Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang terjadi akibat perubahan sel

tubuh yang mempengaruhi fungsi organ keseluruhan yang meningkat setiap

tahunnya secara global. DM disebabkan oleh terganggunya metabolisme yang

bersifat kronik dengan tanda adanya peningkatan kadar gula darah. Berbagai

penyakit lain muncul karena tidak terkontrolnya kadar gula darah. Komplikasi

dapat timbul akibat kadar gula darah seperti penyakit neuropati, peningkatan

tekanan darah, penyakit jantung koronel, retinopati, gangrene (Mihardja, 2012).

Usaha pencegahan agar tidak terjadi penyakit penyerta lain perlu di lakukan

pengendalian kadar gula dengan melakukan olahraga, diet, dan konsumsi obat

diabetes. Nilai kadar gula darah yang baik antara 80-200ml/dl trigelsildah

≥150mg/dl. Indeks masah tubuh dengan nilai 18,5-23kg/m2 serta td 130/80mm

hg. (Perkeni, 2012).

DM adalah sekumpulan penyakit metabolisme dimana meningkatnya gula

darah akibat gagalnya sekresi insulin. Peningkatan kgd kronik bisa mengakibatkan

gangguan dalam waktu yang lama akibat gagalnya serta tidak berfungsinya beberapa

organ tubuh yaitu mata, saraf, ginjal, jantung dan serta pembuluh darah (ADA. 2013).

Menurut WHO pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa mengalami penyakit

diabetes, kenaikan tersebut mencapai 4 kali lipat dari 108 juta orang di tahun 1980an.
2

Diperkirakan pada tahun 2040 akan mengalami kenaikan mencapai 642 juta orang

(IDF Atlas 2015). Sekitar 80% orang yang menderita penyakit diabetes ada di negara

yang berpenghasilan rendah. Tahun 2015, Jumlah orang dewasa penyakit diabetes

sekitar 8,5% (1 sampai 11 orang dewasa menderita penyakit DM). Jumlah penderita

DM yang ada di dunia semakin bertambah pada setiap tahunnya. Karena itu dapat

disebabkan jumlah peningkatan populasi, usia dan penurunan aktivitas fisik (Puji,

2015).

Menurut International Diabetes Federation pada tahun 2017 jumlah penyakit

DM sehingga mencapai dan juga mengalamikenaikan mencapai 628,6 juta jiwa pada

tahun 2045. Indonesia adalah negara yang menderita penyakit DM terbanyak nomor

enam di dunia yang berjumlah sebanyak 10,3 juta jiwa. Sehingga jumlah tersebut

akan terus menerus mengalami kenaikan mencapai 16,7 juta jiwa tahun 2045.

Hampir beberapa orang yang ada di dunia tidak mengetahui bahwa beberapa

dari mereka mengalami penyakit diabetes sehingga DM disebut sebagai pembunuh

diam-diam. Jika dilihat tanda-tanda DM itu sendiri, seharusnya adanya polidipsi,

polifagi, poliuri yang merupakan tanda awal yang harus diketahui oleh seluruh

masyarakat (Zahroh dan Musriana, 2016). Pada umumnya penderita DM dikarenakan

oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel β dari pulau pulau

Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi

kekurangan insulin. Sebagai berikut Diabetes mellitus memiliki dua tipe yaitu DM

tipe 1 dan DM tipe 2.

Kasus DM yang ada di Indonesia tahun 2015 menempati peringkat ketujuh di

dunia yang meliputi penyakit diabetes tertinggi bersama dengan China, India,
3

Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah perkiraan orang dengan

10 juta penderita diabetes (IDF Atlas,

Data dari IDF meliputi penyakit penderita DM tahun 2012 sebanyak 8,4

% dari populasi penduduk di dunia, dan mengalami kenaikan dari 382 juta kasus

tahun 2013, kenaikan tersebut mencapai 387 juta pada 2014. Kenaikan meliputi

penyakit penderita DM yang ada di Indonesia dari 8,4 juta tahun 2000 menjadi

sekitar 21,3 juta tahun 2030. Laporan tersebut menunjukkan bahwa adanya

kenaikan penyandang DM berjumlah sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035.

