Anda di halaman 1dari 4

Jenis Koagulan Dan Koagulan Aid

Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan
partikel partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya ( secara grafitasi ).
Kekeruhan dan warna dapat dihilangkan melalui penambahan koagulan atau sejenis bahan
bahan kimia antara lain.
Jenis-jenis koagulan:
Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar
karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan
tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator
water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk
padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.
Al2(SO4)3 2 Al+3 + 3SO4-2
Air akan mengalami
H2O H+ + OHSelanjutnya
2 Al+3 + 6 OH- 2 Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2 + 6 H+ 3H2SO4
Sodium aluminate ( NaAlO2 )
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya digunakan
sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan air
dengan lime soda ash.
Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime
sangat efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).
Chlorinated copperas
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan
penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.
Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat menghilangkan
Fe dan Mn.
Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan
untuk penyimpanan yang terlalu lama.
Jenis Koagulan Aid
Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu
pengendapan dan flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan.
Koagulan Aid menguntungkan proses koagulasi dengan mempersingkat waktu pengendapan
dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah koagulan sekunder
yang ditambahkan setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat
pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.
Jenis koagulan aid diantaranya:
PAC ( poly alumunium chloride )

Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi
air sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk
unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit
berulangnya adalah Al-OH.
Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m
Dimana : n = 2 2,7 <> 0
Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani partikelpartikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala dalam
menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya
karena bersifat higroskopis.
Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka poripori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi
oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari persenyawaan kimia yang
ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup
oleh komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang
dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih
efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang
digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.
Activated silica
Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium sulfate,
carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan keuntungan
antara lain meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas
jangkauan pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya
digunakan dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 11% dari dosis alum.
Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah dan
mineral yang rendah.

Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel
terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh
sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok
(partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar
(makroflok).
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi,
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)

Jenis Flokulan dalam proses flokulasi:


a.

Kopolimer dari akrilamida dan N,Ndimetil amino propilen akrilat


Sifat muatan elektrostatik : Ionik

Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatanelektrostatik tergantung dari
status kopolomerisasi (n/m + n) dan pH,membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisab.
b. Poli (Natriumakrilat)
Sifat muatan elektrostatik : Anionik
Sifat : Polimeryang paling penting anionik dan segmen
l i n i e r dalam kopolimer dengan akril amida dan anionikc.
c. Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Nonionogen
S i f a t : M o l e k u l y a n g s a n g a t p a n j a n g d a n l i n i e r y a n g d i k e n a l sebagai
flokulan pembantu yang ionogen.
Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk membantudalam
proses flokulasi dan untuk mempengaruhi sifat flok.Pembubuhan Koagulan/flokulan
pembantu dilakukan setelah pembubuhankoagulan.
Flokulan sintetis merupakan flokulan yang diproduksi dengan berbagai kebutuhan sehingga
flokulan ini diproduksi bermuatan negatif (anionic), bermuatan positif (cationic) dan netral
(nonionic), flokulan bermuatan negatif dapat bereaksi dengan partikel bermuatan negatif
seperti garam-garam dan logam-logam hidroksida, sedangkan flokulan yang bermuatan
positif akan bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti silika maupun bahan-bahan
organik, tetapi hukum itu tidak berlaku secara umum karena flokulan negatif dapat mengikat
tanah liat yang bermuatan negatif.
Dalam proses koagulasi-flokulasi beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1.Konsentrasi padatan yang terkandung dalam air limbah. Konsentrasi padatan atau zat
terlarut dalam air limbah akan mempengaruhi kebutuhan konsentrasi koagulan yang
dibutuhkan dalam pengolahan air limbah, pada umumnya jika konsentrasi padatan atau zat
terlarutnya tinggi akan dibutuhkan konsentrasi koagulan yang lebih kecil (diperlukan
penelitian pendahuluan)
2.Jenis koagulan yang dipergunakan. Jenis koagulan yang akan diaplikasikan tergantung pada
karakteristik air limbahnya, hal ini disebabkan karena jenis koagulan tertentu akan bekerja
baik pada derajat keasaman (pH) air limbah tertentu.
3.Kecepatan putaran pengaduk (jika menggunakan tangki berpengaduk). Kecepatan putaran
pengaduk pada pengolahan dengan tangki berpengaduk berpengaruh terhadap ukuran flok
yang terbentuk, kecepatan putaran pengaduk dapat memecah flok yang sudah terbentuk.
Untuk proses koagulasi kecepatan putaran pengaduk sekitar 100 rpm, sedangkan pada proses
flokulasi lebih lambat sekitar 50 rpm.
4.Kecepatan aliran air limbah masuk dalam tangki (jika kecepatan aliran dimanfaatkan untuk
pengadukan)
5.Waktu pengadukan (waktu tinggal). Waktu pengadukan berkaitan dengan mekanisme
pembentukan flok, semakin lama waktu pengadukan pembentukan floknya akan semakin
sempurna dan mudah untuk diendapkan, tetapi jika terlalu lama terkadang flok yang sudah
terbentuk akan pecah kembali.
6.Jenis padatan (flok) yang dihasilkan. Jenis flok yang terbentuk tergantung pada jenis air
limbah dan koagulan yang dipergunakan, pada pemakain jenis koagulan tertentu akan
menghasilkan flok tertentu, kekuatan flok tertentu dan berat jenis flok tertentu. Dalam proses
pengolahan air limbah secara kimia yang diharapkan adalah terbentuk flok yang kuat dan
mudah untuk diendapkan dan pengendapan membutuhkan waktu yang relatif cepat.

7.Pengelolaan flok yang dihasilkan. Pada proses pengolahan air limbah secara kimia
dihasilkan padatan (flok), flok yang dihasilkan perlu dilakukan pengelolaan sehingga tidak
menghasilkan limbah padat meskipun jumlahnya tidak banyak. Dalam pengelolaan flok yang
perlu diperhatikan adalah apakah flok dapat dioleh kembali menjadi bahan kimia baru,
produk baru dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai