Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa saat ini pemahaman warga untuk memperoleh air minum yang

memenuhi ketentuan kesehatan terus bertambah. Bersamaan dengan majunya

teknologi diiringi dengan terus banyaknya sibuknya kegiatan manusia hingga

warga cenderung memilah metode yang lebih instan dengan relatif yang relatif

murah dalam penuhi kebutuhan air minum paling utama di wilayah perkotaan.

Kebutuhan air minum di warga terus bertambah sedangkan warga terus menjadi

susah memperoleh air minum dengan mutu baik yang berasal dari air tanah

ataupun air dari Industri Wilayah Air Minum( PDAM), sehingga salah satu

pemenuhan kebutuhan air minum yang jadi alternatif ialah dengan memakai air

minum isi ulang( Ma’ arif, dkk, 2017)

Air ialah sumber energi alam yang penuhi hajat hidup orang banyak

sehingga butuh dilindungi supaya bisa senantiasa berguna untuk hidup serta

kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain. Air selaku komponen sumber

energi alam yang sangat berarti hingga wajib dipergunakan untuk kemakmuran

rakyat. Air butuh dikelola supaya ada dalam jumlah yang nyaman, baik kuantitas

ataupun kualitasnya, serta berguna untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup

yang lain supaya senantiasa berperan secara ekologis, guna mendukung

pembangunan yang berkepanjangan. Air digunakan oleh manusia buat bermacam

kehidupannya tiap hari, bukan cuma buat minum, tetapi pula buat pertanian,

perikanan, industri, peternakan, pertambangan, tamasya, olah raga, serta


sebagainya. (Latuconsina,dkk,2020 ).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, salah satu target

MDG adalah untuk mengurangi setengah dari proporsi populasi yang tidak

memiliki akses pasokan air minum pada tahun 2015. Sementara target MDG ini

terpenuhi, hari ini masih ada sekitar 1,8 miliar orang menggunakan air yang tidak

aman dari segi kontaminasi mikroba dan lebih dari 663 juta orang hidup tanpa

peningkatan pasokan air di dekat rumah (Pérez and Brown, 2017).

Salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan makhluk hidup adalah air.

Air diperlukan oleh mahluk hidup untuk digunakan dalam berbagai keperluan

sepertimandi, memasak dan mencuci. Berdasarkan perhitungan WHO, kebutuhan

air masyarakatdi negara berkembang adalah 30–60 liter/orang/hari, kebutuhan air

di negara-negara maju memerlukan 60–120 liter/orang/hari (Suyono,Dkk, 2010) .

Kebutuhan air juga semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk. Tingginya tingkat pencemaran air menjadi salah satumasalah dalam

pengolahan air. Berbagai macam upaya dilakukan terus menerus untuk

memperoleh sumber air yang layak atau memenuhi syarat, khususnya air minum

(Dewanti, dkk, 2017).

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

No. 651 / MPP / KEP / 10 / 2004. Mengenai Persyaratan mutlak Depot dan

Perdagangan Air. Pasal 7 ayat (3) menyatakan bahwa “Depot Air Minum hanya

diperbolehkan menyediakan wadah tidak bermerek atau wadah yang tidak dapat

disangkal” Ayat (1) telah mengatur bahwa “Depot Air Minum hanya

diperbolehkan untuk sekaligus mempromosikan produknya kepada pembeli di


area depot dengan cara mengisinya. Galon dibawa oleh pelanggan atau disediakan

depot ".Ayat (2), yaitu “Depot Air Minum dilarang menyimpan barang dagangan

air minum dalam wadah yang disiapkan untuk dijual”. (Baihaqi,dkk,2020)

Masalah utama yang sering dihadapi dalam pengolahan air adalah semakin

tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari limbah

rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus

dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan

kebutuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Hal ini juga dikarenakan dalam pengelolaannya air minum isi ulang rentan

terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri E.coli

(Sunarti, 2016).