Pada tahun 2035 jumlah DM akan mengalami kenaikan mencapai 55% (592 juta)

di antaranya yang berusia 40-59 tahun (IDF, 2015). Indonesia adalah negara yang

memiliki urutan ketujuh penderita penyakit DM tertinggi di dunia sebanyak 8,5

juta. Laporan tersebut dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 mengatakan bahwa prevalensi

penderita DM yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1% pada tahun

2007 menjadi 1,5% sedangkan pada tahun 2013 prevalensi DM berdasarkan

diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi

terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling

rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%) (Depkes RI, 2013). 2015). Penderita

diabetes dengan komplikasi adalah penyebab kematian tertinggi nomor tiga yang

ada di Indonesia (Sample Registration System 2014).

Faktor resiko dari penderita DM cenderung meningkat pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. Menurut penelitian dari Universitas Sumatera

Utara memiliki resiko peningkatan penyakit DM yang sesuai dengan pertambahan


4

umur, namun mulai dari umur ≥ 65 tahun cenderung memiliki penurunan dan

cenderung lebih tinggi bagi penderita yang bertempat tinggal di perkotaan

dibandingkan dengan bertempat tinggal di pedesaan. Jika diliputi dari segi

pendidikan, menurut RISKESDAS bahwa faktor resiko penyakit DM cenderung

lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi serta dengan

kuintil indeks kepemilikan yang tinggi (RISKESDAS, 2013).

Zahroh dan Musriana (2016) Diabetes melitus tipe 2 penderita diabetes yang

dikarenakan sel tubuh tidak menggunakan insulin sebagai sumber energy atau sel-sel

tubuh tidak merespon insulin yang dilepaskan pankreas, inilah yang disebut resistensi

insulin. DM atau lebih dikenal sebagai istilah kencing manis mempunyai faktor

pemicu yaitu antara lain pola makanan, obesitas, faktor genetik, bahan-bahan kimia

dan obat-obatan, penyakit dan infeksi pada pankreas, dan kehamilan (Stevani et al,

2017), sedangkan menurut Fitriana dan Rachmawati (2016) ada beberapa faktor yang

harus diyakini dapat menimbulkan resiko penyakit diabetes mellitus dimana harus

mendapatkan perhatian serius agar dapat terhindar dari penyakit yang sangat

mematikan ini diantaranya yaitu faktor genetik, obesitas, lansia, aktifitas fisik yang

kurang, merokok dan mengonsumsi makanan berkolestrol tinggi.

Menurut Fitriana dan Rachmawati (2016), komplikasi diabetes mellitus yaitu:

Infeksi , hipoglikemia, kadar gula darah yang tidak stabil dapat menyebabkan

kerusakan pada mata, dapat menyerang kulit atau yang biasa disebut diabetes

dermopathy, ditandai dengan adanya bercak merah kecoklatan pada kulit, dan

jantung. Penanganan diabetes mellitus dapat dilakukan secara farmakologis dan non

farmakologis, dimana penanganan farmakologis menggunakan obat-obatan

sedangkan penanganan non farmakologis menggunakan daun srikaya, daun sirsak,


5

dan daun mahkota dewa. Daun ceri (Muntingia calabura L) atau daun kersen

merupakan salah satu alternatife terapi non farmakologi secara ilmiah dengan rebusan

daun ceri dan buah jambu biji efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah, dimana

tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid yang

dapat menurunkan kadar gula darah. Pengobatan penyakit diabetes mellitus yang

banyak digunakan saat ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan terdapat efek

samping, diantaranya seperti injeksi insulin dan obat anti diabetes oral. Oleh karena

itu dibutuhkan tumbuhan obat yang memiliki aktivitas anti diabetes sebagai

alternative obat anti diabetes untuk mengontrol kadar gula darah penderita diabetes

(Stevani et al, 2017).

