Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PEMBANGUNAN EKONOMI DAN SOSIAL POLITIK DI


INDONESIA

DISUSUN OLEH
DHIKA ANDRYANSYAH (J3G917149)

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 yang diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun
II No.7 bersamaan dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem
nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola acuan berpikir; atau jelasnya sebagai
sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus
kerangka arah atau tujuan bagi yang menyandangnya.
Kehidupan NKRI ini tergantung kepada seberapa besar penghargaan warga
Negara terhadap Pancasila, baik dari segi pengkajian dan pengamalan Pancasila itu
sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai tertib hukum tertinggi keberadaan Pancasila tidak dapat diganggu
gugat, karena merubah dan mengamandemen Pancasila sama halnya dengan
membubarkan NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Memang
fakta sejarah membuktikan berkali-kali konstitusi Negara ini diubah-ubah, dimulai
dengan keluarnya peraturan pemerintah yang mengganti sistem presidensil dengan
system parlementer, hingga ditetapkannya konstitusi RIS yang RI merupakan salah
satu Negara bagian saja dari Negara Federal tersebut, sebagai akibat
ditandatanganinya perjanjian KMB. Seiring bergulirnya waktu konstitusi RIS pun
akhirnya diubah. Dengan diadakannya pemilu 1955, yang salah satu tujuannya
adalah memilih anggota konstituante. Dewan Konstituante diberi mandat untuk
menyusun konstitusi baru bagi Negara, namun rencana pembentukan dasar Negara
baru itupun gagal, seiring dengan keluarnya dekrit presiden 5 Juli 1959, yang
menyatakan kembali ke UUD 1945.Suatu pembuktian bahwa rakyat Indonesia
membutuhkan Pancasila untuk merekat persatuan diantara mereka.
Sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, pancasila mengalami
berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik. Karena hal tersebut pancasila
tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara
Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik
penguasa pada saat itu. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila
sebagai sistem nilai acuan, kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau lebih
jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan
sekaligus kerangka arah ataun tujuan bagi yang menyandangnya antara lain adalah
bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang hukum, dan bidang
kehidupan antar umat beragama di Indonesia.
ISI

Pengertian Paradigma Pancasila dalam Ketatanegaraan

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam


ilmu kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische
gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib
hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan
perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila.
Pancasila adalah dasar falsafat Negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu, setiap warga Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila,
sebaiknya kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri
bangsa berikut:
1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan
Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan
baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau
aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara
yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan
negara Indonesia.
3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun
sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa
Indonesia.
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh
karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur
dalam suatu sistem perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara
dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau UUD Negara. Pembagian
kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara,
keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara. Hal
inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Republik Indonesia.

Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau
disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law),
konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Naskah UUD 1945
sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh, dan
Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita Republik Indonesia
Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945 ditetapkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan
Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian
dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.
Adapun ayat yang berhubungan dengan UUD 1945 yaitu dalam surah al-
baqarah. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

(2) َ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ هُدًى ِل ْل ُمت َّ ِقين‬ ُ َ ‫َٰذَ ِل َك ْال ِكت‬


َ ‫اب الَ َري‬

Artinya : "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan pada nya dan petunjuk bagi
orang yang bertakwa."
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas :
1. Pembukaan yang terdiri atas 4 alinea,
2. Batang tubuh yang terdiri atas 37 pasal yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4
pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan
3. Serta penjelasan yang terdiri dari atas penjelasan umum dan penjelasan khusus,
yaitu penjelasan pasal demi pasal.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum
dasar, disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat
singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya
memuat garis-gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang
masih harus berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus
mengalami perubahan.
Semangat para penyelenggara negara dalam menyelenggarakan UUD 1945
sangat penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks
UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD 1945. Dengan semangat
penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam
UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
(pasal 1 ayat 2).
Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai
kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas
melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan
GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR.
Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat
1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik
Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat
2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat
1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya
bersumpah atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9 pasal
24C ayat 1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).
i. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3).
j. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4
ayat 1). Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil
Presiden.
k. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi.
Presiden memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut
UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan
kepada Preisden.
l. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu
kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
m. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala
negara mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat
mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana
kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
n. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1
dan pasal 18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai pemerintah daerah.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka
sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila.
Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan
(sila I Pancasila) dan kemanusiaan (sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang
mendasarkan pada moralitas dam humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi
yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik
selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi
liberal yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia
lain. Sistem ekonomi demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem
sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu. Pancasila bertolak dari manusia
sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek.
Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan
pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi
kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak
dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus
mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan
bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan,
penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk
sebesarbesar kemakmuran/kesejahteraan rakyat - yang harus mampu mewujudkan
perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat
(tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang telah berpihak pada ekonomi
besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan
kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan
ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah
koperasi.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program
kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih
mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan
demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat
dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis
berperanan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat
melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.