Depot Air Minum (DAM) adalah usaha yang melakukan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual

langsung kepada konsumen (Tatuwo,2020). Ada beberapa aturan yang sudah ada

mengenai depot air minum isi ulang. yaitu mengenai persyaratan kualitas air

minum yang sudah diatur di Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang ambang

batas parameter wajib, misalnya mengenai mikrobiologi seperti (bakteri E.coli),

mengenai kimia seperti (unsur-unsur kimia argon, fluor, crom, dll), dan yang

tidak berhubungan langsung seperti bau, suhu, dll, serta parameter tambahan yang

jarang ditemukan. (Tatuwo,2020)

Air minum yang dikomsumsi masyarakat perlu untuk mendapatkan

pengawasan agar tidak mengganggu kesehatan, haruslah diperhatikan kualitas air

minum pada depot dalam pemenuhan kebutuhan air minum sesuai dengan
Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum, dimana air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia,

mikrobiologi dan radioaktif (Tatuwo,2020).

Pemenuhan kebutuhan minuman, kebutuhan warga hendak air minum

bersih serta sehat terus menjadi bertambah. Pada dikala saat ini telah banyak

sekali usaha yang memudahkan kebutuhan orang dalam penuhi kebutuhan air

minum semacam depot air minum yang berlomba– lomba mencari pelanggan

senantiasa buat usahanya. Dengan terdapatnya depot air minum ini, memudahkan

warga supaya tidak membuang– buang waktu buat mempersiapkan air minum

yang dibutuhkan tiap harinya sebab lumayan memesan air minum isi ulang tanpa

butuh memasak air terlebih dulu, namun sangat disayangkan warga kurang begitu

hirau dengan mutu air minum yang disantap tersebut apa telah penuhi standar

kualitas yang telah diresmikan atau pun belum (Abidin, 2017).

Mengkonsumsi air minum yang tidak higiene dapat menyebabkan

gangguan saluran pencernaan , salah satu usaha agar terhindar dari penyakit

tersebut dengan mencermati mutu air minum yg dikonsumsi. Mengenali mutu air

minum perlu dilakukan uji laboratorium salah satunya dengan uji bakteriologis.

Air minum harus terbebas dari E.coli, terbebasnya dari bakteri ini diharapkan

tidak terdapatnya patogen lain karna tercemarnya sumber air minum oleh kuman

serta cemaran lain bisa berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Kedatangan

DAMIU di lingkungan masyarakat menunjang upaya mewujudkan masyarakat

sehat sebab memperluas jangkauan mengkonsumsi air bersih, Namun DAMIU

jadi cenderung bermasalah saat dihadapkan dengan kepentingan bisnis.

Indikator pencemaran mikroba air minum adalah total Coliform dan


Escherichia coli (E. coli). Total Coliform adalah suatu kelompok bakteri yang

digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran syarat dan pengawasan

kualitas kandungan coliform dalam air bersih yaitu 50/100 ml untuk air sumur dan

10/100ml untuk perpipaan . Syarat dan Pengawasan kualitas air minum,

dipersyaratkan bahwa kadar E coli dalam air minum adalah 0 per 100 milimeter

(ml) air harus dipenuhi (Permenkes,2017). Bila air tidak jernih, berwarna tertentu,

ada kotoran melayang dan berbau maka bisa dikategorikan sebagai air tidak layak

minum.

Kualitas air minum secara biologis sangat penting, karena di antaranya

dapat mengakibatkan diare. Salah satu kasus diare yang telah terjadi adalah kasus

diare di Kelurahan Terjun Kota Medan dengan angka diare yang tergolong tinggi

pada tahun 2018 sebanyak 407 kasus (48,16% pasiennya adalah balita) dan tahun

2019 ada 474 kasus (36,29% pasiennya balita) (Profil Dinas Kesehatan Sumatera

Utara, 2020) Penyebab dari kasus diare tersebut karena sumber air yang tercemar

oleh tinja sehingga air minum yang dikonsumsi mengandung bakteri Eschericia

coli didalamnya (Melviana, Meithyra et al, 2020).

