosistem bersangkutan, maka akibatnya keseimbangan
ekosistem itu akan terganggu dan kemungkinan memperoleh ekosistem itu.
 Makin pendek rantai makanan atau makin dekat kepada produsen sebagai mata
rantai pertama, makin banyak energi yang digunakan yang berarti makin banyak
individu dapat diberi makanan. Karena itu penduduk negara yang padat terutama
hidup dari makanan biji-bijian (beras, gandum, jagung) dan sangat sedikit daging,
bukan saja kebiasaan tetapi terutama kebutuhan.
Konsep ekosistem (lanjutan)

3. Aliran Energi dalam Ekosistem


Energi radiasi matahari yang sampai ke suatu ekosistem sebagai besar diubah dalam panas
yang kemudian mengalir keluar dari ekosistem bersangkutan. Hanya sebagian kecil ± 1%
diserap organisme produsn (tumbuhan hijau) yang diubah ke dalam energi potensial atau
energi ikat kimia dalam makanan. Konsumen memperoleh energi dari makanannya yang
sebagian besar diubah ke dalam energi panas untuk memungkinkan bagian yang sisa diikat
kembali ke dalam molekul protoplasma baru menjadi energi potensila/kimia. Rantai
makanan juga dapat dipandang sebagai aliran energi dari sumbernya melalui serangkaian
organisme (komunitas) dalam suatu ekosistem. Dalam pengaliran energi itu melalui
komunitas berlaku hukum-hukum termodinamika. Pada setiap pengaliran (pemindahan)
energi dari mata rantai yang pertama (produsen) ke mata rantai yang kedua dan
seterusnya, sebagian besar energi diubah dan terbuang sebagai panas yang tidak dapat
digunakan lagi (sesuai dengan Hukum Termodinamika II) dan sesuai dengan Hukum
Termodinamika I maka jumlah energi yang keluar yaitu yang diubah ke dalam panas untuk
respirasi dan yang terikat dalam biomas yang dapat dipindahkan ke mata rantai berikutnya.
Konsep ekosistem (lanjutan)

3. Aliran Energi dalam Ekosistem


Selain respirasi yang menyebabkan terbuangnya energi terbanyak
sebagai panas, ada lagi bagian energi makanan yang tidak di ambil,
mungkin diekspor ke luar ekosistem atau diuraikan oleh pengurai. Jika
semua makanan sudah diambil dapat diasimilasi. Jadi sebagian besar
dari energi yang diikat oleh produsen telah terbuang sebelum sampai
kepada konsumen (karnivora) terakhir. Energi tersebut lama kelamaan
menjadi habis karena diubah dalam bentuk energi yang lain sehingga
tidak sempat membnetuk siklus yang lengkap seperti halnya siklus
materi/mineral. Oleh karena itu pola perjalanan energi dari produsen
ke pengurai disebut aliran energi bukan siklus energi.
piramida ekologi

 Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida


ekologi.
 Piramida ekologi adalah plot jumlah individu dalam ukuran kelas yang
berbeda atau jumlah biomassa atau produktivitas pada berbagai tingkat
tropik.
 Tingkat tropik adalah jarak transfer makanan tertentu dari sumber
energi yang ditempati kelompok organisme.
 Jika dalam suatu ekosistem di gambarkan jumlah populasi produsen
sampai konsumen tertinggi, akan membentuk gambaran seperti
piramida. Gambaran seperti ini disebut piramida makanan.
 Supaya piramida makanan tersusun dengan baik, populasi dalam suatu
ekosistem harus seimbang.
piramida ekologi(lanjutan)

 Populasi produsen harus lebih banyak dari pada


populasi konsumen tingkat I. Konsumen tingkat I harus
lebih banyak dari pada konsumen tingkat II.
 Semakin tinggi tingkatan suatu konsumen, jumlahnya
semakin sedikit.
 Piramida ekologi berdasarkan fungsinya yaitu :
1. Piramida Jumlah
2. Piramida Biomassa
3. Piramida Energi
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA JUMLAH
Piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap
tingkat trofik dalam suatu ekosistem.
Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas.
Piramida yang menggambarkan bahwa jumlah organisme
pada tingkat trofik pertama lebih banyak (biasanya paling
melimpah) dari pada organisme tingkat trofik kedua,
sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan
selanjutnya makin berkurang.
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA JUMLAH
Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas
normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada
organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora
selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1.
Karnivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada
karnivora tingkat 2.
Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di
tiap tingkat trofik.
PIRAMIDA JUMLAH
Produsen
= Rumput

Konsumen Tingkat 1
= Kelinci

Konsumen Tingkat 2
= Ular

Konsumen Tingkat 3
= Elang
PIRAMIDA JUMLAH

Produsen
= Pohon

Konsumen Tingkat 1
= Jerapah

Konsumen Tingkat 2
= Harimau
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA BIOMASSA
 Piramida yang menggambarkan bahwa jumlah biomassa pada
tingkat trofik 1 lebih banyak daripada biomassa organisme tingkat
trofik 2, begitu seterusnya.
 Piramida yang menggambarkan berkurangnya transfer energi pada
setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.
 Biomassa adalah ukuran berat materi hidup pada waktu tertentu.
 Pada piramida biomassa setiap tingkat trofik menunjukkan berat
kering dari seluruh organisme di tingkat trofik yang dinyatakan
dalam gram/m2.
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA BIOMASSA
 Umumnya bentuk piramida biomassa akan mengecil ke arah
puncak, karena perpindahan energi antara tingkat trofik tidak
efisien. Tetapi piramida biomassa dapat berbentuk terbalik.
 Pada piramida jumlah yang sederhana sering kali kurang
membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem.
Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan
piramida biomassa.
 Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata
berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah
jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA BIOMASSA
 Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa
seluruh organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram.
 Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil
sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa
dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi
yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.
PIRAMIDA BIOMASSA
PIRAMIDA BIOMASSA
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA ENERGI
 Dalam penggunaan energi, makin tinggi tingkat trofiknya maka
makin efisien penggunaannya. Namun panas yang dilepaskan
pada proses tranfer energi menjadi lebih besar. Hilangnya panas
pada proses respirasi juga makin meningkat dari organisme yang
taraf trofiknya rendah ke organisme yang taraf trofiknya lebih
tinggi. Sedangkan untuk produktivitasnya, makin ke puncak
tingkat trofik makin sedikit, sehingga energi yang tersimpan
semakin sedikit juga. Energi dalam piramida energi dinyatakan
dalam kalori per satuan luas per satuan waktu.
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA ENERGI
 Piramida yang menggambarkan hilangnya energi pada saat
perpindahan energi makanan di setiap tingkat trofik dalam suatu
ekosistem.
 Piramida yang menggambarkan tentang adanya aliran energi dalam
ekosistem.
 Pada piramida energi dapat diketahui adanya penurunan sejumlah
energi yang tersedia di setiap tingkat trofik secara berurutan.
 Berkurangnya energi di setiap tingkat trofik dikarenakan hanya
sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat
trofik selanjutnya.
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA ENERGI
 Pada piramida energi tidak hanya jumlah total energi yang
digunakan organisme pada setiap taraf trofik rantai makanan tetapi
juga menyangkut peranan berbagai organisme di dalam transfer
energi.
 Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang
kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida
energi yang dibuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam
waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran
paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem.
piramida ekologi (lanjutan)