Berdasarkan penelitian Naim tahun 2012 di dalam daun seri (Muntingia

calabura L) terkandung flavanoid, tannin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak

esensial, kandungan tersebut yang membuat daun ceri membuat potensi antioksidan

dan aktivitas antibakteri. seri merupakan salah satu tanaman yang digunakan

memiliki substansi aktif sebagai antidiabetes yaitu asam askorbat, serat, niasin dan

betakaroten (Agustina, et al, 2016).

Berdasarkan hasil survei penelitian yang dilakukan peneliti, data faktor

resiko DM tipe 2 di Puskesmas Sarudik pada tahun 2020 diketahui bahwa

kunjungan pasien DM ke puskesmas tersebut ada berjumlah sebanyak 68 orang,

sedangkan pada tahun 2021 selama 5 bulan terakhir berjumlah sebanyak 42 orang

penderita penyakit DM. Dari data puskemas tersebut diperoleh adanya rata rata

kadar gula darah penderita DM tipe 2 yang datang berkunjung ke puskesmas

sarudik berada diatas 140 mg/dl. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk

menurunkan kadar gula darah. Pengaturan makanan sangat berperan penting


6

dalam hal tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa di

wilayah kerja puskesmas sarudik banyak tanaman seri akan tetapi sebagian dari

masyarakat tersebut belum mengetahui bahwa daun seri dapat menurunkan kadar

gula darah pada penderita DM tipe 2. Saat dilakukan wawancara kepada 4orang

petugas kesehatan yang di puskesmas sarudik, belum ada yang melakukan

penelitian dan belum ada yang mengetahui bahwa daun seri dapat dimanfaatkan

sebagai penurun kadar gula darah pada penderita DM. Dari uraian tersebut maka

peneliti tertarik untuk mengetahui “Pengaruh pemberian air rebusan daun seri

terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik tahun 2021.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu : “Apakah ada pengaruh dari air rebusan daun seri terhadap

penurunan kadar gula darah penderita DM tipe 2 yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Sarudik Tahun 2021

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh air

rebusan daun seri terhadap penurunan kadar gula darah penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Pada Tahun 2021.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini meliputi :


7

1. Untuk mengetahui kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan daun

seri di Wilayah Kerja Puskesmas sarudik Tahun 2021.

2. Untuk mengetahui kadar gula darah sesudah diberikan air rebusan daun

seri di Wilayah Kerja Puskesmas sarudik Tahun 2021.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi :

1.4.1. Manfaat bagi Puskesmas

Memberikan informasi tambahan dan pengembangan pelayanan kesehatan

di Puskesmas pada penderita penyakit diabetes dalam meningkatkan kualitas

hidup dan pelayanan kesehatan khususnya untuk memberikan penyuluhan tentang

penanganan penyakit diabetes melitus secara non farmakologis di masyarakat

dalam rangka mencapai angka normal dari kadar gula darah.

1.4.2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Memberikan contoh gambaran dan pengetahuan serta menyediakan adanya data

dasar yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan

kasus diabetes mellitus tersebut.

1.4.3. Manfaat bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan pertimbangan tersebut bahwa terapi non farmakologis

seperti pemberian air rebusan daun seri dapat dijadikan pilihan penanganan untuk

menurunkan kadar gula darah yang penderita diabetes melitus tipe 2.


8

1.4.4. Manfaat bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran bagi peneliti

dalam melakukan penelitian terkait pengaruh air rebusan daun seri terhadap

penurunan kadar gula darah.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

2.1.1. Pengertian

Diabetes adalah ketidak normalan insulin yang relatif. Terganggunya

proses tubuh dalam menyerap hidrakt arang, protein, dan asam lemak merupakan

tanda terjadinya diabetes melitus (Saputra, Lyndon, 2014).