Kriteria Pengukuran Keberhasilan Pembangunan Ekonomi

Terdapat beberapa factor yang terjadi ukuran keberhasilan pembangunan


ekonomi, yaitu sebagai berikut.
a. Pendapatan Nasional
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi menandakan kapasitas produksi
nasional yang tinggi. Hal ini berarti jumlah barang dan jasa yang
dihasilkanbesar dan tingkat kesempatan kerja tinggi. Dengan demikian,
pembangunan ekonomi dapat dianggap berhasil.
b. Pendapatan per Kapita
Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat juga diukur dengan pendapatan
per kapita. Tinggi-rendahnya pendapatan per kapita dapat menggambarkan sejauh
mana kemampuan penduduk untuk mengonsumsi barang-barang hasil produksi.
Pendapatan per kapita memberikanpetunjuk mengenai kemampuan yang dicapai
oleh sebuah negara dalam memenuhi kebutuhan warganya.
c. Distribusi pendapatan
Distribusi pendapatan yang merata juga merupakan ukuran yang penting.
Jika hanya sebagian kecil penduduk yang berpenghasilan tinggi, sedangkan yang
lainnya berpendapatan rendah, keberhasilan pembangunan belumlah sempurna.
Distribusi pendapatan yang timpang atau tidak merata juga tidak
bermanfaat bila ditinjaudari kemungkinan investasi karena penduduk
berpenghasilan tinggi biasanya konsumtif.
d. Peranan sektor industri dan jasa
Pada umumnya semakin besar kontribusi sektor industri dan jasa, maka
akan semakin maju suatu negara. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa
besarnya proporsi kontribusi sektor industri dan jasa merupakan salah satu indikasi
yang penting bagi tingkat kemajuan ekonomi.
e. Kesempatan kerja
Apabila suatu negara mampu mempertahankan tingkat kesempatan kerja
yang tinggi (full employment) berarti masyarakat mampu mempercepat laju
perkembangan ekonominya. HaI ini dapat dilihat dari meningkatnya investasi,
meningkatnya lapangan kerja baru, dan berkurangnya pengangguran.
f. Stabilitas ekonomi
Tingkat perekonomian yang stabil meliputi stabilitas tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja serta tingkat harga mempengaruhi pasar produk dalam negeri.
Suatu negara dikatakan berhasil di dalam perkembangan ekonominya apabila
mampu menjaga stabilitas ekonominya.
g. Neraca pembayaran luar negeri
Pada umumnya setiap negara menginginkan agar neraca pembayarannya
seimbang sebab jika neraca pembayaran mengalami defisit berpengaruh terhadap
kredibilitas negara tersebut. Apalagi bila neraca pembayaran mengalami surplus.
Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan kondisi seimbang karena berpengaruh
terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut.

Pancasila Sebagai Paradigma Sosial Politik


Sosiologi politik adalah sebuah penyelidikan antara masalah-masalah yang
berkesinambungan antara masyarakat dan politik. Konsep sosiologi politik
menyangkut empat konsep yaitu sosialisasi politik, partisipasi politik, rekruitmen
politik dan komunikasi politik.
Peran sosiologi politik adalah sebagai kajian yang bersifat implisit. Dalam
pembahasannya terdapat nilai-nilai yang dapat dikaji dalam keterkaitan system
politik, tetapi tidak terdapat kajian idiologis didalamnya. Sosiologi politik
dipandang sebagai ilmu Negara yang melibatkan urusan kenegaraan dan suatu
masyarakat.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:
1. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan Negara
3. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat
4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.
Proses pembangunan politik negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila
pancasila, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara seperti
memfitnah, memprovokasi, dan menghasut rakyat harus segera di akhiri. Selain itu,
perwujudan pancasila dalam pengembangan kehidupan politik dapat dilakukan
dengan cara:
1) Mewujudkan tujuan negara demi peningkatan harkat dan martabat manusia
indonesia.
2) Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik,
bukan hanya sebagai objek politik penguasa semata.
3) Sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar
kemanusiaan, sehingga sistem politik negara harus mampu menciptakan
sistem yang menjamin perwujudan hak asai manusia.
4) Para penyelenggara negara dan para politisi senantiasa memegang budi
pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat
Indonesia.