PIRAMIDA ENERGI
 Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-
turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang
terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut :
1. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan
oleh tingkat trofik selanjutnya.
2. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan
dikeluarkan sebagai sampah.
3. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari
tubuh organisme, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber
energi.
PIRAMIDA ENERGI
PIRAMIDA ENERGI
Kelestarian ekosistem

 Kelestarian ekosistem atau siklus materi atau siklus biogeokimia


 Istilah biogeokimia berasal dari kata “BIO” artinya organisme hidup
; “GEO” artinya batuan, udara, dan air di atas permukaan bumi ;
dan “KIMIA” artinya lebih menekankan kepada komposisi kimia dan
bumi serta pertukaran unsur-unsur pada bagian yang berlainan
dari kerak bumi, atmosfer, lautan, sungai, dan perairan).
 Jadi biogeokimia dapat diartikan sebagai studi tentang peredaran
materi secara timbal balik antara komponen biotik dan abiotik.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

 Daur materi pada suatu lingkungan adalah suatu gambaran yang penting dalam
ekosisitem. Materi yang diambil dari lingkungan oleh tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan akan dikembalikan ke lingkungan dan dipakai kembali secara terus
menerus oleh organisme dalam proses biogeokimia.
 Tumbuhan dan hewan melepaskan CO2 sebagai hasil pernafasan selulernya ke
udara dalam lingkungannya yang kemudian dapat digunakan oleh tumbuhan
dalam proses fotosintesis untuk membuat zat gula yang kemudian dimakan oleh
hewan dan melepaskannya kembali ke lingkungan.
 Dekomposer mengurai bahan organik menjadi mineral (hara tanah). Tumbuhan
dan hewan memanfaatkan hara untuk proses metabolismenya. Bila tumbuhan
dan hewan mati dekomposer akan memprosesnya lagi sebagai sumber mineral
dalam tanah.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