Salah satu tanda penyakit diabetes yang sudah lama adalah tingginya kadar

gula darah serta gangguan penyerapan yang tidak dapat di kontrol akan

mengakibatkan timbulnya penyakit lain baik secara akut maupun kronik. Pankreas

menghasilkan hormon insulin yang kurang mengakibatkan gangguan awal

terjadinya penyakit DM. Berdasarkan hal tersebut diabetes mellitus diakibatkan

terganggunya system endokrim yang ditandai peningkatan kadar gula dalam darah

yang diakibatkan oleh terganggunya penghasil dan penyerapan insulin(Arisman,

2011).

2.1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Bersadasrkan perkumpulan diabetes di amerika pada tahun 2014 ada 4

tipe diabetes mellitus yaitu Dm tipe 1, tipe 2, dan tipe lain serta diabetes pada

kehamilan

Dalam buku Arisman (2011), diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi:

1. Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan rusaknya sel beta pada pancreas

dengan peningkatan kadar gula darah yang disebabkan tidak mampunya pancreas
10

memproduksi insulin. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia dibawah 30 tahun

akan tetapi bias juga terjadi pada orang dewasa diatas 30 tahun serta lansia.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada penyakit ini pancreas dapat memproduksi insulin tetapi glukosa

sukar masuk dalam sel. Penyakit DM ini biasanya terjadi pada umur diatas 40

tahun.

3. Diabetes Gestasional (Diabetes pada Kehamilan)

Diabetes pada kehamilan biasanya tampak saat usia kehamilam

memasukan trimester ke2 hingga pada usia minggu ke24. Jika tidak ditangani

dengan baik maka akan mengakibatkan berat badan lahir bayi lebih dari 4kg atau

sering disebut dengan obesitas.

4. Diabetes Mellitus tipe 3 atau tipe lain

DM tipe ini muncul karena terganggunya pancreas dan sindrom hormon

yang mengakibatkan kerja insulin menurun, konsumsi obat-obatan, dan akibat

keturunan.

5. Diabetes Mellitus malnutrisi

Penyabab dari DM tipe ini adalah sistem endokrim yang rusak karena

terjadi infeksi pancreas diketahui dari adanya nyeri perut yang menjalar hingga ke

punggung, BMI kurang dari 20, kekurangan gizi dan peningkatan glukosa darah

anak/bayi. Penyakit ini mulai terlihat pada usia 10 hingga 40 tahun.

2.1.3. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus

Dalam buku Saputra, Lyndon tahun 2014 faktor yang menyebabkan diabetes:

1. Diabetes melitus tipe 1


11

DM tipe 1 diakibatkan tidak mampunya sel beta untuk menghasilkan

insulin endogen dengan didukung oleh faktor genetik autoimun, dan lingkungan.

2. Diabetes melitus tipe 2

Penyakit ini diakibatkan reseptor insulin yang terganggu pada jaringan

perifer.

2.1.4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

1. Tanda gejala akut

Tanda gejala akut pada penderita DM, kgd sewaktu lebih dari ≥ 200 mg/dl,

saat puasa ≥ 126 mg/dl, bak berlebihan sering merasa haus yang berlebihan

keinginan makan yang tinggi, penurunan berat badan terjadi dengan cepat antara

5-10kg dalam 4 minggu, mudah lelah dan mengalami mual muntah.

2. Tanda gejala kronis

Gejala kronis yang terjadi pada penyakit diabetes ialah sering merasakan

panas dan tebal pada kulit, cepat mengantuk, kaki terasa keram dan kesemutan,

berkurangnya penglihatan, rasa gatal pada genetalia,menurunnya ransangan

seksual, mengalami keguguran bagi yang sedang hamil serta melahirkan anak ≥ 4

kg.

2.1.5. Komplikasi Diabetes Mellitus

Pada umumnya Komplikasi Diabetes Melitus diantaranya:

1. Komplikasi akut

Hal ini akibat bereaksinya penyakit penyerta lain dalam jangka waktu

yang singkat karena tidak seimbangnya glukosa dalam darah sehingga terjadi
12

penurunan dan peningkatan glukosa dalam darah,ketoasidosis,diabet koma dan

peningkatan osmolar non ketotik.

2. Komplikasi kronis

Salah satu sebab terjadinya cacat dan meninggal ialah penyakit diabetes

mellitus dimana hal ini mempengaruhi keseluruhan system didalam tubuh.

Penyakit jantung, GGK, dan komplikasi pada kulit serta kaki merupakan penyakit

penyerta secara kronik dari Diabetes mellitus (Saputra, L 2014).

2.1.6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Managemen DM pada prinsipnya berupa mencegah segala jenis

komplikasi dengan tujuan agar menghilangkan keluhan , penyebab serta

dipertahankannya kenyamanan dalam menstabilkan kadar gula darah.

Ada 4 tipe pilar utama dalam managemen diabetes yaitu penkes, mengatur pola

makan yang seimbang, serta melakukan aktifitas fisik yang teratur yang dilakukan

selaa 30 menit dalam kurang waktu 3-4 kali seminggu, serta pengobatan secara

farmakologi.

2.2. Diabetes Melitus Tipe 2

2.2.1. Defenisi

Diabetes Melitus ialah sekelompok penyakit metabolism kronik yang di

tandai dengan peningkatan glukosa darah karena adanya pengeluaran insulin

serta cara kerja yang berlainan.

DM tipe dua ini sering disebut non insulin yang mana diakibatkan intersitas

sel pada insulin dan kekurangan insulin yang sering mengakibatkan peningkatan

gula darah. Tipe seperti ini memiliki kejadian yang paling banyak diantara yang
13

lainnya dengan persentase kasus 90-95%. (American Diabetes Association,

2014).

2.2.2. Etiologi

Diabetes ialah penyakit yang selalu sama penyebabnya berbagai faktor.

Biasanya sebab ini dibagi kedalam 2 faktor yaitu secara genetik dan juga faktor

lingkungan (Ozougwu, 2013).

2.2.3. Faktor risiko pada DM

1) Faktor risiko yang dapat diubah yaitu berat badan, obesitas, kurangnya

aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan seimbang

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

2) Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu usia dan jenis kelamin

(Depkes, 2008). Menurut Sujaya tahun 2009 risiko terjadinya diabetes

meningkat seiring dengan usia terutama pada kelompok usia lebih

dari 40 tahun. Seorang yang berumur lebih dari 45 tahun berisiko

14,99 kali bila dibedakan dengan kelompok usia 15-25 tahun

(Irawan, 2010).

Hal tersebut dikarenakan pada kelompok tersebut mulai terjadi proses aging

yang bermakna sehingga kemampuan sel β pankreas berkurang dalam

memproduksi insulin (Sujaya, 2009 dalam Trisnawati, 2013). Selain itu

terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%

yang berhubngan dengan peningkatan kadar dalam sel sel otot lemak dalam

berhubungan dengan peningkatan kadar lemak dalam sel-sel otot tersebut


14

sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

Menurut IDF di wilayah Western Pacific dimana Indonesia masuk didalamnya,

kelompok usia 40-59 tahun merupakan kelompok paling banyak menderita

DM tipe 2 dengan distribusi sebanyak 27% laki-laki dan 21% perempuan (IDF,

2015).

2.2.4. Patofisiologi

DM tipe 2 memiliki karakteristik sekresi insulin yang tidak adekuat,

resistensi insulin, produksi glukosa hepar yang berlebihan dan metabolisme

lemak yang tidak normal (Harrison, 2012). Pada tahap awal, toleransi glukosa

akan terlihat normal, walaupun sebenarnya telah terjadi resistensi insulin. Hal ini

terjadi karena kompensasi oleh sel beta pankreas berupa peningkatan

pengeluaran insulin. Proses resistensi insulin dan kompensasi hiperinsulinemia

yang terus menerus terjadi akan mengakibatkan sel beta pankreas tidak lagi

mampu berkompensasi (Harrison, 2012).

Apabila sel beta pankreas tidak mampu mengkompensasi peningkatan

kebutuhan insulin, kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe 2.

Keadaaan yang menyerupai DM tipe 1 akan terjadi akibat penurunan sel beta

yang berlangsung secara progresif yang sampai akhirnya sama sekali tidak

mampu lagi mensekresikan insulin sehingga menyebabkan kadar glukosa darah

semakin meningkat (Rondhianto, 2011).