Pemeliharaan peralatan air minum isi ulang merupakan salah satu dari

kajian yang harus di perhatikan kebersihannya sehingga peralatan air minum isi

ulang terbebas dari kontaminasi oleh bakteri E.coli . kurangnya kesadaran

produsen untuk melakukan pemeliharaan peralaatan dapat menyebabkan

terkontaminasi nya bakteri E.coli dengan melakukan upaya untuk pemeliharaan

peralatan air minum isi ulang dengan cara melakukan kontrol setiap bulannya

peralatan tersebut sehingga peralatan yg di gunakan untuk air minum isi ulang

terjaga dan terbebas dari bekteri yang dapat membahayakan kalangan


masyarakat .

Ada pula komponen higiene penjamah yang diamati dalam riset ini harus

dalam keadaan sehat( tidak lagi mengidap diare, bisul, penyakit kulit, batuk, dll

serta pilek dikala wawancara), sikap higienis dikala bekerja, melaksanakan

pengecekan kesehatan, serta higiene sanitasi DAM.

Kesadaran masyarakat termasuk masyarakat Kota Sibolga kian meningkat

untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat kesehatan , tahun terakhir ini usaha

air minum isi ulang di Kota Sibolga kian bertambah sehingga air minum isi ulang

menjadi salah satu kajian dalam rangka menganalisis pemeliharaan perlengkapan

dan pengawasan pengelolaan air minum isi ulang terhadap mutu bakteriologis .

Berdasarkan hasil observasi awal depot air minum isi ulang di wilayah

Kota Sibolga berjumlah 42 depot yang lokasinya terletak di beberapa Kecamatan

yaitu 10 depot terletak di Kecamatan Sibolga Selatan, 10 depot terletak di

Kecamatan Sibolga Sambas, 12 depot terletak di Kecamatan Sibolga Kota dan 10

Depot terletak di Kecamatan Sibolga Utara Selain itu, salah satu sumber air

minum yang banyak dikonsumsi masyarakat Kota Sibolga adalah air minum yang

diperoleh dari depot air minum isi ulang. Berdasarkan hasil dari wawancara awal

dengan petugas labkesda dan puskesmas, masih banyak depot air minum isi ulang

di Kota Sibolga yang belum melakukan pemeliharaan peralatan yang sesuai

standar dan pengawasan higiene sanitasi depot air minum, serta belum adanya

pemeriksaan rutin terhadap kualitas air minum yang di produksi oleh depot air

minum isi ulang.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah tentang penelitian ini bagaimana analisis

pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengelolaan air minum isi ulang

terhadap kualitas bakteri di kota sibolga

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan

pengelolaan air minum isi ulang terhadap kualitas bakteri E.coli

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pemeliharaan peralatan dengan jumlah e.coli

2. Untuk mengetahui pengawasan pengelolaan dengan jumlah e.coli

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan pemikiran dan

perkembangan tentang bakteri E.coli pada air minum isi ulang dan bahan

pembelajaran bagi program studi kesehatan masyarakat

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

menambah wawasan mengenai kualitas air minum isi ulang

2. Bagi Kota Sibolga

Penelitian ini diharapkan dapat menunjang kebijakan yang dilakukan

secara rutin dalam pemeriksaan air minum isi ulang supaya kualitas air minum isi

ulang terjaga dengan baik

3. Bagi Stikes Nauli Husada

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang manfaat

pemeliharaan dan pemeriksaan terhadap jumlah E.coli dan dapat menambah

bahan mata kuliah kesehatan lingkungan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depot Air minum isi ulang

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) atau dalam tulisan ini selanjutnya

disebut Depot Air Minum (DAM) adalah usaha industri yg melakuakan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumenn

(Kemenkes RI, 2014) . DAMIU merupakan tubuh usaha yang mengelolah air

minum buat keperluan warga dalam wujud curah serta tidak dikemas. Bila dilihat

dari biayanya, air minum isi ulang lebih murah dibanding dengan air minum

dalam kemasan. Walaupun harga air minum isi ulang lebih murah, tidak seluruh

depot air minum isi ulang kualitasnya terjamin. Warga masih meragukan sebab

belum terdapatnya data yang jelas terpaut proses ataupun peraturan tentang

peredaran serta pengawasan air minum isi ulang( Mila, Dkk, 2020)

Air isi ulang adalah air yang mengalami pengolahan khusus melalui proses
chlorinasi, aerasi, filtrasi dan penyinaran dengan sinar ultraviolet. Air isi ulang

biasanya tidak habis dalam sehari melainkan dalam beberapa hari bahkan kadang

sampai 1-4 minggu bergantung pada penggunaan. Air yang semakin lama

disimpan memungkinkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang akan

berkembang menjadi bakteri pathogen (Marhamah, dkk, 2020). Masalah utama

yang sering dihadapi dalam pengolahan air adalah semakin tingginya tingkat

pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga maupun

limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan

sumber air, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan akan air minum yang

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hal ini juga dikarenakan dalam

pengelolaannya air minum isi ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai

mikroorganisme terutama bakteri coliform (Sunarti, 2016).

2.1.1 Proses Pengolahan Depot Air Minum Isi Ulang

Pada pengelolaan air minum pada masing masing depot melaului 2

proses desinfeksi ialah proses filtrasi serta disinfeksi. Pada proses filtrasi, air

novel dari tendon dialirkan ke filter pasir silika yang berperan menyaring partikel-

partikel halus dari dan kurangi tingkatan kekeruhan air baku, setelah itu

dilanjutkan dengan filtrasi dengan filter karbon aktif yang berperan melenyapkan

polutan mikroo semacam zat organik, bau, deterjen, senyawa phenol, dan

menyerapkan logam berat. Berikutnya air dialirkan ke filter catridge. Catridge

mempunyai dimensi yang bermacam- macam dari mikron- 10 mikron.ilter

catridge berperan melenyapkan sisa partikel halus sehingga air jadi leih jernih.

Sehabis segala proses filtrasi berakhir, dilanjutkan ke sesi desinfeksi, ialah dengan

memakai teknologi cahaya ultraviolet( UV), ozomisasi, reverse Osmosis( RO),


ataupun campuran dari sebagian tekonologi tersebut. Proses disinfeksi berperan

buat menewaskan kuman pathogen. Berikutnya air masuk kedalam proses

pengemasan ialah pengisian galon konsumen yang sudah disterilasasi serta di

tutup rapat. Bersumber pada hasil survei, ada 42 depot air minum isi ulang dengan

mennggunakan 3 tipe teknologi desinfektasi, ialah Cahaya Ultraviolet( UV),

Cahaya UV- Ozone, serta Revernse Osmosis( RO). Buat sumber air baku berasal

dari air pegunungan serta air Pdam.

2.1.2 Regulasi Kesehatan Depot Air Minum Isi Ulang

Regulasi kesehatan DAM menurut Peraturan Kementerian Kesehatan RI

No. 651/MENKES/PER/IX/2014 Pasal 3 tentang Persyaratan teknis depot air

minum dan perdagangannya ini telah diatur berupa parameter persyaratan kualitas

fisik, kimia, biologi untuk produk air minum isi ulang yang harus

dipatuhi.persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaam air minum paling sedikit

meliputi aspek tempat,peralatan dan penjamah.

Kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap kualitas AMIU dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. Untuk pemeriksaan kualitas bakteriologis,

untuk menjamin air minum memenuhi standar baku mutu atau persyaratan

kualitas air minum sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a,DAM wajib

melaksanakan tata laksana pengawasan kualitas air minum sesuai ketentuan

peraturan perundangan-undangan.