Melihat keadaan sosial politik di Indonesia yang semakin miris, tentunya


diperlukan suatu perubahan. Perubahan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia.
Dan dalam hal ini peran pemudalah yang sangat dibutuhkan, khususnya peran
mahasiswa. Karena mahasiswa merupakan aktor dalam pembangunan dan
perubahan.
Oleh karenanya untuk menumbuhkembangkan itu diperlukan suatu Peran
Mahasiswa dalam Sosial Politik, untuk sama-sama bergerak dalam satu tujuan yaitu
membuat Indonesia maju, membuat perubahan bangsa ini menjadi baik dan lebih
baik lagi.
Sebagai seorang pemuda, mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang
sangat besar dalam pembangunan nasional, diantaranya adalah meningkatkan
kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan daya saing dan
kemandirian bangsa. Oleh karena itu, menurut UU kepemudaan, para pemuda dan
juga mahasiswa harus mampu berperan sebagai Agent Of Change, Social Control,
dan Iron Stock. Peran mahasiswa sebagai agent of change / agen perubahan,
perubahan yang dimaksud ialah perubahan kearah yang lebih baik / positif.
Perubahan dalam diri sendiri merupakan hal utama yang harus dirubah. Dengan
mahasiswa sebagai agen perubahan, mahasiswa diharapkan mampu mendorong,
memotivasi, dan mempelopori terjadinya pembaharuan. Peran mahasiswa sebagai
social control dengan meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat, dengan
berbagi bantuan moril dan materiil kepada masyarakat dan bangsa. Dan peran
mahasiswa yang terakhir ialah iron stock berarti mahasiswa sebagai calon
pemimpin bangsa masa depan yang akan menggantikan generasi yang sebelumnya.
Mahasiswa haruslah aktif di bangku perkuliahan untuk mengembangkan softskill,
leadership untuk menjadi calon pemimpin masa depan.
PENUTUP
Kesimpulan

Secara umum Pancasila merupakan dasar cita-cita reformasi di bidang


hukum, politik, ekonomi dan bidang pendidikan tidak mungkin dilakukan dengan
pemikiran secara teori namun haruslah mendasar dan memiliki landasan yang mana
bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai paradigma bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ini
dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai acuan setiap warganegara utamanya para
penyelenggara negara dan pemerintahan dalam menentukan kebijakan,
melaksanakan kegiatan dan mengadakan evaluasi hasilnya serta dalam menghadapi
berbagai dinamika perubahan.
Dalam pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu
negara dengan tujuan mengembangkan kegiatan ekonomi. Keberhasilan
pembangunan suatu negara terletak pada pelaku utama atau subjek dari aktivitas
pembangunan ekonomi itu sendiri. Pelaku utama tersebut yaitu masyarakat.
Keberhasilan pembangunan ekonomi akan berakibat pada kesejahteraan
masyarakat di dalam suatu negara karena dengan adanya pembangunan ekonomi,
kekayaan negara dan masyarakat akan meningkat.
Sosiologi politik adalah ilmu tentang kekuasaan, pemerintahan, otoritas,
komando, di dalam semua masyarakat manusia, tidak hanya di dalam masyarakat
nasional. Konsep ini pada dasarnya, memfokuskan pada perbedaaan antara
pemerintah dan yang diperintah. Dalam setiap kelompok manusia, mulai dari yang
terkecil hingga yang terbesar, mulai dari yang rapuh hingga yang paling stabil
terdapat orang yang memerintah dan mereka yang mematuhinya, terdapat mereka
yang membuat keputusan dan orang-orang yang menaati keputusan yang
bersangkutan.

Saran

Dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, pancasila harus


mewarnai gerak langkah, sikap dan perilaku kita. Sebagai landasan hidup pancasila
harus dipahami secara mendalam, menyeluruh, dan kontekstual.

Anda mungkin juga menyukai