2.2.5. Komplikasi

Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut

maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati maupun


15

makroangiopati (Harrison, 2012; Ndraha 2014; Purnamasari, 2009). Di

Amerika Serikat, DM merupakan penyebab utama dari end-stage renal disease

(ESRD), nontraumatic lowering amputation, dan adult blindness (Powers, 2008).

1) Komplikasi akut

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai

normal (<50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1

yang dapat dialami 1-2 kali per minggu. Kadar glukosa darah yang terlalu

rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak

berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan (Fatimah, 2015).

b) Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah apabila kadar glukosa darah meningkat secara

tiba-tiba yang dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,

yakni ketoasidosis diabetik, hiperosmoler hiperglikemik (Fatimah, 2015).

Ketoasidosis diabetik terjadi akibat tubuh yang memecah lemak menjadi tenaga,

hal ini terjadi karena tubuh kekurangan glukosa (sumber tenaga) akibat insulin

yang kurang. Hiperosmoler hiperglikemik ditandai dengan kadar glukosa

darah lebih dari 600 mg/dl (American Diabetes Association, 2014).

2) Komplikasi kronik

a) Kerusakan saraf (Neuropati)


16

Neuropati biasanya terjadi karena kadar glukosa darah yang terus

menerus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun

atau lebih. Neuropati dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau

menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat

kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang

terkena.

b) Kerusakan ginjal (Nefropati)

Ginjal manusia bekerja selama 24 jam sehari untuk membersihkan darah

dari racun yang masuk dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila terdapat nefropati

atau kerusakan ginjal, racun didalam tubuh tidak dapat dikeluarkan, sedangkan

protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Gangguan ginjal

pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropati atau kerusakan saraf.

c) Kerusakan mata (Retinopati)

Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab

utama kebutaan. Ada 3 penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh

diabetes, yaitu: retinopati, katarak, dan glukoma.

d) Gangguan saluran cerna

Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes disebabkan karena

kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang

mengenai saluran pencernaan. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare

juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung

dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian

obat-obatan yang diminum.


17

e) Infeksi

Glukosa darah yang tinggi menggangu fungsi kekebalan tubuh dalam

menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah

terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi,

paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa

darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan

penderita terhadap adanya infeksi (Ndraha, 2014).

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan DM

yang terdiri atas edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, serta intervensi

farmakologis (Ndraha, 2014; Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(PERKENI), 2011; Yunir, 2010).

2.3. Kadar Gula Darah

2.3.1. Pengertian

Kadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah Konsentrasi gula

darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat didalam tubuh. Glukosa

yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh

(Wikipedia, 2012). Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang

terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati

dan otot rangka . Glukosa darah dapat didefinisikan sebagai gula yang

ditransportasikan melalui aliran darah untuk memenuhi kebutuhan energi ke

seluruh sel di dalam tubuh. Sedangkan kadar glukosa darah merupakan tingkat

glukosa di dalam darah (Nordqvist, 2014).


18

2.3.2. Macam-macam Pemeriksaan Gula Darah

Terdapat beberapa jenis pemeriksaan glukosa darah, menurut Seogondo, et

al. (2015) yakni kadar glukosa darah sewaktu, puasa, 2 jam setelah makan (2

jam PP) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO):

1) Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan glukosa darah sewaktu yaitu mengukur kadar glukosa darah

tanpa memperhatikan waku makan. Peningkatan kadar glukosa darah dapat

terjadi setelah makan, stres, atau pada diabetes melitus. Nilai normalnya

berkisar antara 70 mg/dl sampai 125 mg/dl (Kartika, 2015). Sedangkan

menurut PERKENI (2006) dalam Soegondo, et al. (2015) kadar glukosa darah

sewaktu normalnya kurang dari 100 mg/dl. Glukosa darah sewaktu yang

≥200 mg/dl dapat dikategorikan glukosa darah sewaktu yang tinggi (American

Diabetes Association, 2014). Setiap laboratorium memiliki patokan masing-

masing pada kadar glukosa darah.