Bahan-bahan dan unsur kimia termasuk unsur-unsur utama


dari protoplasma cenderung bersirkulasi dalam biosfer
dengan pola tertentu, dari lingkungan ke organisme dam akan
kembali ke lingkungan. Proses ini kurang lebih berbentuk
lingkaran dan dikenal sebagai siklus (lingkaran) biogeokimia
(daur bahan kimia di bumi yang sebagian aktivitasnya
dilakukan oleh mahkluk hidup).
Contoh siklus biogeokimia yang sangat penting yaitu siklus
karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus sulfur, siklus air,
dan siklus oksigen.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS KARBON
 Siklus karbon (C) dalam ekosistem adalah proses pemanfaatan CO2 di udara
untuk keperluan fotosintesis tumbuhan dan pembentukan CO2 kembali sebagai
hasil dari proses respirasi makhluk hidup
 Siklus karbon yaitu siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara
biosfer (pada makhluk hidup), geosfer (di dalam bumi), hidrosfer (di air), dan
atmosfer bumi (di udara).
 Ada berbagai macam proses dari siklus karbon. Namun secara umum siklus
karbon dapat terjadi pada proses fotosistesis. Fotosintesis merupakan proses
pembuatan makanan pada tumbuhan dengan bantuan sinar matahari. Proses
fotosintesis termasuk ke dalam siklus karbon pendek. Tidak hanya tumbuhan
saja yang melakukan siklus karbon pendek, tetapi juga fitoplankton.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS KARBON
 Proses fotosintesis sendiri dimulai dari pengambilan gas karbondioksida yang ada di
udara oleh tumbuhan dan juga air yang berasal dari tanah. Dengan bantuan dari
sinar matahari, karbondioksida dan air tersebut diubah menjadi karbohidrat, oksigen
serta uap air. Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan, tidak hanya dimanfaatkan
oleh tumbuhan itu sendiri, tetapi juga dikonsumsi oleh hewan (herbivora) dan
manusia sebagai sumber makanan. Selain itu, karbon yang dihasilkan oleh manusia
dan hewan berupa gas karbondioksida dari proses respirasi dimanfaatkan kembali
oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis berikutnya. Tidak hanya manusia dan
hewan saja yang menghasilkan karbondioksida saja, detrifor atau objek pengurai
juga menghasilkan karbondioksida yang berasal dari proses pembusukan. Saat
tumbuhan, hewan, hingga manusia mati, mereka akan diuraikan oleh detrifor untuk
diubah menjadi karbon dan begitu seterusnya.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS KARBON
 Selain siklus karbon pendek, juga terdapat siklus karbon panjang di mana
karbon mengalami perpindahan dalam berbagai macam bentuk dimulai dari
batuan, tanah, lautan hingga atmosfer dalam jangka waktu yang sangat lama
yaitu sekitar 100 – 200 juta tahun. Salah satu proses yang perpindahan
karbon tersebut terdapat pada proses pelapukan. Proses pelapukan akan
menghasilkan sedimen atau endapan yang berasal dari senyawa organik akan
berubah menjadi senyawa kerogen (minyak bumi, gas alam hingga batu
bara). Minyak bumi, gas dan batu bara tersebut dimanfaatkan oleh manusia
sebagai sumber bahan bakar kendaraan dan industri. Proses tersebut akan
menghasilkan gas emisi berupa gas karbondioksida ke atmosfer.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS KARBON
• Selain melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan, proses pengambilan
karbon di atmosfer dapat terjadi melalui proses:
1. Pada bagian permukaan laut yang mengarah ke kutub, air laut cendrung dingin dan
karbondioksida akan menjadi lebih mudah untuk larut. Kemudian karbondioksida
terlarut tersebut dibawa di dalam proses sirkulasi termohalin yang membawa massa air
yang terdapat di permukaan menjadi lebih berat masuk ke dalam laut.
2. Sedangkan di laut bagian atas, daerah ini terkenal dengan daerah yang memiliki
produktivitas tinggi. Semua organisme yang berada di daerah tersebut membutuhkan
karbon untuk membentuk jaringan karbon, seperti cangkang dan beberapa bagian
tubuh yang keras. Proses pembentukan jaringan karbon tersebut membuat aliran
karbon masuk ke dalam laut.
3. Dalam proses pelapukan batuan silikat yang membutuhkan karbondioksida untuk
membentuk senyawa lain yang nantinya akan mengandung karbon.
SIKLUS KARBON
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa
yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai
macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat
terjadi secara biologis maupun non-biologis.
Beberapa proses penting pada siklus nitrogen, antara lain
fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
1. Fiksasi Nitrogen
Fiksasi nitrogen adalah proses alam, biologis atau abiotik
yang mengubah nitrogen di udara menjadi ammonia
(NH3). Mikroorganisme yang mem-fiksasi
nitrogen disebut diazotrof. Mikroorganisme ini
memiliki enzim nitrogenaze yang dapat
menggabungkan hidrogen dan nitrogen. Reaksi
untuk fiksasi nitrogen biologis ini dapat ditulis sebagai
berikut : N2 + 8 H+ + 8 e− → 2 NH3 + H2
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
1. Fiksasi Nitrogen
Mikro organisme yang melakukan fiksasi nitrogen antara lain
: Cyanobacteria, Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium,
dan Frankia. Selain itu ganggang hijau biru juga dapat
memfiksasi nitrogen. Beberapa tanaman yang lebih tinggi, dan
beberapa hewan (rayap), telah membentuk asosiasi
(simbiosis) dengan diazotrof. Selain dilakukan oleh
mikroorganisme, fiksasi nitrogen juga terjadi pada proses non-
biologis, contohnya sambaran petir.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
1. Fiksasi Nitrogen
Empat cara yang dapat mengkonversi unsur nitrogen di atmosfer
menjadi bentuk yang lebih reaktif :
a. Fiksasi biologis: beberapa bakteri simbiotik (paling sering
dikaitkan dengan tanaman polongan) dan beberapa bakteri yang
hidup bebas dapat memperbaiki nitrogen sebagai nitrogen organik.
Sebuah contoh dari bakteri pengikat nitrogen adalah bakteri
Rhizobium mutualistik, yang hidup dalam nodul akar kacang-
kacangan. Spesies ini diazotrophs. Sebuah contoh dari hidup bebas
bakteri Azotobacter.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
1. Fiksasi Nitrogen
Empat cara yang dapat mengkonversi unsur nitrogen di atmosfer menjadi bentuk
yang lebih reaktif :
b. Industri fiksasi nitrogen : Di bawah tekanan besar, pada suhu 600 C, dan
dengan penggunaan katalis besi, nitrogen atmosfer dan hidrogen (biasanya
berasal dari gas alam atau minyak bumi) dapat dikombinasikan untuk
membentuk amonia (NH3). Dalam proses Haber-Bosch, N2 adalah diubah
bersamaan dengan gas hidrogen (H2) menjadi amonia (NH3), yang digunakan
untuk membuat pupuk dan bahan peledak.
c. Pembakaran bahan bakar fosil : mesin mobil dan pembangkit listrik termal,
yang melepaskan berbagai nitrogen oksida (NOx).
d. Proses lain: Selain itu, pembentukan NO dari N2 dan O2 karena foton dan
terutama petir, dapat memfiksasi nitrogen.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
2. Asimilasi
Tanaman mendapatkan nitrogen dari tanah melalui absorbsi akar baik dalam
bentuk ion nitrat atau ion amonium. Sedangkan hewan
memperoleh nitrogen dari tanaman yang mereka makan.
Tanaman dapat menyerap ion nitrat atau amonium dari tanah melalui rambut
akarnya. Jika nitrat diserap, pertama-tama direduksi menjadi ion nitrit dan
kemudian ion amonium untuk dimasukkan ke dalam asam amino, asam
nukleat, dan klorofil. Pada tanaman yang memiliki hubungan mutualistik
dengan rhizobia, nitrogen dapat berasimilasi dalam bentuk ion