2.1.3 Regulasi Perdagangan Depot Air Minum Isi Ulang

Sesuai dengan Kepmenperindag RI No. 651/MPP/KEP/10/2004 tentang


persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya. Dijelaskan bahwa

DAMIU wajib memnuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Memiliki izin operasi tanda daftar industry (TDM) dan tanda daftar

usaha

2. Memiliki surat jaminan pasok air baku dari perusahaan yang memiliki

izin pengambilan air dari instansi yang berwenang.

3. Wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari

laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah

Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.

2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi Bakteri depot air minum

Hygiene sanitasi depot air minum adalah upaya untuk mengendalikan

faktor resiko terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan

penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi .

2.2.1 Bangunan dan tempat pada depot air minum isi ulang

Sesuai dengan Kepmenperindag RI No. 651/MPP/KEP/10/2004 tentang

persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya. Dijelaskan bahwa

DAMIU wajib memnuhi persyaratan sebagai berikut

a) Lokasi bangunan bebas sampah dan bau busuk

b) Bangunan ditutup dengankaca dengan peintu yg transparan

c) Luas lantai bangunan minimal 2m x4m

d) Dinding bangunan kedap air, kedap air tidak licin, rata dan kering

e) Lantai bangunan bersih, kedap air tidak licin, rata dan kering
f) Tersedia ventilasi bangunan berfungsi dengan baik untuk sikuasi udara

dalam ruangan bangunan

g) Langit-langit tinggi minimal 2,4 m, rat, b, tidak terdapat lubang-lubang

dan dicat terang

h) Atap bangunan tidak bocor, dan tidak jadi tempat sarang tikus dan

serangga

i) Tempat pencucian galon dan tempat pengisian galon terpisah

j) Menyediakan tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun antiseptik dan

alat pengering

k) Menyediakan tempat sampah dari bahan kedap air yg menggunakan

tutup dan dipastikan diangkat dalam 24 jam .

2.2.2 Penjamah Depot air minum isi ulang

Penjamah depot air minum isi ulang juga mempengaruhi kualitas air yang

dihasilkan. Penjamah harus dengan keadaan sehat untuk menghindari kontak

dengan sumber penyakit dan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air

minum. Hanya sebagaian kecil penjual sekaligus operator pada depot air minum

yang mengerti tentang kebersihan baik tempat proses air, lingkungan sekitar,

pakaian yang dikenakan, dan kebersihan diri sendiri, mencuci tangan, adalah hal

kecil yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan. Penjamah harus melakukan

pelatihan agar memahami hal-hal yang jika terjadi kontaminasi dapat

memindahkan bakteri dan virus pathogen dari tubuh, atau sumber lain ke

makanan/minuman (Walingitan, 2016)

2.2.3 Peralatan depot air minum isi ulang


Alat yang paling penting dalam DAMIU adalah filter dan sinar UV. Kedua

alat ini berfungsi untuk menyaring dan membunuh kuman dan bakteri yang ada

dalam air. Proses Pengelolaan air minum yang penting adalah filtrasi atau

penyaringan dan desinfeksi.

Proses filtrasi ini memisahkan kontaminasi tersuspensi dan memisahkan

campuran yang berbentuk koloid termaksud mikroorganisme dalam air. Filter dan

purifler yang digunakan pada depot air minum isi ulang harus dicuci setiap 10 hari

sekali. Sedangkan sinar ultraviolet (UV) berfungsi sebagai strelisasi unrtuk

mengelolah air minum yang akan dijual (Walingitan, 2016)

2.3 Air Minum

2.3.1 Pengertian Air Minum

Air minum harus memenuhi standar uji fisik (fisika), antara lain derajat

kekeruhan, bau, rasa, jumlah zat padat terlarut, suhu, dan warnanya .

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 2017 tentang

Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum, disebutkan bahwa air minum

adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan .

2.3.2 Jenis air minum

Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum, jenis air minum

adalah air yang di distribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga, air

yang di distribusikan melalui tangki, air kemasan, dan air yang digunakan untuk

produksi bahan makanan yang disajikan kepada masyarakat. Jenis air minum

tersebut harus memenuhi syarat kesehatan air minum (Kemenkes, 2017)


2.3.3 Sumber air baku untuk air minum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republic Indonesia No. 122 tahun

2015 tentang Pengembangan System Penyediaan Air Minum, bahwa yang

dimaksud dengan air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya

disebut air baku adalah air yang berasal dari sumberair permukaan, cekungan air

tanah atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk

minum. Adapun jenis air baku yang digunakan untuk air minum diantaranya yaitu

(Pemerintah RI, 2015) :

1. Air Tanah/ Sumur Air yang berasal dari dalam tanah, Air Tanah Dalam

atau disebut juga sebagai Artesis merupakan air tanah yang terletak di antara

lapisan akuifer dan batuan kedap air, contohnya ada pada pada sumur

artesis. Air Artesis juga disebut dengan air tanah dalam, karena dapat ditemukan

pada kedalaman 30 -80 meter dari permukaan tanah selain itu air tersebut banyk

yg terkontaminasi dengan bakteri e.coli yg berasal dari dari kotoran hewan dan

manusia

2. Air baku dari PDAM yang berasal dari sumber air tidak semerta-merta

dapat langsung digunakan untuk kebutuhan air bersih di dalam bangunan. Air

tersebut terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan

kontinuitas. Untuk menjaga kualitas dari air baku tersebut, biasanya air akan

mengalami proses pengolahan. Pengolahan ini secara umum dapat dilakukan

dengan 3 cara: fisika, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisika biasanya

dilakukan dengan memanfaatkan sifat makanis dari air tanpa tambahan zat kimia.

Contoh penerapannya adalah pengendapan, adsorbsi, filtrasi, dll. Pengolahan


secara kimiawi tentu saja dengan penambahan zat kimia seperti tawas, klor, dll

yang biasanya untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air.

Sedangkan pengolahan secara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme

tertentu yang dapat membantu menjernihkan air.

3. Mata air/ Air Pegunungan Air yang keluar dari mata air tanah adalah

bersih. Air ini mengalami penyaringan oleh batuan sehingga bersifat jernih dan

bersih. Air yang bersumber dari pegunungan/ mata air bersifat tawar atau tidak

berasa, karena mengandung banyak garam karbonat. Garam karbonat bersumber

dari batuan-batuan yang dilewati oleh air, seperti mineral kalsium (Ga) dan

phosphor (P).

2.4 Persyaratan Kualitas Air minum

Untuk menjamin bahwa suatu system penyediaan air minum adalah aman,

higienis dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para

pemakai air maka harus terpenuhi suatu persyaratan kualitas. Dalam perencanaan/

pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum (sumber, waduk, jaringan distribusi)

harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan

peraturan menteri kesehatan RI No. 32 tahun 2017 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum, adapun persyaratan kualitas ir minum yaitu

sebagai berikut (Kemenkes, 2017) :

2.4.1 Persyaratan Bakteriologis

Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E. Coli atau

fecal coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut harus

dipenuhi oleh air minum, air yang masuk sistem distribusi dan air pada system
distribusi. Air minum tidak boleh mengandung kumankuman patogen dan parasit

seperti kuman-kuman thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis. Untuk

mengetahui adanya bakteri pathogen dapat 14 dilakukan dengan pengamatan

terhadap ada tidaknya bakteri E.coli yang merupakan bakteri pencemar air.

Parameter ini terdapat pada air yang tercemar oleh tinja manusia dan dapat

menyebabkan gangguan pada manusia berupa penyakit perut (diare) karena

mengandung bakteri pathogen. Proses penghilangannya dilakukan dengan

desinfeksi.

2.4.2 Persyaratan Kimiawi

Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah

tertentu yang melampaui batas. Bahan kimia yang dimaksud tersebut adalah bahan

kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan. Beberapa persyaratan

kimia tersebut antara lain (Kemenkes, 2017) : pH, Zat padat, total solid, zat

organik,Besi, Mangan,Tembaga kesat,seng, klorida,nitrit.