2) Glukosa darah puasa

Kadar glukosa darah puasa diukur setelah terlebih dahulu tidak makan

selam 8 jam. Kadar glukosa darah ini menggambarkan level glukosa yang

diproduksi oleh hati. Nilai normalnya kurang dari 100 mg/dl. Glukosa darah

puasa ≥ 126 mg/dl dapat dikategorikan glukosa darah puasa yang tinggi

(PERKENI, 2006 dalam Soegondo, et al., 2015).

3) Glukosa darah 2 jam setelah makan


19

Pemeriksaan kadar glukosa diperiksa tepat 2 jam setelah makan.

Pemeriksaan ini menggambarkan efektivitas insulin dalam transportasi glukosa

ke sel. Nilai normalnya berkisar antara 100 mg/dl sampai 140 mg/dl (Kartika,

2015).

Tabel 2.1. Kriteria Pengendalian DM

Baik Sedang Buruk


Glukosa darah puasa 80-109 110-125 ≥ 126
Glukosa darah 2 jam 110-144 145-179 ≥180
Glukosa darah sewaktu < 100 100-199 ≥ 200
Sumber: Soegondo, et al. 2015

2.4. Daun Seri

2.5. Kerangka Teori

Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :
Manfaat Senam Aerobik:
1. Meningkatkan kerja dan fungsi Faktor-faktor yang
jantung, paru dan pembuluh darah. mempengaruhi:
2. Meningkatkan kekuatan otot dan 1. Diet
kepadatan tulang. 2. Obat-obatan
3. Meningkatkan kelenturan 3. Stres
(fleksibilitas) pada tubuh. 4. Aktivitas fisik
4. Meningkatkan metabolisme tubuh. (Olahraga)
5. Mengurangi resiko terjadinya
berbagai penyakit.
6. Meningkatkan sistem hormonal

Senam Aerobik Kadar Gula darah


20

Gambar 1. Kerangka Teori {Holt (2010), Yanuaristya (2012), Lynne


(2012)}

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Daun Seri Penurunan Kadar Gula Darah

Air Rebusan Daun seri

Kadar gula darah sebelum Kadar Gula darah Sesudah

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, dugaan sementara yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian air rebusan daun seri terhadap

penurunan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Wilayah kerja Puskesmas Sarudik tahun 2021


21

Ha : Ada pengaruh pemberian air rebusan daun seri terhadap penurunan

kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah kerja

Puskesmas Sarudik tahun 2021

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan eksperimen

semu/quasi eksperimen yaitu rancangan percobaan tidak murni, melakukan

perlakuan tehnik pendekatan dengan terapi non farmakologi dengan memberikan

air rebusan daun seri pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Penelitian ini

menggunakan rancangan one group pre and post test design yaitu rancangan

perlakuan menggunakan satu kelompok sampel yang sama dengan dua penilaian

setelah perlakuan.

Rancangan one-group pretest-posttest design merupakan pengamatan pada

satu kelompok sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Untuk

mengetahui pengaruh air rebusan daun seri terhadap penurunan kadar gula darah

pada penderita DM. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding

(kontrol) tetapi dilakukan observasi pertama (pre test) yang memungkinkan

peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan. Desain

ini dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2012)

O1 X O2
22

Keterangan :

O1 : Nilai Pre Test

X : Pemeriksaan Kadar Gula Darah

O2 : Nilai Post Test

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas sarudik

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian di mulai dari bulan Mei sampai Agustus tahun 2021

yang dimulai dari konsultasi judul penelitian dengan pembimbing, pengurusan

surat survei pendahuluan untuk mendapatkan izin dari tempat penelitian hingga

proposal dilaksanakan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menderita DM di

Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik tahun 2021 sebanyak 42 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti

dan dianggap mewakili populasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang menderita DM di wilayah kerja puskesmas sarudik dengan