amonium langsung dari nodul. Hewan, jamur, dan organisme heterotrof lain
mendapatkan nitrogen sebagai asam amino, nukleotida dan molekul organik
kecil.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
3. Amonifikasi
Jika tumbuhan atau hewan mati, nitrogen organik diubah menjadi amonium
(NH4+) oleh bakteri dan jamur.
4. Nitrifikasi
Konversi amonium menjadi nitrat dilakukan terutama oleh bakteri yang
hidup di dalam tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya. Tahap utama nitrifikasi,
bakteri nitrifikasi seperti spesies Nitrosomonas
mengoksidasi amonium (NH4 +) dan mengubah amonia menjadi nitrit
(NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter, bertanggung jawab
untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Proses konversi nitrit
menjadi nitrat sangat penting karena nitrit merupakan racun bagi
kehidupan tanaman.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
4. Nitrifikasi
Proses nitrifikasi dapat ditulis dengan reaksi berikut ini :
NH3 + CO2 + 1.5 O2 + Nitrosomonas → NO2- + H2O + H+
NO2- + CO2 + 0.5 O2 + Nitrobacter → NO3-
NH3 + O2 → NO2− + 3H+ + 2e−
NO2− + H2O → NO3− + 2H+ + 2e
5. Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat untuk kembali menjadi gas nitrogen
(N2), untuk menyelesaikan siklus nitrogen. Proses ini dilakukan oleh spesies
bakteri seperti Pseudomonas dan Clostridium dalam kondisi anaerobik. Mereka
menggunakan nitrat sebagai akseptor elektron di tempat oksigen selama
respirasi. Fakultatif anaerob bakteri ini juga dapat hidup dalam kondisi aerobik.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS NITROGEN
5. Denitrifikasi
Denitrifikasi umumnya berlangsung melalui beberapa kombinasi dari bentuk
peralihan sebagai berikut:
NO3− → NO2− → NO + N2O → N2 (g)
Proses denitrifikasi lengkap dapat dinyatakan sebagai reaksi redoks:
2 NO3− + 10 e− + 12 H+ → N2 + 6 H2O
6. Oksidasi Amonia Anaerobik
Dalam proses biologis, nitrit dan amonium dikonversi langsung ke elemen (N2) gas
nitrogen. Proses ini membentuk sebagian besar dari konversi nitrogen unsur di
lautan. Reduksi dalam kondisi anoxic juga dapat terjadi melalui proses yang
disebut oksidasi amonia anaerobik
NH4+ + NO2− → N2 + 2 H2O
SIKLUS NITROGEN
Kacang-kacangan
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS FOSFOR
 Siklus fosfor adalah sirkulasi fosfor dalam berbagai bentuk melalui alam. Dari
semua usnur yang didaur ulang di biosfer, fosfor merupakan yang paling langka
dan oleh karena itu yang paling membatasi dalam sistem ekologi tertentu. Ini
sangat diperlukan untuk hidup, terlibat secara dekat dalam transfer energi dan
dalam perjalanan informasi genetik dalam asam deoksiribonukleat (DNA) dari
semua sel.
 Siklus ini merupakan suatu siklus yang paling lambat dari siklus biogeokimia yang
ada. Fosfor memasuki suatu lingkungan dari deposit serta dari batu. Batuan dari
fosfat komersial dikenal dengan istilah apatit serta deposit jenis lainnya yang
berasal dari fosil kotoran burung maupun tulang. Proses pelapukan batuan akan
melepas suatu ion yang bisa larut dalam air yaitu fosfor.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS FOSFOR
Tahapan dari proses siklus fosfor yaitu meliputi:
1.Fosfor akan memasuki air & tanah melalui proses terjadinya pelapukan batuan.
2.Tanaman kemudian akan mengambil ion fosfor yg ada dari tanah.
3.Sesudah itu fosfat akan dipindahkan dari tanaman ke hewan jenis herbivora.
4.Lalu hewan herbivora akan dimakan oleh hewan lainnya dgn jenis karnivora.
5.Kemudian proses selanjutnya yaitu dikembalikan lagi ke tanah lewat ekskresi maupun
dekomposisi tumbuhan atau bahan mati oleh suatu mikroba.
6.Bahan tanaman nantinya akan mati dan berbagai macam produk limbah lainnya akan
membusuk lewat aksi bakteri.
7.Lalu fosfat akan dilepaskan ke lingkungan.
8.Fosfat yg ada di dalam tanah kemudian akan terkikis ke dalam air.
9.Air ini yg nantinya dipakai oleh ganggang serta tanaman sebagai sumber nutrisi.
10.Jika terjadi adanya kekurangan fosfat di dalam tubuh suatu tumbuhan, maka
pertumbuhan suatu tanaman bisa menjadi terhambat atau pertumbuhannya bisa
menjadi lambat.
SIKLUS FOSFOR
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS SULFUR
 Siklus sulfur atau siklus belerang adalah kejadian perpindahan zat kimia yang
memiliki unsur sulfur atau belerang di permukaan bumi.
 Sulfur terjadi akibat dari proses terjadinya pembakaran bahan
bakar fosil batubara atau terjadi akibat adanya aktifitas gunung
berapi, lalu asapnya itu akan naik ke atmosfer, atau udara
sulfur oksida itu akan berada diawan yang menjadi hidrolidid air
membentuk H2SO4, awan akan mengalami kondensasi yang
akhirnya menurunkan hujan yang dikenal dengan hujan asam.
 Sulfur (belerang) banyak terdapat di dalam kerak bumi dan dapat diambil
tumbuhan dalam bentuk sulfat. Sulfur di atmosfer berupa gas SO2 atau oksida
sulfur yang terbentuk dari sisa pembakaran bahan bakar fosil (BBM) dan
lelehan dari belerang dari tambang belerang.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS SULFUR
 Ketika gas sulfur dioksida yg berada di udara bersenyawa dgn oksigen & air,
akan membentuk asam sulfat yg ketika jatuh ke tanah akan menjadi bentuk
ion-ion sulfat. Kemudian ion-ion sulfat tadi akan diserap oleh tumbuhan
untuk menyusun protein dlm tubuhnya. Ketika manusia atau hewan
memakan tumbuhan, maka akan terjadi perpindahan unsur belerang dari
tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia. Ketika hewan atau tumbuhan mati,
jasadnya akan diuraikan oleh bakteri & jamur pengurai & menghasilkan bau
busuk, yaitu gas hidrogen sulfida yg akan dilepas ke udara dan sebagian tetap
ada di dalam tanah. Gas hidrogen sulfida yg ada di udara akan bersenyawa
dgn oksigen membentuk sulfur dioksida & yg di tanah oleh bakteri tanah
akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur dioksida yg nanti akan
diserap kembali oleh tumbuhan,
SIKLUS SULFUR
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS OKSIGEN
 Siklus oksigen adalah siklus dasar bagi sebagian besar ekosistem yang
melibatkan keseimbangan antara organisme yang melepaskan oksigen
dan organisme yang menyerap oksigen.
 Siklus oksigen adalah proses pertukaran oksigen di bumi ini yang
berlangsung secara terus menerus tidak ada habisnya.
 Siklus oksigen berkaitan erat dengan siklus karbon yaitu kaitan antara
siklus karbon yang akan menghasilkan oksigen (fotosintesis), serta
siklus oksigen yang akan menghasilkan karbondioksida (pernapasan).
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS OKSIGEN
Oksigen digunakan pada proses biologis dan kimiawi, antara lain:
1.Respirasi atau pernapasan adalah proses yg dilakukan oleh flora maupun fauna yaitu
peristiwa menghirup udara dari luar yg mengandung oksigen serta menghembuskan
udara yg banyak mengandung karbondioksida.
2.Dekomposisi adalah perubahan yg terjadi secara kimia dan biasanya terjadi pada
makhluk hidup yg mati kemudian mengalami kerusakan susunan / struktur akibat
dekomposer (semut, belatung, bakteri dan jamur).
3.Karat atau korosi terjadi karena reaksi dari logam (besi) dan oksigen dan pengaruh
adanya air atau kelembapan udara.
4.Pembakaran adalah rangkaian reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan suatu
oksidan, disertai dengan produksi panas yg kadang disertai cahaya dalam bentuk
pendar atau api. Ada tiga hal yang diperlukan untuk terjadi pembakaran, yaitu
oksigen, bahan bakar, dan panas.
SIKLUS OKSIGEN
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
 Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
 Siklus air adalah suatu siklus yang terjadi di lingkungan perairan dan
hal ini terus berjalan. Siklus hidrologi diartikan sebagai proses air dari
atmosfer ke bumi, lalu air akan kembali lagi ke atmosfer dan begitu
seterusnya.
 Proses terjadinya siklus hidrologi berlangsung melalui beberapa
tahapan. Tahapan dalam proses terjadinya siklus hidrologi meliputi
evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi,
presipitasi, run off, dan infiltrasi.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
EVAPORASI
 Proses terjadinya siklus hidrologi yang pertama ialah tahap evaporasi. Tahap ini
mengawali terjadinya siklus hidrologi. Dalam tahap tersebut terjadi penguapan
air yang berada dipermukaan bumi. Air air di bumi yang telah ditampung di
badan air seperti sungai, sawah, waduk, bendungan dan danau akan berubah
menjadi uap air karena sinar matahari. Penguapan air ini juga terjadi
dipermukaan permukaan tanah. Tahap penguapan inilah yang disebut evaporasi.
 Proses terjadinya siklus hidrologi pada tahap evaporasi melakukan pengubahan
air yang awalnya berwujud cair menjadi gas. Uap air tadi akan naik menuju
atmosfer bumi. Panas matahari yang semakin tinggi (seperti musim kemarau)
akan mengakibatkan pengubahan uap air dan akan naik ke atmosfer bumi
kemudian menjadi semakin besar pula.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
TRANSPIRASI
 Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap transpirasi. Air yang
mengalami peguapan tidak hanya berlangsung di tanah maupun badan air.
Penguapan air ini juga berlangsung pada jaringan makhluk hidup, baik
tumbuhan ataupun hewan. Tahap penguapan pada makhluk hidup inilah
yang dinamakan transpirasi.
 Proses terjadinya siklus hidrologi pada tahap transpirasi memiliki kesamaan
dengan tahap evaporasi. Tahap ini juga mengubah air pada jaringan makhluk
hidup yang wujudnya cair menjadi uap air, kemudian membawanya menuju
atmosfer bumi. Namun untuk jumlah air yang menguap pada tahap
transpirasi akan lebih sedikit daripada jumlah air pada tahap evaporasi.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
EVAPOTRANSPIRASI
 Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap evapotranspirasi.
Evapotranspirasi ialah tahap penguapan air yang terjadi dipermukaan bumi secara
menyeluruh, baik yang berada di dalam tanah, badan air, maupun di dalam jaringan
makhluk hidup. Tahap ini merupakan kombinasi antara tahap evaporasi dengan tahap
transpirasi. Laju evapotranspirasi pada siklus hidrologi akan berpengaruh pada jumlah air
yang menuju permukaan atmosfer.
SUBLIMASI
 Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap sublimasi. Sublimasi ialah tahap
perubahan es yang berada dikutub maupun di puncak gunung menjadi uap air melalui
proses pencairan terlebih dahulu. Tahap sublimasi tetap berpartisipasi dalam
mengangkut jumlah uap air menuju atmosfer walaupuan hanya sedikit dan berlangsung
dengan siklus yang panjang. Tahap sublimasi memang berlangsung lebih lambat daripada
tahap penguapan.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
KONDENSASI
 Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap kondensasi. Saat
uap air yang berhasil dihasilkan melalui tahap evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan sublimasi naik sampai ketinggian tertentu akan
berubah menjadi partikel es dengan ukuran kecil. Perubahan partikel menjadi
es inilah melalui tahap kondensasi. Uap air yang berubah menjadi es
diakibatkan oleh suhu udara yang sangat rendah pada ketinggian tertentu.
 Proses terjadinya siklus hidrologi pada tahap kondensasi akan mengakibatkan
partikel es menjadi saling mendekat hingga akhirnya bersatu dan membentuk
awan. Jika partikel es yang saling bergabung semakin banyak akan
membentuk awan hitam dan tebal.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
ADVEKSI
 Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap adveksi.
Awan yang telah terbentuk melalui tahap kondesasi akan mengalami
adveksi. Adveksi ialah tahap pemindahan awan dari satu titik menuju
titik lain secara horizontal akibat dari perbedaan tekanan udara
maupun arus angin. Tahap inilah awan akan berpindah dan menyebar
dari afmosfer lautan ke atmosfer daratan. Namun harus diketahui
bahwa tahapan adveksi tidak berlangsung pada siklus hidrologi
pendek.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
PRESIPITASI
 Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap presipitasi. Awan
yang telah mengalami adveksi kemudian berlanjut ke tahap presipitasi.
Tahap presipitasi ialah tahap pencairan awan karena suhu udara yang
terlalu tingi. Pada tahap inilah akan terjadi hujan. Butiran air akan jatuh
serta membasahi permukaan bumi.
 Proses terjadinya siklus hidrologi pada tahap presipitasi akan
mengakibatkan hujan salju jika suhu udara pada awan lebih rendah atau
sekitar kurang dari 0 derajat celcius. Awan yang didalamnya terdapat
kandungan air akan turun menuju ke litosfer dengan wujud butiran salju
tipis.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
RUN OFF
 Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap run off. Run off (limpasan)
ialah proses pergerakan air dari tempat tinggi menuju tempat rendah dipermukaan
bumi. Proses pergerakan air ini berlangsung melalui saluran contohnya salurn danau,
got, muara, sungai, laut sampai samudra. Pada tahap inilah air yang mengalami siklus
hidrologi akan kembali ke lapisan hidrosfer.
RUN OFF
 Proses terjadinya siklus hidrologi yang terakhir ialah tahap infiltrasi. Air hujan yang
telah mengalami presipitasi tidak semuanya mengalir ke permukaan bumi melalui
tahap run off. Sebagian kecil dari air tersebut akan bergerak menuju pori pori tanah,
merembes serta mengakumulasi menjadi air tanah. Pergerakan air menuju pori pori
tanah inilah yang dinamakan tahap infiltrasi. Tahap ini juga akan membawa air tanah
menuju ke laut lagi walaupun prosesnya lambat.
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi dapat dibagi berdasarkan panjang
pendeknya proses kejadian yang dialami.
Macam macam siklus hirologi tersebut meliputi
1. Siklus hidrologi panjang
2. Siklus hidrologi pendek
3. Siklus hidrologi sedang
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi pendek ialah jenis siklus hidrologi yang tidak
mengalami tahap adveksi. Pada siklus ini, uap air akan
diturunkan menuju sekitar laut melalui hujan. Berikut
penjelasan singkat pada siklus hidrologi pendek yaitu air laut
akan mengalami tahap evaporasi. Kemudan air tadi akan
berubah menjadi uap air karena panas matahari. Uap air akan
berkondensasi dan terciptalah awan. Hingga pada akhirnya akan
menurunkan hujan menuju permukaan laut.
SIKLUS HIDROLOGI
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi sedang ialah jenis siklus hirologi yang biasaya terjadi
di negara Indonesia. Pada siklus ini akan terciptalah hujan di daratan
akibat adveksi. Tahap ini akan membawa awan menuju atas daratan.
Berikut penjelasan singkat siklus hidrologi sedang yaitu air laut akan
berevaporasi dan melakukan perubahan bentuk menjadi uap air
karena panas matahari. Uap air akibat adveksi akan dibawa oleh
angin menuju daratan. Uap air yang berada di atmosfer daratan akan
menurunkan hujan. Air hujan yang berada dipermukaan daratan akan
mengalai tahap run off ke sungai dan kembali menuju laut.
SIKLUS HIDROLOGI
Kelestarian ekosistem (lanjutan)

SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi panjang ialah jenis siklus hidrologi yang biasanya terjadi
diwilayah iklim sub tropis (pegunungan). Pada siklus ini, awan tidak
langsung berubah wujud menjadi air. Namun sebelumnya turun dengan
bentuk salju dan gletser. Berikut penjelasan singkat siklus hidrologi panjang
yaitu air laut akan berevaporasi dan berubah bentuk menjadi uap air karena
panas matahari. Kemudian terbentuklah awan yang didalamnya terdapat
kristal es. Awan tersebut akan mengalami presipitasi dan turun dalam
bentuk salju. Salju inilah akan membentuk gletser. Gletser kemudian akan
berubah menjadi cair akibat dari suhu udara dan akan terciptalah aliran
sungai. Air dari hasil gletser akan bergerak menuju laut.
SIKLUS HIDROLOGI
ORGANISASI ekosistem

Organisasi ekosistem merupakan bagian dari organisasi


kehidupan.
Organisasi ekosistem dimulai dari tingkat individu hingga
mencapai satu kesatuan yang sangat besar dalam bentuk
ekosfer.
Perilaku ekosistem selalu dimulai dari tingkat populasi
sebagai unit terkecil dalam kajian ekologi karena ekologi
menitikberatkan hubungan timbal balik atau interaksi antara
beberapa individu dengan lingkungan.
ORGANISASI ekosistem (lanjutan)

POPULASI
 Populasi adalah kumpulan individu sebuah spesis yang mempunyai
potensi untuk berbiak silang antara satu individu dgn individu lain.
 Populasi adalah sekumpulan individu organisme yang tergolong dalam
satu jenis (spesies) yang dapat melakukan interaksi genetik dengan jenis
bersangkutan dan pada satu waktu tertentu menghuni suatu ruang
tertentu.
 Populasi selalu menyangkut individu, waktu, dan tempat.
 Sifat-sifat khas populasi yaitu kepadatan/kerapatan populasi, naturalisasi
(laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), sebaran umur, potensi biotis,
sifat genetik, pertumbuhan dan perkembangan, perilaku, dam
pemencaran (dispersi).
ORGANISASI ekosistem (lanjutan)

POPULASI
Kepadatan biasanya digunakan untuk hewan dan manusia.
Kerapatan untuk tumbuhan.
Kepadatan menunjukkan hubungan antara jumlah individu
(dalam populasi) dengan ruang yang ditempati pada waktu
tertentu.
Umumnya dinyatakan dengan jumlah individu atau biomassa
populasi persatuan area atau volume.
Contoh : kepadatan penduduk Kota Gorontalo 100 jiwa/km²
; kepadatan phytoplankton 1 juta/liter.
ORGANISASI ekosistem (lanjutan)

POPULASI
 Sepanjang kehidupan suatu populasi, kepadatan / kerapatan berubah-
ubah karena berbagai sebab. Penambahan individu ke dalam populasi
dapat disebabkan oleh kelahiran dan imigrasi, dan pengurangan
individu dalam populasi disebabkan oleh kematian dan emigrasi.
 Ukuran populasi pada suatu waktu tergantung pada keseimbangan
antara kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi.
 Jika jumlah populasi yang masuk ke dalam populasi lebih besar dari
pengurangan populasi maka populasi dinyatakan mengalami
pertumbuhan.
ORGANISASI ekosistem (lanjutan)

POPULASI
 Penyebaran (dispersi) individu-individu sejenis yang membentuk populasi di dalam
suatu ekosistem mengikuti tiga pola dasar, yaitu pola penyebaran bergerombol,
pola penyebaran seragam, dan pola penyebaran acak.
 Penyebaran secara acak jarang terjadi di alam dan dapat terjadi apabila lingkungan
sangat seragam & tidak ada kecenderungan untuk berkelompok.
 Penyebaran seragam terjadi apabila kompetisi antar individu sangat hebat atau
ada anatagonisme positif yg mendorong pembagian ruang yg sama.
 Berkelompok dengan bermacam derajat merupakan pola yang paling umum dalam
populasi dan hampir merupakan aturan apabila dipandang dari sudut individu.
Akan tetapi harap diperhatikan bahwa penyebaran kelompok mendekati acak.
ORGANISASI ekosistem (lanjutan)

POPULASI
 Dari tiga pola dasar penyebaran organisme dapat disusun lima tipe
penyebaran yaitu seragam (uniform) ; acak (random) ; acak berkelompok ;
seragam berkelompok ; dan berkelompok berkumpul.
 Pengambilan sampel populasi untuk ketiga pola terakhir harus dilakukan
secara hati-hati karena dapat memberikan hasil yang sangat berbeda. Contoh
kecil dari populasi dengan penyebaran berkelompok dpt memberi hasil dgn
kepadatan yg terlalu tinggi atau terlalu rendah.
 Kecenderungan organisme untuk berkelompok misalnya waktu berbiak,
membentuk koloni (semut, rayap). Contoh populasi acak ialah kutu beras,
remis dalam lumpur hal ini terjadi karena lingkungan sangat homogen.
ORGANISASI ekosistem (lanjutan)

KOMUNITAS
 Komunitas adalah kumpulan populasi dalam suatu wilayah.
 Komunitas memiliki ciri, sifat dan kemampuan interaksi yang lebih
kompleks dari populasi dari interaksi dari suatu populasi hanya
terbatas antara individu yang sejenis saja, sedangkan interkasi dalam
komunitas dapat berlangsung antar populasi.
 Hubungan antar populasi dapat saling menguntungkandan dapat pula
saling merugikan.
 Jika suatu komunitas telah terbentuk, mau tidak mau populasi satu
dengan populasi lainnya harus dapat hidup secara berdampingan.
SUKSESI

 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat diamati dan


seringkali perubahan itu berupa pergantian komunitas lain. Contoh:
sebuah kebun jagung yang ditinggalkan setelah panen dan tidak ditanami
lagi. Di situ akan bermunculan berbagai jenis gulma yang membentuk
komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, maka dalam
komunitas tersebut akan terjadi pergantian komposisi jenis yang mengisi
lahan tersebut. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi.
• Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem.
• Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang
disebut klimaks.
SUKSESI (lanjutan)

 Apabila suatu komunitas telah mencapai klimaks, maka berarti tercapai


homeostatis (keseimbangan).
 Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan
kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (repons) yang
terkoordinasi dari komponen – komponen terhadap setiap kondisi atau
rangsangan yang cenderung menganggu kondisi atau fungsi normal
komunitas.
 Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang
searah telah terjadi lagi, meskipun perubahan – perubahan internal yang
diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung
secara bersinambung.
SUKSESI (lanjutan)