2.4.3 Persyaratan Kimiawi

Air minum secara fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi diantaranya yaitu (Kemenkes, 2017)

1. Bau disebabkan oleh adanya senyawa yang terkandung dalam air seperti

gas H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol dan lain – lain. Pengukuran

biologis senyawa organik dapat menghasilkan bau padat zat cair dan gas.

Bau yang disebabkan oleh senyawa organik ini selain mengganggu dari

segi estetika, juga beberapa senyawa dapat bersifat karsinogenik.

Pengukuran secara kuantitatif bau sulit diukur karena hasilnya terlalu


subjektif (Kemenkes, 2017).

2. Kekeruhan Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total Suspended

Solid baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat organik berasal

dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan zat anorganik biasanya

berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat organik dapat menjadi

makanan bakteri sehingga mendukung perkembangannya. Kekeruhan

dalam air minum tidak boleh lebih dari 5 NTU (Kemenkes, 2017).

3. Rasa Syarat air bersih/minum adalah air tersebut tidak boleh berasa. Air

yang berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat

membahayakan kesehatan. Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa

tersebut. Sebagai contoh rasa asam dapat disebabkan oleh asam organik

maupun anorganik, sedangkan rasa asin dapat disebabkan oleh garam

terlarut dalam air (Kemenkes, 2017).

4. Suhu Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara 250C dengan batas

toleransi yang diperbolehkan yaitu 250C + 30C. Suhu yang normal

mencegah terjadinya pelarutan air kimia pada pipa, menghambat reaksi

biokimia pada pipa dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Jika suhu air

tinggi maka jumlah oksigen terlarut dalam air akan 17 berkurang juga

akan meningkatkan reaksi dalam air (Kemenkes, 2017).

5. Warna Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk

alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia

maupun organisme yang berwarna. Air yang telah mengandung senyawa

organik seperti daun, potongan kayu, rumput akan memperlihatkan warna


kuning kecoklatan, oksida besi akan menyebabkan warna air menjadi

kemerah – merahan, dan oksida mangan akan menyebabkan warna air

kecoklatan atau kehitaman (Kemenkes, 2017).

2.5 Kerangka Konsep

Usaha Depot Air


Minum Isi Ulang

Pelaksanaan Pemeliharaan
Kualitas Air Minum
Peralatan dan Pengawasan
Isi Ulang
Pengelolaan Air Minum Isi
Ulang

Uji Laboratorium

E.coli
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantatif yaitu

bertujuan untuk meganalisis secara laboratorium tentang kandungan bakteri E.coli

pada air minum isi ulang di Kota Sibolga.

3.2 Lokasi dan Waktu

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Sibolga, pengambilan sampel dan observasi dilakukan di usaha depot air minum

isi ulang di wilayah kota sibolga tahun 2021

3.2.2 Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan dari bulan april - juni,

dengan kegiatan seperti : penulisan literature, studi pendahuluan, konsul proposal,

penyusunan proposal, sidang proposal, penelitian, penyusunan hasil penelitian,


Ujian skripi.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua usaha depot air minum isi ulang

di wilayah kota sibolga sebanyak 42 depot.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah popolasi sebanyak 42 air isi ulang

3.4 Metode pengumpulan data

Data diperoleh dari hasil obeservasi langsung ke lokasi dan melakukan

wawancara ke pemilik usaha air minum isi ulang.

3.5. Analisa Data

Data yang diperoleh dengan observasi langsung akan dilakukan

pengamatan laboratorium jumlah bakteri E.coli pada air minum isi ulang di

Labkesda kota sibolga.

3.5.1. Univariate

Berdasarkan hasil dari laboratorium, akan dilaksanakan analisis bivariate


dengan cara membuat frekuensi E-coli yang terdapat di air minum isi ulang untuk

daerah kota sibolga.

Anda mungkin juga menyukai