23

teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. sampel dalam penelitian

ini adalah data sebagian dari populasi yang akan diteliti, dihitung dengan rumus :

N
n=
1+ N ( d ) 2

42
n=
1+ 42 ( 0,1 ) 2

42
=
1,43

=29,3 dibulatkan menjadi 30

Berdasarkan perhitungan diatas, sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang

Keterangan :

N = Jumlah Populasi

n= Besaran Populasi

d= tingkat kepercayaan yang diinginkan ( 0,1)

Adapun kriteria yang menjadi responden adalah :

a. Kriteria inklusi

1. Pasien DM Tipe 2 yang mempunyai kadar gula darah ≥ 150 mg/dl

dan tidak lebih dari 250 mg/dl

2. Pasien DM Tipe 2 tanpa komplikasi

3. Bersedia untuk menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi

Pasien DM Tipe 2 yang mempunyai komplikasi penyakit kronis misalnya

jantung, hipertensi, stroke, dan lain-lain.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer


24

Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden melalui

observasi pengukuran kadar gula darah penderita DM tipe 2.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data laporan penderita

DM di puskesmas sarudik. laporan-laporan lain yang terkait dan buku-buku

referensi.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Air rebusan daun seri.

Variabel dependen adalah penurunan kadar gula darah.

3.5.2. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel. Defenisi operasional ini

dibuat untuk memberikan pemahaman yang sama tentang pengertian variabel

yang diukur dan untuk menentukan metodologi yang digunakan dalam

menganalisa data.
25

Tabel 3.4. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Air rebusan Daun seri yang direbus dengan SOP Observasi Ordinal
air hingga mendidih untuk
daun seri diminum.
2 Kadar Gula Jumlah kandungan glukosa Spektofotometri Pemeriksaan Baik : <100 mg/dl Numerik
dalam plasma darah yang
Darah KGD Sedang : 100-199 mg/dl
diukur dengan alat ukur kimia
Buruk : ≥ 200 mg/dl
darah (Gluco Cek) dengan
melakukan
pengambilan sampel darah.

3.6 Metode Pengukuran

Aspek pengukuran dari penelitian ini di dasarkan pada hasil observasi. Skala data yang digunakan adalah interval. Indikator

dijabarkan dalam observasi sebelum diberikan air rebusan daun seri 2 kali sehari selama 2 minggu maupun sesudah diberikan air

rebusan daun seri.

3. 7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data


26

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer. Dalam pengolahan data-data

penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang telah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalaan

pengisian, dan konsistensi dari setiap jawaban.

2. Koding

Koding dikalukan untuk mengklasifikasikan jawaban dari para responden kedalam kategori-katagori dengan memberikan kode pada

setiap jawaban responden.

3. Entry

Entry yaitu data yang telah dikode tersebut kemudian dimasukkan ke dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

3.7.2 Teknik Analisis Data


27

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis data akan dilakukan dengan program SPSS.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat biasanya disebut sebagai analisis deskriptif yaitu untuk meringkas kumpulan data atau menjelaskan

karakteristik masing-masing variabel (Ummah, 2010). Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

persentase. Selanjutnya data ditabulasi, kemudian diproses dengan menggunakan program SPSS.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk dapat menguji

hipotesis dan menganalisa data yang diperoleh, menggunakan beberapa uji Paired sample t-test(Notoatmodjo, 2010). Paired sample t-

test adalah alat analisis atau alat uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dalam hal ini adalah skor

kadar gula darah sebelum dan setelah diberi terapi yang berupa tindakan memberikan air rebusan daun seri (Sugiyono, 2008).

Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan pengujian statistik yaitu uji paired t-test untuk mengetahui pengaruh

variabel dependen dengan variabel independennya. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik yaitu paired sample t-test untuk

melihat perbedaan kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah perlakuan,Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu
28

metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Walaupun menggunakan individu yang

sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari pre test dan data dari post test. Dalam penelitian ini

digunakan uji kolmogorov-smirnov dengan taraf signifikan α = 0,05.

Anda mungkin juga menyukai