TAHAPAN – TAHAPAN SUKSESI


• Shukka (1980) menjelaskan suksesi terbentuknya komunitas tumbuhan. Namun prinsip2nya dpt
digunakan utk menjelaskan suksesi komunitas hewan krn perkembangan komunitas hewan
disuatu ekosistem tdk terpisah dari suksesi komunitas tumbuhan dlm suatu ekosistem.
• Tahap – tahap suksesi :
1. Lahan kosong (nudation)
2. Kolonisasi awal
3. Pertumbuhan prioner (ecesis)
4. Pengelompokan antar individu (agregasi)
5. Evolusi hubungan komunitas
6. Invasi
7. Reaksi
8. Stabilisasi
9. Klimaks
SUKSESI (lanjutan)

TAHAPAN – TAHAPAN SUKSESI


1. Lahan kosong (nudation)
• Suksesi ekosistem dimulai dari tanah kosong misal batu cadas, bekas tanah longsor, permukaan
tanah yg tererosi, daerah yang tertimbun lava setelah gunung meletus, batang pohon mati.
• Pada tempat tersebut belum ada organisme yang hidup disana.
2. Kolonisasi awal
• Tempat yg kosong itu biasanya didatangi oleh hewan atau tumbuhan baru.
• Tumbuhan yg smpi ket4 itu biasanya adlh benih2 yg berupa spora, biji, atau potongan batang yg
dpt tumbuh menjadi tumbuhan baru. Benih2 ini dibawa oleh angin, air, hewan, kekuatan lain.
• Pd tahap ini hewan berperan sbg agen yg membawa benih2 organisme ke lahan kosong tsb.
• Hewan yg dtg pertama kali jg merupakan bibit utk terbentuknya komunitas baru di lahan kosong
tsb.
• Contoh : di batang pohon mati terdapat serangga penggerek batang merupakan penghuni
pertama, setelah itu disusul oleh organisme lain.
• Di daerah berbatu yg menjadi pendatang dan penghuni pertama adlh tanaman ganggang bira.
SUKSESI (lanjutan)

TAHAPAN – TAHAPAN SUKSESI


3. Pertumbuhan pioner (ecesis)
• Benih– benih yang tumbuh di lahan kosong tumbuh dan berkembang biak.
• Jenis mikroorganisme yang datang pertama dan menjadi penghuni pemula
dilahan kosong disebut pioner.
4. Pengelompokan antar individu (agregasi)
• Penghuni pemula yg awalnya hanya satu atau beberapa individu yg
berkembang biak menjadi banyak dan membentuk suatu kelompok tertentu.
• Lahan yg luas mgkn didatangi oleh beberapa individu benih atau bibit yg
jatuh atau menetap di t4 yg berbeda shg jarak kelompok yg semula
berjauhan menjadi berdekatan & berbaur menjadi satu kelompok yg besar.
SUKSESI (lanjutan)

TAHAPAN – TAHAPAN SUKSESI


5. Evolusi hubungan komunitas
• Pembauran antara individu yg rapat menyebabkan terjadinya hubungan antara satu individu
dengan individu yang lain baik yang sesama jenis organisme maupun berbeda jenis.
• Hubungan yang mula – mula bersifat netral dapat berubah menjadi eksploitasi (parasitisme),
mutualisme, predas, kompetisi dsb.
6. Invasi
• Selama proses kolonisasi di tempat yang baru, anak – anak dari organisme pioner yang
adaptasinya paling baik terhadap lingkungan mampu bertahan dan terus menyebar atau
mengadakan invasi secara luas.
7. Reaksi
• Organisme yang mengkolonisasi habitat baru tidak hanya terpengaruh oleh kondisi lingkungan,
tetapi juga memberikan reaksi terhadap lingkungannya.
• Misalkan tanah yang dulunya tandus menjadi kaya bahan organik sbg akibat jatuhnya bahan
organik mati berupa sampah tumbuhan dan kotoran hewan.
• Kehadiran & perkembangan organisme di habitat baru jg mengubah kondisi cuaca di daerah tsb.
SUKSESI (lanjutan)

TAHAPAN – TAHAPAN SUKSESI


8. Stabilisasi
• Habitat dan ekosistem yg baru terbentuk itu terus mengalami perubahan baik dlm
hal kondisi lingkungan fisik maupun komponen biotik yg menghuninya.
• Kompetisi antara makhluk hidup & reaksi makhluk hidup thdp lingkungan abiotiknya
berlangsung terus-menerus shg terjadi perubahan struktur pada komunitas.
• Suatu ketika perubahan struktur komunitas itu tdk terjadi lagi atau ekosistem
mencapai keadaan stabil jika ekosistem sudah diduduki oleh populasi2 dominan
• Jika ekosistem sudah didominasi oleh satu atau beberapa populasi organisme
tertentu, maka ekosistem boleh dikatakan tidak mengalami perubahan.
• Perubahan2 yg mgkn terjadi terutama perubahan faktor2 lingkungan abiotik pd
ekosistem yg stabil biasanya tdk merubah struktur komunitas yg ada.
• Proses terbentuknya komunitas yg didominasi oleh jenis2 organisme tertentu shg
ekosistem berada dlm keadaan stabil disebut proses stabilisasi.
SUKSESI (lanjutan)

TAHAPAN – TAHAPAN SUKSESI


9. Klimaks
• Tahap terakhir dari perkembangan ekosistem setelah terjadinya
proses stabilisasi disebut tahap klimaks.
• Komunitas yang terbentuk pd tahap ini disebut komunitas klimaks.
• Hubungan antara jenis-jenis organisme yang dominan pada
komunitas klimaks dgn habitat atau lingkungannya sudah sangat
harmonis dan komunitas klimaks ini bersifat stabil atau tidak
berubah selama kondisi iklim dan keadaan fisiografisnya tetap
sama.
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
• Suksesi terjadi ditempat – tempat yang berbeda.
• Berdasarkan kondisi lingkungan abotik pada awal suksesi, suksesi
dibedakan menjadi :
1. Suksesi primer
2. Suksesi sekunder
• Ada beberapa macam tipe suksesi :
a)Hidrosere
b)Xerosere
c)Serule
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
SUKSESI PRIMER
• Suksesi ini terjadi bila komunitas asal terganggu.
• Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara
menyeluruh (total), sehingga di tempat komunitas asal itu terbentuk habitat baru
atau subtrat baru.
• Pada habitat baru ini tdak ada lagi organisme yg membentuk komunitas asal yg
tertinggal.
• Pada subtrat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas yang baru pula.
• Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan
manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung
berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan
manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak
bumi).
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
SUKSESI PRIMER
• Proses pergantian komunitas lama secara total dengan komunitas baru disebut
suksesi primer.
• Contoh: letusan G. Krakatau pada tahun 1883, tanah longsor, endapan lumpur, dll.
• Terjadi di daerah gundul yang belum pernah dihuni oleh organisme atau ekosistem
rusak yang di dalamnya tidak ada lagi sisa – sisa organisme lama.
• Contoh : suksesi primer terjadi di Gunung Krakatau setelah meletus lebih dari
seratus tahun yang lalu.
• Disana dapat diketahui ciri –ciri suksesi primer, antara lain :
1.Berlangsung secara alamiah.
2.Organisme pioner berasal dari t4 lain.
3.Berlangsung dalam waktu lama.
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
SUKSESI SEKUNDER
• Suksesi ini terjadi jika suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu,
baik secara alami maupun buatan (misalnya akibat kegiatan manusia).
• Gangguan yang terjadi tidak merusak komunitas secara total, sehingga
subtrat lama dan kehidupan masih ada.
• Subtrat inilah yang menjadi tumbuhan pelopor untuk membentuk
komunitas yang terganggu tersebut.
• Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari
komunitas pionir.
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
SUKSESI SEKUNDER
• Gangguan yg menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dpt berasal dari peristiwa
alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi,
banjir, kebakaran, pohon besar yg tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan.
Gangguan yg disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya pembukaan areal hutan.
• Proses pembentukan komunitas yg berasal dari subtrat asal disebut suksesi
sekunder.
• Terbentuknya ekosistem baru di ekosistem lama yg mengalami kerusakan sehingga
menjadi lahan kosong.
• Pada lahan kosong itu masih tersisa benih–benih organisme lama, misal spora, biji,
telur, dll.
• Benih – benih itu merupakan organisme pioner.
• Suksesi ini berlangsung dlm waktu yang pendek.
• Contoh : suksesi di hutan yang ditebang habis tanpa dilakukan reboisasi.
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
SUKSESI HIDROSERE
• Suksei yang terjadi di lingkungan perairan, terjadi di lingkungan air
yang dapat mengalami pendangkalan.
• Misalnya di telaga, rawa atau kolam air.
• Urutan strafikasi tumbuhan dari tengah perairan sebagai berikut :
hydrilla (tumbuhan terendam dlm air) → teratai (tumbuhan air yg
daunnya mengapung) → tifa (tumbuhan yg akar & batang terendam
dlm air ttpi daunnya tegak diatas air) → marsilea (tumbuhan
amfibius) → rumput → semak → pohon besar.
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
SUKSESI XEROSERE
• Suksesi xerosere yang terjadi di tanah kering, termasuk di
tanah berpasir (PSAMOSERE) dan batu2an (LITOSERE).
• Psamosere terjadi dihabitat berpasir daerah tropis yaitu
Ipomea pescaprae → rumput2an → semak → tumbuhan
berpohon → hutan tepi pantai yg lebat.
• Litosere yaitu ganggang → lumut → paku2an → rumput →
semak → pohon.
SUKSESI (lanjutan)

MODEL-MODEL SUKSESI
• SUKSESI SERULE
• Suksesi mikroorganisme di habitat kecil (miniature), batang
tumbang.
• Perubahan komunitas hewan di dalam suksesi sulit diamati karena
hewan bersifat mobile artinya bergerak masuk dan keluar ke dalam
dan ke daur lingkungan yang sedang mengalami suksesi.
• Proses suksesi komunitas hewan yang mungkin dapat diamati
adalah komunitas yang hidup di batang pohon yang mati.
• Diawali dengan tumbuhnya bakteri atau fungi → ganggang →
lumut → paku - pakuan → dan seterusnya.
Prinsip dasar ilmu lingkungan

Prinsip 1 Energi tidak pernah hilang, hanya berubah.


Semua energi yang masuk ke dalam tubuh organisme, populasi, atau
ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau yang
terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya,
tetapi tidak mungkin hilang, atau dihancurkan, atau diciptakan.=>
Hukum Termodinamika I (Hukum Kekekalan energi)
Prinsip 2 Semua proses pengubahan energi tidak cermat.
Tidak ada sistem konversi energi yang sepenuhnya efisien.
Prinsip 3 Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman adalah
kategori sumberdaya alam.
Prinsip dasar ilmu lingkungan
(lanjutan)

Prinsip 4 Mengenai kejenuhan dan ketidakjenuhan.


Untuk semua kategori sumberdaya, kalau pengadaannya sudah cukup tinggi,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberdaya
itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini, takkan
ada pengaruh yang menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumberdaya
(Kecuali Keanekaragaman dan Waktu) kenaikan pengadaan sumberdaya yang
melampaui batas maksimum, bahkan akan mempunyai pengaruh yang merusak
karena kesan peracunan. => Prinsip penjenuhan.
Prinsip 5 Peningkatan pengadaan suatu sumber alam mungkin dapat
merangsang penggunaan sumber alam tersebut.
Ada dua tipe sumberdaya yg berbeda secara mendasar yaitu sumberdaya yg
peningkatan ketersediaannya akan memacu penggunaan selanjutnya, &
sumberdaya yg tdk mempunyai daya pemacu seperti tersebut.
Prinsip dasar ilmu lingkungan (lanjutan)

Prinsip 6 Keturunan (genotip) degan dayapembiakan tertinggi akan sering


dijumpai pada generasi berikutnya.
Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
Prinsip 7 Keanekaragaman yang lebih tinggi pada lingkungan yang stabil.
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan
yang mudah diramal.
Prinsip 8 Tingkat makanan menjadi jenuh oleh keanekaragaman, dengan
kecepatan yang ditentukan oleh sifat.
Sebuah habitat (Lingkungan hidup) itu dapat jenuh atau tidak oleh
keanekaragaman takson. Hal itu bergantung pada bagaimana niche dalam
lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Prinsip dasar ilmu lingkungan (lanjutan)

Prinsip 9 Keanekaragaman sebanding dengan biomassa atau


produktivitas.
Keanekaragaman komunitas apa pun sebanding dengan biomassa
dibagi dengan produktivitasnya
Prinsip 10 Biomassa atau produktivitas meningkat dalam
lingkungan yang mantap.
Perbandingan (rasio) antara biomassa dengan produktivitas (B/P)
naik dalam perjalanan waktu pada lingkungan yang stabil hingga
mencapai sebuah asimptot.
Prinsip 11 Sistem yang mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem
yang belum dewasa.
Prinsip dasar ilmu lingkungan (lanjutan)

Prinsip 12 Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung


kepada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
Prinsip 13 Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan
berlakunya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem
yang mantap (dewasa), yang kemudian dapat menggalakkan
kestabilan kepada populasi.
Prinsip 14 Derajat pola keteraturan naik turun populasi bergantung
kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang
nanti akan mempengaruhi populasi itu

Anda mungkin juga menyukai